MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH: Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods terhadap Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Majalengka.

(1)

MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

MELALUI PEMBELAJARAN SEJARAH

(

Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods terhadap Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Majalengka

)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Titin Ariska Sirnayatin 1006902

PRODI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini tentang Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Sejarah (Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods terhadap Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri1 Majalengka). Masalah yang diangkat pada penelitian ini adalah (1) bagaimana pola atau bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah? (2) apakah pembelajaran sejarah mempunyai kontribusi terhadap pengembangan karakter siswa? (3) kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah?. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed methods dan menggunakan pendekatan eksploratoris sekuensial. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pola atau bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah adalah melalui pengembangan perencanaan pembelajaran berbasis karakter, metode pembelajaran bervarasi yang dapat mendorong dan memotivasi siswa ke arah lebih baik, media dan sumber pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa, evaluasi penilaian yang bervariasi, dan melakukan penilian tindak lanjut terhadap pembelajaran sejarah dengan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK). Selain itu, pola pengembangan pendidikan karakter juga dapat dilihat dari kualifikasi dan kompetensi guru sejarah sehingga menentukan keberhasilan pengembangan karakter siswa dalam pengembangan dan penanaman karakter bangsa. Pembelajaran sejarah mempunyai kontribusi terhadap pengembangan dan penanaman karakter bangsa sebesar 26.5%. Dalam mengembangkan karakter bangsa melalui pembelajaran sejarah, guru sejarah mempunyai kendala dianatarnya adalah (1) kurangnya keterampilan guru dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sejarah yang bermuatan pendidikan karakter; (2) kurang optimalnya guru dalam memanfaatkan media atau sumber pembelajaran yang memperkuat pencapaian tujuan pembelajaran bermuatan pendidikan karakter; (3) kurangnya pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan asesmen alternatif pada proses penilaian.


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR ORGANIGRAM ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Sistematika Penulisan Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

2.1 Konsep Pendidikan Karakter ... 11

2.1.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

2.1.2 Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 13

2.1.2.1 Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 14

2.1.2.2 Nilai-Nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa ... 15

2.1.2.3 Model-Model Pendidikan Karakter ... 16

2.1.2.4 Pembentukan Karakter Bangsa ... 18

2.1.2.5 Prinsip Pendidikan Karakter ... 19

2.1.2.6 Pentingnya Pendidikan Karakter ... 20

2.2 Konsep Sejarah... 20

2.2.1 Pengertian Sejarah ... 20

2.2.2.1 Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah ... 22

2.2.2.2 Tujuan Pembelajaran Sejarah ... 23

2.3 Peran Guru dalam Pembelajaran Sejarah ... 26

2.3.1 Kompetensi Pedagogik ... 27

2.3.2 Kompetensi Kepribadian ... 33

2.3.3 Kompetensi Sosial ... 35

2.3.4 Kompetensi Profesional ... 38

2.4 Relevansi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sejarah ... 42

2.4.1 Keterkaitan Pendidikan Karakter dengan Tujuan Pendidikan Sejarah ... 42

2.4.2 Kontribusi Pembelajaran Sejarah dalam Membentuk Karakter ... 45

2.5 Asumsi dan Hipotesisi ... 46


(4)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 49

3.1 Metode Penelitian... 49

3.2 Desain Penelitian ... 52

3.3 Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian... 54

3.3.1 Lokasi / Tempat Penelitian ... 54

3.3.2 Populasi Penelitian ... 54

3.3.3 Sampel Penelitian dengan Teknik Purposive Sampling ... 55

3.4 Definisi Operasional... 55

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.5.1 Observasi ... 56

3.5.2 Wawancara ... 57

3.5.3 Kuesioner / Angket ... 58

3.5.4 Studi Dokumenter ... 59

3.6 Instrumen Penelitian... 59

3.7 Analisis Data ... 61

3.7.1 Analisis Data Kualitatif ... 61

3.7.2 Analisis Data Kuantitatif ... 62

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ... 64

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 64

4.1.1 Profil Guru SMA Negeri 1 Majalengka ... 64

4.1.2 Deskripsi Hasil Wawancara ... 73

4.1.3 Deskripsi Hasil Angket Guru ... 88

4.1.4 Hasil Uji Statistik ... 111

4.2 Deskripsi Pembahasan ... 113

4.2 1 Pola Pengembangan Pendidikan Karakter yang Ideal Menurut Guru Sejarah ... 113

4.2.2 Pembelajaran Sejarah Berkontribusi terhadap Pembentukan Karakter Bangsa ... 120

4.2.3 Kendala-Kendala yang Dihadapi Guru Sejarah dalam Mengembangkan dan Menanamkan Pendidikan Karakter melalui Pembelajaran Sejarah ... 123

BAB V KESIMPULAN ... 127

5.1 Kesimpulan ... 127

5.2 Rekomendasi ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131


(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Akhir-akhir ini istilah pendidikan karakter banyak dibicarakan. Mulai dari para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah, sampai pengawas pendidikan membahas istilah pendidikan karakter. Istilah pendidikan karakter juga merambah pada wilayah kegiatan lain seperti seminar, pelatihan ataupun workshop. Kegiatan ini semakin berkembang sejak diintegrasikannya pendidikan karakter dalam KTSP. Berkembangnya pendidikan karakter juga menyibukan para guru yang harus menyusun dan mengaplikasikan silabus serta rencana program pembelajaran berbasis karakter (Mustakim, 2011: 1).

Dalam pengembangkan karakter tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan karena untuk mengembangkan dan menumbuhkan karakter bangsa di masa sekarang memiliki banyak kelemahan dari segala kalangan termasuk pada kalangan remaja. Akibat dari tidak adanya pengembangan dan penanaman karakter bangsa di kalangan remaja maka terjadi makin meningkatnya tawuran antarpelajar, keinginan untuk menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar, lebih menyukai atau mencintai produk luar negeri ketimbang produk dalam negeri dan lebih mencintai budaya luar dibandingkan dengan budaya sendiri, kurangnya kesadaran sejarah (Samani dan Hariyanto, 2011: 1).


(6)

Beberapa akibat yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan sebagian kecil masalah yang muncul dalam kehidupan masyarakat. Kita tentu sadar bahwa dengan pendidikan semua fenomena yang ada pada bangsa ini dapat diselesaikan dengan baik, karena pendidikan merupakan makanisme institusional yang akan mengakselerasikan pembinaan karakter bangsa dan juga berfungsi sebagai arena mencapai tiga hal prinsipal dalam pembinaan karakter bangsa. Pendidikan juga merupakan salah satu lembaga yang berfungsi sebagai media pewarisan nilai-nilai yang dianut sebuah masyarakat. Formulasi nilai yang dianut sebuah masyarakat cenderung untuk diwariskan pada generasi selanjutnya melalui proses pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non-formal serta tidak ketinggalan adalah pendidikan dalam keluarga.

