Observasi perkembangan dan karakteristik perkembangan

observasi perkembangan dan karakteristik remaja

KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat serta hidayahNYA sehingga tugas observasi dengan judul TUGAS PERKEMBANGAN DAN
KARAKTERISTIK PADA PERIODE REMAJA dapat di selesaikan. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan pengikutnya.
Observasi ini dilakukan untuk memenuhi tugas akhir semester satu pada mata kuliah psikologi
umum dan perkembangan. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui lebih lanjutnya tentang
masalah di periode remaja ini.
Saya menyadari bahwa dalam observasi ini tidak akan berhasil dengan baik dari semua
pihak untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak atas segala partisipasinya
yang telah diberikan dan telah membantu memberikan dukungan, semangat, bantuan dan doa
dalam menyelesaikan dalam proses observasi ini.
.
Jakarta, 14 januari 2011
Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa transisi, dimana usianya yang biasa disebut dengan usia
belasan yang tidak menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara
fisik,psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Pada masa transisi tersebut kemungkinan
dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku
menyimpang. Pada kondisi tertentu perilaku menyimpang tersebut akan menjadi perilaku yang
mengganggu. Melihat kondisi tersebut apabila didukung oleh lingkungan yang kurang kondusif
dan sifat keperibadian yang kurang baik akan menjadi pemicu timbulnya berbagai
penyimpangan perilaku dan perbuatan-perbuatan negatif yang melanggar aturan
dan norma yang ada di masyarakat yang biasanya disebut dengan kenakalan
remaja.

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan kedalam perilaku
menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma sosial
yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat
membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat.
mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui
jalur tersebut berarti telah menyimpang. Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang
perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja,
diantaranya karena pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada, perilaku menyimpang

yang disengaja, bukan karena pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk
memahami bentuk perilaku tersebut, adalah
.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tercapai dari tugas-tugas perkembangan dalam penelitian ini ?
2. Apakah tercapai dari karakteristik remaja dalam penelitian ini ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan masa remaja.
2. Untuk mengetahui karakteristik remaja.
3. Untuk mengetahui permasalahan remaja
D. Manfaat
1. Untuk menambahkan wawasan bagi pembaca khususnya untuk penulis

BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian dan Konsep Masa Remaja
Remaja yang baru meninggalkan masa kanak-kanak dan bertumbuh, serta berkembang
tampak agresif, suka memberontak, dan seolah-olah ingin terus menantang. Remaja
(adolenscent) dalam bahasa latin diperoleh dari kata kerja adolensceere yang berarti untuk
tumbuh dan berkembang menjadi dewasa (steinberg, 1993;4). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa

dalam pandangan masyarakat, remaja adalah waktu untuk tumbuh dan berkembang serta
bergerak dari ketidak-matangan masa kanak-kanak menuju arah kematangan pada usia dewasa.
Periode remaja adalah periode masa transisi secara biologis, psikologis, sisiologis,dan ekonomi
pada indiviidu.[1]
Menurut Hurlock tentang remaja yang berasal dari kata latin adolenscence (kata
bendanya, adolenscentia yang berati remaja yang tumbuh). Pengertia luas yang lebih mencakup
kematangan mental, emesional, sosial, dan fisik.
Menurut beberapa ahli perkembangan, periode remaja terbagi menjadi dua periode yaitu periode
remaja awal dan remaja akhir. Periode remaja awal adalah periode perkembangan yang yang
digambarkan secara umum sesuai dengan usia sekolah siswa SLTP dan periode remaja akhir
mendekatai usia periode SMU ke atas . Namun, ternyata periode remaja menurut konsep
psikologi perkembangan, tergolong kajian yang cukup rumit dan sangat sulit dan rumit untuk

diberi batasan. Hal ini disebabkan sulitnya menemukan batasan usia kapan seorang anak
memasuki periode remaja dan kapan periode remaja tersebut berakhir.serta kapan anak dikatakan
tumbuh menjadi seorang dewasa.
Kesulitan-kesulitan ini diantaranya adalah karena remaja sesungguhnya merupakan suatu
ciptaan budaya, yaitu suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan
atas perubahan perubahan sosial yang menyertai perkembangan industri pada abad ke-19 di
eropa dan amerika.

