adat dan budaya kelahiran Bayi

ADAT DAN BUDAYA SELAMATAN KELAHIRAN
By. Muh. Aniar Hari Swasono (hariswasono@gmail.com)

1. Pengertian adat dan budaya kelahiran
Kelahiran adalah proses akhir dari suatu kehamilan seorang
ibu yakni menghasilkan seorang bayi yang selama ini dia
kandung. Dalam istilah jawa biasanya kelahiran ini biasa di sebut
dengan kata “Babaran/mbabar” yang dapat diartikan sebagai
sudah selesai atau sudah menghasilkan dalam wujud yang
sempurna. Di jawa sendiri ada banyak sekali tradisi dan adat
istiadat dalam rangka untuk menyambut akan kelahiran bayi,
juga sebagai ucapan syukur kepada tuhan yang maha esa yang
telah memberikan anugerah berupa momongan dalam sebuah
keluarga.
Ada beberapa adat yang biasa di lakukan masyarakat jawa
untuk menyambut kelahiran sang bayi :
a. Mengubur ari-ari
hal pertama yang di lakukan masyarakat jawa ketika sang
bayi baru lahir mengubur ari-ari, Ari-ari secara medis merupakan
sebuah organ yang berfungsi untuk menyalurkan berbagai nutrisi
dan oksigen dari ibu ke janin di dalam rahim. Lewat ari-ari

juga zat-zat antibodi, berbagai hormon dan gizi disalurkan
sehingga janin bisa tumbuh dan berkembang menjadi bayi. Bagi
orang jawa ari-ari memiliki “jasa” yang cukup besar sebagai batir
bayi (teman bayi) sejak dalam kandungan. Oleh karena itu sejak
fungsi utama ari-ari berakhir ketika bayi lahir, organ ini akan
tetap dirawat dan dikubur sedemikian rupa agar tidak dimakan
binatang ataupun membusuk di tempat sampah. Upacara
mendhem ari-ari ini biasanya dilakukan oleh sang ayah, berada
di

dekat

pintu

utama

rumah,

diberi


pagar

bambu

penerangan berupa lampu minyak selama 35 hari (selapan).

dan

Adapun riwayat yang menerangkan bahwa Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menguburkannya adalah
lemah. Redaksinya adalah sebagai berikut :

Nabi

‫ع‬
‫س‬
‫مرر ب ردس ع‬
‫ِ ال ش‬:‫ن‬
‫ة أس ع‬
‫و ر‬

ِ،‫ر‬
‫شسياَءس ر‬
‫ع ر‬
‫ل الل ر‬
‫كاَ س‬
‫ش ع‬
‫سب ع س‬
‫ن ال رن ع س‬
‫ن س‬
‫ن سر ر‬
‫م س‬
‫ه ي سأ ر‬
‫ساَ ر‬
‫س ع‬
‫ع ر‬
‫ف ر‬
‫س‬
‫ع‬
‫ع‬
‫ظ‬

‫ة‬
‫وال ر‬
‫حي ع س‬
‫م ر‬
‫م ر‬
‫ض ر‬
‫وال س‬
‫وال ن‬
‫س ن‬
‫شي س‬
‫وال س‬
‫علقَ س‬
‫ِ س‬،‫ن‬
‫ِ س‬،‫ة‬
‫ِ س‬،‫م‬
‫ِ س‬،‫ر‬
‫س‬
‫والظفُّ ر‬
‫والدش ر‬
Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk


mengubur tujuh hal dari manusia : rambut, kuku, darah, haid,
gigi, kulit yang dipotong saat khitan, dan plasenta
Hadits ini dihukumi dha’if (lemah) oleh a-Baihaqi, ad-Daraquthni,
dan al-Albani sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum.

”Dan di anjurkan mengubur anggota badan yang terpisah dari
orang yang masih hidup dan tidak akan segera mati, atau orang
yang masih di ragukan kematiannya, seperti tangan pencuri,
kuku, rambut, ‘alaqah(gumpalan darah), dan darah akibat
goresan, demi menghormati orangnya.”

Masyarakat kita juga ada yang meyakini kalau ari-ari yang
membungkus Si bayi itu sebagai ‘adik’nya Si jabang bayi. Maka
sebenarnya ketika Si jabang bayi itu lahir, didahului oleh air
ketuban yang kemudian disebut sebagai ‘kakang’nya Si bayi dan
diakhiri dengan ari-ari sebagai ‘adik’nya Si bayi. Dua makhluk
(kakang dan adik) yang tak kasat mata inilah yang kemudian
disebut sebagai kembaran setiap manusia yang terlahir di muka
bumi ini. Dalam bahasa spiritual, dua makhluk ini kemudian

disebut sebagai Anak Ambar. Ada adat yang berkembang di
sebagian masyarakat berupa pelarungan plasenta di laut,
menggantungnya di rumah atau menguburnya beserta barangbarang tertentu ditambah pemberian lampu dengan keyakinan
agar anak terjaga dari marabahaya atau agar anak pintar.
Praktek dan keyakinan ini adalah khurafat, yakni meyakini dan
melakukan sebab yang tidak terbukti secara syariah atau ilmiah.
Keyakinan seperti ini bisa menjadi syirik kecil atau besar,
tergantung keyakinan si pelaku. Apapun itu, adat seperti harus
ditinggalkan.
b. Brokohan
“Brokohan” merupakan salah satu upacara tradisi jawa
untuk menyambut kelahiran bayi yang dilaksanakan sehari
setelah bayi lahir. Kata Brokohan sendiri berasal dari kata
barokah-an, yang artinya memohon berkah dan keselamatan
atas kelahiran bayi.
Dalam acara ini biasanya para tetangga dekat dan sanak
saudara berdatangan berkumpul sebagai tanda turut bahagia
atas kelahiran bayi yang dapat berjalan dengan lancar. Tak

sedikit para tetangga yang membawa bermacam oleh-oleh

berupa perlengkapan bayi dan makanan untuk keluarga yang
melahirkan.

