Fungsi dan Peran Konselor dalam Dunia Pe

KELOMPOK 2 :
Muhammad Husein Nasution
Tho’at Stiadhy

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH IAIN SUMATRA UTARA

KATA PENGANTAR

0

Segala puji bagi allah tuhan semesta alam, yang mana kita masih di berikan nikmat dan
hidayahnya seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Sholawat bertangkaikan salam kita hadiahkan keharibaan junjungan alam nabi besar
muhammad saw, yang mana beliau telah membawa ummat manusia dari zaman
kegelapan menuju zaman yang terang benderang yang disinari oleh iman dan islam.
Meskipun masih banyak kekurangan kami sebagai penulis hanyalah manusia biasa
yang masih banyak keterbatasan, melalui makalah ini saya selaku penulis
menyampaikan tentang Fungsi dan Peran Konselor dalam Dunia Pendidikan.
Kami berharap kritik dan saran untuk dapat membenahi makalah kami agar menjadi
lebih baik lagi, akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Medan, 14 Maret 2013

Kelompok 2 BK
Penulis
DAFTAR ISI

1

KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Sejarah Bimbingan dan Konseling di Indonesia........................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
A. Fungsi dan Peran Konselor........................................................................................2
B. Peran Guru dalam Program Bimbingan Konseling...................................................2
C. Peran dan Fungsi Guru Kelas / Wali Kelas................................................................3
BAB III PENUTUP..................................................................................................5
Kesimpulan................................................................................................................5

Daftar Pustaka............................................................................................................6

BAB I
PENDAHULUAN
Bimbingan dan konseling di Indonesia secara formal masuk dalam sistem pendidikan
nasional mulai tahun 1975, yaitu pada saat diberlakukannya kurikulum 1975 di sekolahsekolah seluruh Indonesia. Hal ini berarti bahwa sejak saat itu di mulai diakuinya profesi
2

bimbingan dan konseling di sekolah. Suatu profesi yang diharapkan akan dapat membantu
dan mendukung mengembangkan seluruh kemampuan peserta didik sesuai dengan
potensinya melalui layanan bimbingan dan konseling yang bersifat psiko-pedagogis. Dengan
demikian, layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan salah satu bentuk kegiatan
pendidikan untuk pencapaian tujuan pendidikan. Harapan besar ditumpukan pada para
penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di sekolah (konselor).
Di dalam perjalanan mengemban tugas tersebut, bimbingan dan konseling sebagai suatu
profesi yang secara legal formal relatif masih muda, banyak mengalami gangguan dan
hambatan. Beragam gangguan dan hambatan tersebut, mulai dari jumlah tenaga yang masih
terbatas sehingga semua orang merasa diperbolehkan melaksanakan tugas tersebut sampai
dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang belum optimal. Akibat berbagai
gangguan dan hambatan tersebut menjadi fakta yang terjadi di sekolah selama ini yang

menunjukkan bahwa konselor sekolah (guru pembimbing) masih banyak atau sering
dipersepsikan secara negatif, seperti guru pembimbing sebagai polisi sekolah, guru
pembimbing menakutkan, guru pembimbing hanya menangani anak bermasalah. Kondisi
tersebut tentu sangat sulit untuk dapat menuaikan tugas secara umum layanan bimbingan dan
konseling dengan baik dan komprehensif, terlebih untuk melaksanakan pendidikan karakter.

Penyelenggaraan pendidikan karakter banyak memerlukan pendekatan personal, baik dalam
arti guru pembimbing harus kompeten dan layak untuk dicontoh, disamping itu juga pada
umumnya para siswa akan respek kepada mereka yang memiliki kedekatan secara pribadi
sehingga memudahkan terjadinya penyampaian pesan-pesan atau informasi tentang
pendidikan karakter. Ada banyak faktor penyebab terjadinya kesalahan persepsi tentang
konselor sekolah tersebut di atas, salah satunya kinerja konselor sekolah yang belum
maksimal atau belum bisa menunjukkan tugas dan peran yang seharusnya dikerjakan sebagai
seorang konselor (Sofyan, 2008).
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa betapa pentingnya solusi untuk mengatasi keadaan
tersebut. Suatu kondisi yang cukup rumit, mengingat tugas tersebut sudah mendarah daging
(habitual performance) bagi para konselor sekolah sebagai pelaksana kesehariannya, namun
di pihak lain ternyata kinerja yang tampak belum sesuai dengan harapan. Bukti secara empiris
menunjukkan masih banyak siswa yang belum bisa berperilaku secara normatif, antara lain
mulai dari berperilaku tidak sopan, berbohong (termasuk membolos), membuat onar,

