KEPUASAN PERNIKAHAN PASUTRI PADA KONTEKS BUDAYA JAWA Kepuasan Pernikahan Pasutri Pada Konteks Budaya Jawa.

KEPUASAN PERNIKAHAN PASUTRI PADA KONTEKS
BUDAYA JAWA

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Sebagai Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan Oleh :
Frida Kurnia Wisudawati
F 100 080 109

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

KEPUASAN PERNIKAHAN PASUTRI PADA KONTEKS
BUDAYA JAWA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Oleh :

Frida Kurnia Wisudawati
F 100 080 109

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

masing pihak yaitu suami dan istri

Pendahuluan
Pernikahan merupakan suatu

telah mempunyai pribadi sendiri atau

hal yang sakral serta menjadi dambaan

dengan kata lain pribadinya telah

dan harapan hampir setiap orang yang


terbentuk. Karena itu untuk dapat

berkeinginan

membentuk

menyatukan satu dengan yang lainnya

sebuah rumah tangga dan keluarga

perlu adanya saling pengertian antar

yang bahagia dengan orang yang

keduanya.

dicintainya. Menurut UU Perkawinan

mengemukakan


Nomor

1

perkawinan terdiri dari dua individu

pernikahan adalah ikatan lahir batin

yang unik dan setiap individu memiliki

antara seorang pria dengan seorang

sejarah dari pengalaman, memori dan

wanita sebagai suami istri dengan

cara bertingkah laku. Kepribadian dari

tujuan membentuk keluarga (rumah


masing-masing

tangga)

kekal

dibentuk dan di pengaruhi oleh faktor

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

genetik, fisiologis, psikologis, sosial

Esa (Walgito, 2010).

dan budaya yang di bawa sejak lahir.

1

untuk


tahun

yang

Pasangan

1974

bahagia

suami

pasal

dan

(2005)
bahwa

pasangan


juga
setiap

tersebut

yang

Sehingga ketika dua individu tersebut

memutuskan untuk menikah tentu saja

menyatu dalam ikatan perkawinan,

perlu

pasangan

menyesuaikan


istri

Sawitri

diri

terhadap

tersebut

harus

mampu

keadaan baru yang telah terjadi antara

menyatukan perbedaan yang mendasar

suami dan istri tersebut. Walgito


tersebut dengan harmonis.

(2010) mengatakan bahwa, masing1

Hawari

berpendapat

daripada harta benda, tidak suka

bahwa kerukunan dalam keluarga itu

konflik, dan cenderung suka mengalah

akan terwujud apabila masing-masing

(Jatman, 1997).

unsur


dalam

(1997)

keluarga

itu

dapat

Keharmonisan sosial menjadi

berfungsi dan berperan sebagaimana

nilai

mestinya dan tetap berpegang teguh

bermasyarakat


pada nilai-nilai agama, agar interaksi

masyarakat jawa. Hal tersebut dapat

sosial yang harmonis antar unsur

dilihat dari pola pergaulan masyarakat

dalam keluarga itu dapat diciptakan.

jawa yang dilandasi oleh prinsip

Keharmonisan

bersumber

kerukunan

di


(Magnis-Suseno, 2003). Rukun yang

dari

kerukunan

keluarga
hidup

dalam

keluarga.
Keluarga

yang

utama

dalam

dalam

dan

hidup

kehidupan

prinsip

hormat

diutamakan bukan penciptaan keadaan
jawa

merupakan

keselarasan

sosial

tetapi

lebih

bagian dari ribuan bahkan jutaan

menekankan pada upaya pencegahan

keluarga yang ada di Indonesia yang

konflik yang bersifat terbuka. Ajaran

turut berperan dalam membangun

rukun disampaikan dalam kerangka

bangsa ini serta sebagai salah satu

untuk membina hubungan baik melalui

bagian modal sosial yang memiliki

sikap rendah hati, tenggang rasa dan

kekayaan tata nilai. Budaya jawa yang

tidak saling melempar tugas.

khas akan sikap dan perilaku yang

Berkaitan dengan permasalahan

tidak menonjolkan diri, menempatkan

yang telah dirumuskan di atas, maka

nilai keselarasan hidup lebih tinggi

disusunlah pertanyaan penelitian yaitu
2

“bagaimana,

kepuasan

pernikahan

pengambilan

data

interview

pasutri pada konteks budaya jawa?”

(wawancara)

dengan

informan

Metode Penelitian

dilakukan

wilayah

Kotamadya

Informan

dalam

di

penelitian

Surakarta. Namun demikian tidak serta

dipilih dengan pengambilan sampel

merta dilakukan di seluruh kecamatan

berdasarkan

(purposive

di Surakarta, informan yang dipilih

sampling) yaitu penentuan informan

dan di cari hanya yang memiliki

sesuai dengan kriteria yang telah

kebudayaan Jawa yang masih kental

ditentukan. Jumlah informan pada

yaitu sering mengikuti dan melakukan

penelitian ini adalah 10 pasang suami

ritual tradisi kebudayaan Jawa.

tujuan

istri. Informan dalam penelitian ini
adalah
wilayah

keluarga

yang

Surakarta.

tinggal

Penelitian ini alat pengumpulan

di

data yang digunakan adalah dengan

Karakteristik

menggunakan

wawancara.

Jenis

informan adalah : a) asli kelahiran

wawancara yang digunakan adalah

Surakarta, b) berdomisili di Surakarta,

wawancara semi terstruktur. Artinya

c) sudah menikah dan berumah tangga

peneliti

minimal 5 tahun, d) masih memegang

pertanyaan secara lebih bebas dan

nilai budaya Jawa e) masih mengikuti

leluasa,

ritual atau tradisi Jawa, f) usia suami

susunan

dan istri 30-50 tahun. Dalam penelitian

dipersiapkan sebelumnya (Patilima,

ini lokasi pencarian data adalah di

2005). Alasan menggunakan metode

wilayah Kotamadya Surakarta. Lokasi

wawancara
3

mengajukan

tanpa

pertanyaan-

terikat

pertanyaan

adalah

oleh

suatu

yang

telah

peneliti

ingin

memperoleh

lebih

Berdasarkan hasil wawancara

bagaimana

yang dilakukan dapat disimpulkan

kepuasan atau kebahagiaan pasutri

bahwa kebahagiaan atau kepuasan

pada konteks budaya Jawa.

dalam rumah tangga antara lain adanya

mendalam

data

yang

mengenai

kebersamaa, adanya pengertian antar
pasangan suami istri, saling menerima

Hasil dan Pembahasan
Seseorang
suatu

yang

pernikahan

mengharapkan

melakukan
tentu

suatu

kekurangan dan kelebihan antar suami

saja

istri,

kebahagiaan

faktor

ekonomi

yang

baik,

memiliki iman yang kuat, saling

dalam rumah tangganya dan suatu

menghormati

kebahagiaan tersebut dari kepuasan

pasangan, adanya kepercayaan dalam

yang di dapatkan oleh pasangan suami

membina rumah tangga dan keduanya

istri

paling tidak memiliki pekerjaan. Hal

masing-masing.

pernikahan
pasangan

yang
suami

Kepuasan

dirasakan
istri

oleh

ini

sesuai

dan

dengan

menghargai

pendapat

dari

tersebut

Lammana & Reidmann (2009) yang

ditentukan oleh tingkat terpenuhinya

menyebutkan bahwa pernikahan akan

kebutuhan, harapan, dan keinginan

lebih bahagia bila suami istri keduanya

orang yang bersangkutan. Situasi yang

bekerja,

mereka alami dalam kehidupan sehari-

meningkatkan tekanan pada hal lain,

hari dijadikan dasar kepuasan dalam

misalnya dengan tuntutan pekerjaan

pernikahan mereka.

dan jam kerja yang panjang atau
keperluan
4

tetapi

lain

jika

yang

pekerjaannya

berhubungan

dengan

kebutuhan

berakibatpada

anak

maka

kelelahan

dan

Faktor-faktor

yang

mempengaruhi kepuasan pernikahan

pengikisan emosi secara perlahan.

antara lain kepercayaan atau harapan

Alasan kepuasan pernikahan/

dan perilaku sebelum menikah, asal

kebahagiaan pernikahan pada keluarga

usul

Jawa menjadi suatu yang penting,

kepribadian individu, relasi sosial,

karena adanya kebersamaan dalam

proses interaksi pasangan, hubungan

keluarga, adanya pengertian antar

orangtua

pasangan, saling memahami kondisi

perkawinan orang tua menurut Holman

pasangan masig-masing karena sudah

(dalam

dikaruniai putra dan putri, karena bisa

penelitian disimpulkan bahwa para

menjalin komunikasi dan menjaga

pasangan suami istri tersebut dulu

kepercayaan antar pasangan. Lammana

dalam keluarga orang tuanya merasa

&

menyebutkan

bahagia karena subjek merasa dulu

yang

mendukung

semua kebutuhannya dipenuhi oleh

kepuasan

pernikahan

orang tuanya, dulu orang tua tidak

mempunyai

pernah bertengkar, merasa bahagia

positif,

karena mempunyai anak, cucu bahkan

luang untuk

ada yang sudah mempunyai cicit (anak

Reidman

bahwa

(2009)

faktor

terciptanya
adalah
komunikasi

keduanya
yang

menghabiskan waktu
melakukan

kegiatan

yang

keluarga,



anak

DeGenova,

karakteristik

dan

2005).

kepuasan

Dalam

disukai

dari cucu), berdasarkan alasan itu para

bersama serta berbagi pengalaman

subjek merasa bahagia dalam keluarga

bersama.

orang tuanya dulu.
5

Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian
dapat

diambil

kesimpulan

Hawari. 2006. Arti sebuah pernikahan.

bahwa

Dalam www. google. com.

kepuasan pernikahan pasutri pada
konteks

Budaya

Jawa

Jatman, D. 1997. Psikologi Jawa .

merupakan

Yogyakarta: Bentang

merupakan suatu yang hanya bisa

Magnis-Suseno, F. 2003. Etika Jawa:

dirasakan, hanya bisa dinikmati oleh

Sebuah analisa falsafi tentang

anggota keluarga itu sendiri. Makan

kebijaksanaan

dengan adanya beberapa faktor diatas

Jakarta: PT Gramedia Pustaka

akan tercipta suatu kebahagiaan atau

Utama

kepuasan

dalam

khususnya

pada

hidup

Jawa.

rumah

tangga

Sawitri,SS. 2005. Konflik Marital:

keluarga

dengan

Pemahaman konseptual dan

budaya Jawa.

alternatif solusinya. Bandung:

Berdasarkan dari kesimpulan

Refika Aditama

diatas, maka dapat diberikan saransaran sebagai berikut:
1. Kepada

Pasangan

Walgito,B.
suami

istri

2010.

Bimbingan

Konseling

(Pasutri)

Yogyakarta: Andi

2. Kepada calon (pasutri) pasangan
suami istri
3. KUA (Kantor Urusan Agama)
4. Praktisi Psikologi
6

dan

Perkawinan.