Jenis jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

JENIS-JENIS TINDAK TUTUR
DAN MAKNA PRAGMATIKNYA ATAS SABDA-SABDA YESUS
DALAM INJIL SANTO LUKAS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Antonius Mili
NIM: 131224059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENIDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

Orang yang sabar bertahan sampai pada waktu yang tepat, kemudian akan terbit
sukacita baginya (Sir 1:23).

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN


Karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan tanda bakti, hormat, syukur dan
terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menjadikan segala sesuatu
benar adanya. Persaudaraan Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang telah
memberi dukungan, perhatian, kepercayaan, doa serta ketulusan cintanya kepada
penulis. Anggota keluarga yang selalu mendoakan dan memberi perhatian juga
dukungan selama ini.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK
Mili, Antonius. 2017. Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas
Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,
JPBS, FKIP, USD.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dua persoalan utama, yakni (1)
jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dari sabda-sabda Yesus dalam
Injil Santo Lukas?, (2) Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam setiap
jenis tindak tutur dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas? Adapun data
penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dan dijadikan
sebagai objek penelitian ini adalah jenis-jenis tindak tutur dan makna
pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Sumber data
penelitian ini diperoleh dari sabda-sabda Yesus yang terdapat dalam Injil Santo
Lukas pada Kitab Suci Perjanjian Baru terbitan Lembaga Alkitab Indonesia .
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode pengumpulan data penelitian
ini adalah menggunakan metode simak dan cakap. Peneliti mengumpulkan
tuturan-tuturan Yesus dalam Injil Santo Lukas dan kemudian melakukan
klasifikasi atau pengelompokan berdasarkan jenis tindak tutur dan makna
pragmatiknya.
Hasil penelitian ditemukan jenis-jenis tindak tutur atas Sabda-sabda Yesus
dalam Injil Santo Lukas, yaitu tindak tutur tidak langsung literal, tindak tutur tidak
literal, tindak tutur tidak langsung, tindak tutur langsung, tindak tutur langsung
literal, tindak tutur langsung tidak literal, tindak tutur tidak langsung tidak literal,
dan tindak tutur literal. Adapun dalam penelitian ini ditemukan makna pragmatik
dari setiap jenis tindak tutur atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas,

yaitu makna pragmatik perintah, nasihat, pemberitahuan, teguran, peringatan,
menyindir, larangan, kecaman, penolakan, pengujian, penguatan, pujian,
kekaguman, syukur, permohonan, penyerahan, pengampunan, dan kecaman.
Hasil penelitian ini ditemukan jenis-jenis tindak tutur atas sabda-sabda
Yesus dalam Injil Santo Lukas yang paling dominan, yaitu tindak tutur tidak
langsung literal, tindak tutur tidak literal dan tindak tutur tidak langsung. Adapun
tindak tutur yang paling sedikit digunakan atas sabda-sabda Yesus dalam Injil
Santo Lukas, yaitu tindak tutur tidak langsung tidak literal dan tindak tutur literal.
Yesus dalam mewartakan sabda-Nya kepada umat manusia, kerap kali memakai
perumpamaan, ilustrasi, pepatah, dan istilah untuk memberi pemahaman akan
keselamatan.
Hasil penelitian ini, ditemukan makna pragmatik yang paling menonjol
atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas, yaitu makna pragmatik perintah,
nasihat, pemberitahuan, teguran, dan peringatan. Adapun makna pragmatik yang
paling sedikit muncul adalah makna pragmatik kekaguman, syukur, permohonan,
penyerahan, pengampunan, dan kecaman. Dalam tugas perutusan, Yesus hadir
sebagai pemimpin dan pengajar di tengah umat manusia. Dalam pengajaran-Nya,
Yesus memerintah, memberitahu, mengingatkan, menegur, menasihati, dan
mengecam, baik para murid-Nya maupun orang-orang yang menolak-Nya.
Kata kunci: jenis-jenis tindak tutur, makna pragmatik, teks Injil Santo Lukas


viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Mili, Antonius. 2017. The Types of Speech Acts and Pragmatic Purpose on the
Utterences of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Thesis.Yogyakarta:
PBSI, JPBSI, FKIP, USD.
The purpose of this research is to describe two main problems. They are
(1) what are the types of speech acts of Jesus in the Gospel of Saint Luke? and (2)
what are the pragmatic meaning contained in speech acts of Jesus in the Gospel of
Saint Luke? As for this research data is secondary data. Secondary data is
retrieved and used as the object of research is the types of speech acts and
pragmatic purpose on the utterences of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Source
of research data was obtained from the speech acts of Jesus found in the Gospel of
Saint Luke in the New Testament Bible of Lembaga Alkitab Indonesia edition.
This type of this research is qualitative. Data collection methods the
research is using the method refer and ably. Reserarchers collet speechs of Jesus

in the Gospel of Saint Luke and then do a classification or gruping based on the
type of speech acts and pragmatic meanings said.
The results were found ranging from the most, that was literal indirect
speech acts comprising utterences, nonliteral speech acts , indirect speech acts,
direct speech acts, literal speech acts, nonliteral direct speech acts, nonliteral
indirect acts speech acts and literal speech act. The research discovered the
meaning of pragmatic, namely the meaning of pragmatic instruction, advice,
notice, admonition, warning, quipped, ban, satire, rejection, testing,
reinforcement, praise, admiration, gratitude, petition, surrender, forgiveness, and
criticism.
The result showed that there were three dominant types of speech acts of
Jesus in the Gospel of Saint Luke. Those were literal indirect speech acts,
nonliteral speech acts, and indirect speech acts. The least speech acts of Jesus
used in the Gospel of Saint Luke were nonliteral indirect speech acts and literal
speech acts. He spread His words using parables, illustrations, sayings, and terms
to give understanding of the salvation.
The result also showed the pragmatic meanings which were dominant
from the Words of Jesus in the Gospel of Saint Luke. Those were pragmatic
instruction, pragmatic advice, pragmatic notice, pragmatic admonition, and
pragmatic warning. The meaning of pragmatic admiration, greeting, gratitude,

petition, surrender, forgiveness, and criticism were least exist. In His teaching,
Jesus instruction, notice, warning, admonition, advice, and criticism, bot to His
disciples and the people His refuse.
Keywords: type of speech acts, pragmatic meaning, the text of the Gospel of
Saint Luke

