Perancangan Media Promosi Motif Arsitektur Batik Mahkota Laweyan.

(1)

ABSTRAK

PERANCANGAN MEDIA PROMOSI MOTIF ARSITEKTUR BATIK MAHKOTA LAWEYAN

Oleh

Felicia Puspa Hangga NRP 1264009

Di Indonesia, saat ini batik menjadi salah satu trendsetter di dunia fashion. Kota Solo sebagai salah satu pusat industri batik di Indonesia, memiliki Kampoeng Batik Laweyan yang di dalamnya para seniman batik berkreasi dan menjual hasil karyanya. Salah satu yang akan diangkat sebagai studi kasus dalam perancangan ini adalah Batik Mahkota Laweyan yang memiliki keunikan dalam karya batiknya, yaitu mengangkat isu kontemporer yang dituangkan dalam motif batik. Salah satunya adalah motif arsitektur, keunikan yang mengambil bentuk arsitektur cagar budaya Solo, dipadukan dengan warna hitam putih, sehingga terlihat tradisional kontemporer. Oleh karena itu, melalui perancangan ini akan dibuat strategi promosi untuk memperkenalkan motif arsitektur dari Batik Mahkota Laweyan pada masyarakat luas.

Metode yang digunakan ialah gaya visual yang kontemporer dengan penggunaan ilustrasi arsitektur cagar budaya kota Solo namun tetap mengangkat nilai-nilai lokal budaya setempat. Media yang digunakan dalam perancangan promosi ini ialah dengan membuat brand untuk seri motif arsitektur dan website dengan tambahan fitur e-catalogue, e-newsletter sebagai media utama serta didukung dengan media promosi berupa lookbook, flyer, hangtag, paper bag, media sosial, print ad, dan window display. Melalui perancangan media promosi ini, masyarakat dapat mengenal dan tertarik membeli produk batik motif arsitektur dan manfaatnya masyarakat dapat ikut melestarikan cagar budaya dan kebudayaan Indonesia. Kata kunci: arsitektur, batik, promosi, Solo


(2)

ABSTRACT

PROMOTIONAL MEDIA DESIGN

OF ARCHITECTURAL MOTIVE

OF BATIK MAHKOTA LAWEYAN

Felicia Puspa Hangga NRP 1264009

Batik is now one of the trendsetters in the fashion world in Indonesia. Solo as one of the industrial centers of batik in Indonesia, has Kampoeng Batik Laweyan in which batik artists create and sell their work. One thing that will be appointed as a case study in this scheme is Batik Mahkota Laweyan which is unique in batik work, which has raised contemporary issues as outlined in the motif. One of the example is the architectural motif, which takes the form of a unique architectural heritage of Solo, combined with black and white, so it looks contemporary traditional. Therefore, through this scheme will be made promotional strategy to introduce the architectural motif of Batik Mahkota Laweyan to the wider community. The method that used is the visual style that is contemporary with the use of architectural illustration of cultural heritage of Solo but still raised the local values of the local culture. Media that is used in the design of this promotion is to make a brand for the architectural series and a website with additional features like e-catalogue and e-newsletter as the main media and supported by promotional media like lookbook, flyer, hangtag, paper bag, social media, print ad and window display. Through the promotional media, people can know and are attracted to buy batik with architectural motive. Moreover, people can preserve Indonesian cultural heritage and Indonesian culture.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA DAN LAPORAN ... iii

PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 3

1.3 Tujuan Perancangan ... 3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 3

1.5 Skema Perancangan ... 5

BAB II : LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Promosi ... 6

2.1.1 Website ... 8

2.1.2 E-Commerce ... 8

2.2 Logo ... 9

2.3 Warna ... 11

2.3.1 Susunan warna di sekitar Yogyakarta dan Solo ... 12

2.4 Pengertian Batik ... 13

2.5 Teknik Batik ... 14

2.6 Batik Solo ... 15


(4)

2.6.2 Batik Solo Era Keraton Surakarta ... 15

2.6.3 Batik Solo Awal Abad XX ... 16

2.7 Batik Kontemporer ... 16

2.8 Perkembangan Dewasa awal ... 17

BAB III DATA DAN ANALISIS MASALAH ... 19

3.1 Data dan Fakta ... 19

3.1.1 Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ... 19

A. Visi, Misi, dan Tujuan FPKBL ... 20

3.1.2 Sejarah Batik Laweyan ... 21

A. Masa Kejayaan Batik Laweyan ... 21

B. Masa Kemunduran Batik Laweyan ... 22

C. Kebangkitan Kembali Batik Laweyan ... 22

3.1.3 Sejarah Batik Mahkota Laweyan ... 23

A. Promosi yang pernah dilakukan ... 25

B. Produk Batik Mahkota Laweyan ... 28

C. Pemasaran ... 30

D. Struktur Organisasi ... 30

E. Operasional Perusahaan ... 31

3.1.4 Data Hasil Survey ... 31

3.1.5 Analisa Permasalahan berdasarkan data dan fakta ... 40

3.1.6 Tinjauan Terhadap Proyek / Persoalan Sejenis ... 42

A. Batik Keris ... 42

B. Batik Putra Laweyan ... 43

3.2 Analisa Terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ... 44

3.2.1 Analisa Segmenting, Targeting, dan Positioning ... 44

A. Segmentasi ... 44

B. Targeting ... 45

C. Positioning ... 45

3.2.2 Analisa Strengths, Weakness, Opportunities, Threats ... 45

A. SWOT Batik Mahkota Laweyan ... 45


(5)

BAB IV PEMECAHAN MASALAH ... 47

4.1 Konsep Komunikasi ... 47

4.2 Konsep Kreatif ... 48

4.2.1 Tipografi ... 49

4.2.2 Ilustrasi dan Fotografi ... 50

4.2.3 Warna ... 52

4.2.4 Bentuk ... 53

4.3 Konsep Media ... 54

4.4 Hasil Karya ... 57

4.4.1 Logo ... 57

4.4.2 Website ... 58

4.4.3 E- Newsletter ... 61

4.4.4 Hang Tag ... 62

4.4.5 Packaging ... 64

4.4.6 Media Sosial ... 66

4.4.7 Flyer ... 68

4.4.8 Visual Merchandising ... 69

4.4.9 Lookbook ... 70

4.4.10 Print Ad ... 71

4.5 Biaya Produksi ... 72

BAB V ... 73

5.1 Simpulan ... 73

5.2 Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 77

DATA PENULIS ... 82


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo FPKBL ... 19

Gambar 3.2 Logo Batik Mahkota Laweyan ... 23

Gambar 3.3 Bagian depan Batik Mahkota Laweyan ... 23

Gambar 3.4 X-banner di pintu masuk Batik Mahkota Laweyan ... 26

Gambar 3.5 Website Batik Mahkota Laweyan ... 26

Gambar 3.6 Brosur Batik Mahkota Laweyan ... 27

Gambar 3.7 Penunjuk arah ke Batik Mahkota Laweyan ... 27

Gambar 3.8 Produk Kemeja Laki-laki Batik Mahkota Laweyan ... 28

Gambar 3.9 Produk Pakaian Wanita Batik Mahkota Laweyan ... 28

Gambar 3.10 Lukisan ... 29

Gambar 3.11 Batik dengan Synthetic Colours ... 29

Gambar 3.12 Batik dengan Motif Arsitektur ... 30

Gambar 3.13 Diagram Jenis Kelamin Responden ... 31

Gambar 3.14 Diagram Usia Responden ... 32

Gambar 3.15 Diagram Pekerjaan responden ... 32

Gambar 3.16 Diagram Penghasilan per Bulan responden ... 33

Gambar 3.17 Diagram Data Responden yang pernah berkunjung ke kota Solo ... 33

Gambar 3.18 Diagram Data Responden yang suka membeli batik di kota Solo ... 34

Gambar 3.19 Diagram Jenis produk batik yang biasa dibeli ... 34

Gambar 3.20 Diagram Harga rata-rata produk batik yang dibeli ... 35

Gambar 3.21 Diagram Batik di kota Solo yang respoden ketahui ... 35

Gambar 3.22 Diagram Data Responden yang mengetahui Kampoeng Batik Laweyan ... 36

Gambar 3.23 Diagram Data darimanakah responden mengetahui Kampoeng Batik Laweyan ... 36

Gambar 3.24 Diagram Data Responden yang pernah mengunjungi Batik Mahkota Laweyan ... 37

Gambar 3.25 Diagram Motif batik Solo yang disukai ... 37


(7)

Gambar 3.27 Diagram Minat responden untuk membeli batik di Batik Mahkota

Laweyan ... 38

Gambar 3.28 Diagram Ketertarikan responden untuk membeli produk batik dilihat dari website Batik Mahkota Laweyan ... 39

Gambar 3.29 Diagram Hal yang disukai dari Batik Mahkota Laweyan ... 39

Gambar 3.30 Diagram Kesan Responden terhadap Batik Mahkota Laweyan ... 40

Gambar 3.31 Logo Batik Keris ... 42

Gambar 3.32 Logo Batik Putra Laweyan ... 43

Gambar 3.33 Website Batik Putra Laweyan ... 44

Gambar 4.1 Moodboard ... 48

Gambar 4.2 Keraton Kasunanan Surakarta ... 50

Gambar 4.3 Benteng Vastenburg ... 51

Gambar 4.4 Taman Sriwedari ... 51

Gambar 4.5 Gerbang Pasar Klewer ... 51

Gambar 4.6 Pintu menuju Istana Mangkunegaran ... 52

Gambar 4.7 Pintu dengan dua daun ... 54

Gambar 4.8 Logo seri arsitektur Batik Mahkota Laweyan ... 57

Gambar 4.9 Tampilan website Batik Mahkota Laweyan ... 58

Gambar 4.10 Halaman home website Batik Mahkota Laweyan ... 59

Gambar 4.11 Halaman about website Batik Mahkota Laweyan ... 59

Gambar 4.12 Halaman product website Batik Mahkota Laweyan ... 60

Gambar 4.13 Halaman detail product website Batik Mahkota Laweyan ... 60

Gambar 4.14 E-Newsletter Batik Mahkota Laweyan ... 61

Gambar 4.15 Hang Tag cita carani ... 62

Gambar 4.16 Hang Tag cita carani pada paper bag ... 63

Gambar 4.17 Paper Bag cita carani ... 64

Gambar 4.18 Packaging produk cita carani ... 65

Gambar 4.19 Instagram Batik Mahkota Laweyan ... 66

Gambar 4.20 Layout instagram Batik Mahkota Laweyan ... 67

Gambar 4.21 Flyer cita carani ... 68

Gambar 4.22 Visual Merchandising cita carani ... 69


(8)

Gambar 4.24 Print Ad awareness cita carani ... 71 Gambar 4.25 Print Ad informing cita carani ... 71


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Model bisnis pada E-Commerce ... 9 Tabel 4.1 Budgeting ... 72


(10)

DAFTAR LAMPIRAN


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia perkembangan brand fashion cukup pesat, walaupun sempat beberapa tahun yang lalu fashion Indonesia dikuasai dengan kemunculan brand luar negeri. Masyarakat Indonesia pun sering menganggap brand luar negeri lebih baik dari segi kualitas dan desain dibandingkan brand lokal. Brand fashion diawali pada tahun 1950 dengan kemunculan seorang desainer bernama Peter Sie. Ada juga seorang bernama Harry Dharsono yang memperkenalkan High Fashion atau Couture pertama kali di Indonesia pada tahun 1974. Nama-nama seperti Samuel Wattimena, Ghea panggabean, Edward Hutabarat, Anne Avantie, Susan Budiharjo dan Carmanita juga mempunyai kontribusi dalam pengolahan kain tradisional dalam pakaian modern pada era 1980-an. Rumah batik bernama Bin House yang dimiliki oleh Josephine Werratie Komara/ Obin merupakan salah satu brand lokal Indonesia yang go internasional. Obin ingin menunjukkan bahwa kain Indonesia tidak hanya Batik, tetapi terdapat banyak jenis kain lain dari beberapa daerah dengan ciri khas yang tidak hanya berfokus pada motif.

Dengan semakin berkembang dan majunya perkembangan di Indonesia, khususnya di bidang fashion terutama batik yang saat ini sedang menjadi trendsetter bagi dunia fashion, ini dapat dilihat dari penggunaan pakaian batik yang semakin diminati oleh pecinta mode, tidak hanya orang tua, anak muda bahkan anak kecil juga memakainya.

Batik merupakan kesenian warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Batik mempunyai nilai seni yang tinggi dengan perpaduan teknologi. Batik Indonesia sudah terkenal hingga ke mancanegara. Di Indonesia, banyak kota-kota yang memiliki industri batik, salah satunya adalah kota Surakarta atau sering disebut kota Solo. Di kota Solo terdapat pusat industri batik, yaitu Kampoeng Batik Laweyan. Banyak pengusaha batik yang berada di Kampoeng Batik Laweyan, salah satunya adalah Batik Mahkota Laweyan.

Batik Mahkota Laweyan adalah penerus dari “Batik Puspowidjoto“ yang berdiri sejak tahun 1956. Batik Puspowidjoto didirikan oleh Bpk. Radjiman Puspowidjoto dan Ibu Tijori Puspowidjoto yang memproduksi batik tradisional tulis dan cap yang salah


(12)

satunya bermerk ”Mahkota PW”. Produk unggulan pada waktu itu adalah batik motif Tirto Tejo. Sepeninggal pendirinya, antara tahun 1993 sampai dengan tahun 2005 Batik Puspowidjoto mengalami kevakuman produksi.

Setelah dicanangkannya Laweyan sebagai Kampoeng Batik pada tanggal 25 September 2005, memacu para pengusaha batik yang telah lama mengalami kevakuman untuk mulai berproduksi kembali. Salah satu perusahaan batik yang bangkit kembali adalah Batik Puspowidjoto dengan menggunakan nama ”Batik Mahkota Laweyan”. Batik Mahkota Laweyan didirikan pada tanggal 1 Oktober 2005 oleh salah satu puteri Bpk/Ibu Puspowidjoto yaitu Juliani Prasetyaningrum. Produk utama dari perusahaan ini adalah batik tulis modern, disamping batik tulis tradisional dan cap. Batik tak hanya ditorehkan pada kain, baju dan kaos, tetapi juga merambah dalam bentuk handicraft dan souvenir.

Pada saat ini masyarakat memperoleh berbagai pilihan dengan banyaknya merek produk batik. Oleh karena itu penulis ingin mengenalkan dari produk “Batik Mahkota Laweyan” melalui promosi kepada masyarakat di Pulau Jawa yang sebagian besar belum mengenal Batik Mahkota Laweyan. Batik Mahkota Laweyan merupakan produsen batik kontemporer. Batik Mahkota Laweyan pun mempunyai produk unggulan dengan motif arsitektur. Hal tersebut diperlihatkan melalui produk-produk fashion yang modern. Dengan terciptanya motif-motif produk di Batik Mahkota Laweyan, diharapkan masyarakat dapat ikut melestarikan cagar budaya dan kebudayaan Indonesia.

Dalam perkembangannya, Batik Mahkota Laweyan dikenal hanya sebatas kalangan tertentu saja, hal ini disebabkan karena kurangnya promosi yang dilakukan oleh Batik Mahkota Laweyan itu sendiri. Oleh karena itu, melalui Tugas Akhir ini akan dirancang sebuah strategi promosi yang dapat menonjolkan salah satu produk baru dari Batik Mahkota Laweyan yaitu motif arsitektur, sehingga diharapkan dapat meningkatkan penjualan dari Batik Mahkota Laweyan terutama ke kota-kota besar di Pulau Jawa, yang berimbas pada pertumbuhan ekonomi masyarakat kota Solo.


(13)

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka rumusan masalah yang dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah:

1. Bagaimana memperkenalkan Batik Mahkota Laweyan sebagai penghasil Batik Kontemporer sehingga lebih dikenal dan menarik minat masyarakat untuk membeli?

2. Bagaimana merancang strategi promosi untuk mempekenalkan seri batik motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan kepada masyarakat?

Ruang lingkup permasalahan dibatasi pada kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan lain-lain.

1.3 Tujuan Perancangan

Berdasarkan permasalahan yang sudah diungkapkan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan garis besar hasil yang ingin diperoleh yaitu :

1. Batik motif arsitektur dari Mahkota Laweyan dikenal sebagai satu produk batik Indonesia yang memiliki keunikan yang memperkenalkan budaya tradisional dalam visualisasi motif batik

2. Masyarakat berminat untuk membeli produk batik motif arsitektur dari Batik Mahkota Laweyan dan meningkatkan penjualan melalui produk batik yang modern ke kota-kota besar di Pulau Jawa.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun laporan ini, metode perolehan dan pengolahan data yang digunakan adalah:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung di Batik Mahkota Laweyan, baik melihat proses produksi, mencoba langsung pembuatan batik, serta melakukan dokumentasi kegiatan serta produk di Batik Mahkota Laweyan. 2. Wawancara, dengan cara bertanya dan mencatat mengenai informasi dan data

Kampoeng Batik Laweyan serta mengumpulkan informasi dari pemilik Batik Mahkota Laweyan yaitu Bapak Ir. Alpha Febela Priyatmono, M. T


(14)

3. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dari 110 responden mengenai pengenalan masyarakat terhadap Batik Mahkota Laweyan untuk melengkapi informasi yang diperlukan penulis.

4. Studi Pustaka, yaitu menggunakan internet dan buku untuk lebih memperdalam wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Batik Mahkota Laweyan dan media/ strategi promosi.


(15)

1.5 Skema Perancangan

Batik Mahkota Laweyan

Rumusan Masalah

1. Bagaimana memperkenalkan Batik Mahkota Laweyan sebagai penghasil batik motif arsitektur melalui promosi sehingga lebih dikenal dan menarik minat masyarakat untuk membeli?

2. Bagaimana merancang strategi promosi untuk mempekenalkan seri motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan kepada masyarakat?

Wawancara Kuesioner

Konsep Kreatif

1. Ilustrasi digabung dengan teknik fotografi

2. Menggunakan warna-warna batik motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan 3. Menggunakan gaya visual yang Kontemporer: menggabungkan budaya tradisional dengan tampilan modern.

Studi Pustaka

Konsep Komunikasi

Memperkenalkan kepada dewasa muda di Pulau Jawa bahwa Batik Mahkota Laweyan adalah batik Kontemporer dengan ciri khas motif arsitektur

Hasil Akhir

1. Batik Mahkota Laweyan dikenal sebagai produsen batik kontemporer yang berciri khas motif arsitektur dan meningkatnya penjualan produk batik melalui produk batik yang modern ke kota-kota besar di Pulau Jawa. 2. Memperkenalkan bangunan cagar budaya di Kota Solo kepada masyarakat melalui visualisasi motif batik.

Konsep Media

1. Logo 7. Website 2. Hangtag 8. Look 3. Flyer book 4. Website 9. Window 5. Paper Bag display 6. E-Newsletter 10. Print Ad

Pemecahan Masalah

Perancangan strategi promosi motif arsitektur Batik

Segmentasi Targeting Positioning

Perempuan usia 25-30 tahun, mahasiswa, pegawai swasta, kelas menengah ke atas, penyuka dan pengguna batik, pengguna media sosial dan mengikuti perkembangan tren batik.

Latar Belakang

1. Sebagian besar masyarakat Pulau Jawa belum mengenal Batik Mahkota Laweyan sebagai produsen batik kontemporer yang memiliki motif khas yaitu motif arsitektur.

2. Batik motif arsitektur produksi Mahkota Laweyan hanya dikenal oleh kalangan tertentu karena kurang gencarnya promosi dibandingkan pesaing lainnya.

Observasi


(16)

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, strategi untuk mempromosikan motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan yaitu melalui media visual promosi yang telah dibuat, ditampilkan sebuah brand khusus untuk seri motif arsitektur bernama cita carani. Visual promosi didukung dengan menampilkan bagaimana penerapan batik motif arsitektur dalam fashion yang menarik bagi dewasa muda. Hal ini diterapkan dalam seluruh media promosi motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan.

Konsep dalam keseluruhan media promosi ini adalah. “arsitektur kontemporer”, yaitu gaya visual kontemporer berupa lukisan dengan penggunaan ilustrasi bentuk bangunan arsitektur cagar budaya kota Solo namun tetap mengangkat nilai-nilai lokal budaya setempat. Warna keseluruhan media promosi ini adalah hitam dan putih, sesuai dengan warna batik motif arsitektur. Penggunaan ilustrasi dari bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Surakarta diharapkan dapat meningatkan kesadaran masyarakat akan budaya di Indonesia.

Tujuan akhir dari perancangan ini adalah Batik Mahkota Laweyan dikenal sebagai produsen batik kontemporer yang berciri khas motif arsitektur dan meningkatnya penjualan produk batik melalui produk batik yang modern ke kota-kota besar di Pulau Jawa serta memperkenalkan bangunan cagar budaya di Kota Solo kepada masyarakat melalui visualisasi motif batik.

5.2 Saran

Dalam Tugas Akhir ini, penulis ingin menyarankan agar di kemudian hari kelak, penulis dapat menerapkan konsep-konsep yang berhubungan dengan topik pemilihan desain utnuk diterapkan ke dalam media visual dengan baik. Tujuannya, melalui media promosi ini, masyarakat dapat memahami apa maksud pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.