Dikutip

Koentjaraningrat

dari

buku

‘disuatu

pihak

Kebudayaan
acara

Jawa


brokohan

karya

tersebut

merupakan suatu peristiwa yang penuh kebahagiaan yang
sekaligus berfungsi untuk memberitahukan tentang bakal adanya
suatu peristiwa kelahiran, tetapi dipihak lain upacara ini juga
mencerminkan perasaan cemas dalam hal menghadapi kelahiran
nanti. Berbagai jenis makanan yang disajikan pada upacara
slametan itu, serta berbagai pantangan yang harus ditaati oleh
calon orang tua itu dimaksudkan untuk menawarkan berbagai
macam bahaya yang mungkin timbul pada waktu melahirkan,
dan untuk menjaga keselamatan bayi dan ibunya serta para
anggota lainnya.
Di sebuah Wilayah Desa Banaran, Kec. Galur, Kab. Kulon
Progo, Yogyakarta, ternyata acara brokohan tidak hanya untuk
menyambut kelahiran seorang jabang bayi manusia saja, akan
tetapi untuk menyambut kelahiran anak hewan. Brokohan

dilakukan ketika adanya kelahiran anak hewan. Anak hewan ini
tentunya hewan dari jenis raja kaya, yaitu hewan besar berkaki
empat seperti kambing, sapi, atau kerbau. Brokohan dilakukan
beberapa hari setelah anak dari si hewan itu lahir. Tidak ada hari
khusus kapan hewan itu diberikan upacara Brokohan, bahkan si
pemilik hewan bisa memberikan upacara Brokohan sesaat
setelah dia tahu hewan peliharaanya beranak. Brokohan terdiri
dari makanan dan lauk. Biasanya nasi atau nasi gurih/ nasi uduk
yang

diberi

bumbu

kacang

kering.

Kemudian


ditambah

gudhangan/ pecel yang terdiri dari sayur kol, bayam, kacang
panjang, tomat dan kemangi. Didalamnya juga diberi suwiran
daging ayam dan dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
c. Sepasaran

Sepasaran menjadi salah satu upacara adat jawa yang
dilakukan setelah lima hari sejak kelahiran bayi. Dalam acara ini
pihak keluarga mengundang tetangga sekitar beserta keluarga
besar untuk ikut mendoakan atas bayi yang telah dilahirkan.
Acara sepasaran secara sederhana biasanya dilakukan dengan
kenduri,

bagi

yang

memiliki


rejeki

yang

lebih

biasanya

dilaksanakan seperti orang punya hajat (mantu). Adapun inti dari
acara

sepasaran

ini

adalah

upacara

selamatan

sekaligus

mengumumkan nama bayi yang telah lahir.
Bagi orang – orang yang melakukan jagong bayen atau
mengunjungi rumah si bayi, pada malam sepasaran biasanya
tamu yang datang akan lebih banyak jika dibandingkan dengan
malam – malam sebelumnya. Hal ini disebabkan karean malam
sepasaran adalah hari terakhir dari serangkaian selamatan
jagong bayen. Pada malam sepasaran tersebut, bayi tidak
ditidurkan

sampai

pagi

namun

dipangku

karena

menurut

kepercayaan orang, bayi yang baru saja puput atau lepas tali
pusatnya akan menjadi incaran roh jahat yang biasa disebut
sarap sawan sehingga bayi harus dijaga dengan cara dipangku.
Selain itu, di bagian ujung kaki di tempat tidur ibu yang
baru saja melahirkan tersebut juga diletakkan tumbak sewu dan
sliro. Tumbak sewu yaitu sapu lidi yang diposisikan terbalik
sehingga ujung – ujungnya ada di atas. Di ujung – ujung sapu
tersebut ditancapi kencur, bange, dlingo, cabe merah, bawang
merah, temy, dan bawang putih. Sedangkan liro adalah peralatan
untuk menenun. Sliro baisanya terbuat dari kayu pokon kelapa
atau kayu yang keras. Kedua ujungnya agak runcing. Sliro
ditelakkn di tempat tidur ibu dan dicoreng – coreng dengan arang
dan kapur sehingga penuh coretan hitam dan putih. Hal ini
dilakukan

untuk

menolak

roh



roh

jahat

yang

dapat

mengganggu ibu dan bayi. Setelah itu, di bagian dinding luar

rumah, di bagian atas dibuatkan penangkal roh jahat atau tulak
bala dengan cara mengikatkan benang di sekeliling rumah.
Setiap sudut rumah juga diberi ikatan daun andong, daun
pandan berduri, daun girang, daun nanas, dan alang – alang.
Selain itu makanan sesaji yang diperlukan untuk upacara
sepasaran ini adalah Nasi tumpeng dan juga nasi golong tujuh
buah berserta gudhangan, telur rebus, sayur lodheh kluwih, dan
panggang ayam. Perlengkapan lain adalah jajan pasar, pisang
raja dua sisir, jenang sengkolo, bubur putih, bubur merah, dan
nasi brok.
d. puputan
puputan adalah acara tradisi masyarakat jawa dalam
menyambut kelahiran pada seorang bayi, acara ini di lakukan
ketika tali pusar pada perut bayi telah putus. Biasanya acara ini
berupa kendurimemohon kepada yang maha esa agar si bayi
selalu di berkahi oleh tuhan yang maha esa. Orang tua jaman
dulu melaksanakan upacara puputan dengan menyediakan
berbagi macam sesaji, namun masyarakat jawa modern biasanya
acara puputan dibuat bersamaan dengan upacara sepasaran
ataupun selapanan, hal ini tergantung kapan tali pusar putus dari
pusar bayi
e. Aqiqah
Akulturasi

