Pengaruh Perilaku Heuristics dan Herding (1)

FINESTA Vol.3 No. 1, (2015) 1-5

1

Pengaruh Perilaku Heuristics dan Herding Terhadap
Pengambilan Keputusan Investasi Properti Hunian
Stephanie Gozalie dan Njo Anastasia
Program Manajemen Keuangan, Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra
Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya
E-mail: stephaniegozalie@hotmail.com; anas@petra.ac.id
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh perilaku heuristics dan herding terhadap
pengambilan keputusan investasi properti hunian. Heuristic
merupakan pengambilan keputusan berdasarkan informasi
yang dimiliki.
Herding adalah suatu perilaku yang
cenderung meniru perbuatan apa yang orang lain lakukan
daripada mengikuti keyakinannya ataupun informasi.
Responden penelitian ini terdiri dari 100 calon investor atau
investor properti Surabaya. Data diolah menggunakan

analisa SEM dengan Partial Least Square (PLS). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perilaku heuristics
(representativeness, anchoring, gambler’s fallacy, dan
availability bias) berpengaruh signifikan terhadap keputusan
investasi. Sedangkan perilaku heuristics (overconfidence)
dan herding tidak berpengaruh signifikan terhadap
keputusan investasi.
Abstrak—

Kata kunci —
Heuristics, Herding, Perilaku Keuangan,
Keputusan Investasi
Abstract — The aim of this research examines the
impact of Heuristics and Herding Behavior to Investment of
Decision residential property. Heuristics is a decision based
on the information that they have. Herding is a behavior
that imitate other persons. The samples of this study were
100 prospective investors or investor in Surabaya. The data
is analyzed by using SEM Partial Least Square (PLS). The
results

showed
that
behavioral
heuristics
(representativeness, anchoring, gambler's fallacy, and
availability bias) significantly influence the investment
decision. While behavioral heuristics (overconfidence) and
herding did not significantly influence the investment
decision..
Keywords

Heuristics, Herding, Behavior Finance,
Investment Decision

1.

PENDAHULUAN

Pertumbuhan harga sektor real estate dan properti di
Indonesia meningkat sangat tinggi sejak tahun 2012. (Sari,

2014). Fenomena ini sangat menarik perhatian para investor
untuk berinvestasi di bidang properti. Selain terjadi
kenaikan permintaan properti di Jakarta, kenaikan harga
properti pun juga terjadi di beberapa kota besar di Indonesia
seperti Surabaya. Tidak hanya rumah tempat tinggal yang
diminati warga Surabaya. Banyak apartment, ruko mall,
perkantoran yang juga berkembang di wilayah Surabaya
(Kenaikan Harga Properti Jakarta Tertinggi di Dunia, 2014).

Gambar 1 Grafik Harga Properti Surabaya

Sumber : Analisa Properti di Daerah Surabaya,
Jawa Timur
Perubahan harga di sektor properti selain dipengaruhi
oleh kondisi dari properti itu sendiri juga oleh perilaku
investor. Para investor membuat keputusan investasi
menurut emosi, seperti perasaan, suasana hati, fantasi dan
sentimental. (Anthony, 2012) Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh psikologis investor terhadap keputusan investasi.
Menurut Barberis dan Thaler (2003), teori Behavioral

Finance menjelaskan investor bertindak irasional dalam
proses pengambilan keputusan. Aspek kognitif dan bias
pada psikologi investor terkait dengan apa yang dipercaya
dan dipilih. De Bondt (2004) melihat teori Behavioral
Finance sebagai model yang menerapkan kognitif psikologi
untuk menjelaskan pasar dan perilaku investor. Teori ini
banyak ditentang oleh beberapa pihak, karena teori ini
berbeda dengan teori hipotesis pasar efisien.
Terdapat dua asumsi dalam pengambilan keputusan
investasi, yaitu keputusan rasional dan keputusan tidak
rasional yang diambil berdasarkan prediksi masa depan.
Investor rasional akan mengambil keputusan investasi
berdasarkan analisa informasi yang diperolehnya, sedangkan
investor tidak rasional mengambil keputusan investasi
berdasarkan prediksi masa depan dan cenderung mengambil
keputusan berdasarkan faktor psikologi. Menurut Waweru et
al, 2008, f
aktor psikologi yang mempengaruhi antara lain heuristic
theory, prospect theory, market factors, dan herding effect
(dalam Le & Doan, 2011). Penelitian ini difokuskan pada

