TUGAS SINOPSIS NILAI GURU docx

TUGAS
SINOPSIS DAN ARGUMENTASI
“NILAI KEGURUAN: Landasan Etika Profesi Guru”

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan
Dosen Pembimbing Prof. Dr. H. Mohamad Surya

Oleh
Diki Ahmad Isnaeni
17882002

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
TAHUN 2018

SINOPSIS

A. Pengantar
Kata guru berasal dari bahasa sansakerta yaitu Gu yang berarti gelap, dan
Ru yang berarti mengusir. Secara etimologis, guru dapat diartikan menusir gelap

dengan pengetahuan atau wawasan. Menurut keyakinan Hindu, guru dugolongkan
dalam kasta Brahma yaitu kasta tertinggi. Dalam budaya Jawa ada ungkapan
”guru raut wong atua karo” yang mengandung makna sebagai wujud
penghormatan dan ditempatkan dengan ratu atau raja.
Bercermin

pada

pengalaman

penulis,

nilai-nilai

keguruan

merupakansumber daya yang menjadi haluan keseluruhan perilaku seseorang
sebagai guru sejak bermimpi, bercita-cita, memasuki pendidikan guru dan
berkembang secara konsekuen dan konsisten.
Sebagai guru sejati, nilai-nilai sudah tertanam sejak kecil. Kekaguman

pada tokoh-tokoh mengawali cita-cita untuk menjadi seorang guru dan menjadi
awal untuk berkembangnya nilai-nilai keguruan. Nilai-nilai tersebut dicerminkan
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Guru makin menentukan jati dirinya
sebagai guru garis lurus, sebagai hamba Allah, sebagai pribadi, sebagai unsur
keluarga, sebagai unsur satuan pendidikan, sebagai warga masyarakat, sebagai
warga negara, dan sebagai warga dunia global. Pada akhirnya guru itu akan
dihormati karena ilmunya, karakternya, dan cita-citanya.

B. Pengertian Nilai
Setiap orang mempunyai pengalaman yang dijadikan patokan umum untuk
berperilaku. Patokan-patokan ini memberikan haluan dan arahan dalam
kehidupan, dan hal itu disebut nilai. Nilai-nilai itu menunjukan apa yang kita
lakukan dalam waktu dan tertentu atas dasar keyakinan dan penghargaan tertentu.

Sebagai suatu haluan perilaku, nilai-nilai akan berkembang dan menjadi
matang sejalan denganpengalamannya. Perwujudan suatu tindakan atas dasar
suatu nilai melalui suatu proses pemilihan, penghargaan, dan tindakan. Berikut
penjelasannya.
1. Pemilihan secara bebas. Nilai-nilai itu terjadi karena adanya pemilihan dari
individu secara bebas, bukan paksaan dari pihak lain. Jika dipaksa oleh pihak

lain, maka hal itu tidak disebut nilai.
2. Pemilihan dari berbagai alternatif. Nilai itu dituntut tumbuh dari situasi yang
mengandung berbagai alternatif yang ada. Misalnya seorang pedagang yang
menemukan dompet di tengah jalan. Apakah ia akan mengambilnya,
menyerahkan kepada polisi atau mengembalikan kepada pemiliknya? Itu
tergantung pada nilai yang ada pada diri pedagang tersebut.
3. Pemilihan dilakukan setelah mempertimbangkan konsekuensi dari setiap
alternatif. Hal ini mengandung arti bahwa informasi sangat diperlukan dalam
pembentukan nilai.
4. Penghargaan. Bila kita menilai sesuatu, maka kita mempunyai arah positif
terhadap sesuatu itu, dan dengan demikian kita menghargainya, dan
menjungjung tinggi.
5. Pengakuan. Bila kita telah memutuskan sesuatu, kita merasa puas, bangga dan
gembira, maka kita harus memberikan pengakuan atas keputusan tersebut.
6. Tindakan. Nilai yang dianut seseorang akan tercermin dalam tindakan yang
dipilihnya. Nilai ilmu pengetahuan yang ada pada seseorang akan tercemin
pada tindakan seperti dalam memilih buku, memilih topik diskusi, memilih
studi lanjutan, dan lain-lain.
7. Pengulangan. Bila sesuatu telah dicapai sebagai suatu nilai, maka hal itu akan
selalu muncul kembali dalam beberapa situasi kehidupan seseorang. Karena

itulah maka terjadi pengulangan secara terpola dalam berbagai situasi yang
lain.

C. Fungsi Nilai
Fungsi nilai sebagai berikut:
1. Nilai Sebagai standar. Nilai menjadi haluan perilaku dalam berbagai cara.
2. Nilai sebagai dasar penyelesaian konflik dan pembuatan keputusan. Dengan
adanya nilai dalam diri kita maka konflik yang terjadi dapat terselesaikan.
3. Nilai sebagai motivasi. Nilai yang dianut seseorang akan mendorong dirinya
untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan nilainya.
4. Nilai sebagai dasar penyesuaian diri. Memahami nilai diri dan orang lain
penting dalam proses menyesuaikan dengan lingkungan.
5. Nilai sebagai dasar perwujudan diri. Nilai yang ada dalam diri akan menjadi
faktor pendukung seseorang dlam mewujudkan dirinya.