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang mendasari anak untuk memiliki karakter. Oleh karena itu, pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk mempersiapkan seseorang untuk memasuki masa depan yang mungkin memunculkan nilai-nilai baru, tapi juga beranjak dari berlakunya nilai-nilai lama sebagai penjelmaan kesejarahan (historicity) yang memungkinkan terpeliharannya kesinambungan antar generasi dalam masyarakat sebagai pendukung budaya (culture bearers) (Hasan, 1995).

Beranjak dari fenomena bangsa yang sedang mengalami penurunan dalam aspek moral dan karakter bangsa, diharapkan pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter. Karena pelajaran sejarah mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh


(7)

Hasan (2008a) yang menyatakan bahwa sesungguhnya pendidikan sejarah mempunyai potensi-potensi yang dapat dikembangkan bagi guna mebangun karakter bangsa. Potensi-potensi tersebut sebagai berikut :

1) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis 2) Mengembangkan rasa ingin tahu

3) Mengembangkan kemampuan berpikri kreatif

4) Mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan 5) Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan 6) Mengembangkan kepedulian social

7) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi

8) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah, mengemas, dan mengkomunikasikan informasi.

Dari potensi tersebut, jelaslah bahwa pelajaran sejarah bisa dijadikan sebagai wahana pembelajaran dalam mengembangkan karakter bangsa, karena pendidikan sejarah merupakan salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan karakter bangsa.

Beberapa karakter yang bisa dikembangkan pada pembelajaran sejarah, merujuk pada pemikiran Hasan tersebut di atas antara lain mengembangkan sikap cinta tanah air, mengembangkan sikap tanggung jawab, mengembangkan sikap kepahlawanan dan kepemimpinan serta membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan (Hasan, 2012: 63-65). Pendapat tersebut diperkuat oleh Ismaun (2001) yang menyatakan bahwa pembelajaran sejarah dapat disampaikan pesan nilai-nilai luhur dari generasi tua kepada genarasi muda sehingga generasi muda mempunyai identitas diri yang kuat dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang serta dengan kata lain pembelajaran sejarah memiliki fungsi memberikan pengalaman dan peluang bagi tumbuhnya tindakan moral positif (Shounara, 2003: 14-15).


(8)

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Sartono Kartodidjo (1988) yang menyatakan bahwa dalam rangka pembangunan bangsa, pengajaran sejarah tidak semata-mata berfungsi untuk memberikan pengetahuan sejarah sebagai kumpulan informasi fakta sejarah tetapi juga bertujuan menyadarkan anak didik atau membangkitkan kesadaran sejarahnya. Sementara Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi menegaskan bahwa pengetahuan masa lampau mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap,watak dan kepribadian peserta didik. Untuk itu nilai-nilai sejarah harus dapat tercermin dalam pola prilaku nyata peserta didik. Diharapkan dengan melihat pola prilaku yang tampak, dapat diketahui kondisi kejiwaan dan tingkat penghayatan pada makna dan hakekat sejarah pada masa kini dan masa mendatang. Dan melalui pengamatan tersebut kita bisa melihat apakah pembelajaran sejarah berfungsi dalam proses pembentukan sikap atau tindakan (tersedia http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/pendidikan-budaya- dan-karakter-bangsa-implikasinya-dalam-dunia-pendidikan-ilmu-pengetahuan-sosial/).

Terkait dengan itu, I Gde Widja dalam Turmuzi (2011), mengungkapkan bahwa bertolak dari pikiran tiga dimensi sejarah maka proses pendidikan, khususnya pengajaran sejarah, ibarat mengajak peserta didik menengok ke belakang dengan tujuan melihat ke depan. Makna yang tertuang dari pendapat ahli tersebut adalah dengan mempelajari nilai-nilai kehidupan masyarakat di masa lampau, diharapkan peserta didik mencari atau mengadakan seleksi terhadap nilai-nilai kompleks di masa


(9)

kini maupun yang akan datang. Proses mencari atau proses seleksi jelas menekankan pada pendekatan proses, serta menuntut untuk lebih diciptakan aktivitas fisik-mental dan kreativitas siswa dalam belajar sejarah. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sartono Kartodirdjo (1992) bahwa hendaknya pengajaran sejarah memberi pengertian yang mendalam serta suatu keterampilan.

Dalam kaitan dengan hal ini, guru sejarah mempunyai peranan yang sangat penting karena guru sejarah akan menjadi sasaran ujung tombak pertama yang berada di depan dalam proses pembelajaran sejarah di sekolah. Dapat dikatakan bahwa jika guru sejarah lemah dalam memberikan motivasi dan inovasi pada proses belajar mengajar di kelas maka makna dari pembelajaran sejarah tidak akan tersampaikan dengan baik (Tukidi,2011: 33). Maka dari itu, guru sejarah harus mempunyai wawasan yang luas serta mendalam dan mempunyai motivasi yang tinggi dalam proses pembelajaran sejarah sehingga makna yang terkandung dalam mata pelajaran sejarah dapat tersampaikan. Guru sejarah mempunyai peran yang penting dalam pengembangan karakter siswa sebagaimana yang tertuang dalam Permen no.16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru menyatakan bahwa “…guru sejarah harus menguasai struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek geografi; membedakan pendekatan-pendekatan sejarah; menguasai materi sejarah yang luas dan mendalam serta menunnjukkan manfaat mata pelajaran sejarah”. Selain itu, guru sejarah harus membantu dalam proses internalisasi nilai-nilai positif di dalam diri siswa yang tidak bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun.


(10)

Selain itu, pendidikan karakter membutuhkan teladan hidup (living model) yang hanya bisa ditemukan dalam pribadi para guru khususnya guru sejarah (Munip, 2009:3). Sehubungan dengan ini, maka pendidikan karakter pada pembelajaran sejarah memerlukan guru yang dapat menyampikan makna atau nilai-nilai yang terkadung di dalamnya. Karena tanpa guru, dalam hal ini guru sejarah perlu menggali kembali nilai-nilai yang ada pada pembelajarn sejarah sebagai pijakan untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa yang sudah pudar.