perilaku heuristic dan herding pada investor dalam
pengambilan keputusan investasi di properti.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti bermaksud
meneliti Apakah perilaku heuristic (representativeness,
overconfidence, anchoring, gambler’s fallacy, dan
availability bias) dan herding berpengaruh signifikan secara

FINESTA Vol.3 No. 1, (2015) 1-5
parsial terhadap pengambilan keputusan investasi properti
hunian?
2.

TEORI PENUNJANG

Behavioral finance dibangun oleh berbagai asumsi dan
ide dari perilaku ekonomi. Keterlibatan emosi, sifat,
kesukaan dan berbagai macam hal yang melekat dalam diri
manusia sebagai makhluk intelektual dan sosial akan
berinteraksi yang kemudian melandasi munculnya
keputusan untuk melakukan suatu tindakan. (Ricciardi,2000)

Behavioral Finance merupakan perilaku investor yang
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Faktor ini merupakan
faktor yang irrasional, menyimpang dari rasionalitas.
Pengaruh faktor psikologis investor real estate tidak akan
selalu tergatung oleh rasionalitas dalam membuat keputusan
investasi, seperti infrastruktur, lingkungan, lokasi, dan lain
sebagainya. Dan harga suatu properti tidak akan selalu
tergantung pada nilai-nilai intrinsik suatu properti real
estate.
Menurut Waweru et al (2008), perilaku keuangan
terbagi menjadi 4 antara lain heuristic theory, prospect
theory, market factors, dan herding effect. (dalam Le &
Doan, 2011). Akan tetapi, pada perilaku heuristics dan
herding akan difokuskan penelitian ini.
Heuristic adalah sebagai rule of thumb, dimana orang
membuat keputusan di saat yang rumit, lingkungan yang
tidak pasti. Heuristic merupakan pengambilan keputusan
berdasarkan informasi yang dimiliki. Kahneman dan
Tversky (1979) melihat bahwa saat menentukan keputusan,
investor tidak bersikap rasional. Menurut Kahneman dan

Tversky (1979) yang termasuk dalam Heuristic adalah
representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s
fallacy, dan availability bias.
Representativeness adalah keputusan yang berdasarkan
stereotype. (Baker & Nosfinger, 2002). Keberhasilan
perusahaan di masa sekarang, cenderung dilanjutkan di
masa depan juga. Kecenderungan investor membuat
keputusan berdasarkan pengalaman yang sebelumnya
dikenal sebagai stereotype (Sherfin, 2000).
Jika perusahaan mengumumkan kenaikan laba secara
berturut-turut, investor pun akan berasumsi laba akan terus
naik dan menganggap perusahaan ini merupakan good
company. Dalam benak investor tertanam bahwa good
company, good investment .(Ackert & Deaves, 2010)
Overconfidence merupakan kecenderungan untuk terlalu
yakin atas kemampuan dan prediksi untuk berhasil. Kondisi
ini merupakan hal normal yang sekaligus merupakan cermin
dari tingkat keyakinan seseorang untuk mencapai atau
mendapatkan sesuatu. Tidak bisa disangkal bahwa manusia
memiliki kepercayaan diri yang tinggi, termasuk dalam

berinvestasi.
Sebagai contohnya, investor yang kurang berpengalaman
baru saja menjual propertinya dengan harga yang tinggi.
Setelah itu, ia cenderung lebih percaya diri dalam mencari
properti berikutnya, sehingga terdapat kemungkinan ia akan
membeli properti dengan harga terlalu mahal atau
kehilangan suatu kesempatan investasi yang bagus (Beracha
dan Skiba, 2014).
Anchoring merupakan keadaan dimana seseorang
memperkirakan harga berdasarkan informasi yang pertama
kali didapatkan. Ternyata terdapat perkiraan yang berbeda,
pemikiran akan tetap cenderung ke informasi yang pertama

