Tinjauan Perilaku Kolektif dan Gerakan S

Tinjauan Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial
Dengan Teori Divusi Inovasi
( Lahirnya Semangat Kontrakultur “Underground” )

I. Latar Belakang
Kelompok sosial pada umumnya didefinisikan sebagai dua atau lebih orang yang
memiliki suatu identitas bersama dan yang berinteraksi secara reguler. Komunitas sendiri
termasuk dari kelompok sosial dengan tujuan yang sama. Dalam hal musik, underground
merupakan salah satu aliran musik yang diadaptasi dari barat dengan pemikiran
pemikiran Beberapa golongan yang menyukai jenis musik ini terkadang memberikan
aksen yang berbeda-beda di pandangan masyarakat. Perihal bagaimana komunitas dapat
mempertahankan eksistensi gaya perilaku sosial yang berporos pada genre ini dapat
menjadikan studi ringan dalam mempertimbangkan perilaku kolektif dan gerakan sosial
yang sudah berkembang. Gerakan sosial komunitas underground melahirkan kolektifitas
yang solid. Perkumpulan komunitas ini terdiri dari beberapa kalangan yang tidak merata,
termasuk beberapa kalangan pekerja, pelajar, muda sampai tua. Peran Komunikator
sendiri memberikan tanda-tanda dengan cara yang bagaimanapun berhubungan dengan
anggota lainnya. Tanda-tanda atau lambang dapat di anggap menjadi sistem kode yang
mempererat komunitas.
Kemudian selain sebagai makhluk individu, manusia adalah makhluk sosial. Mengapa
manusia suka hidup berkelompok? , alasan yang paling sederhana adalah dikarenakan

adanya dorongan alamiah yang menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk hidup
harus memenuhi kebutuhan-kebutuhannya seperti, makan-minum, seks, tempat tinggal,
dan juga kebutuhan eksistensial yang butuh diakui oleh orang lain.Adanya hukum alam
yang melingkupi kehidupan makhluk hidup (manusia), yaitu adanya kontradiksi yang
harus dihadapi dan insting kerjasama lahir dari situasi seperti itu.

Ada banyak sekali kelompok atau gerakan-gerakan sosial yang ada pada peradaban kali
ini, namu saya lebih tertarik utuk mengulas lebih jauh mengenai kelompok-kelompok
kontrakultur pada era tahun 60an yang sempat menggemparkan masyarakat dunia kala
itu.
Kontrakultur (Counterculture) sendiri merupakan istilah yang dimulai oleh
Theodore Roszack, seorang penerbit, editor, dan pengarang asal AS, pada 1969 melalui
buku The Making of Countercultur. Yang mana pada kontrakultur, kelompok-kelompok
progresif dan libertarian bermaksud mengubah dan menggantikan masyarakat barat
yang statis, dekaden, serta tidak menyenangkan. Sedangkan istilah underground sendiri
awalnya digunakan untuk menggambarkan jaringan-jaringan resistensi yang muncul
selama Perang Dunia II. Sedangkan, underground yang mulai muncul pada akhir dekade
1960-an menjadi sinonim untk gerakan kontrakultur itu sendiri.
Menurut Rogers dan Shoemaker (1971), studi difusi mengkaji pesan-pesan yang
berupa ide-ide ataupun gagasan-gagasan baru. Karena pesan yang disampaikan itu

merupakan hal-hal yang baru, maka pada pihak penerima akan timbul suatu derajat
resiko tertentu. Pada masyarakat yang sedang membangun seperti di Negara-negara
berkembang, penyebarserapan (difusi) inovasi terjadi terus menerus, dari suatu tempat
ke tempat yang lain, dari suatu waktu ke waktu berikutnya, dan dari bidang tertentu ke
bidang yang lainnya. Kedua hal tersebut merupakan sesuatu yang saling menyebabkan
satu sama lain. Penyebarserapan inovasi menyebabkan masyarakat menjadi berubah
dan perubahan sosial pun merangsang orang untuk menemukan dan menyebar-luaskan
hal-hal yang baru.
Sedangkan teori Difusi Inovasi sendiri senantiasa dikaitkan dengan proses
pembangunan masyarakat. Inovasi yang merupakan awal untuk terjadinya perubahan
sosial, dan perubahan sosial pada dasarnya merupakan inti dari pembangunan
masyarakat. Rogers dan Shoemaker (1971) menjelaskan bahwa proses difusi merupakan
bagian dari proses perubahan sosial. Sedangkan perubahan social sendiri adalah proses

