PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA BERBASIS BUDAYA Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Jawa BerbasisBudaya (Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang).

0

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA
BERBASIS BUDAYA
(Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang)
NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan

Oleh:
Rochmad
NIM: Q 100 100 201

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012


1

2

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA BERBASIS
BUDAYA
(Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang)
Oleh: Rochmad
Abstract
The problem to be examined in this research is how Java language
learning based culture at Junior High School State 2 Kajoran Magelang? This is
qualitative reserach that conducted in Junior High School State 2 Kajoran. The
main subjects in this reserach are principal, teachers and students. Data collection
techniques in this research used observation, interview and documentation. The
result of research (1) The Java language subjects is a compulsory subject for
schools in the Central Java and Yogyakarta province. Java language course
material consists of write, read, hear and speak material. Syllabus and lesson plans
of Java language subject are created by the Java language teacher and based the
curriculum. Teaching materials that is used are written form and also using the
computer. In the Javanese language learning, school invites teachers from outside

the school to who are competent in their field. (2) Javanese language learning
begins with making lesson plans and syllabi. In Java language learning
implementation activities consist of the begining, core and the late activity. For
beginning activities teachers doing apperception by repeating material that has
been taught before. Implementation of the Java language learning was
implemented using the Java language by incorporating local culture as one of the
material. After core activities are complete, the teacher closed the teaching
process activities by doing evaluation for the material that has been taught. (3)
Evaluation form consists of three activities, namely the written, oral and tasks
evaluation. Evaluation written form conducted in the daily tests, basic
competencies, midterm and final exams of the semester. Follow-up activities
conducted in the form of remedy and enrichment. The existence of peer tutors
used to assist the teachers in improving student scores. Implementation of the Java
language learning faced barriers due to lack of teaching enthusiastic students in
participating schools and to overcome it the school is conduct home visit.
Key words: learning, Java language, culture

3

PENDAHULUAN

Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa
Indonesia yang menunjukkan keanekaragaman budayanya. Bahasa Jawa
merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia yang
keberadaannya ikut mewarnai keragaman budaya bangsa Indonesia. Sebagai
orang Jawa yang lahir dan besar di Jawa, sudah menjadi kewajiban kita untuk
melestarikan bahasa Jawa. Menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi
dengan sesama pengguna bahasa Jawa adalah salah satu cara untuk melestarikan
bahasa Jawa. Akan tetapi, ironisnya sekarang ini pengguna sekaligus pemilik
bahasa Jawa sudah enggan menggunakannya, bahkan sudah ada yang mulai
meninggalkannya.
Belakangan ini bahasa Jawa sudah mengalami kemunduran secara
fungsional, hal ini disebabkan oleh terus menyempitnya pemahaman terhadap
jagat kata bahasa Jawa. Selain itu pengajaran bahasa Jawa terancam bubar karena
tidak ada petunjuk pelaksanaannya, adanya kecemburuan bahkan rasa isin
dikalangan generasi tua terhadap upaya pembaharuan kreatif pemanfaatan
kosakata bahasa Jawa secara maksimal oleh generasi muda juga menjadi salah
satu penyebab kemunduran fungsional bahasa Jawa
Fungsi pembelajaran Bahasa Jawa, dalam konteks pendidikan, adalah
berfungsi


sebagai

alat

untuk

berkomunikasi

dalam

rangka mengakses

informasi dan dalam konteks sehari-hari adalah sebagai alat untuk membina
hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa
dalam budaya Jawa. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Jawa adalah untuk
mengembangkan kemampuan

berkomunikasi

dalam


bahasa

Jawa

dalam

bentuk lisan dan tulis; menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya
bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa

daerah

mengembangkan

saling keterkaitan antar bahasa dan

pemahaman

tentang


di

Indonesia;

dan

untuk

budaya serta memperluas cakrawala budaya (Dinas P dan K Prov. Jawa Tengah,
2006). .
Pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam penerapan unggah-ungguh
oleh siswa dianggap kompetensi yang paling sulit, karena untuk menerapkan

4

unggah-ungguh diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi berbahasa Jawa

dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dalam berbahasa Jawa sebenarnya secara
kelompok besar dikategorikan menjadi tiga jenis yakni ngoko, madya dan krama .
Bahkan ketiga kelompok tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi sembilan

yaitu: (1) ngoko andhap antya basa, (2) ngoko andhap basa antya, madya ngoko,
(4) madya krama, (5) kramantara, (6) wredakrama, (7) kramadesa, (8)
mudakrama dan (9) kramainggil.

Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh
siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa
jenis materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan
sikap atau nilai (Zulkarnain, 2009: 4).
Keberadaan mata pelajaran bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan
lokal yang dalam Ujian Akhir Nasional tidak diujikan memang kurang mendapat
perhatian yang besar dari siswa. Dalam proses pembelajarannyapun hanya
sebagian kecil siswa yang mau memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Di
samping itu, dalam lingkungan keluarga dan dalam pergaulan siswa tidak terbiasa
menggunakan bahasa Jawa ragam krama . Di rumah siswa juga terbiasa
berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa Indonesia. Faktorfaktor tersebut itulah yang mempengaruhi kemampuan berbicara bahasa Jawa
siswa khususnya bahasa Jawa ragam krama . Berdasarkan hasil pengamatan
penulis, kondisi seperti ini juga terjadi pada sebagian besar siswa di SMP Negeri 2
Kajoran,Kabupaten Magelang.
Saat ini mata pelajaran bahasa Jawa masih menjadi mata pelajaran

muatan lokal wajib di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah di Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Berdasarkan keputusan Kepala
Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah
No. 271 a/103/ I/1994 tanggal 13 juni 1994, untuk tahun ajaran 2005/ 2006
Bahasa Jawa menjadi muatan lokal untuk SMA se-Jawa Tengah SD hingga SMA
di wilayah DIY, Jateng, dan Jatim. Keputusan ini sudah mulai dilaksanakan
sebagai kurikulum muatan lokal di tiga wilayah tersebut (Dinas P dan K. 2006: 7).

5

Tujuan pembelajaran Bahasa Jawa dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran
(GBPP) di tingkat SD/SMP cenderung pada pemenuhan keterampilan berbahasa
yang ideal: mendengarkan, menulis, membaca, berbicara, dan. Tujuan
pembelajaran Bahasa Jawa, apakah tidak sebaiknya berdasarkan fungsi kebutuhan
siswa. Sebagai bahasa daerah, Bahasa Jawa berfungsi sebagai (1) lambang daerah,
(2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan dalam keluarga dan
masyarakat daerah. Fungsi Bahasa Jawa yang hakiki adalah fungsi ketiga,
sehingga Bahasa Jawa dominan digunakan dalam wujud bahasa lisan. Dari
kenyataan ini, tujuan pembelajaran Bahasa Jawa di SD diusulkan mengutamakan
keterampilan berbicara (Suara Merdeka, 2006: 4).

Rendahnya penguasaan Bahasa Jawa pada tingkat dasar (SD/MT) dan
(SMP/MTs). Penelitian Supriyanto dan kawan-kawan (1997), menemukan
kenyataan pendekatan pembelajaran bahasa Jawa sangat struktural sehingga
menekankan segi struktur bahasa, sebagaimana pembelajaran bahasa Indonesia
maupun Inggris. Di banyak sekolah di Kota Semarang, guru bahasa Jawa bukan
berasal dari pendidikan bahasa Jawa. Mereka ada yang berlatar belakang Tata
Boga, PPKn, Elektro, dan lainnya yang tak mendapat jam di sekolah (Supriyanto,
2009: 4).
Pembelajaran menurut Uno (2008: 2) adalah pembelajaran memusatkan
perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang
dipelajari siswa”. Oleh karena itu ada beberapa komponen pembelajaran yang
harus diperhatikan oleh pihak yang telibat dalam pembelajaran. Dalam kegiatan
pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan evaluasi.
Pembelajaran berbasis budaya membawa budaya lokal yang selama ini
tidak selalu mendapat tempat dalam kurikulum sekolah, termasuk pada proses
pembelajaran beragam mata pelajaran di sekolah. Menurut Judistira (2008:141),
kebudayaan lokal adalah melengkapi kebudayaan regional, dan kebudayaan
regional adalah bagian-bagian yang hakiki dalam bentukan kebudayaan nasional.
Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan belajar akan berubah menjadi
lingkungan yang menyenangkan bagi guru dan siswa, yang memungkinkan guru

dan siswa berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal,

6

sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Siswa merasa senang dan
diakui keberadaan serta perbedaannya, karena pengetahuan dan pengalaman
budaya yang sangat kaya yang mereka miliki dapat diakui dalam proses
pembelajaran.
Dengan memperhatikan latar belakang masalah maka fokus dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
BAHASA JAWA BERBASIS BUDAYA di SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten
Magelang Adapun fokus penelitian tersebut dijabarkan menjadi 3 subfokus yaitu
(1) Bagaimanakarakteristik materi ajar dalam pembelajaran bahasa Jawa berbasis
budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran?, (2) Bagaimana proses pembelajaran
bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran? (3) Bagaimana
evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di
SMP Negeri 2 Kajoran?
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya di SMP
Negeri 2 Kajoran. Adapun tujuan tersebut dijabarkan menjadi tiga subfokus yaitu