3

berkelahi, sampai dengan berperilaku melanggar norma kesusilaan. Hal ini terjadi antara lain
dari sisi peran yang semestinya dilakukan oleh seorang konselor sekolah dalam
pengembangan aspek pribadi dan sosial siswa yang belum maksimal. Walaupun konselor
sekolah bukan sebagai satu-satunya pihak yang harus atau paling bertanggung jawab terhadap
kondisi tersebut, namun konselor sekolah tidak bisa lepas dari tanggung jawab tersebut
(Washington, et.all, 2008 ). Dari perspektif ini, diharapkan tulisan ini dapat memberikan
wacana untuk mengurai kerumitan masalah peran yang harus ditampilakn oleh konselor
sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

A.


Fungsi dan Peran Konselor
Fungsi dalam bimbingan dan konseling terdiri dari fungsi pemahaman Fungsi ini
memungkinkan pihak – pihak yang berkepentingan dengan peningkatan perkembangan dan

4

kehidupan klien (klien, konselor dan orang ketiga) memahami berbagai hal yang essensial
berkenaan dengan perkembangan dan kehidupan klien. Fokus utama pelayanan bimbingan
dan konseling yaitu klien dengan berbagai permasalahannya dan dengan tujuan konseling.
Pemahaman yang sangat perlu dihasilkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling adalah
pemahaman tentang diri klien beserta permasalahannya oleh klien sendiri dan oleh pihak –
1.

pihak lain yang membantu klien, termasuk juga pemahaman tentang lingkungan diri klien.
Pemahaman tentang Klien Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian
bantuan terhadap klien. Sebelum seorang konselor atau pihak – pihak lain dapat memberikan
layanan tertentu kepada klien, maka mereka perlu terlebih dahulu memahami klien yang akan

2.

dibantuitu.
Pemahaman tentang Masalah Klien Pemahaman terhadap masalah klien membantu konselor
dalam memberikan penanganan masalah, oleh karena itu maka pemahaman ini wajib
dilaksanakan. Pemahaman terhadap masalah klien terutama menyangkut jenis masalahnya,

intensitasnya, sangkut pautnya, sebab – sebabnya dan kemungkinan berkembangnya masalah

3.

ini jika tidak segera ditangani.
Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas Untuk dapat memahami individu secara
mendalam, maka pemahaman terhadap individu tidak hanya mencakup pemahaman terhadap
lingkungan dalam arti sempit ( seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosio ekonomi,
dan keadaan sosio emosional keluarga, hubungan antar tetangga dan teman sebaya) tetapi
termasuk pemahaman terhadap lingkungan yang lebih luas itu yaitu diperolehnya berbagai
informasi yang diperlukan oleh individu seperti informasi pendidikan dan jabatan,informasi



promosi dan pendidikan lebih lanjut, bagi para karyawan, dan lain sebagainya.
Fungsi pencegahan Layanan bimbingan dapat berfungsi pencegahan artinya merupakan usaha
pencegahan terhadap timbulnya masalah. Dalam fungsi pencegahan ini layanan yang
diberikan berupa bantuan bagi para siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat
menghambat perkembangannya. Kegiatan yang berfungsi pencegahan dapat berupa program
orientasi,


program

bimbingan

karier,

inventarisasi

data

dan

sebagainya.

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan konselor adalah:
1. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negatif terhadap
individu yang bersangkutan.
2. Mendorong perbaikan kondisi pribadi diri pribadi klien.
3. Meningkatkan kemampuan individu untuk hal – hal yang diperlukan dan mempengaruhi

perkembangan dan kehidupannya.
4. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan resiko yang
besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberi manfaat.
5. Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan.