dimana perubahan terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Perubahan sosial
terjadi dalam 3 (tiga) tahapan, yaitu: (1) Penemuan (invention), (2) difusi (diffusion), dan
(3) konsekuensi (consequences). Penemuan adalah proses dimana ide/gagasan baru
diciptakan atau dikembangkan. Difusi adalah proses dimana ide/gagasan baru
dikomunikasikan kepada anggota sistem sosial, sedangkan konsekuensi adalah suatu
perubahan dalam sistem sosial sebagai hasil dari adopsi atau penolakan inovasi.


Tahapan yang menciptakan proses difusi
1. Mempelajari Inovasi: Tahapan ini merupakan tahap awal ketika masyarakat mulai

melihat, dan mengamati inovasi baru dari berbagai sumber, khususnya media massa.
Pengadopsi awal biasanya merupakan orang-orang yang rajin membaca koran dan
menonton televisi, sehingga mereka bisa menangkap inovasi baru yang ada.
2. Pengadopsian: Dalam tahap ini masyarakat mulai menggunakan inovasi yang mereka

pelajari. Diadopsi atau tidaknya sebuah inovasi oleh masyarakat ditentukan juga oleh
beberapafaktor. Jika seseorang merasa mereka bisa melakukannya, maka mereka akan
cenderung mangadopsi inovasi tersebut. Selain itu, dorongan status juga menjadi factor
motivasional yang kuat dalam mengadopsi inovasi. Beberapa orang ingin selalu
menjadi pusat perhatian dalam mengadopsi inovasi baru untuk menunjukkan status
sosialnya di hadapan orang lain.
3. Pengembangan Jaringan Sosial: Seseorang yang telah mengadopsi sebuah inovasi akan

menyebarkan inovasi tersebut kepada jaringan sosial di sekitarnya, sehingga sebuah
inovasi bisa secara luas diadopsi oleh masyarakat. Difusi sebuah inovasi tidak lepas dari
proses penyampaian dari satu individu ke individu lain melalui hubungan sosial yang

mereka miliki. Riset menunjukkan bahwa sebuah kelompok yang solid dan dekat satu
sama lain mengadopsi inovasi melalui kelompoknya.

Tahap Proses Adopsi
1. Tahap pengetahuan: Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai

inovasi baru. Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui
berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media cetak ,
maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat
2. Tahap persuasi: Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam tingkat pemikiran calon

pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan yang akan ia dapat jika mengadopsi
inovasi tersebut secara personal. Berdasarkan evaluasi dan diskusi dengan orang lain, ia
mulai cenderung untuk mengadopsi atau menolak inovasi tersebut.
3. Tahap pengambilan keputusan: Dalam tahap ini, seseorang membuat keputusan akhir

apakah mereka akan mengadopsi atau menolak sebuah inovasi. Namun bukan berarti
setelah melakukan pengambilan keputusan ini lantas menutup kemungkinan terdapat
perubahan dalam pengadopsian.
4. Tahap implementasi: Seseorang mulai menggunakan inovasi sambil mempelajari lebih


jauh tentang inovasi tersebut.
5. Tahap konfirmasi: Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang kemudian akan mencari

pembenaran atas keputusan mereka. Apakah inovasi tersebut diadopsi ataupun tidak,
seseorang akan mengevaluasi akibat dari keputusan yang mereka buat. Tidak menutup
kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi
menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Kategori Pengadopsi
Rogers dan sejumlah ilmuwan komunikasi lainnya mengidentifikasi 5 kategori pengguna
inovasi :

1. Inovator: Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal baru.

Hubungan sosial mereka cenderung lebih erat dibanding kelompok sosial lainnya.
Orang-orang seperti ini lebih dapat membentuk komunikasi yang baik meskipun
terdapat jarak geografis. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memeiliki gaya
hidup dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.
2. Pengguna awal: Kelompok ini lebih lokal dibanding kelompok inovator. Kategori adopter


seperti ini menghasilkan lebih banyak opini dibanding kategori lainnya, serta selalu
mencari informasi tentang inovasi. Mereka dalam kategori ini sangat disegani dan
dihormati oleh kelompoknya karena kesuksesan mereka dan keinginannya untuk
mencoba inovasi baru.
3. Mayoritas awal: Kategori pengadopsi seperti ini merupakan mereka yang tidak mau

menjadi kelompok pertama yang mengadopsi sebuah inovasi. Sebaliknya, mereka akan
dengan berkompromi secara hati-hati sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi
inovasi, bahkan bisa dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini
menjalankan fungsi penting dalam melegitimasi sebuah inovasi, atau menunjukkan
kepada seluruh komunitas bahwa sebuah inovasi layak digunakan atau cukup
bermanfaat.
4. Mayoritas akhir: Kelompok yang ini lebih berhati-hati mengenai fungsi sebuah inovasi.