2
kali didapatkan. Fenomena ini disebut sebagai Anchoring.
(Ackert & Deaves, 2010)
Pengambilan keputusan “anchoring” terjadi ketika
individu menggunakan sepotong informasi pertama untuk
membuat penilaian berikutnya. Anchoring menyebabkan
individu menjadi overestimate, terhadap keahlian dan

pendapatnya sendiri, akan tetapi suatu hari keputusan yang
dipilihnya bisa salah. .(Ackert & Deaves, 2010)
Gambler’s Fallacy, yang juga dikenal sebagai Monte
Carlo Fallacy, merupakan keyakinan yang salah, jika sesuatu
hal terjadi lebih sering dari biasanya selama beberapa
periode, itu akan terjadi lebih jarang di masa depan, atau,
jika sesuatu terjadi lebih jarang dari biasanya selama
beberapa periode, itu akan terjadi lebih sering di masa
depan. (Kudryavtsev et. al., 2013)
Gal dan Baron (1996) menunjukkan perilaku gambler’s
fallacy tidak hanya disebabkan oleh kebosanan. Namun pola
gambler’s fallacy dapat dibuktikan dalam financing,
termasuk pengambilan keputusan pasar saham maupun di
properti.
Availibility bias merupakan suatu fenomena dimana
investor memiliki banyak informasi untuk mengambil
keputusan, dan fenomena tersebut terjadi dalam beberapa
waktu terakhir. (Tversky and Kahneman (1973)). Hal ini
dikarenakan peristiwa yang berkesan cenderung lebih
menyebabkan reaksi emosional.

Availability bias cenderung berhubungan dengan
ketersediaan informasi. Salah satu contoh availability bias
yaitu investor lebih memilih berinvestasi properti di dalam
negeri karena investor lebih memiliki banyak informasi di
dalam negeri dibandingkan informasi properti di luar negeri.
Herding adalah suatu perilaku yang cenderung meniru
perbuatan yang dilakukan oleh orang lain daripada
mengikuti keyakinannya ataupun informasi yang dimiliki.
(Hirshleifer dan Teoh, 2003). Perilaku ini adalah kesalahan
yang paling umum di mana investor cenderung mengikuti
keputusan investasi yang diambil oleh mayoritas. Alasan
utama herding adalah tekanan atau pengaruh oleh rekanrekan atau orang-orang sekitar.
Herding dapat membuat seseorang tiba-tiba merubah
keputusannya karena herding sangat terpengaruh dengan
pilihan investasi orang lain. Herding termasuk perilaku yang
kurang independent. Walaupun pilihan masyarakat mungkin
saja buruk. Investor akan tetap mengikuti apa yang dipilih
oleh pasar.
Menurut Subash (2012), keputusan investasi dapat
didefinisikan sebagai proses memilih alternatif tertentu dari

banyak alternatif yang tersedia. Ini merupakan suatu proses
yang rumit yang melibatkan analisis berbagai faktor
personal, teknis dan situasional. Mengambil keputusan
investasi adalah tantangan paling penting yang dihadapi oleh
investor. Pengambilan keputusan yang efektif membutuhkan
pemahaman dari aspek psikologi. Jadi psikologi investor
merupakan hal yang penting dalam proses pengambilan
keputusan investasi.
Investor adalah seseorang yang membeli asset untuk
menghasilkan pendapatan dan bertujuan membangun
kekayaan dengan membeli properti residensial maupun
komersial, atau kombinasi dari keduanya.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mwangi (2011)
meneliti faktor psikologi yang mempengaruhi keputusan
investasi properti di Kenya. Pada penelitian tersebut,

FINESTA Vol.3 No. 1, (2015) 1-5
perilaku keuangan yang mempengaruhi yaitu anchoring,
availability bias, dan representativeness.
Menurut penelitian Anthony (2012), perilaku
overconfidence,
herding,
dan
representativeness
berpengaruh terhadap keputusan investasi properti di Kenya.
Berikut adalah kerangka berpikir dalam penelitian ini.