budaya

Jawa-Islam

sangat

terlihat

dalam

upacara Aqiqah. Upacara yang dilakukan setelah tujuh hari
kelahiran bayi ini biasanya dilaksanakan dengan penyembelihan
hewan kurban berupa domba/kambing. Jika anak yang dilahirkan
laki-laki biasanya menyembelih dua ekor kambing, dan bila anak
yag dilahirkan adalah perempuan maka akan menyembelih satu
ekor kambing.
Adapun maknanya secara syari’at adalah hewan yang
disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan. Aqiqah adalah
sembelihan yang disembelih untuk anak yang baru lahir. Untuk

anak laki-laki di sembelihkan 2 ekor kambing atau domba,
sedangkan untuk anak perempuan hanya 1 ekor kambing saja.

Menurut dasar hukum islam, aqiqah itu hukumnya sunnah
muakkad, sekalipun orang tua dalam keadaan sulit, dulu
rosulallah dan para sahabat telah melakukan aqiqah. Berikut
adalah hadist tentang hukum mengaqiqahkan anak yang baru
lahir
1. rasulullah saw bersabda”
‫ل ر‬
‫ل ر‬
‫قي س‬
‫ميك ر ظ‬
‫كر ظ‬
‫ح س‬
‫هين س ة‬
‫سسساَب ر ر‬
‫ع ر‬
‫ع ر‬
‫قت ر ر‬
‫غل سم م سر ر‬
‫وي ر ع‬
‫ه ت رذعب س ر‬
‫ة بر س‬
‫و س‬
‫وي ر س‬
‫م س‬
‫سسس ش‬
‫حل سسس ر‬
‫عن ع ر‬
‫قَ س‬
‫ه س‬
‫ه يس ع‬
‫غل سم م‬
‫قي س‬
َّ‫مى‬
‫ح س‬
‫هين س ة‬
‫ساَب ر ر‬
‫ع ر‬
‫ع ر‬
‫قت ر ر‬
‫سر ر‬
‫وي ر ع‬
‫ه ت سذع ب س ر‬
‫ة بر س‬
‫وي ر س‬
‫م س‬
‫س ش‬
‫حل س ر‬
‫و س‬
‫عن ع ر‬
‫قَ س‬
‫ه س‬
‫ه يس ع‬
“Setiap

bayi

tergadai

dengan

aqiqahnya,

disembelihkan

(kambing) untuknya pada hari ke tujuh, dicukur dan diberi
nama” [HR Abu awud, no. 2838, at-Tirmidzi no. 1522, Ibnu Majah
no. 3165 dll dari sahabat Samurah bin Jundub r.a.. Hadits ini
dishahihkan oleh al-Hakim dan disetujui oleh adz-Dzahabi,
Syaikh al-Albani dan Syaikh Abu Ishaq al-Huwaini dalam kitab alInsyirah Fi Adabin Nikah hlm. 97]