Setidaknya hingga akhir abad ke 18 konsep remaja belum digunakan untuk menunjukan
suatu periode tertentu dalam kehidupan manusia. Baru sejak abad ke-19 konsep remaja muncul
sebagai suatu periode kehidupan tertentu yang berbeda dari masa kanak-kanak dan masa remaja.
(zigler dan stevenson, 1993 dalam buku desmits, 2005:58)
Perlu di ingat bahwa perkembangan didefinisikan sebagai proses kehidupan yang panjang.
Remaja adalah bagian dari jalan dari jalan kehidupan manusia yang tidak dapat dikatakan
sebagai satu periode perkembanagan yang harus dipisahkan. Meskipun remaja mempunyai
karakteristik yang unik , apa yang ada pada masa remaja sangatlah saling berhubungan dengan
perkembangan dan pengalamn-pengalaman pada masa anak-anak dan usia dewasa.
B. Tugas-tugas Perkembangan
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja pada umumnya meliputi pencapaian dan
persiapan dan segala hal yangn berhubungan dengan kehidupan masa dewasa :
1. Mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis
kelamin lain yang sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat.
2. Mampu melakukan peranan sebagai laki-laki dan wanita.
3. Menerima kondisi jasmaninya dan mampu menggunakannya dengan efektif.
4. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung jawab di
tengah-tengah masyarakatnya.
5. Mencapai kemerdekaan/kebebasan dari orangtua dan orang dewasa lainnya mulai menjadi
“person” (menjadi dirinya sendiri).

6. Mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi) tertentu dalam bidang
ekonomi.
7. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan
berkeluarga yakni sebgai ibu dan ayah.
8. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertinngkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk keperluan kewarganegaraannya.[2]
C. Karakter Perkembangan
1. Perkembangan fisik
a) Periode remaja awal (early childhood)
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu,
dimana terjadi pertumbuhan yang sangat pesat. Kondisi ini memungkinkan setiap remaja
mempunyai bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan jenis kelaminnya. Perubahan dalam bentuk
fisik biasanya meliputi proporsi muka dan badan serta menampilkan sesuai dengan jenis
kelaminnya atau perubahan seks sekunder.
Adapun ciri-ciri perubahan sekunder:
Wanita
Pria
Bertambah besarnya payu dara dan
Tumbuhnya gondok laki (jakum)


pinggul
Perubahan pada bentuk tangan dan

Tumbuh bulu di ketiak, kemaluan,

kaki (lebih nampak pada penimbuhan

dan kaki

lemak)
Suara terdengar lebih lembut
Tumbuhnya bulu di ketiak dan

Pembesaran suara
Tumbuhnya kumis

kemaluan
Perubahan fungsi fisiologik lebih berhubungan dengan kematangan seks primer. Hal ini
dikatakan seks primer, karena berhubungan langsung denganalat reproduksi.
Kriteria puberitas yang sering digunakan untuk menentukan seorang anak telah mencapai

