HAP pihakIII&IV Recent site activity teeffendi HAP pihakIII&IV
Pihak-Pihak
dalam Hukum Acara Pidana
Pihak-Pihak dalam
Hukum Acara Pidana
Pada prinsipnya, siapapun bisa menjadi
pihak dalam hukum acara pidana.
Secara garis besar, pihak-pihak dalam
hukum acara pidana dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu pihak karena tugas dan
kewenangannya serta pihak karena
keadaannya.
Pihak hukum acara pidana
karena kewenangannya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penyelidik;
Penyidik;
Penyidik Pembantu;
Jaksa;
Penuntut Umum;
Hakim;
Panitera;
Advokat/ penasihat hukum;
Dan petugas lainnya.
Pihak hukum acara pidana
karena keadaannya
1.
2.
3.
4.
5.
Tersangka;
Terdakwa;
Terpidana;
Saksi;
Saksi ahli.
Penyelidik dan Penyidik
• Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
UU ini untuk melakukan penyelidikan (Pasal 1
butir 4 KUHAP)
• Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
UU untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir
1 KUHAP)
Penyidik dan Penyidik
Pembantu
• Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU
untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir 1
KUHAP)
• Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang karena diberi
wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam UU ini (Pasal 1 butir
3 KUHAP)
Syarat Kepangkatan
Penyidik
• Untuk menjadi penyidik, minimal
kepangkatan adalah Ajun Inspektur
Polisi Dua/ AIPDA (Bintara Tinggi)
• Untuk menjadi penyidik pembantu,
minimal kepangkatan adalah Brigadir
Polisi Dua/ BRIPDA (Bintara)
Urutan Kepangkatan POLRI
Sejak berpisah dengan Tentara Nasional
Indonesia, maka urutan kepangkatan dalam
kepolisian juga mengalami perubahan.
Perubahan tersebut berdasarkan pada surat
keputusan Kapolri No. Pol:
Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober
2000 dengan urutan sebagai berikut:
Tamtama
Lama
Baru
Tamtama
Prajurit Kepala
Bhayangkara Kepala
Prajurit Satu
Bhayangkara Satu
Prajurit Dua
Bhayangkara Dua
Tamtama Tinggi
Lama
Baru
Tamtama Tinggi
Kopral Kepala
Ajun Brigadir Polisi
Kopral Satu
Ajun Brigadir Polisi
Satu
Kopral Dua
Ajun Brigadir Polisi
Dua
Bintara
Lama
Baru
Bintara
Sersan Mayor
Brigadir Polisi
Kepala
Sersan Kepala
Brigadir Polisi
Sersan Satu
Brigadir Polisi Satu
Sersan Dua
Brigadir Polisi Dua
Bintara Tinggi
Lama
Baru
Bintara Tinggi
Pembantu Letnan
Satu
Ajun Inspektur
Polisi Satu
Pembantu Letnan
Dua
Ajun Inspektur
Polisi Dua
Perwira Pertama
Lama
Baru
Perwira Pertama
Kapten
Ajun Komisaris
Polisi
Letnan Satu
Inspektur Polisi
Satu
Inspektur Polisi
Dua
Letnan Dua
Perwira Menengah
Lama
Baru
Perwira Menengah
Kolonel
Komisaris Besar
Polisi
Letnan Kolonel
Ajun Komisaris
Besar Polisi
Mayor
Komisaris Polisi
Perwira Tinggi
Lama
Baru
Perwira Tinggi
Jenderal Polisi
Jenderal Polisi
Letnan Jenderal
Polisi
Komisaris Jenderal
Polisi
Mayor Jenderal
Polisi
Inspektur Jenderal
Polisi
Brigadir Jenderal
Polisi
Brigadir Jenderal
Polisi
Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS)
Menurut penjelasan Pasal 7 ayat (2) KUHAP bahwa
yang dimaksud dengan penyidik pegawai negeri sipil
adalah misalnya pejabat bea dan cukai, pejabat
imigrasi dan pejabat kehutanan, yang melakukan
tugas penyidik sesuai dengan wewenang khusus
yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi
dasar hukumnya masing-masing.