5



Fungsi pengentasan Klien yang mengalami masalah akan datang pada konselor dengan tujuan
untuk dientaskannya masalah yang tidak mengenakkan dari dirinya. Disinilah fungsi
pengentasan ( perbaikan ) itu berperan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan



menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yangdialami klien.
Fungsi pengembangan Fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan dan konseling yang
diberikan dapat membantu para klien dalam memelihara dan mengembangkan keseluruhan
pribadinya secara mantap, terarah, dan berkelanjutan. Dalam fungsi ini hal – hal yang
dipandang positif dijaga agar tetap baik dan mantap. Dengan demikian klien dapat

memelihara dan mengembangkan berbagai potensi dan kondisi yang positif dalam rangka
perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Asosiasi Konselor Sekolah di Amerika pada tahun 1974 mengeluarkan suatu aturan yang
tidak membatasi peran konselor sekolah dasar. Namun aturan tersebut juga menekankan
fungsi utama konselor di sekolah dasar yang meliputi membrikan layanan konseling
individual dan konseling kelompok pada siswa; memberikan layanan konsultsi pada guru,
staf sekolah yang lain, dan orang tua; dan menilai keefektifan konselor dan program-program
bimbingan. Pada tahun 1977 dikeluarkan aturan baru yang menyatakan bahwa fungsi utama
konselor di sekolah dasar adalah memberikan layanan konseling, konsultasi, dan koordinasi
(Shertzer & Stone, 1981).
Terdapat perdebatan yang seru berkenan dengan apakah konseling dan konsultasi merupakan
fungsi penting bagi kerja konselor di sekolah dasar. Meskipun demikian, selama tahun 1970an konsultasi menjadi fungsi penting di sekolah dasar. Ini disebabkan karena konsultasi dapat
merambah semua siswa dan membantu guru dan staf sekolah lain untuk mengembangkan
suatu iklim pembelajaran dan hubungan guru-siswa yang efektif. Dalam memberikan layanan
konsultasi, konselor tidak mengritik guru tetapi berkolaborasi dengan guru.
Suatu survei yang dilakukan pada tahun 1989 oleh Asosiasi Konseling Amerika ditemukan
sejumlah kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar dengan ranking dan
persentase seperti digambarkan pada tabel 1 di bawah.

Tabel 1. Ranking kegiatan layanan konselor di sekolah dasar yang dihimpun dari 996 sampel

konselor sekolah dasar
6

Ranking Kegiatan Layanan

Persentase

1

Konseling individual

98

2

Bimbingan dan konseling kelompok

81

3


Konsultasi dengan orang tua

79

4

Konsultasi dengan guru

78

5

Bimbingan di kelas

65

6.5

Asesemen individual

39

6.5

Koordinasi, alih tangn, dan konsultasi dengan agen-agen 39
masyarakat

Sumber: Gibson & Mitchell, 1995: 53.
Karakteristik siswa sekolah dasar dan sekolahnya (sekolah dasar) telah membawa impliksi
langsung bagi pemikiran tentang elemen-elemen tertentu dalam organisasi program yang
membedakannya dengan program bimbingan di jenjang pendidikan lainnya. Perbedaan itu
mengarah pada peran dan fungsi konselor dan bukan pada apa yang dilakukan oleh konselor
sekolah dasar tetapi berkenaan dengan bagaimana mereka melakukannya. Sebagai contoh,
konselor dan staf sekolah lainnya (spesialis) harus bekerja sama dengan para guru kelas,
demikian pula berbagai aktivitas bimbingan juga harus berorientasi pada kelas (lihat tabel 1).
Konteks ini tampaknya mengarahkan pada fungsi konsultasi dan koordinasi. Meskipun
demikian, ada tugas tambahan bagi para konselor di sekolah dasar di samping memberikan
konseling, konsultasi dan koordinasi, yakni melaksanakan asesmen, orientasi siswa, dan
memberikan layanan untuk memenuhi kebutuhan perkembangan karir setiap peserta didik.
Gibson & Mitchell (1995) mengemukakan beberapa fungsi utama konselor di sekolah dasar,
yakni sebagai konselor, konsultan, sebagai koordinator, sebagai agen perubahan, sebagai
7

asesor, sebagai pengembang karir, dan agen pencegahan. Berikut adalah deskrisi singkat dari
masing-masing peran tersebut.
1.