(17)

Saran dari penguji adalah nama Batik Mahkota Laweyan lebih diangkat dan diperjelas lagi bahwa cita carani mereupakan bagian dari Batik Mahkota Laweyan. Tunjukkan juga bangunan cagar budaya apa saja yang dipakai dalam motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan.

Untuk Universitas Kristen Maranatha khususnya Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Desain Komunikasi Visual, diharapkan dapat memberikan sarana dan faktor pendukung lainnya untuk mendukung keberhasilan Tugas Akhir yang akan dibuat para mahasiswa/i.

Melalui promosi motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan ini diharapkan masyarakat dapat mengenal keberagaman batik dan dapat melestarikan kebudayaan Indonesia serta lebih mencintai dan menggunakan produk lokal Indonesia karena banyak keunikan dan keindahan di dalam budaya Indonesia.

Penulis menyarankan agar dalam penelitian Tugas Akhir selanjutnya, mahasiswa/i dapat menentukan tema yang tepat untuk diangkat menjadi topik yang diwujudkan dalam visual yang menarik. Disarankan pula untuk melakukan penelitian yang mendalam untuk memahami dan mengerti persoalan yang diangkat menjadi topik Tugas Akhir


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Arwiedya, Mochamad Ridzky. 2011. “Analisis Pengaruh Harga, Jenis Media Promosi, Resiko Kinerja, Dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan Pembelian Via Internet Pada Toko Online (Studi Kasus pada Konsumen Toko Fashion Online yang bertindak sebagai Reseller yang ada di Indonesia). Diss. Universitas Diponegoro.

Fernandez, Riyansa England. 2013. “LKP: Perancangan Desain Buku Katalog dan logo Hotel Budget Bangkalan di PT. Java Pratama Perkasa”. Diss. STIKOM Surabaya.

Fitriani, Istiana. 2016. "Kajian Pola Batik Tirto Tedjo Modifikasidi Kampung Batik Laweyan Surakarta. Diss. Universitas Sebelas Maret.

http://batik.or.id/sejarah-batik-solo/, diakses Rabu, 28 Oktober pukul 14.25

http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article &id=206&Itemid=29, diakses pada Rabu, 24 Februari 2016 pukul 22:08

http://klik.kompas.com/kfk/view/20058-Vastenburg, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.23

http://www.kompasiana.com/gneoga/sehari-di-kota-solo_551753ab8133119a669de 54b, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.25

http://majalahkartini.co.id/berita/solo-raih-penghargaan-pelestarian-cagar-budaya, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.22

http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kawasan-cagar-budaya-di-solo-bakal-direvitalisasi.html, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.24


(19)

https://nimadesriandani.wordpress.com/2012/05/10/keraton-surakarta-hadiningrat-ukiran-kayu-di-istana-biru/#more-4917, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 22.04

http://ratri.net/wp-content/uploads/2013/07/gerbang-keraton.jpg , diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.26

Kasmir, “Pemasaran Bank”, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 176-177

Melati, Adinda. 2011. "Gambaran Kebahagiaan Pada Penyandang Tuna Daksa Dewasa Awal". Universitas Sumatera Utara.

Nugroho, Cahyo. 2016. “Perancangan Rebranding" Solo Vape Expo Di Surakarta”.

Diss. Universitas Sebelas Maret.

Pakaya, Hasmin. 2014 “Meningkatkan Kemampuan Pengenalan Warna Melalui

Teknik Kolase Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Selatan Kecamatan

Kabila Kabupaten Bone Bolango”. Diss. Universitas Negeri Gorontalo

Purwasandi, Normanta Agus. 2013. “Studi Seni Batik Kontemporer karya Tanto Suheng di RT 02/ RW II Tegalrejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta”. Universitas Sebelas Maret.

Restianti, Cahyani Puji. 2014. “Karakteristik Batik Produksi Batik Mahkota Laweyan Surakarta”. Diss. Universitas Negeri Yogyakarta.

W.A., Sulasmi Darmaprawira. 2002. “Warna, Teori dan Kreativitas Penggunaanya”. Bandung: ITB


(1)

Universitas Kristen Maranatha 4

3. Kuesioner, yaitu mengumpulkan data dari 110 responden mengenai pengenalan masyarakat terhadap Batik Mahkota Laweyan untuk melengkapi informasi yang diperlukan penulis.

