PENGEMBANGAN KEGIATAN MAGANG DAN PELATIHAN: Studi Koparatif Antara Magang dan Pelatihan Pada Kerajinan Perak di Kecamatan Bangli Propinsi Bali.
PENGEMBANGAN KEGIATAN MAGANG DAN PELATIHAN
(Studi Koparatif Antara Magang dan Pelatihan Pada Kerajinan Perak
di Kecamatan Bangli Propinsi Bali)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis PadaProgram Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
Oleh
I Dewa Ayu Widiasih
NIM. 989537
^SSSSj^
^
»
m
W i
^wr^
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul
"Pengembangan Kegiatan Magang Dan Pelatihan" (Studi Komparatif Antara
Magang Dan Pelatihan Pada Kerajinan Perak Di Kecamatan Bangli Kabupaten
Bangli Propinsi Bali) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciriciri yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung,
Juli 2000
Yang membuat pernyataan
I Dewa Ayu Widiasih
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING I
PROF. DR. H. SUDARDJA ADIWIKARTA. MA
PEMBIMBING II
PROF. DR. H. SUTARYAT TRISNAMANSYAH. MA.
111
ABSTRAK
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengembangan program
magang dan pelatihan pada kerajinan perak di Kelurahan Cempaga Kecamatan
Bangli Kabupaten Bangli Propinsi Bali yang berkisar pada bagaimana proses
pembelajaran pada magang dan pelatihan, bagaimana perbedaan efektifitas dan
efisiensinya serta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan magang dan pelatihan pada kerajinan
perak yang menyangkut proses pembelajaran, efektifitas dan efisiensi serta faktorfaktor pendukung dan penghambat.
Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori yang mengatakan bahwa
PLS termasuk magang dan pelatihan sebagai proses empowering mempunyai
peran yang sangat penting dalam merespon dan mengatasi keterbelakangan,
kemiskinan dan kebodohan, yang akan mengangkat harkat dan martabat manusia
pada aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif Subyek penelitian adalah sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi tentang magang dan pelatihan di Kelurahan Cempaga Kecamatan
Cempaga Kabupaten Bangli yang terdiri dari: permagang, pemagang, peserta
pelatihan, instruktur, tokoh masyarakat, dan penyelenggara. Sampel ditetapkan
dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling). Sedangkan data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen
utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan menggunakan alat
bantu berupa pedoman observasi, pedoman wawancara serta pedoman
dokumentasi.
Adapun temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1)
Proses pembelajaran pada magang berlangsung berdasarkan hubungan
kekeluargaan (garis keturunan) dan dalam waktu yang relatif lama. (2) Proses
pembelajaran yang terjadi pada pelatihan dilakukan secara sistematis dan
terencana dengan baik, mulai dari identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan,
program belajar, sampai pada penyelenggaraan pelatihan yang semuanya
dilakukan oleh Deperindag bekerja sama dengan Lurah setempat dalam waktu
yang relatif singkat. (3) Dilihat dari segi efektifitas dan efisiensi, magang kurang
efektif namun efisien, sedangkan pelatihan selain efektif juga efisien.(4) Baik
pada magang maupun pelatihan ditemukan faktor-faktor pendukung dan
penghambat baik ekternal maupun internal.
Dari temuan-temuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa program
pelatihan kerajinan perak lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan program
magang. Atas dasar itu diajukan saran-saran: (1) Bahwa untuk menjamin
keberhasilan program magang sebaiknya dikembangkan kurikulum magang
sebagai pedoman dalam mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan dari
permagang ke pemagang; (2) Kegiatan pelatihan seperti kerajinan perak
hendaknya juga diberikan kepada masyarakat yang belum memiliki keterampilan
dasar asalkan mereka benar-benar berminat dan membutuhkan keterampilan itu.
IV
DAFTARISI
PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN...-
,
-
v
•
Y DAFTARISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Kerangka Pemikiran..
Definisi Operasional
i{[
iv
v
vi
viii
xii
xiv
xv
xvi
xvii
1
1
7
g
9
10
10
yi
BAB. II. LANDASAN TEORITIS
A. KonsepMagang Dalam Pendidikan Luar Sekolah
1. KonsepMagang
2. Komponen-komponen Magang
3. Magang dan Pelatihan Sebagai Proses Empowering
B. Konsep Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan
3. Prinsip-prinsip Pelatihan
4. Jenis-jenis program pelatihan
5. Metode-metode pelatihan
6. Model Sistem Pelatihan
15
15
15
17
21
30
30
35
39
42
43
45
BAB. III. PROSEDUR PENELTIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
B. Lokasi Peneltian
C. Subyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
H. Meningkatkan Keabsahan Hasil Penelitian
56
55
59
60
61
64
64
67
69
BAB. IV. HASIL PENELITIAN
74
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
74
1. Keadaan Umum Kelurahan Cempaga
74
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin
3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian...
4. Kondisi Sosial Ekonomi
5. Aspek Perindustrian
75
77
77
78
B. Keadaan Industri Kerajinan Perak
80
1. Sejarah Singkat munculnya kerajinan perakdi
Lingkungan/Banjar Pande
2. Keadaan Pengerajin
C. Deskripsi Hasil Penelitian
D. Pembahasan
80
82
83
117
BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
C. Rekomendasi
128
128
129
DAFTAR PUSTAKA
131
DAFTAR LAMPIRAN
134
xm
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
\\
Gambar 2.1
Hubungan Fungsional Komponen-komponen PLS
19
Gambar 2.2
Siklus Pelatihan
54
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbandingan Antara Pendidikan dan Pelatihan
32
Tabel 2.2
Macam-Macam Program Pelatihan dan Pengembangan
43
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Menurut Umur
Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Data Industri Kecil/Kerajinan
75
77
79
Tabel 4.4
Persamaan dan Perbedaan Antara Magang dan Pelatihan
Kerajinan Perak
12 5
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Model Sistem Pelatihan
46
Bagan 2.2 Model Pelatihan Yang Berorienasi Pada Tujuan
47
Bagan 2.3 Model Pelatihan yang Berorienatsi Pada Kebutuhan
48
Bagan 2.4 Model Pelatihan Yang Berorienatsi Pada Kompetensi
49
Bagan 2.5 Model Pelatihan Kombinasi
50
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup
134
2. Foto-foto responden
136
3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Magang dan Pelatihan
139
4. Pedoman Observasi untuk Program Magang
141
5. Pedoman Wawancara untuk Program Magang
142
6. Pedoman Observasi untuk Program Pelatihan
145
7. Pedoman Wawancara untukProgram Pelatihan
146
8. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan dari UPI Bandung
9. Izin Mengadakan Studi Lapangan dari Kantor Sospol Kab. Bangli
10. Surat Keterangan Mangadakan Penelitian dari Kantor Lurah Campaga
150
151
152
11. Perta Kelurahan Campaga
153
12. Daftar Nama Peserta Pelatihan
154
XV11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan untuk seluruh masyarakat. Pembangunan yang menyeluruh
mensyaratkan keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat, dan berperan dalam
pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara serta ikut melestarikan nilai-
nilai pembukaan UUD 1945. Untuk itu perlu terus dikembangkan iklim sosial
budaya yang mendukung agar mereka dapat menciptakan dan memanfaatkan
seluas-luasnya kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui
peningkatan pengetahuan, keahlian dan keterampilan dengan tetap memperhatikan
kodrat, harkat dan martabat sebagai manusia. Upaya meningkatkan partisipasi
masyarakat dapat dilakukan dengan jalan memberikan pelayanan pendidikan
melalui jalur pendidikan luar sekolah. Dengan program pendidikan luar sekolah,
dapat memenuhi kebutuhan belajar minimum yang esensial bagi anak muda
maupun orang dewasa yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan (Coombs
dan Manzoor Ahmed: 1973). Potensi PLS dapat berperan sebagai lahan untuk
memacu akselarasi pembangunan ekonomi, sosial dan penyediaan lapangan kerja
di pedesaan.
Besarnya harapan akan potensi PLS, juga dapat disimak dari pernyataan
Kendervatter (1979), bahwa PLS merupakan "proses empowering". Pernyataan
tersebut mengandung engertian bahwa dengan melalui PLS warga masyarakat dapat
memperoleh pengertian dan kemampuan untuk mengontrol kekuatan sosial,
ekonomi dan atau politik guna menyempurnakan kedudukan mereka di masyarakat,
melalui:....(l) exercising a hight degree of control over all aspects of the learning
process; (2) learning both content and process skills responsive to their needs and
problems; and (3) working collaboratively to solve mutual problems.
(Kindervatter, 1979:245).
Berdasarkan pada ungkapan-ungkapan yang dikemukakan diatas, jelas
betapa besar peran dan potensi PLS dalam upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat terutama yang diarahkan pada sektor sosial ekonomi, industri-industri
kecil maupun industri rumah tangga yang terdapat di perkotaan maupun di
pedesaan.
Pembangunan industrialisasi dalam perkembangannya telah memperlihatkan
sumbangan yang kian nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, sekalipun
dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, ada yang mengalami kemandekan sebagai
akibat krisis ekonomi yang melanda seluruh aspek pembangunan nasional.
Investasi di sektor industri kecil termasuk industri rumah tangga diperlukan
untuk mancapai target pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta
peningkatan pendapatan masyarakat sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh
Bakrie (1993), bahwa:
Salah satu perhatian yang memiliki arti sangat strategis ialah industri kecil
yang pada umumnya merupakan golongan ekonomi lemah dan lokasinya
tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sampai ke desa-desa. Industri kecil
dalam perkembangannya telah turut menciptakan peningkatan pertumbuhan
wiraswasta baru di pedesaan, menciptakan lapangan kerja yang kian besar
dan pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan dan keamanan
masyarakat luas. (IKOPIN, 1993:54)
Adalah suatu hal yang sangat bijaksana kalau usaha skala industri kecil
diletakkan sebagai bagian dari struktur perekonomian nasional, karena berperan
sebagai penghubung antara sektor tradisional dan proses modernisasi dalam tatanan
perekonomian yang berjalan. Dalam kedudukannya sebagai penghubung melalui
kemampuannya membentuk nilai tambah ekonomi yang secara komulatif akan
mampu menunjang laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di dukung oleh
kebijakan pemerintah yang telah memberikan arah bagi pengembangan industri
kecil yang telah dituangkan sejak Pelita Kelima, sebagaimana ditetapkan dalam
GBHN 1993 , bahwa :
"Pembangunan industri kecil termasuk industri kerajinan dan industri rumah
tangga serta yang informal dan tradisional dilanjutkan dan diarahkan untuk
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
ekspor, menumbuhkan kemampuan dan kemandirian berusaha serta
meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan perajin (GBHN: 1993).
Penegasan dalam GBHN tersebut mengetengahkan bahwa pembangunan
industri kecil bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan dan kemandirian
berusaha yang pada gilirannya akan dapat memacu peningkatan kualitas SDM.
Peranan dunia usaha maupun industri sangat strategis dalam menghasilkan tenaga
profesional yang memiliki potensi tinggi dalam menyelaraskan tingkat kebutuhan
tenaga kerja di sektor industri, maupun untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Menurut catatan BPS (1996) sebagian besar tenaga kerja
yang bekerja disektor industri berlatar belakang pendidikan formal paling tinggi
sekolah dasar. Hasil penelitian Bank Dunia tahun 1991 menyimpulkan bahwa
persentase tenaga kerja yang kurang terampil lebih banyak diperusahaan besar dan
sebagian besar berasal dari tenaga kerja wanita. Kondisi seperti ini mengakibatkan
tingkat produktifitas rendah, kurang berinisiatifdan ketergantungan pada orang lain
cukup besar.
Dalam upaya mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan peranserta
dunia industri untuk bersama-sama menyelenggarakan program-program
pendidikan dan pelatihan dalam rangka memajukan tingkat kemampuan tenaga
kerja, agar mereka lebih berkualitas dan siap untuk mengisi pasar tenaga kerja.