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah Yang Mahakuasa atas
berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas
Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas. Penelitian ini disusun demi
menelaah dan mengkaji tindak tutur dan makna atas sabda-sabda Yesus dalam
Injil Santo Lukas yang sulit ditangkap dari maksud atau maknanya. Maka dari itu,
penulis memecahkan atau menjawab permasalahan tersebut dengan melakukan
penelitian menggunakan ilmu pragmatik Bahasa Indonesia tanpa terkungkung

pada ilmu teologis untuk menangkap maksud dan makna dari tuturan-tuturan atau
sabda-sabda Yesus.
Penulis mengakui bahwa perkuliahan pragmatik Bahasa Indonesia
menambah pengetahuan dan memberi banyak pengalaman nyata bagi penulis,
khususnya dalam menangkap maksud dan makna dari sabda-sabda Yesus dalam
Injil Santo Lukas. Selama ini, penulis memahami, menangkap maksud atau makna
dari sabda-sabda Yesus dari sisi ilmu teologi atau dibantu oleh buku-buku tafsiran
yang bertolak dari ilmu teologi. Adanya ilmu pragmatik Bahasa Indonesia,
membuat penulis tidak terkungkung pada ilmu teologis dalam menangkap maksud
atau makna atas sabda-sabda Yesus.
Skripsi ini selesai berkat kerja sama dan bantuan dari berbagai pihak.
Maka dari itu, pantaslah penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Indonesia Universitas Sanata Dharma dan selaku triangulator dari
data-data penelitian penulis.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I, atas ketulusan
hati meluangkan waktu untuk membimbing, memberi solusi dan masukan,
membagikan ide-ide dan memotivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini.


x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Drs. J. Prapta Diharja, S.J., M.Hum., selaku dosen pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu dalam membimbing, mengoreksi, memberi
masukan, ide-ide, dan selalu memotivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
5. Para dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia yang telah memberi
dan mengajarkan banyak ilmu bahasa Indonesia kepada penulis, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
6. R. Marsidiq, pegawai sekretariat Program Studi PBSI yang telah membantu
dan melayani penulis dalam mengurusi berbagai hal yang berhubungan
dengan skripsi ini.
7. Kongregasi Bruder Maria Tak Bernoda (MTB) yang telah mengutus penulis
untuk studi pada Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas
Sanata Dharma dan mendukung dalam berbagai hal hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
8. Para saudara sekomunitas: Br. Flavianus Ngardi, MTB., selaku pemimpin

komunitas Alverna MTB Kotabaru, Yogyakarta dan para saudara: Br. Mikael,
MTB, Br. Bonifasius, MTB, dan Br. Ferdianus Jelahu, MTB yang selalu
mendukung, memotivasi, dan mendoakan penulis selama studi dan selesainya
penulisan skripsi ini.
9. Para saudara komunitas Novisiat Alverna Bruder MTB Banguntapan-Bantul
yang juga berperan serta dalam memberi dukungan dan doa bagi penulis
selama studi hingga penyelesaian skripsi ini.
10. Romo Antonius Padua Danang Bramasti, S.J., yang ikut serta mendukung,
memberi saran dan solusi kepada penulis dalam merampungkan penulisan
skripsi ini.
11. Romo N. Devianto Fajar T., S.J., yang selalu mendukung dan memotivasi
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Orang tua, abang, kakak, adik dan semua keluarga yang telah mendukung
dalam doa dan selalu memberi motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
studi dan sampai pada penyelesaian skripsi ini.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………..……………………ii
HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….…….iii
MOTO…………………………………………………………………....………iv
HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………………v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS……………..………………...vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBILKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ….……………………………….....vii
ABSTRAK……………………………………………………………………...viii
ABSTRACT……………………………………………………………………….………ix

KATA PENGANTAR…………………………………………………………....x
DAFTAR ISI...……………………………………………………....…………xiii
BAB I PENDAHULUAN…………………………...…………………………....1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………..…….…..…………1
1.2 Perumusan Masalah…………………………………………….…..…………7
1.3 Tujuan Penelitian……………………………….…..………………..………..7
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………………….....7
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN……………………………………..………..9
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan……………………………..……………9
2.2 Landasan Teori…………………………………………………………........13
2.2.1

Pragmatik...…………………………………………….………………...14

2.2.2

Lingkup Pragmatik……..……………………….……………………….16

a) Praanggapan……………………………………………………………...16
b) Tindak Tutur…………………………………….……………………….17
c) Entailment..………………………………………………………………19
2.2.3

Tindak Tutur dalam Pragmatik…………………………….……………19

2.2.4

Jenis-jenis Tindak Tutur…………………………………………………21

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2.2.4.1 Tindak Tutur Langsung …………………………………………………22
2.2.4.2 Tindak Tutur Tidak Langsung…………………………………………...23
2.2.4.3 Tindak Tutur Literal……………………………………………………..25
2.2.4.4 Tindak Tutur Tidak Literal………………………………………………26
2.2.4.5 Tindak Tutur Langsung Literal………………………………………….26
2.2.4.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal……………………………..........27
2.2.4.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal…………………………..............27
2.2.4.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal…………………………...28
2.2.5

