PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR - SRENGAT (STA 3+450 - STA 10+520) DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN.

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS J ALAN
BLITAR - SRENGAT (STA 3+450 - STA 10+520)
DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi per syaratan dalam memperoleh
Gelar Sar jana (Str ata-1) Pr ogr am Studi Teknik Sipil

Diajukan Oleh :

ARDIANSYAH
0553010044

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN ”
J AWA TIMUR
2011

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS J ALAN

5


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BLITAR - SRENGAT (STA 3+450 - STA 10+520)
DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN
AR DIANSYAH
NPM: 0553010044

ABSTRAK
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bermanfaat untuk melewatkan lalu lintas
dari suatu tempat ke tempat yang lain, dan berfungsi sebagai sarana perhubungan
dimana lalu lintas harus lancar dan aman. Sehubungan dengan pesatnya kota Blitar,
dimana terjadi pertambahan lalu lintas yang tidak sepadan dengan pertambahan jalan,
sehingga mengakibatkan antrian kendaraan diruas-ruas tertentu. Jalan yang ada saat
ini tidak mampu menampung arus lalu lintas yang terus meningkat.
Pada perencanaan ruas jalan Blitar – Srengat ini menggunakan perkerasan
lentur dengan umur rencana 10 tahun. Pada umur rencana 10 tahun susunan

perkerasannya adalah 15 cm lapisan permukaan (LASTON MS 744), 20 cm lapisan
pondasi atas (batu pecah kelas A) dan 40 cm lapisan pondasi bawah (sirtu kelas A).
Perencanaan geometrik pada ruas jalan Blitar – Srengat ini menggunakan
alinyemen horisontal dan alinyemen vertikal. Untuk alinyemen horisontal pada Sta
5+700 memakai lengkung full circle (FC), Sta 3+450 memakai lengkung spiralcircle-spiral (SCS), dan pada Sta 9+400 memakai lengkung spiral-spiral (SS). Untuk
alinyemen vertikal pada Sta 4+900 sampai Sta 5+100 memakai vertikal cembung,
Sta 7+900 sampai 8+300 memakai vertikal cekung, dan Sta 9+100 sampai Sta 9+450
memakai vertikal cekung.
Perencanaan saluran drainase dengan dimensi saluran tepi menggunakan tipe
trapesium. Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa kemiringan talud tergantung
dari besarnya debit aliran (Q). Untuk kemiringan talud 1:1 didapat kedalaman
saluran yang tergenang air (d) = 0,52 m, lebar saluran (b) = 0,50 m, dengan tinggi
jagaan (w) = 0,51 m, sedangkan untuk menyalurkan air dari saluran samping gorong
– gorong dengan diameter 1,50 m dan tebal 0,17 m untuk menghindari meluapnya air
dan sebagai pembuangan akhir.
Kata kunci :

Perkerasan Lentur, Metode Analisa Komponen,Alinyemen
Horisontal, Alinyemen Vertikal, Saluran Samping.


KATA PENGANTAR

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat,hidayah dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini dengan baik.
Tugas Akhir ini kami susun untuk memenuhi persyaratan kurikulum
pendidikan Strata – 1 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Selain itu diharapkan
Tugas Akhir ini dapat berguna bagi penulis dan pembaca dalam menerapkan ilmu
yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam pekerjaan yang sebenarnya.
Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini penulis berusaha semaksimal mungkin
menerapkan ilmu yang penulis dapatkan di bangku perkuliahan dan buku-buku
literatur yang sesuai dengan judul Tugas Akhir ini. Selama menyusun Tugas Akhir
ini, banyak bimbingan, petunjuk serta bantuan yang sangat berarti bagi
bertambahnya pengetahuan yang kami peroleh. Oleh karena itu, pada kesempatan

kali ini penulis bermaksud menyampaikan terima kasih yang sebesar – besarnya :
1. Kepada Allah SWT (tuhan semesta alam) yang telah memberikan
kesehatan,hidayah dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
2. Kedua orang tua tercinta ( Bapak dan Ibu ),yang telah memberi motivasi dan
semangat, terlebih yang tak henti-hentinya melantunkan do’a.
3. Kepada mbak – mbak ku tersayang,(mbak Ani & mbak Susi), Ella Indah.R
thank’s atas semua do’a dan dukungan yang kalian diberikan.
4. Ibu Ir.Naniek Ratni JAR.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

5. Bapak Ibnu Sholichin ST,MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil dan
Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.
6. Ibu Hj.Ir.Siti Zainab, MT selaku dosen wali saya.
7. Bapak Ibnu Sholichin ST, MT selaku dosen pembimbing I yang telah banyak

memberikan dorongan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini dengan baik.
8. Bapak Ir.Hendrata Wibisana,MT selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan motivasi sehingga Tugas Akhir saya dapat terselesaikan
dengan baik
9. Seluruh Dosen – dosen serta Karyawan yang sudah membantu.
10. My second family keluarga besar Bapak Didik Riswandiana, yang tak hentihentinya memberi dorongan moril dan do’a untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
11. Teman – teman rumah khusunya ARLA COMMUNITY thank’s guys yang
selalu memberikan dukungan dan do’a.
12. Tri Haryono,Faisal (My best partner), wahyu(kipli), sugeng, rama, gatot,
awwal, danang, leysus, bonces thank’s guys atas semua saran,dukungan nya n
ma’af slalu tak repotin.
13. Rekan – rekan kantor khususnya team GATE PASS Perak ( Asikin, Pak Rio,
Pak Atim, Abd.Jabbar, Donny Iriawan) makasih atas dukungan n doanya.
14. “ MEGAPRO”(si hitam) yang selalu setia menemani aku baik dikala susah
maupun senang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


9

15. Seluruh rekan – rekan mahasiswa Teknik Sipil UPN “Veteran”

JATIM

angkatan 2000 sampai 2005 yang tak bisa aku sebut satu persatu serta semua
pihak yang terkait.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
Tugas Akhir ini. Kritik dan saran yang senantiasa penulis harapkan demi kemajuan
bersama. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.