Pembelajaran sejarah yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran sejarah yang berbasis karakter bangsa, karena pembelajaran sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan karakter bangsa sehingga dalam penyampaian materi pada pembelajaran sejarah harus bermakna sehingga dapat mendorong dan memotivasi siswa agar mempunyai karakter yang lebih baik. Pendapat tersebut seiring dengan yang diungkapkan oleh Hasan (2012) yang menyatakan bahwa Pendidikan sejarah mempunyai peranan yang penting dalam membentuk karakter bangsa karena pelajaran Sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Berkaitan dengan kondisi yang telah dikemukakan, peneliti memilih SMA Negeri 1 Majalengka adalah salah satu sekolah menengah atas yang berada di wilayah kota Majalengka. Sekolah ini merupakan sekolah yang sudah menerapkan pembelajaran yang berbasis karakter salah satunya pada pembelajaran sejarah. Dalam pelaksanaan pada pembelajaran sejarah, guru sejarah memasukan nilai-nilai atau


(11)

karakter bangsa dalam proses pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang diajarkannya. Sehingga siswa dapat mengembangkan karakter yang dimulai dari dalam dirinya sendiri tanpa adanya paksaan dari siapa pun.

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan menganalisis mengenai pengembangan dan penanaman kembali karakter bangsa yang sudah lama memudar di kalangan siswa dalam pembelajaran sejarah. Maka dalam tesis ini peneliti mengangkat judul mengenai ”Membangun Karakter Bangsa melalui Pembelajaran Sejarah (Penelitian dengan Pendekatan Mixed Methods

terhadap siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Majalengka )”.

1.2Rumusan Masalah

Agar masalah penelitain ini terfokus, berikut dirumuskan fokus-fokus masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Bagaimana bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah?

2. Apakah pembelajaran sejarah mempunyai konstribusi terhadap pengembangan karakter siswa?

3. Kendala-kendala apa yang dihadapi guru sejarah dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah?


(12)

1.3Tujuan Penelitian

1. Menemukan pola pengembangan pendidikan karakter dalam pembelajaran sejarah yang ideal.

2. Menemukan konstribusi pembelajaran sejarah terhadap pengembangan karakter siswa.

3. Menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Diharapkan dapat menerapkan karakter bangsa terutama nilai-nilai yang ada kaitannya dengan pembelajaran sejarah sehingga dapat diimplentasikan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

2. Dapat membantu dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa di dalam diri siswa melalui pembelajaran sejarah terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai yang ada pada pembelajaran sejarah.

3. Memberikan informasi tentang kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai yang ada pada pembelajaran sejarah.


(13)

1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan

Berisi uraian tentang pendahuluan. Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat atau signifikansi penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka

Kajian pustaka berfungsi sebagai landasan teoritik dalam menyusun pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III berisi penjabaran lebih rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen sebagai berikut: Lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Analisis Data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini terdiri dari dua hal utama yakni: 1) pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis penelitian, tujuan penelitian; 2) pembahasan atau analisis temuan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab Kesimpulan dan Saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian.


(14)

Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua sumber tertulis (buku, artikel jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lain dari internet) atau tercetak (misalnya CD, video, film atau kaset) yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulsan karya tulis ilmiah.

Lampiran-Lampiran

Lampiran-lampiran berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah.


(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mixed methods. Penelitian ini merupakan suatu langkah penelitian dengan menggabungkan dua bentuk penelitian yang telah ada sebelumnya yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif. Menurut Creswell (2010: 5), penelitian campuran merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan antara penelitian kualitatif dengan penelitian kuantitatif. Menurut pendapat Sugiyono (2011: 404) menyatakan bahwa metode penelitian kombinasi (mixed methods) adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dengan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliable dan obyektif.

Munculnya metode mixed methods ini mulanya hanya mencari usaha penggabungan antara data kualitatif dengan data kuantitaif (Creswell, 2010:22). Diperjelas lagi oleh Tashakkori dan Teddi dalam bukunya yang berjudul Mixed Methodology, bahwa mengombinasikan pendekatan kualitatif dan kuantitatif ini muncul setelah adanya debat yang berkepanjangan antara dua paradigma yang menjadi pedoman dari peneliti, kedua paradigma tersebut adalah positivis/empiris yang menjadi dasar konseptual dari metode kuantitatif dan paradigma konstruktivis/fenomenologi yang menjadi dasar dari metode kualitatif (2010: 3-4).


(16)

Menurut Creswell (2010: 22-23), strategi-strategi dalam mixed methods, yaitu:

1. Strategi metode campuran sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods) merupakan strategi bagi peneliti untuk menggabungkan data yang ditemukan dari satu metode dengan metode lainnya. Strategi ini dapat dilakukan dengan interview terlabih dahulu untuk mendapatkan data kualitatif, lalu diikuti dengan data kuantitaif dalam hal ini menggunakan survey. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu (Creswell, 2010 : 316-318):

a. Strategi eksplanatoris sekuensial. Dalam strategi ini tahap pertama adalah mengumpulkan dan menganalsis data kuantitatif kemudian diikuti oleh pengumpulan dan menganalisis data kualitatif yang dibangun berdasarkan hasil awal kuantitatif. Bobot atau prioritas ini diberikan pada data kuantitatif. b. Strategi eksploratoris sekuensial. Strategi ini kebalikan dari strategi

ekspalanatoris sekuensial, pada tahap pertama peneliti mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif pada tahap kedua yang didasarkan pada hasil dari tahap pertama. Bobot utama pada strategi ini adalah pada data kualitatif.

c. Strategi transformatif sekuensial. Pada Strategi ini peneliti menggunakan perspektif teori untuk membentuk prosedur-prosedur tertentu dalam penelitian. Dalam model ini, peneliti boleh memilih untuk menggunakan salah satu dari dua metode dalam tahap pertama, dan bobotnya dapat diberikan pada


(17)

salah satu dari keduanya atau dibagikan secara merata pada masing-masing tahap penelitian.

2. Strategi metode campuran konkuren/sewaktu waktu (concurrent mixed methods) merupakan penelitian yang menggabungkan antara data kuantitatif dan data kualitatif dalam satu waktu. Terdapat tiga strategi pada strategi metode campuran konkuren ini , yaitu (Creswell, 2010: 320-324):

a. Strategi triangulasi konkuren. Dalam strategi ini, peneliti mengumpulkan data kuantitatif dan data kualitatif dalam waktu bersamaan pada tahap penelitian, kemudian membandingkan antara data kualitatif dengan data kuantitatif untuk mengetahui perbedaan atau kombinasi.

b. Strategi embedded konkuren. Strategi ini hampir sama dengan model triangulasi konkuren, karena sama-sama mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif dalam waktu yang bersamaan. Membedakannya adalah model ini memiliki metode primer yang memandu proyek dan data sekunder yang memiliki peran pendukung dalam setiap prosedur penelitian. Metode sekunder yang kurang begitu dominan/berperan (baik itu kualitatif atau kuantitatif) ditancapkan (embedded) ke dalam metode yang lebih dominan (kualitatif atau kuantitatif).

c. Strategi transformatif konkuren. Seperti model transformatif sequential yaitu dapat diterapkan dengan mengumpulkan data kualitatif dan data kuantitatif secara bersamaan serta didasarkan pada perspektif teoritis tertentu.


(18)

3. Prosedur metode campuran transformatif (transformative mixed methods) merupakan prosedur penelitian dimana peneliti menggunakan kacamata teoritis sebagai perspektif overaching yang didalamnya terdiri dari data kualitatif dan data kuantitatif. Perspektif inilah yang nantinya akan memberikan kerangka kerja untuk topik penelitian, teknik pengumpulan data, dan hasil yang diharapkan dari penelitian.

Dalam penelitian ini menggunakan strategi metode campuran sekuensial/ bertahap (sequential mixed methods) terutama strategi eksploratoris sekuensial. Dalam penelitian ini pada tahap pertama mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif dalam menjawab rumusan masalah pertama dan ketiga, yakni bagaimana bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah dan bagaimana kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam membangun karakter melalui pembelajaran sejarah. Kemudian tahap kedua, mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif dalam hal ini untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, yakni apakah pembelajaran sejarah mempunyai kontribusi terhadap pengembangan karakter siswa.

3.2 Desain Penelitian

Jenis desain penelitian pada penelitian mixed methods dibagi menjadi tiga yaitu sequential explanatory designs, sequential exploratory designs, dan concurrent triangulation designs. Pertama, sequential explanatory designs, pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilaksanakan dalam dua tahap, dengan penekanan utama


(19)

pada metode kuantitatif. Kedua, sequential exploratory designs yaitu pengumpulan data kualitatif dilakukan pertama kali dan dianalisis, kemudian data kuantitatif dikumpulkan dan dianalisis. Jenis sequential exploratory lebih menekankan pada kualitatif. Ketiga adalah concurrent triangulation designs (juga disebut desain integrantive atau konvergen) di mana peneliti secara bersamaan mengumpulkan data kuantitatif dan kualitatif, menggabungkan dalam analisis metode analisis data kuantitatif dan kualitatif, dan kemudian menafsirkan hasilnya bersama-sama untuk memberikan pemahaman yang lebih baik dari fenomena yang menarik.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sequential exploratory, yaitu mengumpulkan dan menganalisis data kualitatif kemudian mengumpulkan dan menganalisis data kuantitatif. Dalam penelitian ini lebih menekankan pada metode kualitatif (McMillan, 2010 : 402). Sependapat dengan yang dikatakan oleh McMillan, Creswell (2010: 317-318) yaitu pada tahap pertama akan diisi dengan pengumpulan dan analisis data kualitatif, kemudian pengumpulan dan menganalisis data kuantitatif. Penggabungan data kuantitatif dengan data kualitatif ini biasanya didasarkan pada hasil-hasil yang telah diperoleh sebelumnya dari tahap pertama. Prioritas utama pada tahap ini lebih ditekankan pada tahap pertama, dan proses penggabungan diantara keduanya terjadi ketika peneliti menghubungkan antara analisis data kualitatif dengan pengumpulan data kuantitatif.

Pada penelitian ini, data kuantitatif digunakan untuk menjelaskan data kualitatif. Data kualitatif ini didapatkan melalui wawancara dengan partisipan secara mendalam. Metode kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai


(20)

profil guru yang dapat menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa dalam pembelajaran sejarah. Selain itu, metode ini juga untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapai oleh guru sejarah dalam menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa, maka untuk itu menggunakan instrumen wawancara kepada guru sejarah. Sedangkan untuk metode kuantitatif digunakan untuk menemukan kontribusi pembelajaran sejarah terhadap perkembangan karakter siswa. Instrumen yang digunakan adalah angket.

3.3Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian 3.3.1 Lokasi / Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di sekolah SMA Negeri 1 Majalengka yang berada di kota Kabupaten Majalengka. Sekolah tersebut sudah melaksanakan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran termasuk pada proses pembelajaran sejarah, dan secara personal sudah mengenal keadaan dan kondisi sekolah dan dapat berkomunikasi dengan lancar walaupun peneliti tidak mengajar di sekolah tersebut. Selain itu, lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan umum.

3.3.2 Populasi Penelitian

Dalam penelitian dibedakan antara populasi secara umum dengan populasi target atau “target population”. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakukan kesimpulan penelitian (Sukmadinata,2007: 250). Dengan populasi penelitian adalah keseluruhan subjek penelitian yaitu seluruh guru


(21)

sejarah di SMA Negeri 1 Majalengka dan seluruh siswa SMA Negeri 1 Majalengka.

3.3.3 Sampel Penelitian

Pengambilan sampel merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dan perhitungan besarnya sampel yang akan menjadi subjek atau objek penelitian (Sukamdinata, 2007: 252). Dalam penelitian ini pengambilan sampel mengunakan teknik purposive. Teknik ini digunakan dalam memilih sampel secara khusus berdasarkan tujuan penelitian (Sukamdinata, 2007: 251) Sampel dalam peneltian ini adalah guru sejarah di SMA Negeri 1 Majalengka dan siswa kelas XI IPS I SMA Negeri 1 Majalengka karena dapat berkomunikasi baik dengan wali kelasnya dan guru sejarah yang mengajar di kelas tersebut dapat bekerja sama dengan baik.

3.4Definisi Operasional

Pendidikan Karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru yang mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya (Winton dalam Samani dan Hariyanto,2011 : 43). Pengertian pendidikan karakter juga dinyatakan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu “pendidikan budaya dan karakter bangsa diartikan sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai dan karakter bangsa yang dilakukan peserta didik secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah dan tenaga kependidikan serta diwujudkan dalam kehidupannya di kelas, sekolah dan masyarakat” (Hasan, 2012: 9).


(22)

Menurut Ismaun pendidikan sejarah merupakan pengalaman moral dan pengajaran sejarah merupakan tindakan moral. Maksudnya adalah bahwa dalam pembelajaran sejarah menyampaikan pesan nilai-nilai luhur dari generasi tua kepada genarasi muda (Shounara, 2003: 14-15). Maka dari itu, untuk menyampaikan karakter bangsa yang ada pada pembelajaran sejarah guru dapat mengorganisir materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber pembelajaran dan evaluasi pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran sejarah yang sesuai dengan kurikulum, yaitu melalui pembelajaran sejarah diharapkan siswa dapat menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah masyarakat dunia (Depdiknas dalam Atmadinata, 2005: 43).

3.5Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam desain penelitian sequential exploratory ini untuk pengumpulan data dilakukan secara berurutan dalam pengumpulan datanya. Data yang diambil baik data kualitatif maupun data kuantitatif akan saling menunnjang satu sama lain. Dalam penelitian ini pengumpulan datanya menggunakan:

3.5.1 Observasi

Observasi (pengamatan) adalah pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Narbuko,dkk. 2005: 70). Observasi atau yang disebut pula dengan


(23)

pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuakn dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara, yakni observasi sistematis dan observasi sistematis. Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrument pengamatan. Sedangkan observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan (Arikunto. 2006 : 157). Pada tahap ini peneliti mengobservasi ke lapangan dengan menngunakan observasi terbuka yaitu peneliti mengamati langsung sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah di kelas. Dengan menggunakan pedoman ini, peneliti dapat melakukan pencatatan mengenai berbagai hal yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, kemudian baru dilakukan interpretasi terhadap hasil pengamatan tersebut.

3.5.2 Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Narbuko, dkk. 2005: 83). Interviu yang sering juga disebut dengan wawancara atau keusioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan


(24)

oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer). Interviu digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan seseorang. Secara fisik interviu dibedakan atas interviu terstruktur dan interviu tidak terstruktur (Arikunto, 2006 : 155). Menurut Denzin dan Lincoln (2009) ada lagi yang namanya wawancara kelompok yang biasanya berupa pemberian beberapa pertanyaan sistematik kepada beberapa individu sebagai kelompok secara serempak. Pada tahap ini, wawancara dilakukan pada guru sejarah.

3.5.3 Kuesioner / Angket

Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti (Narbuko, dkk. 2005: 76). Menurut Suharsimi Arikunto (2006) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Dari pernyataan di atas, jadi kuesioner adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada sekelompok orang mengenai suatu masalah sehingga mendapatkan informasi tentang masalah tersebut. Kuesioner atau angket dalam penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai adanya kontribusi pembelajaran sejarah dengan pengembangan karakter siswa dalam rangka menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa.


(25)

3.5.4 Studi Dokumenter

Studi dokumenter (documentery study) merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun dokumen tak tertulis seperti gambar dan elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dipilih sesuai dengan kajian penelitian (Sukamadinata, S,N, 2007: 221-222). Dalam penelitian ini dokumen-dokumen yang digunakan adalah dokumen undang-undang, dokumen dari Kementrian Pendidikan. Serta dokumen dari guru, yaitu berupa hasil belajar siswa yang dapat mendeskripsikan dan dapat menganalisis tentang kontribusi pembelajaran sejarah dalam membangun dan mengembangkan karakter bangsa.

3.6Instrumen Penelitian

Instrument penelitian yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara (interview), lembar kuesioner (angket) dan dokumen. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dibantu dan didukung oleh instrumen lainnya. Untuk metode kualitatif, peneliti menggunakan instrumen lembar wawancara dan lembar observasi.

1. Lembar wawancara digunakan untuk untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu menemukan gambaran mengenai pa dangan pendidikan karakter menurut guru sejarah pada pembelajaran sejarah serta menemukan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam


(26)

menumbuhkan dan mengembangkan karakter bangsa. dengan menggunakan lembar wawancara, diharapkan partisipan (guru sejarah) bisa lebih leluasa dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

2. Lembar Observasi digunakan untuk melihat apakah guru sejarah dalam menyampaikan materi di kelas mempunyai kontribusi untuk menumbuhkan dan mengembangkan karakter siswa.

3. Lembar angket juga digunakan untuk mengukur membangun karakter bangsa dalam diri siswa.

Pada metode kuantitatif, instrumen yang digunakan adalah lembar angket. Lembar angket ini digunakan untuk mendapatkan data tentang konstribusi pembelajaran sejarah terhadap karakter siswa. Lembar angket ini diberikan kepada guru dan siswa. Dalam lembar angket yang diberikan kepada guru, berisi mengenai pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan kualifikasi dan kompetensi guru di sekolah. Pernyataan-pernyataan yang terdapat dalam angket ini diadopsi dari Permen No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Sedangkan lembar angket yang diberikan kepada siswa, berisi pernyataan dan pertanyaan mengenai gambaran pembelajaran selama mereka belajar di di kelas. Lembar angket ini dipilih karena memudahkan untuk mendapatkan data dalam waktu yang singkat dan responden dalam jumlah yang banyak. Dengan menggunakan lembar angket yang diberikan kepada siswa agar terhindar dari subjektif guru.


(27)

3.7Analisis Data

3.7.1 Analisis Data Kualitatif

Analisis data yang dilaksanakan dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan, yakni pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Menurut Miles dan Hubermas, data kualitatif diperoleh dari data reduction, data display dan conclusion drawing/verification (Sugiyono, 2011: 334). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Proses ini berlangsung terus menerus selama penelitian berlangusng, bahkan sebelum data benar-benar terkumpul sebagaimana terlihat dari kerangka penelitian, permasalahn studi dan pendekatan pengumpulan data yang dipilih peneliti. Mereduksi data dengan cara seleksi ketat atas adta, ringkasan atau uraian data singkat dan menggolongkan dalam pola yang lebih luas

(

http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivan-pengumpulan-analisis-data-kualitatif.pdf). Analsis data kualitatif ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan

masalah mengenai pendapat guru sejarah tetang bentuk pengembangan pendidikan karakter yang ideal dalam pembelajaran sejarah serta untuk menjawab rumusan masalah kendala-kendala apa yang dihadapi oleh guru sejarah dalam membangun dan mengembangkan karakter melalui pembelajaran sejarah.

Setelah menganalisis data kemudian dilanjutkan dengan keabsahan data kualitatif yaitu dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam penelitian ini adalah dengan membandingkan informasi dari informan yang satu dengan infroman yang


(28)

lain, misalnya dari guru sejarah yang satu dengan guru sejarah yang lain sehingga informasi yang di dapat diperoleh kebenarannya. Dan selanjutnya, melakukan memberchek yaitu untuk memeriksa keabsahan data.

3.7.2 Analisis Data Kuantitatif

Untuk mengetahui kontribusi pembelajaran sejarah terhadap pendidikan karakter dilakukan uji korelasi dan regresi. Analisis korelasi digunakan untuk melihat apakah ada hubungan antara pendidikan karakter dengan pembelajaran sejarah. Jika ada hubungan, seberapa kuat hubungan antar varaibel tersebut. Keeratan tersebut dinyatakan dengan nama koefesien korelasi. Koefesien korelasi yag digunakan dalam penelitian ini adalah koefesien korelasi bivariate/product moment pearson, karena ingin mengukur keeratan hubungan di antara hasil-hasil pengamatan dari dua variabel yang berdistribusi normal. Analisis regresi digunakan untuk tujuan peramalan, dimana dalam model ini akan ada variabel dependen dan variabel independen. Jika ada peningkatan dari satu variabel, apakah variabel lainnya akan mengikuti atau tidak. Dalam penelitian ini analisis regeresi akan melihat apakah jika terjadi peningkatan dalam pembelajaran sejarah, maka disertai pula dengan peningkatan pembangunan karakter pada siswa. Model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana yaitu hanya menggunakan satu variabel independen.

