LAPORAN KEGIATAN MAGANG DI DIVISI HUBUNG

LAPORAN KEGIATAN MAGANG DI DIVISI
HUBUNGAN INTERNASIONAL MABES POLRI
JAKARTA

Disusun Oleh :
Mochammad Isnan Affandi

071012002

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2013

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dunia kerja merupakan satu tujuan utama setiap mahasiswa setelah menyelesaikan
pendidikan perkuliahan. Dalam hal ini dunia kerja faktanya memiliki karakteristik yang
cukup berbeda jika dibandingkan dengan dunia perkuliahan. Dengan mengambil Program

Mata Kuliah Magang, mahasiswa diharapkan mampu mengetahui bagaimana kondisi dunia
kerja yang sebenarnya dimana hal tersebut tidak didapatkan oleh mahasiswa dalam proses
pembelajaran di perkuliahan. Selain itu mahasiswa juga akan mengetahui kualitas dan
kapabilitas lulusan seperti apa yang menjadi daya tarik bagi instansi – instansi pemerintah
maupun swasta sehingga mahasiswa mampu lebih termotivasi untuk dapat meningkatkan
kualitas dan kapabilitas yang dimiliki yang nantinya mahasiswa mampu menjadi lebih
kompetitif dan potensial.
Dengan

semakin

berkembangnya

teknologi

dan

informasi

seiring


dengan

berkembangnya globalisasi yang turut mereduksi batas ruang dan waktu serta gencarnya arus
pertukaran informasi global, potensi terjalinnya hubungan antar batas kenegaraan juga sangat
lebar. Di lain sisi, juga membuka potensi bagi munculnya tindakan kriminalitas yang
melewati batas kenegaraan seperti human trafficing, cybercrime hingga penipuan yang
melewati batas kenegaraan atau yang lebih dikenal dengan transnational crime. Sehingga
dalam menanggulangi dan mengatasi tindak kriminal transnasional maupun internasional,
penting untuk dibentuk sebuah wadah kerjasama kepolisian negara di dunia. Hal ini
dikarenakan tidak sangat tidak mungkin kepolisian dalam suatu negara dapat melaksanakan

program kerjanya dalam lingkup internasional tanpa adanya kerjasama dengan kepolisian
negara lain baik bilateral maupun multilateral. Sudah terdapat 190 kepolisian negara
bekerjasama dalam ICPO Interpol termasuk Indonesia.
Di Indonesia sendiri, kerjasama dalam ICPO Interpol dilaksanakan oleh Divisi
Hubungan Internasional Polri yang dalam struktur organisasinya membawahi dua badan,
yakni Set NCB-Interpol Indonesia dan Biro Misi Internasional. Di mana dalam dua bagian
Divhubinter Polri tersebut terdapat bagian-bagian dengan lingkup kerja yang lebih spesifik
dan profesional. Pada tulisan kali ini akan disampaikan laporan magang yang telah dilakukan

oleh penulis dengan ikut serta dalam kinerja bagian-bagian dalam

Divhubinter secara

keseluruhan. Selain itu juga akan disampaikan saran bagi Divhubinter dari perspektif penulis
sebagai mahasiswa demi peningkatan kualitas kerja divisi tersebut. Tidak lupa juga akan
disampaikan mengenai hambatan-hambatan yang dilalui penulis selama proses magang
berlangsung.
I.2. Tujuan Kegiatan
1. Mempelajari alur, sistematika dan cakupan kerja Divisi Hubungan
Internasional Mabes Polri
2. Mengasah kemampuan baik personal, interpersonal, maupun sosial dengan
bekal pengetahuan yang telah di dapat selama masa perkuliahan
3. Menggali pengalaman di dunia kerja, terutama yang bergerak langsung pada
urusan kriminal dengan cakupan lintas batas negara
4. Sebagai bentuk persiapan mahasiswa secara profesional dengan mengemban
berbagai macam tanggung jawab ketika memasuki dunia kerja setelah
menyelesaikan pendidikan di Universitas Airlangga
5. Sebagai persyaratan untuk memenuhi Program Mata Kuliah Magang yang
disediakan oleh departemen Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Airlangga Surabaya
6. Sebagai bentuk usaha mahasiswa untuk menemukan isu-isu terkait kejahatan
transnasional yang menjadi cakupan Divhubinter untuk bahan penulisan
proposal skripsi.
I.3 Manfaat Kegiatan



Bagi Divisi Hubungan Internasional Polri

1. Mahasiswa dapat membantu Divisi Hubungan Internasional Polri dalam kegiatan
kerja sehari – hari selama proses magang berlangsung
2. Mahasiswa dapat berkontribusi menyumbangkan ide – ide segar sebagai inovasi
maupun bahan masukan dalam setiap kegiatan maupun program Divisi Hubungan
Internasional Polri yang akan atau telah dilaksanakan


Bagi Mahasiswa

1. Membantu mahasiswa untuk dapat menimba pengalaman dalam dunia kerja, baik

dalam aspek kedisiplinan, ketelitian, dan profesionalitas yang sesungguhnya.
2. Memperkenalkan potensi yang dimiliki oleh mahasiswa kepada Divisi Hubungan
Internasional Polri.
I.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan


Lokasi :
Gedung TNCC lt. 9 dan 11, Divisi Hubungan Internasional Mabes Polri, Jalan
Trunojoyo 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan 12110



Waktu :
Kegiatan dilakukan selama 24 hari terhitung hari kerja mulai tanggal 11 Februari
hingga 15 Maret 2013. Kegiatan dilakukan selama 8 jam mulai dari pukul 07.00 WIB
hingga 15.00 WIB. Kegiatan dilakukan dengan cara rotasi per bagian guna
memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi penulis pada semua struktur kerja
Divhubinter. Di bawah ini adalah jadwal rotasi kegiatan.



Bag. Perencanaan dan Administrasi (Bagrenmin)

: 11-12 Februari 2013



Bag. Tata Administrasi dan Urusan Dalam (TAUD) : 13-14 Februari 2013



Bag. Komunikasi Internasional (Kominter)

: 15, 18, 19 Februari 2013



Bag. Protokol

: 20-22 Februari 2013




Bag. LO dan Perbatasan (Lotas)

: 25-27 Februari 2013



Bag. Kejahatan Internasional (Jatinter)

: 28 Feb, 1, 4 Maret 2013



Bag. Konvensi Internasional (Konvint)

: 5-7 Maret 2013




Bag. Pengembangan Kapasitas (Bangtas)

: 8, 11 Maret 2013



Bag. Perdamaian dan Keamanan (Damkeman)

: 13-15 Maret 2013

BAB II
URAIAN KEGIATAN PER BAGIAN
II.1. Bag. Perencanaan dan Administrasi (Bagrenmin) 11-12 Februari 2013
Dalam struktur organisasi, Bagian Perencanaan dan Administrasi pada Divisi
Hubungan Internasional Mabes Polri berada dibawah Kepala Divhubinter. Bagian ini
menangani perihal perencanaan dan administrasi dalam Divhubinter. Pada bagian ini, penulis
melakukan kegiatan magang selama dua hari yakni tanggal 11-12 Februari 2013. Penulis
banyak mendapatkan pengetahuan beserta prakteknya secara langsung. Pada Senin 11
Februari 2013, penulis ditugaskan untuk mengklasifikasikan data pribadi anggota Bagrenmin
mulai dari PNS dengan pangkat Pengda dan Penata hinga anggota polisi dari berbagai

pangkat ke dalam soft copy dari berkas file hard copy dan juga mengurutkannya sesuai
tanggal surat diterima. Pengklasifikasian yang dilakukan mulai dari tempat tanggal lahir,
pertama kali diangkat dan ditempatkan di Bagrenmin, kenaikan gaji berkala hingga surat
pengangkatan ke pangkat yang lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
pencarian data tanpa harus membuka satu persatu data hard copy yang sudah lama disimpan.
Selain itu untuk melakukan penghematan kertas dan juga agar hard copy tidak memenuhi

ruangan. Pengklasifikasian data diri anggota Bagrenmin adalah mulai dari data diri PNS
maupun anggota Polri yang bertugas di bagian tersebut.
Tidak berbeda jauh dengan hari pertama, pada hari kedua 12 Februari 2013, penulis
kembali melakukan klasifikasi dan entry data dari hard copy ke dalam bentuk soft copy
namun data diri seluruh anggota polri di Divhubinter. Entry data yang dilakukan mulai dari
tempat tanggal lahir, pertama kali diangkat menjadi anggota polisi, gaji pertama dan kenaikan
gaji berkala dan ijazah serta sertifikat yang diterima tiap personel. Entry data yang dilakukan
dimaksudkan untuk me-resume data diri anggota agar mudah dalam pengecekan data diri,
terutama jadwal kenaikan gaji berkala yang didapat oleh anggota. Dari bagian ini, penulis
baru tahu bahwa yang bekerja pada Markas Besar Polri tidak hanya anggota polisi melainkan
juga terdapat PNS yang sebagian besar menangani surat dan berkas-berkas lainnya.
II.2. Tata Administrasi dan Urusan Dalam (TAUD)
Bagian TAUD merupakan bagian yang secara organisasional berada langsung di

bawah Kadiv Hubinter. Bagian ini menangani keluar masuk surat dari Divhubinter maupun
ke Divhubinter. Bagian ini bertugas untuk menerima surat dari luar, kemudian dicantumkan
perihal dan tanggal surat pada lembar disposisi kadiv untuk kemudian diserahkan pada Kadiv
untuk mendapat instruksi selanjutnya mengenai disposisi terkait surat tersebut. Setelah
mendapatkan disposisi dari Kadiv, surat kembali masuk ke TAUD untuk kemudian disalurkan
ke satuan kerja (satker) yang terkait dengan isi dan disposisi tersebut. Untuk surat keluar,
bagian dalam Divhubinter mengajukannya ke TAUD terlebih dulu kemudian dikoreksi baku
atau tidaknya kata yang digunakan beserta tanda baca. Setelah itu dicatat perihal surat pada
lembar disposisi untuk memudahkan Kadiv dalam mengetahui isi surat. Kemudian dari Kadiv
masuk kembali masuk ke TAUD untuk disalurkan ke satker terkait.
Penulis melakukan kegiatan magang di TAUD selama 2 hari yakni mulai tanggal 1314 Februari 2013. Pada hari pertama, penulis membantu pegawai TAUD untuk mengantar
surat antar bagian termasuk ruang Kadiv sehingga cukup menguras tenaga. Selain itu, penulis
juga mendapatkan pelajaran yang sangat berharga ketika membantu memberikan nomor dan
menulis perihal surat pada lembar disposisi yang ditujukan pada Kadiv. Dengan memberikan
nomor surat, penulis dapat mengetahui jenis-jenis surat beserta kode yang diberikan mulai
dari surat Biasa, Sangat Rahasia, Undangan, Fax, atau email. Selain itu penulis juga entry
data surat ke dalam buku arsip untuk memudahkan pengecekan surat keluar atau masuk
ketika suatu ketika dibutuhkan. Pada hari kedua, kegiatan penulis tidak jauh berbeda dengan
hari pertama karena setiap hari terdapat surat keluar dan masuk. Bisa dikatakan bahwa TAUD


merupakan bagian yang menangani lalu lintas surat sehingga selama dua hari di bagian
tersebut, penulis sangat lah sibuk dan merasa sangat diberdayakan tentunya yang bersifat
edukatif.
II.3 Bagian Komunikasi Internasional (Kominter)
Bagian Komunikasi Internasional (Kominter) berada di bawah Set NCB Interpol yang
mana bertugas sebagai tempat berkomunikasi dan saling bertukar informasi dengan Interpol
negara lain. Selain itu juga bertugas untuk berkomunikas, bertukar informasi dan publikasi
dengan ICPO INTERPOL (IPSG) di Lyon, Perancis maupun ASEANAPOL. Bagian ini
dipimpin oleh seorang Kepala Bagian (Kabag) dan tiga Kasubbag yang terdiri dari Sub
Bagian Teknologi dan Komunikasi (Subbagtekkom), Sub Bagian Informasi dan Data
(Subbaginfodata), dan Sub Bagian Publikasi dan Dokumentasi (Subbagpubdok). Dengan
tugas pokok sebagai sarana berkomunikasi dengan kepolisian negara lain, bagian ini
menggunakan sistem komunikasi I-24/7 untuk berkomunikasi dengan negara anggota ICPO
INTERPOL. Jaringan komunikasi I-24/7 berarti jaringan Interpol seluruh dunia terhubung 24
jam dan 7 hari tanpa henti guna melakukan pertukaran informasi dan publikasi dengan
National Central Bureau (NCB) seluruh dunia. Melalui jaringan I-24/7, tiap-tiap negara dapat
mengunggah atau publikasi sebuah notice terkait tugas Divhubinter. Bekerja menggunakan
sistem I-24/7, Bagkominter mabes Polri dapat mengakses informasi update mengenai berita
kejahatan internasional. Sehingga dapat segera ditindak lanjuti bila berhubungan dengan
kepolisian Indonesia.
Notice merupakan sebuah catatan informasi yang diunggah oleh salah satu NCB ke
dalam jaringan I-24/7 atau yang diunggah oleh IPSG (Interpol Secretary General) kemudian
diketahui oleh NCB lain dan segera ditindaklanjuti. Terdapat beberapa notice yakni Red
Notice untuk pencarian DPO internasional selanjutnya diekstradisi, Blue Notice untuk
pengawasan terhadap pelaku kejahatan, Green Notice untuk peringatan pelaku atau sindikat
yang perlu diwaspadai, Yellow Notice untuk permintaan pencarian data diri orang hilang,
Black Notice untuk penginformasian mayat yang tidak dikenal, Orange Notice untuk
peringatan paket berbahaya seperti senjata dan bahan peledak, INTERPOL-UN Special
Notice untuk pencarian DPO PBB (Al-Qaeda dan Taliban), Purple Notice notice terbaru yang
dikeluarkan ICPO Interpol dalam sidang umum 2011 tentang peringatan modus operandi
pelaku kejahatan terbaru. Di Bagkominter juga terdapat sebuah komputer PC khusus
digunakan untuk berkomunikasi melalui sistem I-24/7 dan publikasi notice yang tentu saja
sesuai dengan system requirements yang disarankan oleh ICPO INTERPOL.

Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan magang selama 3 (tiga) hari mulai
tanggal 15, 18 dan 19 Februari 2013. Penulis banyak mendapatkan ilmu dan pengetahuan
baru terkait bagaimana satu NCB berkomunikasi dengan NCB lainnya. Pada 15 Februari
2013, penulis diarahkan oleh Kepala Bagian Kominter dan selanjutnya dimintai bantuan
untuk merangkum notice yang telah tersebar di jaringan I-14/7 ke dalam bentuk yang lebih
sederhana yakni tabel. Dengan adanya rangkuman tersebut, pengelola data diharapkan
nantinya tidak menemui kesulitan untuk mengakses notice-notice karena sudah masuk ke
dalam satu file. Dengan merangkum notice, penulis dapat mengetahui bagaimana bentuk
serta data apa saja yang tercantum dalam notice yang terpublikasi di jaringan I-24/7. Notice
yang dirangkum oleh penulis sebagian besar adalah red notice WNI yang tersangkut kasus
penipuan, korupsi bahkan penculikan. Selain itu, penulis juga merangkum blue notice, green
notice, dan yellow notice. Pada hari kedua 18 Februari 2013, ativitas penulis masih
disibukkan dengan rangkuman notice.
Selanjutnya pada hari ketiga 19 Februari 2013, penulis melakukan kegiatan mencari
bumper video untuk keperluan pembuatan video yang setiap hari ditayangkan di TV sudut
koridor Divhubinter. Dalam video tersebut, dimuat pengumuman agenda rapat dan aktivitas
sebagainya serta profil Divhubinter dan kekuatan Polri. Pada hari ketiga, penulis banyak
belajar IT dalam bidang pembuatan dan editing video.
II. 4. Bagian Protokol
Seperti nama bagian ini, tugas bagian ini adalah mengenai protokoler yakni tugas
mengenai pelayanan penerimaan tamu dinas luar negeri maupun mempersiapkan segala
keperluan personel Polri yang hendak berangkat ke luar negeri. Bagian ini dipimpin oleh
seorang kepala bagian yang membawahi 2 (dua) kasubbag, yakni kasubbag yantadis
(Pelayanan Tamu Dinas) dan kasubbag yanjaldis (Pelayanan Perjalanan Dinas).
Subbagyantadis bertugas untuk memberikan pelayanan dan memfasilitasi tamu dinas yang
berkepentingan dengan Polri. Mulai dari penjemputan ke bandara hingga mendampingi pada
pertemuan dengan Polri atau Kapolri. Sedangkan Subbagyanjaldis bertugas untuk
mempersiapkan segala surat perijinan bagi anggota Polri yang hendak melakukan perjalanan
dinas ke luar negeri, seperti kunjungan kerja, supervisi hingga konverensi.
Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan magang selama 3 (tiga) hari terhitung
mulai tanggal 20 s.d. 22 Februari 2013. Selama tiga hari, tidak terdapat kegiatan signifikan
yang dilakukan oleh penulis, melainkan hanya membaca buku-buku yang terdapat di bagin
tersebut. Selain itu juga berdiskusi bersama mengenai lingkup kerja bagian protokol dengan

