Pasar Kota bandung dan Kita
4
MINGGU
21 MEI 2017
www.tribun-bali.com
REDITE UMANIS MERAKIH ÇAKA 1939
Puisi-puisi Ita’ul Masruroh
Ayah
Saban petang suara rantai sepeda tua baru tiba
kayuhannya tak pernah menyerah
pada matahari yang menghitamkan punggungnya
atas jarak yang tak biasa-biasa saja
ia tetap memasang wajah bahagia
menemui kembali tawa anak-anaknya
ada yang cemburu di ketinggian sana
pada sosok yang tak banyak bicara
selalu menampakkan senyuman meski banyak beban
yang lelah dalam kebisuan
bulan menunduk di antara kilau yang bertebaran
malu padanya
setiap pucuk mentari mulai merekah
ia sudah siap dengan sepeda tuanya
sampai senja mulai melepaskan pesonanya
ia tak memelas pada dunia
ia
sebuah cinta yang tak banyak bicara
Elegi Sebuah Janji
Di sana dulu berlomba
mengayuh sepeda
menyapu rata padangpadang ilalang
terus mengayuh di atas jembatan tua yang telah reot
paku-pakunya berkarat, lelah
disekap
memberikan kemerdekaan
bagi papan-papannya
tidak diperhitungkan
tidak juga ditakutkan
hanya untuk siapa cepat
sampai di sekolah kebanggaan
sayang itu dulu
ketika mainan masih cukup
tanah liat
dan ketika bibir masih bisa
tertarik ke dalam
meski hanya damar penerang belajar
kini berbeda
pergolakan zaman menggerogoti mereka yang tak siap
dan mereka yang berpurapura siap
janjinya dulu menggelora
mengundang senyum ayah
ibu
mengumbar kata ke berbagai penjuru
dikata menuntut ilmu
pergi jauh dari rimbunan ilalang
terbiasa dengan batu-bata
yang dikokohkan
sudah tak lagi selera dengan
makanan pedesaan
gaya hidup terus menuntut
ada kemajuan
tidak memikirkan ayah menelan ludah menahan dahaga
tidak peduli ibu mengikat
perut membisukan keroncongan
hanya untuk sampul hidup
kepalsuan di perantauan
nyatanya tidak ada hasilnya
hanya mampu menggeliat
ketika kartu ATM sudah tak
lagi bisa berkata
ketika lapar sudah membabi buta
ketika keteguhan telah tergerus peradaban
jalan ironi menjadi pilihan
mengotori janji yang telah disematkan
menancapkan belati pada
hati ayah ibu sendiri
yang telah lama menanti di
kampung halaman
mungkinkah, Kau lupa ingatan sayang?
Ita’ul Masruroh kini sedang menempuh studi
di Universitas Udayana.
SENARAI SENI
Open Talk : Share Your Pride
Komunitas tu.wa.ga menyelenggarakan Open Talk: Share
Your Pride. Dalam acara ini, Komunitas tu.wa.ga ingin mengajak mahasiswa yang menekuni
bidang arsitektur dan arsitektur
lanskap untuk mempresentasikan hasil karya mereka. Acara berlangsung Minggu, 21 Mei
2017 pukul 16.00 Wita di Pelataran Uma Seminyak, Kuta, Badung. Karya yang telah dipresentasikan akan dipamerkan
dalam eksibisi pada Sabtu, 27
Mei 2017.
Pameran Seni Rupa: Menjemput Masa Lalu
Lima perupa Bali menggelar
pameran bersama bertajuk
“Menjemput Masa Lalu”. Pameran dibuka Minggu, 21 Mei
2017 pukul 19.00 Wita di Sika
Gallery, Jalan Raya Campuhan
Ubud, Gianyar. Seniman yang
terlibat adalah I Putu Nova Ruspika Yanto, I Gede Jaya Putra, Ngakan Putu Agus Arta Wijaya, I Made Putra Indrawan, I
Nyoman Suarnata. Eksibisi berlangsung hingga 28 Mei 2017.