(1) Mendeskripsikan bagaimana karakteristik materi ajar dalam pembelajaran
bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran, (2)
Mendeskripsikan proses pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP
Negeri 2 Kajoran, (3) Mendeskripsikan evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran
bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.
Hasil penelitian ini akan sangat berharga dan bermanfaat untuk
pengelolaan pembelajaran, khususnya untuk guru mata pelajaran Bahasa Jawa dan
umumnya untuk segenap unsur penyelenggara sekolah.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
etnografi. Etnografi adalah sebuah pendekatan yang bersifat teoritis dari sebuah
pendekatan penelitian kualitatif atau naturalistik. Penelitian etnografi ini
berlangsung di latar asli (sesungguhnya). Unit observasi dalam kajian etnografi
adalah kelas dan bahkan bisa meluas sampai tingkat sekolah. Pendekatan

7

penelitian etnografi ini bekerja dengan mengamati berbagai aspek lingkungan
belajar dan mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan
lingkungan yang mengefektifkan belajar tersebut. Rasional di balik penggunaan
etnografi adalah adanya keyakinan dasar penelitian, yaitu bahwa perilaku secara
signifikan dipengaruhi oleh lingkungan di mana perilaku itu berlangsung (Mantja,
2007: 21-23).
Kehadiran peneliti dalam melakukan penelitian ini terjun langsung
mencari data mengenai peranan kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan
mutu pembelajaran. Kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian dan
siswa (Spradley, 2007).
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
utama dan pendukung. Data utama diperoleh dari informan, yaitu orang-orang
yang terlibat dalam kegiatan sebagai fokus penelitian, yang terlibat sebagai
informan dalam penelitian ini (kepala sekolah, guru dan siswa), sedangkan data
pendukung bersumber dari dokumen-dokumen resmi yang ada di SMP Negeri 2
Kajoran Kabupaten Magelang berupa dokumen, foto, dan catatan penting lainya.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi/
pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dalam
penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif dari Miles dan Huberman
(2006: 51). Ada empat komponen analisis yang dilakukan dengan model ini, yaitu
pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan /
verifikasi. Penentuan keabsahan data (trust worthiness) pada penelitian kualitatif,
menurut

Moleong (2007: 173) digunakan empat kriteria, yaitu: Derajat

kepercayaan

(credibility),

Keteralihan

(transferability),

(dependability), dan Kepastian (confirmability).

Ketergantungan

8

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
1. Mendeskripsikan karakteristik materi ajar dalam pembelajaran bahasa Jawa
berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.
Pembelajaran bahasa Jawa di SMP Negeri 2 Kajoran merupakan
mata pelajaran muatan lokal yang berbasis budaya lokal untuk Jawa Tengah.
Pembelajaran bahasa jawa berbasis budaya lokal adalah mata pelajaran wajib
untuk SD, SMP, dan SMA meskipun dalam Ujian Nasional belum diujikan.
Mata pelajaran bahasa jawa diajarkan selama 2 jam pelajaran setiap
minggunya, sedangkan untuk materinya disesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekolah.
Pembelajaran Bahasa Jawa Berbasis Budaya Lokal pembelajaran
yang sesuai dengan budaya adat kebiasaan yang ada di daerah atau lokal
tertentu. Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kajoran ada budaya yang ada di
daerah itu seperti mengadakan Gugur gunung atau gotong royong,
Pengumuman atau wara-wara juga menggunakan Bahasa Jawa. Contoh
lain ada upacara adat orang yang mau menikahkan anak, Undangan atau
Ulemnya juga menggunakan bahasa jawa. Dengan adanya budaya lokal itu
diharapkan siswa terampil menggunakan bahasa jawa, penggunaan diksi
unggah-ungguh Bidang muatan lokal Bahasa Jawa.

Yang dimaksud dengan berbasis budaya lokal adalah dalam
pelaksanaan pembelajarannya pihak sekolah memasukkan nilai-nilai budaya
lokal dimana sekolah itu berada. SMP N 2 Kajoran yang terletak di lereng
gunung Sumbing masyarakat di sekitar lingkungan sekolah memiliki
kebudayaan seperti upacara adat yang dalam pelaksananya menggunakan
bahasa Jawa. Oleh karena itu SMP N 2 Kajoran memasukan budaya lokal
dalam kurikulum untuk pelajaran bahasa jawa.
Pembelajaran Bahasa Jawa diajarkan dari SD sampai dengan SMP
bahkan sampai SMA secara berkesinambungan, selaras antara kompetensi
dasar yang satu dengan kompetensi dasar lainnya. Dalam pembelajaran ini ada
4 aspek yang diajarkan oleh guru yaitu: Mendengarkan, Berbicara, Membaca,
Menulis. Keempat aspek tersebut tidak dapat terpisah antara satu aspek