PPNS berada di bawah koordinasi Penyidik POLRI
dan melaporkan hasil penyidikannya kepada
Penyidik POLRI
Jaksa dan Penuntut Umum
• Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh
undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (Lihat Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
• Penuntut umum adalah jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan
penetapan hakim (Lihat Pasal 1 butir 6 huruf b
KUHAP)
Hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
(Lihat Pasal 1 butir 8 KUHAP)
Mengadili adalah serangkaian kegiatan tindakan
hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus
perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan
tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal
menurut cara yang diatur dalam KUHAP
(Lihat Pasal 1 butir 9 KUHAP)
Panitera
Menurut Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor :
KMA/004/SK/II/1999 tanggal 1 Februari 1999,
Kepaniteraan memiliki tugas dan wewenang:
Memberikan pelayanan tehnis dibidang administrasi
perkara dan administrasi peradilan lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Panitera (lanjutan)
Tugas pokok panitera diantaranya yaitu
melaksanakan fungsi:
a. Pelayanan administrasi perkara, koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan persidangan.
b. Pelaksanaan urusan afministrasi perkara,
administrasi keuangan perkara dan tugas
administrasi lainnya yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang.
c. Penyusunan statistik, dokumentasi, laporan serta
pengarsipan perkara.
Advokat/ Penasihat Hukum
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,
baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang .
(Lihat Pasal 1 butir 1 UU 18/ 2003)
Penasihat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat
yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk
memberi bantuan hukum.
(Lihat Pasal 1 butir 13 KUHAP)
Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan
mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundangundangan.
(Lihat Pasal 5 ayat (1) UU 18/ 2003)
Ketentuan khusus tentang
para pihak
Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari
perkara apabila memiliki hubungan keluarga
sedarah, atau semenda sampai derajat ketiga,
hubungan suami/ istri (walaupun sudah bercerai)
dengan para pihak lainnya (hakim ketua sidang,
hakim anggota, penuntut umum atau panitera)
(Lihat Pasal 157 KUHAP)
Ketentuan khusus tentang
para pihak dengan terdakwa
Para pihak (majelis hakim, penuntut umum atau
panitera) wajib mengundurkan diri apabila memiliki
hubungan keluarga sedarah , atau semenda sampai
derajat ketiga, hubungan suami/ istri (walaupun
sudah bercerai) dengan terdakwa/ penasihat
hukumnya)
(Lihat Pasal 157 KUHAP)
Penjelasan mengenai keluarga
sedarah, semenda dan derajat
persaudaraan
Tersangka, Terdakwa dan
Terpidana
• Tersangka adalah seseorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindak pidana (Pasal 1 angka 13 KUHAP)
• Terdakwa adalah seorang tersangka yang
dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan (Pasal 1 angka 14 KUHAP)
• Terpidana adalah seorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh keputusan hukum tetap (Pasal 1
angka 32 KUHAP)
Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan alami sendiri.
(Lihat Pasal 1 butir 26 KUHAP)
Saksi (lanjutan)
Putusan MK Nomor 65/PUU-VIII/2010 tanggal 08
Agustus 2011 menyebutkan, bahwa Pasal 1 butir
26 KUHAP dinyatakan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang pengertian saksi
tidak dimaknai termasuk pula “orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang
suatu perkara pidana yang tidak selalu ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri”.
Pengecualian sebagai
Saksi
1. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau
yang bersama-sama dengan terdakwa;
2. Saudara dari terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak
juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai
derajat ketiga;
3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai.
(Lihat Pasal 168 KUHAP)
4. Seseorang yang karena jabatannya mengundurkan diri
sebagai saksi
(Lihat Pasal 170 KUHAP)
Saksi Ahli
Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seseorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.
(Lihat Pasal 1 butir 28 KUHAP)
Siapakah Ahli ?
Secara garis besar, ahli dibedakan kedalam
dua kelompok besar, yaitu:
1. Ahli kedokteran kehakiman; dan
2. Ahli lainnya (tidak ada penjelasan
tambahan mengenai ahli lainnya dan
bagaimana standarisasi dari ahli)
(Lihat Pasal 179 KUHAP)
Daftar Bacaan
1. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, 1996
2. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat
Surat Dakwaan, 1996
3. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
4. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi
dan Peninjauan Kembali, 2009
5. Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara
Pidana dalam Teori dan Praktek, 2004
Omnium rerum
Principia parva sunt
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com
dalam Hukum Acara Pidana
Pihak-Pihak dalam
Hukum Acara Pidana
Pada prinsipnya, siapapun bisa menjadi
pihak dalam hukum acara pidana.
Secara garis besar, pihak-pihak dalam
hukum acara pidana dibedakan menjadi
dua bagian, yaitu pihak karena tugas dan
kewenangannya serta pihak karena
keadaannya.
Pihak hukum acara pidana
karena kewenangannya
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Penyelidik;
Penyidik;
Penyidik Pembantu;
Jaksa;
Penuntut Umum;
Hakim;
Panitera;
Advokat/ penasihat hukum;
Dan petugas lainnya.
Pihak hukum acara pidana
karena keadaannya
1.
2.
3.
4.
5.
Tersangka;
Terdakwa;
Terpidana;
Saksi;
Saksi ahli.