‫‪Adapun hadis Nabi yang berbunyi:‬‬

‫ملعيِ ع‬
‫ن‬
‫سععل لم م ع‬
‫ج رم أ ع ن‬
‫ح ن‬
‫ن م‬
‫ع‬
‫م ن‬
‫ن إل ن‬
‫م ن‬
‫ن م‬
‫س ع‬
‫ن م‬
‫عع ن‬
‫سهلرم ع ع ن‬
‫ي بن م‬
‫خب ععرعناَ ع عل ل ي‬
‫ي بن م‬
‫حد دث ععناَ ع عل ل ي‬
‫ل ب نعع ل‬
‫سوُ م‬
‫ل عقاَ ع‬
‫معرة ع عقاَ ع‬
‫م‬
‫ال ن ع‬
‫م ال نغمعل م‬
‫ه ع عل عيِ نععهل وع ع‬
‫ل عر م‬
‫ن ع‬
‫ح ع‬
‫سععل د ع‬
‫صععدلىَّ الل دعع م‬
‫س م‬
‫ل الل دهل ع‬
‫ن عع ن‬
‫س ل‬
‫ن‬
‫حععد دث ععناَ‬
‫قيِ ع‬
‫ن ب لعع ل‬
‫ه ع‬
‫مىَّ وعي م ن‬
‫قت لععهل ي مذ نب ععع م‬
‫ه ي عععوُن ع‬
‫حل عععقم عرأ م‬
‫سععاَب للع وعي م ع‬
‫م ال د‬
‫سعع م‬
‫سعع د‬
‫ح ع عن نعع م‬
‫م‬
‫منرت عهععع ن‬
‫خدل م‬
‫ن أ عب لععي‬
‫ن أع ن‬
‫ي ال ن ع‬
‫ن هعععاَمرو ع‬
‫ل ع‬
‫ال ن ع‬
‫خب ععرن عععاَ ع‬
‫ح ع‬
‫سععلعيِد م ب نعع م‬
‫حععد دث ععناَ ي عزليععد م ب نعع م‬
‫ن ع عل ل ي‬
‫ن بن م‬
‫س م‬
‫ه‬
‫ع عمروب ع ع‬
‫ن م‬
‫ن ال ن ع‬
‫ن ع‬
‫ح ع‬
‫صدلىَّ الل دعع م‬
‫س م‬
‫ي ع‬
‫جن ند ع م‬
‫ن الن دب ل ي‬
‫ب عع ن‬
‫ن عع ن‬
‫ن قععتاَد عة ع ع ع ن‬
‫ة عع ن‬
‫معرة ع ب ن ل‬
‫س ل‬
‫م م‬
‫حوُعه م عقاَ ع‬
‫سىَّ هع ع‬
‫ل ع ععلععىَّ‬
‫ص ل‬
‫دي ن‬
‫ل أ عمبوُ ل‬
‫ح ل‬
‫حيِ ن‬
‫ث ع‬
‫ذا ع‬
‫م نع ن‬
‫ح ع‬
‫عيِ ع‬
‫ع عل عيِ نهل وع ع‬
‫ح عوال نعع ع‬
‫سل د ع‬
‫ن ع‬
‫س ن‬
‫حبوُ ع‬
‫ع‬
‫هع ع‬
‫سععاَب للع‬
‫قيِ ع‬
‫ح ع‬
‫قعع م‬
‫ذا ل‬
‫ن ال نغمعلم ل ال نعع ل‬
‫ن ي مذ نب ععع ع‬
‫نأ ن‬
‫ست ع ل ي ع‬
‫ة ي عععوُن ع‬
‫م ال د‬
‫ل ال نعلل نم ل ي ع ن‬
‫عع ن‬
‫عن ند ع أهن ل‬
‫ن‬
‫ن‬
‫م الدراب لعع ع ع ع‬
‫م‬
‫م ي عت عهعيِ دععأ م‬
‫شعر فعإ ل ن‬
‫فعإ ل ن‬
‫ه ي عععوُن ع‬
‫ساَب للع فعيِ عوُن ع‬
‫م ي عت عهعيِ دأ ي عوُن ع‬
‫م ال د‬
‫ععقد ع عن نعع م‬
‫ن علع ن‬
‫ن لع ن‬
‫ن ال د‬
‫ع ن‬
‫جععزلئم فلععي‬
‫قيِ ع‬
‫حاَد م وع ل‬
‫قة ل ل‬
‫جزلئم لفي ال نعع ل‬
‫مععاَ ي م ن‬
‫ن وععقاَملوُا عل ي م ن‬
‫ع‬
‫شععاَةل إ لدل ع‬
‫م ن‬
‫ري ع‬
‫ش ل‬
‫ة]ِ‪4‬‬
‫ض ل‬
‫حيِ د ل‬
‫]ِانل م ن‬
‫‪aqiqah‬‬

‫‪kalau‬‬

‫‪diketahui‬‬

‫‪dapat‬‬

‫‪atas,‬‬

‫‪di‬‬

‫‪hadis‬‬

‫‪Dari‬‬

‫‪dilaksanakan pada hari ketujuh kelahiran bayi, dengan dibarengi‬‬
‫‪menyembelih kambing[5ِ] dan disertai dengan mecukur rambut‬‬
‫‪bayi serta memberikannya nama. Jika hal tersebut tidak bisa‬‬
‫‪dilaksanakan pada hari ketujuh, maka boleh dilaksanakan pada‬‬
‫‪hari keempat belas, jika masih tidak bisa juga, maka hari kedua‬‬
‫‪puluh satu, dan jika pada ketiga hari tersebut masih tidak‬‬
‫‪mampu juga, maka bisa dilakukan pada hari dimana orang tua‬‬
‫‪mampu untuk melaksanakannya. Namun demikian, apabila‬‬
‫‪bisa‬‬

‫‪aqiqah‬‬

‫‪maka‬‬

‫‪mampu,‬‬

‫‪tidak‬‬

‫‪benar-benar‬‬

‫‪tua‬‬

‫‪orang‬‬

‫‪dilaksanakan oleh masing-masing individu setelah ia dewasa.‬‬
‫‪Dalam alkitab juga dijelaskan tentang pentingnya aqiqah,‬‬
‫‪“Aqiqah dilakukan bagi yesus, yaitu berupa sepasang burung‬‬
‫‪tekukur atau sepasang burung merpati” Lukas 2 TB‬‬

21* ¶ Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia
diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat
sebelum Ia dikandung ibu-Nya.
22* Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat
Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkanNya kepada Tuhan,
23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: “Semua anak lakilaki sulung harus dikuduskan bagi Allah”,
24* dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang
difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur
atau dua ekor anak burung merpati.
f. Selapanan
Upacara Selapanan dilakukan 35 hari (selapan) setelah
kelahiran bayi. Upacara selapanan ini dilangsungkan dengan
rangkaian acara bancakan weton

(kenduri hari kelahiran),

pemotongan rambut bayi hinngga gundul dan pemotongan kuku
bayi. Pemotongan rambut dan kuku ini bertujuan untuk menjaga
kesehatan bayi agar kulit kepala dan jari bayi tetap bersih.
Sedangkan bancakan selapanan dimaksudkan sebagai rasa
syukur atas kelahiran bayi, sekaligus sebah doa agar kedepannya
si jabang bayi selalu diberi kesehatan, cepat besar, dan berbagai
doa kebaikan lainnya

Tradisi selapanan bayi adalah salah satu bentuk fenomena
interaksi masyarakat dengan al-Qur’an, baik dari isi bacaan,

tujuan, serta prosesi pelaksanaan yang mayoritas hanya terdapat
di beberapa Daerah. Nilai spiritual mereka dalam memahami alQur’an pun masih kental dengan nilai kejawen yang mereka
pakai.
g. Tedak Siten
Tedak siten merupakan budaya warisan leluhur masyarakat
Jawa untuk bayi yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan.
Tedak siten dikenal juga sebagai upacara turun tanah. 'Tedak'
berarti turun dan 'siten' berasal dari kata 'siti' yang berarti tanah.
Upacara tedak siten ini dilakukan sebagai rangkaian acara yang
bertujuan agar si kecil tumbuh menjadi anak yang mandiri.
Tradisi ini dijalankan saat si kecil berusia hitungan ke-tujuh
bulan dari hari kelahirannya dalam hitungan pasaran jawa. Perlu
diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran jawa
berjumlah 36 hari. Jadi bulan ke-tujuh kalender jawa bagi
kelahiran si bayi setara dengan 8 bulan kalender masehi.