D. Pembentukan dan Pemahaman Nilai
Pembentukan dan pemahaman nilai dapat dicapai melalui berbagai bentuk
pengalaman antara lain:
1.


Keteladanan, yaitu pemberian teladan atau contoh dari pihak lain, misalnya
orang tua, guru, teman, pemimpin.

2.

Pengajaran, yaitu nilai-nilai yang ditanamkan melalui proses pengajaran baik
di sekolah maupun di luar sekolah.

3.

Pengalaman khusus, yaitu pengalaman yang memberi kesan khusus terutama
yang bersifat positif.

4.

Hukum dan ganjaran, hukum atau ganjaran yang dialami seseorang dapat
menumbuhkan nilai-nilai tertentu.

5.


Situasi lingkungan dan kelembagaan. Keadaan seseoarang di dalam
lingkungan kelambagaan tertentu akan menumbuhkan nilai tertentu.
Misalnya, seseorang yang berada di pesantren akan tumbuh nilai religius.

E. Nilai Keguruan
Nilai keguruan adalah sebagai suatu kepercayaan sikap dan timbangan
yang diyakini secara sadar sebagai haluan berprilaku sebagai guru professional
yang berkembang dari pengalaman, penghargaan, dan tindakan. Nilai keguruan
yang tertanam dalam diri itu merupakan hasil pengalaman baik dari lingkungan
keluarga, proses pendidikan, pengalaman kemudian membentuk suatu yang
diyakini dan dijadikan sebagai landasan, yang mana perwujudan penampilan guru
yang utuh, unik dan holisttik.
Ada sejumlah faktor yang sangat signifikan dalam menumbuhkembangkan proses menjadi guru yang berbasis nilai keguruan.
1.

Faktor dalam diri sendiri. Merupakan kondisi kepribadian kondusif yang
menjadi sumber inti guru seperti sikap, minat, bakat, dan kesadaran diri yang
penuh pemahaman dan apresiasi terhadap guru.

2.


Lingkungan. Lingkungan

keluarga,

masyarakat

yang

kondusif

bagi

tumbuhnya bibit intrinsik untuk menjadi guru.
3.

Role model. Model peran yang menjadi sosok idola sebagai contoh
keteladanan. Misalnya orang tua, guru yang pernah mengajar, atau sosok
teladan lainnya.


4.

Proses pendidikan. Pembelajaran yang ditempuh secara formal maupun
nonformal dalam berbagai jenjang sebagai wahana pembentukan dan
pengembangan kepribadian guru.

5.

Pengalaman langsung. Sebagai aplikasi pembelajaran selama proses
pendidikan.

6.

Apresiasi yang berkesinmabungan.
Pengkategorian Nilai-nilai kerja sebagai berikut, yaitu: nilai fisik, nilai

organisasional, dan nilai psikologis. Dalam pengembangan oleh beberapa pakar,
ada empat kelompok nilai kerja yaitu: isi pekerjaan, penataan kerja, hubungan
dalam pekerjaan.


Hal –hal penting dalam pekerjaan, dapat dikategorikan ada delapan
kelompok nilai sebagai berikut: individualisme, kolektivisme, pemenuhan,
pemberdayaan, kewenangan, kebebasan, kesesuaian, dan persamaan. Selanjutnya
nilai-nilai itu dikelempokan menjadi tiga kategori nilai kerja yaitu: nilai intrinsik,
nilai ektrinsik, dan nilai hidup gaya hidup.

F. Proses Pembentukan Guru
Ada lima tahapan dalam proses pengembangan karier seorang guru, yaitu
sebagai berikut ini.
1.

Penanaman Nilai-nilai Keguruan. Penanaman nilai keguruan ini sama seperti
apa yang telah dituliskan pada butir E. nilai keguruan.

2.

Berkhidmat Sebagai Guru. Menjadi guru merupakan suatu keputusan pribadi
yang akan menjadi awal dari proses perkembangan karier di masa depan
untuk menjadi guru yang profesional. Ada enam komitmen untuk menjadi
guru professional.

a. menjadi guru yang berlandaskan nilai keguruan.
b. dilandasi dengan tekad, keyakinan dan semangat.
c. adaptasi dan partisipasi dalam lingkungan kerja.
d. menerapkan ilmu-ilmu.
e. mempertanggungjawabkan setiap tindakan.
f. menciptakan interaksi yang menyenangkan.

3.