Untuk mengetahui tingkat signifikansi kontribusi pembelajaran sejarah terhadap pendidikan karakter, maka dilakukan uji Anova yang akan


(29)

mengindikasikan regresi secara statistik sangat signifikan atau tidak dengan melihat angka signifikannya (Sig.). Apabila nilai signifikannya lebih kecil dari α = 0.05, maka dapat disimpulkan terjadi kontribusi yang signifikan antar variabel. Sebaliknya, apabila nilai signifikannya lebih besar dari α = 0.05, maka dapat disimpulkan tidak ada kontribusi yang signifikan antar variabel.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan di bab IV diperoleh kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Pola pengembangan pendidikan karakter yang ideal menurut guru sejarah adalah melalui pengembangan perencanaan pembelajaran sejarah yang berbasis karakter. Dengan demikian, setiap pembelajaran sejarah perlu menetapkan karakter yang akan dikembangkan sesuai dengan materi yang kontekstual dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa, metode pembelajaran bervarasi yang dapat mendorong dan memotivasi siswa ke arah lebih baik, media dan sumber pembelajaran yang relevan dengan karakteristik siswa, evaluasi penilaian yang bervariasi misalnya menggunakan penilaian alternatif pada penilaian pembelajaran yang berbasis karakter, dan melakukan penilian tindak lanjut terhadap pembelajaran sejarah dengan mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) guna memastikan bahwa pembelajaran sejarah yang dilakukan akan berhasil secara optimal. Selain itu, pola pengembangan pendidikan karakter juga dapat dilihat dari kualifikasi dan kompetensi guru sejarah sehingga menentukan keberhasilan pengembangan karakter siswa dalam membangun karakter bangsa.

2. Berdasarkan hasil uji hipotesis melalui uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kontribusi yang jelas antara pembelajaran sejarah terhadap


(31)

karakter siswa. Walupun masih rendah kontribusinya terhadap karakter siswa tetapi pembelajaran sejarah mempunyai potensi besar untuk dijadikan salah satu wahana penanaman dan pengambangan karakter siswa. Selain itu, guru sejarah mempunyai peran penting dalam menanamkan dan mengembangkan karakter siswa.

3. kendala-kendala yang dihadapi oleh guru sejarah dalam mengembangkan dan menanamkan karakter melalui pembelajaran sejarah adalah kurangnya keterampilan guru dalam merancang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sejarah yang bermuatan pendidikan karakter, guru sejarah tidak dapat mengaplikasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sejarah yang bermuatan pendidikan karakter ke dalam dokumen. Selain itu, kurangnya keterampilan guru dalam memanfaatkan media atau sumber pembelajaran yang memperkuat pencapaian tujuan pembeajaran yang bermuatan pendidikan karakter, guru belum terbiasa dalam menggunakan media atau sumber pembelajaran yang telah disediakan oleh sekolah. Bahkan, kurangnya pemahaman dan keterampilan guru dalam mengembangkan asesmen alternatif pada proses penilaian yang pada umunya guru sejarah hanya menggunakan asesemen tes dalam menilai siswa, sedangkan asesmen alternatif lainnya tidak digunakan.


(32)

B. Rekomendasi

Berdasar pada pembahasan-analisis dan temuan hasilnya tersebut, peneliti mempunyai rekomendasi atau saran bagi pihak-pihak yang terkait guna mengembangakan dan menanamkan karakter bangsa. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Guru Sejarah

Telah terbuktinya bahwa pembelajaran sejarah mempunyai kontribusi terhadap perkembangan karakter siswa, maka guru diharapakan untuk mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang lebih baik, terutama dalam penggunaan media pembelajaran. Selain itu guru sejarah dituntut agar lebih kreatif dalam proses pelaksanaan pembelajaran sejarah di kelas sehingga materi yang dapat tersampaikan dengan baik. Dalam mengevaluasi guru sebaiknya jangan hanya menggunakan salah satu asesemen dalam menilai siswa tetapi harus bervariatif, misalnya penilaian sikap. Penilaian sikap siswa ini diharapkan dapat memperbaiki karakter siswa ke arah yang lebih baik secara bertahap.

2. Sekolah

Dalam hal ini kepada Kepala Sekolah selaku manajer dalam lembaga pendidikan sebaiknya memberikan pelatihan atau pendidikan mengenai penggunaan alat media elektronik pada guru-guru terutama guru sejarah untuk menunjang kegiatan pembelajaran di kelas sehingga dapat mendorong pengembangan pendidikan karakter siswa.


(33)

3. MGMP Sejarah

Bagi MGMP Sejarah diharapkan selalu memberikan pelatihan dalam mengaplikasikan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sejarah yang mengandung nilai-nilai yang positif atau karakter yang positif. 4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan ini direkomendasikan untuk secara spesifik dalam mengkaji dan menelaah masalah tentang kontribusi pembelajaran sejarah terhadap karakter siswa pada pembelajaran sejarah.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, ivan. 2009. Pengumpulan Analisis Data Kualitatif. Tersedia [Online]: http://ivanagusta.files.wordpress.com/2009/04/ivan-pengumpulan-analisis-data-kualitatif.pdf

Ali dan Asrori. 2009. Psikologi Remaja. Jakarta : Bumi Aksara

Aman, dkk. 2008. Penerapan Model Delikan sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS-Sejarah di SMP Muhammadiyah IV Jogyakarta. Jurnal Istoria, 2 (5),66-76

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pnedekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Atmadinata. 2005. Upaya Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah melalui Cooperative Learning. Bandung: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter : Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: CV YramaWidya

Bungin, Burhan. 2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group.

