PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) (STUDI KASUS DI PT.X).

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
SEPATU
DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
(STUDI KASUS DI PT.X)

SKRIPSI

Oleh :

PRIO SUSANTO
0732015024

J URUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ………………………………………………………….
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………….
DAFTAR TABEL …………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………….

Bab I Pendahuluan
1.1

Latar Belakang ............................................................................ 1

1.2

Perumusan Masalah..................................................................... 2

1.3

Batasan masalah .......................................................................... 2


1.4

Asumsi-asumsi ............................................................................ 2

1.5

Tujuan penelitian ......................................................................... 3

1.6

Manfaat Penelitian....................................................................... 3

1.7

Sistematika Penulisan .................................................................. 3

Bab II Tinjauan Pustaka
2.1


Gambaran Umum Sepatu............................................................. 5

2.2

Penentuan Harga Pokok Produk .................................................. 5
2.2.1

2.3

Sistem Biaya Tradisional ................................................. 5

Klasifikasi Biaya ......................................................................... 7
2.3.1

Biaya Pabrikasi (manufacturing cost)………………………..7

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.2

2.4

2.5

Selain Biaya Pabrikasi (non manufacturing cost)………....9

Sistem Pembebanan Biaya Tradisional ........................................ 12
2.4.1

Metode Penentuan Harga Pokok Produk……………….…12

2.4.2

Kalkulasi Biaya ............................................................... 14

2.4.3

Pengalokasian Biaya Overhead…. ................................... 16

2.4.4


Metode pembebanan biaya overhead pabrik. .................... 20

2.4.5

Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tradisional .............. 21

Konsep Dasar Sistem Biaya Berdasarkan Aaktivitas (Activity Based
Costing)…………………………………………………………………...24
2.5.1

Definisi Akuntansi Aktivitas………………………………24

2.5.2

Definisi Activity Based Costing Sistem……………..……..29

2.5.3

Asumsi – Asumsi dalam Activity Based Costing………….33


2.6 Tahapan – Tahapan Dalam Implementsi Sistem Biaya Berdasarkan
Aktivitas (Activity Based Costing)…………………………………..34
2.6.1

Tahap Pertama………………………………………….....34

2.6.2

Tahap Kedua………………………………………………39

2.6.3

Pemacu Biaya……………………………………………..40

2.6.4

Prosedur pembebanan Biaya Overhead pada Sistem
Tradisional dan Sistem ABC……………………………..42


2.6.5

Keunggulan ABC Dibandingkan Dengan Sistem
Tradisional………………………………………………,.45

2.7 Penelitian Terdahulu……………….……………………...……,…..48

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Bab III Metode Penelitian
3.1

Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 53

3.2

Identifikasi Variabel Penelitian.................................................... 53

3.3


Metode Pengumpulan Data .......................................................... 55

3.4

Metode Analisis Data .................................................................. 55
3.4.1

Penentuan Biaya Overhead Berdasarkan Sistem
Tradisional……….. ......................................................... 55

3.5

3.4.2

Perhitungan Biaya Overhead Berdasarkan Aktivitas......... 56

3.4.3

Menghitung Harga Pokok Produksi.................................. 56


Langkah-langkah Pemecahan Masalah ........................................ 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.

4.2.

Pengumpulan Data …………………………………………….….65
4.1.1.

Laporan Biaya Produksi ………………….……….....…..65

4.1.2.

Data Biaya Bahan Baku Langsung………….……….…...66

4.1.3.

Data Biaya Tenaga Kerja Langsung………….…….…….68


4.1.4.

Data Jam Tenaga Kerja………….………….…….………69

4.1.5.

Data Jam Mesin……………………..…………….………69

4.1.6.

Data Transportasi …………………………………..…….70

Pengolaan Data ………………………………………….….……..70
4.2.1.

Menetapkan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan
Metode Konvensional………………………………….…70

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.2.2.

Menetapkan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan
Activity Based Costing (HPP ABC)………………….…..75

4.2.3.

Perbandingan Simpangan Harga Pokok Produksi …..…..87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.

Kesimpulan ……………………………………….………...…..…91

5.2.

Saran ………………………………………..………...…………...92

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan berkat
rahmat-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan skripsi ini dengan
baik, walaupun terdapat beberapa beberapa kendala dan sedikit keterlambatan
waktu.
Penyusunan laporan ini berdasarkan pengamatan selama Penelitian tugas
akhir dengan kata-kata, informasi yang penyusun peroleh dari pembimbing
lapangan dan dari para staf operasional dilapangan dan Dosen Pembimbing
skripsi, juga dari literature yang ada.
Atas terselesainya pelaksanaan skripsi ini dan terselesainya penyusunan
laporan skripsi ini, maka penyusun menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM , selaku Ketua Jurusan Teknik Indutri UPN
“Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Pailan, Mpd, selaku Sekertaris Jurusan Teknik Indutri UPN “Veteran”
Jawa Timur.
4. Bapak Ir. Rus Indiyanto, MT selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing saya dalam menyelesaikan Laporan Skripsi ini.
5. Ibu Ir. Didi Samanhudi, MMT

selaku Dosen Pembimbing II yang telah

membimbing saya dalam menyelesaikan Laporan Skripsi ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Semua Staf dan Karyawan PT. X. yang telah banyak membantu selama penyusun
melaksanakan Skripsi.
7. Seluruh keluargaku tersayang yang selalu senantiasa memberikan bimbingan dan
arahan kepada penulis.
8. Teman-temanku yang berada di UPN “Veteran” Jawa Timur maupun di luar
kampus UPN, terima kasih atas semangat, doa dan bantuannya dalam
menyelesaikan laporan kerja praktek ini.
9. Pihak-pihak lain yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung terlibat
dalam pembuatan atau penyelesaian laporan ini yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
Penyusun menyadari bahwa penulisan Laporan Skripsi ini masih jauh dari
sempurna, baik isi maupun penyajian. Oleh karena itu, saran dan kritik yang
membangun akan penyusun terima dengan senang hati.
Akhir kata semoga Laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa
memberikan rahmat dan berkat kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan kepada penyusun, Amin.