kemantangan seksual. Pada anak Laki-laki mengalami mimpi basah (noctural emission).
Sedangkan anak perempuan mendapatkan menstruasi pertama (menerche).
Bila menstruasi pertama dan nocturnal emession terjadi. Organ seks primer dan seks
sekunder mulai matang, tetapi belum mencapai kematangan penuh. Menstruasi pertama ini
biasanya dialami anak-anak perempuan sekitar usia 12 tahun sampai 16 tahun.
Walaupun para ahli perkembangan menentukan patokan usia, namun tidak menutupi
kemungkinan perbedaan individual. Proses kematangan tubuh yang menyangkut perkembangan
ukuran tubuh maupun kematangan seksual dikendalikan oleh kelenjar pituitary, yaitu sebuah
kelenjar endokrin yang terletak di dasar otak. Kelenjar pituitary menghasilkan dua hormon, yaitu
:
1) Hormon pertumbuhan
Hormon ini adalah hormon yang mempengaruhi ukuran tubuh individu.
2) Hormon gonadotropik
Hormon yang merangsangkelenjar gonad (kelenjar seks) menjadi lebih aktif. Aktifitas gonad ini
menyebabkan oragan organ seks yang menyangkut karakteristik primer, yaitu pada wanita
ovarium dan pada wanita testes, berkembang dalam ukuran dan mulai berfungsi atau mencapai
kematangan. Di samping itu juga menyebabkna karakteristik seks sekunder mulai berkembang.
b) Periode remaja akhir (late adolescent)
Pada periode ini tidak tampak tidak lagi ada perubahan bentuk tubuh yang sangat meningkat
pesat. Pertumbuhan fisisk remaja akhir lebih dilihat dari proporsi atau keseimbangan antara

anggota tubuh yang satu dengan lainnya. Bentuk tubuh yang proporsional merupakan dambaan
bagi remaja yang berada pada periode ini.
Sebab pada periode sebelumnya yaitu remaja awal, proporsi bentujk tubuh masih belum
seimbang.[3]
2. Perkembangan kognitif
a) Periode remaja awal (early childhood)
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan
kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal
(period of formal operations). Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir
sendiri dalam usaha memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan

berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya.
Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu
berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran
mereka sendiri.
Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan

kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat banyak remaja
(bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif
operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu
operasional konkrit, dimana pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum
mampu melihat masalah dari berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan
di Indonesia yang tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak.
penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya.
Semestinya, seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk menganalisis
masalah dan mencari solusi terbaik.
b)

Periode remaja akhir
Pada periode ini operasi mental tidak lagi di batasi oleh objek konkret, tetapi dapat
diterapkan pada pernyataan verbal atau logical sehingga pemikiran menjadi logis, abstrak dan

hipotetikal. Pada periode ini, kemampuan-kemampuan yang baru muncul, yaitu:

1) Mampu memformulasi hipotesa tentang gejala
2) Menguji hipotesanya denganrealitas
3) Mampu membayangkan semua kemungkinan hasil atau beragam kombinasi.[4]
3. Perkembangan psikososial
a) Periode remaja awal (early childhood)
Pada periode ini tahap perkembangan psikososial remaja berada pada tahap pencaharian
identitas dan lawannya adalah kebingungan identitas. Pada periode ini mereka menjadi lebih
dekat dengan teman-teman sebaya. Remaja ini mengannggap bahwa hubungan dengan teman
sebaya menjadi bertambah penting dan selnjutnya lebih banyak memberi pengaruh dalam
berbagai aspek perkembangannya. Keinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan
pengakuan dari keluarga serta lingkungan sedang tinggi-tingginya. Kadang untuk mendapatkan
pengakuan dari lingkungannya, remaja melakukan hal-hal yang di luar etika dan aturan.
Keadaan emosional pada masa remaja masih labil dan ditandai dengan ciri-ciri yang khas,
sebagai berikut:
1) Keinginan mencari jati diri

2) Keinginan untuk diakui dan dihargai
3) Keinginan untuk bebas tanpa dikekang

4) Mencari figur idola
5) Cenderung menentang
6) Terikat dengan kelompok

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Pada prinsipnya hubungan teman sebaya, sangatlah penting bagi kehidupan remaja. Adapun
Kelly dan Hansen (1987) menguraikan beberapa fungsi positif dari teman sebaya, dintaranya:
Mengontrol rangsangan-rangsangan agresif. Dengan adanya interaksi antara remaja dengan
teman sebayanya, mereka belajar bagaimanamenyelesaikan pertentangan-pertentangan dengan
cara yang lain selain dengan tindakan agresi langsung.
Mendapatlkan dorongan emosional dan sosial serta menjadi lebih mandiri.
Meningkatkan keterampilan-keterampilan sosial, mengembangkan kemampuan menalar, dan
belajar untuk mengekspresikan perasaan-perasaan dengan cara yang lebih mateng.
Mengembangkan sikap terhadap seksualitas dan tingkah laku peran jenis kelamin.
Memperkokoh penyesuaian moral dan nilai-nilai.
Mengkatkan harga diri (self esteem). Menjadi orang yang disenangi oleh teman-teman
sebayanya, membuat remaja merasa senang terhadap dirinya dan merasa dihargai.
b)