Mereka menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi inovasi
sebelum mereka mengambil keputusan. Terkadang, tekanan dari kelompoknya bisa
memotivasi mereka. Dalam kasus lain, kepentingan ekonomi mendorong mereka untuk
mengadopsi inovasi.
5. Laggard: Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi.


Mereka bersifat lebih tradisional, dan segan untuk mencoba hal hal baru. Kelompok ini
biasanya lebih suka bergaul dengan orang-orang yang memiliki pemikiran sama dengan
mereka. Sekalinya sekelompok laggard mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang

justru

sudah

jauh

mengadopsi

inovasi

lainnya,

dan

menganggap


mereka

ketinggalan zaman.

II.

PERMASALAHAN

1. Relevansi Fenomena Terkait dengan Teori
2. Dinamika Kelompok dan Hubungan antar Kelompok
3. Aksi Heroik Masyarakat Kontrakultur
4. Eksistensi Pemuda Kelas Pekerja

III. PEMBAHASAN
1. Relevansi Fenomena Terkait dengan Teori
Jika dilihat dari perspektif Teori Divusi Inovasi itu sendiri, Fenomena Perilaku Kolektif dan
Gerakan Sosial (Kontrakultur) Sosial diatas sangat cocok. Mulai dari mempelajari sebuah
Inovasi baru yang mereka terapkan tersebut, pengadopsian pada setiap pengikutnya, dan
juga bagaimana mereka mengembangkan atau menyebarluaskan pemikiran-pemikiran yang

mereka anut. Sebagai mana halnya bahwa masyarakat Kontrakulur yang dikenal dengan
nama lain “Underground” ini merupakan sekumpulan orang atau kelompok yang pada
dasarnya menolak paham-paham yang dianut oleh masyarakat kelas atas atau Borjuis yang
pada kenyataannya mereka mempunyai gaya hidup mewah, dan tentunya berbanding
terbalik dengan kehidupan kelompok kontrakultur atau “Underground”.

Underground sendiri merupakan sekelompok orang yang memiliki paham anti
kemapanan, yang mana didalam kehidupannya masyarakat ini menginginkan atau menuntut
sebuah keadilan dalam strata social. Hal ini dikarenakan kelompok mereka yang terdiri dari
pemuda kelas pekerja dan buruh ini merasa dalam kehidupannya mereka telah diperlakukan
tidak adil oleh pemerintahan pada saat itu. Maka dari itu tidak heran jika mereka sering
melakukan demo atau bahkan hingga aksi-aksi anarkis demi mendapatkan sebuah keadilan
yang mereka serukan. Mereka yang mengatasnamakan dirinya sebagai kaum kontrakultur ini
akhirnya berkembang dengan sendirinya, mereka membentuk group band music yang mana
pada setiap liriknya mengandung unsur penolakan terhadap pemerintahan dan politik,
kemudian ada juga kelompok-kelompok aktifis yang juga mengadopsi pemikiran kontrakultur
sebagai landasan kelompoknya dalam berorasi.

2. Dinamika Kelompok dan Hubungan Antar Kelompok
Kelompok – kelompok sosial akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Ada

