KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SEJENIS DI SURABAYA).

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJ A PUTRI
DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA J ENIS DI SURABAYA

(STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA
DENGAN REMAJ A PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI
RESIKO HUBUNGAN SEJ ENIS DI SURABAYA)

SKRIPSI

Oleh :
ERWIN SARI WINDYATWATI
NPM : 0943010038

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA
TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
SURABAYA
2013

i

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayahNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul
“KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI
DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA.”
Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak hanya berupaya sendiri, tetapi penulis
juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala hormat dan
kerendahan hati disampaikan terimakasih kepada :
1. Allah SWT, karena karunia kesehatan baik secara fisik dan mental yang
diberikanNya.
2. Bapak dan Ibu saya yang memberikan dorongan tiada henti, mengobrak-obrak saat
saya malas mengerjakan skripsi ini, hingga semangat baik saya muncul kembali dan
bantuan secara moriil maupun materiil. Love fams :*
3. Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto selaku rector Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Surabaya.
4. Dra. Hj. Suparwati, Msi selaku dekan Fakultas Ilmu social dan Ilmu Politik UPN

“Veteran” Surabaya.

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Bapak Juwito, S.sos, Msi selaku Ketua program Studi Ilmu Komunikasi dan selaku
pembimbing yang memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran, motivasi dan
memberikan segala kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Juwito, S.sos, msi selaku dosen wali yang bersedia direpoti untuk masalah
penyusun selama kuliah di Jurusan Ikom tercinta ini.
7. Terimakasih buat mas tyo, masku yang telah memberi dukungan tiada henti serta
doa yang tulus.
8. Terimakasih juga untuk Muhammad Imam Muavix yang selalu menemani,
mendukung saya saat menyusun dan mengerjakan skripsi ini. Love dear :*
9. Untuk sahabatku mawar hitam uky (item), novi (bulek), dista (unyil), witha
(withil), caterine (kity) yang selalu setia mendukung segala urusan demi
menyelesaikan skripsi ini. Love mawar hitam :*
10. Terakhir, untuk temen-temenku kos semolo findri (bokir), lia (kety), yeni

(boncel), lidya (cece), tia (miss j), septy (kak tii), putri (bude), etha (congok), adekku
(dyah) terimakasih sudah membantu penyusun untuk begadang malam-malam
mengerjakan skripsi ini. Love jam gendeng :* hahaaa
11. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu oleh penulis.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan dan banyak sekali kekurangan dalam penyusunan. Maka, peneliti

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kebaikan penyusunan
skripsi. Akhir kata semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca,
khususnya teman-teman jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2009.

Surabaya, 27 September 2013

Penulis


vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

HALAMAN J UDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJ UAN ................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................. xii
BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1


Latar Belakang ........................................................ 1

1.2

Perumusan masalah ................................................. 11

1.3

Tujuan penelitian ..................................................... 12

1.4

Manfaat penelitian ................................................... 12

KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Penelitian Terdahulu ................................................ 13


2.2

landasan Teori .......................................................... 17

2.2.1 Komunikasi Interpersonal ....................................... 17

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interpersonal .......................... 17
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal ............................ 20
2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal .......................... 22
2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Ibu dan Remaja Putri
.................................................................................. 23
2.2.1.5 Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Remaja
Putri ......................................................................... 25
2.3

Keluarga .................................................................. 26


2.3.1 Pengertian Keluarga ................................................ 26
2.3.2 Pengertian Orangtua ............................................... 27
2.3.3 Fungsi Keluarga ...................................................... 28
2.3.4 Fungsi Komunikasi Keluarga .................................. 32
2.4

Remaja ..................................................................... 33

2.4.1 Pengertian Remaja Putri .......................................... 33
2.4.2 Karakteristik Remaja ............................................... 33
2.4.3 Pergaulan Remaja .................................................... 35
2.5

Resiko Hubungan sesama jenis ............................... 36

2.5.1 Lesbian ..................................................................... 38

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.5.2 Pengertian Lesbianisme .......................................... 38
2.5.3 Resiko Hubungan Sesama Jenis ............................. 52
2.6

BAB III

Kerangka Berfikir .................................................... 53

METODE PENELITIAN
3.1

Pendekatan Penelitian ............................................. 56

3.2

Subyek Penelitian .................................................... 56

3.2.1 Orangtua dan Remaja Putri ..................................... 56

3.2.2 Komunikasi Interpersonal (antara ibu dan remaja putri)
.................................................................................. 58

BAB IV

3.3

Informan .................................................................. 61

3.4

Metode Pengumpulan Data ..................................... 64

3.5

Teknik Analisis Data ............................................... 66

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1


Gambaran Umum Objek Penelitian dan Penyajian Data
.................................................................................. 68

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ......................... 68

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.1.2 Penyajian Data ......................................................... 69
4.1.3 Identitas Informan ................................................... 70
4.2

Analisis Data ........................................................... 71

4.2.1 Komunikasi Interpersonal Ibu dengan Remaja Putri dalam
Memahami resiko hubungan sesama jenis .............. 71
4.3

BAB V


Pembahasan ............................................................. 98

KESIMPULAN DAN SARAN
5.1

Kesimpulan .............................................................. 106

5.2

Saran ........................................................................ 107

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 108
LAMPIRAN ............................................................................................... 111

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR LAMPIRAN

1.