Surabaya, 2011
Penulis,

Adiansyah


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

DAFTAR ISI

ABSTRAK .................................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ................................................................................................

ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................


ix

DAFTAR TABEL.......................................................................................................

xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................

1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................

2


1.3 Tujuan ................................................................................................

3

1.4 Batasan Masalah ..................................................................................

3

1.5 Peta Lokasi ..........................................................................................

4

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum ...................................................................................

5

2.2 Dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya ............................................

5


2.2.1 Klasifikasi Standar Perencanaan Geometrik ..............................

6

2.2.2 Parameter Perencanaan Geometrik Jalan ...................................

7

2.3 Alinyemen Horisontal ..........................................................................

18

2.3.1

Bentuk Tikungan Busur Lingkaran ( Full Circle ) .....................

19

2.3.2


Lengkung Peralihan..................................................................

21

2.3.3

Bentuk Tikungan ( Spiral – Spiral )............................... ............

23

2.3.4

Pelebaran Perkerasan Pada Tikungan........................................

24

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

BAB III

2.3.5

Kemiringan Tikungan ( Superelevasi )......................................

26

2.3.6

Diagram Superelevasi ...............................................................

27

2.3.7

Alinyemen Vertikal ..................................................................

29

2.3.7.1 Kelandaian ............................................................................

30

2.3.7.2 Lengkung Vertikal .................................................................

31

2.3.8

Dasar Perencanaan Perkerasan..................................................

35

2.3.9

Perencanaan Pondasi ................................................................

36

2.4 Konstruksi Perencanaan Jalan ..............................................................

37

2.4.1

Perencanaan Perkerasan Lentur ................................................

37

2.4.2

Umur Rencana..........................................................................

40

2.4.3

Indeks Permukaan ....................................................................

40

2.4.4

Angka Ekivalen ( E ) Beban Sumbu Kendaraan ........................

41

2.4.5

Daya Dukung Tanah Dasar ( DDT ) dan California
Bearing Ratio ( CBR ) ..............................................................

49

2.5 Perencanaan Drainase ..........................................................................

52

2.5.1

Saluran Samping...................................... .................................

52

2.5.2

Kemiringan Melintang Perkerasan dan Bahu Jalan ...................

62

2.5.3

Menentukan Debit Aliran .........................................................

64

METODE PERENCANAAN
3.1 Dasar – Dasar Perencanaan ..................................................................

70

3.2 Analisa Data .......................................................................................

70

3.3 Perencanaan Alinyemen Horisontal......................................................

70

3.4 Perencanaan Alinyemen Vertikal .........................................................

71

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

3.5 Perencanaan Tebal Perkerasan .............................................................

71

3.6 Perencanaan Drainase ..........................................................................

72

3.7 Gambar Perencanaan Perkerasan Lentur ..............................................

72

3.8 Alur Metodologi Perencanaan ..............................................................

73

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN
4.1 Analisa Data .........................................................................................

74

4.1.1 Data Topografi ........................................................................

74

4.1.2 Lalu Lintas Harian Rata – rata ( LHR ) .....................................

74

4.1.3 Tanah Dasar .............................................................................

76

4.2 Perhitungan Tebal Perkerasan ..............................................................

81

4.2.1 Angka Ekivalen ( E ) ................................................................

81

4.2.2 Lintas Ekivalen Permulaan ( LEP ) ...........................................

82

4.2.3 Lintas Ekivalen Akhir ( LEA )..................................................

82

4.2.4 Lintas Ekivalen Tengah ( LET ) ...............................................

83

4.2.5 Lintas Ekivalen Rencana ( LER )..............................................

83

4.2.6 Daya Dukung Tanah .................................................................

83

4.2.7 Faktor Regional ........................................................................

83

4.2.8 Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana ( Ipo )................

84

4.2.9 Indeks Permukaan Pada Akhir Umur Rencana ( Ipt ) ................

84

4.2.10 Penentuan Harga ITP ...............................................................

84

4.2.11 Menentukan Tebal Perkerasan .................................................

85

Perhitungan Alinyemen ......................................................................

89

4.3.1 Perhitungan Alinyemen Horisontal ............................................

89

4.3

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

4.4

Perhitungan Jarak Pandang ................................................................ 104
4.4.1 Jarak Pandang Henti ( Jh)........................................................... 104
4.4.2 Jarak Pandang Mendahului ( Jd ) ................................................ 105

4.5

Perhitungan Alinyemen Vertikal ........................................................ 107
4.5.1 Perhitungan Alinyemen Vertikal Cembung pada
Sta. 4 + 900 sampai 5 + 100 ................................................... 107
4.5.2 Perhitungan Alinyemen Vertikal Cekung pada
Sta. 7 + 900 sampai 8 + 300 .................................................... 112
4.5.3 Perhitungan Alinyemen Vertikal Cekung pada
Sta. 9 + 100 sampai 9 + 450 .................................................... 116

4.6

Perhitungan Drainase Jalan Raya ....................................................... 122
4.6.1

Perhitungan

Gorong–

Gorong Sta 3+450, Sta 5+600,

dan Sta 9+350………………………………………………..
128
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan ....................................................................................... 131

5.2

Saran ................................................................................................. 133

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 134
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Gambar 1.1 Peta Lokasi ............................................................................................4
Gambar 2.1

Proses Gerakan Mendahului Pada Jalan 2 Lajur 2 Arah ....................

