Proses Perencanaan dan Penganggaran dan
Proses Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses
yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa
anggaran atau sumber pembiayaannya.
Perencanaan dan Penganggaran Daerah selain merujuk pada UU 32/2004, UU
23/2004
juga
diatur
oleh
UU
No.
25/2004
tentang
Sistem
perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.
Merujuk pada keempat UU di atas maka perencanaan dan penganggaran daerah
terutama dari segi prosesnya menjadi kewenangan daerah yang dituangkan dalam
bentuk
Peraturan
Daerah
dengan
mengacu
padaPeraturan
Pemerintah
(PP). Mekanisme perencanaan pembangunan dimulai dari penjaringan aspirasi
masyarakat dan pengkajian kebutuhan masyarakat melalui musyawarah di tingkat
Desa/Kelurahan yang dilanjutkan dengan musyawarah di tingkat Kecamatan dst.
Pendekatan Dalam Perencanaan
UU 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mencakup 5 pendekatan dalam seluruh rangkaian
perencanaan pembangunan, yaitu: beberapa pendekatan dalam perencanaan
pembangunan, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah
dan bawah-atas.
Pendekatan politik, memandang
bahwa pemilihan presiden/gubernur/bupati secara
langsung adalah bagian dari proses penyusunan rencana, karena rakyat memilih
mereka berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan. Oleh karena
itu,
rencana
ditawarkan
pembangunan
pada
saat
adalah
kampanye
penjabaran
ke
dalam
agenda
rencana
pembangunan
pembangunan
yang
jangka
menengah.
Pendekatan teknokratik, dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
pikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk
itu.
Pendekatan partisipatif, berarti melibatkan
semua stakeholders pembangunan
untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Pendekatan
bawah-atas dan
pemerintahan,
rencana
atas-bawah, dilaksanakan
pembangunan
menurut
jenjang
diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
Daerah, Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa
dalam
proses
penyusunan
dokumen
perencanaan
pembangunan
mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat dalam bentuk
pemangku
kepentingan
atau
forum
Musyawarah
forum
perlu
antar
Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang).
Musrenbang daerah merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyelenggaraan
Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD (kabupaten.kota) dilakukan secara
berjenjang mulai dari Musrenbang desa/kelurahan, Musrenbang kecamatan, forum
Satuan Kerja Perangat Daerah (SKPD) atau forum gabungan SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/kota. Peran Musrenbang menjadi lebih bermakna karena menjadi media
utama konsultasi publik bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan
prioritas
pembangunan
dari
tingkat
bawah
dengan
prioritas
dan
sasaran
pembangunan tingkat atas, mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang
telah disampaikan masyarakat pada setiap tahapan
Musrenbang, mulai dari
Musrenbang Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/Kota;
serta
menyepakati
prioritas
pembangunan
dan
program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang. Prinsip yang digunakan untuk
menyepakati program dan kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk
mencapai
mufakat. Musyawarah
merupakan
istilah
yang
sebenarnya
sudah
mempunyai arti yang jelas yaitu forum untuk merembugkan sesuatu dan berakhir
pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama, bukan
seminar atau sosialisasi. Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum
Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis.
Proses perencanaan partisipatif
merupakan proses perencanaan atas bawah (top down) dan bawah atas (bottom
up) yang diselaraskan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di
tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kota dan provinsi, serta nasional.
Musrenbang merupakan instrumen proses perencanaan pembangunan, sehingga
secara teknis berbagai keputusan dalam pelaksanaan pembangunan dirumuskan
secara bersama dan dilaksanakan sesuai dengan jenjang pemerintahan.
Tahapan Perencanaan Pembangunan
Dalam sistem SPPN, terdapat 4 tahapan perencanaan pembangunan:
(1)
penyusunan rencana, (2) penetapan rencana, (3) penegendalian pelaksanaan
rencana, dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana merupakan
fungsi manajemen, yang saling terkait
dan
tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing- masing
memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya.
Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat
dilaksnakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak
didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam
rangka
meningkatkan efesiensi dan efektivitas alokasi sumber daya, serta menigkatkan
trasparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan
upaya pengendalian dan evaluasi terhadappelaksanaan rencana pembangunan.
Pengendalian
dilakukan
dengan
maksud
untuk
dapat
menjamin
bahwa
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan
pelaksanaan
rencana
pembangunan,
mengidentifikasi
serta
mengantisipasi
permasalahan yang timbul untuk dapat di ambil tindakan sedini mungkin.
Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh
berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin
untuk menjamin agar pel aksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana
yang telah ditetapkan, seperti antara lain, melakukan koreksi atas penyimpangan
kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan,
ataupun klarifikasi atas
ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan
apakah
pencapaian
hasil,
kemajuan
dan
kendala
yang dijumpai
pasti
dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama
evaluasi diarahkan kepada pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu,
dalam
perencanaan
yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan
penyusuanan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang meliputi ; (i) indikator
masukan, (ii) indikator keluaran, (iii) indikator hasil/manfaat.
Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai
tahapan yang berbeda,
evaluasi
pada
tahap
pelaksanaan (ex-post)
yaitu
evaluasi pada
pelaksanaan
tahap perencanaan
(ex-ante),
(on-going), evaluasi pada tahap pasca
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 25 TAHUN 2004
Dalam Undang-undang Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2004 ditetapkan
bahwaSistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tatacara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.
Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasionalmencakup
lima pendekatan
dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:
(1)
Politik;
(2)
Teknokratik;
(3)
Partisipatif;
(4)
Atas-bawah (top-down); dan
(5)
Bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan Politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya
berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing
calon Presiden/Kepala Daerah.
Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda dan
janjipembangunan
yang
ditawarkan
Presiden/Kepala
Daerah
kampanye guna
pada
saat
dituangkan ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Daerah).
Perencanaan
dengan
pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara
fungsional
bertugas
untuk
Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan Partisipatif
melibatkan
semua
pihak
yang
berkepentingan
dilaksanakan
(stakeholders)
itu.
dengan
terhadap
pembangunan.
Pelibatan
mereka
menciptakan Rasa Memiliki yang
adalah
tinggi
Pendekatan Atas-bawah
untuk
mendapatkan
atau
mendalam.
aspirasi
dan
Sedangkan,
dan Bawah-atas
dalam
perencanaan pembangunan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana
hasil
proses
atas-bawah
musyawarah (Musyawarah
dan
Perencanaan
bawah-atas
diselaraskan
Pembangunan
yang
melalui
dihasilkan
lewat
Metode Penjaringan Aspirasi Masyarakat)yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional,
Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni :
(1)
Penyusunan rencana;
(2)
Penetapan rencana;
(3)
Pengendalian pelaksanaan rencana; dan
(4)
Evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara
keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.
Tahap
penyusunan
rencana dilaksanakan
untuk
menghasilkan
rancangan
lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat)
langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan
yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing
instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman
pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya
adalah
melibatkan
masyarakat
(stakeholders)
dan
menyelaraskan
rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah
penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini,
rencana
pembangunan
Undang-Undang/Peraturan
jangka
panjang
Nasional/Daerah
ditetapkan
sebagai
Daerah,Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah
ditetapkan
sebagai
Peraturan
Presiden/Kepala
Daerah,
dan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangan.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan
pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga,
baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan
yang
merupakan
dan
atau
terkait
dengan
fungsi
dan
tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan,
Kementrian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan
ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses
yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa
anggaran atau sumber pembiayaannya.
Perencanaan dan Penganggaran Daerah selain merujuk pada UU 32/2004, UU
23/2004
juga
diatur
oleh
UU
No.
25/2004
tentang
Sistem
perencanaan
Pembangunan Nasional (SPPN) dan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.
Merujuk pada keempat UU di atas maka perencanaan dan penganggaran daerah
terutama dari segi prosesnya menjadi kewenangan daerah yang dituangkan dalam
bentuk
Peraturan
Daerah
dengan
mengacu
padaPeraturan
Pemerintah
(PP). Mekanisme perencanaan pembangunan dimulai dari penjaringan aspirasi
masyarakat dan pengkajian kebutuhan masyarakat melalui musyawarah di tingkat
Desa/Kelurahan yang dilanjutkan dengan musyawarah di tingkat Kecamatan dst.
Pendekatan Dalam Perencanaan
UU 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mencakup 5 pendekatan dalam seluruh rangkaian
perencanaan pembangunan, yaitu: beberapa pendekatan dalam perencanaan
pembangunan, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah
dan bawah-atas.
Pendekatan politik, memandang
bahwa pemilihan presiden/gubernur/bupati secara
langsung adalah bagian dari proses penyusunan rencana, karena rakyat memilih
mereka berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan. Oleh karena
itu,
rencana
ditawarkan
pembangunan
pada
saat
adalah
kampanye
penjabaran
ke
dalam
agenda
rencana
pembangunan
pembangunan
yang
jangka
menengah.
Pendekatan teknokratik, dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
pikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk
itu.
Pendekatan partisipatif, berarti melibatkan
semua stakeholders pembangunan
untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Pendekatan
bawah-atas dan
pemerintahan,
rencana
atas-bawah, dilaksanakan
pembangunan
menurut
jenjang
diselaraskan melalui musyawarah yang
dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan
Daerah, Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa
dalam
proses
penyusunan
dokumen
perencanaan
pembangunan
mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat dalam bentuk
pemangku
kepentingan
atau
forum
Musyawarah
forum
perlu
antar
Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang).
