KONSEP IMĀM AL-GAZĀLĪ TENTANG CARA MEMPERBAIKI AKHLAK BURUK.

(1)

No. Daftar FPIPS: 1609/UN.40.2.6.1/PL/2013

KONSEP IMĀM AL-GAZĀLĪ TENTANG CARA MEMPERBAIKI AKHLAK BURUK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islām

Oleh Imam Sandi

0906643

PRODI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLĀM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

KONSEP IMĀM AL-GAZĀLĪ TENTANG CARA MEMPERBAIKI AKHLAK BURUK

Oleh Imam Sandi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Imam Sandi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

(5)

ABSTRACT

This thesis entitled "The concept of Imam Al-Gazali about How to Fix Poor Morals". The main issue discussed in this paper was how to fix bad morals according to Al-Gazali. With the scope limit of this research was to study about the moral education according to Al-Gazali, how he fixed bad attitude caused by oral, and how Al-Gazali assuage angry attitude.

The research method used in this paper was the descriptive method with qualitative approach. Descriptive research methods used to attempt to solve or answer the problems being faced in the present situation. the steps of the research were data collection, classification, and analysis / data processing as well as made a depiction of a situation objectively in a description. Meanwhile, for the data collection techniques in this study using the techniques of literature, as a technique used to collect data and information with the assistance of an assortment of materials contained in the library room, such as books, magazines, documents, records, histories, and others.

From this study was found and concluded that, according to Al-Gazali, morals could be gained through the efforts made by repeated training to become a habit then embedded in the soul, as well as appearing in the action easily without the need of thought and consideration in advance. Standardization of good morals according to Al-Gazali was the midpoint between something that was too excessive and too lacking. Moral principle according to Al-Gazali in accordance with the fourth power: wisdom (al-Hikmah), courage (al-Syajā'ah), guard of honor (al-`Iffah), and justice (al-'Adl). Moral education system according to Al-Gazali divided into two, namely: first, non-formal education system that is the family environment, second, the formal education system schools or madrassas. In addition to these two systems, Al-Gazali mentioned that social and environmental factors were strong factors for the formation of character. Methods for treating all bad morals according to Al-Gazali was the combination of science and charity.


(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Konsep Imām Al-Gazālī Tentang Cara Memperbaiki

Akhlak Buruk”. Masalah utama yang dibahas dalam skripsi ini adalah bagaimana cara memperbaiki akhlak buruk menurut Al-Gazālī. Dengan batasan ruang lingkup kajian penelitian ini yaitu mengenai pendidikan akhlak menurut

Al-Gazālī, cara Al-Gazālī memperbaiki akhlak buruk yang disebabkan oleh lisan, dan cara Al-Gazālī meredakan sikap marah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi. Sementara itu untuk teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik studi literatur, sebagai suatu teknik yang dipergunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah, dan lain-lain.

Dari penelitian ini ditemukan dan disimpulkan bahwa, akhlak menurut

Al-Gazālī yaitu tiap daya serta upaya yang dilakukan dengan melalui pelatihan secara

berulang-ulang agar menjadi kebiasaan dan tertanam di dalam jiwa, serta muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu. Standarisasi akhlak yang baik menurut Al-Gazālī adalah titik tengah antara sesuatu yang terlalu berlebihan dan sesuatu yang terlalu kurang. Prinsip akhlak menurut Al-Gazālī disesuaikan dengan 4 kekuatan yaitu: hikmah atau kebijaksaan (al-ikmah), keberanian (al-Syajā’ah), menjaga kehormatan diri (al-`Iffah), dan keadilan (Al-‘Adl). Sistem pendidikan akhlak menurut Al-Gazālī terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, sistem pendidikan non formal yaitu lingkungan keluarga, kedua, sistem pendidikan formal yaitu sekolah atau madrasah. Selain kedua sistem tersebut, Al-Gazālī menyebutkan bahwa faktor pergaulan dan lingkungan menjadi faktor yang kuat terhadap pembentukan akhlak. Metode untuk mengobati semua akhlak buruk menurut Al-Gazālī yaitu dengan perpaduan antara ilmu dan amal. Juga dengan menggunakan metode penyembuhan terbalik, dan metode latihan (riyāah).


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR BAGAN ... vii

DAFTAR TRANSLITERASI ...viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 6

C. DEFINISI OPERASIONAL ... 7

D. TUJUAN PENELITIAN ... 8

E. MANFAAT PENELITIAN ... 8

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 9

BAB II KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DAN KAJIAN MEMPERBAIKI AKHLAK BURUK ... 10

A. PENDIDIKAN AKHLAK ... 10

1. Pengertian Pendidikan Akhlak ... 10

2. Ruang Lingkup Akhlak ... 13

3. Tujuan Pendidikan Akhlak ... 15

4. Ciri-ciri Perbuatan Akhlak ... 17

5. Hikmah Mempelajari Akhlak ... 19

6. Hikmah Mempelajari Akhlak ... 22

B. KAJIAN TENTANG MEMPERBAIKI AKHLAK BURUK ... 24

1. Ibnu Miskawaih ... 24

2. Raja’ Ṭaha Muḥammad Ahmad ... 24

3. Sayid Mahdi As-Sadr ... 25

4. Aam Amiruddin ... 26

C. KAJIAN PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN ... 28


(8)

A. METODE PENELITIAN ... 32

B. INSTRUMEN PENELITIAN ... 34

C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN ... 34

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 38

E. TEKNIK ANALISIS DATA ... 40

F. DAFTAR BUKU-BUKU AL-GAZ L YANG DIKAJI ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. HASIL PENELITIAN ... 42

1. Biografi Al-Gaz l ... 42

2. Akhlak Menurut Al-Gaz l ... 45

a) Pengertian Akhlak Menurut Al-Gaz l ... 45

b) Kesempurnaan Akhlak Menurut Al-Gaz l ... 47

c) Perubahan Akhlak Menurut Al-Gaz l ... 51

d) Pendidikan Akhlak Menurut Al-Gaz l ... 53

3. Cara Memperbaiki Akhlak Buruk Yang Disebabkan Lisan Menurut Al-Gaz l ... 55

a) Bahaya Lisan dan Keutamaan Diam Menurut Al-Gaz l ... 55

b) Macam-macam Bahaya Lisan dan Cara Mengobatinya Menurut Al-Gaz l ... 59

c) Cara Mengobati Penyakit Lisan Menurut Al-Gaz l ... 82

4. Cara Meredakan Sikap Marah Menurut Al-Gaz l ... 91

a) Pengertian Marah Menurut Al-Gaz l ... 91

b) Tanda-tanda Marah Menurut Al-Gaz l ... 93

c) Tingkatan Marah Menurut Al-Gaz l ... 95

d) Sebab Pemicu Marah Menurut Al-Gaz l ... 97

e) Cara Meredakan Marah Menurut Al-Gaz l ...100

B. PEMBAHASAN ...105

1. Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Al-Gaz l ...105

2. Cara Al-Gaz l Memperbaiki Akhlak Buruk Yang Berasal Dari Lisan ...107

3. Cara Meredakan Marah Menurut Al-Gaz l ...109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...113

A. Kesimpulan ...113

B. Saran ...115


(9)

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1. Cara memperbaiki Akhlak buruk ... 91 Bagan 4.2. Cara Menanggulangi Marah ... 99


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap manusia yang lahir di dunia ini pasti membawa naluri yang hampir mirip dengan hewan. Letak perbedaannya karena naluri manusia disertai dengan akal, sedangkan naluri hewan tidak demikian. Menurut Sauri (2006b: 21) dalam bukunya yang berjudul pendidikan berbahasa santun, menjelaskan bahwa

“manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kemampuan rasional, karena ia memiliki akal. Akal adalah daya yang memberikan kemampuan bagi

manusia untuk berpikir.” Oleh karena itu akal yang dimiliki manusia dapat menentukan tujuan dari perbuatan yang dikehendakinya dan apa yang akan dilakukannya.

Berkaitan dengan perbuatan atau tingkah laku manusia, Saebani dan Hamid (2010: 18) menjelaskan bahwa setiap perilaku, tindakan, daya kreasi, perbuatan yang menggambarkan baik dan buruk atau benar dan salah, pahala dan dosa, surga dan neraka dan sebagainya, disebut dengan akhlak.

Hal ini senada dengan pernyataan Gareth (Saebani dan Hamid, 2010: 18)

bahwa, „ilmu akhlak diartikan sebagai ilmu yang mengkaji tingkah laku manusia,

baik dan buruknya menurut ukuran norma-norma yang disepakati, misalnya norma agama, norma sosial, dan norma budaya serta norma hukum.

Lebih lanjut menurut Al-Gaz lī (Bahreisj, 1981: 31) mengemukakan secara lebih khusus mengenai takaran atau ukuran mengenai baik buruknya akhlak, yaitu:

Tidak ada yang baik ataupun buruk kecuali setelah adanya dalil syariat, begitu pula tidak ada ganjaran ataupun siksaan sebelum adanya keterangan dari syariat. Walaupun demikian manusia harus menimbang dengan akalnya

terhadap satu kebaikan atau keburukan karena bentuk syariat Isl m itu

sendiri adalah untuk menuju kepada jalan yang lurus (Bahreisj, 1981: 31). Dalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu memberikan peringatan (isyarat) jika tingkah laku manusia berada diambang bahaya dan keburukan. Kekuatan tersebut adalah suara batin atau suara hati.


(11)

2

Fungsi dari suara batin itu adalah memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan berusaha mencegahnya. Jika seseorang terjerumus melakukan keburukan, maka batin merasa tidak senang (menyesal). Selain memberikan isyarat untuk mencegah dari keburukan dan sebaliknya juga merupakan kekuatan yang mendorong manusia melakukan perbuatan yang baik (Ya‟qub, 1988: 78).

Pendapat serupa disebutkan Sauri (2006a: 150) dalam bukunya yang

berjudul membangun komunikasi dalam keluarga, menyatakan bahwa “pada

hakikatnya manusia dalam berbuat sesuatu dimengerti oleh hati nuraninya (suara batin) itu baik dan buruk, karena sebelum berbuat seolah-olah manusia mendengar

bisikan hatinya.”

Pernyataan diatas senada dengan firman All h SWT. yang tertuang dalam

Q.S. Al-Syams [91]: 7-8 yang berbunyi:

















“Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan)-nya, maka Allāh

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (Q.S. Al-Syams [91]: 7-8)1

Masih menurut Sauri (2006a: 150) dalam bukunya membangun komunikasi dalam keluarga menjelaskan, hati nurani ini merupakan sebuah fitrah yang All h berikan kepada manusia. Namun fitrah manusia tidak selalu terjamin dapat berfungsi dengan baik karena pengaruh dari luar misalnya pengaruh pendidikan, lingkungan, pakaian, dan juga pergaulan.

Akhlak tidak hanya the art of living yang mengajarkan bagaimana cara hidup bahagia, atau bagaimana memperoleh kebahagiaan tetapi juga merupakan ilmu yang harus dipelajari dan dipraktekkan sebelum ilmu yang lainnya, bahkan ia menjadi bukti kualitas iman seorang mukmin. Ibnu Miskawaih melalui Tażīb

al-Akhlāq, al-Farabi melalui Taḥṣīl al- Sa’ādaħ, dan Al-„ mirī melalui al-Sa’ādah al-Is’ād-nya menjelaskan bahwa akhlak yang baik adalah salah satu cara untuk

1Seluruh teks dan terjemah Al-Qur` n dalam skripsi ini dikutip dari Al-Qur` n in word, yang disesuaikan dengan Al-Qur`ān dan penterjemahnya: diterjemahkan oleh


(12)

3

mendapatkan kebahagiaan, karena kebahagiaan merupakan tujuan utama akhlak (Kartanegara, 2005: 67).

Dalam pandangan Isl m akhlak merupakan cermin dari apa yang ada

dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Ini lah yang menjadi misi diutusnya Nabi Muḥammad SAW. (Srijanti, Purwanto, dan Pramono, 2007: 10).

قَ ْخِْا مراكم مِمتِ تْثعب امَنإ

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

(H.R. Ahmad dan Baihaqi) (Al-Jauhari dan Khayyal, 2005: 234).

Dengan pernyataan ini, Rasūlull h SAW. berarti merumuskan dan

mendefinisikan seluruh tujuan kerasulannya pada upaya penyempurnaan moral

yang keindahannya bisa meluas, meliputi seluruh semesta. Akhlak Isl m meliputi hubungan manusia dengan All h yang diatur dengan ibadah, hubungan manusia dengan manusia yang diatur dengan syariat, dan hubungan manusia dengan entitas

hidupnya. Semua itu termasuk kedalam kategori tata krama umum, karena Isl m

memang memerintahkan bertata-krama dengan All h, manusia, hewan, hingga malaikat (Al-Jauhari dan Khayyal, 2005: 234).

Nabi Muḥammad adalah Nabi dan Rasūl terakhir. Akhlaknya dipuji oleh semua orang, termasuk orang-orang kafir Quraisy. Beliau dijuluki sebagai

Al-Amīn, yaitu orang jujur dan terpercaya. Nabi Muḥammad SAW adalah penyebar kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Beliau sangat pemaaf meskipun kepada orang yang telah menyakitinya. Bahkan, beliau menengok orang yang setiap hari meludahinya (Saebani dan Hamid, 2010: 270).

Peristiwa tersebut mencerminkan perkataan All h SWT. dalam Q.S. Al -Aḥz b ayat 21 yang menyebutkan bahwa di dalam diri Rasūlull h SAW. itu

terdapat suri teladan yang baik. All h SWT. berfirman:






































(13)

4

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasūlullāh itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allāh dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allāh” (Q.S. Al-Aḥz b [33]: 21

Satu masalah sosial/kemasyarakatan yang harus mendapat perhatian kita bersama dan perlu ditanggulangi dewasa ini ialah tentang kemerosotan akhlak, dan salah satu contohnya yaitu penurunan kualitas berbahasa yang santun yang sesuai dengan norma. Menurut Sauri (2006b: 6) dalam bukunya pendidikan berbahasa santun, upaya untuk menciptakan ligkungan masyarakat yang bertutur kata santun merupakan hal yang sangat penting karena masyarakat sekarang ini tengah bergerak ke arah yang semakin maju dan modern.

Setiap perubahan masyarakat melahirkan konsekuensi-konsekuensi tertentu yang berkaitan dengan masalah nilai dan moral. Misalnya kemajuan bidang komunikasi melahirkan pergeseran budaya belajar anak-anak dan benturan antara tradisi Barat yang bebas dengan tradisi Timur yang penuh keterbatasan oleh norma. Demikian pula dampaknya pada nilai-nilai budaya termasuk tata cara dan kesantunan berbahasa dikalangan generasi muda termasuk pelajar. Dalam kondisi ini, pendidikan (khususnya sekolah) dituntut untuk memiliki kemampuan mendidik dan mengembangkan etika berbahasa santun agar siswa dapat berkomunikasi dengan lebih baik. Bagaimanapun berbahasa yang baik merupakan cermin kepribadian yang baik (Sauri, 2006b: 6).

Dalam berkomunikasi menurut Gymnastiar (2005: 10-12) tutur kata manusia dikelompokkan kedalam empat jenis:

1. Orang yang berkualitas tinggi, cirinya kalau ia berbicara isinya syarat dengan hikmah, ide, gagasan, solusi, ilmu, żikir, dan sebagainya.

2. Orang biasa-biasa saja, cirinya selalu sibuk menceritakan peristiwa.

3. Orang rendahan, cirinya kalau berbicara isinya hanya mengeluh, dusta, mencela, dan menghina.

4. Orang yang dangkal, pembicaraannya menyebut-nyebut kehebatan dirinya. Kemudian dalam peristiwa lain yang masih terjadi dalam lingkungan pendidikan dimana banyak terjadi kajadian seseorang bahkan sekelompok orang yang tidak dapat mengendalikan amarahnya, bahkan sangat mudah sekali terpancing amarahnya. Sehingga sekarang ini sering sekali terjadi tawuran antar


(14)

5

pelajaran yang begitu sangat meresahkan. Tawuran pelajar antar sekolah ini menjadi potret buram dalam dunia pendidikan Indonesia. Berdasarkan data akhir tahun yang dihimpun Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) menunjukan angka memprihatinkan. Komnas PA mencatat 147 kasus tawuran. Dari 147 kasus tersebut, sudah memakan korban jiwa sebanyak 82 anak. angka itu mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 128 kasus (Kuwado, 2012).

Dengan terjadinya berbagai permasalahan tersebut, tentunya harus dilakukan berbagai upaya agar kemerosotan akhlak ini dapat segera teratasi. Pembentukan manusia yang memiliki akhlak mulia, berbudi luhur, dan memiliki moralitas yang tinggi tidak dapat tumbuh secara tiba-tiba, tetapi harus melalui proses yang cukup panjang. Salah satu cara untuk membina dan membentuk akhlak yang mulia yaitu melalui sebuah proses pendidikan (Daulay, 2007: 216).

Jika dilihat dari sudut pandang dunia pendidikan secara umum. Berbagai peristiwa yang terjadi pada zaman sekarang ini membuktikan bahwa pendidikan telah gagal dalam membentuk siswa yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia seperti tertuang dalam tujuan pendidikan nasional. Seperti tercantum dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional (Rasyidin, et al., 2012: 218), pasal 1 menyatakan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Sebuah pandangan yang keliru dan terjadi sudah sekian lama. Dimana pendidikan hanya dipandang sebagai transfer of knowledge saja, padahal sesungguhnya pendidikan lebih dari itu. Dimana seharusnya dalam transfer of

knowledge harus terdapat pula transfer of value. Sehingga dengan adanya hal

tersebut seseorang tidak hanya mengetahui dan paham, akan tetapi dapat juga menghasilkan sebuah kesadaran dan kedewasaan sehingga dapat mengaplikasikannya dalam bentuk tindakan atau akhlak (Zamroni, 2001: 8).


(15)

6

Pernyataan yang diutarakan diatas senada dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Basri (2009: 54) menyatakan bahwa “makna pendidikan yang hakiki adalah pembinaan akhlak manusia guna memiliki kecerdasan membangun kebudayaan masyarakat yang lebih baik dan mampu meningkatkan kesejahteraan

hidupnya.” Pendidikan akhlak merupakan pondasi yang sangat penting dalam

pembentukan manusia yang sempurna dan berakhlak mulia. Pendidikan akhlak seharusnya tidak hanya sebatas pengetahuan saja tetapi harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan coba membahas mengenai tatacara memperbaiki akhlak buruk. Penulis mengangkat seorang tokoh yaitu

Al-Gaz lī. Ia dikenal sebagai tokoh teolog, filsuf, dan ia juga dikenal sebagai seorang

sufi. Dalam berbagai kitab yang ditulisnya ia banyak mengkaji tentang masalah aqidah, ibadah, muamalah, terutama dalam bidang akhlak. Pada penelitian ini

penulis memberi judul “Konsep Pendidikan Akhlak (Analisis Cara Memperbaiki

Akhlak Buruk dalam Persfektif Al-Gaz lī)”. Semoga dari penelitian ini dapat menjadi sebuah gagasan yang baru dalam menyikapi berbagai problematika kemerosotan akhlak.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik suatu pokok masalah yang akan menjadi fokus kajian penulis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: “Bagaimana cara Memperbaiki Akhlak buruk

Menurut Al-Gazālī”.

Adapun batasan ruang lingkup kajian penelitian ini dapat dituliskan dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut?

1. Bagaimana pendidikan akhlak menurut Al-Gaz lī?

2. Bagaimana cara Al-Gaz lī memperbaiki akhlak buruk yang disebabkan oleh lisan?


(16)

7

C. DEFINISI OPERASIONAL

Adapun definisi operasional yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Konsep

Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1997: 519)

mengartikan bahwa “konsep berarti rancangan atau buram surat, idea tau

pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret, dan gambaran mental dari objek, prose, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk hal-hal lain.”

2. Pendidikan

Menurut Ramayulis (2010: 13) dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Pendidikan dalam penelitian ini adalah usaha untuk merubah pribadi manusia yang asalnya buruk atau kurang baik menjadi lebih baik. Dimana perubahan yang dimaksudkan ini bersifat positif.

3. Akhlak

Menurut Saebani dan Hamid (2010: 13) akhlak adalah budi pekerti, perangai, tingkah laku, tata karma, sopam, santun, adab dan tindakan. Dalam pengertian umum, akhlak dapat dipadankan dengan etika atau nilai moral.