personel yang bertugas di bagian tersebut. Dan juga diberikan pengarahan tentang jenis-jenis
paspor dan juga visa. Paspor hijau untuk paspor umum, paspor biru untuk paspor perjalanan
dinas dan paspor hitam untuk paspor diplomatik. Ketiadaan aktivitas dalam bidang protokoler
disebabkan karena bagian ini merupakan bagian yang tipe kerjanya work by event, atau
dengan kata lain hanya memiliki banyak pekerjaan yang menyibukkan ketika terdapat eveneven tamu dinas atau mempersiapkan perjalanan dinas. Dan kebetulan di awal tahun penulis
melakukan kegiatan magang, masih belum terdapat even yang ditangani. Kalau pun ada,
ketika penulis tidak berada pada bagian protokol.
II. 4 Bagian Liaison Officer dan Perbatasan (LOTAS)
Bagian ini merupakan salah satu bagian yang paling penting dalam struktur kerja
NCB Interpol Jakarta. Pada bagian ini terdapat dua sub-bagian, yakni sub-bagian LO yang
menangani perihal pembinaan serta pengawasan SLO dan LO di daerah penugasan dengan
adanya supervisi setiap tahun dan juga laporan tiap bulan. Terdapat pula sub-bagian
perbatasan yang fokus kepada pengawasan masalah perbatasan, saran prasarana serta isu
warga negara yag terdapat pada daerah perbatasan terkait dengan tugas kepolisian.
Atase/SLO Polri adalah perwakilan Polri di negara lain yang bertempat di KBRI negara
penugasan. Sedangkan LO dan Staff Teknis bertugas di Konsulat Jenderal wilayah
penugasan. Hingga tulisan ini dibuat, Polri telah memiliki 9 (sembilan) Atase Polri yang ada
di Washington D.C, Canberra, Den Haag, Riyadh, Bangkok, Malaysia, Singapura, Manila,
dan Dili. Tugas Atpol adalah melakukan monitoring terkait tugas kepolisian yang
menyangkut WNI di negara penugasan serta perlindungan dan pendampingan WNI yang
bermasalah. Selain itu juga terdapat 6 (enam) LO/Staff Teknis Polri yang ada di Konjen
daerah penugasan, yakni Penang, Johor Bahru, Kuching, Tawau, Davao, dan Hongkong.
Penempatan Atpol dan LO dipertimbangkan akan tinggi rendahnya intensitas kasus yang
menjerat WNI atau sedikit banyaknya WNI yang ada dan juga kepentingan terkait kerjasama
kepolisian. Dengan semakin meluasnya lingkup hubungan kerjasama Polri, pada 2014 Polri
menargetkan penempatan pos-pos baru Atpol yakni di Beijing, Darwin, Uni Emirat Arab dan
Seoul.
Dalam kinerjanya, Baglotas merupakan masuknya informasi dan juga perkembangan
siatuasi di daerah penugasan terkait tugas kepolisian yang dilaporkan oleh Atpol atau Staff
Teknis untuk nantinya ditindaklanjuti, diteruskan kepada Bagjatinter terkait pencegahan dan
pemberantasan tindak kejahatan di daerah penugasan khususnya daerah penugasan.
Selanjutnya dari Bagjatinter diteruskan kepada satker terkait.

Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan magang selama 3 (tiga) hari mulai
tanggal 25 s.d 27 Februari 2013. Selama 3 (tiga) hari di bagian ini, penulis tidak banyak
melakukan kegiatan seputar LOTAS melainkan hanya membaca laporan Atpol dan juga
laporan supervisi serta berdiskusi mengenai BAGLOTAS. Namun sesekali dimintai bantuan
untuk mencari berita terbaru mengenai isu yang terkait kepolisian di daerah perbatasan dan
isu terbaru mengenai TKI di luar negeri. Hal ini dilakukan sebagai langkah kontrol terhadap
kinerja Atpol atau LO yang berada di daerah penugasan. Tidak adanya kegiatan yang
dilakukan penulis seputar BAGLOTAS dikarenakan pekerjaan yang ada sudah dapat
terselesaikan oleh personel yang bertugas di bagian tersebut.
II.5. Bagian Kejahatan Internasional (Jatinter)
Dapat dikatakan bahwa bagian ini merupakan ujung tombak NCB Interpol Jakarta
untuk berkoordinasi dengan NCB Interpol negara lain dalam rangka pemberantasan dan
pencegahan kejahatan transnasional dalam bentuk pembuatan notice, peringatan mengenai
modus operandi dan pelacakan buronan internasional. Sebagai bagian yang secara khusus
menangani kejahatan internasional, bagain ini berwenang untuk melakukan penyelidikan dan
penyidikan awal terhadap suatu kasus untuk diselanjutnya dilimpahkan pada satker terkait
untuk penyidikan lebih lanjut. Secara umum, bagian ini menangani kejahatan umum,
kejahatan khusus, produk internasional dan juga bantuan hukum internasional yang tercakup
dalam struktur kerja sub-bagian di dalamnya. Yakni sub-bagian kejahatan umum, sub-bagian
kejahatan ekonomi khusus, sub-bagian produk internasional dan sub-bagian bantuan hukum
internasional.
Subbagjatum menangani dan mencegah permasalahan kejahatan umum baik itu antara
NCB Interpol maupun NCB regional seperti ASEANAPOL. Subbagjateksus bertugas
menangani dan mencegah kategori kejahatan ekonomi khusus seperti penipuan online lintas
negara, document fraud, dll. Subbagprodukinter lebih mencakup masalah pembuatan catatan
kriminal yang nantinya dipublikasikan, pembuatan berita aktual taraf internasional mengenai
narkotika dan perompakan. Subbagbankuminter mencakup koordinasi kerjasama ekstradisi
dan Mutual Legal Assistance (MLA), koordinasi publikasi red notice hingga memfasilitasi
pencarian buronan NCB lain.
Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 28
Februari 2013, 1 Maret 2013 dan 4 Maret 2013. Selama melakukan kegiatan di bagian ini,
penulis sangat diberdayakan dalam proses pembuatan surat untuk selanjutnya surat yang
sudah jadi dilimpahkan kepada satker yang bersangkutan. Dan satker yang banyak

berkoordinasi dengan bagian ini adalah Bareskrim Polri dan juga Polda-Polda yang terkait
kasus yang terdapat pada surat tersebut. Selain itu, penulis juga dilibatkan dalam proses
survey mengenai peredaran senjata api antar wilayah Irian Jaya dan Papua New Geuniea yang
dilakukan oleh perwakilan Small Arm Survey yang difasilitasi oleh Bagjatinter. Pada
pertemuan tersebut turut hadir perwakilan Kementerian Imigrasi, Badan Intelijen Negara,
Baintelkam, dan Densus 88 sebagai narasumber. Tidak hanya dilibatkan dalam proses survey,
penulis juga berdiskusi dengan salah satu personel Polri yang bertugas di bagian ini yang
menjelaskan mengenai kasus perompakan WNI atas kapal tanker Malaysia yang sedang
ditangani oleh Jatinter dan satker penegak hukum lainnya. Serta penulis juga dimintai
pendapat atau koresponden atas kasus yang sedang ditangani dari segi studi penulis.
II.6. Bagian Konvensi Internasional (Konvinter)
Sebagaimana namanya, bagian ini bertugas untuk mengadakan kerjasama dan
perjanjian atau konvensi dengan negara lain dengan maksud untuk mempermudah prosedur
dan kejelasan hukum dari kerjasama yang sedang dijalankan. Hal ini sangat perlu ditempuh
mengingat perbedaan pertimbangan dan hukum antar negara yang hendak melakukan
kerjasama untuk menangani suatu isu. Inti tugas dari bagian ini adalah untuk menjalin dan
memfasilitasi kerjasama Polri dengan kepolisian negara lain, mulai dari penandatanganan
perjanjian (Treaty) hingga Modus Vivendi (perjanjian sementara). Selain itu, bagian ini juga
bertugas untuk mengadakan pertemuan internasional dalam rangka peningkatan kapasitas,
penanggulangan kejahatan internasionl hingga peningkatan sarana prasarana dalam taraf
internasional, regional, bilateral maupun multilateral. Untuk mendukung kinerjanya, bagian
ini dibantu oleh 4 (empat) subbagian, yakni subbagian Amerika dan Eropa, subbagian Asia
Pasifik dan Afrika, subbagian Organisasi Internasional dan subbagian Perjanjian
Internasional.
Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan magang selama 3 (tiga) hari yakni mulai
tanggal 5 s.d. 7 Maret 2013. Pada hari pertama di bagian ini, penulis diberikan sedikit arahan
mengenai bagian konvint oleh personel yang bertugas. Selanjutnya penulis ditugaskan untuk
menerjemahkan MOU (Memorandum of Understanding) antara Bureau of Alcohol, Tobacco,
Firearm and Explosives (ATF) dengan Foreign Law Enforcement Agency (FLEA). Pada
MOU tersebut dinyatakan adanya persetujuan kedua pihak mengenai e-trace yang
memungkinkan pihak yang bersangutan mendapatkan akses informasi mengenai isu yang
termasuk dalam lingkup tugas kedua badan tersebut. Selanjutnya pada tanggal 6 Maret 2013,
penulis ditugaskan untuk melakukan pengecekan pada Senior Officer Meetings (SOM) dan