17

Gambar 2.2

Bentuk Tikungan Busur Lingkaran ...................................................

20

Gambar 2.3

Bentuk Tikungan Spiral – Circle – Spiral .........................................

22

Gambar 2.4

Bentuk Tikungan Spiral – Spiral ................................................

Gambar 2.5

Perubahan Kemiringan Melintang Pada Tikungan ............................

Gambar 2.6

Metode Pencapaian Superelevasi Pada Tikungan full circle........

Gambar 2.7

Metode Pencapaian Superelevas Pada Tikungan Tipe
Spiral – Circle – Spiral...........................................................

Gambar 2.8

27
28

28

Metode Pencapaian Superelevas Pada Tikungan Tipe
Spiral – Spiral ...........................................................................

Gambar 2.9

24

29

Tipikal Lengkung Vertikal Bentuk Parabola……………………… 31

Gambar 2.10 Tipikal Lengkung Vertikal Cembung ........................................

33

Gambar 2.11 Tipikal Lengkung Vertikal Cekung ...........................................

34

Gambar 2.12 Bagian dari Lapisan Perkerasan Jalan ........................................

37

Gambar 2.13 Distribusi Beban Sumbu Untuk Berbagai Jenis Kendaraan .......

42

Gambar 2.14

Daya Dukung Tanah Dasar ..........................................................

50

Gambar 2.15

Selokan Bentuk Trapesium.......................................................

Gambar 2.16

Selokan Bentuk Segi Empat ................................................................

53

Gambar 2.17

Selokan Bentuk Segitiga ....................................................................

53

Gambar 2.18

Selokan Bentuk Setengah Lingkaran ...................................................

54

Gambar 2.19 Selokan Bentuk Lingkaran ........................................................ ……...

55

Gambar 2.20 Tinggi Jagaan Saluran Samping ................................................ ……...

56

Gambar 2.21 Bagian Gorong – gorong ........................................................... ……...

57

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

52

15

Gambar 2.22 Tipe Penampang Gorong – gorong ............................................ ……...

58

Gambar 2.23 Kemiringan Tanah .................................................................... ……...

60

Gambar 2.24 Pematah Arus............................................................................. ……...

62

Gambar 2.25 Kemiringan Melintang Normal Pada Daerah Datar dan Lurus .... ……...

63

Gambar 2.26 Kemiringan Melintang Normal Pada Daerah Tikungan .............. ……...

64

Gambar 2.27 Luas Daerah Pengaliran ............................................................. ……...

67

Gambar 3.1 Alur Metodelogi.......................................................................... ……...

73

Gambar 4.1 Grafik CBR.................................................................................. ……...

78

Gambar 4.2 Susunan Lapisan Perkerasan Pada Umur Rencana 10 Tahun ........ ……...

86

Gambar 4.3 Daya Dukung Tanah Dasar .......................................................... ……...

87

Gambar 4.4 Nomogram Untuk Ipt = 2,5 dan Ipo = ≥4 .................................... ……...

88

Gambar 4.5 Lengkung Full Circle ................................................................... ……...

90

Gambar 4.6 Diagram Superelevasi untuk Full Circle ....................................... ……...

91

Gambar 4.7 Landai Relatif Full Circle ............................................................. ……...

92

Gambar 4.8 Lengkung Spiral - Circle – Spiral ................................................ ……...

95

Gambar 4.9 Diagram Superelevasi untuk Spiral – Circle – Spiral .................... ……...

95

Gambar 4.10 Landai Relatif Spiral – Circle – Spiral ......................................... ……...

96

Gambar 4.11 Lengkung Spiral –Spiral ............................................................. ……... 100
Gambar 4.12 Diagram Superelevasi Untuk Spiral – Spiral ............................... ……... 100
Gambar 4.13 Landai Relatif Spiral – Spiral ...................................................... ……... 101

Gambar

4.14

Alinyemen

Vertikal

Cembung

Pada

Sta

4+900

5+100.....................111

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.



16

Gambar 4.15 Alinyemen Vertikal Cekung Pada Sta 7+900 – 8+300...................... 116
Gambar 4.16 Alinyemen Vertikal Cekung Pada Sta 9+100 – 9+450 ................. ... 120
Gambar 4.17 Saluran Penampang Trapesium ................................................... ....126
Gambar 4.18 Saluran Penampang Trapesium Dengan Ukuran .......................... 127
Gambar 4.19 Saluran Gorong – gorong ............................................................ 128
Gambar 4.20 Dimensi Gorong – gorong Untuk Sta 3+450, Sta 5+600
dan Sta 9+350 ............................................................................. 130

DAFTAR TABEL

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Tabel 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan ..............................................................

7

Tabel 2.2 Dimensi Kendaraan Rencana .....................................................................

8

Tabel 2.3 Kecepatan Rencana ( VR ) ..........................................................................

9

Tabel 2.4 Jarak Pandang Henti Minimum ..................................................................

15

Tabel 2.5 Jarak Pandang Mendahului ........................................................................

18

Tabel 2.6 Jari – Jari Lengkung Minimum ..................................................................

19

Tabel 2.7 Hubungan Antara Jari – jari Lengkung ( R ) Minimum dengan
Kecepatan Rencana....................................................................................

26

Tabel 2.8 Kelandaian Maksimum yang diizinkan ......................................................

30

Tabel 2.9 Panjang Kritis ( m ) ...................................................................................

31

Tabel 2.10 Indeks Permukaan .....................................................................................

41

Tabel 2.11 Angka Ekivalen ( E ) Beban Sumbu Kendaraan .........................................