4. Studi Pustaka, yaitu menggunakan internet dan buku untuk lebih memperdalam wawasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Batik Mahkota Laweyan dan media/ strategi promosi.


(2)

Universitas Kristen Maranatha 5 1.5 Skema Perancangan

Batik Mahkota Laweyan

Rumusan Masalah

1. Bagaimana memperkenalkan Batik Mahkota Laweyan sebagai penghasil batik motif arsitektur melalui promosi sehingga lebih dikenal dan menarik minat masyarakat untuk membeli?

2. Bagaimana merancang strategi promosi untuk mempekenalkan seri motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan kepada masyarakat?

Wawancara Kuesioner

Konsep Kreatif

1. Ilustrasi digabung dengan teknik fotografi

2. Menggunakan warna-warna batik motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan 3. Menggunakan gaya visual yang Kontemporer: menggabungkan budaya tradisional dengan tampilan modern.

Studi Pustaka

Konsep Komunikasi

Memperkenalkan kepada dewasa muda di Pulau Jawa bahwa Batik Mahkota Laweyan adalah batik Kontemporer dengan ciri khas motif arsitektur

Hasil Akhir

1. Batik Mahkota Laweyan dikenal sebagai produsen batik kontemporer yang berciri khas motif arsitektur dan meningkatnya penjualan produk batik melalui produk batik yang modern ke kota-kota besar di Pulau Jawa. 2. Memperkenalkan bangunan cagar budaya di Kota Solo kepada masyarakat melalui visualisasi motif batik.

Konsep Media

1. Logo 7. Website 2. Hangtag 8. Look 3. Flyer book 4. Website 9. Window 5. Paper Bag display 6. E-Newsletter 10. Print Ad

Pemecahan Masalah

Perancangan strategi promosi motif arsitektur Batik

Segmentasi Targeting Positioning

Perempuan usia 25-30 tahun, mahasiswa, pegawai swasta, kelas menengah ke atas, penyuka dan pengguna batik, pengguna media sosial dan mengikuti perkembangan tren batik.

Latar Belakang

1. Sebagian besar masyarakat Pulau Jawa belum mengenal Batik Mahkota Laweyan sebagai produsen batik kontemporer yang memiliki motif khas yaitu motif arsitektur.

2. Batik motif arsitektur produksi Mahkota Laweyan hanya dikenal oleh kalangan tertentu karena kurang gencarnya promosi dibandingkan pesaing lainnya.

Observasi


(3)

Universitas Kristen Maranatha 73

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, strategi untuk mempromosikan motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan yaitu melalui media visual promosi yang telah dibuat, ditampilkan sebuah brand khusus untuk seri motif arsitektur bernama cita carani. Visual promosi didukung dengan menampilkan bagaimana penerapan batik motif arsitektur dalam fashion yang menarik bagi dewasa muda. Hal ini diterapkan dalam seluruh media promosi motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan.

Konsep dalam keseluruhan media promosi ini adalah. “arsitektur kontemporer”, yaitu gaya visual kontemporer berupa lukisan dengan penggunaan ilustrasi bentuk bangunan arsitektur cagar budaya kota Solo namun tetap mengangkat nilai-nilai lokal budaya setempat. Warna keseluruhan media promosi ini adalah hitam dan putih, sesuai dengan warna batik motif arsitektur. Penggunaan ilustrasi dari bangunan-bangunan cagar budaya di Kota Surakarta diharapkan dapat meningatkan kesadaran masyarakat akan budaya di Indonesia.

Tujuan akhir dari perancangan ini adalah Batik Mahkota Laweyan dikenal sebagai produsen batik kontemporer yang berciri khas motif arsitektur dan meningkatnya penjualan produk batik melalui produk batik yang modern ke kota-kota besar di Pulau Jawa serta memperkenalkan bangunan cagar budaya di Kota Solo kepada masyarakat melalui visualisasi motif batik.

5.2 Saran

Dalam Tugas Akhir ini, penulis ingin menyarankan agar di kemudian hari kelak,

penulis dapat menerapkan konsep-konsep yang berhubungan dengan topik pemilihan desain utnuk diterapkan ke dalam media visual dengan baik. Tujuannya, melalui media promosi ini, masyarakat dapat memahami apa maksud pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.