Senior Officer Meeting Quarterly Working Group (SOM-QWG) yang pernah dilakukan
antara Polri dan AFP (Australia Federation Police). SOM sendiri merupakan pertemuan rutin
Polri-AFP setiap tahun dengan menghadirkan perwakilan dari masing-masing pihak. Di
dalam setiap pertemuan tiap tahun, terdapat pertemuan rutin 4 (empat) bulan sekali yang
membicarakan evaluasi hasil pertemuan sebelumya dan juga perencanaan SOM-QWG dan
SOM periode selanjutnya.
Pada hari ketiga di bagian ini, penulis ikut serta dalam rapat besar koordinasi bagian
Konvensi Internasional yang membahas mengenai koordinasi MOU Polri dan Kepolisian
Inggris, Polri dengan Kementerian Keamanan Umum Cina, Pengajuan Initial Draft MOU
Polri dengan Kementerian Dalam Negeri Qatar dan Rencana Bilateral Working Group Polri
dan New Zealand. Pada pertemuan tersebut, Bagkonvinter mengundang perwakilan dari tiap
institusi yang memiliki lingkup kerja berhubungan dengan agenda rapat, seperti Divisi
Hukum Polri, Bareskrim dan Polair Polri. Dengan turut menghadirkan personalia yang
berhubungan kerja dengan agenda rapat, Bagkonvinter dapat secara langsung memfasilitasi
kepentingan dan menampung aspirasi satker-satker yang hadir untuk dituangkan dalam MOU
maupun perpanjangan kerjasama. Dengan mengikuti rapat tersebut, penulis mengetahui
bahawa dalam penyusunan kerjasama dengan kepolisian lain, Divhubinter khususnya
bagkonvinter menghadirkan satker terkait perihal yanga da di MOU. Hal ini dilakukan agar
dapat berkoordinasi dalam menyampaikan aspirasi dan juga menyajikan informasi-informasi
dari setiap satker untuk perpanjangan MOU. Dengan manghadirkan perwakilan dari satker
terkait, Bagkonvinter mendapat banyak masukan dalam penyusunan MOU mulai dari
pemilihan kata maupun lingkup kerjasama hingga masa tenggang kerjasama berlangsung.
Bagkonvinter juga mampu mendiskusikan secara langsung dengan satker terkait perihal
keperluan atau kepentingan apa saja yang dibutuhkan satker yang hendak dimasukkan dalam
MOU baik itu SDM maupun sarana prasarana.
II. 7. Bagian Pengembangan Kapasitas (Bagkembangtas)
Bagian ini berada di bawah Biro Misi Internasional (Romisinter). Tugas utama bagian
ini adalah untuk memfasilitasi personel Polri yang hendak melakukan studi banding ke luar
negeri atau kegiatan yang berhubungan dengan pengembangan kapasitas di luar negeri.
Bagian ini juga bertugas untuk mengadakan persiapan dan pelatihan untuk anggota Polri yang
bertugas maupun menempuh pendidikan di luar negeri. Selain itu, bagian ini juga bertugas
untuk mencari peluang kerjasama dengan kepolisian negara lain dalam rangka mencari

program pendidikan di luar untuk personel Polri dan juga membuka peluang kerjasama untuk
bantuan pelatihan dan sarana prasarana dari negara asing. Dalam melakukan tugasnya, bagian
ini sering berkoordinasi dengan bagian Konvinter, Protokol, dan Lotas. Hal ini dikarenakan
lingkup kerjanya yang sangat berdekatan. Selain itu juga memfasilitasi atpol asing terkait
berhubungan kerja dengan Polri. Bagian ini dipimpin oleh seorang pimpinan bagian yang
membawahi 2 (dua) subbagian, yakni subbagian pengembangan kapasitas (subbagbangtas)
dan subbagian pendidikan dan pelatihan (subbagdiklat). Subbagbangtas bertugas untuk
menjalin hubungan kerjasama dengan atase polisi negara lain yang bertugas di Indonesia
untuk kepentingan pengembangan kapasitas anggota Polri dan peningkatan sarana prasara
untuk selanjutnya dilembagakan hubungan kerjasama yang telah dijalin. Sedangkan
subbagdiklat bertugas untuk berkoordinasi dengan lembaga terkait yang menjadi tujuan atau
tempat anggota Polri dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan hingga mempersiapkan
anggota yang hendak menjali pendidikan dan pelatihan. Dalam pelaksanaan tugasnya, bagian
banyak melakukan koordinasi dengan institusi negara lain dalam bidang penegakan hukum
dan juga kajian peningkatan keamanan dan strategi.
Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan magang selama 2 (dua) hari yakni pada
tanggal 8 dan 11 Maret 2013. Tidak berbeda jauh dengan bagian protokol, bagian ini juga
berkerja work by event dan pada saat penulis melakukan kegitan magang, bagian ini belum
banyak kegiatan karena memang belum ada agenda di awal tahun sehingga penulis belum
dapat banyak membantu. Namun tetap saja ada tugas untuk mempersiapkan surat perintah
Kapolri terkait perizinan personel Polri yang hendak ditugaskan ke luar negeri. Pada bagian
ini, penulis banyak melakukan diskusi mengenai ruang lingkup kerja Bagkembangtas. Penulis
juga ditugaskan untuk membuat surat pemberitahuan pada Kapolri dan Kadiv perihal
pemberitahuan pengangkatan Dubes RI di Washington menjadi kepala suku Amerika Samoa.
Di mana bagkembangtas mendukung salah satu kegiatan yang menjadi turning point dari
pengangkatan Dubes RI di Washington, yakni memfasilitasi Polisi Samoa dalam kunjungan
kerjanya ke Jakarta Centre of Law Enforcement Cooperation (JCLEC) Semarang.
II. 8. Bagian Misi Perdamian dan Kemanusiaan (Bagdamkeman).
Sama halnya dengan Bagbangtas, damkeman juga berada di bawah Biro Misi
Internasional. Bagian ini bertugas untuk menjalankan misi perdamaian dan kemanusiaan
internasional dan berada di bawah mandat organisasi internasional yakni PBB. Dalam
menjalankan tugasnya, bagian ini melakukan perencanaan dan persiapan, pendidikan dan
pelatihan hingga proses monitoring serta evaluasi pasca misi selesai. Selain itu, juga diadakan