Memberikan layanan konseling. Peran utama konselior sekolah, sebagaimana halnya
konselor di jenjang pendidikan di atasnya, adalah memberikan konseling (mengkonseling),
individual maupun kelompok. Meskipun kebutuhan dan praktek konseling di sekolah dasar
mungkin tidak sebanyak di jenjanmg pendidikan lainnya (SLTP dan SMA) bahkan cenderung
jarang dilakukan, bagaimanapun konselor tetap harus selalu mempersiapkan dirinya sebaikbaiknya jika sewaktu-waktu menemukan siswa atau menerima siswa yg dirujuk oleh guru,
orang tua, atau yang diidentifikasi oleh konselor sendiri atyau oleh profresional lain yang
mungkin membutuhkan konseling. Di USA para konselor sekolah dasar juga diminta untuk
berpartisipasi aktif dalam pemecahan maalah-masalah kesehatan mental, seperti anak-anak
yang menjadsi korban kekerasan, anak-anak yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba,
dan anak-anak yang mengalami gangguan depresi dan memperlihatkan kecenderungan untuk
bunuh diri. Ini memperlihatkan bahwa kebutuhan perkembangan dari para siswa tampaknya
dipandang nomor dua oleh kepala sekolah dan oleh orang tua. Prioritas baru ini membawa
implikasi langsung pada pengembangan program pendidikan prajabatan dan dalam jabatan
konselor dengan memasukkan kurikulum yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial.

2.

Konsultan. Peran penting lainnya di samping memberikan konseling bagi para konselor
sekolah dasar adalah sebagai konsultan pendidikan. Konselor dsapat berkolaborasi dengan
guru, orang tua, kepala sekolah, dan profesional lain untuk membantu pihak ketiga (siswa).
Jadi, dalam peran ini konselor membantu pihak lain untuk membantu peserta didik
menangani secara efektif kebutuhan-kebutuhan perkembangan dan penyesuaian.

3.

Koordinator. Di sekolah dasar, para konselor juga memiliki peran sebagai koordinator. Para
konselor sekolah dasar memiliki tanggung jawab untuk mengkoordinasikan berbagai macam
kegiatan bimbingan dengan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Para konselor sekolah di
Sekolah dasar juga diperlukan untuk mengkoordinasikan kontribusi dari para profesional lain
yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan seperti psikologi, pekerja sosial, dsb.

4.

Agen orientasi. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai agen orientasi.
Sebagai fasilitator perkembangan manusia, para konselor di sekolah dasar perlu mengakui
pentingnya orientasi anak didik tentang (terhadap) tujuan sekolah dasar dan lingkungan
sekolahnya. Adalah penting bahwa pengalaman pendidikan awal anak merupakan (menjadi)
8

suatu pengalaman yang positif bagi anak. Berkenaan dengan ini para konselor sekolah dasar
dapart merencanakan suatu kegiatan berkonsultasi dengan para guru untuk belajar dan
mempraktekkan berbagai keterampilan interpersonal dan interaksional di sekolah.
5.

Asesor. Para konselor sekolah dasar juga memiliki peran sebagai asesor, yakni melakukan
asesmen kepada peserta didik berdasarkan data hasil tes maupun non tes. Data hasil
pengukuran tersebut perlu untuk diinterpreastikan dalam rangka memperoleh pemahaman
yang akurat tentang siswa beserta dengan potensi-potensinya , dampak budaya pada
perkembangan siswa, dan pengaruh faktior-faktor lingkungan lain pada perilaku siswa.

6.

Pengembang karir. Peran lainnnya yang tak kalah pentingnya bagai para konselor disekolah
dasar adalah sebagai pengembang karir. Pentingnya pendidikan di sekolah dasar sebagai
landasan bagi pengambilan keputusan di kemudian hari oleh anak menegaskan
(menggarisbawahi) pentingnya memberikan perhatian pada perkembangan karir anak.
Konselor dapat membuat kontribusi penting sebagai koordinator dan konsultan dalam
mengembangkan program pendidikan karir yang terintegrasi, berkesinambunghan, dan terusmenerus.