Menjadi guru selamanya guru. Terdapat tujuh faktor yang menjadi rujukan
dalam mengembangkan karier guru.
a. mensyukuri nikmat sebagai guru.
b. memiliki cita-cita untuk meningkatkan diri.
c. belajar dan terus belajar.

d. memiliki keteguhan dan daya tahan yang kuat.
e. menjaga kehidupan yang harmonis.
f. jangan melupakan sejarah dari berbagai pihak yang telah berjasa.
g. secara sadar dan iklas menjadikan semua itu sebagai wujud ridha Alloh
Swt.

4.

Aktivitas di Luar Tembok Kelas. Tujuh hal yang menjadi landasan kinerja
guru menuju pengabdian yang luas,
a. keinginan kuat untuk mengabdikan diri.
b. menjaga jati diri sebagai profesi guru.
c. memiliki kemampuan komunikasi yang baik
d. dikenal secara luas
e. memiliki daya tahan dalam menghadapi rintangan
f. memiliki nilai dan prinsip yang dipegang secara teguh
g. menjaga keharmonisan dengan lingkungan keluarga dan masyarakat
sekitar.

5.

Situs-situs Berkesinambungan.
Ada enam tahapan perjalanan karier seorang guru yang berlangsung secara
utuh dan berkesinambungan.
a. tahap embrio atau tahap pembibitan, maksudnya cita-cita untuk menjadi
seorang guru.
b. tahap apresiasi, maksudnya muncul apresiasi terhadap jabatan guru.
c. tahap pembentukan, maksudnya proses pembelajaran pendidikan formal
keguruan.
d. aktualisasi, maksudnya memasuki dunia kerja sebagai seorang guru.
e. tahap

pengembangan,

kemampuan.

maksudnya

upaya

untuk

meningkatkan

f. tahap pemantapan, mewujudkan sebagai guru yang paripurna.

ARGUMENTASI

Guru identik dengan ungkapan pahlawan tanpa tanda jasa, namun kenyataannya
gurulah yang paling banyak memberi jasa dalam kehidupan manusia. Karena jasa guru,
banyak manusia menjadi orang mulia dan terhormat. Itulah kenapa Islam menempatkan
guru pada posisi sangat mulia.
Guru memiliki makna universal, tidak sebatas yang ada di sekolah formal tetapi
guru bermakna seseorang yang mengajarkan ilmu dan menuntun kepada kebaikan seperti
guru ngaji, guru les, guru silat, ustaz, dosen, kiai/ulama dan sebagainya.
Di dalam Islam, guru memiliki banyak keutamaan seperti menurut sebuah hadis
yang menyebutkan, "Sesungguhnya Allah, para malaikat dan semua makhluk yang ada di
langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya
bershalawat kepada muallim (orang yang berilmu dan mengajarkannya) yang
mengajarkan kebaikan kepada manusia (HR. Tirmidzi).
Mengapa guru diposisikan sebagai profesi yang begitu mulia? Karena guru
adalah seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah Swt dan dengan ilmunya itu dia
menjadi perantara manusia yang lain untuk mendapatkan, memperoleh serta menuju
kebaikan baik di dunia ataupun di akhirat. Selain itu, guru tidak hanya bertugas
menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik muridnya untuk menjadi manusia beradab.
Imam Al Ghazali memberi nasehat kepada para pendidik / guru agar memiliki
sifat-sifat sebagai berikut:
1. menganggap anak didiknya sebagai anak kandungnya sendiri;
2. ikhlas tanpa pamrih dalam pengabdiannya kepada pendidikan sebagai washilah
pengabdian kepada allah swt;
3. sabar dalam memberi nasehat kepada anak didiknya;
4. mempertimbangkan kemampuan rasio dan mentalitas anak didik;
5. memberi motivasi anak didik agar mencintai semua ilmu yang diberikan;
6. memberi teladan bagi anak didiknya;

7. mengajarkan

semua

ilmu

untuk

meningkatkan

ketauhidan

.

Profesionalisme guru telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Pasa pasal 1 ayat 1 dinyatakan, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Istilah profesional dalam definisi guru menunjuk pada pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran atau kecakapan memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14 Tahun 2005, dalam Kosim, 2008).
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat 3 ada tiga
peranan guru yaitu:1) sebagai pengajar; 2) sebagai pembimbing; 3) sebagai administrator
kelas.
Sebagai pengajar, guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar
mengajar, tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besarnya
meliputi empat pokok, yaitu:
1. menguasai bahan pengajaran
2. merencanakan program belajar mengajar
3. melaksanakan, memimpin, dan mengelola proses belajar mengajar, dan
4. menilai kegiatan belajar mengajar.
Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada pelajar
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar pelajar berkaitan
erat dengan berbagai masalah diluar kelas yang sifatnya non akademis.
Tugas guru sebagai administrator, mencakup ketatalaksanaan bidang, pengajaran
dan ketatalaksanaan pada umumnya seperti mengelola sekolah, memanfaatkan prosedur
dan mekanisme pengelolaan tersebut untuk melancarkan tugasnya, serta bertindak sesuai
dengan etika jabatan.