4. Al-Gaz lī

Nama Lengkapnya adalah Abū Hamid Muḥammad Bin Muḥammad

Al-Gaz lī dilahirkan di Ṭūs, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H atau 1058 M. kota Thus saat itu dikenal sebagai kota yang makmur dengan ilmu dan ulama. Ayahnya adalah seorang yang saleh, bekerja sebagai pemintal bulu domba, ia tidak makan kecuali dari hasil keringatnya sendiri (Al-Gaz lī, 2011a: 61).


(17)

8

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang menjadi inti dari penelitian ini adalah untuk mengetahui konsep pendidikan akhlak dengan analisis cara menghilangkan akhlak buruk persfektif Al-Gaz lī. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pendidikan akhlak menurut Al-Gaz lī.

2. Untuk mengetahui cara Al-Gaz lī memperbaiki akhlak buruk yang disebabkan oleh lisan.

3. Untuk mengetahui cara Al-Gaz lī meredakan sikap marah.

E. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai konsep pendidikan akhlak menurut Al-Gaz lī sebagai salah satu jalan keluar dari permasalahan pendidikan akhlak, baik dalam segi teoritis maupun praktis.

Adapaun secara lebih rinci hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis, yang diuraikan sebagai berikut:

1. Teoretis

a) Sebagai upaya pengembangan keilmuan pendidikan Isl m terutama dalam bidang pendidikan akhlak.

b) Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perbaikan pendidikan akhlak.

c) Sebagai perluasan keilmuan bagi semua pihak yang berminat dalam kajian akhlak.

2. Praktis

a) Dapat dijadikan sebuah rujukan baik bagi dosen, guru, dan kalangan akademisi lain, dalam pendidikan akhlak.

b) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat mengungkap pengetahuan tentang konsep pendidikan akhlak dengan analisis cara menanggulangi akhlak buruk dalam persfektif Al-Gaz lī.


(18)

9

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Struktur organisasi skripsi ini berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas dan menyeluruh sehingga pembaca dapat memahami tentang isi skripsi ini dengan lebih mudah, peneliti memberikan gambaran secara garis besar mengenai isi dari skripsi ini.

Struktur organisasi skripsi ini juga disesuaikan dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2012. Skripsi ini terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, berisi penjelasan secara ringkas dari berbagai literatur atau bacaan yang berhubungan dengan pokok bahsan.

Bab III Metode Penelitian, berisi penjelasan tentang tata cara penelitian yang terdiri dari berbagai tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penulisan skripsi ini.

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan, bagian ini meruapakan bagian utama dari penyusunan skripsi ini. Dalam bab ini dijelaskan mengenai pokok bahasan yang dipertanyakan dalam rumusan masalah.

Bab V Kesimpulan Dan Saran, bagian ini berisi tentang kesimpulan dari temuan penelitian pada skripsi ini, serta saran-saran dari penulis mengenai pendidikan akhlak.

Bagian berikutnya adalah daftar pustaka yang berisikan tentang daftar referensi atau sumber yang digunakan dalam penyusunan skripsi. Selanjuan bagian lampiran yang memuat daftar ralat, daftar riwayat hidup penulis, dan lain-lain.


(19)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. DESAIN PENELITIAN 1. Pendekatan Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penelitian adalah pemeriksaaan yang teliti atau kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan sistematis dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997: 1028).

Adapun pendekatan penelitian dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sukmadinata (2009: 60), penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok.

Sementara itu menurut Sugiyono (2011: 15) menjelaskan, bahwa:

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data yang dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Dari pemaparan kedua tokoh tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, yaitu untuk mengkaji pemikiran dari Al-Gazālī mengenai cara memperbaiki akhlak buruk, dengan menggunakan buku-buku karangan

Al-Gazālī sebagai sumber primer.

Menurut Sukmadinata (2009: 60), penelitian kualitatif memiliki dua tujuan utama yaitu:

a. menggambarkan dan mengungkap. b. menggambarkan dan menjelaskan.


(20)

33

2. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian tidak dapat terlepas dari sebuah metode yang digunakan dalam penelitian tersebut. Karena metode merupakan sebuah bagian yang terpenting dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2011: 2) “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu”. Sementara itu, Arikunto (2006: 160) menyebutkan bahwa

“metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Soejono dan Abdurrahman (2005: 19) menyebutkan bahwa “metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang banyak dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena memang kebanyakan penelitian sosial adalah

bersifat deskriptif.”

Mohammad Ali (Sebliawan, 2011: 62) menyebutkan, bahwa:

Metode penelitian deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

Sementara itu menurut Sukmadinata (2009: 71), penelitian deskriptif ditujukan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.

Jadi dapat dipahami bahwa metode deskriptif yaitu metode penelitian yang banyak dipergunakan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, yang ditujukan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia, serta untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan analisis/pengolahan data serta membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.


(21)

34

B. INSTRUMEN PENELITIAN

Menurut Arikunto (2006: 160) instrumen penelitian adalah “alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah”.

Sementara itu menurut Sugiyono (2011: 102) mengemukakan bahwa

instrumen penelitian adalah “suatu alat yang digunakan untuk mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati, secara spesifik semua fenomena ini

disebut variable penelitian”.

Secara fungsional menurut Sukardi (2008: 75) kegunaan instrumen

penelitian adalah “untuk memperoleh data yang diperlukan ketika penelitian sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan”.

Sehingga dapat dipahami bahwa instrumen penelitian dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri. Instrumen dalam penelitian kualitatif cukup rumit, peneliti merupakan perencana, pelaksana, pelaksana pengumpul data, analis, penafsir data. Pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian (Moleong, 2010: 168)

C. TAHAP-TAHAP PENELITIAN

Pada Bagian ini, penulis akan memaparkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Adapun tahapan yang dilakukan terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu persiapan, penelitian, dan penulisan laporan penelitian.

1. Persiapan penelitian

Tahapan ini memaparkan tahapan awal yang dilakukan oleh penulis. Pada tahapan ini ada beberapa langkah yang dilakukan oleh penulis, di antaranya: a. Penentuan dan Pengajuan tema Penelitian

Tahapan ini merupakan langkah awal penulis dalam melakukan penelitian. Pada tahapan ini, penulis mengajukan rancangan tema penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) program Studi Ilmu Pendidikan Agama


(22)

35

Islām (IPAI). Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (FPIPS), Universitas

Pendidikan Indonesia (UPI). Hal ini merupakan salah satu prosedur baku yang harus ditempuh sebelum memasuki proses penelitian. Proses pengajuan tema kepada TPPS, adapun tema yang diangkat oleh penulis adalah tentang Konsep Pendidikan Akhlak menurut Al-Gazālī (analisis cara memperbaiki akhlak buruk), kemudian setelah itu, penulis meyusun suatu rancangan penelitian dalam bentuk proposal. Dengan aspek yang diteliti pada penelitian ini yaitu mengenai pendidikan akhlak menurut Al-Gazālī, kemudian cara mengobati bahaya lisan dan cara meredakan marah menurut Al-Gazālī.

b. Penyusunan rancangan penelitian

1) Rancangan penelitian ini berbentuk proposal, Isi proposal tersebut terdiri dari kerangka dasar yang menjadi acuan bagian penulis dalam melaksanakan penelitian dan melakukan laporan penelitian. Proposal penelitian memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, organisasi penulisan dan daftar pustaka.

2) Setelah proposal selesai kemudian diajukan kepada TPPS untuk dikaji ulang dan kemudian disetujui. Selain itu penulis juga mendapatkan beberapa masukan dari dosen, yaitu Dr. Munawar Rahmat, M.Pd.

3) Setelah mendapatkan persetujuan, kemudian keluarlah Surat Keputusan (SK) penunjukan dosen pembimbing oleh Ketua Jurusan dan TPPS yang dikeluarkan pada tanggal 1 Oktober 2012, dan untuk pembimbing yang dimaksudkan adalah: Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag, dan Dr. Aceng Kosasih, M.Ag.

c. Konsultasi (Bimbingan)

Untuk keberjalanan penulisan skripsi agar mendapatkan hasil yang maksimal, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yang telah disebutkan di atas yaitu oleh Dr. H. Endis Firdaus, M.Ag, sebagai Pembimbing I dan Dr. Aceng Kosasih, M.Ag. sebagai Pembimbing II. Proses bimbingan dilaksanakan melalui kesepakatan bersama antara penulis dan pembimbing. Diawal-awal masa bimbingan penulis menemui beberapa hambatan untuk melakukan bimbingan


(23)

36

dikarenakan penulis masih melaksanakan Program Latihan Profesi (PLP) namun setelah masa PLP selesai penulis dapat melakukan bimbingan dengan baik kepada kedua pembimbing.

Bimbingan biasanya dilakukan di dalam kampus. Proses bimbingan skripsi tidak pernah dilakukan selain di dalam lingkungan kampus, karena ini telah menjadi kesepakatan. Akan tetapi proses bimbingan dapat berjalan dengan lancar.

2. Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan dalam metode yang penulis gunakan yaitu metode deksriptif. Untuk mempermudah proses penelitian, penulis menggunakan tahap-tahapan sebagaimana yang diungkapkan diatas di antaranya:

a. Pengumpulan Sumber

Dalam melakukan pencarian dan pengumpulan sumber, langkah yang dilakukan adalah menentukan tema atau topik penelitian. Dalam skripsi ini penulis mengambil topik Konsep Pendidikan Akhlak menurut Al-Gazālī (analisis cara memperbaiki akhlak buruk). Setelah mendapatkan topik penelitian, selanjutnya adalah mengumpulkan sumber (heuristic). Tahapan ini merupakan proses pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan masalah yang akan dikaji.

Pada tahapan ini penulis mencari dan menggumpulkan sumber yang relevan dengan masalah yang dikaji oleh penulis. Pertama terkait dengan pendekatan kualitatif, metode penelitian deskriptif dan teknik penelitian studi literatur, maka penulis mencari bahan-bahan yang berkaitan dengan hal tersebut dengan cara mendatangi Laboratorium IPAI, Perpustakaan UPI, toko buku Gramedia, toko buku Gunung Agung toko buku Palasari, toko buku Dahlan, Perpustakaan daerah, mengunjungi kosan teman yang mempunyai buku yang berkaitan dan tempat-tempat lain yang memungkinkan penulis mendapatkan data untuk penyelesaian penelitian.

Selain itu, dalam pencarian sumber juga, penulis menggunakan buku-buku koleksi pribadi terlebih dahulu kemudian penulis mencari buku ke toko-toko buku yang ada di Bandung, serta tak lupa penulis mencari buku atau pun karya tulis


(24)

37

ilmiah ke perpustakaan. Setelah penulis mendapatkan buku ataupun karya tulis ilmiah penulis membagi sumber data primer dan sumber data sekunder.

Adapun untuk sumber data primer, yaitu buku karanganan Al-Gazālī yang berjudul Iyā ‘Ulum al-dīn (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) Jilid 2 (terjemah purwanto), diterbitkan oleh Marja tahun 2011. Dan juga Iyā ‘Ulum al-dīn jilid 5

(terjemah Ibnu Ibrahim Ba’adillah), diterbitkan oleh Republika cetakan 1 tahun

2012, `Adab Fiddīn (Adab dalam Agama) diterjemahkan oleh A.M. Basalamah, Tahzīb al-Akhlāq wa Mu`alamat Amrāḍ Al-Qulūb (diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir), Khuluq Al-Muslīm (diterjemahkan oleh Abu Laila dan Tohir).

Sumber data sekunder, sumber ini cukup penting karena penulis mengambil interpretasi-interpretasi sumber primer melalui sumber ini. Sumber ini juga memperkuat argumen dari sumber primer. Misalnya buku Ilmu Akhlak; Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Pendidikan Berbahasa Santun; sofyan sauri, 40 kesalahan dalam berbicara; Wahid Abdussalam Bali, 60 Bahaya Lisan; Uwes Al-Qarni, Saat-saat Rasūlullāh SAW Marah Terjemah Ahsan Abu Azzam; Asy -Syahawi, Menghadapi Marah: Mardawi Labay El-Sulthani, Psikologi Marah Persfektif Psikologi Islami; Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, dan juga buku-buku yang menunjang dalam penelitian ini.

b. Kritik

Kritik dilakukan terhadap sumber yang digunakan oleh penulis. Data-data yang telah diperoleh dari sumber tersebut, tidak langsung dituangkan ke dalam tulisan menjadi karya baru, namun dilakukan kritik terhadap sumber yang digunakan, baik buku, karya ilmiah, maupun temuan dari internet. Pada dasarnya kritik sumber bertujuan untuk menilai otentitas dan kredibilitas sumber itu sendiri.

Kritik sumber dilakukan terhadap aspek internal dan eksternal. Kritik internal dilaksanakan dengan cara melihat sumber dan membandingkannya dengan sumber lain, dalam konteks permasalahan yang sama. sementara kritik eksternal, dalam pelaksanaannya dengan cara melihat tahun terbitan dan pengarangnya.


(25)

38

c. Interpretasi dan penulisan

Interpretasi adalah proses menafsirkan data dan fakta yang telah ditetapkan. Tahapan ini merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang diperoleh dalam penelitian. Setelah melakukan interpretasi, maka tahapan selanjutnya adalah penulisan laporan penelitian. Pada tahap ini penulis menyajikan hasil temuannya dengan cara penulisan yang baik dan benar berdasarkan Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2012.

3. Laporan penelitian

Tahapan ini adalah tahapan terakhir untuk menyelesaikan penelitian. Hasil penelitian disusun secara sistematis menjadi suatu karya ilmah berbentuk skripsi. Dan sistematika yang digunakan dalam penelelitian ini disesuaikan dengan buku Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2012.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Di dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan metode book

research (studi literatur/studi pustaka). Studi pustaka menurut Sarwono (2006: 26)

yaitu, mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya ialah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah-masalah yang akan diteliti.

