Model Tata Letak Parit Pengelolaan Air Aliran Permukaan pada Lahan Sawah Sistem SRI (The Sistem of Rice Intensification) dalam Menunjang Produksi Padi Berkelanjutan.

Model Tata Letak Parit Pengelolaan Air Aliran Permukaan pada Lahan Sawah
Sistem SRI (The Sistem of Rice Intensification) dalam Menunjang Produksi Padi
Berkelanjutan
Aprisal dan Syarif, A
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan 1) mengkaji pengaruh tata letak parit terhadap gerakan air
lateral dari dalam parit ke tanah yang ditanami dan kelembaban tanah yang sesuai dengan
sistem SRI dalam kondisi macak-macak pada lahan yang lebih luas, 2) menentukan
jumlah bahan organik yang tepat pesatuan luas. 3) mempelajari pengaruh kombinasi tata
letak parit dengan bahan organik terhadap sifat tanah sawah sistem SRI
Penelitian ini dirancang dalam model penempatan parit yang terdiri dari 4 taraf dan
bahan organik (2 taraf) dengan tiga ulangan.. Model penempatan parit adalah; 1) arah
parit ke utara (Sro), 2) arah parit tunggal ke timur (Sr1), 3) arah parit terputus dua ke
timur (Sr2), dan 4) parit terputus tiga arah ke timur (Sr3). Sedangakan penambahan bahan
organik adalah; 1) sesuai dengan jumlah biomasa jerami yang dihasilkan persatuan luas
lahan, dan 2) setegah dari biomasa jerami yang dihasilkan. Penelitian dilakukan dilahan
sawah petani di daerah Koto Pulai Padang dari bulan Juni sampai dengan bulan Oktober
2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan sawah yang tata letak paritnya arah
utara dan memotong aliran air (Ro) mempunyai kelembaban yang lebih tinggi daripada

perlakuan lainnya. Sedangkan perlakuan tidak berpengaruh terhadap permeabilitas tanah,
sedangkan pemberian bahan organik belum nyata meningkatkan kandungan bahan
organik tanah. Sifat kimia tanah hanya calsium yang meningkat akibat perlakuan
penempatan parit arah utara, sehingga konsentrasi calsium dari air irigasi dapat
mengendap ke dalam tanah. Total mikroorganisme tanah agak terhambat perkembangannya akibat kondisi media tanah yang cenderung lebih lembab dan anaerobik.
Hasil gabah padi kering panen pada lahan yang lebih lembab cenderung lebih meningkat
dan rerata sekitar 7,8 t/ha.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuntutan untuk meningkatkan produksi padi terus meningkat. Usaha peningkatan
produksi dengan sistem budidaya padi tanpa genangan atau dikenal dengan SRI (The
Sistem of Rice Intensification) telah mampu meningkatkan hasil padi diatas rerata
produksi Nasional. Namun cara budidaya padi seperti ini juga ada menimbulkan masalah
lainnya yakni air lebih dari pengolahan tanah. Karena tanah yang sudah diolah untuk
siap ditanam adalah kondisi macak-macak, makanya air sesudah pelumpuran harus
dikeluarkan. Akibat air berlumpur yang kaya dengan unsur hara ini masuk ke saluran
sehingga mencemari sungai dan juga tanah sawah akan mengalami degradasi. Untuk
mengendalikan aliran permukaan tersebut sudah dapat dilakukan dengan cara pembuatan
1