7.

Agen pencegahan. Di sekolah dasar merupakan tanda-tanda peringatan awal bagi masalahmasalah anak di kemudian hari: kesulitan belajar, gangguan mood umum (ketidakbahagiaan,
gelisah, depresi), dan berbagai bentuk perilaku kenakalan (berkelahi, pertengkaran,
mengganggu, impulsif, dan membangkang/ bandel/keras kepala). Conyne (1983) dan Dodge
(1983) serta para penulis lain telah menyebutkan sejumlah besar bukti untuk menyatakan
bahwa anak-anak yang tak dapat menyesuiakan diri selama mengikuti pendidikan di sekolah
dasar memiliki resiko tinggi untuk mengalami berbagai macam problem perilaku di
kemudian hari. Demikian pula penyalahgunaan narkoba, kekerasan di dalam kelompok teman
sebaya, vandalisme, dan berbagai bentuk perilaku menyimpang lain oleh anak-anak sekolah
dasar grafiknya cenderung terus meningkat.1

B.

Peran Guru dalam Program Bimbingan Konseling
Hubungan timbal balik antara bimbingan dan pengajaran di dalam proses pendidikan
menekankan peranan guru sebagai pembimbing dan pengajar. Guru sebagai pendidik
mempunyai tangung jawab menciptakan iklim pendidikan di sekolah, agar setiap siswa dapat
1

Gibson & Mitchell (1995)

9

mengembangkan dirinya. Kehidupan guru di sekolah maupun di luar sekolah sangat
mempengaruhi perkembangan dan kehidupan pribadi siswa.
Jones (dalam Gunawan, 2001) menyatakan: jika guru dapat memahami siswanya
sebagaimana adanya, dengan segala kemampuan dan kelemahannya, dan ingin membantu
siswa untu menyempurnakan apa yang perlu, guru tersebut akan mempunyai banyak
kesempatan untuk menolong siswanya memahami dan menerima dirinya serta menolong
mereka untuk menetapkan tujuan hidup yang sesuai dengan diri sendiri. Guru dapat pula
mempengaruhi sikap dan perasaan siswa untuk membuat suatu pilihan yang mudah maupun
yang sukar secara bebas.
Sebagai pengajar, guru harus mampu memahami kehidupan anak secara individual maupun
kelompok. Dengan memperhatikan perbedaan individu dan mengembangkan proses
kelompok yang dinamis guna memberikan kesempatan belajar berkembang kepada setiap
muris di dalam kelasnya.
Pelaksanaan program bimbingan sangat membutuhkan data pribadi anak. Data tersebut dapat
diperoleh melalui alat pengumpul data, misalnya tes, wawancara, observasi dan sebagainya.
Di samping alat-alat tersebut, keterangan langsung dari guru mengenai perkembangan pribadi
anak didiknya jauh lebih berharga karena setiap hari guru bergaul dengan anak didiknya dan
bersama-sama mengalami pengalaman social, emosional, dan akademis yang selalu berubahubah. Pengalaman ini sangat berharga untuk pelaksanaan program bimbingan.
Seorang guru yang baik, dapat memasukkan unsur-unsur bimbingan dalam mata pelajaran
sekolah. Disamping fungsinya sebagai pembimbing siswa sebagai individu, guru dapat pula
berfungsi sebagai pembimbing kelompok, misalnya mengendalikan proses interaksi
kelompok sehingga ketegangan-ketegangan atau tekanan dalam kelompok dapat diredakan
atau dikurangi.
C.