43

Tabel 2.12 Koefisien Distribusi Kendaraan ( C ) .........................................................

45

Tabel 2.13 Faktor Regional ( FR ) ...............................................................................

46

Tabel 2.14 Indeks Permukaan Pada Akhir Usia Rencana ( Ipt ) ...................................

46

Tabel 2.15 Indes Permukaan Pada Awal Rencana ( Ipo ) ...........................................

46

Tabel 2.16 Koefisien Kekuatan Relatif ( a ) .................................................................

48

Tabel 2.17 Tebal Minimum Lapis Permukaan ............................................................

51

Tabel 2.18 Tebal Minimum Lapisan Pondasi..............................................................

51

Tabel 2.19 Kemiringan Talud ....................................................................................

56

Tabel 2.20 Tabel Tebal Gorong – gorong ....................................................................

59

Tabel 2.21 Kecepatan Aliran air yang diizinan Berdasarkan Jenis Material
Material....................................................................................................

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

61

18

Tabel 2.22 Hubungan Kemiringan Selokan Samping ( i ) dan jenis
Material....................................................................................................

61

Tabel 2.23 Hubungan Kemiringan Selokan Samping ..................................................

62

Tabel 2.24 Kemiringan Melintang Perkerasan dan bahu Jalan .....................................

63

Tabel 2.25 Variasi YT ( SNI– 03 – 3424 – 1994 ) ......................................................

65

Tabel 2.26 Nilai Yn ( SNI – 03 – 3424 – 1994 ) .......................................................

65

Tabel 2.27 Nilai Sn ( SNI – 03 – 3424 – 1994 ) ..........................................................

66

Tabel 2.28 Hubungan Kondisi Permukaan Hambatan Dengan koefisien
Hambatan .................................................................................................

67

Tabel 2.29 Hubungan Kondisi Permukaan Tanah Dengan Koefisien
Pengaliran ( C )..........................................................................................

68

Tabel 4.1 Lalu Lintas Harian Rata – Rata ...................................................................

75

Tabel 4.2 Rekapitulasi Volume Lalu Lintas Harian Berdasarkan Kelompok
Kendaraan Mulai Tahun 2004 – 2008 ........................................................

75

Tabel 4.3 Perhitungan CBR .......................................................................................

76

Tabel 4.4 Data Lalu Lintas Harian Rata - rata tahun 2008 dan 2020..........................

81

Tabel 4.5 Perhitungan Alinyemen Horisontal Tikungan Lingkaran
Sederhana ( F – C ) .................................................................................... 103
Tabel 4.6 Perhitungan Alinyemen Horisontal Tikungan Spiral – Circle –
Spiral ( S – C – S ) ..................................................................................... 103
Tabel 4.7 Perhitungan Alinyemen Horisontal Tikungan Spiral – Spiral
( S – S ) ..................................................................................................... 103
Tabel 4.8 Koefisien Pengereman ............................................................................... 104
Tabel 4.9 Tabel Alinyemen Vertikal.......................................................................... 121

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Tabel 4.10 Curah Hujan Rata – rata Stasiun ................................................................ 122

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

2.1

Tinjauan Umum
Jalan raya adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas antara dua

atau lebih daerah-daerah pemusatan penduduk, sarana transportasi produksi dan
sebagainya. Definisi diatas dapat dijabarkan lebih lanjut secara terperinci, dengan
kata lain, jalan adalah merupakan lintasan yang memiliki suatu persyaratan tertentu
yang dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menghubungkan serta mengalirkan
lalu lintas antara dua tempat atau lebih daerah-daerah pemusatan penduduk,
pembuatan produksi maupun yang kiranya dianggap perlu diadakan sarana jalan.

2.2

Dasar Perencanaan Geometr ik J alan Raya
Dengan fungsi pelayanan dan route jarak yang panjang, pembangunan jalan

Blitar-Srengat dimulai dari kecamatan Srengat dan ruas jalan ini menuju daerah
pemakaman Presiden pertama Republik Indonesia Bapak Ir.Soekarno, jalan dalam
golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani lalu lintas yang cepat
sehingga dalam perencanaan tersebut dipakai spesifikasi standar untuk perencanaan
geometrik jalan.
Berdasarkan data-data yang ada yaitu data lalu lintas dan kondisi topografi
pada daerah Kecamatan Srengat sampai Blitar maka dapat dilakukan perencanaan
geometrik jalan raya yang optimal. Adapun peraturan yang resmi tentang geometrik
jalan raya telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Bina Marga selain mengeluarkan
Peraturan Geometrik Jalan Raya No 13/1970, juga mengeluarkan beberapa
spesifikasi standart tersebut digunakan sebagai dasar dalam perencanaan jalan BlitarSrengat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2.2.1

Klasifikasi Standar Per encanaan Geometrik
Data-data utama yang digunakan untuk mengelompokkan standar

perencanaan jalan luar kota adalah fungsi jalan raya, volume lalu lintas dan kondisi
topografi.
1. Fungsi J alan Raya
a. Jalan arteri atau jalan utama
Jalan raya yang melayani lalu lintas yang tinggi antara kota-kota
yang penting atau antara pusat-pusat produksi dan pusat-pusat ekspor. Jalanjalan dalam golongan ini harus direncanakan untuk dapat melayani lalu lintas
yang cepat berat.
b. Jalan sekunder atau kolektor
Jalan raya yang melayani lalu lintas yang cukup tinggi antar kotakota penting dan kota-kota yang lebih kecil, serta melayani daerah-daerah
disekitarnya.
c. Jalan lokal atau penghubung
Jalan untuk keperluan aktifitas daerah yang juga dipakai jalan
penghubung antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau yang berlainan.
Jalan dibagi dalam kelas-kelas yang penetapannya kecuali didasarkan pada
fungsinya juga dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas
yang diharapkan akan menggunakan jalan yang bersangkutan.