Penyelidik dan Penyidik
• Penyelidik adalah pejabat Kepolisian Negara
Republik Indonesia yang diberi wewenang oleh
UU ini untuk melakukan penyelidikan (Pasal 1
butir 4 KUHAP)
• Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh
UU untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir
1 KUHAP)
Penyidik dan Penyidik
Pembantu
• Penyidik adalah pejabat polisi negara Republik
Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil
tertentu yang diberi wewenang khusus oleh UU
untuk melakukan penyidikan (Pasal 1 butir 1
KUHAP)
• Penyidik pembantu adalah pejabat Kepolisian
Negara Republik Indonesia yang karena diberi
wewenang tertentu dapat melakukan tugas
penyidikan yang diatur dalam UU ini (Pasal 1 butir
3 KUHAP)
Syarat Kepangkatan
Penyidik
• Untuk menjadi penyidik, minimal
kepangkatan adalah Ajun Inspektur
Polisi Dua/ AIPDA (Bintara Tinggi)
• Untuk menjadi penyidik pembantu,
minimal kepangkatan adalah Brigadir
Polisi Dua/ BRIPDA (Bintara)
Urutan Kepangkatan POLRI
Sejak berpisah dengan Tentara Nasional
Indonesia, maka urutan kepangkatan dalam
kepolisian juga mengalami perubahan.
Perubahan tersebut berdasarkan pada surat
keputusan Kapolri No. Pol:
Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober
2000 dengan urutan sebagai berikut:
Tamtama
Lama
Baru
Tamtama
Prajurit Kepala
Bhayangkara Kepala
Prajurit Satu
Bhayangkara Satu
Prajurit Dua
Bhayangkara Dua
Tamtama Tinggi
Lama
Baru
Tamtama Tinggi
Kopral Kepala
Ajun Brigadir Polisi
Kopral Satu
Ajun Brigadir Polisi
Satu
Kopral Dua
Ajun Brigadir Polisi
Dua
Bintara
Lama
Baru
Bintara
Sersan Mayor
Brigadir Polisi
Kepala
Sersan Kepala
Brigadir Polisi
Sersan Satu
Brigadir Polisi Satu
Sersan Dua
Brigadir Polisi Dua
Bintara Tinggi
Lama
Baru
Bintara Tinggi
Pembantu Letnan
Satu
Ajun Inspektur
Polisi Satu
Pembantu Letnan
Dua
Ajun Inspektur
Polisi Dua
Perwira Pertama
Lama
Baru
Perwira Pertama
Kapten
Ajun Komisaris
Polisi
Letnan Satu
Inspektur Polisi
Satu
Inspektur Polisi
Dua
Letnan Dua
Perwira Menengah
Lama
Baru
Perwira Menengah
Kolonel
Komisaris Besar
Polisi
Letnan Kolonel
Ajun Komisaris
Besar Polisi
Mayor
Komisaris Polisi
Perwira Tinggi
Lama
Baru
Perwira Tinggi
Jenderal Polisi
Jenderal Polisi
Letnan Jenderal
Polisi
Komisaris Jenderal
Polisi
Mayor Jenderal
Polisi
Inspektur Jenderal
Polisi
Brigadir Jenderal
Polisi
Brigadir Jenderal
Polisi
Penyidik Pegawai Negeri
Sipil (PPNS)
Menurut penjelasan Pasal 7 ayat (2) KUHAP bahwa
yang dimaksud dengan penyidik pegawai negeri sipil
adalah misalnya pejabat bea dan cukai, pejabat
imigrasi dan pejabat kehutanan, yang melakukan
tugas penyidik sesuai dengan wewenang khusus
yang diberikan oleh undang-undang yang menjadi
dasar hukumnya masing-masing.
PPNS berada di bawah koordinasi Penyidik POLRI
dan melaporkan hasil penyidikannya kepada
Penyidik POLRI
Jaksa dan Penuntut Umum
• Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh
undang-undang ini untuk bertindak sebagai
penuntut umum serta melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap (Lihat Pasal 1 butir 6 huruf a KUHAP)
• Penuntut umum adalah jaksa yang diberi
wewenang oleh undang-undang ini untuk
melakukan penuntutan dan melaksanakan
penetapan hakim (Lihat Pasal 1 butir 6 huruf b
KUHAP)
Hakim
Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi
wewenang oleh undang-undang untuk mengadili.