Musrenbang daerah merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyelenggaraan
Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD (kabupaten.kota) dilakukan secara
berjenjang mulai dari Musrenbang desa/kelurahan, Musrenbang kecamatan, forum
Satuan Kerja Perangat Daerah (SKPD) atau forum gabungan SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/kota. Peran Musrenbang menjadi lebih bermakna karena menjadi media
utama konsultasi publik bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan
prioritas
pembangunan
dari
tingkat
bawah
dengan
prioritas
dan
sasaran
pembangunan tingkat atas, mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang
telah disampaikan masyarakat pada setiap tahapan
Musrenbang, mulai dari
Musrenbang Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/Kota;
serta
menyepakati
prioritas
pembangunan
dan
program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang. Prinsip yang digunakan untuk
menyepakati program dan kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk
mencapai
mufakat. Musyawarah
merupakan
istilah
yang
sebenarnya
sudah
mempunyai arti yang jelas yaitu forum untuk merembugkan sesuatu dan berakhir
pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama, bukan
seminar atau sosialisasi. Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum
Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis.
Proses perencanaan partisipatif
merupakan proses perencanaan atas bawah (top down) dan bawah atas (bottom
up) yang diselaraskan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di
tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kota dan provinsi, serta nasional.
Musrenbang merupakan instrumen proses perencanaan pembangunan, sehingga
secara teknis berbagai keputusan dalam pelaksanaan pembangunan dirumuskan
secara bersama dan dilaksanakan sesuai dengan jenjang pemerintahan.
Tahapan Perencanaan Pembangunan
Dalam sistem SPPN, terdapat 4 tahapan perencanaan pembangunan:
(1)
penyusunan rencana, (2) penetapan rencana, (3) penegendalian pelaksanaan
rencana, dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana merupakan
fungsi manajemen, yang saling terkait
dan
tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing- masing
memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya.
Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat
dilaksnakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak
didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam
rangka
meningkatkan efesiensi dan efektivitas alokasi sumber daya, serta menigkatkan
trasparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan
upaya pengendalian dan evaluasi terhadappelaksanaan rencana pembangunan.
Pengendalian
dilakukan
dengan
maksud
untuk
dapat
menjamin
bahwa
pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan
pelaksanaan
rencana
pembangunan,
mengidentifikasi
serta
mengantisipasi
permasalahan yang timbul untuk dapat di ambil tindakan sedini mungkin.
Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh
berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin
untuk menjamin agar pel aksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana
yang telah ditetapkan, seperti antara lain, melakukan koreksi atas penyimpangan
kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan,
ataupun klarifikasi atas
ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan
apakah
pencapaian
hasil,
kemajuan
dan
kendala
yang dijumpai
pasti
dalam
pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama
evaluasi diarahkan kepada pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu,
dalam
perencanaan
yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan
penyusuanan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang meliputi ; (i) indikator
masukan, (ii) indikator keluaran, (iii) indikator hasil/manfaat.
Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai
tahapan yang berbeda,
evaluasi
pada
tahap
pelaksanaan (ex-post)
yaitu
evaluasi pada
pelaksanaan
tahap perencanaan
(ex-ante),
(on-going), evaluasi pada tahap pasca
SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 25 TAHUN 2004
Dalam Undang-undang Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2004 ditetapkan
bahwaSistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tatacara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.
Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasionalmencakup
lima pendekatan
dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:
(1)
Politik;
(2)
Teknokratik;
(3)
Partisipatif;
(4)
Atas-bawah (top-down); dan
(5)
Bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan Politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya
berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing
calon Presiden/Kepala Daerah.
Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda dan
janjipembangunan
yang
ditawarkan
Presiden/Kepala
Daerah
kampanye guna
pada
saat
dituangkan ke
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Daerah).
Perencanaan
dengan
pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara
fungsional
bertugas
untuk
Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan Partisipatif
melibatkan
semua
pihak
yang
berkepentingan
dilaksanakan
(stakeholders)
itu.
dengan
terhadap
pembangunan.
Pelibatan
mereka
menciptakan Rasa Memiliki yang
adalah
tinggi
Pendekatan Atas-bawah
untuk
mendapatkan
atau
mendalam.
aspirasi
dan
Sedangkan,
dan Bawah-atas
dalam
perencanaan pembangunan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana
hasil
proses
atas-bawah
musyawarah (Musyawarah
dan
Perencanaan
bawah-atas
diselaraskan
Pembangunan
yang
melalui
dihasilkan
lewat
Metode Penjaringan Aspirasi Masyarakat)yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional,
Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni :
(1)
Penyusunan rencana;
(2)
Penetapan rencana;
(3)
Pengendalian pelaksanaan rencana; dan
(4)
Evaluasi pelaksanaan rencana.
Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara
keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.
Tahap
penyusunan
rencana dilaksanakan
untuk
menghasilkan
rancangan
lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat)
langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan
yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing
instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman
pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya
adalah
melibatkan
masyarakat
(stakeholders)
dan
menyelaraskan
rencana
pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah
penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini,
rencana
pembangunan
Undang-Undang/Peraturan
jangka
panjang
Nasional/Daerah
ditetapkan
sebagai
Daerah,Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional/Daerah
ditetapkan
sebagai
Peraturan
Presiden/Kepala
Daerah,
dan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangan.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan
pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga,
baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan
yang
merupakan
dan
atau
terkait
dengan
fungsi
dan
tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan,
Kementrian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan
ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah