Arah dan Tantangan Fintech Syariah

Isyu Legalitas, Akuntansi, Audit, Tata Kelola dan Etika
Fintech Syariah
Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, Wakil Ketua STEI Tazkia
Dipresentasikan di Acara Seminar Nasional Fintech Syariah
dan Launching Pusat Studi Fintech Syariah Tazkia
Kampus Tazkia, Sentul City, Bogor
Sabtu, 30 September 2017/10 Muharram 1439H

Lanjutan Cerita
• Artikel ini adalah sambungan dari artikel sebelumnya
yang berjudul Fintech Syariah yang telah
dibentangkan di seminar fintech syariah di Kampus
Tazkia, Bogor, bulan Agustus yang lalu.
• Artikel kali ini menekankan pada bahasan dari sisi
legalitas, akuntansi, audit, tata kelola, dan etika.

Legalitas

Peraturan OJK
• Peraturan OJK Nomor 77/POJK.01/2016 tanggal 29 Des 2016
tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi

Informasi.
• Layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi
adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk
mempertemukan pemberi pinjaman dengan penerima pinjaman
dalam rangka melakukan perjanjian pinjam meminjam dalam
mata uang rupiah secara langsung melalui sistem elektronik
dengan menggunakan jaringan internet

Definisi Syariah
• Walaupun belum ada definisi secara syariah, namun
peraturan ini dapat dimaknai juga sebagai peraturan
untuk layanan jual beli/kemitraan/pembiayaan/sewa
menyewa syariah sebagai penyelenggaraan layanan
jasa keuangan untuk mempertemukan
penjual/mitra/pemilik modal/pemilik aset dengan
pembeli/mitra/pekerja/penyewa dalam rangka
melakukan jual beli/pembiayaan secara syariah dalam
mata uang rupiah secara langsung melalui sistem
elektronik dengan menggunakan jaringan internet.
• Konsep murabahah, salam, istishna, mudharabah,

musyarakah, ijarah

Peraturan Bank Indonesia
• PBI 18/40/PBI/2016 tanggal 14 November 2016 tentang
Penyelanggaraan pemrosesan transaksi pembayaran
• Peraturan secara syariah; Penyelanggaraan pemrosesan
transaksi pembayaran secara syariah
• Konsep sharf, hedging, wa’ad dll.

Akuntansi

Standar
• Standar akuntansi untuk bisnis syariah selalu merujuk fatwa
Dewan Syariah Nasional –Majlis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
sebelum mengeluarkan standar – standar akuntansi. Dari
tahun 2000 hingga saat ini sudah dikeluarkan 109 fatwa
keuangan syariah.
• Fatwa dikeluarkan karena diminta oleh lembaga keuangan
syariah baik itu bank, asuransi, pasar modal, maupun entitas
syariah lainnya. Adapun dengan kehadiran bisnis FinTech

berbasis syariah, perlakuan akuntansi perlu disesuaikan.
Hingga saat ini belum ada pembahasan terkait akuntansi
untuk FinTech maupun FinTech Syariah. Berikut adalah
usulan Akuntansi Mudharabah Fintech

Mudharabah FinTech

Jurnal Akuntansi
• Pengelola (Mudharib) melakukan permohonan
pembiayaan Mudharabah, melengkapi persyaratan yang
diperlukan kepada Penyedia Jasa FinTech (Marketplace).
Kemudian tim FinTech melakukan analisa pengajuan
pembiayaan Mudharabah oleh Pengelola (Mudharib)
dan menawarkan ke Investor (Shahibul Maal).
• Pada tahapan ini, tidak ada jurnal baik dari sisi
Pengelola (Mudharib), Pemilik Dana (Shahibul Maal)
maupun Penyedia Jasa Fintech (Market Place).

Jurnal…
• Investor (Shahibul Maal) menyetujui dan memberikan

investasi modal pembiayaan Mudharabah kepada
Penyedia Jasa Fintech Pengelola (Mudharib) dengan
nisbah bagi hasil yang disepakati. Pada saat Investor
(Shahibul Maal) memberikan modal kepada Pengelola
melalui Penyedia Jasa Fintech, maka jurnal yang dibuat
oleh Shahibul Maal:
• Dana Investasi Mudharabah pada Kas. Jurnal di sisi
Penyedia Jasa Fintech: Kas pada Dana Syirkah Temporer.