parit-parit kedalaman 20 cm dan lebar 40-50 cm pada setiap lebar 1,5-20 m. Namun
untuk sekala yang lebih besar perlu ada model tata letak parit yang lebih sesuai, dan bagai
mana pengaruhnya terhadap kelembaban tanah dan sifat tanah serta hasil tanaman.
METODE PENELITIAN
Disain Percobaan
Berdasarkan hasil percobaan pertama mencari model parit persatuan luasan
tertentu, maka untuk penelitian tahap dua ini dapat dirancang kebutuhan parit dalam skala
luasan sekitar 1 hektar di lahan petani. Perlakuan dalam percobaan ini adalah model
penempatan parit yang terdiri dari 4 taraf dan bahan organik (2 taraf) dengan tiga
ulangan.. Model penempatan parit adalah; 1) arah parit ke utara (Sro), 2) arah parit
tunggal ke timur (Sr1), 3) arah parit terputus dua ke timur (Sr2), dan 4) parit terputus tiga
arah ke timur (Sr3). Sedangakan penambahan bahan organik adalah; 1) sesuai dengan
jumlah biomasa jerami yang dihasilkan persatuan luas lahan, dan 2) setegah dari biomasa
jerami yang dihasilkan. Sehingga total petak percobaan 24 petak.
Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian. Pertama adalah disain tata letak parit di lahan petakan
percobaan, sesuai dengan perlakuan. Satu hektar lahan dibagi empat kemudian sehingga
ada lahan ¼ bagian. Di dalam lahan ¼ bagian tersebut disusun 4 perlakuan sesuai dengan
rencana taraf perlakuan dan sekaligus menjadi satu kelompok (Gambar 1).
Persiapan lahan.


Setelah siap lahan rencana penelitian diploting, maka

selalnjutnya dilakukan persiapan lahan, mulai dari pengolahan tanah dan membuat parit
sesuai dengan perlakuan. Pengolahan lahan sampai kondisi lahan yang macak-macak dan
siap untuk ditanam.
Penanaman. Benih padi yang sudah semaikan didalam seed bed selama 14 hari
dan setelah itu dicabut dengan hati-hati kemudian ditanam satu bibit per lobang tanam
yang sudah diberi tanda, dengan jarak tanam 25 cm x 25 cm.
Pemeliharaan. Meliputi pemupukan yakni urea 200 kg/ha, dan diberikan tiga kali
yaitu pemupukan pertama pada saat tanam dengan dosis 100 kg/ha. Pada saat tanam ini
juga SP36 dan KCl juga diberikan dengan dosis 100 kg/ha. Pemupukan ke dua urea
diberikan pada umur tanaman 21 dan 42 hari setelah tanam, masing-masing 50 kg/ha.

2

Sedangkan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan apabila ada tandatanda serangan hama dan penyakit.
Pengairan.

Pemberian air dilakukan seperti sistem SRI yakni kondisi lahan


dijaga dalam keadaan macak-macak sampai masuk ke fase generatif. Kemudian pada
fase generatif sampai padi berumur 25 hari sebelum panen. Ketika padi sudah kelihatan
mulai masak, lahan mulai dikeringkan.
Panen. Pada saat tanaman padi telah menguning lebih dari 90 % pada satu
rumpun tanaman dan daun sudah sempurna mengering. Pemanenan dilakukan dengan
cara menyabit rumpun tanaman padi.
Parameter yang diamati. Pada percobaan ke dua ini para yang ingin dilihat akibat
perlakuan adalah; kadar air tanah (kelembaban tanah), bahan organik,pori, unsur hara
tanah sebelum penelitian dan setelah panen (N, P, dan K), total mikro-organisme tanah,
jumlah anakan, bobot jerami dan gabah. Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap
yang akan dicobakan maka dilakukan nalisis sidik ragam (uji F) dan unji lajut BNJ taraf 5
% (Gomez dan Gomez, 1995).

U

Parit 30x50x4000 m3

Parit 30x50x2000 cm3


Parit 30x50x4000 cm3

Parit 30x50x 1500 cm3

Gambar 1. Salah satu blok penelitian tata letak parit pengendalian
aliran permukaan pada sawah system SRI

3

HASIL DAN PEMBAHASAN
Curah Hujan di Daerah Penelitian
Berdasarkan hasil penakaran curah hujan pada daerah penelitian, terlihat curah
hujan relative tinggi, yang ditunjukkan oleh jumlah curah hujan bulanan diatas 120
mm ini dapat dilihat pada Gambar 2.

Curah hujan rata-rata per bulan berkisar 127

mm sampai dengan 320,4 mm selama penelitian.

Berdasarkan klasifikasi Oldeman


dan Las (1979), sebagian besar tipe agroklimat yang ada di Sumatera Barat adalah A
dan B serta C dan sebagian D yang berada di daerah sekitar Danau Singkarak. Daerah
penelitian termasuk tipe A. Tipe curah hujan ini cucok untuk usahatani padi sawah
karena air cukup tersedia untuk pengolahan lahan. Akan tetapi air yang cukup banyak
tersebut perlu dilakukan pengelolaan dengan baik sehingga nilai manfaatnya akan
lebih banyak bagi masyarakat tani padi sawah.
Volume Air Aliran Permukaan dalam Parit
Air aliran permukaan yang tertampung didalam parit adalah air dari curah hujan.
Besar volume air yang tertampung dalam parit, jumlahnya hamper sama karena hujan
yang terjadi cukup tinggi selama penelitian. Akan tetapi seberapa lama air ini dapat
bertahan dalam parit sangat tergantung pada sifat tanah apakah porus atau tidaknya
tanah. Keporusan tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Tanah sawah daerah
penelitian ini berdasarkan analis tekstur, maka tanahnya mempunyai tekstur lempung,
sehingga lebih porus bila dibandingkan dengan tanah yang bertekstur liat. Akibatnya
adalah air yang masuk kedalam lahan akan cepat hilang.
Volume air yang ditahan di petak sawah ini dengan melalui gerakan lateral dari air
dalam parit akan dapat meningkatkan lembaban tanah yang ditanami padi sistem SRI.
Gambar 3 menunjukkan volume air yang dapat ditampung didalam parit.
Kelembaban Tanah

Hasil penelitian tahun satu pengukuran kelembaban tanah di lapangan terlihat
kadar air tanah pada lahan padi sawah system SRI yang mempunyai parit penampung
aliran air mempunyai tingkat kelembaban yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang tidak mempunyai parit. Pada penelitian tahun dua ini tata letak parit yang
mempunyai parit terputus tiga arah timur (Sro) mempunyai rerata kelembaban yang
lebih tinggi dengan indikasi tahan tanahnya lebih rendah seperti yang ditunjukkan

4

oleh Gambar 4 dan Gambar 5. Hal ini diduga dikarenakan parit mengarah utara,
memotong arah lereng atau arah gerakan air. Sehingga air dalam parit mempunyai
kesempat untuk bergerak secara lateral kedalam tanah yang ditanami dengan padi.
Parit yang panjang tunggal akan memberikan konstribusi yang merata pada sisi kanan
tanah yang ditanami.

Pada Gambar 7 terlihat bahwa air yang tergenang di pari

mempunyai waktu untuk bias merembes kekiri kanan lahan yang ditami padi,
sehingga adar air tanahnya akan lebih tinggi.


Gambar 2. Grafik pola curah hujan di daerah penelitian.

Hasil penelitian Aprisal (2008) juga menunjukan tanah sawah system SRI yang
mempunyai tiga parit berisi air mempunyai kadar kelembaban tanah yang lebih
tinggi. Kemudian tanah sawah ini terhindar dari rengkah-rengkahan akibat rendahnya
kadar air tanah.

5

Gambar 3. Grafik volume air yang ditampung didalam parit perlakuan
pada masing-masing perlakuan.

Gambar 4. Grafik kadar air tanah yang diukur dengan melihat tahan tanah (Ohm).
Semakin tinggi tahanan maka semakin rendah kadar air tanah pada
masing-masing perlakuan.
Keterangan
Ro
p-utara
R1
p-timur

R2
p terputus 2 ke timur
R3
p terputus 2 ke timur
Po
Bahan organic 2,5 t/ha
P1
5 t/ha

6

Gambar 5. Foto arah parit ke utara dalam lokasi penelitian.
Bahan Organik
Pemberian bahan organic sebesar 2,5 t/ha sampai 5 t/ha belum nyata memberikan
pengaruh dalam meningkatkan kandungan bahan organic tanah (Tabel 1 ). Hal ini
diduga karena penelitian lapangan di tanah sawah, yang mana dalam pengelolaannya
sering guyur hujan atau memang karena sawah harus digenangi sesuai dengan fase
pertumbuhan. Akibatnya adalah banyak bahan organic tersebut yang hanyut terbawa
keluar. Kemudian juga dikarenakan waktu penelitian tiga bulan belum cukup waktu
untuk merombak bahan organic dari jerami. Hal ini juga diduga karena tanah sawah

pekembangan mikroorganisme tanahnya

lambat akibat media sering mengalami

kondisi anaerobic, dengan demikian peranan mikroba dalam mengurai bahan organic
juga terhambat.