kelompok yang kian menguat, ada yang ikatannya naik turun, ada pula yang malah menuju
pada kehancuran. Ketika berbicara mengenai dinamika tersebut, kita akan mengacu pada
interaksi di antara anggota-anggota kelompok. Pada sebuah kelompok yang tetap eksis
dalam waktu yang lama, tentu akan mengalami pergolakan internal, tetapi kadang ada juga
yang eksistensinya terancam bubar. Inilah dinamika sosial suatu kelompok yang ada.
Gejala-gejala dinamika kelompok yang mungkin terjadi akan menghasilkan situasi baru,
misalnya :
 Eksistensi kelompok akan hilang (kelompok aka hancur), dikarenakan pada suatu
kelompok kadang juga terjadi berbagai macam kepentingan dan persaingan
antara anggota-anggotanya sendiri,maka hal itu pula yang dapat mengarahkan
suatu kelompok pada sebuah konflik (pertikaian). Inilah yang membuat kelompok
menjadi sangat dinamis.
 Berbeda dengan permasalahan diatas, berikut berpendapat bahwa dari suatu
kelompok bisa juga memunculkan kelompok baru yang cikal bakalnya dari

kelompok tersebut. Dalam hal ini, kepentingan diantara anggota kelompok tak
terdamaikan, ada kelompok yang menyatakan keluar kemudian membentuk
kelompok baru. Misalnya saja partai-partai politik yang sekarang kian gencar
pertumbuhannya dan saling bersaing demi kepentingan masing-masing. Gejala
ini sangat lumrah dalam dinamika partai politik sebagai kelompok politik,

terutama jika kita lihat dinegara kita sendiri “Indonesia”.

3. Aksi Heroik Masyarakat Kontrakultur
Dari berbagai penjelasan dasar mengenai apa itu kelompok, dan bagaimana perilakuperilaku kelompok-kelompok sosial tersebut, kali ini ada beberapa contoh perilaku-perilaku
dari kelompok-kelompok sosial yang sangat fenomenal pada masanya.
Pada Akhir dekade 1960-an istilah “Underground” ini mulai muncul, yang mana merupakan
sebuah sinonim untuk gerakan kontrakultur tersebut. Bagi mereka masyarakat barat yang
menyebut dirinya sebagai kelompok-kelompok progresif dan libertarian ini hanya ingin
mengubah juga menggantikan kehidupan mereka yang statis, dekaden dan tidak
menyenangkan. Ketika Theodore Roszack berhasil memulai istilah kontrakultur (counter
culture) pada 1969 melalui bukunya yang berjudul Making of Counterculture. bertepatan
dengan itu pula ditahun yang sama budaya underground ini dimulai, yaitu Festival
Woodstock pada Agustus 1969. Festival ini dilahirkan untuk merayakan esensi kemanusiaan,
perhatian, dan keprihatinan yang terjadi di sekeliling mereka. Festival ini bisa dibilang
merupakan tonggak dari kultur pop maupun kaum hippies yang menolak tradisi konservatif
dan juga realitas yang menindas masyarakat kelas menengah kebawah dan bagi mereka juga
yang

sedang

memperjuangkan

hak-hak

mereka

mengatasnamakan

kontrakultur.

Festival inilah yang mewadahi anak-anak muda Amerika untuk menghayati kebebasan
dal kadar yang maksimum. Mereka menari-nari dalam hujan, juga bermain prosotan
dilumpur pertanian. Mereka membiarkan tubuh mereka sebagaimana adanya, mariyuana,