(Lihat Pasal 1 butir 8 KUHAP)
Mengadili adalah serangkaian kegiatan tindakan
hakim untuk menerima, memeriksa dan memutus
perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan
tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal
menurut cara yang diatur dalam KUHAP
(Lihat Pasal 1 butir 9 KUHAP)
Panitera
Menurut Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor :
KMA/004/SK/II/1999 tanggal 1 Februari 1999,
Kepaniteraan memiliki tugas dan wewenang:
Memberikan pelayanan tehnis dibidang administrasi
perkara dan administrasi peradilan lainnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Panitera (lanjutan)
Tugas pokok panitera diantaranya yaitu
melaksanakan fungsi:
a. Pelayanan administrasi perkara, koordinasi dan
sinkronisasi pelaksanaan persidangan.
b. Pelaksanaan urusan afministrasi perkara,
administrasi keuangan perkara dan tugas
administrasi lainnya yang ditetapkan
berdasarkan ketentuan Undang-Undang.
c. Penyusunan statistik, dokumentasi, laporan serta
pengarsipan perkara.
Advokat/ Penasihat Hukum
Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum,
baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memenuhi
persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang .
(Lihat Pasal 1 butir 1 UU 18/ 2003)
Penasihat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat
yang ditentukan oleh atau berdasar undang-undang untuk
memberi bantuan hukum.
(Lihat Pasal 1 butir 13 KUHAP)
Advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan
mandiri yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundangundangan.
(Lihat Pasal 5 ayat (1) UU 18/ 2003)
Ketentuan khusus tentang
para pihak
Seorang hakim wajib mengundurkan diri dari
perkara apabila memiliki hubungan keluarga
sedarah, atau semenda sampai derajat ketiga,
hubungan suami/ istri (walaupun sudah bercerai)
dengan para pihak lainnya (hakim ketua sidang,
hakim anggota, penuntut umum atau panitera)
(Lihat Pasal 157 KUHAP)
Ketentuan khusus tentang
para pihak dengan terdakwa
Para pihak (majelis hakim, penuntut umum atau
panitera) wajib mengundurkan diri apabila memiliki
hubungan keluarga sedarah , atau semenda sampai
derajat ketiga, hubungan suami/ istri (walaupun
sudah bercerai) dengan terdakwa/ penasihat
hukumnya)
(Lihat Pasal 157 KUHAP)
Penjelasan mengenai keluarga
sedarah, semenda dan derajat
persaudaraan
Tersangka, Terdakwa dan
Terpidana
• Tersangka adalah seseorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan
bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindak pidana (Pasal 1 angka 13 KUHAP)
• Terdakwa adalah seorang tersangka yang
dituntut, diperiksa dan diadili di sidang
pengadilan (Pasal 1 angka 14 KUHAP)
• Terpidana adalah seorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh keputusan hukum tetap (Pasal 1
angka 32 KUHAP)
Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan
keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia
lihat sendiri dan alami sendiri.
(Lihat Pasal 1 butir 26 KUHAP)
Saksi (lanjutan)
Putusan MK Nomor 65/PUU-VIII/2010 tanggal 08
Agustus 2011 menyebutkan, bahwa Pasal 1 butir
26 KUHAP dinyatakan tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat sepanjang pengertian saksi
tidak dimaknai termasuk pula “orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang
suatu perkara pidana yang tidak selalu ia dengar
sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri”.
Pengecualian sebagai
Saksi
1. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas
atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau
yang bersama-sama dengan terdakwa;
2. Saudara dari terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak
juga mereka yang mempunyai hubungan karena
perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai
derajat ketiga;
3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai.
(Lihat Pasal 168 KUHAP)
4. Seseorang yang karena jabatannya mengundurkan diri
sebagai saksi
(Lihat Pasal 170 KUHAP)
Saksi Ahli
Keterangan ahli adalah keterangan yang
diberikan oleh seseorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan
untuk membuat terang suatu perkara pidana
guna kepentingan pemeriksaan.
(Lihat Pasal 1 butir 28 KUHAP)
Siapakah Ahli ?
Secara garis besar, ahli dibedakan kedalam
dua kelompok besar, yaitu:
1. Ahli kedokteran kehakiman; dan
2. Ahli lainnya (tidak ada penjelasan
tambahan mengenai ahli lainnya dan
bagaimana standarisasi dari ahli)
(Lihat Pasal 179 KUHAP)
Daftar Bacaan
1. Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, 1996
2. Hari Sasangka dkk, Penuntutan dan Teknik Membuat
Surat Dakwaan, 1996
3. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan
Penerapan KUHAP: Penyidikan dan Penuntutan, 2008
4. _______, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi
dan Peninjauan Kembali, 2009
5. Mohammad Taufik Makarao dan Suhasril, Hukum Acara
Pidana dalam Teori dan Praktek, 2004
Omnium rerum
Principia parva sunt
File bisa diunduh di http://te-effendi.blogspot.com