Pengaruh Beban Lalulintas Standar Pada Kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu.

(1)

ix Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH BEBAN LALULINTAS STANDAR

PADA KEKUATAN JEMBATAN RANGKA

BAJA TIMBANG WINDU

Arni Wahyuni

NRP: 0921026

Pembimbing: Tan Lie Ing, S.T., M.T.

Pembimbing Pendamping: Ronald Simatupang, S.T., M.T.

ABSTRAK

Jembatan Timbang Windu menghubungkan Desa Pamalayan dengan Desa Kertaharja di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis yang dibangun di atas Sungai Cileeur. Pada awalnya jembatan ini menggunakan material kayu dan mengalami kerusakan parah akibat tidak mampu menahan beban lalulintas. Jembatan dibangun kembali dan diganti dengan menggunakan jembatan rangka baja, karena dinilai lebih kuat untuk menahan beban lalulintas yang bekerja dibandingkan dengan jembatan sebelumnya yang terbuat dari kayu. Untuk mengevaluasi kekuatan Jembatan Timbang Windu dalam menahan beban lalulintas standar yang bekerja, maka perlu dilakukan analisis pengaruh beban lalulintas standar yang bekerja terhadap desain jembatan tersebut.

Analisis yang dilakukan pada Jembatan Rangka Baja Timbang Windu dengan kelas jembatan low standar (C/III) untuk dua keadaan yaitu keadaan ultimit dan keadaan batas daya layan dengan beban lalulintas 100%, 60%, 50%, dan 40%. Untuk keadaan ultimit dan layan dengan beban lalulintas 100%, 60%, 50%, dan 40% beberapa batang tarik, batang tekan, dan batang lentur tidak memenuhi peraturan kekuatan SNI 03-1729-2002. Lendutan yang terjadi pada jembatan dengan beban lalulintas 100%, 60%, 50%, dan 40% sudah memenuhi peraturan SNI 03-1729-2002.


(2)

x Universitas Kristen Maranatha

THE EFFECT OF STANDARD TRAFFIC LOADS

ON THE STRENGTH OF BRIDGE FRAME OF STEEL

TIMBANG WINDU

Arni Wahyuni NRP: 0921026

Supervisor: Tan Lie Ing, S.T., M.T. Co-Supervisor: Ronald Simatupang, S.T., M.T.

ABSTRACT

The Timbang Windu Bridge that connects Pamalayan village with Kertaharja village in the Cijeungjing sub-district Ciamis district built on the Cileeur river was originally using wood materials and badly damaged is not able to withstand traffic loads. The bridge was rebuilt and replaced with a bridge frame of steel, because considered stronger to withstand traffic loads that work than to the previous bridge made of wood. To evaluate the strength of Timbang Windu Bridge of load bearing traffic bridge that works, it is necessary to analyze the effect of traffic load standard that works to design the bridge.

Analysis in Bridge Frame of Steel Timbang Windu with standard low bridge classes (C / III) for two cases namely ultimit state and serviceability limit state power to traffic load 100%, 60%, 50%, and 40%. For ultimit state and serviceability with traffic load 100%, 60%, 50%, and 40% some pull rod, rod tap, and limber rod does not meet the regulatory power of SNI 03-1729-2002.Deflection that occurs on the bridge with traffic load 100%, 60%, 50%, and 40% already comply with SNI 03-1729-2002.


(3)

xi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian ... iii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian ... iv

Surat Keterangan Tugas Akhir ... v

Surat Keterangan Selesai Tugas Akhir ... vi

Kata Pengantar ... vii

Abstrak ... ix

Abstract ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Gambar ... xiv

Daftar Tabel ... xvii

Daftar Notasi dan Singkatan ... xx

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.3 Ruang Lingkup ... 2

1.4 Sistematika Pembahasan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Jalan ... 3

2.1.1 Sistem Jaringan Jalan ... 3

2.1.2 Bagian Jalan ... 4

2.2 Volume Lalulintas ... 6

2.2.1 Perhitungan Volume Lalulintas ... 8

2.2.2 Penyajian Data Volume Lalulintas ... 8

2.3 Jembatan ... 9

2.3.1 Klasifikasi dan Kelas Jembatan ... 10

2.4 Beban Jembatan ... 12

2.4.1 Beban Mati ... 12


(4)

xii Universitas Kristen Maranatha

2.4.2.1 Klasifikasi Pembebanan Lalulintas ... 30

2.4.2.2 Faktor Beban Dinamis ... 30

2.4.3 Beban Lingkungan ... 31

2.5 Kombinasi Beban ... 47

2.6 Struktur Baja ... 51

2.6.1 Filosofi Desain ... 52

2.6.2 Faktor Keamanan ... 54

2.7 Batang Tarik ... 54

2.7.1 Kuat Nominal ... 55

2.7.2 Luas Bersih ... 57

2.7.3 Efek Lubang pada Luas Bersih ... 57

2.7.4 Luas Bersih Efektif ... 58

2.7.5 Kuat Geser Blok ... 60

2.7.6 Kriteria Kekakuan Desain ... 60

2.8 Batang Tekan ... 61

2.9 Sambungan Baut ... 62

2.9.1 Rincian Baut Kekuatan Tinggi ... 62

2.9.2 Kuat Nominal Pengencang ... 63

2.10 Peraturan SNI 03-1729-2002 ... 64

2.11 Program SAP2000 ... 67

BAB 3 METODE PENELITIAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Diagram Alir ... 68