Konteks Intralinguistik…………………………………………………..29

2.2.6

Konteks Ekstralinguistik………………………………………………....34

2.2.7

Injil Lukas………………………………………………………………..40

2.2.8

Kerangka Berpikir………………………………………………………..45

BAB III METODE PENELITIAN…………………………………………….49
3.1 Pendekatan Penelitian………………………………………….……............49
3.2 Data dan Sumber Data……..…………………………………..…………….50
3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data……………………………………..51
3.4 Teknik Analisis Data……………………………………..………………….52
3.5 Triangulasi Data……………………………………………………………...53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA…………………….54
4.1 Deskripsi Data……………………………………………………………….54
4.2 Hasil Analisis Data…………………………………………………………..67
4.2.1 Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam
Injil Santo Lukas……………..………………………………...................68
4.2.1.2 Tindak Tutur Langsung………………………………………………….68
4.2.1.2 Tindak Tutur Tidak Langsung…………………………………………...72
4.2.1.3 Tindak Tutur Literal……………………………………………………..76
4.2.1.4 Tindak Tutur Tidak Literal………………………………………………76
4.2.1.5 Tindak Tutur Langsung Literal………………………………….……….80
4.2.1.6 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal…………………………………...82
4.2.1.7 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal…………………………………...88

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4.2.1.8 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal…………………………….89
4.2.2 Makna Pragmatik dalam Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda
Yesus dalam Injil Santo Lukas…………………………………………….92
4.2.2.1 Makna Pragmatik Perintah………………………………………………93
4.2.2.2 Makna Pragmatik Pemberitahuan……………………………………….96
4.2.2.3 Makna Pragmatik Larangan……………………………………………..99
4.2.2.4 Makna Pragmatik Nasihat…………………………………………......100
4.2.2.5 Makna Pragmatik Menyindir…………………………………………..104
4.2.2.6 Makna Pragmatik Peringatan…………………………………………..107
4.2.2.7 Makna Pragmatik Penguatan…………………………………………..110
4.2.2.8 Makna Pragmatik Syukur ………………………………………………111
4.2.2.9 Makna Pragmatik Teguran ……………………………………………..112
4.2.2.10 Makna Pragmatik Permohonan ……………………………………….116
4.2.2.11 Makna Pragmatik Penyerahan ………………………………………..117
4.2.2.12 Makna Pragmatik Pengampunan ……………………………………..118
4.2.2.13 Makna Pragmatik Pujian ……………………………………………...120
4.2.2.14 Makna Pragmatik Penolakan………………………………………….121
4.2.2.15 Makna Pragmatik Kekaguman ………………………………………..122
4.2.2.16 Makna Pragmatik Pengujian………………………………………..…123
4.2.2.17 Makna Pragmatik Kecaman……………………………………….…..125
4.2.2.18 Makna Pragmatik Anjuran ……………………………………………128
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………….128
4.3.1 Jenis-jenis Tindak Tutur atas Sabda-sabda Yesus dalam
Injil Santo Lukas………………………………………………………….128
4.3.2 Makna Pragmatik atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas…….136
BAB V PENUTUP……………………………………………………………..147
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………………147
5.2 Saran………………………………………………………………………...150
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…………152
LAMPIRAN……………………………………………………………………154
xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tindak tutur merupakan bagian dari cabang ilmu bahasa yang disebut
pragmatik. Dalam memahami tindak tutur harus didasarkan pada pengertian dari
pragmatik. Menurut Wijana (1996:1-2) pragmatik adalah ilmu bahasa yang
mengkaji tentang makna secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan itu
digunakan di dalam komunikasi. Beranjak dari pengertian pragmatik menurut
Wijana, masyarakat diberi pemahaman bahwa untuk mendalami tindak tutur
seseorang harus didasarkan pada makna atau maksud dan struktur kebahasaan
yang digunakan oleh penutur.
Memahami tindak tutur seseorang merupakan bagian terpenting dalam
berkomunikasi. Semua orang melakukan hal untuk memahami dan mengerti tidak
tutur, terutama mitra tutur dalam menangkap maksud penutur. Jika penutur dalam
penyampaian sebuah tuturan tidak dengan jelas secara gramatikal dan tidak secara
langsung, maka mitra tutur dapat saja tidak mengerti, salah menanggapi dan dapat
menimbulkan persepsi yang salah dari mitra tutur.
Hal untuk memahami dan mengerti tindak tutur tidak serta merta dapat
dengan mudah ditangkap oleh mitra tutur. Hal tersebut harus didukung oleh
konteks. Lebih eksplisit dari aspek konteks adalah konteks intralinguistik dan
ektralinguistik. Adapun konteks intralinguistik bertolak dari pilihan kata dan gaya
bahasa . Hal tersebut dikarenakan bahwa bahasa tulis, hanya dapat dipahami

melalui diksi atau pilihan kata dan gaya bahasa. Salah satu pendapat dari Gorys
1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

Keraf (1984:22) mengenai diksi atau pilihan kata adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin
disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai (cocok)
dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.
Sementara itu, dalam Rahardi (2003:18) bertolak dari pendapat Leech
yang dikutip dari Wijana (1996), konteks ekstralinguistik (aspek-aspek luar
kebahasaan) mencakup penutur dan lawan tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan,
tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas, dan tuturan sebagai bentuk tindak
verbal.
Searle (dalam Rohmadi, 2010:31-32) berpendapat bahwa dalam semua
komunikasi linguistik terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi
bukan sekadar lambang, kata atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut
produk atau hasil dari lambang, kata atau kalimat yang berwujud perilaku tindak
tutur. Lebih tegasnya bahwa tindak tutur adalah produk atau hasil dari suatu
kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi
linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang
lainnya. Pendapat Searle ini sangat jelas tindak tutur termasuk dalam komunikasi
linguistik. Dikatakan kesatuan terkecil linguistik karena aspek pendukung tindak
tutur lebih banyak dari luar bahasa (ekstralinguistik) daripada aspek linguistik
(intralinguistik). Tindak tutur adalah produk atau hasil dari usaha penutur
melakukan komunikasi dengan mitra tutur dengan aspek pendukung, yaitu
menggunakan lambang atau simbol, kalimat atau kata guna memberi pemahaman
kepada mitra tutur untuk mengerti dan menangkap maksud penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Adapun