cinta, seks, dan musik menghambur dalam waktu yang sama. Tidak kalah serunya mereka
yang diatas panggung juga senantiasa total dalam menghibur penikmatnya yang ada
dibawah, musisi-musisi populer kala itu seperti Jimi Hendrix, santana, Janis Joplin, Joe
Cocker juga ikut memeriahkan acara tersebut. Momentum luarbiasa itu bertajuk “ 3 Days of
Peace and Music Festival.” Michael Lang pemuda eksentrik berusia 24 tahun ini lah
penggagas dan penggerak perhelatan fenomenal tersebut. Bagaimana tidak, festival ini
menghabiskan biaya lebih dari 2,4 juta dolar AS dan juga acara ini sempat membuat
kemacetan lalu lintas yang parah di New York, akibatnya penduduk marah besar dan
pemerintah setempat bersumpah tidak akan pernah lagi mengizinkan pertunjukan sejenis.
Selama Woodstock berlangsung, 5.162 orang terpaksa menjalani penanganan medis dan
797 pengguna narkotika harus dirawat. Meski tidak ada perempuan yang melahirkan, tetapi
telah terjadi delapan kasus aborsi. Dua orang meninggal karena overdosis dan seorang lagi
tewas terlindas traktor yang sopirnya tidak pernah diketahui sampai sekarang. Oleh karena
itu Woodstock menjadi sebuah sejarah dari kejadian-kejadian tersebut dan sangat
fenomenal
Menurut ahli sejarah kontemporer AS, Bert Feldman, Woodstock adalah sebuah kejadian
sejarah dan bagian dari leksikon kultural sebagaimana Watergate menjadi puncak krisis
kepercayaan nasional atau Waterloo sebagai simbol kekalahan pahit bangsa Amerika.
Woodstock merupakan episode akhir dari hedonisme “generasi bung” pada masa serbapermisif di akhir dekade 1960-an. Begitu pula Feldman juga berkata bahwa “Woodstock
adalah peristiwa yang hanya terjadi satu kali sepanjang hidup kita. Woodstock adalah
kenangan-kenangan terbaik sekaligus terburuk. Ia adalah sebuah pengalaman kebudayaan
yang tidak akan pernah terjadi lagi.”
Pada akhirnya Woodstock pun segera menjadi permulaan dari segala sesuatu yang
merupakan awal dari realisasi apa yang dinamakan sebagai sayap politik dalam perlawanan
kebudayaan terhadap kekuasaan dominan. Kenyataannya terjadi pada 1968 sebuah
kelompok Yippies yang mampu mengorganisasikan 10.000 orang untuk melakukan
demonstrasi di tengah acara konvensi Partai Demokrat di Chicago. Yippies sendiri adalah
istilah bagi anggota Youth International Party, yang mana oraganisasi ini bertujuan untuk
menentang kemapanan politik dan militer AS. Manifesto mereka sangat lantang, yang

berbunyi “Kehidupan spirit Amerika dikoyak oleh kekerasan dan pembusukan. Kami
menuntut politik ekstasi!”. kemudian hadir lagi “generasi beat”, sebuah gerakan yang berada
di ranah sastra yang banyak dari anggotanya adalah seorang seniman, penulis dan orangorang bohemian pada akhir era 1940-an dan awalan puisi autobiografis, mistis, serta
eksperimental. Gerakan Beat ini pada 1960-an segera saja bergerak meluas dan tidak lagi
sekedar menjadi fenomena sastra. Para eksponennya mengajak kalangan lain untuk
menyampaikan protes sosial dan politik secara masif. Mereka akhirnya menjadi gerakan
yang mengusung masalah-masalah besar seperti hak-hak asasi manusia, feminisme,
homoseksualitas, lingkungan hidup, dan perdamaian.
Munculah kemudian Hippies, yang mana Tony Thorne mengatakan bahwa “Hippies
merupakan anggota-anggota kontrakultur yang juga menentang nilai-nilai borjuis dan
ortodoksi barat pada akhir era 1960-an. Hippies merupakan pengganti Beatnik bohemian
yang berbasis luas dan tendensi-tendensi Hipster yang telah ada di AS sejak tahun 1950-an.
Bergabungnya para aktifis radikal yang mengampanyekan hak-hak warga sipil dengan para
eksperimentalis pendukung gaya hidup utopian yang dipengaruhi oleh filsafat-filsafat Asia
dan Timur serta penggunaan LSD (narkotika) pertama kali terjadi di California pada 1965 dan
1966.”
Masih banyak lagi kelompok-kelompok Hippies yang berdirikan pada masa itu misalnya
saja Warewolves yang merupakan geng jalanan dari gerakan Students For A Democratic
Society (SADS), Weathermenyang keseluruhan anggotanya berkulit putih berlatar belakang
menengah, Gay Liberation Front (GLF) gabungan dari solidaritas gay di seluruh AS. Dalam
waktu yang bersamaan pula kemudian muncul kelompok-kelompok lain di kalangan kulit
hitam yang mana mereka semua mempelopori gerakan anti-perpecahan dan hak-hak sipil,
antara lain adalah Black Panthers yang mengusung marxisme-leninisme sekaligus menolak
kontrakultur kaum hippies, White Panthers sebagai simpatisan pendukung seruan dari
orang-orang kulit hitam tersebut. Kemudian ada juga beberapa kelompok Libertarian
Subversif yang mencita-citakan masyarakat baru yang berdasar pada kreatifitas dan didirikan
oleh kaum muda revolusioner, seperti Situationist International, Lettrist International,
Kabouters, dan Class War. Mereka semua menolak popularitas serta enggan berekspansi

atau berkolaborasi dengan para simpatisan. Mereka juga mencela kontrakultur yang mistis
serta penuh akan narkotika ala Hippies.