Surabaya, Mei 2012

Penyusun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAK
Dampak dari perdagangan bebas begitu terasa dalam bidang perindustrian, hal inilah
yang mendorong beberapa perusahaan saling berlomba untuk berusaha memenangkan pasar atau
paling tidak mempertahankan posisinya agar dapat terus aktif dalam menjalankan usahanya
keunggulan kompetitif yang mencakup kualitas, waktu, biaya dan inovasi harus dimiliki oleh
setiap perusahaan yang ingin bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar. faktor biaya
merupakan tolak ukur keberhasilan dalam hal persaingan antara industri besar maupun kecil hal
ini dapat dijelaskan bahwa biasanya konsumen cenderung membandingkan produk serupa
lainnya berdasarkan harga produk dan di lain pihak perusahaan tidak akan kesulitan untuk
berproduksi sesuai dengan kualitas dan waktu yang diinginkan.
PT. X merupakan perusahaan yang memproduksi produk sepatu, bentuk proses produksi
di dalam PT. X dijalankan secara kontinyu dimana dalam menentukan harga pokok produknya
masih menggunakan sistem konvensional, yaitu membebankan biaya pada pemakaian bahan
baku dan pemakaian tenaga kerja langsung pada produk, ditambah biaya overhead, kemudian
dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan penentuan harga pokok dengan menggunakan
sistem konvensional memberikan hasil yang kurang akurat, oleh karena itu sangat mungkin
untuk dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Activity Based Costing (ABC).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa penetapan harga pokok produksi dengan menggunakan metode Activity Based Costing
pada kenyataannya lebih akurat dan jelas dari pada biaya konvensional (tradisional). Kesalahan
dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi akan memberikan dampak negatif bagi
perusahaan. Untuk produk yang overcosting akan menyebabkan produk kalah bersaing dalam
masalah harga di pasaran dengan produk yang sejenis dari perusahaan lain, sehingga permintaan
semakin kecil dan susah untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Pada produk yang
undercosting akan menyebabkan perusahaan merugi karena harga pokok produksinya lebih
rendah dari harga pokok produksi yang sebenarnya. Hal ini akan mengurangi laba yang akan
diperoleh oleh produk tersebut.

Kata kunci : Tenaga kerja langsung, Bahan baku langsung, Overhead, Activity Based Costing
(ABC)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dampak dari perdagangan bebas begitu terasa dalam bidang perindustrian,

hal inilah yang mendorong beberapa perusahaan saling berlomba untuk berusaha
memenangkan pasar atau paling tidak mempertahankan posisinya agar dapat terus
aktif dalam menjalankan usahanya keunggulan kompetitif yang mencakup
kualitas, waktu, biaya dan inovasi harus dimiliki oleh setiap perusahaan yang
ingin bersaing dalam memperebutkan pangsa pasar. faktor biaya merupakan tolak
ukur keberhasilan dalam hal persaingan antara industri besar maupun kecil hal ini
dapat dijelaskan bahwa biasanya konsumen cenderung membandingkan produk
serupa lainnya berdasarkan harga produk dan di lain pihak perusahaan tidak akan
kesulitan untuk berproduksi sesuai dengan kualitas dan waktu yang diinginkan.
PT. X merupakan perusahaan yang memproduksi produk sepatu, bentuk
proses produksi di dalam PT. X dijalankan secara kontinyu dimana dalam
menentukan harga pokok produknya masih menggunakan sistem konvensional,
yaitu membebankan biaya pada pemakaian bahan baku dan pemakaian tenaga
kerja langsung pada produk, ditambah biaya overhead, kemudian dibagi dengan
jumlah produk yang dihasilkan penentuan harga pokok dengan menggunakan
sistem konvensional memberikan hasil yang kurang akurat, oleh karena itu sangat
mungkin untuk dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Activity
Based Costing (ABC).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

1

dengan menggunakan metode ini diharapkan didapat harga pokok produk
yang lebih akurat dan kompetitif.

1.2

Per umusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dibuat suatu perumusan masalah

sebagai berikut :
“Bagaimana menentukan harga pokok produksi sepatu yang optimal sehingga
tidak terjadi penyimpangan harga pokok produksi ?”

1.3

Batasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih terarah diperlukan batasan

masalah, antara lain :
1. Data dan laporan keuangan yang digunakan adalah periode bulan Januari
sampai dengan Juni 2011.
2. Penelitian ini dilakukan pada produksi sepatu jenis pantofel pria, pantofel
wanita, casual pria dan casual wanita.

1.4

Asumsi-Asumsi
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Kualitas bahan baku sesuai yang diharapkan.
2. Kalkulasi biaya produksi total telah diidentifikasikan sesuai dengan kebijakan
manajemen perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

3. Kebijakan pemerintah terutama dalam hal perekonomian tidak mengalami
perubahan dan keadaan ekonomi berjalan stabil.

1.5

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan harga pokok produksi

sepatu yang optimal.