Periode remaja akhir (late adolescent)
Periode remaja akhir pada dasarnya menurut Erikson berada pada tahapan identity vs
identity confusion (kebingungan identitas). Tidak berbeda jauh dengan remaja awal.
Hanya yang membedakannya adalah pada periode ini diharapkan sudah sampai pada
pencapain identitas tertentu. Mereka diharapkan tidak kebingungan lagi untuk mencapai suatu
bentuk identitas diri yang mereka miliki.
Dalam hal ini identitas dapat di bagi menjadi beberapa jenis, diantaranya adalah identitas
seks, peran, pendidikan, vocational, agama dan suku budaya.
Pencapain identitas berarti seorang remaja telah mampu mengidentifikasi diri ke dalam beberapa
jenis di atas tersebut, sehingga meraka mengetahui siapa diri mereka , bagaimana
memperlakukan diri, apa yang mereka inginkan dan butuhkan seta kapan mereka dapat bertidak.
[5]
4. Perkembanagan moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya mengenai berbagai
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri
mereka.
Elliot Turiel (1978) menyatakan bahwa para remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam
menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan lingkungan mereka, misalnya:
politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dsb. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran
yang kaku, sederhana, dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan.
Remaja mulai mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih
banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan pengamatan keluar
dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini diajarkan dan ditanamkan kepadanya.
Sebagian besar para remaja mulai melihat adanya “kenyataan” lain di luar dari yang selama ini
diketahui dan dipercayainya. Ia akan melihat bahwa ada banyak aspek dalam melihat hidup dan
beragam jenis pemikiran yang lain. Baginya dunia menjadi lebih luas dan seringkali

membingungkan, terutama jika ia terbiasa dididik dalam suatu lingkungan tertentu saja selama
masa kanak-kanak.
Kemampuan berpikir dalam dimensi moral (moral reasoning) pada remaja berkembang karena
mereka mulai melihat adanya kejanggalan dan ketidakseimbangan antara yang mereka percayai
dahulu dengan kenyataan yang ada di sekitarnya..
Mereka lalu merasa perlu mempertanyakan dan merekonstruksi pola pikir dengan “kenyataan”
yang baru. Perubahan inilah yang seringkali mendasari sikap “pemberontakan” remaja terhadap
peraturan atau otoritas yang selama ini diterima bulat-bulat. Misalnya, jika sejak kecil pada
seorang anak diterapkan sebuah nilai moral yang mengatakan bahwa korupsi itu tidak baik. Pada
masa remaja ia akan mempertanyakan mengapa dunia sekelilingnya membiarkan korupsi itu
tumbuh subur bahkan sangat mungkin korupsi itu dinilai baik dalam suatu kondisi tertentu. Hal
ini tentu saja akan menimbulkan konflik nilai bagi sang remaja. Konflik nilai dalam diri remaja
ini lambat laun akan menjadi sebuah masalah besar, jika remaja tidak menemukan jalan
keluarnya. Kemungkinan remaja untuk tidak lagi mempercayai nilai-nilai yang ditanamkan oleh
orangtua atau pendidik sejak masa kanak-kanak akan sangat besar jika orangtua atau pendidik
tidak mampu memberikan penjelasan yang logis, apalagi jika lingkungan sekitarnya tidak
mendukung penerapan nilai-nilai tersebut.
5. Perkembangan Jiwa Keagamaan Remaja
Agama dalam arti luas termasuk etika dan moral yang diajarkan keluarga yang merupakan
satu-satunya sarana untuk menanggulangi kenakalan remaja sejak dini. Perkembangan rasa
keagamaan pada remaja sejalan dengan perkembangan jasmani, intelektual, dan ruhaninya.
Menurut W. Starbuck, sebagaimana dikutip Dr.Jalaluddin, perkembangan itu antara lain:
1) Pertumbuhan Pikiran
Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanaknya sudah
tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul. Selain
masalah agama, mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial. Ekonomi dan
norma-norma kehidupan lainnya. Hasil penelitian Allport, Gillesphy dan Young menunjukkan:
a) 85% remaja Katolik Romawi tetap taat menganut ajaran agamanya;
b) 40% remaja protestan tetap taat terhadap ajaran agamanya.
Dari hasil ini dinyatakan selanjutnya bahwa agama yang ajarannya bersifat lebih
konservatif, lebih banyak berpengaruh bagi para remaja untuk tetap taat pada ajaran agamanya.
Sebaliknya, agama yang ajarannya tidak konservatif –dogmatis dan agak liberal akan mudah
merangsang pengembangan pikiran dan mental para remaja sehingga mereka banyak
meninggalkan ajaran agamanya.Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pikiran dan mental
remaja mempengaruhi sikap mereka.
2) Emosional Intelegence
Menurut Dr. Jalaluddin, berbagai perasaan telah berkembang. Perasaan sosial, etika, seni, telah
mendorong remaja untuk menghayati kehidupannya. Kehidupan yang religius dalam lingkungan
keluarganya akan mendorong ia ke arah yang religius pula.
Begitu pula bagi remaja yang kurang mendapatkan siraman agama, maka akan lebih didominasi
ke dorongan berbuat di luar etika dan aturan.
3) Perkembangan Sosial