Brannen, Julia. 2002. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuanitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar bekerjasama dengan Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Samarinda


(35)

Creswell. John. W. 2010. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Denzin and Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depdiknas. 2007. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala. ____. Revitalitas Museum. Jakarta: Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Tersedia [Online]

(http://www.dkn.go.id/wantannas/images/revitalitas%20museum.pdf)

Tim Penyusun. 2012. Dokumen SMA Negeri 1 Majalengka. Majalengka: SMA Negeri 1 Majalengka

Elkind, D & Freedy Sweet. 2004. How to Do Character Education. Tersedia [Online]: http://www.goodcharacter.com/Article_4.html

Faqih, Abdulloh. 2008. Character Education: Paradigma Baru Membentuk Siswa Lebih Berkualitas. Tersedia [Online]: http://abdullohfaqih.blog.com/ 19 Maret 2012

Furqon. 2009. Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: AlFABETA, CV Hamalik. 1986. Media Pendidikan. Bandung: Alumni

Hasan. 1995. Pendidikan Sejarah: Kemana dan Bagaimana. Seminar Asossiasi Guru Sejarah (AGSI). Jakarta 6 Maret 2010

Hasan. 1997. “Kurikulum dan Buku Teks Sejarah” dalam Kongres Nasional Sejarah 1996 Jakarta Sub Tema Perkembangan Teori dan Metodologi dan Orientasi


(36)

Pendidikan Sejarah. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan

Hasan. 2003. Strategi Pembelajaran Sejarah pada era Otonomi Daerah sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah

Hasan. 2008. Pendidikan Sejarah dalam Rangka Pengembangan Memori Kolektif dan Jatidiri Bangsa. Tulisan sebagai apresiasi untuk Prof. Dr. Sartono Kartodidjo

Hasan. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press

Hugiono & Poerwantana,P.K. 1987: Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT Bina Aksara

I Gede Widja. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana

Ismaun. 2001. Jurnal Historia IV. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah UPI

Kardiman, Y. 2008. Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs Kewarganegaraan (Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan Manajeman Qolbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient dan Majalis Taklim di Bandung). Bandung: Sekolah Pascasrjana Universitas Pendidikan Indonesia

Kartodirdjo, S. 1988. “Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900: dari


(37)

Kartodirdjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri : Mendongkrak Kualtas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publising

Kementrian Pendidikan Nasional Badan dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pedoman Sekolah). Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional Badan dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Kesuma, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter : Kajian Teori dan Praktek di Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Linckona. 1992. Educating for Characte, How Our School Can Teach Respect and Responsibility. New York : Bantan Books

Maruzy. 2011. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah. Tersedia [Online]

http://pustakasekolah.com/Karakteristik-Mata-Pelajaran-Sejarah.html

Marzano, R.J.et.al.1994. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using The Dimensions Of Laerning Model. Alexandria: Association for Supervision and Curiculum Development

McMillan, J.H. dan Schumacher, S. 2010. Research in Education (Evidence Based Inquiry) 7th edition. New Jersey : Pearson Education Inc

Mendiknas. 2007. Peraturan Menteri Nomor 16 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Jakarta: Mendiknas


(38)

Muhammadong. 2011. Pengaruh Pembelajaran PKn dan Proses Habituasi terhadap Pembangunan Karakter Siswa (Studi Deskriptif Analisis pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Munip, A. 2009. Pentingnya Nilai-Nilai Islam mengenai Peranan Guru dalam

Pendidikan Karakter. Tersedia [Online]

http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru-Dalam-Pendidikan-Karakter 19

Maret 2012

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter : Membangun Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: PT. Bintang Pusataka Abadi

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara

Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan Karakter : Membangun Delapan Karakter Emas Menuju Indonesia Bermartabat. Yogyakarta. Samudera Biru

Narbuko, Cholid dan Abu Achmad.2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Neil. 2007. Character. Tersedia [Online]: http://www.wilderdom.com/Character.html Niamullah, M. 2011. Pemanfaatan Museum Keraton Kesepuhan dan Kanoman sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah untuk Mengembagkan Kemampuan Berfikir Kraetif Siswa (Penelitian Naturalistik Inkuiri di Madrasah Aliayah Ash Shiddiqiyah Kabupaten Cirebon). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia


(39)

Nur Laila. 2010. Peran Guru dalam Pembelajaran. Tersedia. [Online]

http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/28/peran-guru-dalam-pembelajaran/

28 September 2010

Prayitno dan Belferik Manulang. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan Bangsa. Jakarta : Grasindo

Priyanto, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: ANDI Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesai Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Rinda, W. 2011. Kontribusi Lingkungan Sosial sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah terhadap Pembentukan Sikap Nasionalisme Peserta Didik. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI

Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Samani dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Shounara, A. 2003. Pelaksanaan Cooperative Learning untuk Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Penelitian Tindakan Kelas di SLTP 1 Purwakarta). Bandung: Sekolah Pascasarja Universitas Pendidikan Indonesia


(40)

Sudrajat. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. Tersedia [Online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/

(16 Mei 2012)

Sugiono.2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sulistyo, D.B. 2007. Implentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada

Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Universitas Negeri Semarang : Fakultas Ilmu Sosial Jurusan

Sejarah. (Online). Tersedia:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd5e0.dir/doc.pdf Suroso. 2008. Penyalahgunaan Narkoba di Pati. Pati: Kantor Litbang

Suparman. 2010. Peran Guru dalam Penentuan Kebijakan Pendidikan dan Inovasi Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI

Supriatna. 2007 Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Susanto, B. 2013. Guru: Digugu Ditiru. (Online). Tersedia:

http://smaplsedayu.sch.id/artikel/guru-digugu-dan-ditiru.37.html. 16 Maret

2013

Suswandari. 2010. “Paradigma Pendidikan dalam Menghadapi Tantangan Masa

Depan”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29, (1), 28-42

Sutikno, M.S.2009. Pengolaan Pendidikan: Tinjauan Umum dan Konsep Islami. Bandung: Prospect


(41)

Syah. 2004. Psikologi Belajar. Bandung: Grafindo Persada

Syahruddin, J. 2007. Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru. Tersedia [Online]: http://jufrisyahruddin.wordpress.com/2007/07/18/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-guru/)

Tukidi.2011. Membangun Karakter Bangsa di Tengah-Tengah Budaya Global. Jurnal Forum Ilmu Sosial, 1 (38), 44-54

Turmuzi, Ahmad. 2011. Peranan Pembelajaran Sejarah dalam Pembangunan Bangsa. Lombok Timur, Nusa Tenggara Timur. Tersedia. [Online]:

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa-implikasinya-dalam-dunia-pendidikan-ilmu-pengetahuan-sosial/

Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Wiyanarti, E. 2010. CTL dalam Pembelajaran Sejarah. Tersedia [Online]: http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196207181986012 -ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf

_____. 2011. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Implikasinya dalam Dunia Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Tersedia [Online]: (tersedia


(1)

Pendidikan Sejarah. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah

Nasional Direktorat Jendral Kebudayaan Departeman Pendidikan dan Kebudayaan

Hasan. 2003. Strategi Pembelajaran Sejarah pada era Otonomi Daerah sebagai

Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah

Hasan. 2008. Pendidikan Sejarah dalam Rangka Pengembangan Memori Kolektif

dan Jatidiri Bangsa. Tulisan sebagai apresiasi untuk Prof. Dr. Sartono

Kartodidjo

Hasan. 2012. Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam Ide dan Pembelajaran. Bandung: Rizqi Press

Hugiono & Poerwantana,P.K. 1987: Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta : PT Bina Aksara

I Gede Widja. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya Wacana

Ismaun. 2001. Jurnal Historia IV. Bandung : Jurusan Pendidikan Sejarah UPI

Kardiman, Y. 2008. Membangun Kembali Karakter Bangsa melalui Situs-Situs

Kewarganegaraan (Studi Fenomenologi terhadap Pelatihan Manajeman Qolbu, Pelatihan Emotional Spiritual Quotient dan Majalis Taklim di Bandung).