tindak

tutur

yang

dilakukan

oleh

masyarakat

dalam

berkomunikasi terdapat berbagai macam jenis tindak tutur. Jenis-jenis tindak tutur
dalam Wijana (1996), yaitu tidak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung,
tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal. Sementara itu, interseksi berbagai
jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur langsung literal dan tindak tutur tidak
langsung literal, tindak tutur langsung tidak literal, dan tindak tutur tidak langsung
tidak literal. Berbagai macam jenis tidak tutur ini dimaksudkan sebagai realita
aktivitas di masyarakat dalam berkomunikasi dan sebagai bentuk bahwa berbagai
macam cara pula yang dapat digunakan masyarakat untuk melakukan aktivitas
berkomunikasi kepada sesama di lingkungan masing-masing. Tergantung
kebutuhan dan konteks yang menentukan saat melakukan aktivitas komunikasi.
Terdapat berbagai macam jenis tindak tutur juga menuntut masyarakat penutur
dan mitra tutur harus memahaminya dari berbagai aspek guna memperlancar arus
komunikasi, menciptakan situasi komunikasi yang kondusif, terbebas dari konflik
dan kesalahpahaman.
Aktivitas bertutur merupakan interaksi antarmanusia dalam kehidupan
sehari-hari. Tentunya, dalam berinteraksi antarsesama mempunyai tujuan tertentu
sebagai buah dari aktivitas komunikasi seperti memerintah, menginformasikan,
bekerja sama, bernegosiasi dan sebagainya. Memahami aktivitas bertutur yang
dilakukan secara langsung atau bertatap muka, berbeda dengan memahami tuturan
dari sebuah bacaan karena memahami tuturan dari sebuah bacaan tidak dapat
melihat mimik dan suara penutur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

Chaer (2007:43) menyatakan bahwa bahasa tulisan sebenarnya hanyalah
“rekaman” dari bahasa lisan. Jadi, bahasa yang seharusnya dilisankan atau
diucapkan, dalam bahasa tulisan diganti dengan huruf-huruf dan tanda-tanda lain
menurut suatu sistem aksara. Dengan demikian, memahami dan menangkap
maksud tuturan dari sebuah bacaan harus didasarkan pada gaya penulis dalam
karya yang ditulisnya, salah-satunya adalah gaya bahasa. Haryanta (2012:78)
mengatakan bahwa gaya bahasa merupakan pemanfaatan atas kekayaan bahasa
oleh seseorang dalam bertutur dan menulis. Bertolak dari pendapat Haryanta,
dapat diartikan bahwa gaya bahasa juga menjadi salah satu titik tolak untuk
melihat konteks intralingusitik sebuah tuturan.
Tuturan dari sebuah bacaan yang merupakan data sekunder inilah yang
akan mengantar peneliti untuk menemukan jenis-jenis tindak tutur dan maksud
melalui sabda-sabda Yesus yang terdapat dalam Injil Santo Lukas menggunakan
kajian pragmatik. Bacaan Injil Santo Lukas ini yang terdapat 24 bab yang dimulai
dari bab 4 yang terdapat tuturan Yesus. Dalam Injil Santo Lukas ini dikisahkan
bahwa Yesus banyak berjumpa dan berinteraksi dengan orang-orang pada zamanNya, baik orang berdosa, orang yang dipandang baik, orang munafik seperti
orang-orang Farisi, ahli-ahli Taurat, orang miskin, orang kaya, dan Bapa-Nya.
Perjumpaan dan interaksi Yesus dengan berbagai macam karakter orangorang pada zaman itu, baik yang menerima Dia maupun yang menolak akan
banyak pula menampilkan jenis-jenis tuturan dari Yesus. Berbagai jenis tuturan
dari Yesus ini, tentu karena didasarkan pada lawan tutur Yesus. Pasti berbeda
tuturan Yesus dengan orang kaya, orang miskin, orang yang dipandang baik, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

orang berdosa pada zaman itu. Adanya perbedaan tuturan Yesus ini karena
disesuaikan pula dengan konteks dan maksud.
Pada umumnya untuk memahami maksud dan pesan Injil Yesus Kristus
bagi umat Kristiani dipahami dari sisi teologi. Teologi yang berarti pembicaraan
tentang Allah. Menurut Gutierrez, teologi bertolak dari praksis, yakni pengalaman
akan Allah dalam kontemplasi (ibadat/mistik) dan aksi/komitmen (Chen,
2002:32). Usaha tersebut berarti menangkap dan memahami maksud dari Injil
berdasarkan pengalaman seseorang melalui doa dan tindak nyata dari doa (ujud
doa). Umat Kristiani melakukan pendalaman iman juga merupakan usaha
memahami maksud atau pesan dari perikop Kitab Suci yang menjadi bahan
pendalaman. Banyak juga para pemuka agama dengan berbagai teknik memahami
dan menangkap pesan Injil pada saat hendak berkhotbah dan berbagai macam cara
pula para pemuka agama menyampaikan pesan Injil kepada umat.
Semua yang dilakukan dalam pendalaman dan persiapan homili, baik umat
dan para pemuka agama untuk menangkap pesan Injil. Dalam menafsirkan pesan
yang terkandung dalam Injil juga tidak dapat ditafsirkan sesuka hati. Banyak pula
para pemuka agama menulis dan menerbitkan buku-buku homili atau tafsiran
yang dapat membantu memahami maksud atau pesan dari bacaan Injil.
Beranjak dari usaha umat Kristiani dan para pemuka agama dalam
menangkap maksud atau pesan dari Injil yang berpusat pada Yesus, peneliti ingin
menemukan jenis-jenis tindak tutur Yesus dan mengartikan maksud melalui
sabda-sabda

dalam

Injil

Santo

Lukas

berdasarkan

cara

Santo

Lukas

menggambarkan jenis-jenis tindak Yesus. Injil Santo Lukas menjadi sumber data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

dari tuturan-tuturan Yesus karena peneliti ingin menemukan jenis-jenis tindak
tutur Yesus dan mengartikan maksud dari tuturan yang digambarkan oleh Santo
Lukas ketika Yesus berhadapan dengan murid-murid-Nya, orang-orang Farisi dan
ahli-ahli Taurat, orang kaya dan miskin, orang-orang berdosa dan orang-orang
yang mendapat penyembuhan dari-Nya, dan ketika Yesus berhadapan dengan
Bapa-Nya. Tentunya, tindak tutur Yesus yang digambarkan Santo Lukas dalam
karangan Injil bertolak juga dari latar belakang atau profesi Santo Lukas yang
merupakan seorang dokter, ahli sejarah dan penulis yang mempengaruhi pula
karya tulisannya yang dianggap suatu karya sastra yang hebat, penginjil, dan
teman sekerja Rasul Paulus.
Kembali lagi, beranjak dari pendapat Searle (dalam Rohmadi, 2010:31-32)
bahwa tindak tutur merupakan produk atau hasil dari suatu kalimat dalam kondisi
tertentu dan merupakan kesatuan terkecil dari komunikasi linguistik yang dapat
berwujud pernyataan, pertanyaan, perintah, atau yang lainnya. Begitu juga tindak
tutur Yesus yang sebenarnya produk atau hasil dari tuturan Yesus adalah
„Keselamatan Bagi Umat Manusia‟ yang didukung berbagai macam jenis tindak
tutur yang dilakukan oleh Yesus untuk mewartakan keselamatan bagi umat
manusia dengan memerhatikan siapa lawan tutur-Nya, konteks, dan maksud.
Sudah ada beberapa peneliti sebelumnya yang mengambil Injil Lukas
sebagai data penelitian, terutama penelitian yang bersifat teologis. Namun,
penelitian yang hendak dilakukan ini bermuara pada “JENIS-JENIS TINDAK
TUTUR DAN MAKNA PRAGMATIKNYA ATAS SABDA-SABDA YESUS
DALAM INJIL SANTO LUKAS” dengan kajian ilmu pragmatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan

latar

belakang

masalah

di

atas

dapat

dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:
1. Jenis-jenis tindak tutur apa sajakah yang terdapat dari sabda-sabda Yesus
dalam Injil Santo Lukas?
2. Makna pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam setiap jenis tindak tutur
dari sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas?

1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas,
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur yang terdapat dari sabda-sabda
Yesus dalam Injil Santo Lukas.
2. Mendeskripsikan makna pragmatik setiap jenis tindak tutur dari sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tentang tindak tutur Yesus dalam Injil Santo Lukas
bermanfaat secara teoretis dan praktis dalam beberapa hal di bawah ini:
1. Manfaat secara teoretis
a) Penelitian ini dapat memberian acuan untuk referensi penelitian
selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

b) Penelitian ini juga dapat memberi tambahan khazanah bagi
perkembangan ilmu bahasa pada Prodi PBSI, khususnya jenis-jenis
tindak tutur kajian pragmatik.
2. Manfaat praktis
a) Hasil penelititan ini dapat memberi acuan kepada pembaca, khususnya
umat Kristiani tentang jenis-jenis tindak tutur Yesus dan maksud dari
sisi kajian ilmu pragmatik.
b) Hasil penelitian ini dapat memberi wawasan tentang aspek pragmatik
khususnya jenis-jenis tindak tutur dalam kajian pragmatik. Lebih
spesifiknya, penelitian ini dapat juga memperkaya wawasan dalam
menemukan, memahami maksud atau makna pragmatik dari jenis-jenis
tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam
Injil Santo Lukas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Telah banyak penelitian yang mengkaji tindak tutur dengan pendekatan
pragmatik. Namun, yang meneliti jenis-jenis tindak tutur dan maknanya atas
sabda-sabda Yesus dalam Injil Lukas menggunakan kajian pragmatik belum ada
yang melakukannya. Namun, penelitian yang sama dengan sumber data dari Injil
Lukas sudah ada yang melakukannya. Berikut peneliti menampilkan dua
penelitian yang memilih sumber data dari Injil Lukas,
Pertama, penelitian FX. Handy Kristian Adi Putra (2005) dalam

skripsinya yang berjudul Kritik Naratif atas Teks Lukas 15:11-32 (Kisah Anak
yang Hilang) Program Studi Ilmu Teologi Jurusan Teologi Fakultas Teologi,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, berusaha menganalisis dan menguraikan
teks perumpamaan dalam Injil Lukas, yakni Kisah Anak yang Hilang dengan
menggunakan metode kritik naratif. Kritik naratif teks hanyalah salah satu cara
untuk mendalami suatu kisah yang terdapat dalam Kitab Suci. Penelitian kritik
naratif teks perumpamaan Kisah Anak yang Hilang untuk menangkap isi atau
pesan teks. Sesudah teks Kisah Anak yang Hilang dianalisis dengan metode kritik
naratif, teks tersebut ditinjau kembali dengan sudut pandang teologis.
Hasil dari penelitian FX. Handy Kristian Adi Putra adalah perikop Lukas
15:11-32 menurut kisah yang menggugah kesadaran pembacanya untuk selalu
bercermin di hadapan Allah. Oleh karena manusia selalu dikasihi dan diampuni
oleh Allah, maka relasi istimewa dan personal itu selalu mendapat tempatnya.

