ASET TAK BERWUJUD dan tak

ASET TAK BERWUJUD
Definisi Aset Tak Berwujud
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 19 (revisi 2010), par. 08, aset takberwujud (intangible asset)
adalah aset non moneter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
Berdasarkan SPI 2007, aset tak berwujud adalah aset yang mewujudkan
dirinya melalui properti-properti ekonomis dimana aset ini tidak mempunyai
substansi fisik.
Aset tak berwujud merupakan hak, keistimewaan, dan manfaat kepemilikan
atau pengendalian, Subramanyam, K.R; John J.Wild 2010.
Karakteristik Aset Tak Berwujud
1. Kurang memiliki eksistensi fisik
Aset tidak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege
yang diberikan kepada perusahaan yang menggunakannya.
2. Bukan merupakan instrumen keuangan
Aset tidak berwujud merupakan instrumen keuangan dan menghasilkan nilainya
dari hak (klaim) untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan.
3. Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi
Aset tidak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun-tahun. Investasi
dalam aset ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban
amortisasi periodik.

4. Tingginya ketidakpastian masa manfaat

Selain tiga karakteristik utama tersebut, terdapat juga beberapa karakteristik
pendukung aset tidak berwujud, yaitu:
a. Aset tidak berwujud diperoleh melalui pencairan/pengembangan atau dibeli baik
secara terpisah atau menjadi satu dengan aset lain;
b. Aset tidak berwujud digunakan dalam operasi perusahaan secara tidak langsung;

c. Aset tidak berwujud sangat dipengaruhi oleh aktivitas pesaing;
d. Aset tidak berwujud hanya memiliki nilai pada suatu perusahaan;
e. Aset tidak berwujud bukan ditentukan umur ekonomisnya.
Aset ini dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan
barang atau jasa, disewakan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif. Aset
tetap tidak berwujud diakui jika dan hanya jika:
a. Kemungkinan besar perusahaan akan memperoleh manfaat ekonomis masa
depan dari aktiva tersebut, dan
b. Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Aset tak berwujud sering kali:
1. Tidak dapat dipisahkan dari suatu perusahaan atau segmennya
2. Masa manfaat yang tak terhingga

3. Mengalami perubahan penilaian yang besar karena kondisi yang kompetitif.
Jenis-Jenis Aset Tak Berwujud
Aset tak berwujud dikategorikan sebagai berikut:
1. Marketing-related intangible asset; contoh: trademark, tradename, brand, logo.
2. Technology-related intangible asset; contoh: hak paten proses, hak paten
aplikasi, dokumentasi teknis: catatan laboratorium, teknis know-how.
3. Artistic-related intangible asset; contoh: literatur, copyright, komposisi musik,
peta, engraving.
4. Customer-related intangible asset; contoh: daftar pelanggan, kontrak pelanggan,
hubungan pelanggan, open order pembelian.
5. Contract-related intangible asset; contoh: kontrak pelanggan favorit, perjanjian
lisensi, perjanjian franchise,perjanjian bukan kompetisi.

Akuntansi Aset Tak Berwujud
A. Aset Tak Berwujud yang Dapat Diidentifikasi
Aset tak berwujud yang dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat
diidentifikasi terpisah dan dikaitkan dengan hak tertentu atau keistimewaan
selama periode manfaat yang terbatas. Contohnya hak paten, merek dagang,
hak cipta,dan franchises.
Perusahaan mencatat aset sebesar biayanya dan mengamortisasi biaya

sepanjang periode manfaat. Penghapusan untuk membebankan keseluruhan
biaya aset tak berwujud pada saat akuisisi tidak diperbolehkan.
B. Aset Tak Berwujud yang Tidak Dapat Diidentifikasi
Aset tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi merupakan aset yang dapat
dikembangkan secara internal atau dibeli namun tidak dapat diidentifikasi dan
seringkali memiliki masa manfaat yang tak terhingga. Contohnya iklan dan
goodwill
Amortisasi Aset Tak Berwujud
Amortisasi adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan suatu aset tidak
berwujud selama masa manfaatnya. Harga perolehan aset tidak berwujud dibebankan
secara periodik ke dalam perhitungan laba rugi perusahaan. Pembebanan harga
perolehan aset ini disebut amortisasi. Jumlah yang dapat diamortisasi dari suatu aset
tidak berwujud harus dialokasikan secara sistematis berdasarkan perkiraan terbaik
dari masa manfaatnya.
Aset tidak berwujud umumnya diamortisasi menggunakan metode garis lurus.
Ketika aset tidak berwujud diamortisasi, beban harus ditunjukkan sebagai beban dan
kredit dilakukan ke akun akumulasi secara terpisah.