Hasil wawancara dengan informan ................................................ 111

2. Interview Guide ............................................................................... 129
3. Foto peneliti dengan informan saat proses wawancara ................... 131

xi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Erwin Sari Windyatwati, 0943010038, Komunikasi Interper sonal Ibu dengan
Remaja Putri dalam Memahami Resiko Hubungan Sejenis di Surabaya.
Fenomena yang merisaukan banyak pihak pada sekarang ini adalah gaya
hidup para remaja yang menjurus pada perilaku menyimpang. Khususnya remaja
putri saat ini telah banyak mengalami perubahan dalam hal pergaulan serta gaya
hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara
ibu dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di
Surabaya.
Teori komunikasi antar pribadi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori pertukaran sosial oleh John Thibaut dan Harorld kelly, berdasarkan
teori ini kita memasuki dalam hubungan komunikasi secara terbuka. Metode yang
digunakan adalah metode deskriptif dan menggunakan analisis kualitatif, yang
menggabungkan metode survey atau observasi dan in depth interview.
Ibu harus dapat menjelaskan resiko hubungan sesama jenis terutama saat
anak menginjak usia remaja dan Ibu harus uptodate perkembangan jaman.
Sehingga ibu tau akan perubahan anaknya. Ibu dan remaja putri harus
berkomunikasi dengan baik agar pesan yang disampaikan ibu diterima dengan
baik oleh anak.
Kata kunci : Komunikasi Interpersonal, Komunikasi Interpersonal ibu dengan
remaja putri, memahami resiko hubungan sesama jenis, resiko pelaku lesbian.
ABSTRACT
The phenomenon was worried about numerous parties at present is the
lifestyle surrounding the teens behaviour deviates. Especially young women today
have a lot of experience in terms of change in socialization and lifestyles. This
research aims to know the interpersonal communication between mother with
young women in same-sex relations risk understanding in Surabaya.
Interpersonal communication theory used in this social research exchange
theory by john thibaut and harorld kelly, based on this theory, we enter in a
communication relationship openly. The method used a descriptive method and
using the qualitative survey method combines, or observation and in depth
interview.
The mother should be able to explain same-sex relations risk especially
when children and teenager mothers should follow the develpment of the world.
So the mother will know his changes. Mother and teen daughter must
communicate well received by the mother of the child.
Keywords : Interpersonal Communication, Interpersonal Communication mother
with young women, understand the risk of same-sex relationships, lesbian actors
risk.
xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Sejak pertama dilahirkan, manusia sudah melakukan
kegiatan komunikasi. Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia itu
hidup dengan manusia lainnya satu dengan yang lain saling membutuhkan.
Untuk tetap melangsungkan kehidupannya, manusia perlu berhubungan
dengan manusia lainnya. Hubungan antar manusia akan tercipta melalui
komunikasi, baik komunikasi verbal (bahasa) maupun non verbal (simbol,
gambar atau media komunikasi yang lain).
Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris Communication berasal
dari kata latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksutnya adalah sama makna mengenai suatu hal
(Effendy, 2002:3). Judy C. Person dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa
komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama untuk kelangsungan
hidup diri sendiri yang meliputi : keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran
pribadi, menampilkan diri kita sendiri pada orang lain dan mencapai ambisi
pribadi. Kedua untuk melangsungkan hidup masyarakat, tepatnya untuk
memperbaiki hubungan social dan mengembangkan keberadaan suatu
masyarakat (Dedy Mulyana, 2002:45).

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Komunikasi interpersonal dalam keluarga terjalin antara orangtua dan
anak merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan perkembangan
individu. Komunikasi yang diharapkan adalah komunikasi yang efektif dapat
menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang
makin baik dan tindakan. Demikian juga dalam lingkungan keluarga
diharapkan terbina komunikasi yang efektif antara orangtua dan anaknya,
sehingga akan terjadi hubungan yang penuh kasih sayang dan harmonis.
Hubungan demikian masih sangat diperlukan karena seorang anak masih
banyak menghabiskan waktu dalam lingkungan keluarga.
Terdapat dua faktor yang membentuk kepribadian anak, yaitu faktor
internal dan eksternal. Internal berasal dari lingkungan keluarga sendiri,
sedangkan faktor eksternal berasal dari lingkungan luar rumah, yaitu
masyarakat. Koherensi diantara keduanya tidak dapat dipisahkan sama sekali
dari

lingkungan

keluarganya

dan

terbebas

sekali

dari pengaruh

lingkungannya (Hurlock, 1996:22). Kedua faktor tersebut merupakan tugas
orangtua untuk melakukan pembinaan keluarganya dan menyikapi secara
hati-hati masukan-masukan dari lingkungan masyarakat agar seorang anak
yang masih memerlukan pembinaan dengan baik dari orangtua tersebut dapat
disignifikan bertingkah laku sesuai dengan garis-garis keluarga dengan kata
lain faktor internal didalam keluarga harus lebih dominan dari pada faktor
eksternal yang berasal dari lingkungan masyarakat. Keluarga atau orangtua
merupakan lingkungan sosial pertama bagi manusia, dimana sebelum mereka
mempunyai kemampuan berinteraksi dengan orang lain terlebih dahulu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

Keberadaan orangtua mempunyai arti penting dalam perkembangan sosial
remaja. Keterikatan dengan orangtua pada masa remaja dapat membantu
kompetensi sosial dan kesejahteraan sosialnya. Seperti tercermin dalam ciriciri

harga

diri,

penyesuaian

emosional

dan

kesehatan

fisik

(Desmita,2005:218).
Orangtua biasanya mempunyai berbagai cara dan strategi untuk
berkomunikasi dan mendidik ketika anaknya masuk kedunia remaja agar
menjadi sesuai dengan apa yang diinginkan, karena keluarga merupakan salah
satu tempat pendidikan formal terpenting untuk pendidikan anak, maka
komunikasi interpersonal akan mempengaruhi proses pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam segi apapun. Bagi seorang anak, keluarga
merupakan

tempat

pertama

dan

utama

bagi

pertumbuhan

dan

perkembangannya, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk
berkomunikasi,

mendidik,

mengasuh

dan

mensosialisasikan

anak,

mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan
fungsinya dimasyarakat dengan baik. Terlebih lagi ketika anak sedang
tumbuh dan menjadi seorang remaja putri, pasti membutuhkan perhatian yang
lebih dari sang orangtua sebab pergaulan dijaman sekarang sudah berbeda
dengan dahulu. Oleh karena itu sebagai orangtua harus lebih waspada dalam
mengawasi pergaulan anaknya, sebab jika orangtua lengah dalam mengawasi
pergaulan anaknya kemungkinan besar sang anak dapat jatuh dalam pergaulan
yang salah. Karena telah banyak pergaulan yang salah dapat menjerumuskan
sang anak hingga menjadi seorang pecandu narkoba, penyuka sesama jenis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