Gambar 2 Kerangka Berpikir
Untuk mendapatkan hasil empirik dari penelitian ini,
hipotesa yang ada perlu ditetapkan dan diuji. Hipotesa
penelitian ini disusun berdasarkan rumusan masalah yang
ada, sehingga hipotesa dalam penelitian ini, yaitu:
Perilaku heuristic (representativeness, overconfidence,
anchoring, gambler’s fallacy, dan availability bias) dan
herding berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
pengambilan keputusan investasi properti hunian
3.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini
adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal
merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang
bersifat sebab akibat (Sugiyono,2013). Penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh perilaku heuristics dan herding
investor dalam pengambilan keputusan investasi.
Populasi dari penelitian ini adalah semua investor
properti. Teknik penggunaan sampling pada penelitian ini
adalah simple random sampling. Simple random sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang memberi
kesempatan yang sama pada populasi untuk dijadikan
sampel. Sampel yang diambil untuk penelitian ini adalah
calon investor atau investor properti di Surabaya.
. Rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumus
Lemeshow dikarenakan jumlah populasi tidak diketahui:
n

3
4
5

= Sering
= Selalu

Teknik analisa yang pertama adalah analisa deskriptif
Menurut Sugiyono (2013), analisis deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
Menurut Ghozali (2011), pengujian PLS Path Modeling
terdapat 2 model yaitu outer model dan inner model.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Partial Least
Square (PLS) yaitu meliputi:
1. Mengkonstruksi diagram path
2. Evaluasi Goodness-of-fit Outer Model
a.Convergent Validity
Merupakan pengukuran dari konstruk yang secara
teori saling berhubungan, dan secara nyata
berhubungan satu dengan yang lain.
Uji validitas dapat dilihat dari nilai loading factor
jika lebih besar dari 0,5 maka dikatakan indikator
tersebut valid.
b.Discriminant Validity
Discriminant validity merupakan pengukuran
indikator dengan variabel laten. Pengukuran
discriminant validity dinilai berdasarkan nilai AVE
(Average Variance Extracted) dimana nilai AVE
harus lebih besar dari 0,5 (Ghozali, 2011)
c.Composite Reliability
Digunakan untuk menguji reliabilitas suatu
konstruk untuk membuktikan akurasi, konsistensi,
dan ketepatan instrumen dalam mengukur
konstruk. Dikatakan reliabel jika nilai composite
reliability yang diperoleh lebih besar dari 0,7
(Ghozali, 2011).
3. Evaluasi Goodness-of-fit Inner Model
Inner model dapat dievaluasi dengan melihat
stabilitas dari estimasi yang dinilai dengan
menggunakan uji T-statistik dan pengaruh positif
dan negatif dilihat dari original sample (O) yang
didapat lewat prosedur bootstrapping (Ghozali,
2011). R-square juga dapat mengevaluasi inner
model. R-square mengartikan keragaman konstruk
endogen yang mampu dijelaskan oleh konstrukkonstruk eksogen secara serentak (Ghozali, 2011).
4.

n
n
96,04 ≈ 100 responden
Jenis data dari penelitian ini adalah data primer. Sumber
data penelitian ini adalah angket kuesioner yang dibagikan
kepada responden.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuesioner. Responden akan
menjawab pertanyaan dari kuesioner. Pilihan responden
tersebut akan diukur menggunakan skala likert dari skala 1
(Tidak Pernah) hingga 5 (Selalu)
1
= Tidak Pernah
2
= Pernah
3
= Kadang-Kadang