Sementara itu menurut Mardalis (1999: 28) menyatakan bahwa penelitian kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam-macam material yang terdapat di ruangan perpustakaan, seperti buku-buku, majalah, dokumen, catatan dan kisah-kisah sejarah, dan lain-lain.

Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti (Sukardi, 2008: 34). Lebih lanjut Ary dkk yang dikutip oleh Sukardi (2008: 34) mengemukakan bahwa studi kepustakaan mempunyai beberapa peranan, seperti:

1. Peneliti akan mengetahui batas-batas cakupan dari permasalahan.

2. Dengan mengetahui teori yang berkaitan dengan permasalahan, peneliti dapat menempatkan pertanyaan secara perspektif.


(26)

39

3. Dengan studi literatur, peneliti dapat membatasi pertanyaan yang diajukan dan menentukan konsep studi yang berkaitan erat dengan permasalahan. 4. Dengan studi literatur, peneliti dapat mengetahui dan menilai

hasil-hasil-hasil penelitian yang sejenis yang mungkin kontradiktif antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

5. Dengan melalui studi literatur, peneliti dapat menentukan pilihan metode peneliti yang tepat untuk memecahkan permasalahan.

6. Dengan studi literatur dapat dicegah atau dikurangi replikasi yang kurang bermanfaat dengan penelitian yang sudah dilakukan penelitian lainnya. 7. Dengan studi literatur, para peneliti dapat lebih yakin dalam

menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak dilakukannya.

Mengenai tempat penelitian yang dilakukan dalam penelitian book

research (studi kepustakaan). Banyak ahli penelitian menganjurkan perpustakaan

adalah tempat yang paling ideal. Karena di perpustakaan peneliti akan mudah mengakses bermacam-macam sumber yang relevan dengan permasalah yang hendak dipecahkan (Sukardi, 2008: 35). Untuk itu pada penelitian ini, peneliti menjadikan perpustakaan sebagai tempat penelitian dalam menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Sumber data primer, yaitu buku karanganan Al-Gazālī yang berjudul Iyā` ‘Ulūm al-dīn (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) Jilid 2 (terjemah purwanto) diterbitkan oleh Marja tahun 2011, Iyā` ‘Ulūm al-dīn jilid 5 (terjemah Ibnu Ibrahim Ba’adillah) diterbitkan oleh Republika cetakan 1 tahun 2012, `Adab

Fiddīn (Adab dalam Agama) diterjemahkan oleh A.M. Basalamah, Tahzīb al-Akhlāq wa Mu`alamat Amraḍ Al-Qulūb (diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir), Khuluq Al-Muslīm (diterjemahkan oleh Abu Laila dan Tohir), Ayyuhā al -Walad (Duhai Anakku) Diterjemahkan oleh Al-Husainy.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder, yaitu buku Ilmu Akhlak; Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Pendidikan Berbahasa Santun; sofyan sauri, 40 kesalahan dalam berbicara; Wahid Abdussalam Bali, 60 Bahaya Lisan; Uwes Al-Qarni, Saat-saat


(27)

40

Marah: Mardawi Labay El-Sulthani, Psikologi Marah Persfektif Psikologi Islami; Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, dan juga buku-buku yang menunjang dalam penelitian ini.

E. TEKNIK ANALISI DATA

Metode analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah pemikiran konsep pendidikan akhlak dengan menganalisis tata cara memperbaiki akhlak buruk dalam pandangan Al-Gazālī.

Menurut Meleong (2010: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Sementara itu menurut Afifuddin dan Saebani (2009: 145) analisis data

adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar”.

Sementara itu menurut Arikunto (2006: 235) mengemukakan, bahwa:

“secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu persiapan, tabulasi. Dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian”.

Teknik analisis data yang cocok dengan penelitian studi literatur adalah teknik analisis isi (content analysis). Menurut Afifuddin dan Saebani (2009: 165) analisis isi (content analysis) adalah “penelitian yang bersifat pembahasan

mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa”.

Lebih lanjut Afifuddin dan Saebani (2009: 165) mengemukakan, bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Afifuddin dan Saebani (2009: 168) mengemukakan ada tiga langkah strategis penelitian analisis isi, yaitu:

1. Penetapan desain atau model penelitian.

2. Pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisi isi, teks merupakan objek yang pokok, bahkan terpokok.


(28)

41

3. Pencarian pengetahuan konstekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.

F. DAFTAR BUKU-BUKU AL-GAZĀLĪ YANG DIKAJI

Adapun buku-buku karangan Al-Gazālī yang dikaji dalam penelitian skripsi ini antara lain:

1. Iḥyā` ‘Ulūm al-dīn Jilid 2 (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) diterjemahkan oleh purwanto, diterbitkan oleh Marja, tahun 2011.

2. Iḥyā` ‘Ulūm al-dīn jilid 5 (terjemah Ibnu Ibrahim Ba’adillah), diterbitkan oleh Republika cetakan 1, tahun 2012.

3. `Adab Fiddīn (Adab dalam Agama) diterjemahkan oleh A.M. Basalamah,

diterbitkan oleh Gema Insani Press, tahun 1994.

4. Tahzīb al-Akhlāq wa Mu`alamat Amrāḍ Al-Qulūb (diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir), diterbitkan oleh Karisma, tahun 2002.

5. Khuluq Al-Muslīm (diterjemahkan oleh Abu Laila dan Tohir), diterbitkan oleh

PT. Alma’arif, tahun 1995.

6. Ayyuhā al-Walad (Duhai Anakku), Diterjemahkan oleh Al-Husainy,


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari uraian yang disebutkan di atas, bahwa akhlak menurut Al-Gazālī yaitu tiap daya serta upaya yang dilakukan dengan melalui pelatihan secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan dan tertanam di dalam jiwa, serta muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Akhlak menurut Al-Gazālī memiliki 3 ciri, yaitu; pertama, akhlak adalah

perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga sudah menjadi karakternya; kedua, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa melalui proses berpikir; ketiga, akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Standarisasi akhlak yang baik menurut Al-Gazālī adalah titik tengah antara sesuatu yang terlalu berlebihan dan sesuatu yang terlalu kurang. Prinsip akhlak menurut Al-Gazālī di sesuai dengan 4 kekuatan yaitu: hikmah atau kebijaksaan (al-ikmah), keberanian (al-Syajā’ah), menjaga kehormatan diri (al-`Iffah), dan keadilan (Al-‘Adl).

Sistem pendidikan akhlak menurut Al-Gazālī terbagi menjadi dua, yaitu:

pertama, sistem pendidikan non formal yaitu lingkungan keluarga, kedua, sistem

pendidikan formal yaitu sekolah atau madrasah. Selain kedua sistem tersebut,

Al-Gazālī menyebutkan bahwa faktor pergaulan dan lingkungan menjadi faktor yang kuat terhadap pembentukan akhlak.

Metode untuk mengobati semua akhlak buruk menurut Al-Gazālī yaitu dengan perpaduan antara ilmu dan amal. Juga dengan menggunakan metode penyembuhan terbalik, dan metode latihan (riyāah).