(Lesbian), sex bebas yang mengakibatkan hamil diluar nikah bahkan menjadi
trafficcing. Karena banyak ditemui permasalahan remaja putri yang
bermacam-macam bentuknya dan kurangnya perhatian dan didikan dari
orangtua yang membuat remaja putri bebas melakukan apa yang dia mau
tanpa merasa takut dan memikirkan resiko apa yang diperbuatnya. Dan hal
inilah yang menjadi ketakutan orangtua jika lengah mengawasi dan
memperhatikan anaknya yang sedang tumbuh menjadi seorang remaja putri.
Remaja dalam mengambil keputusan juga membutuhkan dukungan
dalam memutuskan sesuatu hal baik itu dari orangtua, keluarga terdekat dan
teman-temannya. Anak yang mulai tumbuh dalam fase remaja merupakan
segmen perkembangan individu anak yang sangat penting, dimana pada masa
ini remaja memiliki sifat tergantung (dependence) terhadap orangtua kearah
kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri dan
perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral (Yusuf, 2001:184).
Pada masa remaja adalah suatu usia yang serba labil dan untuk kematangan
berfikir serta mempertimbangkan sesuatu masih campur aduk antara
(perasaan) dan rasio (logika), sifatnya coba-coba atau eksperimen sering
muncul remaja selalu ingin tahu terhadap hal-hal tanpa melihat apakah iya
bersifat negatif atau positif dan mulai mencoba hal-hal yang baru. Pergaulan
yang didapat mempengaruhi remaja tersebut karena sifat keingin tahunya dan
rasa coba-coba yang besar membuat ia ingin mencoba segala hal tanpa
melihat resiko yang dapat terjadi padanya. Pergaulan remaja pada jaman

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

sekarang sangat tidak kondusif karena kecanggihan teknologi dan perubahan
jaman membuat anak pada usia remaja ini mudah terpengaruh.
Saat ini banyak remaja yang terjerumus dalam pergaulan bebas. Banyak
remaja yang menyalah artikan pergaulan bebas, mereka melakukan banyak
hal yang sebenarnya bertentangan dengan aturan dan norma yang berlaku di
masyarakat. Norma ini dibuat untuk mengatur kehidupan masyarakat supaya
dapat hidup teratur. Saat ini masih banyak sekali masyarakat yang sering
melanggar aturan-aturan tersebut. Dalam masyarakat kita dikenal adanya
norma agama, norma susila, dan norma hukum.
Kota surabaya adalah ibukota Provinsi Jawa Timur di Indonesia.
Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dengan
penduduk metropolisnya yang mencapai 3 juta jiwa, Surabaya merupakan
pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia
Timur. Di kota metropolis contohnya Surabaya banyak kaum remaja yang
melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dapat berupa berbohong,
pergi keluar rumah tanpa pamit, menyalahgunakan narkotika, begadang,
membolos sekolah, berkelahi dengan teman (tawuran), minum-minuman
keras, melihat video porno, kumpul kebo, hubungan sex diluar nikah, aborsi
dan melakukan hubungan sesama jenis. (Sumady Suryabrata, 1998:89)
Beberapa contoh kasus di Surabaya yang pernah saya lihat tentang
remaja putri yang melakukan hubungan sesama jenis atau bisa dibilang
Lesbian yang sekarang ini sedang merajalela di lingkungan masyarakat,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

menyukai sesama wanita dan banyak terjadi pada remaja khususnya
mahasiswi. Tetapi juga ada remaja yang masih sekolah melakukan hubungan
sesama jenis tersebut, seperti halnya berhubungan berlainan jenis. Remaja
Indonesia saat ini sedang mengalami perubahan sosial yang cepat dari
masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah
norma-norma, nilai-nilai gaya hidup mereka. Remaja yang dahulu terjaga
secara kuat oleh sistem keluarga, adat budaya serta nilai-nilai tradisional yang
ada, telah mengalami pengikisan yang disebabkan oleh urbanisasi dan
indistrialisasi yang cepat. Hal ini diikuti pula oleh adanya revolusi media yang
terbuka bagi keragaman gaya hidup.
Pada fase pertumbuhan remaja sering mengalami frustasi dan
penderitaan, konflik dan perasaan teralinealisasi (yang sangat mendalam)
dalam kehidupan sosial budaya orang dewasa (Yusuf, 2010:184), sehingga
mengakibatkan keadaan yang ekstrim dalam hubungannya dengan orang tua
dan pada akhirnya timbul konflik dalam keluarga. Salah satunya adalah
bahwa remaja memiliki sifat ideal dan orang tua bersifat pragmatis
(Yusuf,2010:187). Kondisi ini cenderung remaja mengutarakan masalah
secara terbuka kepada temannya (Gunarsa, 2007:7).
Faktor ekonomi keluarga menyebabkan orangtua sibuk mencari nafkah
demi memenuhi tuntutan kebutuhan dalam rumah tangga, sehingga perhatian
orangtua terhadap anak berkurang (Yusuf, 2010:45). Sikap orangtua yang
cenderung dominan dan hak orangtua atas diri anak adalah mutlak. Hal ini
dibenarkan oleh masyarakat, sehingga jika ada orang tua yang bertindak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

melebihi batas atas diri anaknya, orang lain tidak dapat berbuat apa-apa. Bila
terdapat perbedaan standart moral dirumah dan standart kelompok teman,
anak-anak sering menerima standart teman dan menolak standart keluarga.
Berdasarkan hasil wawancara serta observasi yang penulis lakukan
dengan subyek yang ditemui secara tidak sengaja, remaja putri ini mengaku
telah melakukan hubungan sesama jenis atau bisa disebut sebagai LESBIAN
karena kurangnya perhatian dari orangtuanya yang sering bertengkar sehingga
anak tidak betah berada dalam rumah dan gangguan psikolog karena trauma
akan sikap ayahnya yang melakukan perselingkuhan terhadap wanita lain
selain ibunya sehingga remaja putri ini memutuskan untuk enggan menjalin
hubungan terhadap lawan jenisnya karena ketakuatan akan perselingkuhan
terhadap hubungan. Remaja putri ini juga menyatakan bahwa hal itu berawal
dari pergaulan dilingkungannya, dan teman-temannya yang menjalin
hubungan sesama jenis. Mereka juga mengaku bahwa hubungannya yang
sesama jenis itu sama seperti halnya hubungan terhadap lawan jenis. Misalnya
bergandengan, berpelukan, berciuman bermesra-mesraan didepan umum.
Mereka menganggap hal tersebut sudah biasa dilakukan karena menurutnya
banyak remaja putri lainnya yang melakukannya seperti remaja-remaja
lainnya yang melakukan hubungan sesama jenisnya (Lesbian).
Ternyata hai ini tidak hanya dilakukan remaja ini sendiri, remaja putri
ini menyatakan bahwa beberapa teman-temannya juga melakukan hal ini,
termasuk teman sekumpulannya rata-rata menyukai sesama jenisnya, dan
menganggap itu sebagai hal yang dilakukan remaja sekarang ini sebagai trend

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

masa sekarang atau bisa disebut sebagai jamannya sekarang menjalin
hubungan sesama jenis. Ketika penulis bertanya tentang kualitas komunikasi
remaja tersebut dengan orangtua, remaja tersebut

mengaku bahwa

orangtuanya sering sibuk dengan urusannya dan ada yang ayahnya menjalin
hubungan dengan wanita lain atau selingkuh. Lanjutnya, mengatakan bahwa
komunikasinya dengan orangtuanya hanya sebatas hal-hal yang perlu saja,
seperti yang berhubungan dengan akademik atau hal-hal yang biasa
dibicarakan sehari-hari pada umumnya.remaja putri tersebut menjelaskan
bahwa

orangtuanya

tidak

pernah

memperhatikannya

dan

sering

mengabaikannya.
Ketika remaja sudah mengenal dunia luar, orangtua terutama ibu harus
lebih aktif dalam mengawasi anak, memberikan pengarahan agar tidak terjun
ke pergaulan yang salah, dan orangtua juga harus memberi contoh yang baik
untuk anaknya terutama san ayah. Maka dari itu dibutuhkan kedekatan antara
orangtua terutama ibu dan remaja putrinya untuk berkomunikasi secara
interpersonal.
Pada masa sekarang masalah perhatian orangtua dalam membina anakanak sering dianggap sebagai pemicu terjadinya masalah-masalah sosial dan
psikolog pada diri anak. Karena orangtua dinilai kurang mampu memberi
perhatian khusus kepada anak. Interaksi dan komunikasi dalam keluarga
(antara orangtua dengan anak) kurang tercipta hubungan yang dinamis.
Dengan kehadiran seorang anak dalam keluarga, komunikasi dalam keluarga
menjadi lebih penting dan intensitasnya harus semakin meningkat, dalam