2. Kelas J alan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam Muatan Sumbu Terberat (MST) dalam
satuan ton. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan
klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam tabel 2.1
Tabel 2.1 Klaifikasi Menur ut Kelas J alan
Fungsi
Kelas

Muatan Sumbu Terber at
(ton)

Arteri

Kolektor

I

>10

II

10

III A

8

III A

8

III B
Sumber : Perencanaan Teknik Jalan Raya, oleh Shirley L.H (hal 64)

2.2.2

Parameter Perencanaan Geometr ik J alan

1. Kendaraan r encana
Kendaraan rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya
dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik jalan. Untuk perencanaan
geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana akan mempengaruhi lebar jalur
yang dibutuhkan. Sifat membelok kendaraan akan mempengaruhi perencanaan
tikungan, dan lebar median dimana mobil diperkenankan untuk memutar (U turn).

Kendaraan rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

a. Kendaraan kecil atau ringan
Kendaraan bermotor berat dua dengan empat roda dan dengan jarak
as 2,0-3,0 m (meliputi: mobil penumpang, oplet, mikrobus, pickup dan truk
kecil).
b. Kendaraan sedang
Kendaraan bermotor dengan dua gandar, dengan jarak as 3,5-5,0 m
(termasuk: bus kecil, truk dua as dengan enam roda).
c. Kendaraan besar atau berat
Kendaraan besar atau berat dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Bus besar (LB)
Bus dengan dua atau tiga gandar dengan jarak as 5,0-6,0m
2. Truk besar (LT)
Truk tiga gandar jarak gandar (gandar pertama kedua )< 3,5m
Tabel 2.2 Dimensi Kendar an Rencana

Kategor i

Dimensi Kendaraan
(cm)

Tonjolan
(cm)

Radius Putar
(cm)

Kendar aan Tinggi Lebar Panjang Depan Belakang Minimum Maksimum
Rencana

Radius
Tonjolan
(cm)

Kendaraan
Kecil

130

210

550

90

150

420

730

780

Kendaraan
Sedang

410

260

1210

210

240

740

1280

1410

Kendaraan
Besar

410

260

2100

120

90

290

1400

Sumber : Perencanaan Teknik Jalan Raya, oleh Shirley L.H (hal 65)

2. Kecepatan r encana (VR)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1370

24

Kecepatan rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan
perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak
pandang dan lain-lain. Kecepatan yang dipilih tersebut adalah kecepatan tertinggi
menerus dimana kendaraan dapat berjalan dengan aman dan keamanan itu
sepenuhnya tergantung dari bentuk jalan.

Tabel 2.3 Kecepatan Rencana (VR)
FUNGSI J ALAN
Arteri
Kolektor
Lokal

KECEPATAN RENCANA VR ( km /jam)
DATAR
BUKIT
GUNUNG
70-120
60-80
40-70
60-90
50-60
30-50
40-70
30-50
20-30

Sumber : Perencanaan Teknik Jalan Raya, oleh Shirley L.H. (hal 68)

3. Volume Lalu Lintas Rencana
Volume lalu lintas adalah jumlah lalu lintas (kendaraan) pada suatu titik
pengamatan persatuan waktu. Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan
sehubungan dengan penentuan jumlah dan lebar jalur adalah:
1. Lalu lintas harian rata-rata
2. Volume jam perencanaan
3. Kapasitas
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satuan
hari. Dari cara memperoleh data tersebut dekenal 2 jenis lalu lintas harian rata-rata,
yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas harian rata-rata
(LHR).

a. Lalu lintas hariaan r ata-rata tahunan(LHRT)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu
jalur jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.

LHRT =

Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
.
365

.........................................2.1

b. Lalu lintas harian rata-r ata (LHR)
LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama
pengamatan dengan lamanya pengamatan.
Jumlah lalu lintas selama pengamatan
LHR =

Lamanya pengamatan

.............................................2.2

LHRT dan LHR adalah volume lalu lintas dalam satu hari, merupakan
volume harian, sehingga nilai LHR dan LHRT itu tak dapat memberikan gambaran
tentang fluktuasi arus lalu lintas lebih pendek dari 24 jam. LHR dan LHRT itu tak
dapat meberikan gambaran perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai jam
dalam hari, yang nilainya dapat bervariasi antara 0-100 % LHR. Oleh karena itu
LHR dan LHRT
c. Volume jam perencanaan (VJ P)
VJP adalah volume dalam 1 jam yang dipakai untuk perencanaan,
dihitung dengan rumus :
VJP = K . LHR atau LHR =

VJP
K

…..……………………………………..2.3

K = Faktor VJP yang dipengaruhi oleh pemilihan jam sibuk beberapa, jalan antar
kota atau jalan didalam kota. Nilai K dapat bervariasi antara 10 – 15 % untuk
jalan antar kota, sedangkan untuk jalan dalam kota fakor K ini akan lebih kecil.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

4. Tingkat pelayanan
Kapasitas adalah jumlah kendaraan maksimum yang dapat melewati suatu
penampang jalan pada jalur jalan selama 1 jam dengan kondisi serta arus lalu lintas
tertentu.
Lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan dengan
baik walaupun VJP/LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena tingkat
kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum
ditentukan. Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan dari jalan
diharapkan lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan oleh pengemudi akan
lebih baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai, tetapi hal
tersebut tentu saja menuntut daerah jalan yang lebih lebar pula.
Highway capacity manual membagi tingkat pelayanan jalan atas 6 keadaan
yaitu:
a. Tingkat pelayanan A, dengan ciri-ciri:
1. Arus lalu lintas bebas tanpa hambatan
2. Volume dan kepadatan lalu lintas rendah
3. Kecepatan kendaraan merupakan pilihan pengemudi

b. Tingkat pelayanan B, dengan ciri-ciri:
1. Arus lalu lintas stabil

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

2. Kecepatan mulai dipengaruhi oleh keadaan lalu lintas, tetapi tetap dapat
dipilih sesuai dengan kehendak pengemudi
c. Tingkat pelayanan C, dengan ciri-ciri:
1. Arus lalu lintas masih stabil
2. Kecepatan perjalanan dan kebebasan bergerak sudah dipengaruhi oleh
besarnya volume lalu lintas sehingga pengemudi tidak dapat lagi memilih
kecepatan yang diinginkannya.
d. Tingkat pelayanan D, dengan ciri-ciri:
1. Arus lalu lintas sudah mulai tidak stabil
2. Perubahan volume lalu lintas sangat mempengaruhi besarnya kecepatan
perjalanan.
e. Tingkat pelayanan E, dengan ciri-ciri:
1. Arus lalu lintas sudah tidak stabil
2. Volume kira-kira sama dengan kapasitas
3. Sering terjadi kemacetan
f. Tingkat pelayanan F, dengan ciri-ciri:
1. Arus lalu lintas tertahan pada kecepatan rendah
2. Sering kali terjadi kemacetan
3. Arus lalu lintas rendah

5.

J arak pandangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

Jarak pandangan adalah panjang jalan di depan kendaraan yang masih dapat
dilihat dengan jelas diukur dari titik kedudukan pengemudi.

Kegunaan jarak pandangan :
1.

Menghindarkan

terjadinya

tabrakan

yang

dapat

membahayakan

kendaraan dan manusia akibat adanya benda yang berukuran cukup
besar, kendaraan yang sedang berhenti, pejalan kaki, atau hewan-hewan
pada lajur jalannya
2.

.Memberi kemungkinan untuk mendahului kendaraan lain yang bergerak
dengan

kecepatan

lebih

rendah

dengan

mempergunakan

lajur

disebelahnya.
3.

Menambah efisiensi jalan tersebut, sehingga volume pelayanan dapat
dicapai semaksimal mungkin.

4.

Sebagai pedoman bagi pengatur lalu lintas dalam menempatkan ramburambu lalu lintas yang diperlukan pada setiap segmen jalan.

Dilihat dari kegunaannya jarak pandang dapat dibedakan atas:
a. Jarak pandangan henti
Adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk dapat menghentikan
kendaraannya. Guna memberikan keamanan pada pengemudi kendaraan,
maka pada setiap panjang jalan haruslah dipenuhi paling sedikit jarak
pandangan sepanjang jarak pandangan henti minimum. Jarak pandangan henti
minimum adalah jarak yang ditempuh pengemudi untuk menghentikan
kendaraan yang bergerak setelah melihat adanya rintangan pada lajur
jalannya. Sedangkan waktu yang dibutuhkan pengemudi dari saat dia

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

29

menyadari adanya rintangan sampai dia mengambil keputusan disebut waktu
PIEV. Dan besarnya waktu ini dipengaruhi oleh kondisi jalan, mental
pengemudi, kebiasaan, keadaan cuaca, penerangan, dan kondisi fisik
pengemudi. Untuk perencanaan AASHTO ’90 mengambil waktu PIEV
sebesar 1,5 detik, sedangkan waktu yang dibutuhkan dari saat dia melihat
rintangan sampai menginjak pedal rem disebut sebagai waktu reaksi adalah
2,5 detik.
d1 = kecepatan x waktu..............................................................................2.4
d1 = V x t....................................................................................................2.5
Jika :
d1 = Jarak dari saat melihat rintangan sampai menginjak pedal rem (m)
V = Kecepatan (km/jam)
t

= Waktu reaksi = 2,5 detik

Maka :
d1 = 0,278 . V .t..............................................................................................2.6
Jarak mengerem (d 2) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan
dari menginjak pedal rem sampai kendaraan itu berhenti. Jarak pengereman
ini dipengaruhi oleh faktor ban, sistem pengereman itu sendiri, kondisi muka
jalan, dan kondisi perkerasan jalan.

G . fm d2 =

G V2

......................................................................................2.7

2g

d2 =
Jika :

V2

.....................................................................................2.8

2g .fm

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

30

fm

= Koefisien gesekan antara ban dan muka jalan dalam arah
memanjang jalan

d2

= Jarak mengerem (m)

V

= Kecepatan kendaraan (km/jam)

g

= 9,81 m/det2

G

= Berat kendaraan (ton)

V2

Jarak mengerem, d2 =

254 fm

..................................................................2.9

Rumus umum dari jarak pandangan henti minimum adalah :

d = 0,278 V . t +

V2

.........................................................................2.10

254 fm
Tabel 2.4 J arak Pandangan Henti Minimum
Kecepatan
Rencana
(Km/jam)

Kecepatan
J alan
(Km/jam)

fm

d per hitungan
untuk Vr
(m)

d perhitungan
Untuk Vj
(m)

d desain
(m)

30
40
50
60
70
80
100
120

27
36
45
54
63
72
90
108

0,400
0,375
0,350
0,330
0,313
0,300
0,285
0,280

29,71
44,60
62,87
84,65
110,28
139,59
207,64
285,87

25,94
38,63
54,05
72,32
93,71
118,07
174,44
239,06

25-30
40-45
55-65
75-85
95-110
120-140
175-210
240-285

Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, oleh Silvia Sukirman. (Hal 54)

- Kecepatan jalan Vj = 90% kecepatan rencana (=Vr)
- fm berdasarkan gambar 2.1
- d dihitung dengan rumus(4) dengan t = 2,5 detik
b. Jarak pandangan mendahului

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

31

Adalah jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat mendahului
kendaraan lain yang berada pada bagian jalannya dengan menggunakan lajur
untuk arah berlawanan.
Jarak pandangan mendahului standar pada jalan dua lajur 2 arah
dihitung berdasarkan beberapa asumsi terhadap sifat arus lalu lintas yaitu:
1.