(4)

Universitas Kristen Maranatha 74

Saran dari penguji adalah nama Batik Mahkota Laweyan lebih diangkat dan diperjelas lagi bahwa cita carani mereupakan bagian dari Batik Mahkota Laweyan. Tunjukkan juga bangunan cagar budaya apa saja yang dipakai dalam motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan.

Untuk Universitas Kristen Maranatha khususnya Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Desain Komunikasi Visual, diharapkan dapat memberikan sarana dan faktor pendukung lainnya untuk mendukung keberhasilan Tugas Akhir yang akan dibuat para mahasiswa/i.

Melalui promosi motif arsitektur Batik Mahkota Laweyan ini diharapkan masyarakat dapat mengenal keberagaman batik dan dapat melestarikan kebudayaan Indonesia serta lebih mencintai dan menggunakan produk lokal Indonesia karena banyak keunikan dan keindahan di dalam budaya Indonesia.

Penulis menyarankan agar dalam penelitian Tugas Akhir selanjutnya, mahasiswa/i dapat menentukan tema yang tepat untuk diangkat menjadi topik yang diwujudkan dalam visual yang menarik. Disarankan pula untuk melakukan penelitian yang mendalam untuk memahami dan mengerti persoalan yang diangkat menjadi topik Tugas Akhir


(5)

Universitas Kristen Maranatha 75

DAFTAR PUSTAKA

Arwiedya, Mochamad Ridzky. 2011. “Analisis Pengaruh Harga, Jenis Media Promosi, Resiko Kinerja, Dan Keragaman Produk Terhadap Keputusan Pembelian Via Internet Pada Toko Online (Studi Kasus pada Konsumen Toko Fashion Online yang bertindak sebagai Reseller yang ada di Indonesia). Diss. Universitas Diponegoro.

Fernandez, Riyansa England. 2013. “LKP: Perancangan Desain Buku Katalog dan logo Hotel Budget Bangkalan di PT. Java Pratama Perkasa”. Diss. STIKOM Surabaya.

Fitriani, Istiana. 2016. "Kajian Pola Batik Tirto Tedjo Modifikasidi Kampung Batik Laweyan Surakarta. Diss. Universitas Sebelas Maret.

http://batik.or.id/sejarah-batik-solo/, diakses Rabu, 28 Oktober pukul 14.25

http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=article &id=206&Itemid=29, diakses pada Rabu, 24 Februari 2016 pukul 22:08

http://klik.kompas.com/kfk/view/20058-Vastenburg, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.23

http://www.kompasiana.com/gneoga/sehari-di-kota-solo_551753ab8133119a669de 54b, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.25

http://majalahkartini.co.id/berita/solo-raih-penghargaan-pelestarian-cagar-budaya, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.22

http://www.merdeka.com/peristiwa/5-kawasan-cagar-budaya-di-solo-bakal-direvitalisasi.html, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.24


(6)

Universitas Kristen Maranatha 76

https://nimadesriandani.wordpress.com/2012/05/10/keraton-surakarta-hadiningrat-ukiran-kayu-di-istana-biru/#more-4917, diakses Senin, 4 April 2016 pukul 22.04

http://ratri.net/wp-content/uploads/2013/07/gerbang-keraton.jpg , diakses Senin, 4 April 2016 pukul 19.26

Kasmir, “Pemasaran Bank”, Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 176-177

Melati, Adinda. 2011. "Gambaran Kebahagiaan Pada Penyandang Tuna Daksa Dewasa Awal". Universitas Sumatera Utara.

Nugroho, Cahyo. 2016. “Perancangan Rebranding" Solo Vape Expo Di Surakarta”.

Diss. Universitas Sebelas Maret.

Pakaya, Hasmin. 2014 “Meningkatkan Kemampuan Pengenalan Warna Melalui

Teknik Kolase Pada Anak Kelompok B Di Tk Kartini Toto Selatan Kecamatan

Kabila Kabupaten Bone Bolango”. Diss. Universitas Negeri Gorontalo

Purwasandi, Normanta Agus. 2013. “Studi Seni Batik Kontemporer karya Tanto Suheng di RT 02/ RW II Tegalrejo, Sondakan, Laweyan, Surakarta”. Universitas Sebelas Maret.

Restianti, Cahyani Puji. 2014. “Karakteristik Batik Produksi Batik Mahkota Laweyan Surakarta”. Diss. Universitas Negeri Yogyakarta.

W.A., Sulasmi Darmaprawira. 2002. “Warna, Teori dan Kreativitas Penggunaanya”.