Seperti telah disinggung pada bagian awal, bahwa peningkatan sumber daya
manusia tidak terlepas dari peran sistem pendidikan baik pendidikan sekolah
maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan sarana utama dalam
pembangunan yang memiliki arti penting dengan misinya sebagai pengemban
potensi manusia yang dapat mengarahkan kearah kondisi kehidupan masyarakat
yang lebih layak dan sejahtera (Fakry Gaffar : 1994). Pendidikan pada hakekatnya
tetap sebagai proses pembangkitan kekuatan dengan harga diri dari rasa ketidak-
mampuan, ketidak-berdayaan, dan keserba-kekurangan, bahkan lebih tegas lagi
Adiwikarta (1994 : 7) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan dan
meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan melakukan peran :
(1) mempersiapkan dan memperbaharui perangkat mental psikologis warga
masyarakat, sehingga siap menghadapi kehidupan yang lebih maju dan
berubah sesuai dengan perkembangan serta tuntutan zaman; (2)
mempersiapkan warga masyarakat dengan keterampilan dan kemampuan
kerja yang diperlukan dalam masyarakat maupun dunia kerja, (3)
mempersiapkan warga masyarakat dengan sifat kritis dan kebersamaan
hidup mandiri terlepas dari ketergantungan kepada pihak lain, (4).
Mengembangkan kemampuan kreatif dan adaptif dalam memanfaatkan
potensi yang dimiliki.
Dengan demikian jelas bahwa misi dan peran pendidikan sebagai mana
yang diuraikan oleh para ahli, merupakan proses untuk lebih memberdayakan
sumber daya manusia agar mau dan mampu membangkitkan potensi yang ada pada
dirinya.
Pendidikan sebagai suatu sistem dalam sistem pembangunan universal
memiliki dua sub sistem yaitu : sub sistem pendidikan sekolah dan sub sistem
pendidikan luar sekolah, yang keduanya mempunyai kedudukan yang sama
pentingnya. Untuk keperluan studi ini pernios lebih banyak mengupas kajian
tentang pendidikan luar sekolah.
Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan
di luar sekolah melalui kegiatan belajar yang tidak berjenjang dan
berkesinambungan ( UU RI No.2 th 1989 ). Magang sebagai salah satu bentuk
program PLS dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sumber daya
insani. Magang sebagai cara penyampaian dan penerimaan informasi disadari atau
tidak disadari banyak dilakukan orang terutama pada industri-industri kecil baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Magang sebagai salah satu dari berbagai bentuk
dan sistem penyampaian program, terutama yang menekankan pembekalan
keterampilan pada hakekatnya merupakan perpaduan dari keseluruhan kepribadian
peserta magang yang menurut Rush Lutan ( 1989 : 8 ) adalah termasuk penguasaan
pengetahuan dan pemilikan sikap dasar positif terhadap kerja.
Dalam suasana magang sebagai bengkel kerja yang dimiliki permagang
(sumber belajar dan pemilik magang ) terjadi proses interaksi belajar
membelajarkan antara pemagang dengan permagang. Artinya pemagang yang
termotivasi memperoleh keterampilan dan kemampuan tertentu serta motivasi
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Melalui permagang yang telah
memiliki kelebihan keterampilan dan kemampuan tertentu, memungkinkan
pemagang untuk menguasai suatu keterampilan produktif, hingga memiliki suatu
kemampuan untuk berdiri sendiri.
Dengan melalui proses transformasi secara kental dan menyeluruh
pemagang tidak saja sekedar memproleh keterampilan dan pengetahuan melainkan
juga mengalami perubahan perilaku dan sikap mental dengan menempatkan figur
pemagang sebagai panutan dalam hidupnya.
Salah satu idustri kecil di pedesaan yang telah banyak memberikan
pelayanan dalam hal membelajarkan masyarakat sambil bekerja adalah industri
kerajinan perak di Lingkungan Cempaga Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli
Kabupaten Bangli. Proses transformasi pengetahuan dan keterampilan dalam
industri ini yang memberikan peluang individu untuk belajar sambil bekerja dalam
pendidikan luar sekolah dikenal dengan istilahmagang.
Dari hasil observasi pendahuluan di lapangan diketahui bahwa usaha
kerajinan perak di Lingkungan Cempaga merupakan warisan keterampilan yang
berlangsung secara turun temurun. Hampir setiap rumah memproduksi kerajinan
perak. Mereka hanya mempekerjakan anggota keluarganya dan sedikit saja yang
mempekerjakan orang lain (luar).
Ditempat usaha kerajinan ini terjadi kegiatan belajar sambil bekerja yang
sekaligus berpengaruh pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Prinsip dasar
kegiatan belajar membelajarkan yang mewarnai proses aktivitas kerajinan industri
ini adalah cara belajar dengan melihat kerja orang lain yang sudah mahir dan
sekaligus menerima petunjuk yang praktis secara langsung dan dalam waktu yang
relatif singkat, namun bisa membina keterampilan motorik para peserta. Belajar
pada mulanya melalui trial and error akan tetapi lama kelamaan ia pun mampu
menghasilkan sesuatu yang memberikan reinforcement (penguatan) pada pemagang
sehingga pada akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah ke sasaran yang diinginkan maka terlebih
dahulu diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
Pertama, bahwa proses kegiatan magang pada kerajinan perak merupakan
salah satu kegiatan pembelajaran yang dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik
lingkungan setempat. Latar belakang peserta pelatihan, sumber belajar, jenis
ketrampilan yang dikembangkan akan mempengaruhi proses pembelajaran.
Kedua, dalam kenyataannya program magang merupakan program lanjutan
dari pelatihan, namun sering pula dilakukan sebagai program yang lepas dari
program pelatihan, sehingga memungkinkan strategi pembelajaran yang diterapkan
pada kegiatan tersebut memiliki variasi dan perbedaan-perbedaan tertentu akibat
sarana, input yang berbeda sekalipun pada program dan penyelenggaraan yang
sama.
Ketiga, dalam penyelenggaraan program magang sangat ditentukan oleh
berbagai kondisi pada saat penyelenggaraan. Kondisi tersebut dapat merupakan
pendukung tercapainya program pembelajaran, namun dilain pihak dapat pula
sebagai faktor- faktor yang menghambat pencapaian tujuan, sehingga magang pada
kerajinan perak ini merupakan salah satu kasus yang dipengaruhi oleh kondisi
daerah tertentu.
8
Keempat, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan merupakan salah satu
kriteria umum yang biasa digunakan untuk mengukur keberhasilan program.
Program yang efisien selalu ditandai oleh pemanfaatan daya dukung secara
maksimal, sedangkan efektifitas selalu ditandai oleh ketepatan pencapaian tujuan
yang diharapkan. Untuk menciptakan program yang efektif dan efisien memeriukan
prasyarat dan manajemen penyelenggara yang paling cocok. Namun dalam
kenyataan tidak semua penyelenggara program pelatihan maupun magang sudah
merancang program agar suatu program dapat tercapai secara efektif dan efisien.
C. Rumusan Masalah:
Mengingat ruang lingkup permasalahan di atas, cakupannya sangat luas,
sementara kemampuan, waktu dan biaya sangat terbatas, maka pengkajian
selanjutnya lebih diarahkan pada fokus masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana pengembangan program magang dan pelatihan pada kerajinan perak di
Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
Guna terarahnya kegiatan pengumpulan data dan untuk memmudahkan
pembahasan serta memperjelas sistimatika berpikir pada saat menganalisis masalah,
maka dijabarkan ke dalam beberapapertanyaan pokok sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran pada magang kerajinan perak di Kelurahan
Cempaga Kecamatan Bangli KabupatenBangli?
2. Bagaimana proses pembelajaran pada pelatihan kerajinan perak di Kelurahan
CempagaKecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
3. Bagaimanakah perbedaan efektifitas dan efisiensi antara magang dan pelatihan
Kerajinan Perak di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses
pembelajaran baik pada magang maupun pada pelatihan kerajinan perak di
Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
proses pengembangan magang dan pelatihan usaha kerajinan perak di
Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
2. Tujuan Khusus.
a) Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran pada magang kerajinan perak
di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
b) Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran pada pelatihan kerajinan perak
di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
c) Untuk mengetahui perbedaan efektifitas dan efisiensi antara proses
pembelajaran pada magang dan pelatihan kerajinan perak di Kelurahan
Cempaga Kecamatan Bagli Kabupaten Bangli.
d) Untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran pada magang dan pelatihan kerajinan perak di
Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan ada dua kegunaan utama yaitu kegunaan
yang bersifat teoritis dan bersifat praktis. Secara teoritis, temuan yang diperoleh
10
diharapkan mampu memberi nilai yang berarti untuk dijadikan masukan bagi
perencana pendidikan luar sekolah dalam menyusun berbagai jenis dan bentuk
kegiatan belajar membelajarkan pada perusahaan-perusahaan yang berorientasi
pada keterampilan. Ini dimaksudkan dalam rangka menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas, khususnya dalam bidang kerajinan perak. Selain itu, hasil
penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi Departemen tenaga Kerja dalam
membuat kebijakan dan menciptakan lapangan kerja yang dapat mengatasi
pengangguran.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi peluang untuk
menguji coba program ini di daerah lain serta dikembangkan dan diterapkan untuk
melatih warga masyarakat lain yang memeriukan keterampilan bekal hidup sejenis.
F Kerangka Pemikiran
Dalam paradigma pendekatan sistem, proses kegiatan magang dan pelatihan
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mentransformasikan input menjadi
out put. Terdapat tiga jenis input yang terlibat dalam kegiatan magang
dan
pelatihan yaitu raw input, instrumental input dan enviromental input.
Keseluruhan komponen strategis yang terkait dalam proses magang dan
pelatihan diarahkan pada upaya memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi peserta sehingga hasilnya dapat lebih memuaskan. Namun demikian, dengan
segala karakteristik kegiatan magang yang pengelolaannya masih tradisional, maka
magang yang mulanya sebagai kegiatan belajar individu, kemudian dikembangkan
ke dalam kegiatan belajar kelompok, pada akhirnya dapat dikembangkan menjadi
kegiatan latihan seperti yang dikenal sekarang ini.
11
Berdasarkan paparan yang dikemukakan di atas, maka kerangka berpikir
dalam mengkaji masalah penelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut:
GAMBAR 1.1
KERANGKA BERFIKIR
Faktor yang
berpengaruh
PROSES
PEMBELAJARAN
1. Persiapan
pembelajaran
2. Pelaksanaan
pembelajaran
3. Evaluasi
pembelajaran
—^—
Faktor yang
berpengaruh
G. Definsi Operasional
Untuk lebih jelasnya arah penelitian dan agar terhindar dari kemungkinan
adanya salah tafsir, maka diperlukan defmisi operasional dari beberapa istilah yang
penting sebagai berikut:
1. Pengembangan
Pengembangan diambil dari istilah bahasa Inggris yaitu development.
Menurut Morris, dalam The American Herritage Dictionary of the English
Language, dikemukakan bahwa development is the act ofdeveloping (perbuatan
mengembangkan). Developing itu sendiri diberi arti "to expand or realize the
potentialities of bring graduaaly toa fuller, greater, or better state ... to progres
12
from earlier to later or from simples to more complex stages of evolution"
(Morris, 1976: 360-361). Pengembangan adalah upaya memperluas atau
mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat
kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik,
memajukan dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang
sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih lebih kompleks. Berdasarkan
pengertian tersebut , pengembangan dalam kajian ini dapat diartikan sebagai
upaya memajukan program magang tradisional ke tingkat pelatihan yang lebih
sempurna, lebih baik dan terorganisasi.
Kegunanaan pengembangan sesuai dengan pengertian di atas, adalah
untuk meningkatkan dan memperluas program pendidikan luar sekolah, yaitu
meningkatkan dan menekankan pada segi kualitatif. Peningkatan diarahkan
untuk menyempurnakan kegiatan magang tradisional. Peningkatan model baru
itu disusun sesuai dengan perpaduan penyelenggaraan magang tradisional yang
telah dilaksanakan denganpelatihan.
2. Magang
Magang sebagai suatu kegiatan belajar pendidikan luar sekolah yang
artinya belajar sambil bekerja. Magang adalah proses belajar dimana seseorang
memproleh dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam
proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam
pekerjaan itu (BPKB, 1990:3). Magang tradisional yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah proses pembelajaran berupa hubungan langsung antara
seorang dengan orang lain yang masih dalam lingkup kekeluargaan, sifatnya
13
turun temurun di lingkungan pande itu sendiri, dan tidak melibatkan orang dari
luar lingkungan pande.
3. Pelatihan.
Bohar Soeharto dkk. (1993) merumuskan pelatihan atau latihan
(training) adalah "suatu upaya belajar dalam berlatih yang bertujuan untuk
menimbulkan keterampilan tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang
dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat pada tempat tertentu".
Dalam pengertian di atas pelatihan (training) mempunyai beberapa ciri yaitu: (a)
direncanakan dengan sengaja, (b) ada tujuan yang hendak dicapai, (c) ada
kegiatan belajar dan berlatih, (d) isi belajar dan berlatih menekankan pada
keahlian atau ketrampilan, (e) dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat,
dan (f) ada tempat belajar dan berlatih.