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

artian sebuah keluarga perlu adanya komunikasi yang efektif sehingga dapat
menimbulkan efisiensi dalam menciptakan keluarga harmonis. Cukup banyak
persoalan yang timbul di masyarakat karena tidak adanya komunikasi yang
baik dalam keluarga, sehingga orangtua dinilai kurang mampu dalam
memberi perhatian khusus kepada anak yang mengakibatkan anak mencari
kepuasan diluar rumah.
Remaja putri kini telah banyak mengalami perubahan dalam hal
pergaulan serta gaya hidup. Dengan berkembangnya jaman serta modernnisasi
yang sangat pesat menuntun banyak kalangan remaja putri untuk
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Terlihat dari cara remaja putri
berbusana, bergaul bebas, dan luas dengan teman sebaya, hingga perubahan
gaya hidup yang lekat dengan kehidupan malam dan pergaulan bebas.
Mungkin bagi kalangan remaja putri sendiri hal tersebut sudah lazim sebagai
cara bergaul remaja sekarang, namun hal inilah yang kini menimbulkan
keprihatinan masyarakat termasuk para orangtua terlihat pergaulan remaja
putri yang kini semakin bebas.
Ini terlihat jelas ketika sepasang remaja putri terlihat bersama-sama
dengan teman sesama jenisnya di jalan, cafe, mall, maupun tempat hiburan.
Sepasang remaja putri ini sering kali terlihat tidak canggung saat bermesraan
dengan bergandengan tangan serta saling memeluk, bahkan ada yang saling
berciuman bibir walaupun saat itu berada di dalam keramaian/tempat umum.
Hal ini mencerminkan bahwa adanya pergeseran budaya serta norma asusila
yang terjadi di dalam pergaulan remaja putri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Sudah saatnya bagi orangtua untuk kembali menjalankan tugas dan
peran mendampingi putra-putrinya dari mulai lahir sampai menuju
kedewasaan. Menurut kodratnya peran mendasar orangtua adalah sebagai
pendidik nilai-nilai yang pertama dan utama sebagai teman dalam perjalanan
hidupnya, sebagai komunikator yang baik bagi putra-putrinya dan sebagai
panutan. Pendidikan seksual sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan
dengan sistim nilai yang merupakan tanggung jawab orangtua. Ibu dapat
melakukan pendekatan secara individual sebab remaja putri memiliki pribadi
dan tingkat emosial yang berbeda-beda. Selain itu seorang ibu dapat
melakukan pengamatan aktivitas pergaulan naluriah dalam diri anak sedini
mungkin. Kalau perlu mengoreksi kebiasaan-kebiasaan yang mungkin dapat
menyesatkan. Pembinaan dalam kemurnian dan informasi tentang pergaulan
sehari-harinya harus diberikan dalam konteks pendidikan cinta dalam arti
luas, yaitu cinta kepada ALLAH dan cinta terhadap sesamanya. Mengajarkan
anak untuk bersikap kritis agar tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya.
Dalam penelitian ini, penulis memilih kota Surabaya untuk cakupan
penelitian karena Surabaya salah satu kota berkembang dilihat dari padatnya
penduduk dan berbagai permasalahan sosial yang terjadi. Banyaknya remaja
pendatang dari beberapa daerah di Jawa ataupun Luar Jawa yang bersekolah
di Surabaya dan banyak yang tinggal di Kost tanpa pengawasan dari orangtua
secara berkala.
Disinilah peran orangtua sangat penting bagi anaknya, dimana orangtua
harus bisa menjalin komunikasi yang efisien dengan anaknya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Orangtua harus bisa mengarahkan anaknya kedalam hal yang positif dan
membuat anaknya merasa nyaman dengan keadaan sekitar. Selain itu,
perhatian dan pengawasan dari orangtua bisa dipahami anaknya. Apabila
orangtua membiarkan anaknya bergaul dalam pergaulan yang salah, maka
anak tersebut akan terjerumus pada pergaulan yang salah dengan menyukai
teman sejenisnya (Lesbian) karena sang anak merasa bahwa orangtuanya
sibuk dengan urusan masing-masing sehingga tidak memperhatikannya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui “ komunikasi interpersonal antara orangtua
dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di
Surabaya.” Dijelaskan bahwa media komunikasi orangtua khususnya ibu
sebagai orangtua terdekat yang dianggap oleh remaja putri dalam
perkembangan pergaulan remaja putri sekarang ini. Sang ibulah yang
dianggap lebih nyaman dibandingkan dengan ayah saat bercerita, berkeluh
kesah dan dinilai lebih mengerti perasaan remaja putri karena sama-sama
sebagai perempuan.
1.1

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana komunikasi interpersonal
antara orangtua dengan remaja putri dalam memahami resiko hubungan
sesama jenis di Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.2

Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui komunikasi interpersonal antara orangtua dengan remaja
putri dalam memahami resiko hubungan sesama jenis di Surabaya.

1.3

Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis
Sebagai bahan tambahan pemikiran untuk ilmu komunikasi terutama tentang
komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi.
b. Memberikan gambaran bagi pembaca, khususnya masyarakat umum tentang
pentingnya komunikasi interpersonal antara orangtua dengan anak remaja
putrinya dalam upaya mengoptimalkan pergaulan sehari-harinya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA
2.1

Penelitian Terdahulu
Peneliti menggunakan dasar dari 2 (dua) jurnal yaitu yang pertama

berjudul “Komunikasi Interper sonal Guru dan Orangtua dalam Mencegah
Kenakalan Remaja pada Siswa” (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA
Kolombo Sleman). Pada jurnal Ilmu Komunikasi (volume 7, nomor 2, MeiAgustus 2009) ini berdasarkan penelitian yang dilakukan sang peneliti mengenai
peran komunikasi interpersonal guru dan orangtua dalam mencegah kenakalan
ramaja pada siswa, maka diperoleh hasil penelitian melalui proses wawancara,
observasi dan studi kepustakaan. Dengan demikian, dari hasil penelitian tersebut
dapat disimpulkan :
1. Komunikasi Interpersonal yang optimal antara guru dan orangtua dengan
anak sangat berperan dalam membentuk perilaku anak. Melalui penelitian
diketahui bahwa peran komunikasi interpersonal guru dan orangtua siswa
kelas XI SMA Kolombo sleman dipadang masih belum cukup optimal
dalam upaya mencegah kenakalan remaja. Hal ini terlihat dari wawancara
dan pengamatan peneliti yang menemukan bahwa komunikasi dua arah
yang dilakukan baik oleh guru maupun orangtua dengan siswa tidak
berjalan secara optimal. Bahkan terkadang proses komunikasi tersebut
tidak mendapat umpan balik yang sempurna dari komunikan.

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Kurangnya empati dari guru menyebabkan siswa lebih merasa nyaman dan
terbiasa bertukar pikiran mengenai apapun dengan teman atau saudara mereka.
Kurangnya empati guru menyebabkan siswa yang ketahuan melakukan kesalahan
merasa terpojok dan tertekan. Hal ini dikarenakan guru terlalu cepat memvonis
kesalahan dan memberi hukuman tanpa mempedulikan kondisi fisik maupun
psikis siswa. Kurangnya sikap positif untuk berani mengungkapkan pendapat
ketika mengalami perbedaan pendapat dengan guru menyebabkan siswa kurang
memiliki sikap hormat, berfikir positif serta menghargai dirinya sendiri
oranglain. Pada aspek keamanan, guru

lebih

dan

banyak berperan ketika

berkomunikasi dengan anak. Mayoritas responden guru juga hanya dapat
memposisikan diri sebagai guru dan orangtua ketika berkomunikasi dengan siswa
baik didalam maupun diluar kegiatan belajar mengajar. Mayoritas responden
orangtua pun tidak dapat menahan emosi mereka ketika mengetahui sang anak
telah melakukan kesalahan. Hal ini membuat mereka terlalu cepat memvonis
kesalahan dan memberikan hukuman pada anak. Pada aspek keamanan, sama
halnya dengan para responden guru, mayoritas responden orangtua lebih banyak
berperan ketika berkomunikasi dengan anak. Peran komunikasi interpersonal
antara guru dan orangtua dengan anak dalam penelitian ini adalah sebagai sarana
untuk mengontrol serta mengarahkan perilaku anak sesuai kehendak guru dan
orangtua. Selain itu, komunikasi interpersonal juga berperan untuk membantu
orangtua dan guru dalam memecahkan permasalahan yang sedang dialami oleh
anak.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2. Kendala yang dialami guru dan orangtua ketika berkomunikasi dengan
anak lebih pada sikap anak yang umumnya kurang koorperatif. Misalnya,
ketika berkomunikasi anak kurang jujur dan terbuka, tidak memperhatikan
dengan baik ketika dinasehati, suka melawan dan membantah, dan
kendala-kendala lainnya. Sikap-sikap anak tersebut kadang semakin
memperburuk keadaan, sebab guru dan orangtua tidak bisa menahan emosi
akan semakin merasa kesal dan semakin menekan atau memojokkan anak.
Hal ini dapat membuat anak menjadi sakit hati dan yang lebih buruk lagi
dapat membuat sikapnya semakin tidak terkontrol. Berdasarkan hasil
penelitian, penulis merasa komunikasi interpersonal yang dilakukan antara
guru dan orangtua dengan siswa perlu lebih ditingkat kualitas serta
kuantitasnya. Pada usia remaja tingkat emosi siswa sangat labil sehingga
tidak hanya mereka saja yang perlu merubah perilakunya, guru dan
orangtua pun harus bisa menerima kritik dan saran positif yang
diungkapkan siswa. Supaya tidak hanya salah satu pihak yang berusaha
mengoreksi diri menjadi lebih baik tetapi kedua belah pihak. Guru dan
orangtua hendaknya mengoptimalkan komunikasi interpersonal yang
efektif ketika berkomunikasi dengan siswa. Khususnya dengan melakukan
komunikasi sesuai dengan aspek-aspek keterbukaan, empati, sikap positif,
dukungan dan kesetaraan.
Kedua berjudul “Komunikasi Interper sonal Orangtua dan Anak dalam
Pendidikan Seksual”. Junal Ilmu komunikasi (Volume 9, Nomor 3, SeptemberDesember 2011). Pendidikan seksual merupakan upaya untuk memberikan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika
serta komitmen agama agar tidak terjadi “penyalahgunaan” organ reproduksi
tersebut Tanggung jawab untuk memberikan pendidikan seksual terhadap
anaknya, merupakan tanggung jawab bersama antar ayah dan ibu. Konteks peran
keluarga dalam memberikan pendidikan seksual pada anak-anaknya, khususnya
pada anak yang memasuki masa remaja. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada keluarga di perkotaan DIY ini pola asuh yang banyak
diterapkan adalah otoriter tapi tidak penuh dan demokratis tapi masih setengah
jalan. Remaja yang berada dalam proses menuju kematangan secara tidak
langsung membawa orangtuanya menuju suatu masa transisi untuk menerimanya
sebagai orang dewasa, hal ini akan menimbulkan banyak konflik. Seks,
merupakan masalah yang masih tabu untuk dibicarakan dengan terbuka, meskipun
remaja maupun orangtua menganggap penting, namun bagaimana menjelaskan
masalah seks dengan tepat dan benar masih menjadi masalah. Orangtua cukup
membatasi untuk membicarakan masalah seks apalagi bagi masyarakat dengan
budaya jawa yang menganggap bahwa bicara seks itu masih dianggap tabu dan
adanya perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

2.2

Landasan teori

2.2.1 Komunikasi Interper sonal
2.2.1.1 Definisi Komunikasi Interper sonal
Ada beberapa definisi komunikasi interpersonal, diantaranya :
a. Menurut

Devito

(1989), komunikasi interpersonal adalah proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang, atau diantaranya
sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan
balik seketika. (Effendy, 2003:60).
b. Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara
seseorang dengan paling kurang seseorang lainnya atau biasanya diantara
dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Komunikasi
interpersonal

adalah

membentuk

hubungan

dengan

orang

lain.

(Muhammad, 2005:159).
c. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi satu lawan satu, dan
beberapa

ahli

komunikasi

menganggap

sama

dengan

hubungan

interpersonal. Komunikasi interpersonal dapat berupa pertemuan face to
face atau dua orang secara online. (Shedletsky & Aitken, 2004:143).
Komunikasi

antar

pribadi

(interpersonal

communication)