Peran dan Fungsi Guru Kelas / Wali Kelas.
Peran guru kelas dalam pengelolaan program bimbingan dan konseling menurut literatur
asing. Beberapa literatur bimbingan dan konseling asing telah banyak mengemukakan peran
guru dalam program bimbingan dan konseling. Terdapat keragaman di antra para penulis
berkenan dengan peran guru dalam program bimbingan dan konseling dan tergantung pada

10

wawasan dan sudut pandang mereka. Beberapa penulis memberikan Berikut ini adalah peran
guru alam program bimbingan dan konseling dari Gibson & Mithell (1995) sebagai contoh.
dipilihkan satu literatur sebagai contoh.
Menurut Gibson & Mitchell (1995), sebagaimana telah dikemukakan, para konselor di
sekolah

dasar

atau

guru

klas

yang

diberi

tugas

melaksanakan

tugas

sebagai

konselor/pembimbing memiliki beberapa fungsi berikut: sebagai konselor, sebagai konsultan,
sebagai koordinator, sebagai agen orientasi, sebagai asesor tau analisis perbedaan individual,
sebagai pengembang karir, dan sebagai agen pencegahan. Bagaimana dengan peran guru kels
yang tidak diserahi tugas sebagai pembimbing sekolah. Meskipun par guru tidak diserahi
tugas untuk melaksanakan bimbingan, mereka tetap menjadi anggota tim bimbingan yang
memiliki peran berikut:


Sebagai pendengar dan pemberi advis. Guru kelas adalah personil sekolah yang paling
banyak memiliki waktu untuk bertemu dengan para siswa dibandingkan dengan personil
sekolah lainnya. Oleh karena itu, guru seharusnya memiliki pengetahuan paling luas dan
mendalam tentang siswa-siswanya, berkomuniksi dengan mereka setiap hari, dan dapat
menjalin hubungan yang kondusif untuk mendorong perkembangan yang optimal setiap
siswa. Dapat dikatakan guru menjadi jembatan antara siswa dan pembimbing/konselor guna
mengimplementasikan program-program bimbingan.



Sebagai agen penerima dan perujuk siswa. Guru kelas, tak dapat dihindarkan, menjadi
sumber utama bagi program-program alih tangan/rujukan dari dan pada konselor sekolah.
Banyak program-program bimbingan dan konseling yang tergantung pada informasi guru
tentang kondisi dan kebutuhan siswa, serta rujukan guru berkenaan dengan siswa-siswa yang
membutuhkan bantuan/bimbingan. Para konselor sekolah dengan demikian perlu mendorong
para guru untuk secara aktif menemukan siswa-siswanya yang membutuhkan bantuan dan
kemudian merujuknya pada konseling selor. Demikian pula, setelah siswa-siswa selesai
diberikan bantuan, siswa tersebut perlu dirujuk kembali kepada guru untuk dilakukan
pengamatan berkenaan dengan perkembanga perilaku selanjutnya. Tentu saja para guru tidak
hany merujuk siswa kepada konselor, tetapi juga perlu mendorong siswa-siswanya untuk
meminta bantuan pada konselor sewaktu-waktu mereka merasa memiliki kesulitan dan tak
mampu untuk memecahkannya sendiri.

11



Sebagai penelusur/pengungkap potensi siswa. Berkaitan dengan usaha mendorong terjadinya
perkembangan yang optimal bagi setiap siswa, maka para guru diharapkan untuk tidak hanya
memusatkan perhatian pada membelajarkan materi pelajarannya saja, tetapi juga melakukan
pengamatan sehari-hari untuk menemukan potensi siswa, khususnya keunggulannya.
Meskipun banyak guru meungkin kurang memiliki pengalaman, latihan, dan kepandaian yang
mencukupi untuk bakat-bakat atau talenta khusus dari mayorits siswa-siswanya, guru perlu
terlibat dalam upaya mengungkap bakat dan talenta para siswa. Untuk itu guru dapat
mengikuti atau diikutkan dalam program-program khusus tentang penelusuran bakat siswa.
Peran guru sebagai pengungkap potensi siswa tidak hanya berkaitan dengan misi dari
program-program bimbingan dan konseling sekolah tetapi juga untuk memenuhi tanggung
jawab pendidikan bagi individu dan masyarakat.