Masih menurut Dr. Jalaluddin, corak keagamaan para remaja juga ditandai oleh adanya
pertimbangan sosial. Dalam kehidupan keagamaan mereka timbul konflik antara pertimbangan
moral dan material. Hasil penelitian terhadap 1.789 remaja Amerika oleh Ernest Harms: Usia 1819 tahun menunjukkan bahwa 70% pemikiran remaja ditujukan bagi kepentingan keuangan,
kesejahteraan, kebahagiaan, kehormatan diri dan masalah kesenangan pribadi lainnya.
Sedangkan masalah akhirat dan keagamaan hanya sekitar 3,6% dan masalah sosial 5,8%.

a)
b)
c)
d)
e)

a)
b)

4) Perkembangan Moral
Ada beberapa kecenderungan moral yang terlihat pada usia remaja:
Self-directive, taat beragama berdasarkan pertimbangan pribadi
Adaptive, mengikuti lingkungan sosial tanpa kritik
Submissive, merasakan adanya keraguan terhadap ajaran moral dan agama
Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.
Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral masyarakat.
Kecenderungan-kecenderungan ini sangat dominan disebabkan oleh pengaruh pendidikan di
dalam keluarga dan lingkungannya.
5) Sikap dan Minat Keagamaan
Howard Bell dan Ross berdasarkan penelitiannya terhadap 13.000 remaja di Maryland
mengungkapkan sebagai berikut:
Remaja yang taat beribadah secara teratur 45%
Remaja yang sesekali pergi dan tidak sama sekali 35%
c) Minat terhadap ekonomi, keuangan, material dan sukses pribadi 73%
d) Minat terhadap masalah ideal, keagamaan, dan sosial 21%.[6]
6. Pergaulan Remaja dalam Tuntunan Islam
Pergaulan sosial sesama manusia adalah hal penting dalam kehidupan. Manusia pada
dasarnya adalah makhluk sosial, meminjam istilah Yunani, manusia adalah homo socius, atau
makhluk bermasyarakat. Dalam bermasyarakat, hubungan seseorang dengan orang lain tentu saja
ditentukan dan diatur oleh tatacara yang ada dalam masyarakat. Manusia dalam kehidupannya
secara alami tidak bisa bertahan hidup tanpa adanya teman atau masyarakat lain.
a)