supervisi di daerah misi oleh Romisinter. Bagian ini dibantu oleh 3 (tiga) subbagian, yakni
subbagian perencanaan kegiatan (subbagrengiat), subbagain pendidikan dan pelatihan
(subbagdiklat) dan subbag monitoring dan evaluasi (subbagmonev). Bagian ini banyak
terlibat dalam misi perdamaian PBB di daerah yang sebagain besar adalah daerah pasca
konflik. Sehingga bagian ini fokus pada misi peace building serta peace keeping. Berhulu
dari bagian ini lah Polri banyak mengirimkan pasukan peace building yang disebut Garuda
Bhayangkara (Garbha). Sejauh ini, Polri khususnya damkeman telah mengirimkan Garbha ke
3 (tiga) daerah misi dan masih berjalan, yakni Sudan Selatan di bawah naungan United
Nation Mission in South Sudan (UNMISS), Darfur dibawah naungan United Nation Mission
in Darfur (UNAMID), dan Haiti di bawah naungan Mission des Nation Unies Pour la
Stabilisation en Haiti (MINUSTAH). Dalam menjalankan misi perdamaian di negara lain,
damkeman mengirimkan dua jenis personel, yakni Police Adviser (PA) dan Force Police Unit
(FPU). PA bertugas untuk memberikan saran dan konsultasi pada polisi negara lain perihal
tugas kepolisian dan cara menciptakan situasi yang stabil. Sedangkan FPU lebih kepada
bantuan keamanan pada polisi lokal yang dilengkapi dengan senjata lengkap dan juga
berbagai sarana prasarana yang menunjang jalannya misi. Kontingen yang berada
Pada bagian ini, penulis melakukan kegiatan magang selama 3 (tiga) hari yakni mulai
tanggal 13 s.d 15 Maret 2013. Pada hari pertama, penulis ditugaskan untuk menarasikan
laporan dari dari Komandan Kontingen (Dankon) Garbha di Haiti terkait sanjungan kepala
kepolisian Haiti atas kinerja Kontingen Garbha. Selanjutnya tulisan narasi penulis kemudian
dipublikasikan ke website Interpol Jakarta. Pada hari pertama, penulis banyak melakukan
diskusi dengan personel yang ada bagian ini mengenai tugas dan track record bagian ini serta
Garbha yang bertugas di daerah pasca konflik. Pada hari kedua, penulis membuat surat
perintah atas nama Kapolri yang ditujukan kepada tenaga ahli dari Universitas Negeri Jakarta
dan Universitas Gajah Mada sebagai pembicara dalam briefing perumusan kurikulum
program Peace Building oleh Damkeman. Selanjutnya pada hari ketiga, penulis ditugaskan
untuk menjadi notulen diskusi briefing mengenai post-conflict peace building dalam rangka
perumusan kurikulum program peace building Damkeman. Dari berbagai kegiatan yang
dilakukan di Damkeman, penulis banyak mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh bagian
ini, mulai dari persiapan surat izin dan perbekalan, pendidikan dan pelatihan dan pengiriman
perlengkapan.

BAB III
PENUTUP
III. 1. Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang dilakukan penulis di Divisi Hubungan Internasional
Mabes Polri, dapat disimpulkan bahwa secara organisasional Divhubinter terdiri dari 2 (dua)
misi yakni, misi Interpol yang diemban oleh NCB Interpol dan Biro Misi Interansional.
Selain itu juga terdapat bagian yang diberada langsung di bawah Kepala Divhubinter yakni,
Bagian Tata Administrasi dan Urusan Dalam (TAUD), Bagian Keuangan dan Bagian
Perencanaan dan Administrasi (Bagrenmin). Bagian yang berada di bawah NCB Interpol
adalah Bagian Komunikasi Internasional, Bagian Protokol, Lotas, Kejahatan Internasional,
dan Konvensi Internasional. Sedangkan bagian yang masuk dalam Biro Misi Interansional
adalah Bagian Perdamaian dan Kemanusiaan dan Bagian Pengembangan Kapasitas. Masing-

masing bagian memiliki tugas dan fungsi masing-masing seperti yang sudah dijelaskan di
atas. Di mana semua tugas dan fungsinya tidak terlepas dari peran Polri dalam menjalankan
misinya di kancah internasional. Dan ini merupakan salah satu wujud nyata peran Polri dalam
menjalankan kebijakan luar negeri Indonesia yakni bebas aktif.
Dengan adanya Divisi Hubungan Internasional Polri, semua kepentingan kepolisian
yang berhubungan dengan luar negeri melalui satu pintu atau one gate system yakni Divisi
Hubungan Internasional Polri, baik itu menyangkut kerjasama kepolisian, penjemputan tamu
dinas kepolisian negara lain bahkan bantuan sarana prasarana dan menjalankan misi
perdamaian di daerah konflik. Dengan adanya divisi ini, memungkinkan Polri dan kepolisian
negara lain menjalankan hubungan kerjasama untuk mengatasi dan mencegah kejahatan
internasional dan juga menegakkan perdamaian dan keamanan di dunia. Selain itu dengan
adanya divisi ini, warga negara Indonesia mendapat bantuan dalam urusan yang berkaitan
dengan tugas kepolisian, seperti pendampingan pada WNI ketika melaksanakan proses
peradilan hingga memperhatikan WNI yang ada di daerah perbatasan. Hubungan kerjasama
Polri dengan kepolisian negara lain juga diperkuat dengan penempatan SLO maupun staff
teknis yang ada di KBRI sehingga sangat memudahkan kerjasama police to police.