Sebagai pendidik karir. Berkaitan erat dengan peran-peran yang telah disebutkan, dalah peran
sentral guru dalam program pendidikan karir. Karena pendidikan karir diakui sebagai bagia
dari pendidikan siswa secara keseluruhan, adalah penting juga untuk mengakui tanggung
jawab guru kelas untuk mengintegrasikan pendidikan ke dalam mata pelajaran (di Indonesia
barangkali ini berkaitan dengan pendekatan kontekstual yang belakangan ini banyak
dianjurkan). Pendidikan karir tak akan berhasil tanpa bimbingan karir dan sebaliknya.
Keberhasilan dari program-program bimbingan karir oleh karena itu terikat dengan
keberhasilan dalam progra pendidikan karir, suatu program yang berkaitan dengan peran guru
kelas. Para guru kelas dapat memenuhi tanggung jawabnya sebagai pendidik karir dengan
cara mengembangkan respek dan sikap positif terhadap semua jenis pekerjaan, mendorong
siswa mengembangkan sikap positif terhadap penidikan dan hubungannya dengan persiapan
karir dn pengambilan keputusan. Guru juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menguji konsep, keterampilan, dan peran serta mengembangkan nilai-nilai yang
relevan dengan karir masa depan. Guru juga dapat merancang kelas menjadi suatu
lingkungan belajar yang dapat merangsang wawssan dan eksplorasi karir.



Sebagai fasilitator hubungan siswa. Keberhasilan dari berbagai program bimbingan dan
konseling dipengaruhi oleh iklim sekolah. Sekolah seharusnya menjadi lingkungan yang
kondusif untuk memfasilitasi pengembangan dan pelaksanaan hubungan antar manusia yang
positif. Dalam hal ini, guru memiliki peran yang domi an untuk menciptakan iklim semacam
itu. Seorang ahli pendidikan, Benyamin Bloom, melalui Bukunya yang berjudul Human
Characteristics and School Learning (1976) telah mengemukakan peran lingkungan atau
12

iklim kelas sebagai faktor yang mempemngaruhi kinerja dan hasil belajar siswa. Menurutya,
iklim lingkungn kelas yang kondusif dapat memungkinkan 95% siswa menguasai semua
mata pelajaran. Hasil-hasil penelitian juga telah membuktikan hal itu. Hasil penelitian Bloom
sendiri membuktikan bahwa

banyak siswa akan memperlihatkan kesamaan baik dalm

derajad belajar maupun motivasi untuk belajar jika merewka diberikan suatu kondisi
lingkungan yang kondusif untuk blajar. Di sisi lain, beberapa hasil penelitian juga
menyatakan bahwa jika lingkungan di kelas tiak kondusif, akan terjadi perbedaan dalam
kinerja dan capaian prestasi belajar dan ini akan memperluas gap (jarak) antara siswa
berprestasi tinggi dan siswa berprestasi rendah. Dalam melaksanakan peran sebagai fasilitator
hubungan ini, guru kelas memiliki peluang untuk menjadi model bagi bentuk relasi antara
manusia yang positif. Ini dapat menjadi suatu prosedur rutin di dalam kelas, khususnya ketika
guru mengarahkan interaksi kelompok agar setiap siswa dapat mengalami secara langsung
hubungan antar manusia yang positif.


Sebagai pendukung program-program bimbingan dan konseling. Sebagai anggota tim dalam
pengelolaan bimbingan dan maupun dalam mendorong perkembangan yang optimal bagi
setiap peserta didik, guru memiliki peran penting untuk mendorong atau memberikan
dukungan pada pelaksanaan program-program bimbingan dan konseling sekolah. Dukungan
ini dapat diberikan antara lain dengan cara memberikan informasi kepada siswa tentang
program-program bimbingan dan konseling sekolah dan bagaimana mereka dapat
memanfaatkan program-program tersebut. Bertindak sebagai agen referal seperti telah
dikemukakan di atas, tentu saja juga merupakan bagian dari dukungan yang dapat diberikan
oleh guru kepada konselor. Guru juga dapat mendukung konselor dalam memfasilitasi
program-program penilaian individual atau pengumpulan dan inventarisasi data siswa.
Meskipun scara teoretik diakui bahwa guru kelas memainkan peran penting dalam
mengefektifkan program-program bimbingan dan konseling di berbagai jenjang pendidikan,
tapi faktanya para guru kelas masih secara insidental terlibat dalam program-program
bimbingan dan konseling. Banyak guru kelas mungkin merasa tidak yakin tentang tujuan
bimbingan dan kurang menjalin komunkais dengn konselor. Dalam situsi seperti ini siswa
tentu aja menjadi pihak yang sangat dirugikan da para konseor dan guru harus brbagai rasa
bersalah untuk itu. Mungkin juga guru beranggapan bahwa program bimbingan menjadi
tanggung jawab konselor sekolah dan konselor sekolah harus secara aktif melakukan
komunikasi dengan para guru untuk melaksanakan program-program bimbingan. Blum
(1986) menyatakan bahwa para konselor perlu memiliki kesadaran bahwa meskipun banyak
13