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

Kisah ini adalah cermin kehidupan manusia di hadapan Allah. Cermin yang
memantulkan gambaran akan betapa agungnya cinta Allah agar anak-anak-Nya
mencapai kedamaian hidup yang sejati (keselamatan kekal bersama Allah).
Peneliti mengambil 3 butir nasihat yang tersimpan dalam kisah ini. Tiga butir
nasihat tersebut bukanlah diambil karena pertimbangan kesahihan tafsir atau
teologis semata. Melainkan hasil dari mencecap kisah sebagai sabda dan
menangkap maksud kisah sebagai kehendak baik Allah untuk menyelamatkan
umat manusia. Adapun tiga hal tersebut: (1) Sesuatu yang hilang (kedosaan), (2)
Kesadaran akan kekhilafan dan dosa (pertobatan), dan (3) Kembalinya yang
hilang (pengampunan dan belas kasih Allah).
Kedua, Bonifatius Dwi Yuniarto Nugroho (2009) dalam skripsinya yang

berjudul Menjadi Manusia Baru Kritik Naratif atas Teks Lukas 19:1-10, Program
Studi Ilmu Teologi Jurusan Teologi Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta , berusaha menganalisis dan menguraikan teks Lukas 19:1-10 dengan
menggunakan metode kritik naratif. Teks Lukas 19:1-10 dianalisis menggunakan
metode kritik naratif karena berbentuk kisah. Tentu saja cara lain bisa dipakai
untuk menganalisis teks Lukas 19:1-10. Kritik naratif kisah Zakeus dapat
membantu pembaca untuk menemukan makna-makna yang bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kritik naratif kisah Zakeus ini lebih menyoroti bagaimana
dinamika proses perubahan diri Zakeus sebelum dan setelah bertemu dengan
Yesus.
Hasil dari penelitian Bonifatius Dwi Yuniarto Nugroho adalah kisah
Zakeus ditempatkan Lukas dalam seluruh rangkaian misi kedatangan Yesus ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

dunia. Kisah Zakeus merupakan kisah salah satu teks khas yang hanya terdapat
dalam Injil Lukas. Melalui kisah ini, Lukas ingin berbicara tentang lingkup
keselamatan.
Peneliti juga menampilkan penelitian yang hampir sama, yaitu tentang
jenis-jenis tindak tutur dalam kajian pragmatik, yaitu Beata Prima Equatoria
Panuntun (2011), Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Beata Prima Equatoria Panuntun (2011)
dalam skripsinya yang berjudul Jenis-jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan
dalam Novel 9 Matarhari: Suatu Tinjauan Pragmatik, berusaha menemukan,

mendeskripsikan jenis-jenis tindak tutur dalam novel 9 Matahari dan
menganalisis pola kesantunan yang terdapat dalam novel 9Matahari. Beata Prima
Equatoria Panuntun harus dapat menjawab dua pertanyaan, yaitu mendeskripsikan
jenis-jenis tindak tutur dalam novel 9 Matahari dan menganalisis pola kesantunan
yang terdapat dalam novel 9Matahari. Beata Prima Equatoria Panuntun
menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data berupa jenis-jenis tindak
tutur dan pola kesantunan yang berupa kata-kata dari novel 9 Matahari.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Beata Prima Equatoria Panuntun adalah
jenis tindak tutur yang terdapat dala novel 9 Matahari, yakni tindak tutur
langsung literal dan tindak tutur tidak langsung literal. Tindak tutur langsung
literal diungkapkan dengan kalimat berita dan tanya, gabungan kalimat berita dan

perintah, gabungan kalimat tanya dan perintah, serta gabungan kalimat berita,
tanya, dan perintah. Tindak tutur tidak langsung literal diungkapkan dengan
kalimat berita dan gabungan kalimat berita dan tanya. Berdasarkan hasil analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

data, simpulan dari Beata Prima Equatoria Panuntun bahwa pola kesantunan yang
terdapat dalam tuturan-tuturan novel 9 Matahari adalah pola kesantunan yang
telah memenuhi enam maksim kesantunan, yaitu maksim kebijaksanaan, maksim
kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim
permufakatan, dan maksim simpati.

Penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas” berbeda dengan penelitian-penelitian di
atas. Penelitian FX. Handy Kristian Adi Putra (2005) yang berjudul Kritik Naratif
atas Teks Lukas 15:11-32 (Kisah Anak yang Hilang) menggunakan kajian teologis

dan datanya hanya perikop Lukas 15:11-32. Penelititan Bonifatius Dwi Yuniarto
Nugroho (2009) dalam skripsinya yang berjudul Menjadi Manusia Baru Kritik
Naratif atas Teks Lukas 19:1-10 juga menggunakan kajian teologis dan datanya

hanya perikop Lukas 19:1-10. Sementara itu, penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur
dan Makna Pragmatiknya atas Sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas”
menggunakan kajian pragmatik dan datanya merupakan jenis-jenis tindak tutur
dan makna pragmatiknya berdasarkan konteks dari bab 4 sampai bab 24 yang
terdapat tuturan Yesus dalam Injil Santo Lukas. Sementara itu, perbedaan dengan
penelitian yang ketiga oleh Beata Prima Equatoria Panuntun (2011) dalam
skripsinya yang berjudul Jenis-Jenis Tindak Tutur dan Pola Kesantunan dalam
Novel 9 Matarhari: Suatu Tinjauan Pragmatik adalah terletak pada data, yaitu

tuturan dan pola kesantunan yang terdapat dalam novel 9 Matahari. Sementara
itu, penelitian “Jenis-jenis Tindak Tutur dan Makna Pragmatiknya atas Sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas” datanya jenis-jenis tindak tutur dan makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

pragmatiknya berdasarkan konteks atas sabda-sabda Yesus yang terdapat dalam
Injil Santo Lukas. Berdasarkan tinjauan penelitian terdahulu tersebut, peneliti
tertarik menelaah jenis-jenis tindak tutur dan makna pragmatiknya atas sabdasabda Yesus dalam Injil Santo Lukas.
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

melengkapi

penelitian-penelitian

sebelumnya dengan menggunakan metode dan teknik yang berbeda. Penelitian ini
menggunakan sumber data dari Kitab Suci Perjanjian Baru terbitan Lembaga
Alkitab Indonesia . Sementara itu, data dari penelitian ini adalah jenis-jenis tindak

tutur dan makna pragmatiknya beserta konteks atas sabda-sabda Yesus dalam Injil
Santo Lukas yang dimulai dari bab 4 sampai bab 24 yang terdapat tuturan Yesus.
Tentu saja sumber data, data, dan objek penelitian ini belum banyak digunakan.
Penelitian ini berfokus pada menemukan jenis-jenis tindak tutur dan makna
pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas berdasarkan
konteks. Dengan demikian, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu,
terutama dalam metode dan teknik penelitian.

2.2 Landasan Teori
Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami,
menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai
pembimbing yang menuntun dan memberi arah di dalam penelitian. Subroto
(1992:32) memandang teori sebagai landasan untuk menentukan metode dan
teknik penelitian. Dalam landasan teori ini dijabarkan beberapa teori yang
digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengkaji jenis-jenis tindak tutur dan
makna pragmatiknya atas sabda-sabda Yesus dalam Injil Santo Lukas antara lain:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

pragmatik, lingkup pragmatik: praanggapan, entailment, tindak tutur, tindak tutur
dalam pragmatik, jenis-jenis tindak tutur, konteks intralinguistik, konteks
ekstralinguistik, dan Injil Santo Lukas. Berikut akan dijelaskan teori-teori yang
terkait dengan kajian ilmiah yang mendasarinya.

2.2.1

Pragmatik
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa

secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam
komunikasi (Wijana, 1996: 1-2). Wijana memosisikan pragmatik mempelajari
struktur bahasa secara eksternal dalam berkomunikasi, yang berarti struktur
kebahasaan yang bersifat luar bahasa atau esktralinguistik. Senada dengan hal
tersebut, Kridalaksana (2001:176) menyatakan pragmatik merupakan ilmu bahasa
yang mempelajari isyarat-isyarat bahasa yang mengakibatkan keserasian
pemakaian bahasa dalam komunikasi. Kridalaksana lebih menekankan pragmatik
sebagai ilmu bahasa yang mempelajari keserasian isyarat-isyarat bahasa dalam
berkomunikasi. Hal ini berarti, isyarat bahasa tidak dapat ditangkap secara
internal tetapi secara eksternal. Dalam berkomunikasi, adanya keterkaitan antara
isyarat bahasa dengan keserasian bahasa. Di sisi lain Parker berpendapat bahwa
pragmatics is the study of how language is used to communicate. Pragmatics is
distinct from grammar, which is the study of the internal structure of language
(Parker, 1986:11). Parker dengan tegas mengatakan bahwa pragmatik bukan

mempelajari tata bahasa dan bukan pula mempelajari bahasa secara internal dalam
berkomunikasi. Hal ini berarti pragmatik mempelajari bahasa dalam komunikasi
yang tidak terlepas dari konteks tuturan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

Adapun pendapat Yule mengenai ilmu bahasa pragmatik, yaitu pragmatik
merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih
banyak berhubungan dengan analisis-analisis tentang apa yang dimaksudkan
orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau
frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Dengan kata lain, pragmatik
adalah studi tentang maksud penutur (Yule, 2006: 3). Pendapat Yule
menambahkan pendapat dari Parker yang mengatakan bahwa pragmatik
mempelajari bahasa dalam komunikasi yang tidak terlepas dari konteks tuturan.
Yule menambahkan bahwa ilmu bahasa pragmatik mempelajari tentang maksud
atau makna dari sebuah tuturan. Hal tersebut berarti belajar dan memahami
pragmatik yang harus ditekankan adalah makna atau maksud dari sebuah tuturan.
Levinson (1983) menegaskan bahwa pragmatik merupakan kajian
hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatikalisasi atau terkondifikasi
dalam strukutr bahasa. Levinson berpendapat dalam memahami dan belajar
pragmatik tidak boleh memisahkan antara bahasa dengan konteks. Hal yang lebih
penting lagi adalah gramatikalisasi atau kondisifikasi dalam struktur bahasa juga
sangat penting karena jika tidak, bahasa yang dituturkan tidak memiliki arti dan
sulit bagi mitra tutur dalam menangkap maksud. Pendapat Levinson ini, senada
dengan pendapat Parker yang menekankan pada konteks yang tidak dapat
dilepaskan dari bahasa. Searle, Kiefer dan Bierwich (1980: ix) mengatakan bahwa
pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti
suatu aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi suatu ungkapan tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

tergantung pada kondisi-kondisi suatu penggunaan ungkapan tersebut dalam
konteks. Hal tersebut berarti bahwa konteks penting dalam berkomunikasi. Kasher
berpendapat tidak jauh berbeda dengan pendapat para ahli sebelumnya. Kasher
(1998) dalam Ida Bagus (2014:1) mendefinisikan pragmatik sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana bahasa digunakan dan bagaimana bahasa tersebut
diintegrasikan ke dalam konteks. Hal tersebut berarti bahwa pragmatik ilmu
bahasa yang terikat konteks.
Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari seluk-beluk bentuk tindak
tutur antara penutur dan mitra tutur dengan memerhatikan aspek pendukung, yaitu
konteks ekstralinguistik yang meliputi: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan,
tujuan tuturan, waktu dan tempat pertuturan itu terjadi.

2.2.2

Lingkup Pragmatik
Sebelum mengenal ilmu pragmatik lebih jauh atau lebih spesifik yang

bertitik tolak dari tindak tutur sebagai aspek utama penelitian yang dilaksanakan,
perlu juga mengetahui dan mempelajari lingkup ilmu pragmatik, yaitu: (a)
Praanggapan, (b) Implikatur, (c) Tindak tutur. Adapun di bawah ini beberapa
definisi dari beberapa ahli mengenai tiga lingkup pragmatik tersebut.
a) Praanggapan
Wijana (1996:37) dalam buku Dasar-Dasar Pragmatik mengatakan
sebuah kalimat dapat mempresuposisikan kalimat yang lain jika ketidakbenaran
kalimat yang kedua (yang dipresuposisikan) mengakibatkan kalimat yang pertama
(yang mempresuposisikan) tidak dapat dikatakan benar atau salah. Pendapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