Jurnal yang harus dibuat adalah:
Beban Amortisasi

Akumulasi Amortisasi
Menganalisis Aset Tak Berwujud

Xxxxx
Xxxxx

Analis sering kali mencurigai aset tak berwujud saat menganalisis laporan keuangan.
Banyak analis yang mengasosiasikan aset tak berwujud dengan risiko. Dibutuhkan
kewaspadaan dan pemahamam saat mengevaluasi aset tak berwujud karena aset tak
berwujud merupakan salah satu aset berharga yang dimiliki perusahaan, dan sering
kali terjadi penilaian yang serius.
Analis harus waspada terhadap :
1. Saat mengevaluasi aset tak berwujud karena sering terjadi kesalahan
penilaian
2. Goodwill yang dicatat hanya saat akuisisi, dan sebagian besar goodwill
terdapat pada neraca.
3. Perlakuan amortisasi manajemen. Yaitu dengan meningkatkan laba yang
dilaporkan dengan cara mengamortisasi aset tak berwujud sepanjang periode
yang melebihi periode manfaatnya.
4. Komposisi, penilaian dan disposisi goodwill.

Dalam menganalisis aset tak berwujud, kita harus siap untuk membuat estimasi
sendiri mengenai penilaian aset. Selain itu, harus diingat juga bahwa goodwill tidak
membutuhkan amortisasi dan auditor mengalami masa sulit untuk menilai aset tak
berwujud, terutama goodwill.
Aset Tak Berwujud Dan Kontijensi Yang Tak Tercatat
Salah satu asset penting dalam katagori ini adalah goodwill yang diciptakan
secara internal. Dalam praktik, pengeluaran untuk menciptakan goodwill dibebankan
saat terjadinya. Jika goodwill dapat menghasilkan laba itu karena pembebanan
pengembangan goodwill. Analis harus menyesuaikan aset dan kewajiban secara
layak.
Goodwill yang dihasilkan secara internal tidak diakui sebagai aset. Tidak ada
aset tidak berwujud yang timbul dari penelitian (atau dari tahap penelitian dari
proyek internal) diatur lebih diakui. Pengeluaran untuk riset (atau tahap penelitian
dari proyek internal) diakui sebagai beban pada saat itu terjadinya. Suatu aktiva tidak

berwujud dari pengembangan (atau dari tahap pengembangan proyek internal) diatur
lebih diakui jika, dan hanya jika, suatu entitas dapat menunjukkan semua hal berikut:
A. kelayakan teknis menyelesaikan aset tidak berwujud sehingga akan tersedia
untuk digunakan atau dijual.
B. niatnya untuk menyelesaikan aset tidak berwujud dan menggunakan atau

menjualnya.
C. kemampuan untuk menggunakan atau menjual aktiva tidak berwujud.
D. bagaimana aset tidak berwujud menghasilkan kemungkinan manfaat
ekonomis masa depan. Antara lain, entitas dapat menunjukkan adanya pasar
bagi keluaran aset tidak berwujud atau aktiva tidak berwujud itu sendiri atau,
jika ingin digunakan secara internal, kegunaan dari aset tidak berwujud.
E. ketersediaan yang cukup teknis, sumber daya keuangan dan lainnya untuk
menyelesaikan pengembangan dan menggunakan atau menjual aktiva tidak
berwujud.
F. kemampuan untuk mengukur secara andal pengeluaran yang timbul dari aset
tidak berwujud selama pengembangannya.
Merek internal, mastheads, judul penerbitan, daftar pelanggan dan barang serupa
secara substansi tidak akan diakui sebagai aktiva tidak berwujud.
Biaya aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal untuk tujuan ayat
24 adalah jumlah pengeluaran yang timbul dari tanggal pada saat aset tidak berwujud
pertama memenuhi kriteria pengakuan dalam paragraf 21, 22 dan 57. Ayat 71
melarang penempatan kembali pembiayaan yang sebelumnya diakui sebagai beban.

Pengeluaran pada item berwujud diakui sebagai beban ketika terjadi kecuali:
1) merupakan bagian dari biaya aset tidak berwujud yang memenuhi kriteria

pengakuan, atau
2) aset tersebut diperoleh dari penggabungan usaha dan tidak dapat diakui
sebagai aset tidak berwujud. Jika ini adalah kasus, itu merupakan bagian dari
jumlah yang diakui sebagai goodwill pada tanggal akuisisi (lihat IFRS 3).