9

dengan aspek lainnya, dalam pembelajaran hanya penekanannya lebih
difokuskan pada salah satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan
siswa tidak hanya dituntut mendengarkan saja akan tetapi siswa juga harus
dapat berbicara, menulis dan mengapresiasikannya dalam bentuk sastra.
Sebagai mata pelajaran muatan lokal, maka materi yang diajarkan
juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah. Materi yang diajarkan
oleh guru di mata pelajaran Bahasa Jawa adalah Pengenalan Budaya
(Meliputi tata krama, adat), Berbicara Bahasa Jawa unggah-ungguh , tata
krama bahasa Jawa, berpidato dengan bahasa Jawa Menulis aksara Jawa

berupa menulis kata dan kalimat menggunakan aksara Jawa, Membaca
kalimat, wacana berhuruf Jawa, Membaca Wacana berbahasa Jawa,
Mendengarkan berita, cerita yang dibaca orang lain, dll. Materi tersebut
tertuang dalam RPP dan silabus yang dibuat oleh guru.
Silabus dan RPP mata pelajaran bahasa Jawa dibuat sendiri oleh
guru bahasa Jawa. Guru pelajran bahasa Jawa sering mengikuti MGMP untuk
meningkatkan kemampuannya dalam membuat silabus dan RPP. Silabus dan
RPP merupakan kompas dalam kegiatan pembelajaran karena tanpa adanya
silabus dan RPP kegiatan pembelajaran tidak akan memiliiki arah yang jelas
sehingga tidak tahu tujuan apa yang hendak dicapai dan apakah tujuan
tersebut sudah tercapai atau belum. Penyusunan silabus dan RPP harus
disesuaikan dengan keadaan sekolah sehingga silabus dan RPP harus disusun
sendiri oleh para guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Rischer (2008) yang berjudul
“Management Strategies Help to Promote Student Achievement” yang
mengatakan “Teachers must create a classroom environment where students
are prepared and ready to learn, exemplified by students being in their seats,
quiet, ready with pencil and paper, and focused on the teacher and lesson
being taught”. Penelitian ini menyatakan bahwa para guru harus menciptakan

suatu lingkungan kelas yang baik dimana para siswa disiapkan untuk kegiatan
belajar mengajar, kondisi tersebut yang dapat berupa keberadaan tempat
duduk, ketenangan, ketersediaan peralatan seperti pensil dan kertas, dengan

10

tujuan agar siswa dapat berkonsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang
dapat dilakukan oleh guru antara lain pelaksanaan metode pembelajaran guna
menunjang minat belajar siswa dalam meningkatkan kualitasnya.
Materi pelajaran Bahasa Jawa dibuat berdasarkan kurikulum yang
bersumber dari buku-buku yang berasal dari pemerintah yaitu buku paket
maupun LKS. Materi tersebut disesuaikan dengan lingkungan sekolah. Di
SMP N 2 Kajoran materi pelajaran bahasa jawa bersumber dari buku paket
yang diterbitkan oleh pemerintah.
Penelitian yang dilakukan oleh Charles Nelson (2011) yang berjudul
“The Complexity Of Language Learning ”. Penelitian ini membahas tentang
pentingnya pembelajaran bahasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan
teori kompleksitas untuk melihat bahasa pembelajaran, pendekatan yang
menyelidiki bagaimana pembelajar bahasa beradaptasi dan berinteraksi
dengan masyarakat dan lingkungannya.
Pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam penerapan unggahungguh oleh siswa dianggap kompetensi yang paling sulit, karena untuk

menerapkan unggah-ungguh diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi
berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dalam berbahasa
Jawa sebenarnya secara kelompok besar dikategorikan menjadi tiga jenis
yakni ngoko, madya dan krama .
Dalam kaitannya dengan materi pelajaran, kita juga mengenal bahan
ajar yang merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan
tertulis maupun bahan tidak tertulis. Di SMP N 2 Kajoran menunjukkan
bahwa bahan ajar yang digunakan berbentuk tertulis dan juga dengan
menggunakan

komputer.

Dalam

bentuk

tertulis

biasanya

dengan

menggunakan papan tulis dan juga white board sedangkan untuk komputer
untuk menanyangkan power point.

11

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara
garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus
dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
ditentukan. Oleh karena itu dalam pembuatannya dilakukan oleh guru yang
bersangkutan. Tujuannya adalah agar para guru tidak lagi tergantung kepada
buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh. Selain itu juga memperkaya
karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi. Dengan
pembutaan bahan ajar sendiri dapat menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.
Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sangat didukung
dengan adanya metode yang digunakan oleh guru. Penggunaan metode
tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan. Di SMP
N 2 Kajoran metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pelajaran
bahasa jawa antara lain Jigsaw, ceramah berfariasi, tanya jawab, pemberian
tugas, praktik, demonstrasi. Siswa mendemonstrasikan pidato dihadapan
temannya, juga dalam kegiatan pentas tradisional yang ada di lingkungan
siswa. Setiap tahun di Desa Sutopati ada tradisi Saparan. Tradisi ini sudah
ada sejak lama. Perayaan saparan sangat meriah semua seni budaya yang ada
di Desa Sutopati tempat sekolah kami ada mengeluarkan ketrampilan seni
pentas. Siswa- siswi kami sudah trampil menari. Di dalam kegiatan Saparan
tersebut siswa-siswi kami ikut pentas, siswa secara langsung tampil dalam
kegiatan. Ini salah satu cara dalam mengembangkan kegiatan Belajar
Mengajar Bahasa Jawa meskipun tidak berlangsung dalam kelas.
Metode pembelajaran tersebut berhubungan erat dengan cara guru
dalam menyampaikan materi pelajaran. Pemilihan metode pembelajaran juga
mempengaruhi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Karena
denagn metode yang sesuai dengan materi biasanya dapat menarik antusais
siswa. Misalnya untuk pokok bahasan mendengar guru dapat mengundang
guru dari luar untuk memberikan ceramah tentang materi yang diajarkan.
Sekolah juga sering mendatangkan pengajar dari luar, terutama
untuk belajar pidato, karena di dekat SMPN 2 Kajoran ada orang yang ahli

12

pidato menggunakan bahasa Jawa. Selain menggundang guru dari luar, pihak
sekolah juga menerapkan hari bahasa jawa pada hari Jumat. Hari bahasa jawa
adalah hari dimana semua aktivitasnya menggunakan bahasa jawa baik dalam
aktivitas KBM maupun diluar KBM. Dan bagi siapa saja yang tidak
menggunakannya maka akan memperoleh teguran dari pihak sekolah.
2. Mendeskripsikan proses pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di
SMP Negeri 2 Kajoran.
Proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran sama di awali
dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. dalam pembelajaran bahasa
jawa di awali dengan pembuatan RPP dan silabus. RPP dan silabus
merupakan acuan yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah. Para guru harus memiliki kemampuan untuk membuat RPP dan
silabus sendiri.
Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 2
Kajoran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk
kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi yang telah
diajarkan sebelumnya. Selain itu juga guru memberikan pertanyaan yang
berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Contohnya adalah guru
membacakan sebuah artikel bahasa jawa kemudian guru akan mengajukan
pertanyaan mengenai artikel tersebut.
Kegiatan inti dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting
untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan
siswa yang telah ditetapkan. Proses kegiatan inti dalam pembelajaran akan
menggambarkan tentang penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang
digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan
inti pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar.
Di

SMP

N

2

Kajoran

menunjukkan

bahwa

pelaksanaan

pembelajaran bahasa Jawa dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Jawa.
Alasannya adalah bahasa Jawa merupakan bahasa sehari-hari yang digunakan
siswa di sekolah dan dirumah meskipun bahasa yang digunakan adalah
bahasa Jawa ngoko. Selain itu juga dalam pelaksanaan pembelajaran juga

13

memasukkan budaya lokal sebagai salah satu materinya. Budaya lokal yang
ada di lingkungan SMP N 2 Kajoran antara lain tradisi Saparan. Sehingga
dalam

pelaksanaannya

dimasukkan

budaya

lokal

dalam

kegiatan

pembelajaranya.
Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terdapat interaksi, baik
antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Interaksi merupakan
suatu indikasi adanya aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Selain di dalam
kelas interaksi antara siswa dengan siswa juga dapat dilihat di luar kelas.
Interaksi tersebut terlihat dari aktivitas siswa yang menggunakan bahasa Jawa
krama untuk kakak kelasnya baik berupa krama maupun ngoko alus.
Interaksi yang terjalin tidak hanya antar siswa tetapi juga antara
siswa dengan guru. Dalam interaksi tersebut dapat dilihat apakah siswa
mampu mengaplikasikan materi bahasa Jawa yang telah mereka terima.
Terlebih lagi pada hari Jumat yang dijadikan hari bahasa Jawa dimana semua
anggota sekolah harus menggunkan bahasa Jawa untuk berkomunikasi satu
sama lain.
Penelitian yang dilakukan oleh Ussher (2005) dalam tulisannya yang
berjudul menyatakan “Interactions, Student Enthusiasm And Perceived
Learning In An Online Teacher Education Degree”.

Dia mengatakan

tentang “Results indicate that learner satisfaction depended on several
factors including tutors‟ interactions and feedback. Students‟ perceptions of
„good‟ interactions and how this impact on enthusiasm and learning are
considered for course designers”. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa

kepuasan pelajar tergantung pada beberapa faktor yang meliputi interaksi
dengan guru dan umpan balik. Persepsi para siswa tentang interaksi yang baik
dan bagaimana hal ini dapat berdampak pada minat belajar. Hal ini dapat
diartikan bahwa minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti interaksi dengan guru. Guru dapat membuat model pembelajaran yang
dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.
Penelitian yang dilakukan oleh Ussher memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah dalam kegiatan