Kendaraan yang akan didahului harus mempunyai kecepatan yang
tetap

2.

Sebelum

melakukan

gerakan

mendahului,

kendaraan

harus

mengurangi kecepatannya dan mengikuti kendaraan yang akan
didahului dengan kecepatan yang sama.
3.

Apabila kendaraan sudah berada pada lajur untuk mendahului, maka
pengemudi harus mempunyai waktu untuk menentukan apakah
gerakan mendahului dapat diteruskan atau tidak.

4.

Pada saat kendaraan yang mendahului telah berada kembali pada lajur
jalannya, maka harus tersedia cukup jarak dengan kendaraan yang
bergerak dari arah yang berlawanan.

5.

Tinggi mata pengemudi diukur dari permukaan perkerasan menurut
AASHTO’90 = 1.06 m (3,5 ft) dan tinggi objek yaitu kendaraan yang
akan didahului adalah 1.25 m (4,25 ft), sedangkan Bina Marga (urban)
mengambil tinggi mata pengemudi sama dengan tinggi objek yaitu
1.00 m.

6.

Kendaraan yang bergerak dari arah yang belawanan mempunyai
kecepatan yang sama dengan kendaraan yang mendahului.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

32

Jarak pandangan mendahului standar untuk jalan dua lajur dua arah
terdiri dari 2 tahap yaitu :
TAHAP PERTAMA

d1

⅓ d2

⅔ d2

TAHAP KEDUA

d1

d2

d3

d4

Gambar 2.1 Proses Gerakan Mendahului pada Jalan 2 Lajur 2 Arah
Rumus jarak pandang mendahului minimum untuk jalan dua arah dan dua jalur
didapat persamaan sebagai berikut :
d = d 1 + d 2 + d3 + d4…………………………………………………………2.11
Dimana :
d = Jarak pandangan mendahului
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang
hendak mendahului

dan membawa kendaraannya yang hendak

membelok ke lajur kanan.
d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang mendahului selama berada pada
lajur sebelah kanan
d3 = Jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang mendahului dengan
kendaraan yang berlawanaan arah setelah gerakan mendahului
dilakukan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

33

d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah selama 2/3
dari waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang mendahului berada
pada lajur sebelah kanan atau sama dengan 2/3 d2

Tabel 2.5 J arak Pandangan Mendahului
V
Rencana
(Km/jam)

30
40
50
60
70
80
100
120

Jarak
pandangan
mendahului
standar
perhitungan
(m)
146
207
274
353
437
527
720
937

Jarak
pandangan
mendahului
standar
desain
(m)
150
200
275
350
450
550
750
950

Jarak
pandangan
mendahului
minimum
(perhitungan)
(m)
109
151
196
250
307
368
496
638

Jarak
pandangan
mendahului
minimum
desain
(m)
100
150
200
250
300
400
500
550

Sumber : Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan Raya, oleh Silvia Sukirman. (Hal 62)

2.3

Alinyemen Horisontal
Alinyemen horisontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horisontal.

Alinyemen horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari :
-

Garis lurus (tangen), merupakan bagian lurus jalan

-

Lengkung horisontal yang disebut tikungan
Tikungan ini merupakan bagian yang sangat kritis dari alinyemen horisontal,
karena pada tikungan terdapat gaya sentrifugal yang mengakibatkan
kendaraan terlemper keluar dari tikungan. Atas dasar tersebut maka dalam
perancangan tikungan agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan
perlu mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut : jari – jari minimum,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

34

panjang jari – jari minimum, superelevasi, perlebaran pada tikungan,
lengkung peralihan, bentuk – bentuk lengkung.

2.3.1

Bentuk Tikungan Busur Lingkar an ( Cir cle )
Lengkung busur lingkaran digunakan pada tikungan yang mempunyai jari –

jari besar dimana superelevasi yang digunakan di Indonesia untuk tikungan bentuk
circle adalah :
Tabel 2.6 J ar i-jari Lengkung Minimum
Kecepatan Rencana
Jari-jari lengkung
(Km/jam)
minimum (m)
80
210
60
115
50
80
40
30
20

50
30
15

Sumber : Spesifiksi Standar Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota (rancangan Akhir) Bina
Marga, 1990.