Ajaran Moral Agama
Moralitas agama adalah sejumlah kebiasaaan-kebiasaan hidup yang didasari oleh tuntunan
agama sebagai suatu kebenaran yang datang dari Ilahi. Agama Samawi yang berdasarkan wahyu
dari Allah SWT bertujuan untuk mengantarkan umat Islam kepada kebahagiaan hidup. Di
dalamnya terdapat keteraturan, kerukunan, tanggungjawab, saling cinta-mencintai dalam
kebaikan dan keluhuran budi. Moralitas agama membiasakan pemeluk-pemeluk agama
mengamalkan segenap ajarannya dengan teguh dan konsekuen, baik dalam kehidupan pribadi
maupun dalam bermasyarakat.
b)

Kehidupan Sosial dan Moral Agama
Sebagai makhluk sosial kita semua tidak dapat hidup sendiri. Kebutuhan aan orang lain di
sekitar kita adalah hal yang wajar. Dengan berinteraksi, hal-hal yang menjadi kebutuhan dan
kepentingan
kita
menjadi
terpenuhi.
Agama-agama besar di dunia (khususnya Islam) telah memberikan bimbingan dan pengarahan
kepada uamt manusia sejak masa kanak-kanak hingga ke akhir hayat di kandung badan. Islam
mengajarkan tiga konsep: Iman, Ibadah dan Akhlak.

Yang mana ketiganya harus dimiliki dan dijalankan dengan penuh keteguhan dan
keyakinan atas kuasa-Nya. Seperti dalam firman ALLAH dalam QS.Al-baqarah : 110.
Artinya:
”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan
bagi diimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha
melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (Al- Baqarah: 110

BAB III
LAPORAN OBSERVASI
A. Data Subjek
Nama
: MARIATUL KIFTIAH
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 april 1992
Jenis kelamin
: Perempuan
Pekerjaan
: Pelajar (mahasiswi)

B. Setting
Saya melakukan observasi ini pada tanggal 14 januari 2011 di kontrakan jalan kertamukti
gg hj.nippan rt 08 rw 02 kelurahan pisangan kecamatan ciputat pukul 05.00 -04.00 WIB.
Kontrakan ini terletak di depan kampus UIN syarif hidayatullah jakarta tepatnya sebrang gedung
fakultas dirasat islamiyah. Kontrakan ini milik janda tua yang bernama ibu munaroh. Kontrakan
ini di isi oleh 4 mahasiswi UIN yang mana mereka masih semster satu. Mereka berasal dari satu
almamater ketika aliyah. Kerakraban mereka sudah lama. Tetapi ada salah salah satu dari
penghuni kontrakan tersebut yang perantauan jauh sekali (padang). Umumnya kontrakan ini
sangatlah strategis dan tidak rawan banjir.
C. Aspek Yang Diungkapkan
Observasi yang saya analisis berdasarkan aspek-aspek pada masa remaja yang meliputi
tugas-tugas perkembangan, perkembangan fisik. Perkembangan kognitif, perkembangan
psikososisal, perkembangan moral. Pada tugas-tugas perkembangan dapat di tinjau dari
persiapan yang ada pada dirinya dan realita dalam kehidupan sehari-hari. Pada perkembangan
fisik dilihat dari bentuk dan fungsi tubuh sesuai dengan jenis kelamin yang akan mengalami
perubahan. Perkembangan kognitif dapat dilihat dari pola pikir dan usaha untuk menyelesaikan
masalah di sekitarnya. Perkembangan moral dapat dilihat dari cara bergaul dengan teman untuk