Jurnal…
• Jasa FinTech (Marketplace) menyertakan modal
pembiayaan Mudharabah sesuai nisbah yang disepakati
kepada Mudharib (Shahibul Maal). Jurnal pada saat
Penyedia Jasa Fintech menyertakan modal Mudharabah
ke Pengelola (Mudharib), maka jurnal yang dibuat oleh
Penyedia Jasa Fintech:
• Dana Inevstasi Mudharabah pada Kas. Jurnal di sisi
Pengelola (Mudharib): Kas pada Dana Syirkah Temporer.
• Pengelola (Mudharib) mengeluarkan usaha pengelolaan
kegiatan usaha. Tidak ada jurnal


Jurnal…
• Pemberian bagi hasil pendapatan investor dari
Pengelola kepada Penyedia Jasa Fintech dari hasil
keuntungan. Pada saat Pengelola (Mudharib) membagi
keuntungan kepada Penyedia Jasa Fintech, jurnal yang
dibuat oleh Penyedia Jasa Fintech:
• Kas pada Pendapatan Bagi Hasil Mudharabah. Jurnal di
sisi Pengelola (Mudharib): Beban Bagi Hasil pada Kas.

Jurnal…
• Pemberian bagi hasil pendapatan dari Penyedia Jasa
Fintech kepada Investor dari hasil keuntungan. Pada
saat Penyedia Jasa Fintech membagi keuntungan
kepada Investor, jurnal yang dibuat oleh Penyedia Jasa
Fintech:
• Beban Bagi Hasil Mudharabah pada Kas. Jurnal di sisi
Investor (Shahibul Maal): Kas pada Pendapatan Bagi
Hasil Mudharabah.


Jurnal..
• Pengembalian modal kepada Penyedia Jasa FinTech
(Marketplace) oleh Pengelola (Mudharib). Pada saat
Pengelola (Mudharib) mengembalikan Penyedia Jasa
Fintech, jurnal yang dibuat oleh Penyedia Jasa Fintech:
• Dana Investasi Mudharabah pada Kas. Jurnal di sisi
Pengelola (Mudharib): Dana Syirkah Temporer pada Kas.

Jurnal…
• Jasa FinTech (Marketplace) mengembalikan investasi
modal kepada Investor (Shahibul Maal). Pada saat
Penyedia Jasa Fintech mengembalikan modal kepada
Investor (Shahibul Maal), jurnal yang dibuat oleh
Penyedia Jasa Fintech:
• Dana Syirkah Temporer pada Kas. Jurnal di sisi Investor
(Shahibul Maal): Kas pada Dana Investasi Mudharabah.

Audit

• Dalam hal audit, peranan audit elektronik (Electronic

Data Process - EDP) akan makin penting ketika
digitalisasi dalam proses bisnis makin dominan.

Tata Kelola

TARIF
• Transparency, Accountability, Responsibility,
Independence dan Fairness (disingkat TARIF).

KYC
KYI

Tranparansi
• Informasi yang disediakan oleh bisnis FinTech harus
memenuhi karakteristik informasi yang baik yaitu
akurat, relevan, memadai, real time, jelas dan mudah
diakses oleh pemangku kepentingan.

Akuntabilitas
• Bisnis FinTech harus dapat mempertanggungjawabkan

kinerjanya secara transparan dan adil kepada pemangku
kepentingan. Bentuk pertanggungjawaban berupa
laporan secara berkala kepada OJK dalam bentuk
laporan keuangan dan laporan penyelenggaraan layanan
berbasis elektronik.

Responsibilitas
• Bisnis FinTech juga harus mematuhi peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan memenuhi
ketentuan bisnis syariah, juga bertanggung jawab
terhadap lingkungan dan masyarakat.

Independen
• Bisnis FinTech harus bebas dari kepentingan pihak
tertentu sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara objektif. Benturan kepentingan juga
dapat mengancam prinsip dasar etika bisnis syariah.
• Dewan Pengawas Syariah
• Audit Internal Syariah


Kewajaran dan kesetaraan
• Setiap individu yang berminat untuk bertransaksi
dengan bisnis FinTech memiliki kesamaan dalam hak,
perlakuan dan kesempatan. Bisnis FinTech harus bersifat
tawazun (seimbang/adil) dalam memberikan layanan,
tidak mengurang hak pemangku kepentingan FinTech.

Etika

Jujur-Adil-Amanah-Ihsan
• 1. Jujur. Bisnis FinTech harus mampu menjaga
kerahasiaan data pemangku kepentingan.
• 2. Adil. Bisnis FinTech harus memperhatikan
kepentingan semua pemangku kepentingan, tidak
berpihak dan menyampaikan informasi secara terbuka
melalui media yang digunakan.

Jujur-Adil-Amanah-Ihsan
• 3. Amanah. Bisnis FinTech harus mengedepankan
amanah, dimulai dari visi misi bisnis tersebut sehingga

tujuan yang akan dicapai menjadi jelas. Tidak ada
konflik kepentingan ketika menjalankan tugas maka dari
itu harus ada hak dan kewajiban yang jelas sesuai
dengan konsep TARIF dalam tata kelola.
• 4. Ihsan. Bisnis FinTech juga harus mengedepankan
konsep berbagi bukan berlomba – lomba hanya untuk
mencari keuntungan yang tidak peduli apabila
merugikan orang lain. Maka dari itu, para startup harus
menyisihkan sebagian keuntungan untuk kegiatan
sosial.

TERIMA KASIH
murniati@tazkia.ac.id