Pada tikungan yang mempunyai jari – jari lebih kecil dari nilai yang ada
diatas, maka bentuk tikungan yang dipakai adalah spiral – circle – spiral.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

35

PI



TC
Ec

Lc

TC

Rc

1/2∆ 1/2∆

CT

Rc

O

Gambar 2.2 Bentuk Tikungan Busur Lingkaran

Keterangan :
Tc = Panjang tangen jarak dari TC ke PI atau PI ke CT
O = Titik pusat lingkaran
PI = Nomor stasiun
Rc = Jari-jari lengkung (m)
Lc = Panjang busur lingkaran
∆ = Sudut tikungan
Ec = Jarak PI ke lengkung peralihan (m)
Rumus yang digunakan:
Tc = Rc . Tg .1/2 ∆ ………………………………………………………………2.13
Ec = T . Tg . 1/4 ∆ ………………………………………………………………2.14
Lc =

∆ 2 .π . Rc
…………………………………………………………………..2.15
360 0

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

36

2.3.2

Lengkung Per alihan
Lengkung peralihan ialah lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk

mengadakan peralihan dari bagian jalan yang lurus ke bagian jalan yang mempunyai
jari-jari lengkung dengan miring tikungan tertentu atau sebaliknya.
Keuntungan dari penggunaan lengkung peralihan pada alinyemen
horizontal.
1. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan untuknya,
tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan.
2. Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal kekemiringan
besar superelevasi secara berangsur-angsur sesuai dengan gaya sentrifugal yang
timbul.
3. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang diperlukan
dari jalan lurus ke kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tikungan yang
tajam.
4. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi, karena sedikit
kemungkinan pengemudi keluar dari jalur.
5. Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari kesan patahnya
jalan pada batasan bagian lurus dan lengkung busur lingkaran.
Dengan adanya lengkung peralihan (LS), maka tikungan menggunakan jenis
spiral – circle – spiral .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

37

P
Δ

Ts

Es
Ys

Xs
K

Ls

CS

SC

X
Rco

Δ

TS

ST

Gambar 2.3 Bentuk Tikungan Spiral-Circle-Spiral
Dimana :
Xs =

Absis titik Sc pada garis tangen, jarak dari titik Ts ke titik Sc.

Ys =

Ordinat titik Sc pada garis tegak lurus garis tangen,
jarak tegak lurus ke Sc lengkung.

Ls =

Panjang busur lingkar.

Ts =

Titik dari tangen ke spiral.

Sc =

Titik dari spiral ke lingkaran.

sθ =

Sudut lengkung spiral

Rc =

Jari-jari lingkaran

P =

Pergeseran tangen terhadap spiral.

K =

Absis dan P pada garis tangen spiral.

Persamaan yang dipakai pada lengkung spiral –circle-spiral.

Xs = Ls (1 −
Ys =

LS

3

40.RC

2

) ....................................................................................2.16

Ls 2
…………………………………………………………………. 2.17
6 Rc

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

38

90 Ls
…………………………………………………......................... 2.18
µ Rc

θs =

θ = ∆ − 2 θs ……………………………………………………………….. 2.19
Lc =

θe
360

2 µ R ............................................................................................ 2.20

Ts = ( Rc + P )Tg 1 ∆ + k ………………………………………………... 2.21
2
Es =

(Rc + P ) − R ……………………………………….......................... 2.22

cos 1 2 ∆

K = Ls −

Ls 3
− Rc sin θs ……………………………………………... 2.23
40 Rc 2

Ls 2
P=
Rc (1 − cosθs ) …………………………………………………... 2.24
6 Rc
L total = Lc + 2 Ls ...................................................................................... 2.25
Jika diperoleh Lc < 25 m maka sebaiknya tidak digunakan bentuk spiralcircle-spiral tetapi digunakan lengkung spiral-spiral yaitu lengkung yang terdiri dari
dua lengkung peralihan

2.3.3

Bentuk tikungan Spiral-Spiral
Bentuk tikungan jenis ini dipergunakan pada tikungan yang tajam. Rumus-

rumus yang digunakan seperti pada perhitungan tikungan Spiral-Circle-Spiral tetapi
dengan cara menghilangkan panjang circlenya.
∆C = 0

sehingga

∆C = 2 θ S

L

dimana

L’S =

dan

X C = L 'S −

Y

= 2 L’S

C

=

LS

Lc = 0...........................2.26

∆C
LS + LS ……………………….2.27
2 . θS

2

6 . Rc

dan

3

LS
……………………...2.28
2
40 . RC

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

39

p = YC – RC ( 1 – cos ½ ∆ )............................................................................2.29
k = XC – RC sin ½ ∆......................................................................................2.30
Selanjutnya harga TS dan ES dihitung :
TS = ( R + p ) tg ½ ∆ + k.......

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERKERASAN JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN ANALISIS PERKERASAN JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN RUAS JALAN MAGELANG KM 10-12.

0 4 16

ANALISA PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN DENGAN METODE ASPHALT INSTITUTE.

0 5 27

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH DENGAN MENGGUNAKAN STABILISASI KAPUR UNTUK PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DI RUAS JALAN GRESIK-LAMONGAN (Sta. 27+ 250 – Sta. 32 + 550).

0 0 116

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR – SRENGAT STA 3+450 SAMPAI STA 10+350 DENGAN METODE AASHTO.

1 13 125

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR – SRENGAT STA 3+450 SAMPAI STA 10+350 DENGAN METODE AASHTO TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) Program Studi Teknik Sipil

0 0 21

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENAN-BANDUNG-BESUKI PADA STA 171+550 – 182+350 DI KABUPATEN TULUNGAGUNG TUGAS AKHIR - PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE KONSTRUKSI BERTAHAP PADA RUAS JALAN DURENA

0 0 19

PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN BLITAR - SRENGAT (STA 3+450 - STA 10+520) DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN TUGAS AKHIR Untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana (Strata-1) Program Studi Teknik Sipil

0 0 14

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN AGROPOLITAN CENTER – REMAYU KECAMATAN MUARA BELITI STA 0+000 - STA 8+500

0 0 18

PENINGKATAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN PENINGGALAN-BATAS JAMBI PROVINSI SUMATERA SELATAN STA 4+450 - STA 10+319

0 0 18

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN SP. RAMBUTAN – TULUNG SELAPAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PROVINSI SUMATERA SELATAN (STA 9+450–STA 14+580,4) - POLSRI REPOSITORY

0 0 18