mengetahui identitas mereka. Perkembangan moral dapat dilihat dari sikap dan prilaku serta
sifat-sifat mereka.
D. Deskripsi Data
Berdasarkan hasil observasi yang saya lakukan dari subjek tersebut didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. Tugas-tugas perkembangan.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada subjek sebagai berikut :
a) Subjek mampu menjalin hubungan yang lebih matang dengan sebaya dan jenis kelamin lain
yang sesuai dengan keyakinan dan etika moral yang berlaku di masyarakat. Contoh subjek bisa
bergaul dengan teman kampusnya atau teman kostannya dengan baik. Akan tetapi dalam
kehidupan itu tidak selamanya bahagia dan sedih. Di sini subjek pernah merasakan problem yang
rumit dengan teman sebayanya. Karena tingkat keegoisan mereka yang masih belum stabil.
b) Subjek mampu melakukan peranan sebagai wanita. Contoh memasak sendiri dan membersihkan
kamar sendiri.
c) Subjek menerima kondisi jasmaninya dan mampu menggunakannya dengan efektif. Contoh
memasak
d) Subjek masih belajar menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang bertanggung
jawab di tengah-tengah masyarakatnya. Apalagi di daerah sekitar kostnnya masihlah asing
baginya.
e) Subjek mencapai kemerdekaan/kebebasan dari orangtua dan orang dewasa lainnya mulai
menjadi “person” (menjadi dirinya sendiri). Subjek lebih memilih hidup jauh dari orangtuanya.
Terkadang subjek merasa risau dan ketidakpuasan melihat keadaan. ia merasa risau dikala ia
gagal, tidak diterima masuk kedalam masyarakat dewasa.
f) Subjek sedikit demi sedikit belajar untuk mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan
dan profesi) tertentu dalam bidang ekonomi. Misalnya subjek selain jadi mahasiswa subjek juga
belajar berbisnis pulsa. Tanpa ada rasa gengsi demi membantu orang tua untuk memenuhi
kehidupan yang tidak terduga.
g) Subjek masih jauh untuk memikirkan dunia perkawinan. Maka subjek belum mempersiapkan
diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebgai
ibu dan ayah.
h) Subjek memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman bertinngkah laku dan
mengembangkan ideologi untuk keperluan kewarganegaraannya. Tetapi hal ini masih dalam
tahap belajar. Misalnya ia mulai aktif dan peduli dengan organisasinya.
2. Perkembangan fisik.
Subjek mempunyai tinngi 138 cm. Kulitnya berwarna sawo matang. Subjek pada masa ini
mengalami perubahan dalam seks sekundernya dengan normal. Dan pubertas subjek di mulai
pada usia 14 tahun yang mana subjek sudah mengalami menstruasi pertama.
3. Perkembangan kognitif.
Dalam pola pikir subjek sudah bisa sedikit demi sedikit memecahkan masalahnya. Subjek bisa
menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.

Subjek juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
4. Perkembangan psikososial.
Subjek sedang berkeinginan untuk mencari jati diri dan mendapatkan pengakuan dari
keluarga serta lingkungan. Keadaan emosional pada subjek adalah sudah tidak mau di kengkang,
lebih baik menjalani hidupnya dengan kehendaknya sendiri. Subjek lebih memilih tinggal jauh
dengan orang tua untuk melatih kemandiriannya. Subjek menganggap saudara terdekatnya
adalah teman sebaya khususnya teman kostnnya. Karna itu subjek lebih terbuka dengan
temennya dibanding dengan orang tuanya. Subjek juga sedang proses mencari figur idolanya
untuk jadi motivasinya dalam belajar.
5. Perkembangan moral.
Atas pengakuan subjek dari kecil ia sudah di bekali pendidikan moral. Orang tuanya
memasukan subjek ke dalam lingkungan pesantren. Dan subjek juga dituntut untuk mematuhi
beberapa standar tertentu tetapi standar tersebut berasla dari orang lain, misalnya orang tua atau
hukum yang berlaku dalam masyarakat. Maka dari itu subjek sedang berusaha untuk berprilaku
yang menyenangakan bagi orang lain. Di sisi lain subjek masih
6. Perkembangan kesadaran beragama.
Subjek kadang mengalami perubahan dalam kegoncangan emosi, kecemasan, dan
kekhawatiran. Kepercayaan kepada tuhan kadang-kadang sangat kuat, akan tetapi kadangkadang menjadi berkurang.
Tetapi subjek tidak meninggalkan akan kewajiban muslim kepada Allah. Dalam kehidupan
beragama, subjek sudah mulai melibatkan diri kedalam kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti
mengikuti pengajian remaja di sekitar rumahnya.