ANALISA DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini karakteristik responden yang
digunakan adalah jenis kelamin, usia, status, pendapatan,
pendidikan, pekerjaan. Untuk karakteristik investasi properti
responden, digunakan status tempat tinggal responden,
jumlah pembelian properti, tujuan pembelian properti di
Surabaya.
16 responden yang belum pernah membeli properti
di Surabaya dan 84 responden yang sudah membeli properti
di Surabaya. Sebanyak 55 responden lebih berminat
berinvestasi rumah tinggal, 45 responden lebih berminat
investasi pada apartmen. Lebih dari setengah responden
merupakan investor pria yaitu sebanyak 55 responden, dan
sisanya 45 responden merupakan responden wanita.
Sebagian besar responden sejumlah 33 responden dalam
penelitian ini berusia 46-55 tahun. 54 responden berstatus

FINESTA Vol.3 No. 1, (2015) 1-5
telah menikah. 38 responden dalam penelitian ini adalah
yang berpendapatan antara Rp.25juta hingga Rp.50 juta.
Berdasarkan pendidikan, 58 responden berpendidikan
sarjana dalam penelitian ini. 54 responden bekerja sebagai
responden wiraswasta.
Sebanyak 64 jumlah responden memiliki tempat tinggal
rumah pribadi. Sedangkan yang memiliki Rumah sewa 4
responden. Dan yang masih tinggal dengan rumah orang tua
atau saudara sebanyak 32 responden. Responden yang
belum memiliki properti sebanyak 16 responden. Sedangkan
30 responden memiliki properti lebih dari 3 unit.
Pada pengujian PLS Path Modeling terdapat 2 model
yaitu outer model dan inner model. Evaluasi outer model
dilakukan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas data.
Validitas meliputi convergent validity dan discriminant
validity, sedangkan reliabilitas dicari melalui composite
reliability.
Convergent validity mengukur besarnya korelasi antara
konstrak dengan variabel laten.Suatu indikator dikatakan
memenuhi convergent validity jika mempunyai nilai loading
di atas 0,5 (Ghozali, 2011).

Masing-masing indikator telah memiliki nilai outer loading
di atas 0.5, hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator
pada tabel di atas telah memenuhi syarat validitas yang baik,
sehingga akan digunakan untuk analisis selanjutnya
Pada
penilaian
discriminant
validity
diukur
menggunakan nilai AVE. Nilai AVE pada variabel
representativeness, overconfidence, anchoring, gambler’s
fallacy, availability bias, herding, dan keputusan investasi.
adalah lebih besar dari 0.5, sehingga dapat disimpulkan
bahwa setiap variabel pada penelitian ini telah memiliki
discriminant validity yang baik.
Composite reliability dikatakan baik jika nilainya di atas
0,60 (Ghozali 2011). Nilai composite reliability dari semua
variabel tersebut semuanya lebih besar dari 0,60. Dengan
demikian model dalam penelitian ini dapat dikatakan
reliabel.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji inner model.
Inner model atau model struktural dilakukan dengan melihat
presentase varian yang dijelaskan yaitu dengan melihat Rsquare untuk konstruk laten dependen. Nilai R-square pada
penelitian ini adalah sebesar 0.532, yang berarti penelitian
perilaku keuangan mampu menjelaskan varian pada
pengambilan keputusan investasi properti hunian sebesar
53,2%. Sedangkan 46,8% dipengaruhi oleh perilaku yang
lain.
Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian, maka rancangan
uji hipotesis yang dapat dibuat merupakan rancangan uji
hipotesis dalam penelitian ini disajikan berdasarkan tujuan
penelitian. Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai t-

4
statistic > 1,96. Berikut adalah k nilai t-statistic pada inner
model:

Tabel 1 Nilai T-statistics

Terdapat pengaruh yang signifikan antara behavior
representativeness, anchoring, gambler’s fallacy, dan
availability bias. Sedangkan overconfidence dan herding
tidak berpengaruh terhadap keputusan investasi
5.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka
simpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
Pada penelitian ini, perilaku representativeness, anchoring,
gambler’s fallacy, dan availability bias berpengaruh
signifikan terhadap keputusan investasi. Sedangkan perilaku
overconfidence dan herding tidak berpengaruh signifikan
terhadap keputusan investasi.
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan yang
didapatkan, maka saran yang dapat disampaikan adalah
sebagai berikut: Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini
dapat dikembangkan pada responden yang terkait dengan
pelaku pasar di properti, seperti real estate agent, property
valuer, penjual properti, pemberi kredit properti, dan
investor yang sudah pernah berinvestasi properti. Penelitian
ini dapat dikembangkan lagi dengan menambah jumlah
sampel pada penelitian. Untuk peneliti selanjutnya,
penelitian ini dapat ditambahkan teori perilaku yang lain
seperti mental accounting dan market factors.
DAFTAR PUSTAKA
Ackert L.F. & Deaves R. (2010). Behavioral Finance
Psychology, Decision
Making, and
Markets.
Mason. South-Western, Cengage Learning.

FINESTA Vol.3 No. 1, (2015) 1-5

5

Anthony K, M. (2012). Effect of Investor Psychology on
Real Estate Market
Prices in Nairobi,Kenya.
University of Nairobi Press

Shefrin, H. (2000). Beyond Greed and Fear: Understanding
Behavioral Finance
and the Psychology of Investing.
New York: Oxford University Press.

Baker, H.K. & Nosfinger J.R. (2002). Psychology Bias of
Investors. Financial Services Review.

Subash,R. (2012). Role of Behavioral Finance in Portofolio
Investment
Decisions:
Evidence From India.
Charles University in Prague

Barberis N. & Thaler R. (2003). A Survey of Behavioral
Finance. Elsevier Science B.V

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung:
Alfabeta.

Beracha E. &Skiba H. (2014),Investor Behavior: The
Psychology of Financial Planning and Investing. (H.K.
Baker and Ricciardi V.) New Jersey: John Wiley & Sons,
Inc., 2014

Tversky, A., & Kahneman, D. (1973). Availability: A
Heuristic for Judging
Frequency and Probability.
Cognitive Psychology

DeBondt, W. F. M (2004). Introduction to The Special Issue
on Behavioral
Finance. Elsevier.

Urbanindo (2013, 28 Maret) Analisa Properti di Daerah
Surabaya, Jawa Timur
Retreived
from\
http://blog.urbanindo.com/2013/03/analisa properti-di
daerah-surabaya-jawa-timur/

Gal, I. & Baron, J. (1996). Understanding Repeated Simple
Choices. Thinking and
Reasoning.
Ghozali, Imam. 2011. Structural Equation Modeling Metode
Alternatif Dengan Partial Least Square PLS Edisi 3.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Hirshleifer D. & Teoh, S. H. (2003). Herd Behavior and
Cascading in Capital
Markets:
A
Review
and
Synthesis. European Financial Management
Jawa Pos (2014, 12 November). Kenaikan harga Properti
Jakarta Tertinggi di
Dunia
Retreived
from
http://www.jawapos.com/baca/artikel/9092/kenaik nharga-properti
jakarta-tertinggi-di-dunia
Kahneman, D. & Tversky, A. (1979). “Prospect Theory: An
Analysis of Decision under Risk". Econometrica
Kudryavtsev et. al. (2013) “Rational” or “Intuitive”: Are
Behavioral Biases
Correlated Across Stock Market
Investors?. Vizja Press&IT
Le P.L. & Doan T.T.T. (2011). Behavioral Factors
Influencing Individual
Investors’
DecisionMaking and Performance. Umea. Umea
University
Press.
Mwangi G.C. (2011). Behavioral Factors Influencing
Investment Decisions in Kenyan Property
Market.
Nairobi. Strath More University Press.
Ricciardi, V. (2000). “A Research Starting Point for a New
Scholar: A Unique
Perspective
of
Behavioral
Science.” Working Paper. Golden State
University
Sari, D. P. (2014, September 9). Harga Properti Diyakini
Terkoreksi Pada 2015.
Diambil kembali dari
http://properti.bisnis.com/read/20140909/107/256153/hargaproperti diyakini-terkoreksi-pada-2015