1.6

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penentuan Harga Pokok Produk ini adalah :

1. Bagi Mahasiswa
Agar dapat menerapkan teori yang diperoleh selama kuliah dengan kenyataan
yang berhubungan dengan pengendalian produksi di perusahaan.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan untuk perusahaan di dalam mengatur tenaga kerja
untuk melaksanakan proses produksi.
3. Bagi Universitas
Sebagai bahan referensi untuk penelitian dimasa yang akan datang.

1.7

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini sesuai dengan yang ditetapkan oleh pihak
fakultas secara berurutan sehingga membantu agar penulisan skripsi lebih
terarah pada masalah yang dibahas sehingga tidak menyimpang dari ketentuan
dan tujuan yang ditetapkan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
tujuan dan maksud penelitian, asumsi yang digunakan, manfaat
penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan dalam berkenaan
dengan topik yang dibahas dan akan dipakai sebagai dasar dalam
menganalisa dan menyelesaikan masalah.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisi lokasi dan waktu penelitian, langkah-langkah
penelitian, langkah-langkah analisa penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi data hasil penelitian serta pengolahan perhitungan data
dan analisis terhadap hasil yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini mengemukakan kesimpulan dari hasil penelitian dan
memberikan saran-saran yang berguna untuk PT X sehubungan
dengan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Sepatu
Dalam manajemen produksi, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
merupakan salah satu faktor penting dalam menghasilkan produk yang berkualitas
dan tepat waktu. PT X merupakan suatu perusahaan yang memproduksi sepatu
pada PT X, jumlah bahan baku yang dibutuhkan tidak akan mengalami
kekurangan maupun kelebihan. Produk yang dihasilkan berupa sepatu pantofel
pria, sepatu pantofel wanita, sepatu casual pria dan sepatu casual wanita.

2.2 Penentuan Harga Pokok Pr oduk
Selama ini pada umumnya perusahaan menentukan harga pokok produknya
dengan menggunakan metode tradisional yaitu membebankan biaya pada
pemakaian bahan baku dan tenaga kerja langsung pada produk ditambah biaya
overhead, kemudian dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan. sedangkan
untuk menghitung harga pokok produk dapat dilakukan dengan beberapa cara
yaitu menggunakan sistem biaya konvensional dan Activity Based Costing (ABC).

2.2.1 Sistem Biaya Tradisional
Untuk memahami dan menyelesaikan perhitungan harga pokok produk dengan
menggunakan sistem biaya Tradisional diperlukan beberapa pemahaman tentang
pokok pokok dasar dan aspek - aspek ekonomi yang meliputi

5
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

A)

Penger tian Akutansi Biaya.
Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan perangkat akuntansi untuk

kegiatan perencanaan dan pengendalian. Akuntansi biaya merupakan suatu sistem
dalam organisasi yang berfungsi dalam pencatatan, penyajian, dan analisis data
biaya yang membantu kegiatan manajemen dalam proses penyelesaian tugas
sebagai berikut (Matz Usry, 1992 : 10-11)
1 Menyusun dan melaksanakan rencana dan anggaran operasi perusahaan.
2 Menetapkan metode kalkulasi biaya dan prosedur pengendalian biaya.
3 Menentukan nilai persediaan dalam rangka kalkulasi biaya dan penetapan
harga.
4 Menghitung biaya dan laba perusahaan pada periode akuntansi tertentu.
5 Memilih alternatif terbaik yang bisa menaikkan pendapatan atau menurunkan
biaya.
Sedangkan menurut Mulyadi (Mulyadi, 1992 : 6-7) Akuntansi biaya adalah
proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan
dan penjualan produk atau jasa, dengan cara – cara beserta penafsiran
terhadapnya. Proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, penyajian, serta
penafsiran informasi biaya adalah tergantung untuk siapa proses itu ditujukan.
Proses akuntansi biaya yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar
perusahaan harus memperhatikan karakteristik keuangan. Sedang yang ditujukan
utnuk memenuhi kebutuhan dalam perusahaan, harus memperhatikan karakteristik
akuntansi manajemen. Akutansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok, yaitu
sebagai pengendali biaya, penentuan harga pokok dan pengambilan keputusan

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

khusus. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk akuntasi biaya
mencatat menggolongkan dan meringkas biaya – biaya pembuatan produk.
Akuntansi Biaya menganalisa perusahaan untuk membantu manajemen dalam
pengawasan biaya.

2.3 Klasifikasi Biaya
Manajemen dalam mengelola perusahaan memerlukan data biaya yang akurat.
Biaya yang akurat memungkinkan dapat ditentukannya harga pokok produk
secara teliti dan tepat. Untuk menentukan harga pokok secara teliti maka biaya
perlu diklasifikasikan. Berdasarkan dalam hubungannya dengan fungsi-fungsi
yang ada dalam perusahaan biaya terdiri atas biaya pabrikasi (manufacturing cost)
dan selain biaya pabrikasi (non manufacturing cost).

2.3.1

Biaya Pabrikasi (manufacturing cost)
Biaya pabrikasi merupakan biaya yang berhubungan dengan fungsi

produksi dari fasilitas produksi atau pabrik. Biaya pabrikasi terdiri dari biaya
pabrikasi langsung (direct manufacturing cost) dan biaya pabrikasi tidak langsung
(indirect manufacturing cost).

