Proses Perencanaan dan Penganggaran dan

Proses Perencanaan dan Penganggaran
Perencanaan dan penganggaran merupakan suatu kesatuan konsep dan proses
yang tidak terpisahkan. Rencana pembangunan tidak dapat dijalankan tanpa
anggaran atau sumber pembiayaannya.
Perencanaan dan Penganggaran Daerah selain merujuk pada UU 32/2004, UU
23/2004

juga

diatur

oleh

UU

No.

25/2004

tentang


Sistem

perencanaan

Pembangunan Nasional (SPPN) dan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara.

Merujuk pada keempat UU di atas maka perencanaan dan penganggaran daerah
terutama dari segi prosesnya menjadi kewenangan daerah yang dituangkan dalam
bentuk

Peraturan

Daerah

dengan

mengacu

padaPeraturan


Pemerintah

(PP). Mekanisme perencanaan pembangunan dimulai dari penjaringan aspirasi
masyarakat dan pengkajian kebutuhan masyarakat melalui musyawarah di tingkat
Desa/Kelurahan yang dilanjutkan dengan musyawarah di tingkat Kecamatan dst.
Pendekatan Dalam Perencanaan

UU 25 Tahun 2004 tentang SPPN, mencakup 5 pendekatan dalam seluruh rangkaian
perencanaan pembangunan, yaitu: beberapa pendekatan dalam perencanaan
pembangunan, yaitu pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, atas-bawah
dan bawah-atas.
 Pendekatan politik, memandang

bahwa pemilihan presiden/gubernur/bupati secara

langsung adalah bagian dari proses penyusunan rencana, karena rakyat memilih
mereka berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan. Oleh karena
itu,

rencana


ditawarkan

pembangunan

pada

saat

adalah

kampanye

penjabaran
ke

dalam

agenda


rencana

pembangunan
pembangunan

yang
jangka

menengah.
 Pendekatan teknokratik, dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
pikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk
itu.
 Pendekatan partisipatif, berarti melibatkan

semua stakeholders pembangunan

untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
 Pendekatan

bawah-atas dan


pemerintahan,

rencana

atas-bawah, dilaksanakan

pembangunan

menurut

jenjang

diselaraskan melalui musyawarah yang

dilaksanakan di tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan nasional.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana


Pembangunan

Daerah, Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa
dalam

proses

penyusunan

dokumen

perencanaan

pembangunan

mengikutsertakan seluruh komponen masyarakat dalam bentuk
pemangku


kepentingan

atau

forum

Musyawarah

forum

perlu
antar

Perencanaan Pembangunan

(Musrenbang).
Musrenbang daerah merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam
proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Penyelenggaraan
Musrenbang dalam rangka penyusunan RKPD (kabupaten.kota) dilakukan secara
berjenjang mulai dari Musrenbang desa/kelurahan, Musrenbang kecamatan, forum

Satuan Kerja Perangat Daerah (SKPD) atau forum gabungan SKPD dan Musrenbang

Kabupaten/kota. Peran Musrenbang menjadi lebih bermakna karena menjadi media
utama konsultasi publik bagi segenap pelaku kepentingan untuk menyelaraskan
prioritas

pembangunan

dari

tingkat

bawah

dengan

prioritas

dan


sasaran

pembangunan tingkat atas, mengklarifikasi usulan program dan kegiatan yang
telah disampaikan masyarakat pada setiap tahapan

Musrenbang, mulai dari

Musrenbang Kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Forum SKPD dan Musrenbang
Kabupaten/Kota;

serta

menyepakati

prioritas

pembangunan

dan


program/kegiatan pada setiap tahapan Musrenbang. Prinsip yang digunakan untuk
menyepakati program dan kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk
mencapai

mufakat. Musyawarah

merupakan

istilah

yang

sebenarnya

sudah

mempunyai arti yang jelas yaitu forum untuk merembugkan sesuatu dan berakhir
pada pengambilan kesepakatan atau pengambilan keputusan bersama, bukan
seminar atau sosialisasi. Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum
Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis.


Proses perencanaan partisipatif

merupakan proses perencanaan atas bawah (top down) dan bawah atas (bottom
up) yang diselaraskan melalui musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) di
tingkat desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kota dan provinsi, serta nasional.
Musrenbang merupakan instrumen proses perencanaan pembangunan, sehingga
secara teknis berbagai keputusan dalam pelaksanaan pembangunan dirumuskan
secara bersama dan dilaksanakan sesuai dengan jenjang pemerintahan.

Tahapan Perencanaan Pembangunan
Dalam sistem SPPN, terdapat 4 tahapan perencanaan pembangunan:

(1)

penyusunan rencana, (2) penetapan rencana, (3) penegendalian pelaksanaan
rencana, dan (4) evaluasi pelaksanaan rencana.
Kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana merupakan

fungsi manajemen, yang saling terkait

dan

tidak dapat

dipisahkan satu sama lain. Keempatnya saling melengkapi dan masing- masing
memberi umpan balik serta masukan kepada yang lainnya.
Perencanaan yang telah disusun dengan baik, tidak ada artinya jika tidak dapat
dilaksnakan. Setiap pelaksanaan rencana tidak akan berjalan lancar jika tidak
didasarkan kepada perencanaan yang baik. Sejalan dengan itu, dalam

rangka

meningkatkan efesiensi dan efektivitas alokasi sumber daya, serta menigkatkan

trasparansi dan akuntabilitas pengelolaan program pembangunan, perlu dilakukan
upaya pengendalian dan evaluasi terhadappelaksanaan rencana pembangunan.
Pengendalian

dilakukan

dengan

maksud

untuk

dapat

menjamin

bahwa

pelaksanaan rencana pembangunan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengamati perkembangan
pelaksanaan