3.2 Lokasi Penelitian ... 69

3.3 Bagian Jalan ... 71

3.4 Pengumpulan Data ... 72

3.4.1 Data Struktur Jembatan ... 72

3.4.2 Data Pembebanan ... 78

3.5 Kombinasi Beban ... 86

3.6 Pemodelan Desain Jembatan dengan Program SAP2000 3D ... 87

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Beban Lalulintas ... 101


(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha

4.2.1 Analisis Rangka Jembatan dengan Kobinasi Beban

untuk Keadaan Batas Daya Layan ... 102 4.2.2 Analisis Rangka Jembatan dengan Kobinasi Beban

untuk Keadaan Ultimit ... 117 4.3 Pembahasan ... 132

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 135 5.2 Saran ... 137 Daftar Pustaka


(6)

xiv Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian-bagian Jalan pada Penampang Melintang Jalan ... 5

Gambar 2.2 Jembatan Rangka Baja Tipe Howe ... 10

Gambar 2.3 Jembatan Rangka Baja Tipe Pratt ... 10

Gambar 2.4 Jembatan Rangka Baja Tipe Arch ... 11

Gambar 2.5 Pengaruh Primer dan Sekunder ... 15

Gambar 2.6 Kedudukan Beban Lajur “D” ... 20

Gambar 2.7 Beban “D”: Beban Terbagi Rata vs Panjang yang Dibebani ... 21

Gambar 2.8 Susunan Pembebanan “D” ... 22

Gambar 2.9 Penyebaran Pembebanan Pada Arah Meintang ... 23

Gambar 2.10 Pembebanan Truk “T” ... 24

Gambar 2.11 Gaya Rem ... 27

Gambar 2.12 Koefisien Seret dan Angkat untuk Bermacam - macam Bentuk Pilar ... 36

Gambar 2.13 Luas Proyeksi Untuk Gaya-gaya Aliran ... 37

Gambar 2.14 Koefisien Geser Dasar (C) Plastis untuk Analisis Statis ... 43

Gambar 2.15 Wilayah Gempa Indonesia Untuk Periode Ulang 500 Tahun ... 44

Gambar 2.16 Frekuensi Distribusi Beban Q dan Reduksi R ... 53

Gambar 2.17 Index Ketahanan β ... 54

Gambar 2.18 Penampang Batang Tarik ... 55

Gambar 2.19 Distribusi Tekan dengan Adanya Lubang ... 56

Gambar 2.20 Jalur Kegagalan Pada Penampang Bersih ... 58

Gambar 2.21 Eksentrik pada Sendi, Penentuan x untuk Menentukan U ... 59

Gambar 2.22 Kondisi Batas Kegagalan Sobek ... 60

Gambar 2.23 Struktur Baut Segi Enam Berat dan Kacang Segi Enam Berat ... 63

Gambar 2.24 Sambungan Baut Khusus ... 63

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 68

Gambar 3.2 Peta Lokasi Penelitian ... 70

Gambar 3.3 Potongan Melintang Jembatan (a) Arah Pamalayan (b) Arah Kertaharja ... 71


(7)

xv Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3.4 Gambar Detail Jembatan Tampak Samping ... 73

Gambar 3.5 Gambar Detail Jembatan Tampak Atas ... 74

Gambar 3.6 Gambar Detail Jembatan Tampak Bawah ... 75

Gambar 3.7 Beban “D”: Beban Terbagi Rata vs Panjang yang Dibebani ... 79

Gambar 3.8 Kedudukan Lajur “D” ... 79

Gambar 3.9 Gaya Rem ... 80

Gambar 3.10 Beban “T” ... 81

Gambar 3.11 Bidang Vertikal yang Ditiup Angin ... 84

Gambar 3.12 New Model Initialization ... 88

Gambar 3.13 Coordinate System ... 88

Gambar 3.14 Define Grid data ... 89

Gambar 3.15 Grid Arah x-y ... 89

Gambar 3.16 Grid Arah x-z ... 90

Gambar 3.17 Material Property Data Baja ... 90

Gambar 3.18 Material Property Data Beton ... 91

Gambar 3.19 Define Frame Properties ... 91

Gambar 3.20 Add 1/Wide Flange BC1 ... 92

Gambar 3.21 Define Wall/Slab/Deck Sections ... 92

Gambar 3.22 Shell Section Data ... 93

Gambar 3.23 Define Load Cases ... 93

Gambar 3.24 Kombinasi Beban ... 94

Gambar 3.25 Perletakan ... 95

Gambar 3.26 Beban Area ... 95

Gambar 3.27 Beban Merata ... 96

Gambar 3.28 Beban Titik ... 97

Gambar 3.29 Desain Kombinasi Beban ... 97

Gambar 3.30 Diagram Gaya Rangka ... 98

Gambar 3.31 Diagram Gaya Normal, Lintang, dan Momen ... 98

Gambar 3.32 Bidang Momen ... 99

Gambar 3.33 Diagram Gaya Geser ... 99

Gambar 3.34 Gaya Normal ... 100 Gambar 4.1 (a) Rangka Jembatan (b) Detail Batang Tarik dan Batang


(8)

xvi Universitas Kristen Maranatha

Tekan (c) Detail Sambungan ... 102 Gambar 4.2 Detail Lantai Jembatan ... 103

Gambar 4.3 Bidang Momen (a) Momen Maksimum (b) Momen ¼

Bentang (c) Momen ¾ Bentang ... 109 Gambar 4.4 Sambungan yang Dianalisis ... 115

Gambar 4.5 (a) Rangka Jembatan (b) Detail Batang Tarik dan Batang

Tekan (c) Detail Sambungan ... 117 Gambar 4.6 Detail Lantai Jembatan ... 118

Gambar 4.7 Bidang Momen (a) Momen Maksimum (b) Momen ¼

Bentang (c) Momen ¾ Bentang ... 124 Gambar 4.8 Sambungan yang Dianalisis ... 129


(9)

xvii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Kendaraan ... 7

Tabel 2.2 Klasifikasi Kendaraan yang Disederhanakan ... 7

Tabel 2.3 Faktor Beban untuk Berat Sendiri ... 13

Tabel 2.4 Berat Isi untuk Beban Mati (kN/m3) ... 13

Tabel 2.5 Faktor Beban untuk Beban Mati Tambahan ... 14

Tabel 2.6 Faktor Beban Akibat Susut dan Rangkak ... 15

Tabel 2.7 Faktor Beban Akibat Pengaruh Pratekan ... 16

Tabel 2.8 Faktor Beban Akibat Tekanan Tanah ... 16

Tabel 2.9 Berat Tanah Vertikal ... 17

Tabel 2.10 Sifat-sifat untuk Tekanan Tanah ... 18

Tabel 2.11 Faktor Beban Akibat Pengaruh Pelaksanaan ... 19

Tabel 2.12 Faktor Beban Akibat Beban Lajur “D” ... 19

Tabel 2.13 Jumlah Lajur Lalulintas Rencana ... 20

Tabel 2.14 Faktor Beban Akibat Pembebanan Truk “T” ... 24

Tabel 2.15 Jumlah Lajur Lalulintas Rencana ... 25

Tabel 2.16 Faktor Distribusi untuk Pembebanan Truk “T” ... 26

Tabel 2.17 Gaya Rem ... 27

Tabel 2.18 Faktor Beban Akibat Rem ... 27

Tabel 2.19 Faktor Beban Akibat Gaya Sentrifugal ... 28

Tabel 2.20 Intensitas Beban Pejalan Kaki untuk Trotoar Jembatan Jalan Raya ... 29

Tabel 2.21 Faktor Beban Akibat Pembebanan untuk Pejalan Kaki ... 29

Tabel 2.22 Faktor Beban Akibat Beban Tumbukan pada Penyangga Jembatan ... 29

Tabel 2.23 Faktor Beban Dinamis untuk Lajur “D” ... 31

Tabel 2.24 Faktor Beban Akibat Penurunan ... 32

Tabel 2.25 Faktor Beban Akibat Pengaruh Temperatur/suhu ... 32

Tabel 2.26 Temperatur Jembatan Rata-rata Nominal ... 33

Tabel 2.27 Sifat Bahan Rata-rata Akibat pengaruh Temperatur ... 34 Tabel 2.28 Faktor Beban Akibat Aliran Sungai, Hanyutan, dan Batang


(10)

xviii Universitas Kristen Maranatha

Kayu ... 34

Tabel 2.29 Periode Ulang Banjir untuk Kecepatan Air ... 35

Tabel 2.30 Lendutan Ekuivalen untuk Tumbukan Batang Kayu ... 38

Tabel 2.31 Faktor Beban Akibat Tekanan Hidrostatis dan Gaya Apung ... 39

Tabel 2.32 Koefisien Seret ... 40

Tabel 2.33 Kecepatan Angin Rencana ... 40

Tabel 2.34 Faktor Beban Akibat Pengaruh Gempa ... 40

Tabel 2.35 Kondisi Tanah Untuk Koefisien Geser Dasar ... 42

Tabel 2.36 Titik Belok untuk Garis dalam Gambar 2.12 ... 45

Tabel 2.37 Faktor Kepentingan ... 45

Tabel 2.38 Faktor Tipe Bangunan ... 46

Tabel 2.39 Koefisien Geser Dasar untuk Tekanan Tanah Lateral ... 47

Tabel 2.40 Tipe Beban Rencana ... 48

Tabel 2.41 Pengaruh Umur Rencana pada Faktor Beban Ultimit ... 48

Tabel 2.42 Kombinasi Beban Umum untuk Keadaan Batas Daya Layan dan Ultimit ... 50

Tabel 2.43 Kombinasi Beban untuk Perencanaan Tegangan Kerja ... 51

Tabel 3.1 Data Beban Jembatan ... 77

Tabel 3.2 Baut yang Digunakan ... 77

Tabel 3.3 Data Beban Jembatan (100%) ... 85

Tabel 3.4 Data Beban Jembatan (40%) ... 85

Tabel 3.5 Data Beban Jembatan (50%) ... 86

Tabel 3.6 Data Beban Jembatan (60%) ... 86

Tabel 3.7 Kombinasi Beban untuk Keadaan Ultimit ... 87

Tabel 3.8 Kombinasi Beban untuk Keadaan Batas Daya Layan ... 87

Tabel 4.1 Data Beban Jembatan ... 101

Tabel 4.2 Gaya Batang Rangka ... 103

Tabel 4.3 Hasil Analisis Batang Tarik ... 106

Tabel 4.4 Hasil Analisis Batang Tekan ... 108

Tabel 4.5 Hasil Analisis Batang Lentur ... 114

Tabel 4.6 Hasil Analisis Lendutan ... 114


(11)

xix Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.8 Jumlah Baut ... 116

Tabel 4.9 Gaya Batang Rangka ... 118

Tabel 4.10 Hasil Analisis Batang Tarik ... 120

Tabel 4.11 Hasil Analisis Batang Tekan ... 123

Tabel 4.12 Hasil Analisis Batang Lentur ... 128

Tabel 4.13 Hasil Analisis Lendutan ... 129

Tabel 4.14 Gaya Batang untuk Analisis Sambungan ... 129

Tabel 4.15 Jumlah Baut ... 131

Tabel 4.16 Lendutan yang Terjadi ... 134


(12)

xx Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

° = derajat

< = kurang dari

> = lebih dari

≥ = lebih dari sama dengan

≤ = kurang dari sama dengan

= faktor reduksi = lendutan

= lendutan ijin

% = persen

°C = derajat celcius

3D = tiga dimensi

BC = bottom chord

BJ = berat jenis

BTR = beban terbagi rata

C = kapasitas

c = koefisien geser dasar

= koefisien seret

CG = cross girders

cm = sentimeter

D = diagonal

DLA = dynamic load allowance

Ds = derajat kejenuhan

emp = ekuivalensi mobil penumpang

FBD = faktor beban dinamis

= kuat tekan beton

= tegangan tekan residual pada pelat sayap

g = gravitasi

Hv = heavy vehicle

j = jam


(13)

xxi Universitas Kristen Maranatha

KEL = knife edge load

Kg = kilogram

Kg/m’ = kilogram per meter panjang

Kg/m3 = kilogram per meter kubik

kN = kiloNewton

kN/m = kiloNewton per meter

kN/m2 = kiloNewton per meter persegi

kN/m3 = kiloNewton per meter kubik

kPa = kiloPaskal

= faktor pengurangan kekuatan = faktor beban untuk keadaan layan

= faktor beban akibat aliran sungai, hanyutan, dan batang kayu

untuk keadaan layan

= faktor beban akibat pengaruh gempa keadaan layan

= faktor beban akibat penurunan keadaan layan

= faktor beban akibat pengaruh temperatur keadaan layan

= faktor beban akibat tekanan hidrostatis dan gaya apung keadaan

layan

= faktor beban untuk beban mati tambahan keadaan layan

= faktor beban untuk berat sendiri keadaan layan

= faktor beban akibat pengaruh pelaksanaan keadaan layan

= faktor beban akibat pengaruh pratekan keadaan layan

= faktor beban akibat susut dan rangkak keadaan layan

= faktor beban akibat tekanan tanah keadaan layan

= faktor beban akibat rem keadaan layan

= faktor beban akibat tumbukan pada penyangga jembatan keadaan

layan

= faktor beban akibat beban lajur “D” keadaan layan

= faktor beban akibat pembebanan pejalan kaki keadaan layan

= faktor beban akibat gaya sentrifugal keadaan layan

= faktor beban akibat pembebanan truk “T” keadaan layan


(14)

xxii Universitas Kristen Maranatha

= faktor beban akibat aliran sungai, hanyutan, dan batang kayu

untuk keadaan ultimit

= faktor beban akibat pengaruh gempa keadaan ultimit

= faktor beban akibat penurunan keadaan ultimit

= faktor beban akibat pengaruh temperatur keadaan ultimit

= faktor beban akibat tekanan hidrostatis dan gaya apung keadaan

ultimit

= faktor beban untuk beban mati tambahan keadaan ultimit

= faktor beban untuk berat sendiri keadaan ultimit

= faktor beban akibat pengaruh pelaksanaan keadaan ultimit

= faktor beban akibat pengaruh pratekan keadaan ultimit

= faktor beban akibat susut dan rangkak keadaan ultimit

= faktor beban akibat tekanan tanah keadaan ultimit

= faktor beban akibat rem keadaan ultimit

= faktor beban akibat tumbukan pada penyangga jembatan keadaan

ultimit

= faktor beban akibat beban lajur “D” keadaan ultimit

= faktor beban akibat pembebanan pejalan kaki keadaan ultimit

= faktor beban akibat gaya sentrifugal keadaan ultimitx

= faktor beban akibat pembebanan truk “T” keadaan ultimit

l = lajur

L = panjang jembatan

= bentang ekuivalen

Lv = light vehicle

m = meter

m2 = meter persegi

mm = milimeter

mm2 = milimeter kuadrat

Mc = motor cycle

m/dt = meter per detik

m/dt2 = meter per detik kuadrat


(15)

xxiii Universitas Kristen Maranatha

m/s = meter per sekon

= jumlah lajur lalulintas rencana

N = newton

Nm = newton meter

Nmm = newton milimeter

No = nomor

Rumaja = ruang manfaat jalan

Rumija = ruang milik jalan

Ruwasja = ruang pengawasan alan

S = bentang efektif

SLS = serviceability limit state

smp = satuan mobil penumpang

ST = stringers

t = ton

TC = top chord

UDL = uniform distributed load

= kecepatan arus bebas ULS = ultimate limit state

v = volume kendaraan

Vmax = volume maksimum

w = berat jenis


(16)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Transportasi adalah pemindahan manusia, hewan, atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia dan atau mesin. Transportasi merupakan salah satu sektor yang sangat berperan dalam pembangunan ekonomi dan sosial yang menyeluruh. Perkembangan sektor transportasi mencerminkan pertumbuhan pembangunan ekonomi dan sosial. Untuk mendukung hal tersebut diperlukan prasarana transportasi, salah satunya adalah jembatan.

Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi sebagai penghubung wilayah yang terpisah baik oleh sungai, rawa, danau, selat, saluran, jalan raya, jalan kereta api, dan perlintasan lainnya. Jembatan sebagai prasarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalulintas, oleh karena itu pembangunan jembatan mestinya mempertimbangkan berbagai hal. Perhitungan kekuatan konstruksi jembatan sangat penting karena jembatan dilalui masyarakat disekitarnya dan pengguna jalan umum. Permasalahan jembatan yang terjadi selama ini adalah kerusakan pada jembatan yang disebabkan oleh berbagai hal. Salah satu penyebabnya adalah beban lalulintas yang melebihi kapasitas kekuatan konstruksi jembatan.

Seperti halnya Jembatan Timbang Windu yang menghubungkan Desa Pamalayan dengan Desa Kertaharja di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis. Jembatan yang dibangun di atas Sungai Cileeur ini pada awalnya menggunakan material kayu dan mengalami kerusakan parah akibat tidak mampu menahan beban lalulintas.

Pemerintah membangun kembali Jembatan Timbang Windu tersebut dan menggantinya dengan jembatan rangka baja. Jembatan rangka baja lebih kuat untuk menahan beban lalulintas yang bekerja dibandingkan dengan jembatan sebelumnya yang terbuat dari kayu sehingga Jembatan Timbang Windu tersebut tidak akan rusak dan tahan lama.


(17)

2 Universitas Kristen Maranatha

Untuk mengevaluasi kekuatan Jembatan Timbang Windu dalam menahan beban lalulintas yang bekerja, maka perlu dilakukan analisis pengaruh beban lalulintas yang bekerja terhadap Jembatan Timbang Windu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh beban lalulintas standar pada kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini tepat sasaran maka diperlukan pembatasan ruang lingkup penelitian, yaitu:

1. Lokasi penelitian adalah Jembatan Timbang Windu yang terletak di

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

2. Beban lalulintas yang digunakan untuk mendesain jembatan adalah beban

lalulintas standar.

3. Analisis yang dilakukan hanya untuk bangunan atas.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini terdiri atas lima bab, yaitu: Bab 1 Pendahuluan, menguraikan latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi tentang rangkuman/pustaka yang menunjang penelitian, meliputi pembahasan jalan secara umum, volume lalulintas, kapasitas jalan, tingkat pelayanan jalan, beban lalulintas, peraturan perencanaan jembatan, dan desain jembatan.

Bab 3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data, menguraikan diagram alir penelitian dan metode pengumpulan data.

Bab 4 Analisis Data dan Pembahasan, berisi tentang pengolahan dan analisis data yang dilakukan terhadap data.

Bab 5 Simpulan dan Saran, berisi simpulan dari hasil analisis data, serta saran yang diberikan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berupa usulan penelitian lanjutan.


(18)

135 Universitas Kristen Maranatha

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Dari hasil analisis kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu diperoleh simpulan bahwa kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu untuk keadaan layan dan keadaan ultimit:

1. Beban lalulintas 100%

Batang tarik pada keadaan ultimit banyak yang tidak memenuhi peraturan terdiri atas batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4,BC3 5, BC3 6, D2 1, dan D2 2. Sedangkan untuk keadaan layan yang tidak memenuhi peraturan hanya batang BC1 2. Batang tekan yang tidak memenuhi peraturan terdiri atas TC1 1, TC1 2, TC1 3, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC2 3, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 3, D3 4, D4 2, D4 4, D1 2, D1 4, D3 1, D3 2, D4 8,dan D4 6 pada keadaan ultimit, sedangkan pada keadaan layan terdiri atas batang TC1 1, TC1 2, TC1 3, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 3, D3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2. Untuk batang lentur, batang yang tidak memenuhi syarat adalah batang CG (cross girder) yaitu CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 3, CG2 5, dan CG2 6 pada keadaan ultimit. Pada keadaan layan, batang lentur CG yg tidak memenuhi syarat adalah batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, dan CG2 6.

2. Beban lalulintas 60%

Batang yang tidak memenuhi peraturan berkurang dibandingkan dengan beban lalulintas 100%. Batang tarik yang tidak memenuhi syarat kekuatan pada keadaan ultimit yaitu batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4,BC3 5, dan BC3 6. Sedangkan pada keadaan layan batang yang tidak memenuhi peraturan adalah batang BC1 2. Batang tekan yang tidak memenuhi peraturan terdiri atas batang TC1 1, TC1 2, TC1 3, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC2 3, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 3, D3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2 untuk keadaan ultimit, dan batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D1


(19)

136 Universitas Kristen Maranatha 2, D1 4, D3 1, dan D3 2 untuk keadaan layan. Batang lentur yang tidak memenuhi peraturan pada keadaan ultimit yaitu CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6, sedangkan pada keadaan layan yaitu CG1 1, CG1 2, CG2 1, dab CG2 6.

3. Beban lalulintas 50%

Batang tarik untuk keadaan ultimit, masih banyak yang tidak memenuhi peraturan yaitu batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4, BC3 4,BC3 5, dan BC3 6. Sedangkan untuk keadaan layan, batang tarik yang tidak memenuhi syarat yaitu batang BC1 2. Untuk batang tekan, batang yang tidak memenuhi peraturan pada keadaan ultimit yaitu batang TC1 2, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2. Sedangkan pada keadaan layan yaitu batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D1 2, D1 4, dan D3 2. Batang lentur yang berfungsi sebagai lantai jembatan, pada batang ST1 untuk kedua keadaan pembebanan yaitu keadaan layan dan keadaan ultimit sudah memenuhi peraturan SNI 03-1729-2002. Sedangkan batang CG arah melintang pada lantai jembatan belum memenuhi peraturan pada kedua keadaan terdiri atas batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6.

4. Beban lalulintas 40%

Batang tarik untuk keadaan ultimit, masih banyak yang tidak memenuhi peraturan yaitu batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4, BC3 4,BC3 5, dan BC3 6. Sedangkan untuk keadaan layan, batang tarik yang tidak memenuhi syarat yaitu batang BC1 2. Untuk batang tekan, batang yang tidak memenuhi peraturan untuk keadaan ultimit yaitu batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2. Sedangkan untuk keadaan layan yaitu batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 2, dan D1 4. Batang lentur yang tidak memenuhi peraturan untuk dua keadaan ultimit dan keadaan layan yaitu batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6.


(20)

137 Universitas Kristen Maranatha

5. Lendutan

Nilai lendutan maksimum yang terjadi pada posisi tengah bentang yaitu 17,5m dari perletakan kurang dari nilai lendutan ijin pada SNI 03-1729-2002. Untuk keadaan ultimit, lendutan yang terjadi 1,502351pada beban lalulintas 100%, 0,917832 pada beban lalulintas 60%, 0,833561 pada beban 50%, dan 0,763267 pada beban lalulintas 40%. Sedangkan pada keadaan layan lendutan yang terjadi 1,157211 pada beban lalulintas 100%, 0,864961 pada beban lalulintas 60%, 0,796825 pada beban lalulintas 50%, dan 0,724505 pada beban 40%. Lendutan yang terjadi sudah memenuhi syarat SNI 03-1729-2002 pada semua keadaan pembebanan lalulintas.

6. Sambungan

Sambungan dari hasil analisis dan yang digunakan dilapangan terdapat perbedaan. Jumlah sambungan di lapangan sebagian lebih dari jumlah dari hasil analisis, dan sebagian kurang dari jumlah hasil analisis. Pada batang BC2 untuk keadaan ultimit dari hasil analisis didapatkan jumlah baut untuk sambungan sebanyak 9 buah sedangkan dilapangan digunakan jumlah baut 10 buah. Pada batang D2 dari hasil analsis didapatkan jumlah baut 17 buah sedangkan jumlah baut yang digunakan dilapangan sebanyak 11 buah.

7. Agar semua batang memenuhi peraturan kekuatan, diperlukan adanya

pembesaran dari penampang profil baja yang digunakan untuk batang tarik, batang tekan dan batang lentur yang tidak memenuhi peraturan SNI 03-1729-2002. Profil batang diperbesar dari beban lalulintas 50% karena Jembatan Rangka Baja Timbang Windu termasuk kedalam jembatan kelas low standar (C/III) pembebanan 50% Bina Marga. Untuk batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D1 2, D1 4 digunakan profil 500.300.11.18, batang BC3 3, BC3 5, dan BC3 6 digunakan profil 500.300.11.15, batang TC1 2 dan TC1 4 digunakan profil 500.200.9.14, batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, D3 4, D3 1, dan D3 2 digunakan profil 500.200.11.19, batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6 digunakan profil 500.300.16.30

8. Diperlukan adanya tambahan jumlah baut untuk sambungan pada batang


(21)

138 Universitas Kristen Maranatha

5.2Saran

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka ada beberapa saran penelitian lanjut untuk mengetahui kekuatan dari Jembatan Rangka Baja Timbang Windu yaitu perhitungan pada substructure dan pondasi Jembatan Rangka Baja Timbang Windu.


(22)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

1. Bridge Management System; Directorate General of Highways Ministry of

Public Works Republic of Indonesia.

2. Chin, Wai Tah dan Lion Duan. 2007. Bridge Engineering Seismic Design.

Penerbit CRC Pres. Washington DC.

3. Gunawan, Rudy. 1988. Tabel Profil Konstruksi Baja. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

4. Khisty, Jotin. 2005. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

5. Khisty, Jotin. 2005. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta.

6. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI); Direktorat Jenderal Bina Marga

1997.

7. Pramono, Handi. 2007. Desain Konstruksi dengan SAP 2000. Penerbit

ANDI, Yogyakarta.

8. Salmon, Charles G. 2009. Steel Structures Fifth Edition. Penerbit CRC Pres.

Washington DC.

9. Saodang, Hamirhan. 2004. Konstruksi Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung.

10. Standar Pembebanan Untuk Jembatan; RSNI T-02-2005.

11. Supriyadi, Bambang. 2007. Jembatan. Penerbit Betta Offset, Yogyakarta.

12. Susilo, B.H. 2009. Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit Trisakti, Jakarta.

13. Susilo, B.H. 1998. Sistem dan Rekayasa Transportasi.

14. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. 1997.

15. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya; SNI

03-1725-1989.

16. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung; SNI

03-1729-2002.


(1)

Untuk mengevaluasi kekuatan Jembatan Timbang Windu dalam menahan beban lalulintas yang bekerja, maka perlu dilakukan analisis pengaruh beban lalulintas yang bekerja terhadap Jembatan Timbang Windu.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh beban lalulintas standar pada kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu.

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini tepat sasaran maka diperlukan pembatasan ruang lingkup penelitian, yaitu:

1. Lokasi penelitian adalah Jembatan Timbang Windu yang terletak di

Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis.

2. Beban lalulintas yang digunakan untuk mendesain jembatan adalah beban

lalulintas standar.

3. Analisis yang dilakukan hanya untuk bangunan atas.

1.4 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan Tugas Akhir ini terdiri atas lima bab, yaitu: Bab 1 Pendahuluan, menguraikan latar belakang, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika pembahasan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka, berisi tentang rangkuman/pustaka yang menunjang penelitian, meliputi pembahasan jalan secara umum, volume lalulintas, kapasitas jalan, tingkat pelayanan jalan, beban lalulintas, peraturan perencanaan jembatan, dan desain jembatan.

Bab 3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data, menguraikan diagram alir penelitian dan metode pengumpulan data.

Bab 4 Analisis Data dan Pembahasan, berisi tentang pengolahan dan analisis data yang dilakukan terhadap data.

Bab 5 Simpulan dan Saran, berisi simpulan dari hasil analisis data, serta saran yang diberikan berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan berupa usulan penelitian lanjutan.


(2)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Dari hasil analisis kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu diperoleh simpulan bahwa kekuatan Jembatan Rangka Baja Timbang Windu untuk keadaan layan dan keadaan ultimit:

1. Beban lalulintas 100%

Batang tarik pada keadaan ultimit banyak yang tidak memenuhi peraturan terdiri atas batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4,BC3 5, BC3 6, D2 1, dan D2 2. Sedangkan untuk keadaan layan yang tidak memenuhi peraturan hanya batang BC1 2. Batang tekan yang tidak memenuhi peraturan terdiri atas TC1 1, TC1 2, TC1 3, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC2 3, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 3, D3 4, D4 2, D4 4, D1 2, D1 4, D3 1, D3 2, D4 8,dan D4 6 pada keadaan ultimit, sedangkan pada keadaan layan terdiri atas batang TC1 1, TC1 2, TC1 3, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 3, D3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2. Untuk batang lentur, batang yang tidak memenuhi syarat adalah batang CG (cross girder) yaitu CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 3, CG2 5, dan CG2 6 pada keadaan ultimit. Pada keadaan layan, batang lentur CG yg tidak memenuhi syarat adalah batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, dan CG2 6.

2. Beban lalulintas 60%

Batang yang tidak memenuhi peraturan berkurang dibandingkan dengan beban lalulintas 100%. Batang tarik yang tidak memenuhi syarat kekuatan pada keadaan ultimit yaitu batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4,BC3 5, dan BC3 6. Sedangkan pada keadaan layan batang yang tidak memenuhi peraturan adalah batang BC1 2. Batang tekan yang tidak memenuhi peraturan terdiri atas batang TC1 1, TC1 2, TC1 3, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC2 3, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1


(3)

2, D1 4, D3 1, dan D3 2 untuk keadaan layan. Batang lentur yang tidak memenuhi peraturan pada keadaan ultimit yaitu CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6, sedangkan pada keadaan layan yaitu CG1 1, CG1 2, CG2 1, dab CG2 6.

3. Beban lalulintas 50%

Batang tarik untuk keadaan ultimit, masih banyak yang tidak memenuhi peraturan yaitu batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4, BC3 4,BC3 5, dan BC3 6. Sedangkan untuk keadaan layan, batang tarik yang tidak memenuhi syarat yaitu batang BC1 2. Untuk batang tekan, batang yang tidak memenuhi peraturan pada keadaan ultimit yaitu batang TC1 2, TC1 4, TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2. Sedangkan pada keadaan layan yaitu batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D1 2, D1 4, dan D3 2. Batang lentur yang berfungsi sebagai lantai jembatan, pada batang ST1 untuk kedua keadaan pembebanan yaitu keadaan layan dan keadaan ultimit sudah memenuhi peraturan SNI 03-1729-2002. Sedangkan batang CG arah melintang pada lantai jembatan belum memenuhi peraturan pada kedua keadaan terdiri atas batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6.

4. Beban lalulintas 40%

Batang tarik untuk keadaan ultimit, masih banyak yang tidak memenuhi peraturan yaitu batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4, BC3 4,BC3 5, dan BC3 6. Sedangkan untuk keadaan layan, batang tarik yang tidak memenuhi syarat yaitu batang BC1 2. Untuk batang tekan, batang yang tidak memenuhi peraturan untuk keadaan ultimit yaitu batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 2, D1 4, D3 1, dan D3 2. Sedangkan untuk keadaan layan yaitu batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 2, dan D1 4. Batang lentur yang tidak memenuhi peraturan untuk dua keadaan ultimit dan keadaan layan yaitu batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6.


(4)

5. Lendutan

Nilai lendutan maksimum yang terjadi pada posisi tengah bentang yaitu 17,5m dari perletakan kurang dari nilai lendutan ijin pada SNI 03-1729-2002. Untuk keadaan ultimit, lendutan yang terjadi 1,502351pada beban lalulintas 100%, 0,917832 pada beban lalulintas 60%, 0,833561 pada beban 50%, dan 0,763267 pada beban lalulintas 40%. Sedangkan pada keadaan layan lendutan yang terjadi 1,157211 pada beban lalulintas 100%, 0,864961 pada beban lalulintas 60%, 0,796825 pada beban lalulintas 50%, dan 0,724505 pada beban 40%. Lendutan yang terjadi sudah memenuhi syarat SNI 03-1729-2002 pada semua keadaan pembebanan lalulintas.

6. Sambungan

Sambungan dari hasil analisis dan yang digunakan dilapangan terdapat perbedaan. Jumlah sambungan di lapangan sebagian lebih dari jumlah dari hasil analisis, dan sebagian kurang dari jumlah hasil analisis. Pada batang BC2 untuk keadaan ultimit dari hasil analisis didapatkan jumlah baut untuk sambungan sebanyak 9 buah sedangkan dilapangan digunakan jumlah baut 10 buah. Pada batang D2 dari hasil analsis didapatkan jumlah baut 17 buah sedangkan jumlah baut yang digunakan dilapangan sebanyak 11 buah.

7. Agar semua batang memenuhi peraturan kekuatan, diperlukan adanya

pembesaran dari penampang profil baja yang digunakan untuk batang tarik, batang tekan dan batang lentur yang tidak memenuhi peraturan SNI 03-1729-2002. Profil batang diperbesar dari beban lalulintas 50% karena Jembatan Rangka Baja Timbang Windu termasuk kedalam jembatan kelas low standar (C/III) pembebanan 50% Bina Marga. Untuk batang BC1 1, BC1 2, BC1 3, BC1 4, BC2 1, BC2 2, BC2 3, BC2 4, TC3 1, TC3 2, TC3 3, TC3 4, D1 3, D1 1, D1 2, D1 4 digunakan profil 500.300.11.18, batang BC3 3, BC3 5, dan BC3 6 digunakan profil 500.300.11.15, batang TC1 2 dan TC1 4 digunakan profil 500.200.9.14, batang TC2 1, TC2 2, TC2 3, TC2 4, D3 4, D3 1, dan D3 2 digunakan profil 500.200.11.19, batang CG1 1, CG1 2, CG2 1, CG2 2, CG2 5, dan CG2 6 digunakan profil 500.300.16.30


(5)

5.2Saran

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan maka ada beberapa saran penelitian lanjut untuk mengetahui kekuatan dari Jembatan Rangka Baja Timbang Windu yaitu perhitungan pada substructure dan pondasi Jembatan Rangka Baja Timbang Windu.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Bridge Management System; Directorate General of Highways Ministry of

Public Works Republic of Indonesia.

2. Chin, Wai Tah dan Lion Duan. 2007. Bridge Engineering Seismic Design.

Penerbit CRC Pres. Washington DC.

3. Gunawan, Rudy. 1988. Tabel Profil Konstruksi Baja. Penerbit Kanisius,

Yogyakarta.

4. Khisty, Jotin. 2005. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 1, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

5. Khisty, Jotin. 2005. Dasar-dasar Rekayasa Transportasi Jilid 2, Penerbit

Erlangga, Jakarta.

6. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI); Direktorat Jenderal Bina Marga

1997.

7. Pramono, Handi. 2007. Desain Konstruksi dengan SAP 2000. Penerbit

ANDI, Yogyakarta.

8. Salmon, Charles G. 2009. Steel Structures Fifth Edition. Penerbit CRC Pres.

Washington DC.

9. Saodang, Hamirhan. 2004. Konstruksi Jalan Raya. Penerbit Nova, Bandung.

10. Standar Pembebanan Untuk Jembatan; RSNI T-02-2005.

11. Supriyadi, Bambang. 2007. Jembatan. Penerbit Betta Offset, Yogyakarta.

12. Susilo, B.H. 2009. Rekayasa Lalu Lintas, Penerbit Trisakti, Jakarta.

13. Susilo, B.H. 1998. Sistem dan Rekayasa Transportasi.

14. Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. 1997.

15. Tata Cara Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya; SNI

03-1725-1989.

16. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung; SNI

03-1729-2002.