Bali Mandara Nawanatya II: Parade Sastra
Workshop Fotografi “Bercerita
dengan Foto”
Workshop fotografi bertema
“Bercerita dengan Foto” digelar
di Avilla Bali, Jalan Patih Jelantik Central Park Kuta, Badung.
Acara berlangsung Selasa, 23
Mei 2017 pukul 09.00 hingga
18.00 Wita. Workshop dipandu
oleh Vifick Bolang (visual storyteller). Ia akan berbagi pengalamannya dalam bidang foto
story. Workshop ini dibagi menjadi tiga sesi, yaitu teori, praktik
(hunting foto), dan diskusi.
Workshop Linocut dan Diskusi
Seni Grafis
Serangkaian Pameran Studio Grafis Undiksa “Explora(c)
tion”, digelar workshop dan
diskusi seni grafis. Workshop
berlangsung Selasa, 23 Mei
2017 pukul 15.00 Wita, dilanjutkan diskusi bertajuk “Seni
Grafis dalam Pendidikan Seni”
pukul 18.00 Wita. Sebagai
pembicara adalah Hardiman
Adiwinata (pengajar seni, kurator) dan Susanta Dwitanaya
(kurator). Acara berlangsung
di Bentara Budaya Bali, Jalan
Prof IB Mantra 88A, Ketewel,
Gianyar.
Serangkaian Bali Mandara Nawanatya II, digelar Parade Sastra setiap akhir pekan Mei.
Minggu, 21 Mei 2017 akan
tampil Teater Topeng SMAN 2
Denpasar dan Sanggar Seni
Galang Kangin Semandapura
SMAN 2 Karangasem. Sedangkan Sabtu, 27 Mei 2017 akan
tampil Pentas Teater Antariksa SMAN 7 Denpasar dan Musikalisasi Puisi SMAK Soverdi
Tuban. Acara digelar di Gedung
Ksirarnawa Taman Budaya,
Denpasar pukul 19.30 Wita.
Bali Blues Festival 2017
Maut Seru 29 Undiksha
Pameran Seni Rupa bertajuk “Vague Memories” digelar
pada 19 Mei-30 Juni 2017 di
Santrian Gallery, Jalan Danau
Tamblingan, Sanur, Denpasar.
Eksibisi ini menampilkan karya Ida Bagus Putu Purwa selama satu tahun terakhir. Dalam
karya-karyanya Purwa mencoba untuk mengeksplorasi persoalan yang berkelindan
dalam dirinya maupun di sekitarnya yang menjadi stimulasi gagasan kreatifnya sebagai
seniman.
Memperingati hari jadi Prodi
Pendidikan Seni Rupa Undiksha ke-29, Gabungan Mahasiswa Seni Rupa menyelenggarakan Maut Seru (Malam Ulang
Tahun Program Studi Pendidikan Seni Rupa). Acara berlangsung Senin, 22 Mei 2017 pukul
18.30 Wita di Kampus Bawah
Undiksha Singaraja. Agenda
ini menampilkan pertunjukan
seni seperti Tari Sama Sama
Tak Sama, Calonarang Parodi,
Crazy Dance, dan lainnya.
Festival musik blues tahunan,
Bali Blues Festival kembali digelar. Acara berlangsung Jumat
(26/5) dan Sabtu (26/5) di Peninsula Island Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Badung. Festival ini menghadirkan beberapa
musisi blues semisal Krakatau
Reunion, Gugun Blues Shelter, Six String, Balawan, Dialog
Dini Hari, serta beberapa musisi lainnya.
Pameran Seni Rupa: Vague Memories
PEMBACA yang budiman, Tribun Bali menerima kiriman
tulisan berupa esai dan puisi. Esai dapat berupa ulasan akan
sebuah pertunjukan seni, pemutaran film, pameran lukisan,
fotografi , maupun tinggalan sejarah dan agenda seni lainnya.
Tulisan dapat pula membahas perihal dinamika sosial kultural
sebuah masyarakat. Panjang tulisan maksimal 700 kata. Karya
esai dan puisi dapat dikirim ke [email protected].
Terimakasih.
Oleh: Savitri Sastrawan
Pasar, kota, dan manusia,
punya kisah dan sejarahnya
masing-masing. Menyimpan rahasia dan tanda tanya
yang tak henti-hentinya
mengundang dahaga untuk
masuk merasuk dan menyelaminya hingga ke relung
paling terdalam.
B
ELAKANGAN ini, ada
perubahan besar akan
keberadaan Pasar Badung yang kini lokasinya berpindah alamat di
gedung eks Tiara Grosir,
Jalan Cokroaminoto. Pasar ini menyimpan beribu cerita, dan dari sanalah
asal muasal kata Denpasar.
Tercatat dalam sejarah sebagai
tempat peristirahatan Raja Badung,
Kyai Jambe Ksatrya, dari Puri Jambe
Ksatrya yang letaknya di utara pasar.
Maka dinamakanlah “Den” artinya
Utara dan Pasar. Tempat peristirahatan tersebut berubah menjadi Puri
Denpasar sewaktu Puri Jambe Ksatrya diambil alih oleh Puri Kaler Pemecutan, dan juga menjadikannya
kota pusat pemerintahan pada tahun
1788.
Pasar tersebut awalnya terletak di
Lapangan Puputan Badung -pada
masa perang Kerajaan Badung tahun
1906-, sangat dekat dengan kilometer
nol Kota Denpasar – jantung kota ini.
Setelah Puputan Badung, pasar tersebut direlokasi di atas Tukad Badung
dan sejak itu dikenal sebagai Pasar
Badung.
Walau zaman kian mengalami perubahan, namun sejatinya pasar masih
memiliki makna yang sama. Hanya
saja mungkin tampilannya kini jauh
lebih tertata dan modern. Contohnya,
area Puri Jambe Ksatrya di Jalan Veteran dikenal sebagai Pasar Burung
Satria yang menjual berbagai hewan
peliharaan terutama binatang burung.
Pasar Kereneng yang menjual pakaian dan keperluan persembahyangan, masih dalam bentuk pasar tradisional. Sedangkan pusat kain tekstil
FOTO-FOTO: SYAIFUDIN VIFICK
di Jalan Sulawesi dan perhiasan emas
di Jalan Hasanudin lebih pada bentuk
pertokoan.
Pada halaman website pemerintah Kota Denpasar, denpasarkota.
go.id, kita bisa menemukan toko-toko
dan pasar-pasar ini di bawah menu
‘Kawasan Bisnis’. Ini menunjukkan
bagaimana Denpasar merupakan pusat ekonomi yang penting.
Wadah Alternatif
CushCush Gallery, galeri yang dibuka pertengahan tahun 2016 dan terletak di Jalan Teuku Umar, mencoba
merespon fenomena ini. CushCush
Gallery didirikan dengan visi menjadi
“wadah alternatif untuk seni dan desain kontemporer.”
Berada di tengah hiruk pikuk kota
Denpasar, galeri ini memiliki ekspedisi baru pada pasar di Denpasar. Pasar
dinilai sebagai tempat yang penting
untuk mengetahui karakter dan jiwa
suatu kota, karena di sanalah semua
berbincang, melihat-lihat, dan berinteraksi. Termasuk pula geliat dan
gelagat masyarakatnya.
Ekspedisi baru tersebut adalah
DenPasar 2017, pameran bersama
yang mengajak seniman dan komunitas kreatif untuk mengobservasi,
memahami, dan mempelajari kembali
arti dari ‘Pasar’ dan Denpasar” dengan tema ‘Bahasa Pasar’.
Membaca kembali arti dari Denpasar, sangat meyakinkan bahwa
pasar merupakan hal signifikan dalam perkembangan Denpasar sebagai
kota.
Pameran ini segaris dengan Visi
Kota Denpasar yakni “Denpasar
Kreatif Berwawasan Budaya dalam
Keseimbangan Menuju Keharmonisan.” Partisipan yang terlibat dari
berbagai disiplin kreativitas, senior
maupun muda.