adalah

komunikasi antar orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
persertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun
non verbal (Mulyana, 2004:73).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi adalah proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang diantara sekelompok
kecil orang-orang merupakan komunikasi di dalam diri sendiri, di dalam diri
manusia terdapat komponen-komponen komunikasi seperti sumber, pesan,
saluran penerima dan balikan dalam komunikasi interpersonal hanya seorang
yang terlibat. Pesan mulai dan berakhir dalam diri individu masing-masing.
Komunikasi interpersonal mempengaruhi komunikasi dan hubungan dengan
orang lain. Suatu pesan yang dikomunikasikan, bermula dari seorang
(Muhammad, 1995:158).
Setelah melalui proses interpersonal tersebut, maka pesan-pesan
disampaikan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal merupakan proses
pertukaran informasi antara seseorang dengan seseorang lainnya atau biasanya
diantara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Dengan
bertambahnya orang yang terlibat dalam komunikasi menjadi bertambah
komplekslah komunikasi tersebut (Muhammad, 1995:159).
Komunikasi antar pribadi juga di definisikan sebagai komunikasi yang
terjadi diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang terlihat jelas
diantara mereka, misalnya percakapan orangtua dengan anaknya, sepasang
suami istri, guru dengan murid dan lain sebagainya. Dalam definisi ini setiap
komunikasi baru dipandang dan dijelaskan sebagai bahan-bahan yang
terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar pribadi (Devito, 1997:231).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

Pentingnya suatu komunikasi interpersonal ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Dialog adalah bentuk komunikasi
antat pribadi yang menunjukkan terjadinya interaksi. Mereka yang terlibat
dalam komunikasi bentuk ini berfungsi ganda masing-masing menjadi
pembicara dan pendengar secara bergantian. Dalam proses komunikasi
dialogis nampaknya adanya upaya dari perilaku komunikasi untuk terjadinya
pergantian bersama (mutual understanding) dan empati.
Dari proses ini terjadi saling menghormati bukan disebabkan status sosial
melainkan di dasarkan pada anggapan bahwa masing-masing adalah manusia
yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai
manusia.
Komunikasi interpersonal dibandingkan dengan komunikasi lainnya
dinilai paling ampuh dalam kegiatan mengubah sikap, kepercayaan, opini dan
perilaku komunikan. Alasannya karena komunikasi ini berlangsung bertatap
muka, oleh karena dengan komunikasi itu terjadilah kontak pribadi (personal
contact)

yaitu pribadi anda menyentuh pribadi komunikan.

Ketika

menyampaikan pesan, umpan balik berlangsung seketika (immediate
feedback) mengetahui pada saat itu tanggapan komunikan terhadap pesan
yang di lantarkan pada ekspresi wajah dan gaya bicara. Apabila umpan balik
positif, artinya tanggapan itu menyenangkan, tidak akan mempertahankan
gaya komunikasi sebaliknya jika tanggapan komunikan negatif, maka harus
mengubah gaya komunikasi sampai komunikasi berhasil.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Oleh karena keampuhan dalam mengubah sikap, kepercayaan, opini, dan
perilaku komunikan itualah maka bentuk komunikasi interpersonal sering kali
dipergunakan

untuk

melantarkan

komunikasi

persuasif

(persuasive

communication) yakni suatu teknik komunikasi secara psikologis manusiawi
yang sifatnya halus, luwes berupa ajakan, bujukan atau rayuan. Dengan
demikian maka setiap pelaku komunikasi akan melakukan tempat tindakan
yaitu membentuk, menyampaikan, dan menerima mengolah pesan dan
keempat tindakan tersebut lazimnya berlangsung secara beruntun, dimana
membentuk pesan diartikan sebagai menciptakan ide atau gagasan dengan
tujuan tertentu.
2.2.1.2 Tujuan Komunikasi Interpersonal
Ada

beberapa

tujuan

komunikasi

interpersonal,

antara

lain

(Muhammad,2005:165) :
1. Menemukan diri sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal
atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal dengan orang
lain, kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun orang lain.
Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kita untuk
berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita. Adalah
sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai perasaan,
pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan diri kita

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar biasa
perasaan, pikiran dan tingkah laku kita.
2. Menemukan dunia luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadi kita dapat memahami lebih
banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi dengan kita.
Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi interpersonal,
meskipun banyak jumlah komunikasi yang datang pada kita dari media
massa hal ini sering kali di diskusikan dan akhirnya dipelajari atau
didalami melalui interaksi interpersonal.
3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan
memelihara hubungan dengan orang lain. Banyaknya dari waktu kita
pergunakan

dalam

komunikasi

interpersonal

diabadikan

untuk

membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
4. Berubah sikap dan penuh arti
Banyaknya waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh menginginkan
mereka memilih cara tertentu, misalnya berpikir dalam cara tertentu dan
percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak menggunakan
waktu terlihat dalam posisi interpersonal.
5. Untuk bermain dan kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama adalah
mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas kita pada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

waktu akhir pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita dan
cerita lucu pada umumnya hal ini adalah merupakan pembicaraan yang
untuk menghabiskan waktu. Dengan melakukan komunikasi interpersonal
semacam itu dapat memberikan rileks dari semua keseriusan di lingkungan
kita.
6. Untuk membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain
dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentang
mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
2.2.1.3 Ciri-ciri Komunikasi Interper sonal
Ada lima aspek yang merupakan ciri-ciri dari komunikasi interpersonal
(Sunarto, 2003:13) antara lain :
1. Komunikasi Interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan tanpa tujuan
terlebih dahulu. Maksutnya, bahwa biasanya komunikasi interpersonal
terjadi secara kebetulan tanpa terencana sehingga pembicaraan terjadi
secara spontan.
2. Komunikasi Interpersonal mempunyai akibat yang direncanakan maupun
tidak terencana.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