4. Eksistensi Pemuda Kelas Pekerja
Para pemuda kelas pekerja, jika berbicara mengenai hal itu tentu kita ingat akan sejarah
sebuah Cafe di New York tepatnya kawasan Bowrey ini. “CBGB OMFUG” adalah nama cafe
tersebut, disana banyak lahir band-band Punk, Rock n Roll dan band beraliran hardcore lokal
seperti Cro Mags, Agnostic Front, Sick Of It All, Warzone, Minor Threat yang bisa dibilang
bahwa mereka semua ini adalah angkatan pertama untuk genre musik Underground
tersebut.
Sejak mendarat di AS, punk memang dimulai dari klub kecil ini yang bernama CBGB &
OMFUG, kependekan dari “Country,Bluegrass, and Blues” and “Other Music For Uplifting
Gormandizers”. Klub ini didirikan di 315 6th Bowey, New York, pada Desember 1973 dan
ditutup pada 15 Oktober 2005. Pendirinya adalah Hilly Kristal. Bar ini sebelumnya bernama
“Hilly” dan khusus memainkan musik Bluegrass dan blues. Seiring perkembangan jaman,
CBGB akhirnya menjadi tempat kelahiran Punk di AS. CBGB mulai ramai dikunjungi oleh para
pecinta musik ketika Mercer Art Centre yang terkenal di New York runtuh pada agustus
1973. Pada waktu itu pula band-band independen di New York banyak yang bermigrasi ke
CBGB untuk tampil di hadapan penonton.
Kisah tentang CBGB merupakan bagian dari fase panjang gerakan kontrakultur anak
muda, artinya sulit juga untuk memisahkan klub itu dari riwayat nan luar biasa perihal

pemberontakan yang dilakukan kaum muda pada dekade 1960-an dan 1970-an di AS.
Apalagi seruan eksistensi CBGB lantas menyebar keseluruh penjuru dunia dan gerakan punk
lantas diakrabi kalangan muda.
Penentangan terhadap situasi sosial-politik yang opresif dan tidak adil memang sudah
berlangsung lama. AS pada 1950-an adalah negara yang diskriminatif dan dipenuhi
ketidakadilan. Strata sosial terbagi menjadi tiga kelas utama, yaitu Borjuis (Pengusaha,
Birokrat, Agamawan) yang cenderung rasis dan menjunjung tinggi semangat sepremasi kulit
putih. Yang kedua kelas Teknokrat, merupakan kalangan intelektual dan mahasiswa. Ketiga
adalah kelas pekerja itu sendiri, yang terdiri dari buruh-buruh kulit hitam dan kulit putih.
Sehingga realitas sosial inilah yang antara lain melahirkan gerakan Hippies melawan
penindasan tersebut. Pada awalnya mereka ini hanyalah anak-anak muda berkulit putih
yang menganut tradisi bohemian. Mereka menentang senjata nuklir, menuntut pembebasan
seksual, juga mengkampanyekan gaya hidup vegetarian dan cinta lingkungan (eco-friendly).
Kemudian mereka menjadikan seni alternatif, teater jalanan, musik folk, dan rock psikedelik
sebagai bagian dari gaya hidupnya sekaligus sebagai media mereka untuk mengekspresikan
suara mereka mengenai berbagai isu sosial.
Berdasarkan tipe-tipe kelompok sosial, komintas underground di selaraskan dengan
sosiolog klasik Jerman Ferdinand Tonnies mengulas perbedaan pengelompokkan dalam
masyarakat dengan pembedaan dua jenis kelompok Gemeinschaft dan Gesellschaft.
Gemeinschaftdigambarkan menjadi tiga jenis : Gemeinschaft of blood, Gemeinschaft of
place, dan Gemeinschaft of mind. Komunitas sosial musik ini lebih menekankan pada
hubungan persahabatan yang disebabkan oleh persamaan keahlian serta pandangan yang
mendorong orang untuk saling berhubungan secara teratur. Komunitas musik ini
menekankan pada pandangan mereka yang secara khusus mengamplikasikan penerapan
musik dari sisi pola pemahaman mereka sendiri. Untuk beberapa kalangan musik dengan
ritme yang keras mungkin sedikit mengganggu.