Penelitian Aprisal (2008) juga menunjukkan bahwa tanah yang

kandunngan air lebih tinggi akibat genangan air dari dalam parit juga terlihat
penguraian bahan organic yang lambat.
Tabel 1. Rerata kandungan bahan organic tanah
Perlakuan
Ro
R1
R2
R3
Po
P1


Rerata C-Organik Tanah
(%)
2,51a
2,07a
2,42a
2,44a
2,30 a
2,29 a

7

Permeabilitas Tanah
Laju permeabilitas tanah berdasarkan analisis statistik tidak nyata menaikan atau
menurunkan laju permeabilitas tanah (Tabel 2).

Nilai permeabilitas tanah termasuk

kriteria agak lambat sampai sedang. Untuk tanah sawah laju permeabilitas tanah ini
termasuk lebih cepat, karena yang idealnya untuk tanah sawah laju permeabilitasnya
lambat. Kalau cepat akan menyebabkan mudahnya tanah kehilangan air. Sehingga pada
saat tertentu akan bebahaya bagi pertumbuhan padi dan bisa menurunkan hasil tanaman.
Tabel 2. Laju permeabilitas tanah
Perlakuan
Ro
R1
R2
R3

Rerata Permeabilitas
tanah (cm/jam)
5,58 a
1,97 a
2,56 a
2,31 a

Po
P1

3,1 a
3,1 a

Laju permeabilitas tanah sangat ditentukan oleh tekstur tanah, tanah yang
mempunyai tekstur kasar akan mempunyai laju permeabiltas yang lebih cepat, karena
pori makro lebih banyak sehingga air tanah mudah di pengaruhi gaya grafitasi dan hilang.
Tanah daerah penelitian ini termasuk bertesktur lempung berdebu akibatnya laju
permeabilitas tananya lebih cepat.
Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Kimia Tanah
Berdasarkan analisis statistik dari beberapa sifat kimia tanah sawah daerah
penelitian, ternyata belum nyata meningkatkan perubahan sifat kimia tanah seperti
nitrogen, fosfat, kalium, magnesium, aluminium, pH kecuali calsium (Tabel 5). Nitrogen
tanah sawah. Perbedaan masing-masing kandungan Ca diduga diakibatkan oleh masukan
air dari irigasi yang mengalir dari batang Air Dingin sebagai sumber air irigasi.
Disamping itu juga pengaruh lamanya air tertahan oleh parit-parit yang dibuat, semakin
besar volume dan lama maka peluang untuk masuk kedalam tanah. Hal ini dikarena air
irigasi ikut serta dalam mempengaruhi kandungan hara dalam tanah sawah.

8

Tabel 3. Hasil analisi kimia tanah sawah setelah perlakuan
Perlakuan

Parameter
N
%

P
ppm

K
me/100 g

Ca
me/100 g

Mg
me/100 g

Al-dd
me/100 g

pH H2O

Ro
R1
R2
R3

0,18
0,13
0,13
0,13

26,68
29,01
30,80
31,69

0,28
0,35
0,29
0,36

26,55 b
25,87ab
27,79 b
24,86 a

3,44
3,45
3,55
3,38

1,40
1,40
1,80
1,70

5,58
5,54
5,49
5,56

Po
P1

0,14
0,13

28,31
30,78

0,29
0,34

26,04 a
26,49 a

3,42
3,41

1,45
1,45

5,57
5,53

Total Mikroorganisme Tanah
Analisis statistik menunjukkan bahwa pembuatan tata letak parit ke arah utara (Ro)
yang memotong arah gerakan air mempunyai kandungan total mikroorganisme lebih
rendah dari arah ke timur (Tabel 6). Hal ini diduga disebabkan oleh kelembaban yang
lebih tinggi seperti (Gambar 7) sehingga kondisi medianya an aerobik. Dengan
kondisi

yang

demikian

perkembangan

mikroorganisme

menjadi

tertekan.

Perkembangan mikroorganisme yang optimal adalah dalam kondisi kadar air
kapasitas lapang.
Tabel 4. Rerata Total Mikroorganisme Tanah Sawah

Ro
R1
R2
R3

Rerata Total
Mikroorganisme Tanah
( spk)
3,66 a
6,00 b
6,16 b
7,16 b

Po
P1

5,50 a
6,00 a

Perlakuan

Jumlah Anakan
Anakan yang dimati adalah jumlah anakan dalam satu rumpun tanaman
padi. Dari Gambar 8 terlihat tidak terlalu jauh berbeda antara perlakuan dari tata
letak dari parit pengendalikan aliran permukaan. Hal ini disebabkan oleh jumlah

9

anakan bukan saja disebabkan oleh kadar air tanah, akan tetapi juga oleh unsur
hara tanah. Dari hasil analisi unsur hara tanah seperti N, P, dan K tidak nyata
perbedaannya antar perlakuan (Tabel 5).

Gambar 8. Grafik jumlah anakan anaman padi pada berbagai perlakuan.

Gambar 9. Foto rumpun padi pada petakan Ro
Bobot Jerami
Hasil penimbangan terhadap bobot jerami padi setelah panen rerata bekisar dari 2
sampai 2,6 t/ha (Gambar 12). Bobot jerami tertinggi terdapat pada perlakuan R2
yakni arah parit ke timur yang tebagi dua.
Hal ini dikarenakan oleh kondisi tanah yang kelembabnya lebih satbil
akibat daya tampung dari parit yang lebih banyak pada R2Po.

Pada tanah

kondisinya tidak baik akibat adanya rengkahan-rengkahan pada musim kering
menyebabkan pertumbuhan stagnasi, sehingga bobot biomasa tanaman juga
rendah.

10

Gambar 10. Grafik bobot jerami padi dari berbagai perlakuan
Berat Gabah Kering Panen
Hasil gabah kering panen dari penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan tata
letak parit ke Utara tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya yakni sekitar 7
sampai 8 t/ha (Gambar 13).

Dari gambar terlihat hasil gabah Ro dan R2

mempunyai hasil yang sama. Hal menggambarkan bahwa usahatani sistem SRI
akan meningkatkan hasil dengan baik, asalkan dapat menjaga tingkat kembaban
yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Menurut Uphoff et al. (2002) SRI dapat
meningkatkan kualitas tanah dan prokduktivitas yang lama melalui kombinasi
praktek pengelolaan tanaman, air dan hara yang memberikan sumbangan pada
ukuran, dinamika dan kergaman komunitas mikrobia tanah.
Dalam penelitian ini perlakuan pengaturan tata letak model parit yang
terbaik dari penelitian tahun satu belumnyata meningkatkan hasil tanaman padi
sawah sistim SRI. Dengan arti kata pembuatan parit memang sangat perlu dalam
mengendalikan aliran permukaan dan kelembaban tanah pada SRI seperti hasil
penelitian tahun satu. Sedangkan pemberian bahan organik sejumlah 2,5 sampai 5
ton belum juga belum nyata mempengaruhi hasil tanaman. Gambar 13 adalah
foto yang menunjukkan performan padi akibat dari pembuat parit pengendalian
air aliran permukaan dilahan sawah petani.

11

Gambar 11. Grafik bobot kering panen padi dari berbagai perlakuan
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
1. Pembuatan parit pengendalian aliran permukaan pada tanah sawah

yang

mengarah utara dan memotong arah gerakan air mempunyai tingkat kembaban
yang lebih tinggi dibandingkan arah timu yang searah dengan gerakan aliran air.
2. Tata letak parit arah utara tersebut juga dapat meningkatkan kandungan hara tanah
sawah terutama unsur kalsium.
3. Kelembaban yang lebih tinggi pada tanah sawah juga dapat menghambat laju
pelapukan bahan organik karena pekembangan mikroorganisme juga terhambat.
4. Secara umum pengaruh tata letak parit tidak nyata berpengaruh pada unsur hara
N, P, K, dan Mg tanah.
5. Tata letak parit arah utara yang memotong arah aliran air ampu meningkatkan
jumlah anakan rerata sekitar 45 batang dan juga bobot jerami tanaman rerata
sekitar 2-2,5 t/ha.
6. Tata letak parit arah utara juga mempunyai berat kering panen yang cenderung
lebih tinggi sekitar 7,8 t/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Aprisal. 2008. Model Parit Pengelolaan Aliran Permukaan Pada Lahan Sawah
Sistem SRI (The System Of Rice Intensification) dalam Menunjang Produksi
Padi Berkelanjutan

12

Bermanakusumah, R.
1995.
Peningkatan efisiensi di sawah
pemasyarakatannya. Pusat dinamika pembangunan. UNPAD

serta

cara

Kasim, M. dan Rozen, N. 2006. Teknik dan penerapam SRI (the Systen of rice
intensification) untuk meningkatkan hasil padi. Makalah seminar ilmiah dalam
rangka Dies Natalis Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Uphof, N. 2000. The Sistem of Rice Intensification (SRI) and relevan for food security
and natural resource management in Southeast Asia at Chiang Mai Thailand.
Gomez, K.A. And A.A. Gomez. 1995. Prosedur statistik untuk penelitian pertanian.
Terjemahan oleh Endang Syamsudin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta.
Handoko dan E. Pasandaran. 1995. Pengelolaan air berdasarkan pendekatan pola tanam
dan analisis data iklim untuk mengefisienkan irigasi.
Pusat dinamika
pembangunan. UNPAD.

13

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Pendapatan Petani Sistem Tanam SRI (System of Rice Intensification) Dengan Petani Sistem Tanaman Legowo (Studi Kasus: Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai)

2 84 123

Perbaikan Sifat Tanah Dan Peningkatan Produksi Padi Sawah Dengan Pemberian Bahan Organik Dan Sistem Tanam Sri (System of Rice Intensification)

0 23 13

Pengembangan Pengelolaan Air Sawah System of Rice Intensification (SRI) dengan Sistem Monitoring Lapang di Indonesia

0 3 1

Pengembangan Pengelolaan Air Sawah System of Rice Intensification (SRI) dengan Sistem Monitoring Lapang di Indonesia

0 6 20

MODEL PARIT PENGELOLAAN ALIRAN PERMUKAAN PADA LAHAN SAWAH SISTEM SRI (The System Of Rice Intensification) DALAM MENUNJANG PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN.

0 0 1

PENGARUH PEMBERIAN BEBERAPA SUMBER PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH DENGAN METODE SRI (The System of Rice Intensification).

0 1 7

ringkasan - MODEL TATA LETAK PARIT PENGELOLAAN AIR ALIRAN PERMUKAAN PADA LAHAN SAWAH SISTEM SRI (The System Of Rice Intensification) DALAM MENUNJANG PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN.

0 0 1

Model Parit Pengelolaan Aliran Permukaan Pada Lahan Sawah Sistem SRI (The System Of Rice Intensification) dalam Menunjang Produksi Padi Berkelanjutan.

0 0 13

Ringkasan - MODEL PARIT PENGELOLAAN ALIRAN PERMUKAAN PADA LAHAN SAWAH SISTEM SRI (The System Of Rice Intensification) DALAM MENUNJANG PRODUKSI PADI BERKELANJUTAN.

0 0 4

Pengaruh Dosis Pupuk dan Jerami Padi Terhadap Kandungan Unsur Hara Tanah Serta Produksi Padi Sawah pada Sistem Tanam SRI ( System Rice Intensification)

0 0 15