Pemilik CushCush Gallery, Suriawati Qiu, menekankan, DenPasar
2017 bertujuan untuk mengangkat sisi
kreatif dari Kota Denpasar. Melalui
interpretasi, pikiran-pikiran, resapan
yang berbeda-beda dari para partisipan, diharapkan dapat memperkenalkan Denpasar lebih jauh lagi pada
masyarakat luas dan juga generasi
muda.
Melali dan Bercerita
DenPasar 2017 telah dimulai dengan sesi Melali Ke Pasar. Diawali
dengan DenPasar Talk yakni sesi seminar bersama budayawan Arief Ayip
Budiman dan Marlowe Bandem. Ke-
mudian dilanjutkan dengan DenPasar
Walk bersama para partisipan.
Perancang busana Elizabeth Myra
Juliarti, salah satu partisipan DenPasar 2017, menjelaskan, “Melali Ke
Pasar menunjukkan hidden treasures,
juga mempersilakan saya untuk membold-highlight-italic pemandangan
yang terbiasa kita lihat di sana dan
kita hampir tidak menyadari bahwa
adanya hal-hal itulah yang selama ini
telah membentuk suatu cerita mengenai Bahasa Pasar.”
Masing-masing partisipan memiliki
cara tersendiri dalam mengisahkan
pasar, kota, dan diri mereka yang juga
merupakan bagian dari ‘kita’. Ada
yang mencoba dengan jeli menelisik
hingga sisi paling esensi dan manusiawi. Ada pula yang berupaya melihat
lebih luas, menggambarkan keseluruhan pemandangan yang terekam
mata.
Publik dapat menghadiri pameran
bersama karya-karya para partisipan
DenPasar2017 pada Jumat, 26 Mei
2017 di CushCush Gallery, Teuku
Umar Street, Gang Rajawali No 1A,
Denpasar, Bali. (*)
*Penulis kesenian/freelance writer
yang berbasis di Bali.
MINGGU
21 MEI 2017
www.tribun-bali.com
REDITE UMANIS MERAKIH ÇAKA 1939
Puisi-puisi Ita’ul Masruroh
Ayah
Saban petang suara rantai sepeda tua baru tiba
kayuhannya tak pernah menyerah
pada matahari yang menghitamkan punggungnya
atas jarak yang tak biasa-biasa saja
ia tetap memasang wajah bahagia
menemui kembali tawa anak-anaknya
ada yang cemburu di ketinggian sana
pada sosok yang tak banyak bicara
selalu menampakkan senyuman meski banyak beban
yang lelah dalam kebisuan
bulan menunduk di antara kilau yang bertebaran
malu padanya
setiap pucuk mentari mulai merekah
ia sudah siap dengan sepeda tuanya
sampai senja mulai melepaskan pesonanya
ia tak memelas pada dunia
ia
sebuah cinta yang tak banyak bicara
Elegi Sebuah Janji
Di sana dulu berlomba
mengayuh sepeda
menyapu rata padangpadang ilalang
terus mengayuh di atas jembatan tua yang telah reot
paku-pakunya berkarat, lelah
disekap
memberikan kemerdekaan
bagi papan-papannya
tidak diperhitungkan
tidak juga ditakutkan
hanya untuk siapa cepat
sampai di sekolah kebanggaan
sayang itu dulu
ketika mainan masih cukup
tanah liat
dan ketika bibir masih bisa
tertarik ke dalam
meski hanya damar penerang belajar
kini berbeda
pergolakan zaman menggerogoti mereka yang tak siap
dan mereka yang berpurapura siap
janjinya dulu menggelora
mengundang senyum ayah
ibu
mengumbar kata ke berbagai penjuru
dikata menuntut ilmu
pergi jauh dari rimbunan ilalang
terbiasa dengan batu-bata
yang dikokohkan
sudah tak lagi selera dengan
makanan pedesaan
gaya hidup terus menuntut
ada kemajuan
tidak memikirkan ayah menelan ludah menahan dahaga
tidak peduli ibu mengikat
perut membisukan keroncongan
hanya untuk sampul hidup
kepalsuan di perantauan
nyatanya tidak ada hasilnya
hanya mampu menggeliat
ketika kartu ATM sudah tak
lagi bisa berkata
ketika lapar sudah membabi buta
ketika keteguhan telah tergerus peradaban
jalan ironi menjadi pilihan
mengotori janji yang telah disematkan
menancapkan belati pada
hati ayah ibu sendiri
yang telah lama menanti di
kampung halaman
mungkinkah, Kau lupa ingatan sayang?