IV. TUJUAN

Makalah ini bertujuan untuk mengetahui lebih jauh mengenai berbagai jenis kelompok –
kelompok sosial yang ada dan dilihat relevansinya dengan Teori Divusi Inovasi, karena dalam
Teori Divusi Inovasi sendiri tentu erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat atau
kelompok – kelompok social yang tidak pernah lepas dari fenomena yang terjadi akibat arus
modernisasi. Mulai dari bagaimana sebuah kelompok tersebut bergdiri kemudian
berkembang dan bagaimana cara kelompok tersebut menarik perhatian khalayak luas.
dengan adanya makalah ini diharapkan sedkit banyak kita dapat mengetahui jenis –
jenis dan perlikau dari setiap kelompok – kelompok sosial tertentu. Sebagaimana yang
tertulis pada pembahasan dalam makalah ini saya berkeinginan untuk mengulas kembali
mengenai sebuah fenomena kelompok sosial yang pernah ada pada era 1960-an di Amerika
Serikat. Karena fenomena itu merupakan cikal bakal dan pelopor dari gerakan-gerakan
kontrakultur atau kontrasosial diselruh dunia yang pernah ada dimasa lalu bahkan di
Indonesia hingga saat ini.
V.

KESIMPULAN
Dari semua penjelasan yang ada dalam makalah ini, ada beberapa hal yang dapat

disimpulankan, antara kain :

1. Memahami sebuah teori yang dinamakan Teori Divusi Inovasi dan kemudian
mencari tahu relevansinya dengan fenomena terkait, sehingga apa saja yang
terjadi dalam fenomena tersebut dapat diketahui dengan jelas setelah
diklasifikasikan menurut sub-sub yang ada pada Teori Divusi Inovasi
2. Didasari dari manusia yang merupakan makhluk sosial yang individu, kemudian
ditambah dengan dorongan alamiah yang membuat manusia sebagai makhluk
hidup harus memenuhi setiap kebutuhan-kebutuhannya. Sehingga mereka
membentuk sebuah proses sosial untuk saling berinteraksi satu sama lain.

3. Mengetahui setiap jenis kelompok lengkap dengan gambaran pola pikir dan ciriciri dari kelompok-kelompok tersebut, sehingga kita dapat dengan mudah
menilai mana yang baik dan mana yang buruk dalam setiap proses interaksi
sosial yang kita jalani.
4. Mengingat kembali memori kelam masalalu yang pernah terjadi, bahwa disana
terlihat jelas adanya ketimpangan sosial antar sesama makhluk sosial. Yang mana
karena merasa tertindas, akhirnya masyarakat kalangan menengah kebawah
tersebut memcoba untuk berontak terhadap kalangan menengah atas (borjuis).
Oleh karena itu, bersikap adil pada sesama makhluk sosial merupaka jalan satusatunya untuk menuju pada sebuah perdamain.

VI. PENUTUP

Demikian makalah mengenai Tinjauan Perilaku Kolektif dan Gerakan Sosial dalam
Perspektif Teori Divusi Inovasi “Lahirnya Semangat Kontrakultur “Underground” in isaya
paparkan, dari semua kutipan dan penjelasan yang tertulis diatas memungkinkan masih
adanya banyak kekurangan, semoga dari sedikit informasi dalam makalah ini dapat
bermanfaat.

VII.

DAFTAR PUSTAKA

1. Susilo Taufik, Adi. 2009. Kultur Underground yang Pekak dan Berteriak di Bawah Tanah.
Jogjakarta : Garasi.

2. Soyomukti, Nurani. Pengantar Sosiologi: Dasar Analisis, Teori, & Pendekatan Menuju
Analisis Masalah-Masalah Sosial, Perubahan Sosial, & Kajian Strategis/Nurani
Soyomukti- Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010
3. hhtp://www.apokalip.com. diaskes pada 20 Desember 2013
4. hhtp://www.jakartabeat.com. diakses pada 20 Desember 2013
5. http://purebonline.blogspot.com/2010/04/difusi-inovasi-dalam-komunikasi.html
6. http://wsmulyana.wordpress.com/2009/01/25/teori-difusi-inovasi/

TUGAS MAKALAH
TINJAUAN PERILAKU KOLEKTIF DAN GERAKAN SOSIAL
DENGAN TEORI DIVUSI INOVASI
(Lahirnya Semangat Kontrakultur “Underground”)

Nama
Nim/Kls

: Ramadhan Satria Adi. P
: 09220260 / A

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2013