BAB IV
ANALISIS DAN INTERPRETASI
Dari hasil observasi selama 24 jam di kontrakan milik janda tua. Subjek sudah memenuhi
tugas-tugas perkembangan pada fase remaja. Akan tetapi subjek masih perlu bimbingan untuk
mencapai yang lebih baik. Pada karakteristik subjek sudah memenuhi karakteristik pada periode
remaja. Akan tetapi pada perkembangan fisik mengalami keterlambatan pada pertumbuhan tinggi
badan, karena akibat penurunan dari orang tuanya. Selain itu subjek terkadang tidak lancar dalam
menstruasinya. Menurut para ahli psikologi bahwa tugas-tugas perkembangan dan karakteristik
pada periode remaja. Siklus menstruasi (haid) yang dianggap teratur itu adalah yang 28 hari
sekali, namun tidak bisa dipungkiri kalau siklus ini bisa bervariasi untuk setiap orangnya, namun
tentu saja ada kisaran normalnya, yaitu 24 - 35 hari. Kalau dari keterangan yang anda sebutkan,
berarti biasanya siklus haid anda berjalan 30 - 31 hari, itu masih bagus karena masih dalam
kisaran normalnya.
Variasi datangnya masa haid pada wanita, yang kami sebutkan tadi, terjadi karena adanya
perbedaan dari kadar hormon estrogen (hormon kelamin) yang diproduksi oleh masing-masing
tubuh wanita. Oleh karena siklus haid terjadi akibat pengaruh kerja hormon estrogen, maka jika

produksi hormon estrogen kurang, maka siklus haid bisa makin lama. Demikian pula dengan
sebaliknya, jika produksi hormon ini berlebih, maka siklus jadi makin cepat.
Kondisi tubuh dan psikologis berperan penting dalam produksi dan kerja hormon estrogen,
dan efeknya terhadap jadi lebih cepat atau lambatnya siklus haid bisa berbeda-beda untuk tiap
individunya. Maka dari itu, tidak heran kalau siklus haid seorang wanita bisa berubah-ubah.
Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa subjek sudah memenuhi kategori
tugas-tugas perkembangan dan karakteristik pada periode remaja yang sesuia dengan ilmu
psikologi dan perkembangan.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Remaja yang baru meninggalkan masa kanak-kanak dan bertumbuh, serta berkembang
tampak agresif, suka memberontak, dan seolah-olah ingin terus menetang. Maka orang tua harus
memberikan pengarahan dan bimbingan tetap merupakan cara yang baik, meski dalam hal-hal
teretntu si anak harus di biarkan, namun tetap di perhatikan.
Remaja yang sedang dilanda kegoncangan dalam mencari jati dirinya sangat memerlukan
bantuan para orng tua. Remaja sangat menantikan uluran tangan, perhatian dari orng tua dan
sekitarnya.
B.

Saran
Penulis meyakini masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan laporan
observasi ini. Oleh kerena itu penulis berharap saran yang membangun, guna menyempurnakan
laporan ini baik dalam penulisan atau dalam observasinya. Selanjutnya, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dra. Zahrotun, M. SI, dkk. Psikologi perkembangan. (jakarta : Lembaga Penelitian UIN
jakarta, 2006) hlm.105.
[2] Drs. Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT. Refika Aditama, 2007), Cet. VII

[1]

Dra. Zahrotun, M. SI, dkk. Psikologi perkembangan. (jakarta : Lembaga Penelitian UIN
jakarta, 2006) hlm.105.

[3]

[4]

E. H Tambunan. Remaja sahabat kita. (bandung: P.O.Box 85, 1981) hlm.105.

[5]

Hartati, Netty, dkk. Islam dan psikologi. (jakarta. PT Raja Grafindo 2004). Hlm. 123

[6]

Hartati, Netty, dkk. Islam dan psikologi. (jakarta. PT Raja Grafindo 2004). Hlm. 132