Penggunaan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dalam Menangani Tindak Pidana Perbankan Perspektif Penegakan Hukum.
B. Hukum
Penggunaan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dalam Menangani Tindak Pidana
Perbankan Perspektif Penegakan Hukum
Kata kunci : tindak pidana perbankan, kredit macet, tindak pidana korupsi
Hartiwiningsih
LPPM UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Guru Besar, 2012
Tujuan penelitian mengkaji secara mendalam mengapa undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi digunakan untuk menangani tindak pidana di bidang perbankan khususnya dalam menangani
kridit macet baik yang terjadi di Bank BUMN maupun yang terjadi di Bank Swasta, penyalahgunaan
wewenang dan kejahatan di bidang perbankan yang lain. Apakah kridit macet dapat dikatagorikan
sebagai tindak pidana korupsi. Selain itu akan dikaji kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU No.
10 Tahun 1998 tentang Perbankan, sehingga tidak mampu mengatasi kridit macet baik yang terjadi di
Bank BUMN maupun Bank Swasta dan kejahatan di bidang perbankan lainnya.
Metode penelitian menggunakan pendekatan undang-undang karena yang akan dikaji adalah undangundang/peraturan, dan pedekatan yuridis sosiologis, hukum disini bukan dikonsepkan sebagi rules tetapi
sebagai regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam alam pengalaman. Disini
hukum adalah tingkah laku atau aksi-aksi dan interaksi manusia secara aktual dan potensial akan terpola.
Karena setiap perilaku atau aksi itu merupakan suatu realita sosial yang terjadi dalam alam pengalaman
indrawi dan empiris, maka setiap penelitian yang mendasarkan atau mengkonsepkan hukum sebagai
tingkah laku atau perilaku dan aksi disebut sebagai penelitian sosia (hukum), atau penelitian yang non
doktrinal. Bentuk penelitian ini adalah evaluatif, diagnostik dan preskriftif. Data yang dibutuhkan yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara mendalam data sekunder
diperolah melaui studi kepustakaan. Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan teknik analisis interaktif
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Alasan Undang-Undang TIPIKOR digunakan untuk menyelesaiakan
kasus-kasus tindak pidana perbankan: Unsur melawan hukum dalam Undang-Undang TIPIKOR mencakup
sifat melawan hukum formil dan sifat melawan hukum materiil. Mudah pembuktiannya, memiliki
ancaman sanksi yang memadai, diaturnya sistem pertangungjawaban terhadap korporasi. Kredit macet
pada dasarnya terjadi atas sebuah hubungan perdata antara sebuah manajemen bank dengan penerima
dana. Tetapi jika ada penyimpangan dalam proses pemberiannya dapat dituntut dengan hukum pidana
khususnya Hukum Perbankan. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, subyek hukumnya sangat terbatas, yaitu hanya direksi, komisaris dan karyawan.
Formulasi perbuatan dalam UU Perbankan membutuhkan adanya pembuktian, ini sangat menyulitkan.
UU Perbankan belum menyediakan formulasi perbuatan pidana yang mengakibatkan adanya kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara yang diancam pidana padahal Tindak Pidana Perbankan
masuk katagori Tindak Pidana Ekonomi. Tidak mengatur subyek hukum korporasi, padahal pelaku
kejahatan perbankan pada umumnya adalah korporasi.
Penggunaan Undang-undang Tindak Pidana Korupsi dalam Menangani Tindak Pidana
Perbankan Perspektif Penegakan Hukum
Kata kunci : tindak pidana perbankan, kredit macet, tindak pidana korupsi
Hartiwiningsih
LPPM UNS, Penelitian, BOPTN UNS, Hibah Guru Besar, 2012
Tujuan penelitian mengkaji secara mendalam mengapa undang-undang pemberantasan tindak pidana
korupsi digunakan untuk menangani tindak pidana di bidang perbankan khususnya dalam menangani
kridit macet baik yang terjadi di Bank BUMN maupun yang terjadi di Bank Swasta, penyalahgunaan
wewenang dan kejahatan di bidang perbankan yang lain. Apakah kridit macet dapat dikatagorikan
sebagai tindak pidana korupsi. Selain itu akan dikaji kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU No.
10 Tahun 1998 tentang Perbankan, sehingga tidak mampu mengatasi kridit macet baik yang terjadi di
Bank BUMN maupun Bank Swasta dan kejahatan di bidang perbankan lainnya.
Metode penelitian menggunakan pendekatan undang-undang karena yang akan dikaji adalah undangundang/peraturan, dan pedekatan yuridis sosiologis, hukum disini bukan dikonsepkan sebagi rules tetapi
sebagai regularities yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam alam pengalaman. Disini
hukum adalah tingkah laku atau aksi-aksi dan interaksi manusia secara aktual dan potensial akan terpola.
Karena setiap perilaku atau aksi itu merupakan suatu realita sosial yang terjadi dalam alam pengalaman
indrawi dan empiris, maka setiap penelitian yang mendasarkan atau mengkonsepkan hukum sebagai
tingkah laku atau perilaku dan aksi disebut sebagai penelitian sosia (hukum), atau penelitian yang non
doktrinal. Bentuk penelitian ini adalah evaluatif, diagnostik dan preskriftif. Data yang dibutuhkan yaitu
data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara mendalam data sekunder
diperolah melaui studi kepustakaan. Setelah data diperoleh maka dilakukan analisis data dengan
menggunakan teknik analisis interaktif
Hasil penelitian menunjukan bahwa: Alasan Undang-Undang TIPIKOR digunakan untuk menyelesaiakan
kasus-kasus tindak pidana perbankan: Unsur melawan hukum dalam Undang-Undang TIPIKOR mencakup
sifat melawan hukum formil dan sifat melawan hukum materiil. Mudah pembuktiannya, memiliki
ancaman sanksi yang memadai, diaturnya sistem pertangungjawaban terhadap korporasi. Kredit macet
pada dasarnya terjadi atas sebuah hubungan perdata antara sebuah manajemen bank dengan penerima
dana. Tetapi jika ada penyimpangan dalam proses pemberiannya dapat dituntut dengan hukum pidana
khususnya Hukum Perbankan. Kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam UU No. 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, subyek hukumnya sangat terbatas, yaitu hanya direksi, komisaris dan karyawan.
Formulasi perbuatan dalam UU Perbankan membutuhkan adanya pembuktian, ini sangat menyulitkan.
UU Perbankan belum menyediakan formulasi perbuatan pidana yang mengakibatkan adanya kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara yang diancam pidana padahal Tindak Pidana Perbankan
masuk katagori Tindak Pidana Ekonomi. Tidak mengatur subyek hukum korporasi, padahal pelaku
kejahatan perbankan pada umumnya adalah korporasi.