Secara lebih praktis untuk menanggulangi bahaya lisan menurut Al-Gazālī dengan cara berikut:


(30)

1. Mengasingkan diri atau meletakan batu kecil pada mulutnya dan mewajibkan dirinya diam terhadap sebagian yang penting (bermanfaat) baginya sehingga lidah terbiasa meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.

2. Menyadari bahwa setiap perkataan yang diucapkan akan dimintai pertanggung jawabannya.

3. Berpikir dan mempertimbangkan perkataan yang akan diucapkan. 4. Jika tidak mampu berkata baik maka diam itu keselamatan. 5. Menahan lidah dari perkaan buruk dan disertai berbuat kebajikan 6. Santun dalam perkataan, karna santun adalah obat dari segala penyakit. 7. Melakukan perkataan yang baik dan sopan dalam keseharian sehingga

menjadi kebiasaan

8. Menyibukkan diri dengan żikir kepada Allāh

9. Sebisa mungkin manusia menjaga diri dari dusta. Kalaupun ada keperluan baginya, seharusnya diusahakan untuk meninggalkan keperluannya sehingga bisa menjauhi dusta

10.Melakukan kebalikan dari penyebab munculnya penyakit

11.Memotong penyebab penyakit tersebut, sehingga akan mudah sembuh dengan memotong penyebabnya

12.Menjaga dirinya dari bahaya sombong, bangga diri, dan lainnya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara merenung dan mengetahui dirinya yang sesnungguhnya.

13.Memiliki ilmu yang banyak, wara’ (menjauhi dosa), dan muraqabah

(merasa diawasi Allāh).

14.Menyedikitkan perkataan, dan jika tidak perlu berkata maka diam.

Sementara itu, untuk pengobatan sikap marah secara praktis menurut

Al-Gazālī yaitu:

1. Berpikir tentang ayat dan Ḥadīṡ mengenai keutamaan menahan marah, memaafkan, bersikap pemurah, dan menanggung rasa sakit pada kalbu lalu ia mendapat pahala.


(31)

3. Memperingatkan dirinya akan akibat permusuhan dan balas dendam, dan lain sebagainya.

4. Berpikir tentang kejelekan bentuknya di waktu marah dengan mengingat bentuk orang lain pada waktu marah.

5. Berpikir tentang sebab yang mendorongnya kepada balas dendam dan mencegahnya dari menahan marah.

6. Mengerti bahwa kehendak Allāh adalah kehendak terbaik untuk kehidupannya.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan akhlak hendaknya dimulai sejak anak lahir dengan membiasakan anak kepada perbuatan yang diwajibkan maupun yang disunahkan oleh agama dan menghindari anak-anak dari perbuatan yang dilarang agama.

2. Bagi Orang tua, guru atau pendidik hendaknya bisa menerapkan konsep pendidikan akhlak dan cara menghilangkan akhlak buruk menurut

Al-Gazālī, karena konsep yang dipaparkan Al-Gazālī lebih praktis dan sesuai

dengan tujuan pendidikan islām.

3. Bagi penulis berikutnya, supaya menyempurnakan kembali hasil penelitian yang penulis lakukan, karena masih banyak konsep pendidikan akhlak yang belum terungkap dalam tulisan ini, oleh karenanya bagi penulis selanjutnya supaya melengkapi berikut implikasinya baik dalam dunia pendidikan maupun lingkungan keluarga dan masyarakat.


(1)

39

3. Dengan studi literatur, peneliti dapat membatasi pertanyaan yang diajukan dan menentukan konsep studi yang berkaitan erat dengan permasalahan. 4. Dengan studi literatur, peneliti dapat mengetahui dan menilai

hasil-hasil-hasil penelitian yang sejenis yang mungkin kontradiktif antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.

5. Dengan melalui studi literatur, peneliti dapat menentukan pilihan metode peneliti yang tepat untuk memecahkan permasalahan.

6. Dengan studi literatur dapat dicegah atau dikurangi replikasi yang kurang bermanfaat dengan penelitian yang sudah dilakukan penelitian lainnya. 7. Dengan studi literatur, para peneliti dapat lebih yakin dalam

menginterpretasikan hasil penelitian yang hendak dilakukannya.

Mengenai tempat penelitian yang dilakukan dalam penelitian book research (studi kepustakaan). Banyak ahli penelitian menganjurkan perpustakaan adalah tempat yang paling ideal. Karena di perpustakaan peneliti akan mudah mengakses bermacam-macam sumber yang relevan dengan permasalah yang hendak dipecahkan (Sukardi, 2008: 35). Untuk itu pada penelitian ini, peneliti menjadikan perpustakaan sebagai tempat penelitian dalam menghimpun dan menganalisis data yang bersumber dari perpustakaan.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

Sumber data primer, yaitu buku karanganan Al-Gazālī yang berjudul Iyā` ‘Ulūm al-dīn (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) Jilid 2 (terjemah purwanto) diterbitkan oleh Marja tahun 2011, Iyā` ‘Ulūm al-dīn jilid 5 (terjemah Ibnu Ibrahim Ba’adillah) diterbitkan oleh Republika cetakan 1 tahun 2012, `Adab Fiddīn (Adab dalam Agama) diterjemahkan oleh A.M. Basalamah, Tahzīb al-Akhlāq wa Mu`alamat Amraḍ Al-Qulūb (diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir), Khuluq Al-Muslīm (diterjemahkan oleh Abu Laila dan Tohir), Ayyuhā al -Walad (Duhai Anakku) Diterjemahkan oleh Al-Husainy.

2. Data Sekunder

Sumber data sekunder, yaitu buku Ilmu Akhlak; Beni Ahmad Saebani dan Abdul Hamid, Pendidikan Berbahasa Santun; sofyan sauri, 40 kesalahan dalam berbicara; Wahid Abdussalam Bali, 60 Bahaya Lisan; Uwes Al-Qarni, Saat-saat


(2)

40

Marah: Mardawi Labay El-Sulthani, Psikologi Marah Persfektif Psikologi Islami; Yadi Purwanto dan Rachmat Mulyono, dan juga buku-buku yang menunjang dalam penelitian ini.

E. TEKNIK ANALISI DATA

Metode analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah untuk menelaah pemikiran konsep pendidikan akhlak dengan menganalisis tata cara memperbaiki akhlak buruk dalam pandangan Al-Gazālī.

Menurut Meleong (2010: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Sementara itu menurut Afifuddin dan Saebani (2009: 145) analisis data adalah “proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.

Sementara itu menurut Arikunto (2006: 235) mengemukakan, bahwa: “secara garis besar, pekerjaan analisis data meliputi 3 langkah yaitu persiapan, tabulasi. Dan penerapan data sesuai dengan pendekatan penelitian”.

Teknik analisis data yang cocok dengan penelitian studi literatur adalah teknik analisis isi (content analysis). Menurut Afifuddin dan Saebani (2009: 165) analisis isi (content analysis) adalah “penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa”.