Bandung: Sekolah Pascasrjana Universitas Pendidikan Indonesia

Kartodirdjo, S. 1988. “Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900: dari


(2)

Kartodirdjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia

Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri : Mendongkrak

Kualtas Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publising

Kementrian Pendidikan Nasional Badan dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010.

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pedoman Sekolah).

Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional Badan dan Pengembangan Pusat Kurikulum

Kesuma, Dharma dkk. 2011. Pendidikan Karakter : Kajian Teori dan Praktek di

Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Linckona. 1992. Educating for Characte, How Our School Can Teach Respect and

Responsibility. New York : Bantan Books

Maruzy. 2011. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah. Tersedia [Online]

http://pustakasekolah.com/Karakteristik-Mata-Pelajaran-Sejarah.html

Marzano, R.J.et.al.1994. Assessing Student Outcomes: Performance Assessment

Using The Dimensions Of Laerning Model. Alexandria: Association for

Supervision and Curiculum Development

McMillan, J.H. dan Schumacher, S. 2010. Research in Education (Evidence Based

Inquiry) 7th edition. New Jersey : Pearson Education Inc

Mendiknas. 2007. Peraturan Menteri Nomor 16 tentang Standar Kualifikasi dan


(3)

Muhammadong. 2011. Pengaruh Pembelajaran PKn dan Proses Habituasi terhadap

Pembangunan Karakter Siswa (Studi Deskriptif Analisis pada SMP Negeri di Kabupaten Bangka). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan

Indonesia

Munip, A. 2009. Pentingnya Nilai-Nilai Islam mengenai Peranan Guru dalam

Pendidikan Karakter. Tersedia [Online]

http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru-Dalam-Pendidikan-Karakter 19 Maret 2012

Munir, Abdullah. 2010. Pendidikan Karakter : Membangun Anak Sejak dari Rumah. Yogyakarta: PT. Bintang Pusataka Abadi

Muslich, Mansur. 2011. Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis

Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara

Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan Karakter : Membangun Delapan Karakter Emas

Menuju Indonesia Bermartabat. Yogyakarta. Samudera Biru

Narbuko, Cholid dan Abu Achmad.2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara

Neil. 2007. Character. Tersedia [Online]: http://www.wilderdom.com/Character.html Niamullah, M. 2011. Pemanfaatan Museum Keraton Kesepuhan dan Kanoman

sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah untuk Mengembagkan Kemampuan Berfikir Kraetif Siswa (Penelitian Naturalistik Inkuiri di Madrasah Aliayah Ash Shiddiqiyah Kabupaten Cirebon). Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas


(4)

Nur Laila. 2010. Peran Guru dalam Pembelajaran. Tersedia. [Online]

http://edukasi.kompasiana.com/2010/09/28/peran-guru-dalam-pembelajaran/ 28 September 2010

Prayitno dan Belferik Manulang. 2011. Pendidikan Karakter dalam Pembangunan

Bangsa. Jakarta : Grasindo

Priyanto, D. 2009. 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: ANDI Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesai Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Rinda, W. 2011. Kontribusi Lingkungan Sosial sebagai Sumber Pembelajaran

Sejarah terhadap Pembentukan Sikap Nasionalisme Peserta Didik. Bandung:

Sekolah Pascasarjana UPI

Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta

Samani dan Hariyanto. 2011. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Shounara, A. 2003. Pelaksanaan Cooperative Learning untuk Meningkatkan Berpikir

Kritis Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Penelitian Tindakan Kelas di SLTP 1 Purwakarta). Bandung: Sekolah Pascasarja Universitas Pendidikan

Indonesia


(5)

Sudrajat. 2010. Konsep Pendidikan Karakter. Tersedia [Online]

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/15/konsep-pendidikan-karakter/ (16 Mei 2012)

Sugiono.2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Sulistyo, D.B. 2007. Implentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada

Pembelajaran IPS Sejarah di SMP Negeri 21 Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Universitas Negeri Semarang : Fakultas Ilmu Sosial Jurusan

Sejarah. (Online). Tersedia:

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASHd5e0.dir/doc.pdf

Suroso. 2008. Penyalahgunaan Narkoba di Pati. Pati: Kantor Litbang

Suparman. 2010. Peran Guru dalam Penentuan Kebijakan Pendidikan dan Inovasi

Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Sejarah-AGSI

Supriatna. 2007 Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Susanto, B. 2013. Guru: Digugu Ditiru. (Online). Tersedia:

http://smaplsedayu.sch.id/artikel/guru-digugu-dan-ditiru.37.html. 16 Maret 2013

Suswandari. 2010. “Paradigma Pendidikan dalam Menghadapi Tantangan Masa

Depan”. Jurnal Cakrawala Pendidikan. 29, (1), 28-42


(6)

Syah. 2004. Psikologi Belajar. Bandung: Grafindo Persada

Syahruddin, J. 2007. Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki Guru. Tersedia [Online]: http://jufrisyahruddin.wordpress.com/2007/07/18/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-guru/)

Tukidi.2011. Membangun Karakter Bangsa di Tengah-Tengah Budaya Global. Jurnal Forum Ilmu Sosial, 1 (38), 44-54

Turmuzi, Ahmad. 2011. Peranan Pembelajaran Sejarah dalam Pembangunan

Bangsa. Lombok Timur, Nusa Tenggara Timur. Tersedia. [Online]: http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa-implikasinya-dalam-dunia-pendidikan-ilmu-pengetahuan-sosial/

Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Wiyanarti, E. 2010. CTL dalam Pembelajaran Sejarah. Tersedia [Online]:

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196207181986012 -ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf

_____. 2011. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Implikasinya dalam Dunia Pendidikan Ilmu Pengetahuan. Tersedia [Online]: (tersedia

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/20/pendidikan-budaya-dan-karakter-bangsa-implikasinya-dalam-dunia-pendidikan-ilmu-pengetahuan-sosial/).