Pelatihan yang dimaksudkan dalam kajian tesis ini adalah suatu bentuk
pelatihan yang berkonotasi dalam dunia kerja yang dihubungkan dengan
pemberian petunjuk, orientasi dan pengarahan
yang dilaksanakan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan kurikulum yang telah
dirumuskan dan tujuan yang telah ditetapkan dengan maksud untuk
memberikan pengetahuan dan ketrampilan di bidang kerajinan perak kepada
peserta pelatihan.
4. Efektivitas.
Efektivitas berasal dari kata efektif berarti adanya efek, akibatnya,
pengaruhnya, dan dapat membawa hasil. Kamus Bahasa Indonesia (1990: 219).
14
Efektivitas dapat diartikan keefektifan ataupun daya guna atau adanya
kesesuaian dalam suatu aktivitas antara apa-apa yang telah dilakukan dengan
sasaran yang diinginkan. Atau "...the ability to bring a bout the result
intended", maksudnya adalah kemampuan melaksanakan atau menggunakan
sesuatu agar mampu mencapai hasil yang telah ditetapkan.
5.
Efisiensi
Efisiensi berasal dari kata efisien yang dapat diartikan: cermat, tidak
membuang-buang energi dan waktu, paling sesuai dan tepat untuk sesuatu
tujuan, tepat guna dan berhasil guna (Poerwadarminta, 1990: 219). Dari
pengertian itu efisiensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah apakah
biaya yang dipergunakan dalam kegiatan program sesuai dengan hasil yang
diharapkan.
^D'o/>t
-£
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Kajian studi ini mengenai pengembangan kegiatan magang ke dalam
pelatihan pada pengerajin perak di Kec. Bangli Kabupaten Bangli. Pengkajian
terhadap masalah tersebut dilakukan dengan maksud untuk menemukan data yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan baik pada magang kerajinan
perak maupun pelatihan kerajinan perak yang ada di Kec. Bangli. Jelas bahwa
penelitian ini bertujuan membandingkan antara kegiatan magang dan pelatihan pada
pengrajin perak, sehingga bisa ditemukan program yang lebih efektif dan efisien,
sebagaimana kenyataan yang ditemukan di lapangan. Dengan demikian penelitian
ini menuntut untuk digunakannya pendekatan kualitatif, karena sifat dan
karakteristik penelitian ini bertujuan menemukan kondisi obyektif yang mendalam
sebagaimana adanya mengenai proses pembelajaran yang terjadi baik pada magang
maupun pada pelatihan, faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
pembelajaran, sehingga bisa diketahui program mana yang lebih efektif dan efisien.
Reichardt dan Cook (1982:7-11) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
mempergunakan persfektif fenomenalogis, yang menyorot pada masalah perilaku
manusia, berupa ucapan dan perbuatan serta interpretasi mereka terhadap
lingkungan dunianya. Dalam kaitan ini tugas peneliti adalah menangkap proses
interpretasi, yaitu memahami keselumhan perilaku manusia secara empatik
berdasarkan titik pandang mereka sendiri. Dengan demikian penelitian kualitatif
tidak berupaya membuktikan suatu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori56
57
teori yang ada, melainkan untuk memahami dan menganahsis fenomena yang
kompleks dalam kaitannya dengan aspek lain yang ditelitinya. Karenanya peneliti
dituntut untuk memiliki kemampuan mereproduksi pikiran, perasaan, motif ataupun
empati yang berada di balik penampilan atau tindakan informan.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-naturalistik maka penelitian ini
menghendaki adanya kenyataan-kenyataan yang utuh yang tidak dapat dipahami
jika dipisahkan dalam konteksnya. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa (1)
tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, (2) konteks sangat
menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi
konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam
keseluruhan pengamh lapangan, (3) sebagai stmktur nilai kontekstual bersifat
determinatif terhadap apa yang akan dicari.
Dalam penilitian ini peneliti sendiri sebagai instrumen utama, sehingga
dimungkinkan untuk menjaring data yang utuh yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan alat lain di luar peneliti serta setiap gangguan yang memungkinkan
menghalangi proses penelitian dapat dihindari. Demikian pula kajian ini mengarah
pada kedalaman dan ketajaman bukan semata-mata pada luasnya sampel, misalnya
studi kasus dengan membatasi seminimal mungkin campur tangan pihak luar atau
peneliti sendiri pada latar penelitian.
Analisis yang bersifat induktif, yaitu dengan menarik kesimpulan-
kesimpulan dari latar penelitian/fenomena/data dan bukan atas dasar teori yang
sudah baku. Dengan penarikan kesimpulan induktif memungkinkan dibuatnya
kesimpulan-kesimpulan data ganda, membuat gambaran secara menyeluruh dan
58
hubungan peneliti-obyek menjadi eksplisit serta dalam penelitian tidak
mengabaikan nilai-nilai yang beriaku padalatarpenelitian.
Analisis deskriptif dengan memandang sesuatu secara mendalam yang
diperoleh dari kata-kata, gambar, dan tidak semata-mata pada angka mempakan ciri
lain dari kajian studi ini. Dengan menganahsis secara deskriptif berarti
diperiukannya berbagai fakta, ditelaah secara mendalam dan dicari keterkaitannya
melalui pertanyaan mengapa, bagaimana terjadjnya, dan atas dasar alasan apa hams
senantiasa dipergunakan dalam penelitian.
Penelitian ini lebih mementingkan proses dari pada hasil. Hal ini disebabkan
karena hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses.
Penelitian ini menghendaki adanya batas-batas penelitian atas dasar fokus.
Penetapan fokus dimaksudkan untuk mengurangi terialu luasnya hal-hal yang
dideskripsikan dan mengurangi resiko kaburnya sasaran penelitian.
Melalui
pendekatan ini dapat dihindarkan kesan subyektivitas karena demikian tingginya
campur tangan peneliti sebagai instmmen penelitian.
Penelitian ini menganut desain sementara yang secara terns menems
disesuikan dengan fokus penelitian dan kenyataan lapangan. Adanya desain yang
fleksibel memungkinkan untuk dilakukannya penyesuaian pada kenyataan yang
mungkin demikian berbeda dengan hal-hal yang direncanakan. Pada sisi lain
dimungkinkan untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan interaksi
antara peneliti dengan kenyataan
lapangan serta memungkinkan
untuk
mencandrakan nilai-nilai yang senantiasa terkait dengan data yang dikumpulkan.
59
Kesimpulan hasil penelitian ini merupakan hasil kesepakatan bersama antara
peneliti dengan subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang diambil
dari latar penelitian serta diperiukannya triangulasi dalam upaya menjamin
keajengan nilai dari hasil penelitian yang tidak semata-mata hasil interpretasi
peneliti.
Menyimak karakteristik pendekatan yang digunakan tersebut menunjukkan
betapa berperannya peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Oleh karenanya peneliti
dituntut memiliki (1) wawasan dan ketajaman analisis dan interprestasi terhadap
realitas lapangan agar dapat mengembangkan atau memberi makna suatu teori, (2)
sensitifitas dan kreatifitas yang tinggi sehingga dapat mengembangkan metode atau
teknik pada saat melaksanakan penelitian, (3) sikap korektif agar dapat menemukan
atau mengembangkan suatu teori, (4) keterbukaan yang tinggi agar dapat
mengungkap dan menjaring lebih banyak data serta informasi yang memungkinkan
mengarahkan terwujudnya keabsahan data dan hasil penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli
Kabupaten Bangli Propinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian di dasarkan atas
beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama, adalah dari hasil studi
pendahuluan menunjukkan indikasi adanya pemiasalahan yang urgen untuk
diketahui dan dikaji pada setting penelitian, yakni bagaimana proses pembelajaran
yang terjadi pada magang kerajinan perak di Kec. Bangli, dan bagaimana pula
proses pembelajaran yang terjadi pada pelatihan kerajinan perak yang diadakan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan di Kab. Bangli.
60
Pertimbangan kedua adalah sampai saat ini penulis belum menemukan hasil
penelitian ilmiah mengenai perbedaan antara magang
dan pelatihan pada
pengerajin perak di Kec. Bangli Kab. Bangli. Pada hal hasil penelitian ini sangat
dibutuhkan untuk berbagai kebijakan implementasi pengembangan magang yang
mengandung unsur-unsur pelatihan.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para pemagang, permagang, instruktur, peserta
pelatihan, penyelenggara pelatihan dan tokoh masyarakat yang berdasarkan
pertimbangan, dinilai memiliki kualitas dan ketepatan untuk berperan sebagai
subyek penelitian sesuai dengan tuntutan fokus permasalahan. Kriteria pemilihan
didasarkan atas profesi, pengalaman, fungsi dan peran, kemampuan wawasan aktual
historis dan antisipatoris.
Dengan mengacu kepada kriteria mejtodologis yang dikemukakan oleh
Lincoln dan Guba (1985: 201) dan S. Nasution (1988: 32), maka subyek penelitian
ini ditarik dan dikembangkan secara purposif yaitu dipilih berdasarkan tujuan dan
kriteria yang telah ditetapkan. Jumlah subyek penelitian dikembangkan secara
bergulir atau "snowball sampling technique" hingga mencapai titik jenuh dimana
informasi telah terkumpul secara tuntas. Dalam penelitian ini yang terpenting
bukanlah banyaknya responden, akan tetapi keaneka ragaman responden sehingga
diperoleh kedalaman penggalian masalah melalui informansi-inonnasi yang
berentangan lebar dan beraneka ragam.
Disamping jumlah sampel atau responden yang menjadi sasaran penelitian,
terdapat pula sejumlah responden (di luar sampel) yang diwawancarai dalam rangka
61
(1) triangulasi, yaitu untuk mengecek kebenaran data yang diberikan responden,
dan (2) transferabilitas, yaitu untuk melihat apakah hasil penelitian dapat
diaplikasikan dalam wilayah yang cukup luas. Anggota sampel yang diambil untuk
kedua kepentingan tersebut semuanya berlokasi di kec. Bangli Kab. Bangli.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengumpulan data-data dilakukan dengan menggunakan
teknik observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi.
1.
Observasi
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan pada dua tahap, yakni
pertama mengamati karakteristik situasi dan adegan yang diamati seperti
mangan, waktu, kegiatan yang dilakukan dan kejadian-kejadian yang muncul
serta suasana di saat kejadian atau kegiatan itu berlangsung. Pengamatan
selanjutnya dilakukan dengan menelaah secara lebih detail karakteristik
kegiatan belajar yang diterapkan instruktur atau nara sumber dalam proses
pembelajaran.
Kegiatan observasi ini difokuskan pada hal-hal (1) kegiatan yang
dilakukan pelatih /permagang selama berada di lingkungan magang maupun
pelatihan, terutama
saat berada dalam ruang belajar, (2) dimana mereka
melakukan, bagaimana mereka memanfaatkan mang dan sumber-sumber
potensial, (3) kapan mereka melakukan dan berapa lama.
Dalam pengumpulan data melalui teknik observasi selalu diarahkan pada
fokus penelitian. Artinya hanya data yang paling berhubungan dan akurat yang
dikumpulkan.
62
2.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk melacak (probing) data yang dibutuhkan
dari responden. Dalam kegiatan wawancara dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:
a. Wawancara informal, yaitu menciptakan situasi yang memungkinkan
percakapan bebas dan spontanitas. Untuk itu dalam banyak kesempatan
wawancara
dilakukan
secara
informal
dan
kadang-kadang
tanpa
sepengetahuan responden. Percapakan dilakukan pada setiap dilakukan
pengamatan dan saat-saat informal lainnya.
b. Wawancara formal, yaitu wawancara yang dilakukan secara terencana
melalui suatu perjanjian bersama terlebih dahulu baik mengenai waktu,
tempat dan pokok-pokok yang akan dibahas atau diwawancarakan. Agar
pembicaraan selama wawancara terarah pada fokus penelitian, peneliti
menyediakan lembaran-lembaran yang berisi garis-garis besar pertanyaan
atau masalah yang akan didiskusikan. Namun dalam pelaksanaannya tidak
terikat secara ketat, artinya digunakan gabungan tipe wawancara berstruktur
dan tidak berstruktur, yang biasa dikenal dengan istilah wawancara semi
berstmktur. Pedoman wawancara disusun berdasarkan paradigma dan
masalah penelitian.
Kedua pendekatan dalam kegiatan wawancara tersebut di atas dilakukan
secara fleksibel, artinya disesuaikan dengan keadaan dan situasi yang sedang
berlangsung. Agar hasil wawancara dapat dipelajari kembali secara cermat,
disamping dicatat juga direkam dengan tape recorder, dengan maksud agar data
63
tidak tercecer, baik karena tidak sempat dicatat, tidak sempat didengar atau
karena lupa.
Untuk mencapai obyektivitas data yang diperoleh dari hasil wawancara,
dalam arti tidak bias dan bebas dari pengamh pemikiran dan penafsiran pribadi
peneliti (self-delusion), peneliti melakukan penggalian dan pelacakan sampai
sedalam-dalamnya tentang data yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan (1)
triangulsi dengan berbagai pihak yang mengetahui benar masalah yang diteliti
dan keadaan permagang, (2) member check dalam rangka mendapatkan
konfirmasi data, serta (3) mengecek transferabilitasnya.
3.
Dokumentasi
Digunakannya teknik dokumentasi dalam penelitian ini karena dokumen
bisa dijadikan sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk
mencocokkan, menafsirkan bahkan untuk meramalkan data itu sendiri,
sebagaimana Lincoln dan Guba (1981: 232-235) menyatakan bahwa dokumen
untuk keperluan penelitian dapat dipergunakan karena bersifat stabil, berguna
sebagai bukti, alamiah, tidak relatif dan membuka peluang memperluas
pengetahuan.
Adapun dokumen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dokumen
pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi dapat berupa buku atau catatan
harian. Sedangkan dokumen resmi dapat berupa laporan-laporan resmi,
dokumen berbagai kegiatan pameran kerajinan,
dokumen-dokumen daftar
kunjungan pelanggan/pemesan dan dokumen-dokumen administratif lainnya.
64
E. Instmmen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sendiri sebagai instmmen utama. Artinya
peneliti terlibat secara langsung dalam keseluruhan pelaksanaan penelitian baik
melalui observasi dan wawancara maupun dokumentasi sehingga peneliti dapat
menggali, memahami, merasakan dan sekaligus menafsirkan atau memaknai data
untuk pelacakan lebih lanjut.
Peneliti secara langsung berhubungan dengan subyek penelitian dan
sekaligus konteks yang melatari peristiwa, situasi dalam latar alamiahnya (natural
setting). Penelitian ini tidak menggunakan orang lain sebagai instmmen guna
menjaga terjadinya bias dalam hal memahami, menginterpretasi dan memaknai data
yang terkumpul temtama untuk kegiatan observasi dan wawancara.
Selain peneliti sebagai instmmen utama dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan alat bantu penelitian bempa pedoman observasi, dan pedoman
wawancara. Alat bantu ini digunakan secara fleksibel dalam arti peneliti
mengembangkannya alat itu di lapangan disesuaikan dengan keadaan dan situasi
sehingga tidak mengganggu jalannya observasi dan wawancara maupun studi
dokemntasi itu sendiri. Disamping itu juga digunakan alat bantu bempa tape
recorder.
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan berpedoman pada
langkah-langkah penelitian Lincoln dan Guba yang menggambarkan rangkaian
prosedur dasar yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Prosedur tersebut
meliputi tahap orientasi, eksplorasi dan member-check.
65
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini peneliti melakukan studi kelayakan untuk mengenai dan
menilai lapangan atau obyek penelitian secara umum. Tahap ini telah dilakukan
upaya pengumpulan informasi awal mengenai aspek-aspek permasalahan serta
fokus masalah yang akan diteliti. Pada tahap ini telah dilakukan pula wawancara
dan pengamatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik pada saman individu
permagang, pemagang, penyelenggara maupun unsur pemerintah, serta studi
dokumentasi. Dari hasil studi ini, disusun rancangan penelitian yang selanjutnya
dibicarakan dalam fomm seminar untuk mendapatkan pengarahan,
penyempumaan serta persetujuan pembimbing dalam rangka pelaksanaan
penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menghadap Bapak Bupati Kepala Daerah Dati II Bangli pada tanggal 5
April 2000, Pada saat itu dijabat oleh Bapak Sekwilda karena Bupati belum
dilantik). Dilanjutkan dengan permohonan, ijin penelitian dan memantapkan
lokasi penelitian.
b. Berdasarkan surat ijin dari Kantor Sosial Politik Kabupaten Dati II Bangli,
peneliti menghadap Bapak Camat tanggal 7 April 2000, dan besoknya
peneliti menghadap bapak Lurah Cempga. Setelah menjelaskan tujuan dan
lokasi penelitian atas petunjuk bapak Lurah peneliti menghubungi bapak
kepala lingkungan/Br Pande dan bapak kelian adat lingkungan/Br Pande.
Kedua bapak inilah yang menghantarkan peneliti pada responden.
66
c. Melaksanakan pengumpulan data secara intensif melalui observasi dan
wawancara.
d. Selama penelitian berlangsung dilakukan pula analisis data yang dituangkan
dalam catatan lapangan, triangulasi dengan jalan mengungkapkan kembali
data yang diperoleh kepada sumber data yang lain dan meminta komentar
tentang hal yang sama agar di dapat tingkat kepercayaan yang lebih
menjamin.
3. Tahap Member Check
Kegiatan ini dilakukan guna menguji konsistensi informasi yang telah
diberikan responden dalam rangka memperoleh tingkat kredibilitas hasil
penelitian. Tingkat kepercayaan ini diperlukan sebagai upaya pembenaran hasil
penelitian terutama pembenaran atas informasi-informasi yang diperoleh baik
melalui hasil observasi, wawancara maupun data-data dokumenter. Dalam tahap
member check ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan:
a. Mengkomfirmasikan data atau informasi yang diperoleh langsung kepada
subyek penelitian. Artinya di sini peneliti meminta kebenaran informasi
yang telah peneliti catat, sekaligus meminta kritik dan saran atas hasil-hasil
yang dikomfirmasikan itu guna memperoleh kadar keabsahan dan
konsistensi jawaban.
b. Selain komfirmasi informasi, juga dilakukan konfirmasi hasil penelitian
kepada sumber-sumber data lainnya untuk memperoleh masukan data dan
informasi bam sampai diyakini bahwa tidak ada informasi yang dianggap
penting lagi.
67
c. Kegiatan member check lainnya dilakukan dalam bentuk diskusi dengan
rekan-rekan sejawat temtama dalam kapasitas sebagai mahasiswa S2
Pascasarjana UPI Bandung untuk memperoleh respon dan kritik sebagai
bahan masukan.
G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Menurut Patton "analisis data adalah proses mengatur uratan data dan
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar"
(Moleong,
1998: 103). Inti dari pengolahan dan
analisis
data adalah
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian
sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja. Pada prinsipnya analisis dan
pengolahan data dilakukan secara terns menems dari awal sampai akhir penelitian.
Dengan kata lain
analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan
dan setelah data terkumpul. Setelah data terkumpul, maka analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
1.
Reduksi Data
Pada tahap ini, data yang telah dicatat melalui berbagai sumber
direduksi atau dirangkum dalam bentuk abstraksi dengan mencari hal-hal
penting, sehingga ditemukan suatu makna dan konteks masalahnya. Reduksi
dilakukan dengan mengadakan unitisasi. Unitisasi data dilakukan dengan
menentukan jenis yaitu apakah jenis data itu asli atau hasil konstmksi peneliti.
Unitisasi dilakukan dimulai dari saat pencatatan lapangan. Pada catatan
lapangan data asli disusun dalam bentuk refleksi.
68
Deskripsi data tersebut dirinci menurut hal-hal pokok sebagai berikut:
(1) deskripsi mengenai responden yang diamati dan diwawancarai, (2) deskripsi
mengenai isi dialog, (3) deskripsi mengenai lingkungan atau keadaan dimana
kegiatan atau wawancara itu berlangsung, (4) deskripsi kejadian atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi selama pengamatan, dan (5) deskripsi mengenai
hubungan peneliti dengan partisipan.
Selanjutnya data-data yang sudah dideskripsikan dikonstmksikan oleh
peneliti dalam bentuk refleksi-refleksi seperti (1) refleksi perasaan yaitu
perasaan peneliti terhadap apa yang sudah diamati dan diwawancarai, (2)
refleksi analisis yaitu upaya peneliti untuk mengangkat permasalahan yang
perlu dicari jawabannya, (3) refleksi mengenai hal-hal yang dinilai berhubungan
dengan masalah yang diteliti, (4) refleksi penjelasan yaitu hal-hal yang perlu
dijelaskan lebih lanjut, misalnya latar belakang mengapa hal itu sering terjadi,
(5) refleksi etis yaitu upaya peneliti untuk tetap memegang teguh etika
penelitian.
2. Display Data
Setelah mengadakan unitisasi, dilanjutkan dengan
mengadakan
kategorisasi data. Data yang sudah diunitisasi itu dikategorikan ke dalam
satuan-satuan analisis berdasarkan fokus dan aspek permasalahan yang diteliti.
Artinya dari data yang ada dirumuskan dalam pokok-pokok pikiran mengenai
proses pembelajaran dalam magang dan pelatihan.
69
H. Meningkatkan Keabsahan Hasil Penelitian
Untuk meningkatakan derajad keabsahan data hasil penelitian diperlukan
teknik pemeriksaan yang pelaksanaannya didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu.
Dalam penelitian ini mengikuti reformulasi dari Lincoln dan Guba (1985), Patton
(1987), dan Moleong (1998) yang menjelaskan bahwa ada empat kriteria yang
digunakan untuk memperoleh keabsahan data hasil penelitian, yaim (1) derajat
kepercayaan (crediability), (2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan
(dependability), dan (4) kepastian (confirmability).
1.
Kredibilitas
Kriteria derajat kepercayaan ini pada dasamya menggantikan konsep
validasi internal dalam penelitian non kualitatif. Untuk memenuhi kriteria
kredibilitas penulis melakukan dengan beberapa teknik antara lain:
a. Memperpanjang Masa Pengamatan
Selama masa pengamatan peneliti selalu bemsaha untuk hadir di
tempat pelatihan dan magang untuk mengikuti berbagai kegiatan baik
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya, kembali
melakukan wawancara. Tujuan masa perpanjangan ini adalah untuk lebih
memperdalam pengamatan sehinggadata terkumpul secara tuntas dan utuh.
b. Ketekunan Pengamatan
Pengamatan dilakukan dimana peneliti secara intensif mengikuti
kegiatan permagang misalnya di saat ia sedang melaksanakan proses
pembelajaran dengan pemagang.
70
c. Triangulasi
Teknik ini dilaksanakan dengan cara memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data atau informasi yang diperoleh. Dalam hubungan ini hal-hal
yang dilakukan peneliti adalah:
(1) membandingkan antara hasil
pengamatan dengan wawancara, (2) njembandingkan apa yang dikatakan
responden di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, (4)
membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
orang lain.
d. Pengecekan Sejawat
Untuk teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
ataupun hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk kegiatan diskusi analitik
dengan rekan-rekan sejawat yakni mahasiswa S2 PPS UPI Bandung. Hal ini
dimaksudkan untuk tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran,
untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti
sendiri.
e. Pengecekan Anggota
Untuk teknik ini dilakukan dengan cara mengecek kepada anggotaanggota yang terlibat dalam
(Studi Koparatif Antara Magang dan Pelatihan Pada Kerajinan Perak
di Kecamatan Bangli Propinsi Bali)
TESIS
Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis PadaProgram Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan
Oleh
I Dewa Ayu Widiasih
NIM. 989537
^SSSSj^
^
»
m
W i
^wr^
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2000
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul
"Pengembangan Kegiatan Magang Dan Pelatihan" (Studi Komparatif Antara
Magang Dan Pelatihan Pada Kerajinan Perak Di Kecamatan Bangli Kabupaten
Bangli Propinsi Bali) beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri. Dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan ciriciri yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang
dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klain terhadap keaslian karya
saya ini.
Bandung,
Juli 2000
Yang membuat pernyataan
I Dewa Ayu Widiasih
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
PEMBIMBING I
PROF. DR. H. SUDARDJA ADIWIKARTA. MA
PEMBIMBING II
PROF. DR. H. SUTARYAT TRISNAMANSYAH. MA.
111
ABSTRAK
Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengembangan program
magang dan pelatihan pada kerajinan perak di Kelurahan Cempaga Kecamatan
Bangli Kabupaten Bangli Propinsi Bali yang berkisar pada bagaimana proses
pembelajaran pada magang dan pelatihan, bagaimana perbedaan efektifitas dan
efisiensinya serta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perbedaan magang dan pelatihan pada kerajinan
perak yang menyangkut proses pembelajaran, efektifitas dan efisiensi serta faktorfaktor pendukung dan penghambat.
Teori yang mendukung penelitian ini adalah teori yang mengatakan bahwa
PLS termasuk magang dan pelatihan sebagai proses empowering mempunyai
peran yang sangat penting dalam merespon dan mengatasi keterbelakangan,
kemiskinan dan kebodohan, yang akan mengangkat harkat dan martabat manusia
pada aspek pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif Subyek penelitian adalah sumber-sumber yang dapat memberikan
informasi tentang magang dan pelatihan di Kelurahan Cempaga Kecamatan
Cempaga Kabupaten Bangli yang terdiri dari: permagang, pemagang, peserta
pelatihan, instruktur, tokoh masyarakat, dan penyelenggara. Sampel ditetapkan
dengan menggunakan teknik bola salju (snowball sampling). Sedangkan data
dikumpulkan dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen
utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dengan menggunakan alat
bantu berupa pedoman observasi, pedoman wawancara serta pedoman
dokumentasi.
Adapun temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: (1)
Proses pembelajaran pada magang berlangsung berdasarkan hubungan
kekeluargaan (garis keturunan) dan dalam waktu yang relatif lama. (2) Proses
pembelajaran yang terjadi pada pelatihan dilakukan secara sistematis dan
terencana dengan baik, mulai dari identifikasi kebutuhan, penentuan tujuan,
program belajar, sampai pada penyelenggaraan pelatihan yang semuanya
dilakukan oleh Deperindag bekerja sama dengan Lurah setempat dalam waktu
yang relatif singkat. (3) Dilihat dari segi efektifitas dan efisiensi, magang kurang
efektif namun efisien, sedangkan pelatihan selain efektif juga efisien.(4) Baik
pada magang maupun pelatihan ditemukan faktor-faktor pendukung dan
penghambat baik ekternal maupun internal.
Dari temuan-temuan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa program
pelatihan kerajinan perak lebih efektif dan efisien dibandingkan dengan program
magang. Atas dasar itu diajukan saran-saran: (1) Bahwa untuk menjamin
keberhasilan program magang sebaiknya dikembangkan kurikulum magang
sebagai pedoman dalam mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan dari
permagang ke pemagang; (2) Kegiatan pelatihan seperti kerajinan perak
hendaknya juga diberikan kepada masyarakat yang belum memiliki keterampilan
dasar asalkan mereka benar-benar berminat dan membutuhkan keterampilan itu.
IV
DAFTARISI
PERNYATAAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
PENGHARGAAN...-
,
-
v
•
Y DAFTARISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Identifikasi Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Kerangka Pemikiran..
Definisi Operasional
i{[
iv
v
vi
viii
xii
xiv
xv
xvi
xvii
1
1
7
g
9
10
10
yi
BAB. II. LANDASAN TEORITIS
A. KonsepMagang Dalam Pendidikan Luar Sekolah
1. KonsepMagang
2. Komponen-komponen Magang
3. Magang dan Pelatihan Sebagai Proses Empowering
B. Konsep Pelatihan
1. Pengertian Pelatihan
2. Tujuan dan Manfaat Pelatihan
3. Prinsip-prinsip Pelatihan
4. Jenis-jenis program pelatihan
5. Metode-metode pelatihan
6. Model Sistem Pelatihan
15
15
15
17
21
30
30
35
39
42
43
45
BAB. III. PROSEDUR PENELTIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
B. Lokasi Peneltian
C. Subyek Penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
E. Instrumen Penelitian
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
H. Meningkatkan Keabsahan Hasil Penelitian
56
55
59
60
61
64
64
67
69
BAB. IV. HASIL PENELITIAN
74
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
74
1. Keadaan Umum Kelurahan Cempaga
74
2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis
Kelamin
3. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian...
4. Kondisi Sosial Ekonomi
5. Aspek Perindustrian
75
77
77
78
B. Keadaan Industri Kerajinan Perak
80
1. Sejarah Singkat munculnya kerajinan perakdi
Lingkungan/Banjar Pande
2. Keadaan Pengerajin
C. Deskripsi Hasil Penelitian
D. Pembahasan
80
82
83
117
BAB.V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
C. Rekomendasi
128
128
129
DAFTAR PUSTAKA
131
DAFTAR LAMPIRAN
134
xm
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Berpikir
\\
Gambar 2.1
Hubungan Fungsional Komponen-komponen PLS
19
Gambar 2.2
Siklus Pelatihan
54
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Perbandingan Antara Pendidikan dan Pelatihan
32
Tabel 2.2
Macam-Macam Program Pelatihan dan Pengembangan
43
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Komposisi Penduduk Menurut Umur
Data Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Data Industri Kecil/Kerajinan
75
77
79
Tabel 4.4
Persamaan dan Perbedaan Antara Magang dan Pelatihan
Kerajinan Perak
12 5
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1
Model Sistem Pelatihan
46
Bagan 2.2 Model Pelatihan Yang Berorienasi Pada Tujuan
47
Bagan 2.3 Model Pelatihan yang Berorienatsi Pada Kebutuhan
48
Bagan 2.4 Model Pelatihan Yang Berorienatsi Pada Kompetensi
49
Bagan 2.5 Model Pelatihan Kombinasi
50
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup
134
2. Foto-foto responden
136
3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian Program Magang dan Pelatihan
139
4. Pedoman Observasi untuk Program Magang
141
5. Pedoman Wawancara untuk Program Magang
142
6. Pedoman Observasi untuk Program Pelatihan
145
7. Pedoman Wawancara untukProgram Pelatihan
146
8. Permohonan Izin Mengadakan Studi Lapangan dari UPI Bandung
9. Izin Mengadakan Studi Lapangan dari Kantor Sospol Kab. Bangli
10. Surat Keterangan Mangadakan Penelitian dari Kantor Lurah Campaga
150
151
152
11. Perta Kelurahan Campaga
153
12. Daftar Nama Peserta Pelatihan
154
XV11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
dan pembangunan untuk seluruh masyarakat. Pembangunan yang menyeluruh
mensyaratkan keikutsertaan seluruh lapisan masyarakat, dan berperan dalam
pembangunan dan kehidupan berbangsa dan bernegara serta ikut melestarikan nilai-
nilai pembukaan UUD 1945. Untuk itu perlu terus dikembangkan iklim sosial
budaya yang mendukung agar mereka dapat menciptakan dan memanfaatkan
seluas-luasnya kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya melalui
peningkatan pengetahuan, keahlian dan keterampilan dengan tetap memperhatikan
kodrat, harkat dan martabat sebagai manusia. Upaya meningkatkan partisipasi
masyarakat dapat dilakukan dengan jalan memberikan pelayanan pendidikan
melalui jalur pendidikan luar sekolah. Dengan program pendidikan luar sekolah,
dapat memenuhi kebutuhan belajar minimum yang esensial bagi anak muda
maupun orang dewasa yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan (Coombs
dan Manzoor Ahmed: 1973). Potensi PLS dapat berperan sebagai lahan untuk
memacu akselarasi pembangunan ekonomi, sosial dan penyediaan lapangan kerja
di pedesaan.
Besarnya harapan akan potensi PLS, juga dapat disimak dari pernyataan
Kendervatter (1979), bahwa PLS merupakan "proses empowering". Pernyataan
tersebut mengandung engertian bahwa dengan melalui PLS warga masyarakat dapat
memperoleh pengertian dan kemampuan untuk mengontrol kekuatan sosial,
ekonomi dan atau politik guna menyempurnakan kedudukan mereka di masyarakat,
melalui:....(l) exercising a hight degree of control over all aspects of the learning
process; (2) learning both content and process skills responsive to their needs and
problems; and (3) working collaboratively to solve mutual problems.
(Kindervatter, 1979:245).
Berdasarkan pada ungkapan-ungkapan yang dikemukakan diatas, jelas
betapa besar peran dan potensi PLS dalam upaya peningkatan kualitas hidup
masyarakat terutama yang diarahkan pada sektor sosial ekonomi, industri-industri
kecil maupun industri rumah tangga yang terdapat di perkotaan maupun di
pedesaan.
Pembangunan industrialisasi dalam perkembangannya telah memperlihatkan
sumbangan yang kian nyata terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, sekalipun
dalam kurun waktu 2 tahun terakhir, ada yang mengalami kemandekan sebagai
akibat krisis ekonomi yang melanda seluruh aspek pembangunan nasional.
Investasi di sektor industri kecil termasuk industri rumah tangga diperlukan
untuk mancapai target pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja serta
peningkatan pendapatan masyarakat sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh
Bakrie (1993), bahwa:
Salah satu perhatian yang memiliki arti sangat strategis ialah industri kecil
yang pada umumnya merupakan golongan ekonomi lemah dan lokasinya
tersebar di seluruh wilayah Indonesia, sampai ke desa-desa. Industri kecil
dalam perkembangannya telah turut menciptakan peningkatan pertumbuhan
wiraswasta baru di pedesaan, menciptakan lapangan kerja yang kian besar
dan pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan dan keamanan
masyarakat luas. (IKOPIN, 1993:54)
Adalah suatu hal yang sangat bijaksana kalau usaha skala industri kecil
diletakkan sebagai bagian dari struktur perekonomian nasional, karena berperan
sebagai penghubung antara sektor tradisional dan proses modernisasi dalam tatanan
perekonomian yang berjalan. Dalam kedudukannya sebagai penghubung melalui
kemampuannya membentuk nilai tambah ekonomi yang secara komulatif akan
mampu menunjang laju pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini di dukung oleh
kebijakan pemerintah yang telah memberikan arah bagi pengembangan industri
kecil yang telah dituangkan sejak Pelita Kelima, sebagaimana ditetapkan dalam
GBHN 1993 , bahwa :
"Pembangunan industri kecil termasuk industri kerajinan dan industri rumah
tangga serta yang informal dan tradisional dilanjutkan dan diarahkan untuk
memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, meningkatkan
ekspor, menumbuhkan kemampuan dan kemandirian berusaha serta
meningkatkan pendapatan pengusaha kecil dan perajin (GBHN: 1993).
Penegasan dalam GBHN tersebut mengetengahkan bahwa pembangunan
industri kecil bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan dan kemandirian
berusaha yang pada gilirannya akan dapat memacu peningkatan kualitas SDM.
Peranan dunia usaha maupun industri sangat strategis dalam menghasilkan tenaga
profesional yang memiliki potensi tinggi dalam menyelaraskan tingkat kebutuhan
tenaga kerja di sektor industri, maupun untuk kepentingan pengembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Menurut catatan BPS (1996) sebagian besar tenaga kerja
yang bekerja disektor industri berlatar belakang pendidikan formal paling tinggi
sekolah dasar. Hasil penelitian Bank Dunia tahun 1991 menyimpulkan bahwa
persentase tenaga kerja yang kurang terampil lebih banyak diperusahaan besar dan
sebagian besar berasal dari tenaga kerja wanita. Kondisi seperti ini mengakibatkan
tingkat produktifitas rendah, kurang berinisiatifdan ketergantungan pada orang lain
cukup besar.
Dalam upaya mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan peranserta
dunia industri untuk bersama-sama menyelenggarakan program-program
pendidikan dan pelatihan dalam rangka memajukan tingkat kemampuan tenaga
kerja, agar mereka lebih berkualitas dan siap untuk mengisi pasar tenaga kerja.
Seperti telah disinggung pada bagian awal, bahwa peningkatan sumber daya
manusia tidak terlepas dari peran sistem pendidikan baik pendidikan sekolah
maupun pendidikan luar sekolah. Pendidikan merupakan sarana utama dalam
pembangunan yang memiliki arti penting dengan misinya sebagai pengemban
potensi manusia yang dapat mengarahkan kearah kondisi kehidupan masyarakat
yang lebih layak dan sejahtera (Fakry Gaffar : 1994). Pendidikan pada hakekatnya
tetap sebagai proses pembangkitan kekuatan dengan harga diri dari rasa ketidak-
mampuan, ketidak-berdayaan, dan keserba-kekurangan, bahkan lebih tegas lagi
Adiwikarta (1994 : 7) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan dan
meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan melakukan peran :
(1) mempersiapkan dan memperbaharui perangkat mental psikologis warga
masyarakat, sehingga siap menghadapi kehidupan yang lebih maju dan
berubah sesuai dengan perkembangan serta tuntutan zaman; (2)
mempersiapkan warga masyarakat dengan keterampilan dan kemampuan
kerja yang diperlukan dalam masyarakat maupun dunia kerja, (3)
mempersiapkan warga masyarakat dengan sifat kritis dan kebersamaan
hidup mandiri terlepas dari ketergantungan kepada pihak lain, (4).
Mengembangkan kemampuan kreatif dan adaptif dalam memanfaatkan
potensi yang dimiliki.
Dengan demikian jelas bahwa misi dan peran pendidikan sebagai mana
yang diuraikan oleh para ahli, merupakan proses untuk lebih memberdayakan
sumber daya manusia agar mau dan mampu membangkitkan potensi yang ada pada
dirinya.
Pendidikan sebagai suatu sistem dalam sistem pembangunan universal
memiliki dua sub sistem yaitu : sub sistem pendidikan sekolah dan sub sistem
pendidikan luar sekolah, yang keduanya mempunyai kedudukan yang sama
pentingnya. Untuk keperluan studi ini pernios lebih banyak mengupas kajian
tentang pendidikan luar sekolah.
Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan
di luar sekolah melalui kegiatan belajar yang tidak berjenjang dan
berkesinambungan ( UU RI No.2 th 1989 ). Magang sebagai salah satu bentuk
program PLS dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sumber daya
insani. Magang sebagai cara penyampaian dan penerimaan informasi disadari atau
tidak disadari banyak dilakukan orang terutama pada industri-industri kecil baik di
perkotaan maupun di pedesaan. Magang sebagai salah satu dari berbagai bentuk
dan sistem penyampaian program, terutama yang menekankan pembekalan
keterampilan pada hakekatnya merupakan perpaduan dari keseluruhan kepribadian
peserta magang yang menurut Rush Lutan ( 1989 : 8 ) adalah termasuk penguasaan
pengetahuan dan pemilikan sikap dasar positif terhadap kerja.
Dalam suasana magang sebagai bengkel kerja yang dimiliki permagang
(sumber belajar dan pemilik magang ) terjadi proses interaksi belajar
membelajarkan antara pemagang dengan permagang. Artinya pemagang yang
termotivasi memperoleh keterampilan dan kemampuan tertentu serta motivasi
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan setempat. Melalui permagang yang telah
memiliki kelebihan keterampilan dan kemampuan tertentu, memungkinkan
pemagang untuk menguasai suatu keterampilan produktif, hingga memiliki suatu
kemampuan untuk berdiri sendiri.
Dengan melalui proses transformasi secara kental dan menyeluruh
pemagang tidak saja sekedar memproleh keterampilan dan pengetahuan melainkan
juga mengalami perubahan perilaku dan sikap mental dengan menempatkan figur
pemagang sebagai panutan dalam hidupnya.
Salah satu idustri kecil di pedesaan yang telah banyak memberikan
pelayanan dalam hal membelajarkan masyarakat sambil bekerja adalah industri
kerajinan perak di Lingkungan Cempaga Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli
Kabupaten Bangli. Proses transformasi pengetahuan dan keterampilan dalam
industri ini yang memberikan peluang individu untuk belajar sambil bekerja dalam
pendidikan luar sekolah dikenal dengan istilahmagang.
Dari hasil observasi pendahuluan di lapangan diketahui bahwa usaha
kerajinan perak di Lingkungan Cempaga merupakan warisan keterampilan yang
berlangsung secara turun temurun. Hampir setiap rumah memproduksi kerajinan
perak. Mereka hanya mempekerjakan anggota keluarganya dan sedikit saja yang
mempekerjakan orang lain (luar).
Ditempat usaha kerajinan ini terjadi kegiatan belajar sambil bekerja yang
sekaligus berpengaruh pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Prinsip dasar
kegiatan belajar membelajarkan yang mewarnai proses aktivitas kerajinan industri
ini adalah cara belajar dengan melihat kerja orang lain yang sudah mahir dan
sekaligus menerima petunjuk yang praktis secara langsung dan dalam waktu yang
relatif singkat, namun bisa membina keterampilan motorik para peserta. Belajar
pada mulanya melalui trial and error akan tetapi lama kelamaan ia pun mampu
menghasilkan sesuatu yang memberikan reinforcement (penguatan) pada pemagang
sehingga pada akhirnya mempunyai kepercayaan pada diri sendiri.
B. Identifikasi Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah ke sasaran yang diinginkan maka terlebih
dahulu diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
Pertama, bahwa proses kegiatan magang pada kerajinan perak merupakan
salah satu kegiatan pembelajaran yang dipengaruhi oleh kondisi dan karakteristik
lingkungan setempat. Latar belakang peserta pelatihan, sumber belajar, jenis
ketrampilan yang dikembangkan akan mempengaruhi proses pembelajaran.
Kedua, dalam kenyataannya program magang merupakan program lanjutan
dari pelatihan, namun sering pula dilakukan sebagai program yang lepas dari
program pelatihan, sehingga memungkinkan strategi pembelajaran yang diterapkan
pada kegiatan tersebut memiliki variasi dan perbedaan-perbedaan tertentu akibat
sarana, input yang berbeda sekalipun pada program dan penyelenggaraan yang
sama.
Ketiga, dalam penyelenggaraan program magang sangat ditentukan oleh
berbagai kondisi pada saat penyelenggaraan. Kondisi tersebut dapat merupakan
pendukung tercapainya program pembelajaran, namun dilain pihak dapat pula
sebagai faktor- faktor yang menghambat pencapaian tujuan, sehingga magang pada
kerajinan perak ini merupakan salah satu kasus yang dipengaruhi oleh kondisi
daerah tertentu.
8
Keempat, efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan merupakan salah satu
kriteria umum yang biasa digunakan untuk mengukur keberhasilan program.
Program yang efisien selalu ditandai oleh pemanfaatan daya dukung secara
maksimal, sedangkan efektifitas selalu ditandai oleh ketepatan pencapaian tujuan
yang diharapkan. Untuk menciptakan program yang efektif dan efisien memeriukan
prasyarat dan manajemen penyelenggara yang paling cocok. Namun dalam
kenyataan tidak semua penyelenggara program pelatihan maupun magang sudah
merancang program agar suatu program dapat tercapai secara efektif dan efisien.
C. Rumusan Masalah:
Mengingat ruang lingkup permasalahan di atas, cakupannya sangat luas,
sementara kemampuan, waktu dan biaya sangat terbatas, maka pengkajian
selanjutnya lebih diarahkan pada fokus masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:
Bagaimana pengembangan program magang dan pelatihan pada kerajinan perak di
Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
Guna terarahnya kegiatan pengumpulan data dan untuk memmudahkan
pembahasan serta memperjelas sistimatika berpikir pada saat menganalisis masalah,
maka dijabarkan ke dalam beberapapertanyaan pokok sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran pada magang kerajinan perak di Kelurahan
Cempaga Kecamatan Bangli KabupatenBangli?
2. Bagaimana proses pembelajaran pada pelatihan kerajinan perak di Kelurahan
CempagaKecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
3. Bagaimanakah perbedaan efektifitas dan efisiensi antara magang dan pelatihan
Kerajinan Perak di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam proses
pembelajaran baik pada magang maupun pada pelatihan kerajinan perak di
Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
proses pengembangan magang dan pelatihan usaha kerajinan perak di
Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli?
2. Tujuan Khusus.
a) Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran pada magang kerajinan perak
di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
b) Untuk mendiskripsikan proses pembelajaran pada pelatihan kerajinan perak
di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
c) Untuk mengetahui perbedaan efektifitas dan efisiensi antara proses
pembelajaran pada magang dan pelatihan kerajinan perak di Kelurahan
Cempaga Kecamatan Bagli Kabupaten Bangli.
d) Untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor pendukung dan penghambat
proses pembelajaran pada magang dan pelatihan kerajinan perak di
Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli Kabupaten Bangli.
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan ada dua kegunaan utama yaitu kegunaan
yang bersifat teoritis dan bersifat praktis. Secara teoritis, temuan yang diperoleh
10
diharapkan mampu memberi nilai yang berarti untuk dijadikan masukan bagi
perencana pendidikan luar sekolah dalam menyusun berbagai jenis dan bentuk
kegiatan belajar membelajarkan pada perusahaan-perusahaan yang berorientasi
pada keterampilan. Ini dimaksudkan dalam rangka menghasilkan sumber daya
manusia yang berkualitas, khususnya dalam bidang kerajinan perak. Selain itu, hasil
penelitian ini bermanfaat sebagai masukan bagi Departemen tenaga Kerja dalam
membuat kebijakan dan menciptakan lapangan kerja yang dapat mengatasi
pengangguran.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi peluang untuk
menguji coba program ini di daerah lain serta dikembangkan dan diterapkan untuk
melatih warga masyarakat lain yang memeriukan keterampilan bekal hidup sejenis.
F Kerangka Pemikiran
Dalam paradigma pendekatan sistem, proses kegiatan magang dan pelatihan
merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mentransformasikan input menjadi
out put. Terdapat tiga jenis input yang terlibat dalam kegiatan magang
dan
pelatihan yaitu raw input, instrumental input dan enviromental input.
Keseluruhan komponen strategis yang terkait dalam proses magang dan
pelatihan diarahkan pada upaya memberikan pengalaman belajar yang bermakna
bagi peserta sehingga hasilnya dapat lebih memuaskan. Namun demikian, dengan
segala karakteristik kegiatan magang yang pengelolaannya masih tradisional, maka
magang yang mulanya sebagai kegiatan belajar individu, kemudian dikembangkan
ke dalam kegiatan belajar kelompok, pada akhirnya dapat dikembangkan menjadi
kegiatan latihan seperti yang dikenal sekarang ini.
11
Berdasarkan paparan yang dikemukakan di atas, maka kerangka berpikir
dalam mengkaji masalah penelitian ini dapat dilukiskan sebagai berikut:
GAMBAR 1.1
KERANGKA BERFIKIR
Faktor yang
berpengaruh
PROSES
PEMBELAJARAN
1. Persiapan
pembelajaran
2. Pelaksanaan
pembelajaran
3. Evaluasi
pembelajaran
—^—
Faktor yang
berpengaruh
G. Definsi Operasional
Untuk lebih jelasnya arah penelitian dan agar terhindar dari kemungkinan
adanya salah tafsir, maka diperlukan defmisi operasional dari beberapa istilah yang
penting sebagai berikut:
1. Pengembangan
Pengembangan diambil dari istilah bahasa Inggris yaitu development.
Menurut Morris, dalam The American Herritage Dictionary of the English
Language, dikemukakan bahwa development is the act ofdeveloping (perbuatan
mengembangkan). Developing itu sendiri diberi arti "to expand or realize the
potentialities of bring graduaaly toa fuller, greater, or better state ... to progres
12
from earlier to later or from simples to more complex stages of evolution"
(Morris, 1976: 360-361). Pengembangan adalah upaya memperluas atau
mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat
kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik,
memajukan dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang
sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih lebih kompleks. Berdasarkan
pengertian tersebut , pengembangan dalam kajian ini dapat diartikan sebagai
upaya memajukan program magang tradisional ke tingkat pelatihan yang lebih
sempurna, lebih baik dan terorganisasi.
Kegunanaan pengembangan sesuai dengan pengertian di atas, adalah
untuk meningkatkan dan memperluas program pendidikan luar sekolah, yaitu
meningkatkan dan menekankan pada segi kualitatif. Peningkatan diarahkan
untuk menyempurnakan kegiatan magang tradisional. Peningkatan model baru
itu disusun sesuai dengan perpaduan penyelenggaraan magang tradisional yang
telah dilaksanakan denganpelatihan.
2. Magang
Magang sebagai suatu kegiatan belajar pendidikan luar sekolah yang
artinya belajar sambil bekerja. Magang adalah proses belajar dimana seseorang
memproleh dan menguasai keterampilan dengan jalan melibatkan diri dalam
proses pekerjaan tanpa atau dengan petunjuk orang yang sudah terampil dalam
pekerjaan itu (BPKB, 1990:3). Magang tradisional yang dimaksudkan dalam
penelitian ini adalah proses pembelajaran berupa hubungan langsung antara
seorang dengan orang lain yang masih dalam lingkup kekeluargaan, sifatnya
13
turun temurun di lingkungan pande itu sendiri, dan tidak melibatkan orang dari
luar lingkungan pande.
3. Pelatihan.
Bohar Soeharto dkk. (1993) merumuskan pelatihan atau latihan
(training) adalah "suatu upaya belajar dalam berlatih yang bertujuan untuk
menimbulkan keterampilan tertentu terhadap seseorang atau sekelompok orang
dan dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat pada tempat tertentu".
Dalam pengertian di atas pelatihan (training) mempunyai beberapa ciri yaitu: (a)
direncanakan dengan sengaja, (b) ada tujuan yang hendak dicapai, (c) ada
kegiatan belajar dan berlatih, (d) isi belajar dan berlatih menekankan pada
keahlian atau ketrampilan, (e) dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat,
dan (f) ada tempat belajar dan berlatih.
Pelatihan yang dimaksudkan dalam kajian tesis ini adalah suatu bentuk
pelatihan yang berkonotasi dalam dunia kerja yang dihubungkan dengan
pemberian petunjuk, orientasi dan pengarahan
yang dilaksanakan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan kurikulum yang telah
dirumuskan dan tujuan yang telah ditetapkan dengan maksud untuk
memberikan pengetahuan dan ketrampilan di bidang kerajinan perak kepada
peserta pelatihan.
4. Efektivitas.
Efektivitas berasal dari kata efektif berarti adanya efek, akibatnya,
pengaruhnya, dan dapat membawa hasil. Kamus Bahasa Indonesia (1990: 219).
14
Efektivitas dapat diartikan keefektifan ataupun daya guna atau adanya
kesesuaian dalam suatu aktivitas antara apa-apa yang telah dilakukan dengan
sasaran yang diinginkan. Atau "...the ability to bring a bout the result
intended", maksudnya adalah kemampuan melaksanakan atau menggunakan
sesuatu agar mampu mencapai hasil yang telah ditetapkan.
5.
Efisiensi
Efisiensi berasal dari kata efisien yang dapat diartikan: cermat, tidak
membuang-buang energi dan waktu, paling sesuai dan tepat untuk sesuatu
tujuan, tepat guna dan berhasil guna (Poerwadarminta, 1990: 219). Dari
pengertian itu efisiensi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah apakah
biaya yang dipergunakan dalam kegiatan program sesuai dengan hasil yang
diharapkan.
^D'o/>t
-£
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Kajian studi ini mengenai pengembangan kegiatan magang ke dalam
pelatihan pada pengerajin perak di Kec. Bangli Kabupaten Bangli. Pengkajian
terhadap masalah tersebut dilakukan dengan maksud untuk menemukan data yang
berkaitan dengan proses pembelajaran yang dilakukan baik pada magang kerajinan
perak maupun pelatihan kerajinan perak yang ada di Kec. Bangli. Jelas bahwa
penelitian ini bertujuan membandingkan antara kegiatan magang dan pelatihan pada
pengrajin perak, sehingga bisa ditemukan program yang lebih efektif dan efisien,
sebagaimana kenyataan yang ditemukan di lapangan. Dengan demikian penelitian
ini menuntut untuk digunakannya pendekatan kualitatif, karena sifat dan
karakteristik penelitian ini bertujuan menemukan kondisi obyektif yang mendalam
sebagaimana adanya mengenai proses pembelajaran yang terjadi baik pada magang
maupun pada pelatihan, faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses
pembelajaran, sehingga bisa diketahui program mana yang lebih efektif dan efisien.
Reichardt dan Cook (1982:7-11) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif
mempergunakan persfektif fenomenalogis, yang menyorot pada masalah perilaku
manusia, berupa ucapan dan perbuatan serta interpretasi mereka terhadap
lingkungan dunianya. Dalam kaitan ini tugas peneliti adalah menangkap proses
interpretasi, yaitu memahami keselumhan perilaku manusia secara empatik
berdasarkan titik pandang mereka sendiri. Dengan demikian penelitian kualitatif
tidak berupaya membuktikan suatu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan teori56
57
teori yang ada, melainkan untuk memahami dan menganahsis fenomena yang
kompleks dalam kaitannya dengan aspek lain yang ditelitinya. Karenanya peneliti
dituntut untuk memiliki kemampuan mereproduksi pikiran, perasaan, motif ataupun
empati yang berada di balik penampilan atau tindakan informan.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif-naturalistik maka penelitian ini
menghendaki adanya kenyataan-kenyataan yang utuh yang tidak dapat dipahami
jika dipisahkan dalam konteksnya. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa (1)
tindakan pengamatan mempengaruhi apa yang dilihat, (2) konteks sangat
menentukan dalam menetapkan apakah suatu penemuan mempunyai arti bagi
konteks lainnya, yang berarti bahwa suatu fenomena harus diteliti dalam
keseluruhan pengamh lapangan, (3) sebagai stmktur nilai kontekstual bersifat
determinatif terhadap apa yang akan dicari.
Dalam penilitian ini peneliti sendiri sebagai instrumen utama, sehingga
dimungkinkan untuk menjaring data yang utuh yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan alat lain di luar peneliti serta setiap gangguan yang memungkinkan
menghalangi proses penelitian dapat dihindari. Demikian pula kajian ini mengarah
pada kedalaman dan ketajaman bukan semata-mata pada luasnya sampel, misalnya
studi kasus dengan membatasi seminimal mungkin campur tangan pihak luar atau
peneliti sendiri pada latar penelitian.
Analisis yang bersifat induktif, yaitu dengan menarik kesimpulan-
kesimpulan dari latar penelitian/fenomena/data dan bukan atas dasar teori yang
sudah baku. Dengan penarikan kesimpulan induktif memungkinkan dibuatnya
kesimpulan-kesimpulan data ganda, membuat gambaran secara menyeluruh dan
58
hubungan peneliti-obyek menjadi eksplisit serta dalam penelitian tidak
mengabaikan nilai-nilai yang beriaku padalatarpenelitian.
Analisis deskriptif dengan memandang sesuatu secara mendalam yang
diperoleh dari kata-kata, gambar, dan tidak semata-mata pada angka mempakan ciri
lain dari kajian studi ini. Dengan menganahsis secara deskriptif berarti
diperiukannya berbagai fakta, ditelaah secara mendalam dan dicari keterkaitannya
melalui pertanyaan mengapa, bagaimana terjadjnya, dan atas dasar alasan apa hams
senantiasa dipergunakan dalam penelitian.
Penelitian ini lebih mementingkan proses dari pada hasil. Hal ini disebabkan
karena hubungan bagian-bagian yang sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila
diamati dalam proses.
Penelitian ini menghendaki adanya batas-batas penelitian atas dasar fokus.
Penetapan fokus dimaksudkan untuk mengurangi terialu luasnya hal-hal yang
dideskripsikan dan mengurangi resiko kaburnya sasaran penelitian.
Melalui
pendekatan ini dapat dihindarkan kesan subyektivitas karena demikian tingginya
campur tangan peneliti sebagai instmmen penelitian.
Penelitian ini menganut desain sementara yang secara terns menems
disesuikan dengan fokus penelitian dan kenyataan lapangan. Adanya desain yang
fleksibel memungkinkan untuk dilakukannya penyesuaian pada kenyataan yang
mungkin demikian berbeda dengan hal-hal yang direncanakan. Pada sisi lain
dimungkinkan untuk melakukan perubahan-perubahan sesuai dengan interaksi
antara peneliti dengan kenyataan
lapangan serta memungkinkan
untuk
mencandrakan nilai-nilai yang senantiasa terkait dengan data yang dikumpulkan.
59
Kesimpulan hasil penelitian ini merupakan hasil kesepakatan bersama antara
peneliti dengan subyek penelitian. Hal ini sesuai dengan kenyataan yang diambil
dari latar penelitian serta diperiukannya triangulasi dalam upaya menjamin
keajengan nilai dari hasil penelitian yang tidak semata-mata hasil interpretasi
peneliti.
Menyimak karakteristik pendekatan yang digunakan tersebut menunjukkan
betapa berperannya peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Oleh karenanya peneliti
dituntut memiliki (1) wawasan dan ketajaman analisis dan interprestasi terhadap
realitas lapangan agar dapat mengembangkan atau memberi makna suatu teori, (2)
sensitifitas dan kreatifitas yang tinggi sehingga dapat mengembangkan metode atau
teknik pada saat melaksanakan penelitian, (3) sikap korektif agar dapat menemukan
atau mengembangkan suatu teori, (4) keterbukaan yang tinggi agar dapat
mengungkap dan menjaring lebih banyak data serta informasi yang memungkinkan
mengarahkan terwujudnya keabsahan data dan hasil penelitian.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cempaga Kecamatan Bangli
Kabupaten Bangli Propinsi Bali. Pemilihan lokasi penelitian di dasarkan atas
beberapa pertimbangan tertentu. Pertimbangan pertama, adalah dari hasil studi
pendahuluan menunjukkan indikasi adanya pemiasalahan yang urgen untuk
diketahui dan dikaji pada setting penelitian, yakni bagaimana proses pembelajaran
yang terjadi pada magang kerajinan perak di Kec. Bangli, dan bagaimana pula
proses pembelajaran yang terjadi pada pelatihan kerajinan perak yang diadakan oleh
Departemen Perindustrian dan Perdagangan di Kab. Bangli.
60
Pertimbangan kedua adalah sampai saat ini penulis belum menemukan hasil
penelitian ilmiah mengenai perbedaan antara magang
dan pelatihan pada
pengerajin perak di Kec. Bangli Kab. Bangli. Pada hal hasil penelitian ini sangat
dibutuhkan untuk berbagai kebijakan implementasi pengembangan magang yang
mengandung unsur-unsur pelatihan.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah para pemagang, permagang, instruktur, peserta
pelatihan, penyelenggara pelatihan dan tokoh masyarakat yang berdasarkan
pertimbangan, dinilai memiliki kualitas dan ketepatan untuk berperan sebagai
subyek penelitian sesuai dengan tuntutan fokus permasalahan. Kriteria pemilihan
didasarkan atas profesi, pengalaman, fungsi dan peran, kemampuan wawasan aktual
historis dan antisipatoris.
Dengan mengacu kepada kriteria mejtodologis yang dikemukakan oleh
Lincoln dan Guba (1985: 201) dan S. Nasution (1988: 32), maka subyek penelitian
ini ditarik dan dikembangkan secara purposif yaitu dipilih berdasarkan tujuan dan
kriteria yang telah ditetapkan. Jumlah subyek penelitian dikembangkan secara
bergulir atau "snowball sampling technique" hingga mencapai titik jenuh dimana
informasi telah terkumpul secara tuntas. Dalam penelitian ini yang terpenting
bukanlah banyaknya responden, akan tetapi keaneka ragaman responden sehingga
diperoleh kedalaman penggalian masalah melalui informansi-inonnasi yang
berentangan lebar dan beraneka ragam.
Disamping jumlah sampel atau responden yang menjadi sasaran penelitian,
terdapat pula sejumlah responden (di luar sampel) yang diwawancarai dalam rangka
61
(1) triangulasi, yaitu untuk mengecek kebenaran data yang diberikan responden,
dan (2) transferabilitas, yaitu untuk melihat apakah hasil penelitian dapat
diaplikasikan dalam wilayah yang cukup luas. Anggota sampel yang diambil untuk
kedua kepentingan tersebut semuanya berlokasi di kec. Bangli Kab. Bangli.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk keperluan pengumpulan data-data dilakukan dengan menggunakan
teknik observasi atau pengamatan, wawancara dan dokumentasi.
1.
Observasi
Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan pada dua tahap, yakni
pertama mengamati karakteristik situasi dan adegan yang diamati seperti
mangan, waktu, kegiatan yang dilakukan dan kejadian-kejadian yang muncul
serta suasana di saat kejadian atau kegiatan itu berlangsung. Pengamatan
selanjutnya dilakukan dengan menelaah secara lebih detail karakteristik
kegiatan belajar yang diterapkan instruktur atau nara sumber dalam proses
pembelajaran.
Kegiatan observasi ini difokuskan pada hal-hal (1) kegiatan yang
dilakukan pelatih /permagang selama berada di lingkungan magang maupun
pelatihan, terutama
saat berada dalam ruang belajar, (2) dimana mereka
melakukan, bagaimana mereka memanfaatkan mang dan sumber-sumber
potensial, (3) kapan mereka melakukan dan berapa lama.
Dalam pengumpulan data melalui teknik observasi selalu diarahkan pada
fokus penelitian. Artinya hanya data yang paling berhubungan dan akurat yang
dikumpulkan.
62
2.
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk melacak (probing) data yang dibutuhkan
dari responden. Dalam kegiatan wawancara dilakukan dengan menggunakan
pendekatan sebagai berikut:
a. Wawancara informal, yaitu menciptakan situasi yang memungkinkan
percakapan bebas dan spontanitas. Untuk itu dalam banyak kesempatan
wawancara
dilakukan
secara
informal
dan
kadang-kadang
tanpa
sepengetahuan responden. Percapakan dilakukan pada setiap dilakukan
pengamatan dan saat-saat informal lainnya.
b. Wawancara formal, yaitu wawancara yang dilakukan secara terencana
melalui suatu perjanjian bersama terlebih dahulu baik mengenai waktu,
tempat dan pokok-pokok yang akan dibahas atau diwawancarakan. Agar
pembicaraan selama wawancara terarah pada fokus penelitian, peneliti
menyediakan lembaran-lembaran yang berisi garis-garis besar pertanyaan
atau masalah yang akan didiskusikan. Namun dalam pelaksanaannya tidak
terikat secara ketat, artinya digunakan gabungan tipe wawancara berstruktur
dan tidak berstruktur, yang biasa dikenal dengan istilah wawancara semi
berstmktur. Pedoman wawancara disusun berdasarkan paradigma dan
masalah penelitian.
Kedua pendekatan dalam kegiatan wawancara tersebut di atas dilakukan
secara fleksibel, artinya disesuaikan dengan keadaan dan situasi yang sedang
berlangsung. Agar hasil wawancara dapat dipelajari kembali secara cermat,
disamping dicatat juga direkam dengan tape recorder, dengan maksud agar data
63
tidak tercecer, baik karena tidak sempat dicatat, tidak sempat didengar atau
karena lupa.
Untuk mencapai obyektivitas data yang diperoleh dari hasil wawancara,
dalam arti tidak bias dan bebas dari pengamh pemikiran dan penafsiran pribadi
peneliti (self-delusion), peneliti melakukan penggalian dan pelacakan sampai
sedalam-dalamnya tentang data yang diperlukan. Selanjutnya dilakukan (1)
triangulsi dengan berbagai pihak yang mengetahui benar masalah yang diteliti
dan keadaan permagang, (2) member check dalam rangka mendapatkan
konfirmasi data, serta (3) mengecek transferabilitasnya.
3.
Dokumentasi
Digunakannya teknik dokumentasi dalam penelitian ini karena dokumen
bisa dijadikan sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk
mencocokkan, menafsirkan bahkan untuk meramalkan data itu sendiri,
sebagaimana Lincoln dan Guba (1981: 232-235) menyatakan bahwa dokumen
untuk keperluan penelitian dapat dipergunakan karena bersifat stabil, berguna
sebagai bukti, alamiah, tidak relatif dan membuka peluang memperluas
pengetahuan.
Adapun dokumen yang dikaji dalam penelitian ini meliputi dokumen
pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi dapat berupa buku atau catatan
harian. Sedangkan dokumen resmi dapat berupa laporan-laporan resmi,
dokumen berbagai kegiatan pameran kerajinan,
dokumen-dokumen daftar
kunjungan pelanggan/pemesan dan dokumen-dokumen administratif lainnya.
64
E. Instmmen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti sendiri sebagai instmmen utama. Artinya
peneliti terlibat secara langsung dalam keseluruhan pelaksanaan penelitian baik
melalui observasi dan wawancara maupun dokumentasi sehingga peneliti dapat
menggali, memahami, merasakan dan sekaligus menafsirkan atau memaknai data
untuk pelacakan lebih lanjut.
Peneliti secara langsung berhubungan dengan subyek penelitian dan
sekaligus konteks yang melatari peristiwa, situasi dalam latar alamiahnya (natural
setting). Penelitian ini tidak menggunakan orang lain sebagai instmmen guna
menjaga terjadinya bias dalam hal memahami, menginterpretasi dan memaknai data
yang terkumpul temtama untuk kegiatan observasi dan wawancara.
Selain peneliti sebagai instmmen utama dalam pengumpulan data, peneliti
menggunakan alat bantu penelitian bempa pedoman observasi, dan pedoman
wawancara. Alat bantu ini digunakan secara fleksibel dalam arti peneliti
mengembangkannya alat itu di lapangan disesuaikan dengan keadaan dan situasi
sehingga tidak mengganggu jalannya observasi dan wawancara maupun studi
dokemntasi itu sendiri. Disamping itu juga digunakan alat bantu bempa tape
recorder.
F. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan berpedoman pada
langkah-langkah penelitian Lincoln dan Guba yang menggambarkan rangkaian
prosedur dasar yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif. Prosedur tersebut
meliputi tahap orientasi, eksplorasi dan member-check.
65
1. Tahap Orientasi
Pada tahap ini peneliti melakukan studi kelayakan untuk mengenai dan
menilai lapangan atau obyek penelitian secara umum. Tahap ini telah dilakukan
upaya pengumpulan informasi awal mengenai aspek-aspek permasalahan serta
fokus masalah yang akan diteliti. Pada tahap ini telah dilakukan pula wawancara
dan pengamatan kegiatan-kegiatan yang dilakukan baik pada saman individu
permagang, pemagang, penyelenggara maupun unsur pemerintah, serta studi
dokumentasi. Dari hasil studi ini, disusun rancangan penelitian yang selanjutnya
dibicarakan dalam fomm seminar untuk mendapatkan pengarahan,
penyempumaan serta persetujuan pembimbing dalam rangka pelaksanaan
penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap eksplorasi ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menghadap Bapak Bupati Kepala Daerah Dati II Bangli pada tanggal 5
April 2000, Pada saat itu dijabat oleh Bapak Sekwilda karena Bupati belum
dilantik). Dilanjutkan dengan permohonan, ijin penelitian dan memantapkan
lokasi penelitian.
b. Berdasarkan surat ijin dari Kantor Sosial Politik Kabupaten Dati II Bangli,
peneliti menghadap Bapak Camat tanggal 7 April 2000, dan besoknya
peneliti menghadap bapak Lurah Cempga. Setelah menjelaskan tujuan dan
lokasi penelitian atas petunjuk bapak Lurah peneliti menghubungi bapak
kepala lingkungan/Br Pande dan bapak kelian adat lingkungan/Br Pande.
Kedua bapak inilah yang menghantarkan peneliti pada responden.
66
c. Melaksanakan pengumpulan data secara intensif melalui observasi dan
wawancara.
d. Selama penelitian berlangsung dilakukan pula analisis data yang dituangkan
dalam catatan lapangan, triangulasi dengan jalan mengungkapkan kembali
data yang diperoleh kepada sumber data yang lain dan meminta komentar
tentang hal yang sama agar di dapat tingkat kepercayaan yang lebih
menjamin.
3. Tahap Member Check
Kegiatan ini dilakukan guna menguji konsistensi informasi yang telah
diberikan responden dalam rangka memperoleh tingkat kredibilitas hasil
penelitian. Tingkat kepercayaan ini diperlukan sebagai upaya pembenaran hasil
penelitian terutama pembenaran atas informasi-informasi yang diperoleh baik
melalui hasil observasi, wawancara maupun data-data dokumenter. Dalam tahap
member check ini peneliti melakukan kegiatan-kegiatan:
a. Mengkomfirmasikan data atau informasi yang diperoleh langsung kepada
subyek penelitian. Artinya di sini peneliti meminta kebenaran informasi
yang telah peneliti catat, sekaligus meminta kritik dan saran atas hasil-hasil
yang dikomfirmasikan itu guna memperoleh kadar keabsahan dan
konsistensi jawaban.
b. Selain komfirmasi informasi, juga dilakukan konfirmasi hasil penelitian
kepada sumber-sumber data lainnya untuk memperoleh masukan data dan
informasi bam sampai diyakini bahwa tidak ada informasi yang dianggap
penting lagi.
67
c. Kegiatan member check lainnya dilakukan dalam bentuk diskusi dengan
rekan-rekan sejawat temtama dalam kapasitas sebagai mahasiswa S2
Pascasarjana UPI Bandung untuk memperoleh respon dan kritik sebagai
bahan masukan.
G. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Menurut Patton "analisis data adalah proses mengatur uratan data dan
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar"
(Moleong,
1998: 103). Inti dari pengolahan dan
analisis
data adalah
pengorganisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian
sehingga dapat ditemukan tema dan hipotesis kerja. Pada prinsipnya analisis dan
pengolahan data dilakukan secara terns menems dari awal sampai akhir penelitian.
Dengan kata lain
analisis data dilakukan selama pengumpulan data di lapangan
dan setelah data terkumpul. Setelah data terkumpul, maka analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
1.
Reduksi Data
Pada tahap ini, data yang telah dicatat melalui berbagai sumber
direduksi atau dirangkum dalam bentuk abstraksi dengan mencari hal-hal
penting, sehingga ditemukan suatu makna dan konteks masalahnya. Reduksi
dilakukan dengan mengadakan unitisasi. Unitisasi data dilakukan dengan
menentukan jenis yaitu apakah jenis data itu asli atau hasil konstmksi peneliti.
Unitisasi dilakukan dimulai dari saat pencatatan lapangan. Pada catatan
lapangan data asli disusun dalam bentuk refleksi.
68
Deskripsi data tersebut dirinci menurut hal-hal pokok sebagai berikut:
(1) deskripsi mengenai responden yang diamati dan diwawancarai, (2) deskripsi
mengenai isi dialog, (3) deskripsi mengenai lingkungan atau keadaan dimana
kegiatan atau wawancara itu berlangsung, (4) deskripsi kejadian atau peristiwa-
peristiwa yang terjadi selama pengamatan, dan (5) deskripsi mengenai
hubungan peneliti dengan partisipan.
Selanjutnya data-data yang sudah dideskripsikan dikonstmksikan oleh
peneliti dalam bentuk refleksi-refleksi seperti (1) refleksi perasaan yaitu
perasaan peneliti terhadap apa yang sudah diamati dan diwawancarai, (2)
refleksi analisis yaitu upaya peneliti untuk mengangkat permasalahan yang
perlu dicari jawabannya, (3) refleksi mengenai hal-hal yang dinilai berhubungan
dengan masalah yang diteliti, (4) refleksi penjelasan yaitu hal-hal yang perlu
dijelaskan lebih lanjut, misalnya latar belakang mengapa hal itu sering terjadi,
(5) refleksi etis yaitu upaya peneliti untuk tetap memegang teguh etika
penelitian.
2. Display Data
Setelah mengadakan unitisasi, dilanjutkan dengan
mengadakan
kategorisasi data. Data yang sudah diunitisasi itu dikategorikan ke dalam
satuan-satuan analisis berdasarkan fokus dan aspek permasalahan yang diteliti.
Artinya dari data yang ada dirumuskan dalam pokok-pokok pikiran mengenai
proses pembelajaran dalam magang dan pelatihan.
69
H. Meningkatkan Keabsahan Hasil Penelitian
Untuk meningkatakan derajad keabsahan data hasil penelitian diperlukan
teknik pemeriksaan yang pelaksanaannya didasarkan atas kriteria-kriteria tertentu.
Dalam penelitian ini mengikuti reformulasi dari Lincoln dan Guba (1985), Patton
(1987), dan Moleong (1998) yang menjelaskan bahwa ada empat kriteria yang
digunakan untuk memperoleh keabsahan data hasil penelitian, yaim (1) derajat
kepercayaan (crediability), (2) keteralihan (transferability), (3) kebergantungan
(dependability), dan (4) kepastian (confirmability).
1.
Kredibilitas
Kriteria derajat kepercayaan ini pada dasamya menggantikan konsep
validasi internal dalam penelitian non kualitatif. Untuk memenuhi kriteria
kredibilitas penulis melakukan dengan beberapa teknik antara lain:
a. Memperpanjang Masa Pengamatan
Selama masa pengamatan peneliti selalu bemsaha untuk hadir di
tempat pelatihan dan magang untuk mengikuti berbagai kegiatan baik
langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya, kembali
melakukan wawancara. Tujuan masa perpanjangan ini adalah untuk lebih
memperdalam pengamatan sehinggadata terkumpul secara tuntas dan utuh.
b. Ketekunan Pengamatan
Pengamatan dilakukan dimana peneliti secara intensif mengikuti
kegiatan permagang misalnya di saat ia sedang melaksanakan proses
pembelajaran dengan pemagang.
70
c. Triangulasi
Teknik ini dilaksanakan dengan cara memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data atau informasi yang diperoleh. Dalam hubungan ini hal-hal
yang dilakukan peneliti adalah:
(1) membandingkan antara hasil
pengamatan dengan wawancara, (2) njembandingkan apa yang dikatakan
responden di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi, (3)
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan, (4)
membandingkan keadaan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
orang lain.
d. Pengecekan Sejawat
Untuk teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
ataupun hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk kegiatan diskusi analitik
dengan rekan-rekan sejawat yakni mahasiswa S2 PPS UPI Bandung. Hal ini
dimaksudkan untuk tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran,
untuk menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti
sendiri.
e. Pengecekan Anggota
Untuk teknik ini dilakukan dengan cara mengecek kepada anggotaanggota yang terlibat dalam