Lebih lanjut Afifuddin dan Saebani (2009: 165) mengemukakan, bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicable) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Afifuddin dan Saebani (2009: 168) mengemukakan ada tiga langkah strategis penelitian analisis isi, yaitu:

1. Penetapan desain atau model penelitian.

2. Pencarian data pokok atau data primer, yaitu teks itu sendiri. Sebagai analisi isi, teks merupakan objek yang pokok, bahkan terpokok.


(3)

41

3. Pencarian pengetahuan konstekstual agar penelitian yang dilakukan tidak berada di ruang hampa, tetapi terlihat kait-mengait dengan faktor-faktor lain.

F. DAFTAR BUKU-BUKU AL-GAZĀLĪ YANG DIKAJI

Adapun buku-buku karangan Al-Gazālī yang dikaji dalam penelitian skripsi ini antara lain:

1. Iḥyā` ‘Ulūm al-dīn Jilid 2 (Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama) diterjemahkan oleh purwanto, diterbitkan oleh Marja, tahun 2011.

2. Iḥyā` ‘Ulūm al-dīn jilid 5 (terjemah Ibnu Ibrahim Ba’adillah), diterbitkan oleh Republika cetakan 1, tahun 2012.

3. `Adab Fiddīn (Adab dalam Agama) diterjemahkan oleh A.M. Basalamah, diterbitkan oleh Gema Insani Press, tahun 1994.

4. Tahzīb al-Akhlāq wa Mu`alamat Amrāḍ Al-Qulūb (diterjemahkan oleh Muhammad Al-Baqir), diterbitkan oleh Karisma, tahun 2002.

5. Khuluq Al-Muslīm (diterjemahkan oleh Abu Laila dan Tohir), diterbitkan oleh PT. Alma’arif, tahun 1995.

6. Ayyuhā al-Walad (Duhai Anakku), Diterjemahkan oleh Al-Husainy, diterbitkan oleh Pustaka Zawiyah, tahun 2011.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Kesimpulan dari uraian yang disebutkan di atas, bahwa akhlak menurut

Al-Gazālī yaitu tiap daya serta upaya yang dilakukan dengan melalui pelatihan

secara berulang-ulang agar menjadi kebiasaan dan tertanam di dalam jiwa, serta muncul dalam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Akhlak menurut Al-Gazālī memiliki 3 ciri, yaitu; pertama, akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga sudah menjadi karakternya; kedua, akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa melalui proses berpikir; ketiga, akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

Standarisasi akhlak yang baik menurut Al-Gazālī adalah titik tengah antara sesuatu yang terlalu berlebihan dan sesuatu yang terlalu kurang. Prinsip akhlak menurut Al-Gazālī di sesuai dengan 4 kekuatan yaitu: hikmah atau kebijaksaan (al-ikmah), keberanian (al-Syajā’ah), menjaga kehormatan diri (al-`Iffah), dan keadilan (Al-‘Adl).

Sistem pendidikan akhlak menurut Al-Gazālī terbagi menjadi dua, yaitu: pertama, sistem pendidikan non formal yaitu lingkungan keluarga, kedua, sistem pendidikan formal yaitu sekolah atau madrasah. Selain kedua sistem tersebut,

Al-Gazālī menyebutkan bahwa faktor pergaulan dan lingkungan menjadi faktor yang

kuat terhadap pembentukan akhlak.

Metode untuk mengobati semua akhlak buruk menurut Al-Gazālī yaitu dengan perpaduan antara ilmu dan amal. Juga dengan menggunakan metode penyembuhan terbalik, dan metode latihan (riyāah).

Secara lebih praktis untuk menanggulangi bahaya lisan menurut Al-Gazālī dengan cara berikut:


(5)

1. Mengasingkan diri atau meletakan batu kecil pada mulutnya dan mewajibkan dirinya diam terhadap sebagian yang penting (bermanfaat) baginya sehingga lidah terbiasa meninggalkan apa-apa yang tidak penting baginya.

2. Menyadari bahwa setiap perkataan yang diucapkan akan dimintai pertanggung jawabannya.

3. Berpikir dan mempertimbangkan perkataan yang akan diucapkan. 4. Jika tidak mampu berkata baik maka diam itu keselamatan. 5. Menahan lidah dari perkaan buruk dan disertai berbuat kebajikan 6. Santun dalam perkataan, karna santun adalah obat dari segala penyakit. 7. Melakukan perkataan yang baik dan sopan dalam keseharian sehingga

menjadi kebiasaan

8. Menyibukkan diri dengan żikir kepada Allāh

9. Sebisa mungkin manusia menjaga diri dari dusta. Kalaupun ada keperluan baginya, seharusnya diusahakan untuk meninggalkan keperluannya sehingga bisa menjauhi dusta

10.Melakukan kebalikan dari penyebab munculnya penyakit

11.Memotong penyebab penyakit tersebut, sehingga akan mudah sembuh dengan memotong penyebabnya

12.Menjaga dirinya dari bahaya sombong, bangga diri, dan lainnya. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara merenung dan mengetahui dirinya yang sesnungguhnya.

13.Memiliki ilmu yang banyak, wara’ (menjauhi dosa), dan muraqabah

(merasa diawasi Allāh).

14.Menyedikitkan perkataan, dan jika tidak perlu berkata maka diam.

Sementara itu, untuk pengobatan sikap marah secara praktis menurut Al-Gazālī yaitu:

1. Berpikir tentang ayat dan Ḥadīṡ mengenai keutamaan menahan marah, memaafkan, bersikap pemurah, dan menanggung rasa sakit pada kalbu lalu ia mendapat pahala.


(6)

3. Memperingatkan dirinya akan akibat permusuhan dan balas dendam, dan lain sebagainya.

4. Berpikir tentang kejelekan bentuknya di waktu marah dengan mengingat bentuk orang lain pada waktu marah.

5. Berpikir tentang sebab yang mendorongnya kepada balas dendam dan mencegahnya dari menahan marah.

6. Mengerti bahwa kehendak Allāh adalah kehendak terbaik untuk kehidupannya.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini, yaitu sebagai berikut:

1. Pendidikan akhlak hendaknya dimulai sejak anak lahir dengan membiasakan anak kepada perbuatan yang diwajibkan maupun yang disunahkan oleh agama dan menghindari anak-anak dari perbuatan yang dilarang agama.

2. Bagi Orang tua, guru atau pendidik hendaknya bisa menerapkan konsep pendidikan akhlak dan cara menghilangkan akhlak buruk menurut

Al-Gazālī, karena konsep yang dipaparkan Al-Gazālī lebih praktis dan sesuai

dengan tujuan pendidikan islām.

3. Bagi penulis berikutnya, supaya menyempurnakan kembali hasil penelitian yang penulis lakukan, karena masih banyak konsep pendidikan akhlak yang belum terungkap dalam tulisan ini, oleh karenanya bagi penulis selanjutnya supaya melengkapi berikut implikasinya baik dalam dunia pendidikan maupun lingkungan keluarga dan masyarakat.