2.Ucapan orang tua saat bayi baru lahir
Ada beberapa tradisi beberapa orang dalam menyambut
kelahiran seorang bayi, di antaranya adalah untaian doa yang
bertujuan agar kedepannya menjadi anak yang dapat menjadi
harapan tiap keluarga.
“Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du”
Kita bisa meniru doa wanita sholihah, istri Imran ini. Hanya saja,
perlu disesuaikan dengan jenis kelamin bayi yang dilahirkan.
Karena perbedaan kata ganti dalam bahasa arab antara lelaki
dan perempuan.
a. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, Anda bisa baca,

‫شي ع س‬
‫هاَ ب ر س‬
‫ن ال ش‬
‫عيذر س‬
‫م إ رننيِّ أ ر ر‬
‫هاَ ر‬
‫وذرنري شت س س‬
‫سالل ش ر‬
‫م س‬
‫ه ش‬
‫ن الشر ر‬
‫طاَ ر‬
‫ك س‬
‫جيم ر‬
b. Jika bayi yang lahir laki-laki, kita bisa membaca,

‫شي ع س‬
‫عيذرهر ب ر س‬
‫ن ال ش‬
‫م إ رننيِّ أ ر ر‬
‫ه ر‬
‫سالل ش ر‬
‫م س‬
‫وذرنري شت س ر‬
‫ه ش‬
‫ن الشر ر‬
‫طاَ ر‬
‫ك س‬
‫جيم ر‬
Kita juga bisa memohon perlindungan untuk anak dari
gangguan setan, dengan doa seperti yang pernah dipraktekkan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ketika mendoakan cucunya:
Hasan dan Husain.
I

bnu Abbas menceritakan, bahwa Rasulullah shallallahu

‘alaihi wa sallam membacakan doa perlindungan untuk kedua
cucunya,

‫شي ع س‬
‫ل س‬
‫ن كر ن‬
‫ن‬
‫و س‬
‫أر ر‬
‫و ر‬
‫م م‬
‫ِ ر‬،‫ة‬
‫م ر‬
‫ت الل ش ر‬
‫ماَ ر‬
‫م ع‬
‫م ع‬
‫هاَ ش‬
‫ه الشتاَ ش‬
‫ماَ ب رك سل ر س‬
‫عيذرك ر س‬
‫ِ س‬،‫ة‬
‫ن س‬
‫طاَ م‬
‫كر ن‬
‫ة‬
‫ل س‬
‫م م‬
‫ن سل ش‬
‫عي ع م‬
Aku memohon perlindungan dengan kalimat-kalimat Allah
yang

sempurna,

dari

semua

godaan

setan

dan

binatang

pengganggu serta dari pAndangan mata buruk. (HR. Abu Daud
3371, dan dishahihkan al-Albani).
Kita bisa meniru doa beliau ini, dengan penyesuaian jenis
kelamin bayi.
a. Jika bayi yang dilahirkan perempuan, Anda bisa baca,

‫شي ع س‬
‫ن كر ن‬
‫ل س‬
‫ن كر ن‬
‫ل‬
‫و س‬
‫أم ر‬
‫و ر‬
‫م م‬
‫ِ ر‬،‫ة‬
‫م ر‬
‫ت الل ش ر‬
‫ماَ ر‬
‫عيذر ر‬
‫م ع‬
‫م ع‬
‫هاَ ش‬
‫ه الشتاَ ش‬
‫ك ب رك سل ر س‬
‫ِ س‬،‫ة‬
‫ن س‬
‫طاَ م‬
‫ة‬
‫س‬
‫م م‬
‫ن سل ش‬
‫عي ع م‬
U’iidzuki …..
b. Jika bayi yang lahir laki-laki, kita bisa membaca,

‫شي ع س‬
‫عيذر س‬
‫ن كر ن‬
‫ل س‬
‫ن كر ن‬
‫ل‬
‫و س‬
‫أر ر‬
‫و ر‬
‫م م‬
‫ِ ر‬،‫ة‬
‫م ر‬
‫ت الل ش ر‬
‫ماَ ر‬
‫م ع‬
‫م ع‬
‫هاَ ش‬
‫ه الشتاَ ش‬
‫ك ب رك سل ر س‬
‫ِ س‬،‫ة‬
‫ن س‬
‫طاَ م‬
‫ة‬
‫س‬
‫م م‬
‫ن سل ش‬
‫عي ع م‬
U’iidzuka …..
3. Sejarah Tentang Bawang Putih dan Gunting Pada Ibu Hamil
Menyematkan bawang putih dan gunting sering dilakukan
oleh ibu-ibu hamil. Mereka percaya, dengan menyematkan
benda-benda tersebut maka bayi di dalam kandungan akan
terbebas dari gangguan jin.
Seorang

dokter

yang

mengerti,

pernah

menjelaskan

kepada seorang ibu hamil sejarah kenapa memakai bawang putih
dan gunting. Ya, pada masa dulu kala, menyematkan bawang
putih dan gunting tak lain adalah untuk memudahkan persalinan
dan menyelamatkan ibu hamil dari kematian. Pada saat itu bidan
dan klinik bersalin yang jauh menyebabkan mereka harus
berjaga-jaga terhadap setiap kemungkinan.
Bawang putih, dengan baunya yang menyengat, diperlukan
untuk membuat ibu yang akan melahirkan tetap siuman. Ketika
ia pingsan, atau lemas maka bau bawang putih itu diciumkan ke
hidung si ibu hamil. Dan gunting, digunakan untuk memotong

ari-ari bayi ketika terjadi si ibu hamil sebelum mencapai rumah si
dukun beranak (bidan).
5. Sedulur 4 5 pancer4. Kisah anak turun pandawa
1.Pandawa ttg kelahirannya Pandawa adalah anak-anak
Pandu, yang lahir dari istri-istrinya Kunti dan Madri melalui kasih
karunia Dewa (awalnya dimulai dari Kunti oleh resi Durwasa):
Yudhistira ke Kunti melalui Yama / dharma Bhima ke Kunti melalui
Vayu / bayu Arjuna ke Kunti melalui Indra Nakula dan Sahadewa
untuk Madri melalui kembar Ashvin Karna ke Kunti melalui Surya
(Karna

adalah

anak

pra-nikah

lahir

Kunti

ketika

dia

bereksperimen dengan anugerah resi Durwasa, Meskipun Karna
secara teknis bukan Pandawa, Pandawa menerimanya sebagai
saudara mereka yang lebih tua ketika Kunti mengatakan kepada
mereka keadaan kelahirannya setelah perang (di mana Karna
jadi korban). Memang, Krishna sendiri menyebutkan dalam
percakapan

dengan

Karna

(sesaat

sebelum

perang,

ktika

kunjungan Krishna ke Hastinapura pada misi perdamaian)
dimana menurut aturan, dia (Karna) adalah putra tertua dari
Pandu.
2. Pandawa dlm perkawinan mereka dan keturunannya Pandawa,
terikat

oleh

sumpah

selama

kehidupan

mereka

melalui

Ekachakra ,dimana scr kolektif menikah Dropadi, putri Drupada raja Panchala (maka itu Dropadi juga dikenal sebagai Panchali).
Sementara itu, semua lima Pandawa memiliki istri yg lain dan
'eksklusif' juga. Yudhistira: Devika (Putri Govasana suku Saivya)
Bima: Hidimba (rakshasi ), Valandhara (Putri Raja Kashi) Arjuna:
Subadra (Sister Baladewa / Krishna dari Dvaraka), Chitrangada
(putri Chitravahana, Raja Manipura), Uloopi (Naga putri) Nakula:
Karenumati (Putri Raja Chedi (diasumsikan Shishupala), adik
Drishtaketu) Sahadeva: Vijaya (Putri Dyutimati, Raja Madra
(paman dari pihak ibu Nakula / Sadewa)Selain Hidimba, semua

istri lainnya dianggap pasca-Dropadi dalam hal waktu. Dropadi
menjadi istri pertama Yudhistira - saudara tertua, yg jga ratu.
Upapandavas
Prativindhya

(anak
Bima:

Dropadi
Sutasoma

dengan
Arjuna:

Pandawa)

Yudhistira:

Shrutakirti

Nakula:

Shatanika Sahadeva: Shrutakarma Hal ini tersirat di tempattempat yang anak-anak menanggung kemiripan dari ayah
masing-masing
Anak-anak lain (anak-anak Laki-laki dari Pandawa melalui istri
mereka

lainnya):

Yudhistira:

Yaudheya

(dari

Devika)

Bima:

Gatotkaca

(dari

Hidimba), Sarvaga (dari Valandhara) Arjuna: Abimanyu (dari
Subadra), Babruvahana (dari Chitrangada), Iravanta (dari Uloopi)
Nakula: Niramitra (dari Karenumati) Sahadeva: Suhotra (dari
Vijaya) Karna, sementara itu, memiliki 2 istri - Vrishali dan
Supriya

dan

Satyasena,

9

anak:

Sushena,

Vrishasena,

Shatrunjaya,

Vrishaketu,
Dvipata,

Chitrasena,

Banasena

dan

Prasena. Anehnya, tidak disebutkan terbuat dari keturunan
perempuan dari Pandawa, meskipun ada harus ada beberapa.
Meskipun tidak disebutkan dalam Vyasa / Vaishampayana
Bharata, sisa-sisa Jaimini Bharata (Ashvamedhika Parva),Selama
ritual Ashvamedha kuda dihentikan oleh ratu Naripura dimana
naripura adlh sebuah kota dimana warga perempuan-satunya
adlh ratu Parimala ratunya naripura, dan menegaskan bahwa
Arjuna

melupakan

kudany

dan

menetap

bersamanya.

Pertempuran terjadi kemudian yang hanya berakhir ketika
dewata campur tangan untuk meminta Arjuna menikah Parimala.
Arjuna menolak , tapi permintaan Parimala untuk menemaninya
kembali ke Hastinapura diterima.
3.Generasi berikutnya Istri Abimanyu adalah Uttara, putri Wirata
dan Sudeshna dari Matsya. anak Abimanyu dan anak Uttara yaitu
parikesit melanjutkan keturunan Pandawa. Istri Gatotkaca yang
bernama Ahilavati, memiliki dua putra bernama Barbarika (yang

dikutuk dengan selalu berjuang di pihak yang kalah, dan karena
itu tidak ikut dlm perang) dan Meghavarna. Vrishaketu menikahi
putri Raja Yavanatha (tidak jelas di mana ini) selama episode
Babruvahana. Status perkawinan semua anak-anak lain adalah
tak tertulis / tidak jelas. Dari Upapandavas dan perilaku mereka
dalam perang Selama perang Kurukshetra, Prativindhya, yang
tertua dari Upapandavas / anak2 drupadi dg pandawa , kira2
umurnya 24 tahun ktika berperang. Dia membunuh anak karna
yaitu Chitrasena pada hari kelima belas dari pertempuran.
Satanika adalah yang tertua kedua Upapandavas. Dia adalah
seorang senapati tentara Pandawa selama perang. Sutasoma
adalah ketiga tertua,berperang dan menang atas Sangkuni
selama perang. Dia juga berperan dalam menunda Drona dan
Aswatama utk menghancurkan pandawa selama hari ke-15.
Shrutakirti adalah berikutnya dan juga terlibat dalam perang
melawan

Aswatama

serta

Dursasana.

Shrutakarma

adalah

bungsu dari Upapandavas, Dia dikalahkan oleh Sangkuni, tetapi
pada gilirannya membunuh anak Dursasana serta Shala saudara
Bhurshravasa. Semua Upapandavas benar-benar selamat 18 hari
perang.

Pada

malam

hari

tanggal

18,

selama

perayaan

kemenangan, mereka tewas ketika Aswatama membakar kamp
mereka sementara Kripa dan Kritavarma lari stlh ikut membakar.
Dalam sebagian besar versi, Aswatama bingung krn mengira
anak2 pandawa dr drupadi (Upapandavas)ini karena kemiripan
mereka
4. Dari anak-anak lain dari Pandawa Gatotkaca terkenal berjuang
di sisi Pandawa, dan setelah mendatangkan malapetaka pada
tentara Korawa, terutama pada malam hari ke-14 perang,
dibunuh oleh senjata yang paling ampuh Karna, Indra Shakti. Ini
sangat berperan ktika Arjuna yang menang atas Karna pada hari
ke-17, dimanaa senjata dr dewa indra ini shrsny digunakan utk
mmbunuh arjuna. Abimanyu, juga terkenal, menerobos formasi

Chakravyuha, dan dibunuh (secara ilegal/ licik) oleh enam
maharathis - Drona, Kripa, Karna, Aswatama, Brihadbala dan
Kritavarma, jayadrata dimana jayadrata menghalangi abimanyu
utk keluar dari chkravyuha pada hari ke-13 perang. Babruvahana
diadopsi oleh kakek dari pihak ibu dimana ibunya adlh citragada
yg juga istri arjuna, tidak mengambil bagian dalam perang, dan
hanya bertemu dengan ayahnya, Arjuna selama Ashvamedha yg
dilakukan oleh Yudhistira. Selama pertempuran dengan ayahnya,
Babruvahana membunuhnya (Arjuna), dan hendak bunuh diri
dalam

pertobatan,

dan

Uluupi

dgn

batu

'Nagamani'

utk

menghidupkan Arjuna lewat tangan khrisnadan yg lain tewas
dalam pertempuran. Iravan anak uluupi istri arjuna mengalahkan
Shrutayusha pada hari pertama perang, saudara-saudara Vinda
dan Anuvinda Avanti pada hari ketujuh, saudara Sangkuni pada
hari kedelapan, dan akhirnya dibunuh oleh rakshasha Alambasha
pada hari kedelapan.
Demikian juga tidak disebutkan terbuat dari baik Niramitra atau
Suhotra telah berjuang dalam perang, tetapi gagal penjelasan
lain, itu harus diasumsikan bahwa mereka berjuang dalam
perang, dan kemungkinan besar korban. sarvaga anak krna tdk
ikut dlm perang tpi tdk ada crita jelas
Dari

anak-anak

Karna,

Prasena

dibunuh

oleh

Satyaki,

Shatrunjaya, Vrishasena dan Dvipata oleh Arjuna, Banasena oleh
Bhima,

Chitrasena,

Satyasena

dan

Sushena

oleh

Nakula.

Vrishaketu anak karnayang selamat dari perang. Vrishaketu ikut
Pandawa 'setelah perang dan menjadi murid favorit Arjuna.
arjuna dibunuh oleh Babruvahana selama ritual Ashvamedha .
arjuna dihidupkan kembali dgn batu nagamini milik uluupi
dibantu olh krishna dan Vrishaketu .
Kelanjutan dari garis keturunan Kuru Sebagaimana dicatat,
garis keturunan Kuru dilanjutkan oleh Abimanyu-dan-Uttara
melalui anaknya Parikesit. sementara Sarvaga dan Vrishaketu,

bahkan Babruvahana yang (mungkin) hidup, justru tahta jatuh ke
Parikesit ketika Yudhistira turun tahta sebelum Vanaprastha
Pandawa 'dan swargarohana berikutnya.
Parikshita itu terkenal dibunuh oleh ular Takshaka yang datang ke
istana khusus utk Parikshit dimana ular taksaka tersembunyi di
dalam buah setelah ia dikutuk oleh Sringina karena Parikeshit,
Anak

Parikshit

Sarpasatra

adalah

untuk

Janamejaya,

membalas

yang

kematian

melakukan

ayahnya,

yajna

Parikshita,

membunuh semua kecuali satu ular di alam semesta (salah satu
yang lolos melilit Surya dan mengancam untuk menarik matahari
dr dirinya ke dalam kunda yajna dan terjun alam semesta yg
terlupakan, sebelum Dewata campur tangan atas nama ular itu).
Mahabharata awalnya diriwayatkan ke Janamejaya oleh
Vaishampayana di sisi-garis dari Sarpasatra. Janamejaya akhirnya
digantikan oleh putranya Shatanika (jelas bukan sebagai anak
yang sama Nakula, para Upapandava).
Dalam pemikiran Jawa pengertian Sedulur Papat Limo
Pancer (Empat Saudara dan Yang Kelima Tengah) mempunyai
pengertian yang terus berkembang dari zaman pra-Islam hingga
zaman Islam.
Pengertian asalnya adalah penyelarasan antara jagad kecil
(manusia-mikrokosmos) dengan jagad besar Alam Semesta
(makrokosmos). Saudara yang empat yang ada di jagad besar itu
adalah empat kiblat yang ada yaitu timur, selatan, barat dan
utara. Ditambah saudara pancer yaitu tengah dimana diri
manusia itu berada. Sedangkan empat saudara yang berkaitan
dengan jagad kecil (manusia) adalah apa-apa yang mengiringi
kelahirannya. Mereka itu adalah kakang kawah (air ketuban), adi
ari-ari (plasenta), getih (darah) dan puser (tali plasenta).
Sedangkan yang kelima pancernya adalah diri manusianya itu
sendiri.

Dari pengertian asal ini kemudian berkembang dengan
adanya pengaruh agama Hindu. Sedulur papat (empat saudara)
kemudian dimaknai selain sebagai empat kiblat juga kemudian
dimaknai sebagai unsur alam yang menjadi pembentuk jasad
manusia. Empat anasir ini adalah bumi/tanah, air, api dan angin.
Sedang yang kelima pancer adalah diri manusia itu sendiri
Bagi orang Jawa semua 'sedulur' tadi harus diruwat,
dirawat dan dihormati dengan cara diselamati dengan 'bancaan'
atau tumpengan. Mereka semua dianggap 'pamomong' atau
penjaga manusia. Biasanya penyebutan untuk mereka dan
sekalian untuk unsur-unsur alam semesta disebut dengan
"sedulurku sing lahir bareng sedino, sing ora lahir bareng sedino,
sing kerawatan lan sing ora kerawatan". Artinya : "saudaraku
yang lahir bersamaan sehari denganku ( air ketuban, ari-ari,
darah kelahiran, tali plasenta,dan ruh/jiwa ), saudara yang tidak
lahir bersamaan (unsur alam semesta ), yang terawat maupun
yang tidak terawat".
Namun pengertian ini kemudian berkembang lagi dengan
adanya pengaruh agama islam. Oleh Kanjeng Sunan Kalijaga ( ?)
kemudian ditambahkan pengertian baru yang bernafaskan Islam.
Yaitu empat saudara itu adalah empat jenis nafsu manusia
sedangkan yang kelima pancer adalah hati nurani atau 'alam
rahsa / sirr'. Unsur empat nafsu adalah nafsu aluamah, sufiyah,
amarah dan muthmainah.

Nafsu aluamah berkaitan dengan

insting dasar manusia. Yaitu keinginan untuk makan, minum,
berpakaian, bersenggama, dll. Dikatakan bahwa nafsu aluama ini
terjadi karena pengaruh unsur tanah yang menjadi unsur
pembentuk jasad manusia.
Nafsu sufiyah berkaitan dengan keinginan duniawi untuk
dipuji, untuk kaya, mendapat derajad dan pangkat, loba, tamak
dll. Nafsu ini berpadanan dengan sifat udara yang menjadi unsur

pembentuk jasad. Sifat dari udara adalah selalu ingin memenuhi
ruang selagi ruang itu ada (ruang kosong).
Nafsu

amarah

berkaitan

dengan

keinginan

untuk

mempertahankan harga diri, rasa marah, emosi dll. Dikatakan
nafsu ini mendapat pengaruh dari sifat panas / api yang menjadi
pembentuk jasad mansia.
Nafsu muthmainah adalah nafsu yang mengajak kearah
kebaikan. Dikatakan bahwa nafsu ini mendapat pengaruh sifat air
yang juga menjadi pembentuk jasad manusia.Untuk penyebutan
unsur kelima pancer ada bermacam-macam penafsiran. Ada
yang mengatakan Nur Muhammad, ada yang mengartikan
sebagai 'guru sejati', ada yang menyebut 'roso jati sejatining
roso' (rasa sejati, sejatinya rasa). Intinya saudara pancer yang
kelima itu adalah unsur 'super ego' yang menjadi sumber nilai
bagi manusia. Dalam hal ini penulis cenderung mengartikan
sebagai

"bashiroh"

yaitu

mata

hati

yang

bersumber

dari

kesejatian 'min Ruhi' yang dianugerahkan oleh ilahi. Keempat
nafsu yang ada harus 'dirawat', diatur, diseimbangkan dan harus
berjalan dibawah kendali akal dalam bimbingan hidayah ilahi.
Itulah makna dari 'angaweruhi' (merawat) sedulur papat limo
pancer. Namun bagi saya, pemaknaan yang konfrenhensif yang
melibatkan macam-macam pengertian yang ada itulah yang
harus kita hayati. Yaitu mengakui dan menyelaraskan diri kita
(mikrokosmos) sebagai bagian dari jagad besar (makrokosmos)
dan sekaligus pengendalian diri kita atas nafsu-nafsu kita
dibawah akal dan dalam 'pituduh' (petunjuk / hidayah) ilahi.