Ita’ul Masruroh kini sedang menempuh studi
di Universitas Udayana.
SENARAI SENI
Open Talk : Share Your Pride
Komunitas tu.wa.ga menyelenggarakan Open Talk: Share
Your Pride. Dalam acara ini, Komunitas tu.wa.ga ingin mengajak mahasiswa yang menekuni
bidang arsitektur dan arsitektur
lanskap untuk mempresentasikan hasil karya mereka. Acara berlangsung Minggu, 21 Mei
2017 pukul 16.00 Wita di Pelataran Uma Seminyak, Kuta, Badung. Karya yang telah dipresentasikan akan dipamerkan
dalam eksibisi pada Sabtu, 27
Mei 2017.
Pameran Seni Rupa: Menjemput Masa Lalu
Lima perupa Bali menggelar
pameran bersama bertajuk
“Menjemput Masa Lalu”. Pameran dibuka Minggu, 21 Mei
2017 pukul 19.00 Wita di Sika
Gallery, Jalan Raya Campuhan
Ubud, Gianyar. Seniman yang
terlibat adalah I Putu Nova Ruspika Yanto, I Gede Jaya Putra, Ngakan Putu Agus Arta Wijaya, I Made Putra Indrawan, I
Nyoman Suarnata. Eksibisi berlangsung hingga 28 Mei 2017.
Bali Mandara Nawanatya II: Parade Sastra
Workshop Fotografi “Bercerita
dengan Foto”
Workshop fotografi bertema
“Bercerita dengan Foto” digelar
di Avilla Bali, Jalan Patih Jelantik Central Park Kuta, Badung.
Acara berlangsung Selasa, 23
Mei 2017 pukul 09.00 hingga
18.00 Wita. Workshop dipandu
oleh Vifick Bolang (visual storyteller). Ia akan berbagi pengalamannya dalam bidang foto
story. Workshop ini dibagi menjadi tiga sesi, yaitu teori, praktik
(hunting foto), dan diskusi.
Workshop Linocut dan Diskusi
Seni Grafis
Serangkaian Pameran Studio Grafis Undiksa “Explora(c)
tion”, digelar workshop dan
diskusi seni grafis. Workshop
berlangsung Selasa, 23 Mei
2017 pukul 15.00 Wita, dilanjutkan diskusi bertajuk “Seni
Grafis dalam Pendidikan Seni”
pukul 18.00 Wita. Sebagai
pembicara adalah Hardiman
Adiwinata (pengajar seni, kurator) dan Susanta Dwitanaya
(kurator). Acara berlangsung
di Bentara Budaya Bali, Jalan
Prof IB Mantra 88A, Ketewel,
Gianyar.
Serangkaian Bali Mandara Nawanatya II, digelar Parade Sastra setiap akhir pekan Mei.
Minggu, 21 Mei 2017 akan
tampil Teater Topeng SMAN 2
Denpasar dan Sanggar Seni
Galang Kangin Semandapura
SMAN 2 Karangasem. Sedangkan Sabtu, 27 Mei 2017 akan
tampil Pentas Teater Antariksa SMAN 7 Denpasar dan Musikalisasi Puisi SMAK Soverdi
Tuban. Acara digelar di Gedung
Ksirarnawa Taman Budaya,
Denpasar pukul 19.30 Wita.