14

pembelajaran di dalam kelas dibutuhkan adanya interaksi antara siswa dengan
siswa dan juga antara siswa dengan guru. Kegiatan interaksi ini bertujuan
untuk memudahkan bagi siswa dan guru untuk saling bertukar informasi satu
sama lain. Selain itu juga dibutuhkan adanya penggunaann metode
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sedangkan perbedaaannya
adalah dalam penelitian ini para guru belum bisa melaksanakan metode
pembelajaran yang sesuia dengan kondisi siswa. Dan juga kegiatan interaksi
antar siswa dan guru belum dilaksankan dengan maksimal.
Dengan adanya interaksi tersebut dapat mempengaruhi antusias
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu terbukti dengan keaktifan siswa
dalam mengunakan bahasa Jawa pada hari Jumat. Meskipun pelajaran bahasa
Jawa tidak di UNAS kan namun antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran bahasa Jawa sangat tinggi. Alasannya karena bahasa Jawa
merupakan bahasa yang digunakan oleh siswa sehari-hari.
Antusias siswa untuk mengikuti KBM sangat tinggi terlebih lagi
untuk siswa putri. Mereka sangat natusai akrena mereka dapat mempelajari
budaya lokal dari daerah mereka seperti seperti Warokan, topeng loreng.
Selain itu juga bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang mereka gunakan
sejak lahir. Meskipun bahasa Jawa tidak di jadikan mata pelajaran dalam
UNAS namun siswa tetap antusias untuk mempelajarinya. Karena itu adalah
salah satu cara siswa untuk meningkatkan pemahamnnya tentang budaya
mereka.
Dalam pelaksanan pembelajaran bahasa Jawa tidak semua siswa
merasa antusias untuk mempelajarinya. Karena dalam penggunananya lebih
mudah bahasa Indonesia yang tidak memerlukan tata krama dalam
penggunannya. Oleh karena itu dibutuhkan peran serta guru untuk menarik
antusias siswa dalam mempelajari bahasa Jawa. Upaya yang dilakukan guru
antara lain dengan menggunakan laptop dalam proses KBM agar siswa tidak
cepat merasa bosan. Selain itu juga guru mendatangkan guru dari luar yang
ahli dibidangnya.

15

Vivien Rolfe, Marcos Alcocer dkk (2009) dalam penelitiannya yang
berjudul “Academic staff attitudes towards electronic learning in Arts and
Sciences” mengatakan tentang “The use of electronic media and tools is
central to many higher education teaching and learning strategies, but
adoption of new technology is more often negatively received by staff,
although enthusiastically embraced by students ”. Penggunaan media

elektronik dalam KBM merupakan media yang sering digunakan untuk
meningkatkan mutu pengajaran dan strategi belajar, namun karena
penggunaannya masih baru sehingga dibutuhkan pengelolaan yang cukup
baik dengan tujuan tidak merugikan siswa.
Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran
untuk membuat siswa lebih antusias untuk mempelajari bahasa Jawa adalah
dengan menggunakan laptop dalam proses KBM. Guru juga mendatang guru
dari luar seperti contohnya untuk mempelajari pidato dengan menggunakan
bahasa Jawa dan juga tarian daerah, pihak sekolah mengundang guru dari luar
yang ahli dibidangnya.
3. Mendeskripsikan evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran bahasa Jawa
berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.
Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Jawa berbasis
budaya local berupa ulangan harian dan soal –soal secara tertulis. Ada juga
yang harus saya lakukan dengan perbuatan, misalnya menyanyi tembang
macapat, atau melakukan sandiwara berlaku sebagai suatu tokoh dalam
cerita. Guru bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran melakukan evaluasi secara
tertulis, lisan dan juga berbentuk tugas (praktek). Misalnya guru
memberikan tugas kepada siswa untuk berpidato dengan menggunakan
bahasa Jawa di depan kelas.
Proses evaluasi dilakukan oleh guru untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan siswa dalam menangkap materi pelajaran. Sehingga keberadaan
guru yang berkualitas dalam proses PBM sangat dibutuhkan. Penelitian
tentang peranan guru dalam pembelajaran yang dilakukan oleh
Algozzine, Gretes dan Queen (2007) yang berjudul “Beginning

16

Teachers' Perceptions of Their Induction Program Experiences”. Mereka
menyatakan tentang “Ensuring a qualified teacher in every classroom is a
central part of the latest agenda to strengthen public education and
maximize student achievement. Effective teaching and delivering quality
instruction are lifelong and critical goals of professional development of
teachers. High-quality induction programs support qualified teachers for
every child”. Hasil dari penelitian yang mereka lakakukan yaitu membahas

tentang keberadaan seorang guru yang berkualitas di dalam kelas sangat
membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Karena dengan
adanya guru yang berkualitas tersebut dapat membimbing siswa dalam
memaksimalkan kwalitas siswa tersebut.
Pelaksanaan proses evaluasi yang dilakukan oleh guru selain pada
saat proses pembelajaran, evaluasi juga dilakukan pada saat Ujian Tengah
Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Hal ini dilakukan untu
mengetahui kemampuan siswa tentang materi yang telah mereka terima
selama satu semester. Dan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir
Semester (UAS) dilakukan secara serempak untuk semua sekolah.
Pada pelaksanaan pembelajaran, setelah dilakukannya evaluasi maka
akan diketahui hasilnya. Jika hasil pembelajaran sudah diketahui maka akan
memudahkan guru untuk melakukan kegiatan tindak lanjut. Pada umumnya
guru akan melakukan tindak lanjut bagi siswa yang memiliki nilai kurang
maka akan dilakukan remidi sedangkan bagi siswa yang nilainya sudah baik
maka siswa akan mendapatkan penganyaan.
Di SMP N 2 Kajoran kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh guru
setelah guru melakukan kegiatan evaluasi. Dari kegiatan evaluasi itulah
dapat diketahui apakah siswa sudah menguasai materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru atau belum. Guru akan memberikan kegiatan tindak
lanjut berupa remidi bagi siswa yang nilainya kurang dari 70 dan akan
memberikan kegiataan pengayaan bagi siswa yang memiliki nilai lebih dari
70.

17

Pada dasarnya tujuan penilaian hasil belajar dan pembelajaran adalah
mengetahui keberhasilan guru membelajarkan dan siswa belajar, sehingga
dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut itu merupakan fungsi
penilaian hasil belajar dan pembelajaran yaitu yang dapat berupa:
penempatan peserta didik pada tempatnya yang tepat; pemberian umpan
balik; penentuan/diagnosis kesulitan belajar; dan penentuan keberhasilan
atau kelulusan peserta didik. Oleh karena itu penilaian dapat bermanfaat
baik bagi guru, siswa, orangtua, maupun bermanfaat bagi sekolah dan
lembaga.
Dalam proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa Jawa, dikenal
dengan istilah “Tutor sebaya” yaitu klasifikasi siswa yang dianggap mampu
atau mempunyai kemampuan lebih dibandingkan temannya akan diminta
sebagai “tutor” untuk mengajari teman-temannya yang masih mengalami
kesulitan dalam belajar. Kegiatan belajar mengajar yang dapat dilakukan
dengan cara tanya jawab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang
mengalami kesulitan dapat mengajukan pertanyaan agar dapat dijelaskan
lagi oleh sang guru.
Di SMP N 2 Kajoran keberadaan tutor sebaya dimanfaatkan untuk
membantu guru dalam meningkatkan nilai siswa. Karena dengan adanya
tutor sebaya tersebut siswa tidak merasa takut untuk bertanya dengan siswa
lainnya apabila siswa tersebut kurang memahami suatu materi pelajaran.
Kegiatan remidial yang dilakukan oleh guru adalah kegiatan berupa
pengulangan

materi

pelajaran

bahasa

Jawa.

Setelah

pelaksanaan

pengulangan materi kemudian guru akan memberikan soal untuk
mengevaluasi apakah pengulangan materi tersebut sudah berhasil atau
belum. Karena apabila siswa tersebut belum menguasai materi yang ada, hal
itu dapat mengganggu proses belajar mengajar karena siswa yang sudah
menguasai materi pelajaran tidak dapat meneruskan materi pelajaran.
Dalam proses pembelajaran, khususnya pada kegiatan evaluasi
terkadang guru mengalami hambatan untuk melakukan kegiatan tindak
lanjut. Hambatan tersebut kurangnya antusias siswa dalam mengikuti proses

18

belajar mengajar karena kurangnya motivasi dari orang tua siswa yang
hanya berprofesi sebagai petani.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran
mengalami hambatan. Hambatan tersebut adalah kurangnya antusias siswa
dalam mengikuti proses belajar mengajar karena kurangnya motivasi dari
orang tua siswa yang hanya berprofesi sebagai petani. Bagi mereka
berbicara sebagai sarana komunikasi. Yang penting yang diajak bicara
mengerti maksud dan makna si pembicara itu sudah cukup. Kalau
diperlukan berbicara dihapan orang banyak , nanti sudah ada yang ahli
berbicara. Hambatan selanjutnya adalah, penggunaan dialek local yang
masih kental, Banyak istilah-istilah yang berbeda makna dengan daerah
lain.
Untuk mengatasi hambatan tersebut para guru biasanya melakukan
pendekatan kepada para siswa. Pendekatan tersebut bertujuan untuk
memberiakn motivasi kepada para siswa agar lebih giat lagi belajar. Serta
untuk mengetahui permasalahan lain yang mungkin menjadi hambatan siswa
dalam

memahami

pelajaran

bahasa

Jawa.

Observasi

dilapangan

menunjukkan bahwa guru bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran melakukan
kegiatan home visit untuk bertanya kepada siswa tentang permasalahan yang
mereka hadapi dalam pelajaran bahasa Jawa.