A) Biaya pabr ikasi Langsung (direct manufacture cost)
Biaya pabrikasi langsung adalah biaya pabrikasi yang dapat secara
langsung ditelusuri pada setiap produk yang diproduksi. Pada perusahaan dengan
produk tunggal, seluruh biaya pabrikasi ditelusuri pada produk. Sedangkan pada

7
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

perusahaan dengan banyak produk, terdapat dua tipe biaya pabrikasi langsung
yaitu biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang diperlukan
dalam proses transformasi bahan baku menjadi produk akhir.
a.

Biaya bahan langsung (direct material cost)
Biaya bahan langsung adalah biaya yang berkaitan dengan keseluruhan
bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi. Dasar pertimbangan
dalam pengelompokkan bahan baku ke dalam biaya bahan langsung adalah
kemudahan penelusurannya dalam proses pengubahan bahan baku hingga
menghasilkan produk akhir.

b.

Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost)
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari tenaga kerja yang dikerahkan
secara langsung untuk mengubah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya ini
dapat diidentifikasikan secara langsung dengan jumlah produk yang
dihasilkan.

B) Biaya Pabr ikasi Tidak Langsung (indirect manufacturing cost)
Biaya pabrikasi tidak langsung adalah biaya pabrikasi yang tidak dapat
ditelusuri secara langsung pada produk. Biaya pabriaksi tidak langsung
dikelompokkan dalam satu kategori yaitu biaya overhead pabrik.
Biaya ovehead pabrik (manufacturing overhead cost) meliputi semua
komponen biaya produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja
langsung, yaitu biaya dari bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan
semua biaya pabrikasi lainnya yang tidak dapat dibebankan secara langsung ke

8
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produk, seperti biaya penyusutan fasilitas pabrik, pengangkutan material, pajak
property, sarana utilitas, keamanan, dll.
a. Biaya bahan tidak langsung (indirect material cost)
Biaya bahan tidak langsung adalah bahan-bahan yang dibutuhkan guna
menyelesaikan suatu produk dengan jumlah yang dikonsumsi relatif kecil
sehingga tidak dapat digolongkan sebagai bahan langsung.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost)
Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang dikerahkan
dan tidak secara langsung mempengaruhi pembuatan produk jadi. Biaya tenag
kerja tidak langsung meliputi gaji penyelia, klerk gudang, dan kegiatan tenaga
kerja lain yang tidak berkaitan secara langsung dengan proses produksi.

2.3.2

Selain Biaya Pabr ikasi (non manufacturing cost)
Terdapat dua kategori biaya non-manufacturing yaitu biaya pemasaran

(marketig cost) dan biaya administrasi (administrasi cost).

A ) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang diperlukan dalam kegiatan
mendistribusikan dan memasarkan produk atau jasa, yang meliputi seluruh biaya
dalam rangka menyelenggarakan kegiatan pemasaran, yaitu :

9
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

a. Biaya untuk memperoleh pesanan (order getting cost)
Biaya memperoleh pesanan meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
untuk mencari atau memperoleh pesanan dari pembeli kepada perusahaan.
Dari segi fungsi biaya ini dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Biaya promosi dan advertise, meliputi gaji bagian promosi dan advertise,
perlengkapan bagian promosi, pembuatan contoh produk, biaya advertasi
pada berbagai media, dll.
2. Biaya penjualan, meliputi gaji staft penjualan, komisi bagian penjualan,
perlengkapan kantor, biaya telpon dll.
b. Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling cost)
Biaya memenuhi pesanan meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka
memenuhi pesanan yang diterima dari pembeli. Dari segi fungsinya biaya ini
dapat digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu :
1. Biaya gudang dan penyimpanan, meliputi: gaji

bagian gudang,

perlengkapan bagian penyimpanan produk jati, perbaikan dan pemeliharan
gudang,

penyusutan

gudang

dan peralatannya,

asuransi

gudang,

penerangan gudang. dll.
2. Biaya pengemasan dan pengiriman, meliputi: gaji bagian pengemasan dan
pengiriman, perlengkapan bagian pengepakan dan pengiriman, biaya
transportasi produk yang dijual, biaya penyusutan kendaraaan, reparasi
dan pemeliharaan peralatan pengemasan dan pengiriman produk, dll.

10
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Biaya pemberian kredit dan pengumpulan piutang, yang meliputi gaji
bagian pemberian kredit dan pengambilan piutang, perlengkapan kantor,
penyusutan dan pemeliharaan peralatan dll.
4. Biaya administrasi penjualan, meliputi gaji bagian administrasi penjualan,
perlengkapan kantor, pemeliharaaan dan penyusutan peralatan, dll.

B) Biaya Administrasi
Biaya administrasi meliputi seluruh biaya yang berhubungan dengan
kegiatan admnistrasi umum dalam organisasi yang tidak dapat dibebankan pada
kegiatan pemasaran dan pabrikasi. Biaya administrasi dan umum adalah semua
biaya yang terjadi dan berhubungan dengan funsi administrasi dan umum.
Meliputi biaya yang berhubungan dengan penentuan kebijaksanaan, perencanaan,
pengarahan, dan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan secara keseluruhan
Termasuk dalam biaya administrasi dan umum adalah biaya bagian
derektur dan staf, bagian umum dan personalia, bagian humas dan hukum, bagian
keuangan, bagian akuntansi, dan sebagainya. Berdasarkan tingkat variabilitasnya,
biaya administrasi dan umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Biaya tetap, yaitu biaya administrasi dan umum dengan jumlahkeseluruhan
tetap, tidak terpengaruh oleh perubahan volume poduksi atau kegiatan sampai
dengan tingkatan aktivitas tertentu. Misalnya biaya gaji, biaya penyusutan
aktiva tetap, dan biaya tetap lainnya.
2. Biaya variabel, yaitu biaya administrasi dan umum yang jumlah totalnya akan
berubah secara sebanding dengan perubahan volume atau kegiatan, semakin

11
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

besar volume kegiatan maka biaya akan meningkat. Misalnya: biaya
perlengkapan kantor, premi dan insentif, dan biaya variabel lainnya.

2.4 Sistem Pembebanan Biaya Tr adisional
Secara konseptual sistem pembebanan biaya tradisional adalah suatu sistem
dimana bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dibebankan pada obyek
biaya actual atau produk, dan overhead

pabrikasi yang ditetapkan dengan

menggunakan tarif yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Semua biaya tersebut
digabung dan kemudian dibagi dengan jumlah unit produk yang dihasilkan untuk
mendapatkan harga pokok produk, dalam penentuan harga pokok produk ini
terdapat dua metode yaitu Full Cost dan Variabel Cost

2.4.1

Metode Penentuan Harga Pokok Pr oduk
Metode penentuan harga pokok produk adalah cara memperhitungkan

unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produk, dalam sistem akuntansi biaya
tradisional terdapat dua metode yang dipergunakan untuk menentukan harga
pokok produk yaitu metode harga pokok penuh (full costing) atau absorption
costing dan metode harga pokok variabel (variabel costing)

a. Metode Har ga Pokok Penuh (Full Cost)
Adalah metode penentuan harga pokok produk dengan memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga produk, yaitu biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (variabel maupun

12
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tetap) : yang dibebankan pada produk dengan berdasarkan tarif yang telah
ditentukan (predetermine rate) serta dialokasi berdasarkan volume produksi.
Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri
dari unsur biaya produksi berikut ini :
Biaya Bahan Baku

xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung

xxx

Biaya overhead pabrik variabel

xxx

Biaya overhead pabrik tetap

xxx

Harga Pokok Produksi

xxx

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead variabel tetap,
ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum)

b.

Metode Harga pokok Var iabel (Variable Costing)
Varibel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam
harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian harga pokok

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur biaya produksi
berikut ini :

Biaya bahan baku

xxx

Biaya tenaga kerja langsung

xxx

Biaya overhead pabrik variabel

xxx

Harga pokok produksi

xxx

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel costing
terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biayaoverhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya
nonproduksi variabel (biaya pemesanan varibel dan biaya administrasi dan umum
variabel) dan dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap).

2.4.2

Kalkulasi Biaya
Prosedur kalkulasi biaya yang digunakan oleh perusahaan dapat

diklasifikasikan menjadi dua :
a. Kalkulasi Biaya Pesanan (Job order costing)
Dalam kalkulasi biaya produksi pesanan, biaya setiap pesanan yang
diproduksi untuk seorang pelanggan tertentu atau biaya setiap tumpukan/lot
yang akan dibebankan pada persediaan, akan dicatat dalam kartu biaya

14
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

produksi pesanan (job order sheet) atau cukup dengan kartu biaya (cost
sheet).kartu biaya ini merupakan catatan tambahan yang dikendalikan oleh
perkiraan barang dalam proses. Walaupun berapa pekerjaan atau pesanan
diproses dalam pabrik secara serentak, namun setaip kartu biaya dirancang
untuk mengumpulkan biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik, yang
dibebankan ke masing-masing pekerjaan. Overhead pabrik yang tercatat
dalam kartu biaya dihitung berdasarkan taksiran, bukan berdasarkan biaya
aktual yang dikeluarkan, jumlah biaya overhead tersebut dinamakan overhead
pabrik yang dibebankan (Applied factory overhead) (Matz Usry, 1992 : 51).

b. Kalkulasi Biaya Pr oses (Process costing)
Metode biaya proses digunakan untuk barang-barang yang diproduksi
melalui cara pengolahan yang berkesinambungan atau melalui proses produksi
massal. Keadaan seperti ini terdapat dalam perusahaan industri yang
menghasilkan komoditi seperti plastik, minyak bumi, tekstil, baja, gula, dll.
Metode biaya proses memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Matz Usry, 1992 : 75)
1. Biaya-biaya dibebankan pada perkiraan barang dalam proses pada tiap
departemen.
2. Suatu

laporan

biaya

produksi

digunakan

untuk

mengumpulkan,

mengikhtisarkan, dan menghitung biaya per unit dan biaya total. Biaya per
unit diperoleh dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan pada sebuah
departemen dengan jumlah produksi departemen tersebut pada suatu
periode tertentu.

15
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Barang dalam proses pada akhir periode akan dinilai kebali dalam satuan
unit ekivalen.
4. Biaya-biaya dari unit yang telah diselesaikan pada sebuah departemen akan
ditransfer ke departemen pengolahan brikutnya dengan maksud agar pada
akhirnya dapat diperoleh biaya total untuk barang jadi selama satu periode
dan biaya yang harus dibebankan pada barang dalam proses.

2.4.3

Pengalokasian Biaya Over head
Pengalokasian biaya overhead pabrik ke produk berdasarkan unit related

cost driver (volume produk dan jam tenaga kerja langsung) mengakibatkan
distorsi (penyimpangan) dan subsidi silang , terutama untuk perusahaan yang
menghasilkan multi produk.
Metode alokasi biaya dua tahap pada sistem biaya tradisional
mendistribusikan biaya overhead produksi ke produk dengan menggunakan dasar
aplikasi yang disebut dengan unit based measure (pengukuran berdasarkan jumlah
unit), yaitu jam tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung , jam mesin,
biaya bahan baku langsung, atau dibebankan secara merata pada seluruh produk
yang dihasilkan.
Sistem biaya tradisional ini menggunakan pembebanan biaya dua tahap ,
tahap pertama biaya overhead produksi didistribusikan ke pusat pusat biaya (cost
center). Pada tahap kedua, biaya yang terakumulasi dalam tiap-tiap pusat biaya
dialokasikan ke produk dengan menggunakan pemacu unit based yang telah
ditentukan tadi.

16
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya produksi yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik dapat pula diidentifikasi sebagai seluruh biaya
produksi yang tidak dapat dilacak atau tidak perlu dilacak ke unit produksi secara
individual. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga penggolongan :
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya.
Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, biaya overhead
pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan :
v

Biaya Bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan ynag tidak menjadi bagian dari produk jadi
atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya
relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

v

Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang (sparepart),
biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari
pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan
perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equiepmen, kendaraan,
perkakas, dan aktiva tetap lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.

v

Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja yang upahnya tidak dapat
diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.

17
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Biaya tenaga kerja tidak langsung termasuk terdiri dari upah, tunjangan
dan biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak
langsung tersebut. Tenaga kerja tidak langsung terdiri dari :
1. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti
departemen-departemen pembangkit tenaga listrik, bengkel dan
departemen gudang.
2. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, seperti
kepala departemen produksi, karyawan administrasi pabrik, mandor.
v

Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biayabiaya pemeliharaan mesin-mesin, bangunan pabrik dan equipmen pabrik,
perkakas dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.

v

Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biayabiaya asuransi gedung, asuransi mesin dan ekuipmen, asuransi kendaraan,
asuransi kecelakaan karyawan dan lain lain.

v

Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
uang tunai.
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya
listrik PLN dan sebagainya.

18
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2. Penggolongan overhead pabrik lain secara langsung memerlukan pengeluaran
uang tunai.
Dalam penggolongan ini, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi tiga
golongan yaitu :
a. Biaya overhead pabrik tetap : biaya overhead pabrik yang tidak berubah
dalam kisar perubahan volume kegiatan tertentu.
b. Biaya overhead pabrik variable : biaya overhead pabrik yang berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya overhead pabrik semivariabel : biaya overhead pabrik yang berubah
tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Untuk keperluan
penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk pengendalian biaya ,
biaya overhead pabrik yang bersifat semi variabel dipecah menjadi dua
unsur : biaya tetap dan biaya variabel.
3. Penggolongan Biaya Overhead Pabrik Menurut Hubungannya dengan
departemen.
Dalam penggolongan ini, biaya overhead dapat digolongkan menjadi dua
kelompok yaitu :
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen : biaya yang terjadi dalam
departemen tertentu dan manfaatnya hanya dinikmati oleh departemen
tersebut. Contoh biaya ini adalah gaji mandor departemen produksi, biaya
depresiasi mesin, dan biaya bahan penolong.
b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen adalah biaya overhead
pabrik yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu departemen. Contoh

19
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

biaya ini adalah biaya depresiasi, pemeliharaan dan asuransi gedung
pabrik.

2.4.4 Metode pembebanan biaya over head pabrik.
Sistem biaya tradisional terdapat dua metode dalam membebankan biaya
overhead pabrik yaitu metode Plantwide rates dan Departemental rates :
a. Metode Plantwide rates.
Metode umum untuk membebankan biaya overhead ke produk adalah
menghitung tarif pabrik secara keseluruhan (Platwide rates). Pada tahap awal
dalam

metode

plantwide

rate,

seluruh

biaya

overhead

pabrikasi

diakumulasikan pada satu pusat biaya yaitu plantwide pool. Biaya overhead
dibebankan pada pusat biaya secara sederhana yaitu dengan menjumlahkan
semua biaya overhead yang diidentifikasikan dari buku besar (general ledger).
Pada tahap ini obyek biaya adalah seluruh fasilitas pabrik dan
penelusuran langsung dilakukan untuk membebankan biaya pada pusat biaya
tersebut. Tahap selanjutnya adalah menentukan plantwide rates dengan
mempergunakan pemicu biaya tunggal (single cost driver), pada umumnya
menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dan produk diasumsikan
mengkonsumsi overdhead dari sumber daya berdasarkan proporsi penggunaan
tenaga kerja langsung (direct labor hours) atau pemicu lain yang ditetapkan.
Tahap kedua dari metode pembebanan Plantwide rates adalah
membagikan seluruh biaya pada setiap produk dengan mengalikan plantwide
rate dengan konsumsi actual produk.

20
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

b. Metode Departemental Rates
Pada metode ini, biaya overhead dibebankan pada departemen produksi
secara individual dengan membuat pusat biaya berdasarkan departemen, hal
ini bergantung dari kondisi perusahaan. Obyek biaya pada tahap pertama
prosedur pengalokasian biaya overhead adalah departemen-departemen, biaya
overhead dibebankan secara langsung dengan menggunakan penelusuran
berdasarkan pemicu biaya atau pengalokasian secara langsung. Selanjutnya
setelah biaya overhead dialokasikan pada setiap departemen-departemen yang
dibentuk, ditentukan departemen rates berdasarkan unit based driver.
Pemicu biaya yang dipergunakan ditentukan oleh sifat dari departemendepartemen tersebut, pada depatemen dimana faktor tenaga kerja lebih
dominan (labor intensive department) dipergunakan jam tenaga kerja
langsung sebagai pemicu, sedangkan pada departemen dengan faktor mesin
yang lebih berpengaruh (machine intensive department) digunakan jam mesin
sebagai dasar alokasi biaya overhead. Tahap kedua dari metode ini adalah
membebankan biaya overhead pada produk dengan mengalikan departemen
rates dengan jumlah pemicu yang terjadi (activity driver) pada departemendepartemen. Sedangkan total biaya overhead yang akan dibagikan pada
produk merupakan penjumlahan biaya dari setiap departemen.

2.4.5 Kelemahan Sistem Akuntansi Biaya Tr adisional
Dengan semakin majunya manufacture maka terjadi perubahan yang drastis
dalam memproduksi dan memasarkan produk atau jasa pada perusahaan, sehingga

21
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

akuntansi biaya tradisional tidak mampu lagi menyediakan informasi yang dapat
menyimbolkan kegiatan pabrik .
Menurut Robin Cooper (Robin Cooper and Robert S, Kaplan,1991, h 82-83)
kelemahan-kelemahan dari akuntansi biaya tradisional adalah sebagai berikut
(Supriyono, 1997 : 572) :
1. Hanya menggunakan jam tenaga ker ja langsung (atau biaya tenaga
ker ja langsung) sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya overhead
pabr ik dar i pusat biaya kepada produk dan jasa. Dalam pabrik yang telah
menggunakan banyak peralatan yang dikendalikan dengan komputer, tenaga
keja langsung menjadi berkurang. Tenaga kerja yang ahli di bidang informasi
merancang perangkat luak untuk menjalankan peralatan yang dikendalikan
dengan komputer.
2. Hanya dasar alokasi yang ber kaitan dengan volume yang digunakan
untuk mengalokasikan biaya over head pabr ik dar i pusat biaya kepada
pr oduk dan jasa. Akuntansi biaya tradisional membebankan biaya overhead
pabrik kepada produk atas kuantitas produk yang diproduksi. Metode
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk ini disebut unit based
systems. Dalam metode ini biaya overhead pabrik dianggap proporsional
dengan jumlah unit produk yang diproduksi. Akuntansi biaya tradisional
yang membebankan biaya overhead pabrik

atas dasar jam tenaga kerja

langsung atau tenaga kerja langsung akan menghasilkan informasi biaya
produk yang mengandung quantity distortion, karena biaya dialokasikan
secara tidak langsung kepada produk dengan menggunakan suatu dasar yang

22
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

tidak secara sempurna proporsional dengan konsumsi sesungguhnya sumber
daya oleh produk. Sebagai contoh, produk yang menggunakan banyak tenaga
kerja langsung dalam proses produksinya seringkali dibebani biaya terlalu
besar (overcosted) jika jam tenaga kerja langsung digunakan sebagai dasar
pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk.
3. Pusat biaya ter lalu besar dan ber isi mesin yang memiliki str uktur biaya
overhead yang sangan ber beda. Akuntansi biaya tradisional membebankan
biaya overhead pabrik kepada produk melalui tiga tahap. Tahap pertama,
biaya overhead pabrik dikumpulkan dalam pusat biaya, baik departemen
pembantu maupun departemen produksi. Tahap kedua, biaya overhead
departemen

pembantu

dialokasikan

kepada

departemen

produksi

menggunakan dasar alokasi tertentu. Tahap ketiga, biaya overhead pabrik
yang telah melalui agregasi tahap kedua, dibebankan kepada produk atas
dasar jam tenaga kerja langsung , jam mesin, atau biaya tenaga kerja
langsung. Karena biaya overhead dibebankan kepada produk melalui
agregasi, bukan berdasarkan konsumsi sumberdaya oleh kegiatan untuk
menghasilkan produk, maka akuntasi biaya tradisional menimbulkan price
distortion.
4. Biaya pemasaran dan penyerahan produk dan jasa sangat berbeda di
antar a berbagai saluran distr ibusi, namun sistem ak untansi biaya tidak
mempedulikan biaya pemasaran. Akuntasi biaya tradisional dirancang dan
dikembangkan pada masa fungsi produksi dominan dalam perusahaan.
Dengan semakin rumitnya fungsi pemasaran dalam perusahaan, akuntansi

23
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

biaya tetap hanya menitik beratkan pada akumulasi dan penyajian informasi
biaya produksi saja. Akuntansi biaya hanya sedikit memperdulikan biaya
pemasaran, sehingga manajemen tidak memperoleh informasi biaya yang
memungkinkan mereka menganalisis profitabilitas saluran distribusi, metode
pemasaran, order size, daerah pemasaran dan sebagainya.

2.5 Konsep Dasar Sistem Biaya Ber dasar kan Aktivitas (Activity Based
Costing)
2.5.1 Definisi Akuntansi Aktivitas
Pengertian dari aktivitas menurut Brimson (1992) adalah sebagai
berikut(Supriyono, 1997: 627). Aktivitas adalah suatu kombinasi antara manusia,
teknologi, bahan baku, metode-metode, dan lingkungan, yang menghasilkan suatu
produk atau jasa tertentu. Sedangkan Akuntansi aktivitas adalah suatu proses
pengumpulan, penelusuran data biaya (cost) dan kinerja ke aktivitas perusahaan,
dan menyediakan pembandingan hasil nyata terhadap biaya yang direncanakan
untuk memulai tindakan perbaikan jika diperlukan.
Fokus akuntansi aktivitas adalah untuk memahami biaya dan kinerja dari
suatu aktivitas yang penting dan menelusur aktivitas-aktivitas ke tujuan biaya
akhir, seperti produk, pelanggan dan fungsi-fungsi. Dengan kata lain, akuntansi
aktivitas menentukan pola penggunaan sumberdaya oleh aktivitas. Informasi
aktivitas dijadikan dasar bagi penyusunan sisitem manajemen biaya (cost
management system). Selanjutnya Brimson menerangkan hubungan antara
akuntansi aktivitas dengan manajemen biaya sebagai berikut : Akuntansi aktivitas

24
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

adalah dasar bagi suatu sistem manajemen biaya, sedangkan manajemen biaya
adalah analisa aktivitas-aktivitas untuk menentukan kumpulan kombinasi terbaik
dari aktivitas dantingkat pembebanan sumberdaya yang optimal bagi aktivitas.
Analisa aktivitas dimaksudkan sebagai proses penguraian suatu perusahaan
ke dalam segmen-segmen yang dapat dikelola untuk analisa terinci mengenai
biaya dan kinerja. Suatu teknik yang digunakan untuk menyediakan informasi
biaya produk bagi manajemen disebut activity based costing (penentuan harga
pokok berbasis aktivitas). Selanjutnya tentang sistem penentuan harga pokok
berbasis

aktivitas,

Johnson

(1989)

menggambarkannya

sebagai

berikut

(Supriyono, 1997: 628):
a) Aktivitas mengkonsumsi sumberdaya menyebabkan biaya. Produk menyerap
biaya-biaya dengan aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mendesain,
merekayasa, memproduksi, menjual, mengantarkan dan pelayanan.
b) Biaya-biaya ditelusur ke produk melalui aktivitas-aktivitas. Biaya-biaya
produksi melengkapi informasi nonfinansial yang digunakan manajer
operasional untuk mencapai pengendalian dan kekompetitifan dalam aktivitas
operasi.
c) Activity based costing berlawanan dengan penentuan harga pokok tradisional
yang mengasumsikan bahwa produk menyebabkan biaya-biaya tidak langsung
dengan mengkonsumsi pemacu (misalnya jam kerja langsung) yang digunakan
untuk mendistribusikan biaya-biaya tidak langsung ke produk.
d) Activity based costing mengatasi masalah-masalah distorsi biaya produk
dalam sistem tradisional, yang timbul dari penggunaan perata-rataan yang

25
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

terlalu menyeluruh yang digunakan untuk mendistribusikan biaya-biaya tidak
langsung ke masing masing produk.
Sistem penentuan harga pokok berbasis aktivitas diperlukan untuk
menghadapi distorsi biaya produk yang disebabkan oleh sisitem tradisional jika
perusahaan menggunakan suatu basis tunggal yang berkaitan dengan volume
produksi (misalnya, jam tenaga kerja langsung, dan biaya tenaga kerja langsung)
untuk mengalokasikan biaya-biaya overhead ke berbagai produk.

a. Elemen – Elemen Aktivitas
Elemen aktivitas terdiri dari kejadian, transaksi, pemacu biaya, sumber daya,
aturan-aturan bisnis, proses aktivitas, dan ukuran keluaran aktivitas.
Selanjutnya pemahaman aktivitas dapat ditingkatkan dengan mengetahui
elemen-elemennya. Penjelasan mengenai definisi dan hubungan antara
elemen-elemen aktivitas adalah sebagai berikut (Supriyono, 1997: 649):
1) Kejadian
Kejadian, adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindakan eksternal ke
aktivitas. Jadi, dalam hal ini kejadian memicu pelaksanaan aktivitas.
2) Transaksi
Transaksi, adalah aliran informasi yang berkaitan dengan dokumen fisik
atau elektronik. Sebelum kejadian berhubungan dengan aktivitas, kejadian
berhubungan terlebih dahulu dengan transaksi. Sebagai bukti bahwa
transaksi telah terjadi dibuatlah suatu dokumen. Transaksi terjadi pada
awal atau akhir suatu aktivitas.

26
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3) Sumber daya
Sumberdaya adalah faktor produksi, yaitu tenaga kerja, teknologi,
perlengkapan, informasi, dan sebagainya yang berasal dari luar perusahaan
atau dari dalam perusahaan sendiri yang diperlukan untuk melakukan
suatu aktivitas. Sumberdaya yang berasal dari dalam perusahaan
merupakan keluaran dari suatu aktivitas yang menjadi masukan bagi
aktivitas yang lain. Dalam pelaksanaan suatu aktivitas, hanya ada satu
kejadian yang memicunya, sedangkan masukan yang lain hanya pemasok
informasi. Mengelola masukan pemicu tunggal menjadi penting karena
kejadiannya memicu pelaksanaan aktivitas. Cost driver (pemacu biaya)
adalah suatu faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi biaya. Faktor
ini merupakan penyebab utama tingkatan aktivitas (misalnya banyaknya
komponen aktif akan mempengaruhi perencanaaan dan pengendalian
produksi, manajemen persedian, dan kontrak dengan pemasok).
4) Pr oses
Proses, adalah cara aktivitas dilakukan yang merupakan kombinasi
manusia,teknologi, bahan baku, metode-metode dan lingkungan yang
menghasilkan suatu produk atau jasa tertentu. Proses meliputi semua jenis
operasi dan tugas sistematis yang berperan didalam transformasi ma