Wijana lebih menitikberatkan pada posisi kalimat yang kedua adanya kebenaran
atau tidak, guna memosisikan kebenaran kalimat yang pertama. Ida Bagus
(2014:16) dalam buku Pragmatik mengatakan praanggapan atau presupposisi
adalah sesuatu yang diasumsikan oleh penutur sebagai kejadian sebelum
menghasilkan tuturan. Yang memiliki praanggapan adalah penutur, bukan
kalimat.
Pendapat Ida Bagus sedikit berbeda dengan Wijana. Ida Bagus
mengatakan bahwa yang memiliki praanggapan adalah penutur bukan kalimat.
Sementara itu, Wijana lebih menitikberatkan presuposisi pada kalimat dan tidak
menyebut penutur. Adapun Rahardi (2003:83) dalam buku Berkenalan dengan
Ilmu

Bahasa

presuposisikan

Pragmatik

atau

mengatakan

mempraanggapkan

sebuah
tuturan

tuturan
yang

dapat

dikatakan

lainnya,

apabila

ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan kebenaran atau
ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali. Pendapat Rahardi
senada dengan pendapat Wijana, yaitu sebuah tuturan dianggap presuposisi adalah
apabila ketidakbenaran tuturan yang dipraanggapkan itu mengakibatkan
kebenaran atau ketidakbenaran tuturan tidak dapat dikatakan sama sekali.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
praanggapan, yaitu sesuatu yang diasumsikan oleh penutur, bahwa yang dikatakan
penutur sudah diketahui oleh mitra tutur.
b) Tindak Tutur
Kridalaksana (1993) mengatakan tindak tutur adalah pengujaran kalimat
untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

Hudson dalam Alwasilah (1993) mengatakan tindak tutur adalah ujaran yang
dibuat sebagai bagian dari interaksi sosial (Ida Bagus, 2014:85). Chaer (1995)
menyatakan tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis dan
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat pada makna atau arti
tindakan dalam tuturannya. Tindakan dalam tuturan akan terlihat dari makna
tuturan (Rohmadi, 2010:33).
Senada dengan Suwito (1983) dalam Ida Bagus (2014:84) mengatakan
tindak tutur merupakan merupakan gejala individu, bersifat psikologis, dan
ditentukan oleh kemampuan bahasa penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Tindak tutur dititikberatkan kepada makna atau arti tindak, sedangkan peristiwa
tutur lebih dititikberatkan pada tujuan peristiwanya. Dalam kajian tindak tutur,
biasanya beranjak dari karya Austin pakar filsafat dan lingusitik dari Inggris
tentang tindak tutur. Austin berpendapat bahwa kajian tentang makna haruslah
tidak hanya mengonsentrasikan diri pada pernyataan kosong, lepas dari konteks
karena bahasa itu benar-benar dipakai dalam bentuk tutur, dalam berbagai fungsi
atau dalam berbagai maksud dan tujuan (Ida Bagus, 2014:86). Selanjutnya Searle
(dalam Rohmadi, 2010:32) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah produk atau
hasil dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan merupakan kesatuan terkecil
dari komunikasi linguistik yang dapat berwujud pernyataan, pertanyaan perintah
atau yang lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan pengertian
dari tindak tutur, yaitu prilaku seseorang dalam bertutur bersifat psikologis yang
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa.
c) Entailment

Rahardi (2003:86) berpendapat bahwa entailment adalah hubungan antara
tuturan dan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Tuturan yang
berbunyi Eli hamil muda, mengindikasikan bahwa wanita yang bernama Eli itu
sudah pernah berhubungan sebadan dengan seorang pria tertentu, sehingga dia
sekarang dalam keadaan hamil muda. Dengan demikian, Rahardi menegaskan
bahwa hubungan antara tuturan dengan maksud tuturan pada entailment itu
bersifat mutlak dan harus ada (necessary consequence).
Beranjak dari pendapat Rahardi di atas, Ida Bagus (2014:83) juga
berpendapat serupa dengan Rahardi, yaitu entailment dalam hubungan antara
tuturan dan maksudnya bersifat mutlak atau menjadi keharusan. Ida Bagus
mengatakan bahwa penafsirannya harus didasarkan pada latar belakang
pengetahuan yang sama (the same back-ground knowledge) antara penutur dan
mitra tutur tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu.
Berdasarkan pendapat kedua ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
entailment adalah hubungan antara tuturan dan maksud tuturan bersifat mutlak
atau menjadi keharusan.
2.2.3

Tindak Tutur dalam Pragmatik
Tindak tutur merupakan salah satu lingkup ilmu pragmatik. Tindak tutur

tidak terlepas dari penutur, mitra tutur, konteks dan maksud. Secara pragmatis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

tindak tutur diklasifikasi menjadi tiga dimensi tindakan yang dapat diwujudkan
oleh penutur, yaitu lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Ketiga jenis tindakan ini juga
menjadi titik tolak dari penelitian yang akan dilakukan. Berikut dijelaskan
beberapa pengertian tentang lokusi, ilokusi, dan perlokusi dari beberapa ahli.
Searle (1969) dalam Wijana (1996:18-20) secara pragmatis setidaktidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur,
yakni tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak lokusi adalah
tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak ilokusi adalah tuturan yang
berfungsi untuk melakukan sesuatu. Tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi
karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur,
kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi. Tindak tutur perlokusi adalah tindak
tutur yang dapat mempengaruhi lawan tutur.
Adapun Yule (2006:83-84) mengatakan bahwa pada suatu saat, tindakan
yang ditampilkan dengan menghasilkan suatu tuturan akan mengandung tiga
tindak yang saling berhubungan, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak
perlokusi. Yule menyatakan bahwa tindak tutur lokusi merupakan tindak dasar
tuturan atau menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Tindak tutur
ilokusi adalah suatu tuturan yang memiliki tujuan dan tuturan dengan beberapa
fungsi di dalam pikiran