Bali Blues Festival 2017
Maut Seru 29 Undiksha
Pameran Seni Rupa bertajuk “Vague Memories” digelar
pada 19 Mei-30 Juni 2017 di
Santrian Gallery, Jalan Danau
Tamblingan, Sanur, Denpasar.
Eksibisi ini menampilkan karya Ida Bagus Putu Purwa selama satu tahun terakhir. Dalam
karya-karyanya Purwa mencoba untuk mengeksplorasi persoalan yang berkelindan
dalam dirinya maupun di sekitarnya yang menjadi stimulasi gagasan kreatifnya sebagai
seniman.
Memperingati hari jadi Prodi
Pendidikan Seni Rupa Undiksha ke-29, Gabungan Mahasiswa Seni Rupa menyelenggarakan Maut Seru (Malam Ulang
Tahun Program Studi Pendidikan Seni Rupa). Acara berlangsung Senin, 22 Mei 2017 pukul
18.30 Wita di Kampus Bawah
Undiksha Singaraja. Agenda
ini menampilkan pertunjukan
seni seperti Tari Sama Sama
Tak Sama, Calonarang Parodi,
Crazy Dance, dan lainnya.
Festival musik blues tahunan,
Bali Blues Festival kembali digelar. Acara berlangsung Jumat
(26/5) dan Sabtu (26/5) di Peninsula Island Kawasan Pariwisata Nusa Dua, Badung. Festival ini menghadirkan beberapa
musisi blues semisal Krakatau
Reunion, Gugun Blues Shelter, Six String, Balawan, Dialog
Dini Hari, serta beberapa musisi lainnya.
Pameran Seni Rupa: Vague Memories
PEMBACA yang budiman, Tribun Bali menerima kiriman
tulisan berupa esai dan puisi. Esai dapat berupa ulasan akan
sebuah pertunjukan seni, pemutaran film, pameran lukisan,
fotografi , maupun tinggalan sejarah dan agenda seni lainnya.
Tulisan dapat pula membahas perihal dinamika sosial kultural
sebuah masyarakat. Panjang tulisan maksimal 700 kata. Karya
esai dan puisi dapat dikirim ke [email protected].
Terimakasih.
Oleh: Savitri Sastrawan
Pasar, kota, dan manusia,
punya kisah dan sejarahnya
masing-masing. Menyimpan rahasia dan tanda tanya
yang tak henti-hentinya
mengundang dahaga untuk
masuk merasuk dan menyelaminya hingga ke relung
paling terdalam.
B
ELAKANGAN ini, ada
perubahan besar akan
keberadaan Pasar Badung yang kini lokasinya berpindah alamat di
gedung eks Tiara Grosir,
Jalan Cokroaminoto. Pasar ini menyimpan beribu cerita, dan dari sanalah
asal muasal kata Denpasar.
Tercatat dalam sejarah sebagai
tempat peristirahatan Raja Badung,
Kyai Jambe Ksatrya, dari Puri Jambe
Ksatrya yang letaknya di utara pasar.
Maka dinamakanlah “Den” artinya
Utara dan Pasar. Tempat peristirahatan tersebut berubah menjadi Puri
Denpasar sewaktu Puri Jambe Ksatrya diambil alih oleh Puri Kaler Pemecutan, dan juga menjadikannya
kota pusat pemerintahan pada tahun
1788.
Pasar tersebut awalnya terletak di
Lapangan Puputan Badung -pada
masa perang Kerajaan Badung tahun
1906-, sangat dekat dengan kilometer
nol Kota Denpasar – jantung kota ini.
Setelah Puputan Badung, pasar tersebut direlokasi di atas Tukad Badung
dan sejak itu dikenal sebagai Pasar
Badung.
Walau zaman kian mengalami perubahan, namun sejatinya pasar masih
memiliki makna yang sama. Hanya
saja mungkin tampilannya kini jauh
lebih tertata dan modern. Contohnya,
area Puri Jambe Ksatrya di Jalan Veteran dikenal sebagai Pasar Burung
Satria yang menjual berbagai hewan
peliharaan terutama binatang burung.