3. Komunikasi Interpersonal biasanya berlangsung berbalasan. Salah satu ciri
khas komunikasi interpersonal adalah adanya timbal balik bergantian
dalam saling memberi maupun menerima informasi antara komunikator
dan komunikan secara bergantian sehingga tercipta suasana dialogis.
4. Komunikasi Interpersonal biasanya dalam kedekatan atau cenderung
menghendaki keakraban. Untuk mengarah kepada suasana kedekatan atau
keakraban tentunya kedua belah pihak yaitu komunikator dan komunikan
harus berani membuka hati, siap menerima keterusterangan pihak lain.
5. Komunikasi Interpersonal dalam pelaksanaannya lebih menonjol dalam
pendekatan psikologis daripada unsur sosiologisnya.
Hal ini karena adanya unsur kedekatan atau keakraban yang terbatas pada
dua atau dengan paling banyak tiga individu saja yang terlibat. Sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi kejiwaan seseorang lebih mudah
terungkap dalam interaksi komunikasi tersebut.
2.2.1.4 Pengertian Komunikasi Interpersonal Orangtua dan Remaja Putri
Menurut Yoder, dkk (Moekjat, 1993:7) kata komunikasi berasal dari kata
communication, istilah ini lebih bersumber dari kata common (berbicara) serta
communicate (mengkomunikasikan) yang artinya bersama-sama membagi ideide. Apabila seseorang berbicara dengan temannya tidak berbicara dan tidak
mendengarkan, maka disini tidak ada pembagian ide dan tidak ada komunikasi.
(Rakhmat, 2005:9) menjelaskan komunikasi adalah interaksi antara dua
orang yang saling mempengaruhi sehingga menimbulkan pengertian, kesenangan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

pengaruh

terhadap

sikap,

hubungan

baik

dan

tindakan.

Jadi

dengan

berkomunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, ide, pengetahuan,
perasaan, sikap, perbuatan dan sebagainya kepada sesamanya. Harnack dan Fest
(Rakhmat, 2005:28) komunikasi adalah proses interaksi di antara orang untuk
tujuan integrasi interpersonal dan interpersonal.
Menurut Reusch dan Bateson (Liliweri, 1994:3) komunikasi interpersonal
merupakan relasi individu dengan individu lain dalam konteks sosialnya dan
merupakan tingkatan yang paling penting dalam komunikasi manusia. Verdeber
(Liliweri, 1994:9) menambahkan dengan mengatakan bahwa komunikasi
interpersonal merupakan suatu proses interaksi dan pembagian makna yang
terkandung dalam gagasan-gagasan maupun perasaan. Dalam (Lunandi, 1997:47)
menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan usaha manusia dalam
hidup dan pergaulan untuk menyampaikan isi hati dan pikirannya untuk
memahami pikiran dan isi hati orang lain.
Komunikasi penting artinya bagi manusia, sebab tanpa komunikasi tidak
akan terjadi saling tukar pengetahuan dan pengalaman, dalam hal ini adalah
komunikasi interpersonal remaja purti dengan orangtua. Kedekatan sosok
orangtua dalam sebuah keluarga mulai sejak dini hingga remaja, bahkan anak
menjadi dewasa, tidak dapat dipungkiri bila orangtualah sebagai salah satu sosok
pengarah yang merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ini dengan rasa
keingintahuan yang tinggi, remaja akan menjadikan orangtua sebagai tempat
curahan hati.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal antara orangtua dan Remaja putri adalah suatu proses penyampaian
pesan, pendapat atau ide oleh seseorang kepada orang lain yang bersifat dua arah
dimana dalam hal ini antara orangtua dengan putrinya, masing-masing
mempunyai hak untuk mengungkapkan pendapat atau idenya dan stimulus yang
disampaikan oleh pengirim sesuai dengan stimulus yang diterima oleh penerima.
2.2.1.5 Aspek-aspek komunikasi interper sonal orangtua dengan remaja putri
Diungkapkan oleh (Rakhmat, 2005:129) aspek-aspek dalam komunikasi
interpersonal yaitu :
a. Percaya merupakan salah satu dasar dalam melakukan komunikasi yang
baik. Adanya sikap percaya maka komunikasi dapat mengungkap pikiran
dan perasaaan dengan tulus dan memperluas peluang komunikan mengerti
maksut pesan yang diberikan komunikator.
b. Suportif, adalah seseorang yang menerima

Dokumen yang terkait

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA KEPADA ANAK DALAM MEMAHAMI DAMPAK BERMAIN GAME ONLINE Pengalaman Komunikasi Interpersonal Orangtua Dan Anak Usia 8-10 Tahun Dalam Memahami Dampak Bermain Game Online Terhadap Prestasi Di Sekolah (Studi Deskriptif Kualita

0 4 14

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Komunikasi Interpersonal Teman Sebaya Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 7 Surakarta.

0 0 18

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TEMAN SEBAYA PADA REMAJA PUTRI DI SMA Hubungan Antara Citra Tubuh Dengan Komunikasi Interpersonal Teman Sebaya Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 7 Surakarta.

0 3 18

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA).

0 3 87

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJA DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dan Remaja Dalam Memahami Resiko Seks Pra Nikah Di Surabaya).

2 10 142

POLA KOMUNIKASI ORANG TUA DAN REMAJA DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Orang Tua Dan Remaja Dalam Memahami Resiko Seks Pra Nikah Di Surabaya) SKRIPSI

0 0 20

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SESAMA JENIS DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA DENGAN REMAJA PUTRI PELAKU LESBI DALAM MEMAHAMI RESIKO HUBUNGAN SEJENIS DI SURABAYA)

0 0 22

KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA (STUDI DESKRIPTIF KOMUNIKASI INTERPERSONAL IBU DENGAN REMAJA PUTRI DALAM MEMAHAMI RESIKO SEKS PRA NIKAH DI SURABAYA)

0 0 18

Gambaran komunikasi interpersonal remaja dengan orangtua tunggalnya. - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 19

Gambaran komunikasi interpersonal remaja dengan orangtua tunggalnya. - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 10