PENUTUP
Dari uraian pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut (1) Mata pelajaran bahasa jawa merupakan mata pelajaran wajib
bagi sekolah di propinsi Jawa Tengah dan DIY. Materi pelajaran bahasa Jawa
terdiri dari materi menulis, membaca, mendengar dan berbicara. Silabus dan RPP
mata pelajaran bahasa Jawa dibuat sendiri oleh guru bahasa Jawa. Materi
pelajaran Bahasa Jawa dibuat berdasarkan kurikulum yang bersumber dari bukubuku yang berasal dari pemerintah yaitu buku paket maupun LKS. Bahan ajar
yang digunakan berbentuk tertulis dan juga dengan menggunakan komputer.
Dalam pembelajaran bahasa jawa, guru mengundang pengajar dari luar sekolah

19

yang kompeten dibidangnya. Sekolah juga menerapkan hari bahasa jawa pada hari
Jumat dimana semua aktivitasnya menggunakan bahasa jawa. (2) Dalam
pembelajaran bahasa jawa di awali dengan pembuatan RPP dan silabus. Dalam
pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti
dan kegiatan akhir. Untuk kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan
mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran
bahasa

Jawa dilaksanakan dengan menggunakan bahasa

Jawa

dengan

memasukkan budaya lokal sebagai salah satu materinya. Penggunaan bahasa Jawa
pada hari Jumat untuk semua anggota sekolah. Setelah kegiatan inti selesai
dilaksanakan, guru menutup proses KBM melakukan kegiatan evaluasi untuk
materi yang telah diajarkan. (3) Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan oleh guru.
Bentuk evaluasi yang dilakukan disekolah biasanya terdiri dari 3 kegiatan yaitu
evaluasi secara tertulis, lisan dan evaluasi yang berbetuk tugas-tugas. Evaluasi
dalam bentuk tertulis dilakukan dalam bentuk ulangan harian, kompetensi dasar,
ujian tengah semester (mid semester), dan ujian akhir semester. Kegiatan tindak
lanjut yang dilakukan berupa remidi dan pengayaan. Keberadaan tutor sebaya
dimanfaatkan untuk membantu guru dalam meningkatkan nilai siswa. Pelaksanaan
pembelajaran bahasa Jawa mengalami hambatan karena kurangnya antusias siswa
dalam mengikuti KBM dan untuk mengatasinya pihak sekolah melakukan home
visit.
Saran yang dapat peneliti berikan antara lain (1) Bagi Siswa; Untuk lebih
ikut berpartisipasi aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar khussunya
pelajaran bahasa Jawa. Dapat meningkatkan kuantitas dan kualitas belajar bahasa
Jawa sehingga hasil yang diperoleh akan semakin baik. (2) Bagi Guru bahasa
Jawa; Hendaknya lebih meningkatkan kemampuan dalam mengajar dan lebih
variatif dalam penggunaan metode pembelajaran agar para siswa tidak cepat
merasa bosan ketika siswa mengikuti KBM. Hendaknya lebih berusaha
menumbuhkan

kesadarannya

untuk

senantiasa

memperhatikan

tingkat

pemahaman siswa sekolah dasar dalam pembelajaran bahasa Jawa. (3) Bagi
Kepala Sekolah; Agar selalu melakukan pembinaan dan koordinasi secara terus

20

menerus terhadap para guru dalam pengelolaan pembelajaran melalui supervisi
pembelajaran.
Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada (1) kepala sekolah SMP N 2 Kajoran yang telah memberikan ijin
penelitian, (2) Rekan-rekan guru di SMP N 2 Kajoran yang telah mendukung
penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Algozzine, Gretes dan Queen. 2007. “Beginning Teachers' Perceptions of Their
Induction Program Experiences”.
Charles Nelson. 2011.“The Complexity Of Language Learning”.
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009,
Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas, Jakarta.
Dinas P dan K. 2006. MGMP Bahasa Jawa. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Bahasa Jawa. Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah.
Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa
Depan. Bandung: Lemlit Unpad.
Mantja. 2007. Etnografi; Desain Penelitian Kualitatif Guruan dan Manajemen
Guruan. Malang: Elang Mas
Miles, Mattew dan Huberman, Michael. 2004. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta:Universitas Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010, Pengembangan Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa. Balitbang : Kemendiknas.
Rischer. 2008. “Management Strategies Help to Promote Student Achievement
Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
SupartonoW.,MM,2009. Ilmu Budaya Dasar Jakarta:Ghalia Indonesia

21

Supriyanto, Teguh. 2009. Sastra Jawa Di Sekolah, Hidup Segan Mati Tak Mau
.http://rizalihadi.wordpress.com/2009/04/06/sastra-jawa-di-sekolahhidup-segan-mati-tak-mau/
Uno, Hamzah. 2008. Perencaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Ussher. 2005. “Interactions, Student Enthusiasm And Perceived Learning In An
Online Teacher Education Degree”
Vivien Rolfe, Marcos Alcocer dkk. 2009.“Academic staff attitudes towards
electronic learning in Arts and Sciences”
Zulkarnaini.
2009.
Teknik
Penyusunan
Bahan
http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/131/

Ajar.