guru bersedia menerima peran mereka dalam pengelolaan program bimbingan dan konseling
sekolah, banyak di antara guru yang kurang memiliki pemahaman yang tepat tentang apa
peran dan fungsi mereka sebenarnya.2
Menurut Depdikbud dalam kurikulum 1975 tugas guru kelas/ wali kelas terkait dengan
pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah:
1)

Mengumpulkan data tentang siswa

2)

Meneliti kemajuan dan perkembangan siswa ( akademis, sosial, fisik, pribadi)

3)

Mengawasi kegiatan siswa sehari-hari

4)

Bekerjasama dengan konselor menyalurkan dan menempatkan siswa

5)

Bekerja sama dengan konselor dalam membuat sisiogram

6)

Bekerjasama dengan konselor sekolah dalam mengadakan pemeriksaan psikologis dan
kesehatan oleh tim ahli

7)

Mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan

8)

Membantu memecahkan masalah siswa asuhnya

9)

Ikut serta dalam pertemuan kasus.

2

Bimbingan Konseling : Drs. Moh Nursalim, MSi dan Drs. Eko Darminto, MSi

14

BAB III
PENUTUP



KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan paper ini yaitu fungsi dalam bimbingan dan konseling terdiri
dari;
1. Fungsi pemahaman
2. Fungsi pencegahan
3. Fungsi pengentasan
4. Fungsi pengembangan
Dari semua fungsi bimbingan dan konseling harus dijalankan sesuai fungsi masing – masinng
bidang karena dari fungsi ini akan berkaitan dengan manfaat atau kegunaan dan keuntungan
penyelenggaraan bimbingan dan konseling. Karena tujuan bimbingan dan konseling disini
adalah membantu memandirikan peserta didik dan mengembangkan potensi – potensi mereka
secara optimal.
Konselor sekolah memiliki tugas yang sangat dekat dan erat dengan misi pendidikan karakter.
Kedekatan dan keeratan kewajiban konselor sekolah terhadap pendidikan karakter terlihat
secara jelas dari bidang gerak bimbingan dan konseling yang berimplikasi bahwa konselor
sekolah secara substantif dan fungsional memiliki tugas yang tidak terelakkan. Oleh karena
itu, konselor sekolah di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung berkewajiban

15

menyelenggarakan program pelayanan bimbingan dan konseling yang bernuansa nilai-nilai
pendidikan karakter.
Di samping itu, konselor harus menyiapkan diri untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi
sebangai bentuk sinergi pelaksanaan pendidikan karakter. Tidak ketinggalan, sebagai konselor
hendaknya mengembangkan nilai-nilai pendidikan karekater melalui kegiatan konseling yang
dilakukannya.

 DAFTAR PUSTAKA
1. Berkowitz, M.W., Battistich, V.A., Bier, M.C. 2008. What Works in Character
Education: What IsKnown and What Needs to Be Known. Handbook of Moral and
Character Education. Pages 414-431. New York: Tailor andFrancis.
2. Departemen Pendidikan Nasional. 2007.Penataan Pendidikan Profesional Konselor
Dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Bandung:
PPB FIP UPI.
3. Suparno, Paul, Moerti Yoedho K., Detty Titisari, St. Kartono. 2002. Pendidikan Budi
Pekerti di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
4. Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc. 2011. Memahami dasar – dasar konseling.

Kencana Prenada Media Group. Jakarta

16