Pasar Kereneng yang menjual pakaian dan keperluan persembahyangan, masih dalam bentuk pasar tradisional. Sedangkan pusat kain tekstil
FOTO-FOTO: SYAIFUDIN VIFICK
di Jalan Sulawesi dan perhiasan emas
di Jalan Hasanudin lebih pada bentuk
pertokoan.
Pada halaman website pemerintah Kota Denpasar, denpasarkota.
go.id, kita bisa menemukan toko-toko
dan pasar-pasar ini di bawah menu
‘Kawasan Bisnis’. Ini menunjukkan
bagaimana Denpasar merupakan pusat ekonomi yang penting.
Wadah Alternatif
CushCush Gallery, galeri yang dibuka pertengahan tahun 2016 dan terletak di Jalan Teuku Umar, mencoba
merespon fenomena ini. CushCush
Gallery didirikan dengan visi menjadi
“wadah alternatif untuk seni dan desain kontemporer.”
Berada di tengah hiruk pikuk kota
Denpasar, galeri ini memiliki ekspedisi baru pada pasar di Denpasar. Pasar
dinilai sebagai tempat yang penting
untuk mengetahui karakter dan jiwa
suatu kota, karena di sanalah semua
berbincang, melihat-lihat, dan berinteraksi. Termasuk pula geliat dan
gelagat masyarakatnya.
Ekspedisi baru tersebut adalah
DenPasar 2017, pameran bersama
yang mengajak seniman dan komunitas kreatif untuk mengobservasi,
memahami, dan mempelajari kembali
arti dari ‘Pasar’ dan Denpasar” dengan tema ‘Bahasa Pasar’.
Membaca kembali arti dari Denpasar, sangat meyakinkan bahwa
pasar merupakan hal signifikan dalam perkembangan Denpasar sebagai
kota.
Pameran ini segaris dengan Visi
Kota Denpasar yakni “Denpasar
Kreatif Berwawasan Budaya dalam
Keseimbangan Menuju Keharmonisan.” Partisipan yang terlibat dari
berbagai disiplin kreativitas, senior
maupun muda.
Pemilik CushCush Gallery, Suriawati Qiu, menekankan, DenPasar
2017 bertujuan untuk mengangkat sisi
kreatif dari Kota Denpasar. Melalui
interpretasi, pikiran-pikiran, resapan
yang berbeda-beda dari para partisipan, diharapkan dapat memperkenalkan Denpasar lebih jauh lagi pada
masyarakat luas dan juga generasi
muda.
Melali dan Bercerita
DenPasar 2017 telah dimulai dengan sesi Melali Ke Pasar. Diawali
dengan DenPasar Talk yakni sesi seminar bersama budayawan Arief Ayip
Budiman dan Marlowe Bandem. Ke-
mudian dilanjutkan dengan DenPasar
Walk bersama para partisipan.
Perancang busana Elizabeth Myra
Juliarti, salah satu partisipan DenPasar 2017, menjelaskan, “Melali Ke
Pasar menunjukkan hidden treasures,
juga mempersilakan saya untuk membold-highlight-italic pemandangan
yang terbiasa kita lihat di sana dan
kita hampir tidak menyadari bahwa
adanya hal-hal itulah yang selama ini
telah membentuk suatu cerita mengenai Bahasa Pasar.”
Masing-masing partisipan memiliki
cara tersendiri dalam mengisahkan
pasar, kota, dan diri mereka yang juga
merupakan bagian dari ‘kita’. Ada
yang mencoba dengan jeli menelisik
hingga sisi paling esensi dan manusiawi. Ada pula yang berupaya melihat
lebih luas, menggambarkan keseluruhan pemandangan yang terekam
mata.
Publik dapat menghadiri pameran
bersama karya-karya para partisipan
DenPasar2017 pada Jumat, 26 Mei
2017 di CushCush Gallery, Teuku
Umar Street, Gang Rajawali No 1A,
Denpasar, Bali. (*)
*Penulis kesenian/freelance writer
yang berbasis di Bali.