III. 2. Hambatan dan Saran


Hambatan

Hambatan yang ditemui oleh penulis selama proses kegiatan magang adalah tugas dan
peran yang ada pada suatu bagian telah dapat ditangani oleh personel yang ada di bagian
tersebut sehingga penulis sebagai mahasiswa yang melakukan kegiatan magang kurang
memiliki kegiatan untuk membantu bagian tersebut. Penulis juga mengalami hambatan pada
kurang diberdayakannya penulis untuk membantu kinerja bagian tersebut. Selain itu penulis
juga mengalami hambatan dalam menggali informasi mengenai tugas dan fungsi bagian
tersebut dan justru diminta untuk membaca vademikum.


Saran

Saran yang diajukan penulis setelah melakukan kegiatan magang pada Divhubinter
selama 24 (dua puluh empat) hari kerja adalah perlu diberlakukannya one gate system secara
utuh oleh Polri melalui Divhubinter. Karena pada prakteknya masih banyak hubungan
kerjasama atau kepentingan dengan luar negeri lainnya yang tidak melalui divisi ini. Hal ini
dimaksudkan agar divisi ini dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara utuh tanpa

tumpang tindih dengan divisi lain. Selanjutnya meninjau lalu lintas surat baik untuk
pengiriman surat keluar atau masuk dan juga koreksi surat yang ada di Divhubinter,
hendaknya perlu cukup menggunakan soft file yang dapat dilakukan via email atau
pembangunan jaringan tersendiri pada divisi ini. Hal ini dimaksudkan selain untuk
menghemat kertas, juga untuk melakukan efisiensi kerja dengan tidak mengantarkan surat
dari satu bagian ke bagian yang lain. Dan juga diharapkan tidak banyak surat yang sudah
tidak terpakai atau surat yang salah menjadi sampah yang memenuhi ruangan. Dan juga
perlunya arsip dalam bentuk digital dan bukan berbentuk hard copy untuk memudahkan
pengecekan data, pembukaan data dan tentunya arsip atau file yang ada tidak tampak
memenuhi ruangan.
Selanjutnya perlu ada satu bagian khusus yang menangani sarana prasarana yang bertugas
untuk pengadaan perangkat IT dan juga pemeliharaannya. Saran ini mengingat Divhubinter
dalam bekerja sangat mengandalkan IT, baik pencarian informasi maupun sharing informasi
antar kepolisian di dunia. Selain itu, selama ini tugas tersebut banyak dibebankan oleh
personel yang ada di Bagian Komunikasi Internasional yang notabene adalah ahli IT. Dengan
adanya hambatan tersebut, personel Bagkominter memiliki tugas tambahan sebagai personel
service bila ada kerusakan.
Kemudian terkait kinerja Bagian Konvensi Internasional dalam menjalankan tugasnya
untuk menjalin hubungan kerjasama dengan kepolisian atau badan penegakan hukum negara
lain yang masih bergantung pada persetujuan Kementerian Luar Negeri. Seharusnya bagian
ini mampu secara independen menjalin hubungan kerjasama dengan satker di negara lain
dengan memberdayakan SDM yang ada di bagian tersebut. Seperti salah satunya adalah
personel yang berkompetensi dan memiliki latar belakang Ilmu Hubungan Internasional
untuk kemudian dapat menjamin independensi kinerja Bagkonvinter. Selain itu juga perlu
diadakan pendidikan dan pelatihan pada personel tersebut terkait hubungan kerjasama dengan
luar negeri dengan melibatkan Bagian Pengembangan Kapasitas. Atau dengan pilihan lain,
pada bagian Konvinter dapat ditambahkan personel yang memiliki keahlian dalam hubungan
kerjasama internasional. Hal ini juga untuk mewujudkan one gate system yang hendak
diberlakukan secara utuh oleh Divhubinter. Dan juga adanya proses yang terlalu berbelit-belit
dan menghabiskan waktu yang sangat lama dalam proses persetujuan kerjasama bila
menunggu Kemenlu sehingga menghambat kemajuan dan produktivitas Polri. Selain itu juga
untuk menunjukkan posiss Polri yang sudah setara dengan kementerian. Sehingga sangat
ironis bila satker yang telah setara dengan kementerian justru menggantungkan kinerjanya
pada kementerian lain.

Selanjutnya terkait kinerja Bagian LO dan Perbatasan mengenai jumlah Atase Polisi, LO
atau Staff Teknis yang ada di KBRI dan KJRI hendaknya perlu dilakukan penambahan
personel. Mengingat semakin kompleksnya hambatan dan urusan yang terdapat di tempat
tugas bila harus dikerjakan oleh satu Atpol atau LO. Dan hal ini juga dapat menghambat
kinerja bagian tersebut dalam menggali informasi dan isu mengenai tugas kepolisian di
daerah tugas maupun isu diperbatasan sehingga lambat dalam memberikan bantuan pada
WNI. Memang hal ini dikarenakan hambatan belum banyaknya sumber daya yang mampu
untuk menjadi Atpol atau LO. Namun dapat diatasi dengan mengadakan program pendidikan
dan pelatihan untuk menjadi Atpol atau LO sehingga efektivitas dan efisiensi kinerja Atpol
dan LO dapat ditingkatkan. Kemudian mengenai supervisi yang dilakukan tiap tahunnya oleh
Baglotas hendaknya tidak melibatkan terlalu banyak personel karena dapat memperbesar
anggaran perjalanan dinas untuk supervisi.