rencana

pembangunan,

mengidentifikasi

serta

mengantisipasi

permasalahan yang timbul untuk dapat di ambil tindakan sedini mungkin.
Tindak lanjut merupakan kegiatan atau langkah-langkah operasional yang ditempuh
berdasarkan pada hasil pelaksanaan kegiatan dan pengawasan untuk menjamin
untuk menjamin agar pel aksanaan kegiatan sesuai dengan acuan dan rencana
yang telah ditetapkan, seperti antara lain, melakukan koreksi atas penyimpangan
kegiatan, akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan,

ataupun klarifikasi atas

ketidakjelasan pelaksanaan rencana.
Evaluasi dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan
apakah

pencapaian

hasil,

kemajuan

dan

kendala

yang dijumpai

pasti
dalam

pelaksanaan rencana pembangunan dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan
pelaksanaan rencana pembangunan di masa yang akan datang. Fokus utama
evaluasi diarahkan kepada pelaksanaan rencana pembangunan. Oleh karena itu,
dalam

perencanaan

yang transparan dan akuntabel, harus disertai dengan

penyusuanan indikator kinerja pelaksanaan rencana, yang meliputi ; (i) indikator
masukan, (ii) indikator keluaran, (iii) indikator hasil/manfaat.
Di dalam pelaksanaannya, kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada berbagai
tahapan yang berbeda,
evaluasi

pada

tahap

pelaksanaan (ex-post)

yaitu

evaluasi pada

pelaksanaan

tahap perencanaan

(ex-ante),

(on-going), evaluasi pada tahap pasca

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DALAM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 25 TAHUN 2004

Dalam Undang-undang Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 2004 ditetapkan
bahwaSistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tatacara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana pembangunan dalam
jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur
penyelenggara pemerintahan di pusat dan Daerah dengan melibatkan masyarakat.
Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasionalmencakup

lima pendekatan

dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:
(1)

Politik;

(2)

Teknokratik;

(3)

Partisipatif;

(4)

Atas-bawah (top-down); dan

(5)

Bawah-atas (bottom-up).

Pendekatan Politik memandang bahwa pemilihan Presiden/Kepala Daerah
adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat pemilih menentukan pilihannya
berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan masing-masing
calon Presiden/Kepala Daerah.
Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda dan
janjipembangunan

yang

ditawarkan

Presiden/Kepala

Daerah

kampanye guna

pada

saat

dituangkan ke

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Daerah).

Perencanaan

dengan

pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara
fungsional

bertugas

untuk

Perencanaan pembangunan dengan Pendekatan Partisipatif
melibatkan

semua

pihak

yang

berkepentingan

dilaksanakan

(stakeholders)

itu.
dengan
terhadap

pembangunan.

Pelibatan

mereka

menciptakan Rasa Memiliki yang

adalah
tinggi

Pendekatan Atas-bawah

untuk

mendapatkan

atau

mendalam.

aspirasi

dan

Sedangkan,

dan Bawah-atas

dalam

perencanaan pembangunan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana
hasil

proses

atas-bawah

musyawarah (Musyawarah

dan

Perencanaan

bawah-atas

diselaraskan

Pembangunan

yang

melalui

dihasilkan

lewat

Metode Penjaringan Aspirasi Masyarakat)yang dilaksanakan baik di tingkat Nasional,
Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, dan Desa.
Perencanaan pembangunan terdiri dari empat (4) tahapan yakni :
(1)

Penyusunan rencana;

(2)

Penetapan rencana;

(3)

Pengendalian pelaksanaan rencana; dan

(4)

Evaluasi pelaksanaan rencana.

Keempat tahapan diselenggarakan secara berkelanjutan sehingga secara
keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh.
Tahap

penyusunan

rencana dilaksanakan

untuk

menghasilkan

rancangan

lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat)
langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan
yang bersifat teknokratik, menyeluruh, dan terukur. Langkah kedua, masing-masing
instansi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman
pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah berikutnya
adalah

melibatkan

masyarakat

(stakeholders)

dan

menyelaraskan

rencana

pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui
musyawarah perencanaan pembangunan. Sedangkan langkah keempat adalah
penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.
Tahap berikutnya adalah penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga
mengikat semua pihak untuk melaksanakannya. Menurut Undang-Undang ini,
rencana

pembangunan

Undang-Undang/Peraturan

jangka

panjang

Nasional/Daerah

ditetapkan

sebagai

Daerah,Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional/Daerah

ditetapkan

sebagai

Peraturan

Presiden/Kepala

Daerah,

dan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai Peraturan
Presiden/Kepala Daerah.
Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin
tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana
melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana
tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Selanjutnya, Menteri/ Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil
pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah sesuai dengan tugas dan
kewenangan.
Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan
pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan
informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.
Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indikator dan sasaran kinerja yang tercantum
dalam dokumen rencana pembangunan. Indikator dan sasaran kinerja mencakup
masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak
(impact). Dalam rangka perencanaan pembangunan, setiap Kementerian/Lembaga,
baik Pusat maupun Daerah, berkewajiban untuk melaksanakan evaluasi kinerja
pembangunan

yang

merupakan

dan

atau

terkait

dengan

fungsi

dan

tanggungjawabnya. Dalam melaksanakan evaluasi kinerja proyek pembangunan,
Kementrian/Lembaga, baik Pusat maupun Daerah, mengikuti pedoman dan petunjuk
pelaksanaan evaluasi kinerja untuk menjamin keseragaman metode, materi, dan
ukuran yang sesuai untuk masing-masing jangka waktu sebuah rencana.
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN)
Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah