SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN ANT ROUTING DI GEDUNG GIRI SANTIKA UPN “VETERAN” JATIM.

SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN
ANT ROUTING DI GEDUNG GIRI SANTIKA UPN
“VETERAN” J ATIM

TUGAS AKHIR

Oleh :

Hendr i Tr i Her mawan
NPM. 0834010256

J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL "VETERAN"
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN

ANT ROUTING DI GEDUNG GIRI SANTIKA UPN
“VETERAN” J ATIM
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Jurusan Teknik Informatika

Oleh :

Hendr i Tr i Her mawan
NPM. 0834010256
J URUSAN TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

LEMBAR PENGESAHAN


SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN
ANT ROUTING DI GEDUNG GIRI SANTIKA UPN
“VETERAN” J ATIM
Oleh :

Hendr i Tr i Her mawan
NPM. 0834010256

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Negara Lisan
Gelombang Tahun Akademik 2011/2012

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Achmad J unaidi, S.Kom, M.Kom

NPT. 279 030 440 197

Mengetahui,
Ketua J urusan Teknik Infor matika
Fakultas Teknologi Industri
UPN ”Veteran” J awa Timur

Dr. Ir. Ni Ketut Sari, MT.
NIP.19650731 199203 2 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

TUGAS AKHIR
SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN ANT ROUTING DI
GEDUNG GIRI SANTIKA UPN “VETERAN” J ATIM
Oleh :

Hendr i Tr i Her mawan
NPM. 0834010256

Telah dipertahankan di hadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Teknik Infor matika Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 14 Desember 2012
Pembimbing :

Tim Penguji :

1.

1.

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Prof. DR. Ir. Sri Redjeki, MT
NIP/NPT. 19570314 198603 2 001

2.


2.

Achmad J unaidi, S.Kom, M.Kom
NPT. 279 030 440 197

Rinci Kembang Hapsari, S.SI, M.kom
NIDN. 712 127 701
3.

Fetty Tri Anggraeny, S.Kom, M.Kom
NIP/NPT. 3 8202 06 0208 1
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknologi Industri
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veteran” J awa Timur

Ir. SUTIYONO, MT.
NIP. 19600713 198703 1001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
PANITIA UJ IAN SKRIPSI / KOMPREHENSIF

KETERANGAN REVISI
Mahasiswa di bawah ini :
Nama

: Hendri Tri Hermawan

NPM

: 0834010256

Jurusan

: Teknik Informatika


Telah mengerjakan revisi/ tidak ada revisi*) pra rencana (design)/ skripsi ujian
lisan gelombang , TA 2011/2012 dengan judul:

“ SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN ANT ROUTING DI
GEDUNG GIRI SANTIKA UPN “VETERAN” J ATIM ”
Surabaya, Desember 2012
Dosen Penguji yang memerintahkan revisi:

1) Prof. DR. Ir. Sri Redjeki, MT
NIP/NPT. 19570314 198603 2 001

{

}

2) Rinci Kembang Hapsari, S.SI, M,kom
NIDN. 0712 127 701

{


}

3) Fetty Tri Anggraeny, S.Kom, M.Kom
NIP/NPT. 3 8202 06 0208 1

{

}

Mengetahui,
Pembimbing Utama

Ir. Sutiyono, MT
NIP. 19600713 198703 1 001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Pembimbing Pendamping


Achmad Junaidi, S.Kom
NPT. 279 030 440 197

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan penulis
mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Komputer di Jurusan Teknik Informatika Fakultas
Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” JATIM dengan
judul

“SIMULASI

DYNAMIC

ROUTING

MENGGUNAKAN


ANT

ROUTING DI GEDUNG GIRI SANTIKA UPN “VETERAN” J ATIM”.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena
belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tak lepas dari dorongan dan uluran
tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tua saya, bapak dan ibu yang banyak memberikan do’a, kasih
sayang, cinta, kesabaran sejak kami dalam kandungan serta bimbingan, dan
semangat sampai saya menjadi sekarang ini serta keluarga besar yang
mendukung dan mensupport saya baik budhe, mas dan mbak.
2. Prof.Dr.Ir. Teguh Sudarto, MP Selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Ir. Sutiyono, MT Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri UPN
“Veteran” Jawa Timur dan juga selaku Pembimbing 1
4. Ibu Dr.Ir. Ni Ketut Sari, MT Selaku Kepala Jurusan Teknik Informatika. FTI,
UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Achmad Junaedi, S.Kom, M.Kom selaku pembimbing 2, yang telah

sabar dan arif dalam membimbing dan memberikan nasehat.
6. Terima kasih buat teman Libsink dan Libsinkwati skeh, bowo, jun, opay, ilur,
sinyo, ivon, kepet, yudit, bocor, dadang, serta rere, iwed yang telah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ii

memberikan bantuan doa, dukungan, hiburan dan dana dan juga andre, eva,
mimin, dudy, haki.
7. Serta orang-orang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya.
Terimakasih atas bantuannya semoga Allah SWT yang membalas semua
kebaikan dan bantuan tersebut.

Demikianlah laporan ini disusun semoga bermanfaat, sekian dan terima
kasih.

Surabaya, 13 November 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iii

DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK ………………………………………………………….…

i

KATA PENGANTAR ……………………………………………...…

ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………..……

iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………..……

vii

DAFTAR TABEL….……………………………………………..……

ix

BAB I:

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang ………………………………………..

1

1.2

Rumusan Masalah …………………………………. ……

2

1.3.

Batasan Masalah ……………………………………...

2

1.4

Tujuan ……………….………………………..……......

3

1.5

Manfaat ……………….……………………………….

3

1.6

Metode Penelitian …....…………………………………

3

1.7

Sistematika Penulisan .......……………………………...

4

BAB II:

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Topologi Jaringan………………………………………

6

2.2

TCP/IP…………………………………………………..

9

2.3

Routing…………………………………………………..

11

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

iv

2.3.1 Minimal Routing……………………………….

12

2.3.2 Static Routing………………………………….

12

2.3.3 Dynamic Routing……………………………….

13

2.4

Routing Information Protocol (RIP)…………………….

13

2.5

Open Shortest Path First (OSPF)………………………..

19

2.6

EIGRP…………………………………………………..

23

2.7

Distance Vector………………………………………….

25

2.8

Link State………………………………………………..

27

2.9

Teori Graf……………………………………………….

29

2.10

Ant Routing……………………………………………..

32

2.10.1 Edge Selection………………………………….

33

2.10.2 Pheromone Update……………………………..

34

2.10.3 Aplication…………………………………….....

35

Network Simulator……………………………………..

37

2.11.1 Komponen Pembangun NS2…………………...

38

2.11.2 Transport Agent Pada NS2……………………..

39

2.11.3 Level Aplikasi Pada NS2……………………….

39

2.11

BAB III:

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1

Analisis …………………………..………………………. 41

3.2

Perancangan ……..……………… ………..…….………

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

v

44

BAB IV:

3.2.1 Deskripsi Umum Ant Routing..……………….....

47

3.2.2 Kondisi Jaringan Gedung Giri Santika………. …

49

IMPLEMENTASI

4.1

Instalasi NS 2.34 di Ubuntu 10.10…………….…………

4.2

Pembuatan Simulasi……………………………………… 57

BAB V:
5.1

52

UJI COBA
Uji coba Simulasi Ant Routing Menggunakan NS 2.34 di
Gedung Giri Santika UPN “Veteran” Jatim…...…………

61

5.2

Uji coba Simulasi Ant Routing Menggunakan NS 2.34….

65

5.3

Uji coba Simulasi Ant Routing Menggunakan NS 2.34
dengan jalur terputus…………………………………….

BAB VI

69

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1

Kesimpulan ……………………………………………

75

5.2

Saran …………………………………………….…….

75

DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

vi

SIMULASI DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN ANT ROUTING DI
GEDUNG GIRI SANTIKA UPN “VETERAN” J ATIM
DOSEN PEMBIMBING
PENYUSUN

: 1. Ir. Sutiyono, MT
2. Achmad J unaidi, S.Kom, M.Kom
: Hendri Tri Hermawan
ABSTRAK

Routing adalah proses pencarian jalur pada jaringan komputer serta bertujuan
untuk mencari jalur terpendek pada jaringan untuk pengiriman paket data dari
sumber ke tujuan. Proses routing dilakukan oleh router, dalam proses routing,
switching time adalah masalah yang paling utama, karena dengan switching time
yang cepat maka proses pengiriman paket data dari sumber ke tujuan juga
semakin cepat dan kapasitas data yang dikirimkan juga semakin besar. Cepat
tidaknya switching time tergantung dari algoritma routing yang digunakan pada
router.
Dynamic Routing Protocol merupakan Routing protokol yang
memungkinkan network admin untuk mensetup jaringan tanpa harus mengupdate
konten dari routing table secara manual bila terjadi perubahan. Berbeda dengan
static routing yang mengharuskan admin untuk merubah route atau memasukkan
command secara manual di router tiap kali terjadi perubahan jalur. Dynamic
routing protocol mengkalkulasi metic yang terdapat pada satu atau lebih jalur
secara automatis dengan algoritma yang dimilikinya.
Ant Routing diadopsi dari perilaku koloni semut. Secara alamiah koloni
semut mampu menemukan rute terpendek dalam perjalanan dari sarang ke tempattempat sumber makanan. Koloni semut dapat menemukan rute terpendek antara
sarang dan sumber makanan berdasarkan jejak kaki pada lintasan yang telah
dilalui. Semakin banyak semut yang melalui suatu lintasan, maka akan semakin
jelas bekas jejak kakinya. Ant Routing algoritma menerapkan kecerdasan
berkelompok untuk memecahkan masalah jaringan routing. Tiap Ant Packet
menyebar untuk mencari rute dengan jarak terpendek sampai ke node tujuan.
Kata kunci : Routing, Dynamic Routing, Ant Routing

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Dewasa ini perkembangan jaringan komputer terjadi begitu cepat. Hal ini

dapat di lihat dengan semakin banyaknya perusahaan atau organisasi yang
memanfaatkan jaringan komputer untuk berkomunikasi, baik itu dalam jangkauan
yang sempit yang seringkali disebut sebagai Local Area Network (LAN), ataupun
dalam jangkauan yang lebih luas yang seringkali disebut sebagai Wide Area
Network (WAN). Router-router yang saling terhubung dalam sistem jaringan turut
serta dalam sebuah algoritma routing terdistribusi untuk menentukan jalur terbaik
yang dilalui paket IP dari sistem ke sistem lain. Proses routing dilakukan secara
hop by hop. IP tidak mengetahui jalur keseluruhan menuju tujuan setiap paket IP
routing hanya menyediakan IP address dari router berikutnya yang menurutnya
lebih dekat ke host tujuan.
Secara umum, pencarian jalur terpendek dapat dibagi menjadi dua
metode, yaitu metode konvensional dan metode heuristik. Metode konvensional
cenderung lebih mudah dipahami daripada metode heuristik, tetapi jika
dibandingkan, hasil yang diperoleh dari metode heuristik lebih variatif dan waktu
perhitungan yang diperlukan lebih singkat. Metode heuristik terdiri dari beberapa
macam algortima yang biasa digunakan. Salah satunya adalah ant routing. Ant
routing diadopsi dari perilaku koloni semut yang dikenal sebagai sistem semut.
Secara alamiah koloni semut mampu menemukan rute terpendek dalam perjalanan
dari sarang ke tempat-tempat sumber makanan. Koloni semut dapat menemukan

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

rute terpendek antara sarang dan sumber makanan berdasarkan jejak kaki pada
lintasan yang telah dilalui. Semakin banyak semut yang melewati suatu lintasan
maka akan semakin jelas bekas jejak kakinya, hal ini akan menyebabkan lintasan
yang dilalui semut dalam jumlah sedikit semakin lama akan semakin berkurang
kepadatan semut yang melewatinya, atau bahkan akan tidak dilewati sama sekali
dan sebaliknya. Mengingat prinsip algoritma yang didasarkan pada perilaku
koloni semut dalam menemukan jarak perjalanan paling pendek tersebut, Ant
routing sangat tepat digunakan untuk diterapkan dalam penyelesaian masalah
optimasi, salah satunya adalah untuk menentukan jalur terpendek.
1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu

masalah sebagai berikut:
1.

Bagaimana mengetahui cara kerja dynamic routing menggunakan
ant routing.

2.

Bagaimana mensimulasikan dynamic routing menggunakan ant
routing pada Network Simulator 2.34.

3. Bagaimana mengetahui lintasan terpendek dari alamat asal untuk
mencapai alamat tujuan menggunakan ant routing.
1.3

Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan batasan

masalah sebagai berikut:
1.

Implementasi dari Ant Routing pada routing jaringan diterapkan pada
Network Simulator 2.34 sebagai media jaringannya dan Ubuntu
10.10 sebagai system operasi yang dipakai.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

2.

Implementasi hanya sebatas simulasi yang menunjukkan kerja dari
Ant Routing pada routing jaringan dimana user tidak memberikan
input tambahan pada simulasi.

3.

Pengerjaan sistem sebatas simulasi menggunakan Network Simulator
2.34 di Ubuntu 10.10 dan tidak diimplementasikan secara real.

4.

1.4

Sistem tidak menangani multiprotokol.

Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan tugas akhir ini adalah:
1. Mensimulasikan dynamic routing menggunakan ant routing untuk
memperoleh hasil yang maksimal pada kasus Network Routing.
2. Mengetahui jalur terpendek ke alamat tujuan menggunakan ant
routing.

1.5

Manfaat
Mendapatkan solusi dalam memaksimalkan kinerja suatu jaringan yang

dapat memberikan lebih banyak dampak positif pada perkembangan jaringan
tersebut.
1.6

Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur
Pada tahap ini dilakukan penelusuran dan pembelajaran terhadap
berbagai macam literatur seperti buku, jurnal, skripsi, tugas akhir,
thesis, referensi-referensi baik melalui perpustakaan maupun internet
dan lain sebagainya yang terkait dengan judul penelitian ini.
2. Analisa Kebutuhan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Menganalisa kebutuhan dengan cara seperti pengumpulan data,
analisa data, serta analisa kebutuhan hardware dan software.
Tahapan ini sangat penting untuk menunjang pada tahapan
perancangan dan pembuatan.
3. Perancangan Dan Implementasi
Pada tahap ini, dimulainya pembuatan rancangan sistem. Mulai dari
desain topologi jaringan dan perancangan sistem agar dapat
mencapai tujuan sesuai dengan topik pembahasan. Sistem dapat
mengalami perubahan konsep dari rancangan sebelumnya maka pada
tahap implementasi ini akan dilakukan perubahan pembuatan sistem
sampai mencapai hasil yang diharapkan.
4. Uji Coba
Pada tahapan ini dilakukan pengecekan apakah sistem memiliki
kemampuan seperti yang diharapkan.
1.7

Sistematika Penulisan
Dalam laporan tugas akhir ini, pembahasan akan disajikan dalam

beberapa bab dengan sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I

PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan, manfaat, metode penelitian dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam laporan tugas
akhir ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang teori-teori dan penjelasan yang
berkaitan dengan permasalahan dan penyelesaian masalah
dari laporan tugas akhir.

BAB III

ANALISA DAN PERANCANGAN
Pada bab ini berisi tentang analisa dan perancangan system
Dybamaic Routing menggunakan Ant Routing pada
jaringan komputer Gedung TF UPN Jatim.

BAB IV

IMPLEMENTASI DAN UJ I COBA
Pada bab ini berisi tentang analisis kinerja dari perangkat
lunak. Pada bagian ini mengulas analisis hasil pengujian
terhadap sistem yang dibandingkan dengan kebenaran dan
kesesuaiannya dengan hasil yang didapat.

BAB V

PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil
dari keseluruhan isi laporan tugas akhir, dan saran yang
diharapkan

dapat

bermanfaat

untuk

pengembangan

selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini dipaparkan tentang sumber-sumber literatur
yang digunakan dalam pembutan laporan tugas akhir ini.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
TINJ AUN PUSTAKA
2.1

Topologi J aringan
Topologi merupakan informasi dari bentuk sebuah jaringan

Jaringan

omputer.

omputer memiliki banyak jenis topologi, namun ada 3 (tiga) jenis

topologi yang umum digunakan. Adapun tiga jenis topologi tersebut adalah
sebagai berikut.


Topologi Bus

Pada topologi bus ini seluruh

omputer dalam sebuah jaringan

terhubung pada sebuah bus berupa kabel. Cara kerja topologi ini adalah
dengan mengirim dan menerima informasi di sepanjang bus tersebut
yang melewati semua terminal. Topologi jenis ini tidak tergantung pada
salah satu
dengan

omputer, artinya semua terkendali di seluruh computer
omput tersebar ( omputer ed). Topologi bus memiliki

kelemahan antara lain:


Kapasitas terbatas.



Kesulitan perawatan jika dalam jumlah besar.



Jarak terbatas, sering terjadi tabrakan pada lalu lintas padat.

Sedangkan kelebihan topologi bus antara lain:


Kecepatan pengiriman tinggi.



Kemampuan pengembangan tinggi.



Jumlah terminal dapat ditambah atau dikurangi tanpa mengganggu
kerja

omputer yang sedang berjalan.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Gamabar 2.1 Topologi Bus


Topologi Ring

Topologi ini bekerja dengan cara data dikirim secara langsung sepanjang
jaringan, setiap informasi yang diperoleh akan diperiksa alamatnya oleh
terminal yang dilewati. Data akan diterima apabila memang sesuai
tujuan dan jika bukan akan diteruskan ke

omputer lain. Adapun

kelemahan topologi ini adalah:


Jika terjadi gangguan di satu titik, maka akan berpengaruh pada
seluruh



omputer.

Sulitnya dalam penambahan dan pengurangan
Sedangkan kelebihan topologi ring, yakni:



Laju data tinggi.



Dapat melayani lalu lintas yang padat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

omputer.

8

Gambar 2.2 Topologi Ring


Topologi Star

Seperti namanya topologi ini berbentuk seperti bintang, masing-masing
omputer dalam jaringan terhubung dengan pusat (sentral). Terminal
pusat tersebut bertindak sebagai pengatur dan pengendali semua
komunikasi data.
Terminal inilah yang menyediakan jalur komunikasi khusus pada
omputer yang akan berkomunikasi, yang berupa hub. Hub merupakan
alat yang menyediakan lokasi terpusat, di mana semua kabel UTP
terpasang. Kelemahan topologi star di antaranya:
• Kesulitan perawatan jika ukuran besar.
• Jarak terbatas, sering terjadi tabrakan pada lalu lintas padat.
Sedangkan kelebihan dari topologi star, yakni:
• Keamanan data tinggi.
• Kemudahan pemasangan kabel dan penanganan masalah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

• Penambahan terminal yang mudah.[8]
2.2

TCP/IP
Sejarah TCP/IP dimulainya dari lahirnya ARPANET yaitu jaringan paket

switching digital yang didanai oleh DARPA (Defence Advanced Research
Projects Agency) pada tahun 1969. Sementara itu ARPANET terus bertambah
besar sehingga protokol yang digunakan pada waktu itu tidak mampu lagi
menampung jumlah node yang semakin banyak. Oleh karena itu DARPA
mendanai pembuatan protokol komunikasi yang lebih umum, yakni TCP/IP. Ia
diadopsi menjadi standard ARPANET pada tahun 1983. Untuk memudahkan
proses

konversi,

DARPA

juga

mendanai

suatu

proyek

yang

mengimplementasikan protokol ini ke dalam BSD UNIX, sehingga dimulailah
perkawinan antara UNIX dan TCP/IP. Pada awalnya internet digunakan untuk
menunjukan jaringan yang menggunakan Internet Protocol (IP) tapi dengan
semakin berkembangnya jaringan, istilah ini sekarang sudah berupa istilah generik
yang digunakan untuk semua kelas jaringan. Internet digunakan untuk menunjuk
pada komunitas jaringan komputer worldwide yang saling dihubungkan dengan
protokol TCP/IP. Perkembangan TCP/IP yang diterima luas dan praktis menjadi
standar defacto jaringan komputer berkaitan dengan ciri-ciri yang terdapat pada
protokol itu sendiri yang merupakan keunggulun dari TCP/IP, yaitu :


Perkembangan protokol TCP/IP menggunakan standar protokol terbuka
sehingga tersedia secara luas. Semua orang bisa mengembangkan perangkat
lunak untuk dapat berkomunikasi menggunakan protokol ini. Hal ini membuat
pemakaian TCP/IP meluas dengan sangat cepat, terutama dari sisi
pengadopsian oleh berbagai sistem operasi dan aplikasi jaringan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10



Tidak tergantung pada perangkat keras atau sistem operasi jaringan tertentu
sehingga TCP/IP cocok untuk menyatukan bermacam macam network,
misalnya Ethernet, token ring, dial-up line, X-25 net dan lain lain.



Cara pengalamatan bersifat unik dalam skala global, memungkinkan komputer
dapat mengidentifikasi secara unik komputer yang lain dalam seluruh
jaringan, walaupun jaringannya sebesar jaringan worldwide Internet. Setiap
komputer yang tersambung dengan jaringan TCP/IP (Internet) akan memiliki
address yang hanya dimiliki olehnya.



TCP/IP memiliki fasilitas routing dan jenis-jenis layanan lainnya yang
memungkinkan diterapkan pada internetwork.
Dalam arsitektur jaringan komputer, terdapat suatu lapisan-lapisan ( layer )

yang

memiliki tugas spesifik

serta memiliki protokol tersendiri. ISO

(International Standard Organization) telah mengeluarkan suatu standard untuk
arsitektur jaringan komputer yang dikenal dengan nama Open System
Interconnection ( OSI ). Standard ini terdiri dari 7 lapisan protokol yang
menjalankan fungsi komunikasi antara 2 komputer. Dalam TCP/IP hanya terdapat
5 lapisan sbb :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Gambar 2.3 TCP/IP Layer
Walaupun jumlahnya berbeda, namun semua fungsi dari lapisan-lapisan
arsitektur OSI telah tercakup oleh arsitektur TCP/IP. [4]
2.3

Routing
Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan

yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju
oleh paket. Semua router menggunakan IP address tujuan untuk mengirim paket.
Agar keputusan routing tersebut benar, router harus belajar bagaimana untuk
mencapai tujuan. Ketika router menggunakan routing dinamis, informasi ini
dipelajari dari router yang lain. Ketika menggunakan routing statis, seorang
network administrator mengkonfigurasi informasi tentang jaringan yang ingin
dituju secara manual.
Konfigurasi routing untuk sebuah network tertentu tidak selalu
membutuhkan sebuah routing protocol. Pada situasi dimana informasi routing
tidak berubah, misalnya hanya adal satu rute yang mungkin, routing table
biasanya dibangun secara manual. Beberapa jaringan tidak mempunyai akses ke

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

jaringan TCP/IP lain, dan oleh karena itu tidak perlu membangun routing table.
Ada 3 konfigurasi routing yang biasa digunakan, yaitu :
2.3.1 Minimal Routing
Sebuah jaringan yang terisolasi dari jaringan TCP/IP lainnya hanya
membutuhkan minimal routing. Routing tabel minimal dibangun oleh ifconfig
ketika interface network dikonfigurasi. Ada beberapa TCP/IP LAN yang hanya
berhubungan dengan dunia luar melalui UUCP, tidak melalui TCP/IP lagi.
Contoh: ketika sebuah network interface baru dikonfigurasi, maka routing table
yang dibangun oleh ifconfig adalah sebagai berikut :
>netstat –nr
Routing tables
Destination Gateway

Flags

Refcnt

Use

Interface

127.0.0.1

127.0.0.1

UH

1

132

lo0

167.205.48.250

167.205.48.253

U

26

49041 le0

2.3.2 Static Routing
Konfigurasi routing jenis ini biasanya dibangun dalam network yang hanya
mempunyai beberapa gateway, umumnya tidak lebih dari 2 atau 3. Static routing
dibuat

secara

manual

pada

masing-masing

gateway.

Jenis

ini

masih

memungkinkan untuk jaringan kecil dan stabil. Stabil dalam arti kata jarang down.
Jaringan yang tidak stabil yang dipasang static routing dapat membuat kacau
seluruh routing, karena tabel routing yang diberikan oleh gateway tidak benar
sehingga paket data yang seharusnya tidak bisa diteruskan masih saja dicoba
sehingga menghabiskan bandwith. Terlebih menyusahkan lagi apabila network

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

semakin berkembang. Setiap penambahan sebuah router, maka router yang telah
ada sebelumnya harus diberikan tabel routing tambahan secara manual. Jadi jelas,
static routing tidak mungkin dipakai untuk jaringan besar, karena membutuh
effort yang besar untuk mengupdatenya.
2.3.3 Dynamic Routing
Dalam sebuah network dimana terdapat jalur routing lebih dari satu rute
untuk mencapai tujuan yang sama biasanya menggunakan dynamic routing. Dan
juga selain itu network besar yang terdapat lebih dari 3 gateway. Dengan dynamic
routing, tinggal menjalankan routing protokol yang dipilih dan secara otomatis
tabel routing yang terbaru akan didapatkan. Seperti dua sisi uang, dynamic routing
selain menguntungkan juga sedikit merugikan. Dynamic routing memerlukan
routing protokol untuk membuat tabel routing dan routing protokol ini bisa
memakan resource komputer.[1]
2.4

Routing Information Protocol (RIP)
Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing

dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN (Local Area Network) dan WAN
(Wide Area Network). Oleh karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai
Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma DistanceVector Routing. Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini
telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453).
Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis
mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open
Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi
untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080
(1997).

Gambar 2.4 Routing Information Protocol (RIP)

a. Cara Kerja RIP


Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari
gateway.



Host akan memeriksa terlebih dahulu routing table lokal jika menerima
update routing .



Jika rute belum ada, informasi segera dimasukkan ke routing table .



Jika rute sudah ada, metric yang terkecil akan diambil sebagai acuan.



Rute melalui suatu gateway akan dihapus jika tidak ada update dari
gateway tersebut dalam waktu tertentu



Khusus untuk gateway, RIP akan mengirimkan update routing pada
alamat broadcast di setiap network yang terhubung

b. Karakteristik Dari RIP


Distance vector routing protocol



Hop count sebagi metric untuk memilih rute

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15



Maximum hop count 15, hop ke 16 dianggap unreachable



Secara default routing update 30 detik sekali



RIPv1 (classfull routing protocol) tidak mengirimkan subnet mask
pada update



RIPv2 (classless routing protocol) mengirimkan subnet mask pada
update

c. Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan
RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer
untuk mengetahui

kapan

router

harus

kembali

memberikan

informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara
timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing
karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update)
Mengatur routing menggunakan RIP tidak rumit dan memberikan
hasil yang cukup dapat diterima, terlebih jika jarang terjadi kegagalan
link jaringan


Kekurangan
1. Terbatasnya diameter network
Telah disebutkan sedikit di atas bahwa RIP hanya bisa menerima
metrik sampai 15. Lebih dari itu tujuan dianggap tidak terjangkau.
Hal ini bisa menjadi masalah pada network yang besar.

2. Konvergensi yang lambat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

Untuk menghapus entry tabel routing yang bermasalah, RIP
mempunyai metode yang tidak efesien. Seperti pada contoh skema
network di atas, misalkan subnet 10 bernilai 1 hop dari router 2 dan
bernilai 2 hop dari router 3. Ini pada kondisi bagus, namun apabila
router 1 crash, maka subnet 3 akan dihapus dari table routing
kepunyaan router 2 sampai batas waktu 180 detik. Sementara itu,
router 3 belum mengetahui bahwa subnet 3 tidak terjangkau, ia
masih mempunyai table routing yang lama yang menyatakan subnet
3 sejauh 2 hop (yang melalui router 2). Waktu subnet 3 dihapus dari
router 2, router 3 memberikan informasi ini kepada router 2 dan
router 2 melihat bahwa subnet 3 bisa dijangkau lewat router 3
dengan 3 hop ( 2 + 1 ). Karena ini adalah routing baru maka ia akan
memasukkannya ke dalam KRT. Berikutnya, router 2 akan
mengupdate routing table dan memberikannya kepada router 3
bahwa subnet 3 bernilai 3 hop. Router 3 menerima dan
menambahkan 1 hop lagi menjadi 4. Lalu tabel routing diupdate lagi
dan router 2 meneriman informasi jalan menuju subnet 3 menjadi 5
hop. Demikian seterusnya sampai nilainya lebih dari 30. Routing
atas terus menerus looping sampai nilainya lebih dari 30 hop.

3. Tidak bisa membedakan network masking lebih dari /24
RIP membaca ip address berdasarkan kepada kelas A, B dan C.
Seperti kita ketahui bahwa kelas C mempunyai masking 24 bit. Dan
masking ini masih bias diperpanjang menjadi 25 bit, 26 bit dan
seterusnya. RIP tidak dapat membacanya bila lebih dari 24 bit. Ini

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

adalah masalah besar, mengingat masking yang lebih dari 24 bit
banyak dipakai. Hal ini sudah dapat di atasi pada RIPv2.

4. Jumlah host Terbatas.
5. RIP tidak memiliki informasi tentang subnet setiap route.
6. RIP tidak mendukung Variable Length Subnet Masking
(VLSM).
Ketika pertama kali dijalankan hanya mengetahui cara routing ke
dirinya sendiri (informasi lokal) dan tidak mengetahui topologi
jaringan tempatnya berada
d. Versi
Ada tiga versi dari Routing Information Protocol: RIPv1, RIPv2, dan
RIPng.


RIP versi 1

Spesifikasi asli

RIP,

didefinisikan

dalam

RFC

1058,

classful

menggunakan routing. Update routing periodik tidak membawa
informasi subnet, kurang dukungan untuk Variable Length Subnet Mask
(VLSM). Keterbatasan ini tidak memungkinkan untuk memiliki subnet
berukuran berbeda dalam kelas jaringan yang sama. Dengan kata lain,
semua subnet dalam kelas jaringan harus memiliki ukuran yang sama.
Juga tidak ada dukungan untuk router otentikasi, membuat RIP rentan
terhadap berbagai serangan.


RIP versi 2

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Karena kekurangan RIP asli spesifikasi, RIP versi 2 (RIPv2)
dikembangkan pada tahun 1993 dan standar terakhir pada tahun 1998. Ini
termasuk kemampuan untuk membawa informasi subnet, sehingga
mendukung Classless Inter-Domain Routing (CIDR). Untuk menjaga
kompatibilitas, maka batas hop dari 15 tetap. RIPv2 memiliki fasilitas
untuk sepenuhnya beroperasi dengan spesifikasi awal jika semua
protokol Harus Nol bidang dalam pesan RIPv1 benar ditentukan. Selain
itu, aktifkan kompatibilitas fitur memungkinkan interoperabilitas halus
penyesuaian.


RIPng

RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang
didefinisikan dalam RFC 2080, adalah perluasan dari RIPv2 untuk
mendukung IPv6, generasi Internet Protocol berikutnya. Perbedaan
utama antara RIPv2 dan RIPng adalah:

v

Dukungan dari jaringan IPv6.

v

RIPv2 mendukung otentikasi RIPv1, sedangkan RIPng tidak. IPv6
router itu, pada saat itu, seharusnya menggunakan IP Security
(IPsec) untuk otentikasi.

v

RIPv2 memungkinkan pemberian beragam tag untuk rute, sedangkan
RIPng tidak;

v

RIPv2 meng-encode hop berikutnya (next-hop) ke setiap entry route,
RIPng membutuhkan penyandian (encoding) tertentu dari hop
berikutnya untuk satu set entry route. [1]

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

2.5

Open Shortest Path First (OSPF)
OSPF merupakan sebuah routing protokol berjenis IGP yang hanya dapat

bekerja dalam jaringan internal suatu ogranisasi atau perusahaan. Jaringan internal
maksudnya adalah jaringan dimana user masih memiliki hak untuk menggunakan,
mengatur, dan memodifikasinya. Atau dengan kata lain, user masih memiliki hak
administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika user sudah tidak memiliki hak untuk
menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan
sebagai jaringan eksternal. Selain itu, OSPF juga merupakan routing protokol
yang berstandar terbuka. Maksudnya adalah routing protokol ini bukan ciptaan
dari vendor manapun. Dengan demikian, siapapun dapat menggunakannya,
perangkat manapun dapat kompatibel dengannya, dan dimanapun routing protokol
ini dapat diimplementasikan.
OSPF merupakan routing protokol yang menggunakan konsep hirarki
routing, artinya OSPF membagi-bagi jaringan menjadi beberapa tingkatan.
Tingkatan-tingkatan ini diwujudkan dengan menggunakan sistem pengelompokan
area. Dengan menggunakan konsep hirarki routing ini sistem penyebaran
informasinya menjadi lebih teratur dan tersegmentasi, tidak menyebar ke sana
kemari dengan sembarangan. Efek dari keteraturan distribusi routing ini adalah
jaringan yang penggunaan bandwidth-nya lebih efisien, lebih cepat mencapai
konvergensi, dan lebih presisi dalam menentukan rute-rute terbaik menuju ke
sebuah lokasi. OSPF merupakan salah satu routing protocol yang selalu berusaha
untuk bekerja demikian.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi linkstate yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat efisien dalam proses
pengiriman update informasi rute. Hal ini membuat routing protokol OSPF
menjadi sangat cocok untuk terus dikembangkan menjadi network berskala besar.
Pengguna OSPF biasanya adalah para administrator jaringan berskala sedang
sampai besar. Jaringan dengan jumlah router lebih dari sepuluh buah, dengan
banyak lokasi-lokasi remote yang perlu juga dijangkau dari pusat, dengan jumlah
pengguna jaringan lebih dari lima ratus perangkat komputer, mungkin sudah layak
menggunakan routing protocol ini.

Untuk memulai semua aktivitas OSPF dalam menjalankan pertukaran
informasi routing, hal pertama yang harus dilakukannya adalah membentuk
sebuah komunikasi dengan para router lain. Router lain yang berhubungan
langsung atau yang berada di dalam satu jaringan dengan router OSPF tersebut
disebut

dengan

neighbour

router

atau

router

tetangga.

Langkah pertama yang harus dilakukan sebuah router OSPF adalah harus
membentuk hubungan dengan neighbour router. Router OSPF mempunyai sebuah
mekanisme untuk dapat menemukan router tetangganya dan dapat membuka
hubungan. Mekanisme tersebut disebut dengan istilah Hello protocol.
Dalam membentuk hubungan dengan tetangganya, router OSPF akan
mengirimkan sebuah paket berukuran kecil secara periodik ke dalam jaringan atau
ke sebuah perangkat yang terhubung langsung dengannya. Paket kecil tersebut
dinamai dengan istilah Hello packet. Pada kondisi standar, Hello packet
dikirimkan berkala setiap 10 detik sekali (dalam media broadcast multiaccess) dan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

30 detik sekali dalam media Point-to-Point. Hello packet berisikan informasi
seputar pernak-pernik yang ada pada router pengirim. Hello packet pada
umumnya dikirim dengan menggunakan multicast address untuk menuju ke
semua router yang menjalankan OSPF (IP multicast 224.0.0.5). Semua router
yang menjalankan OSPF pasti akan mendengarkan protokol hello ini dan juga
akan mengirimkan hello packet-nya secara berkala. Cara kerja dari Hello protocol
dan pembentukan neighbour router terdiri dari beberapa jenis, tergantung dari
jenis media di mana router OSPF berjalan.

Seperti telah dijelaskan di atas, OSPF harus membentuk hubungan dulu
dengan router tetangganya untuk dapat saling berkomunikasi seputar informasi
routing. Untuk membentuk sebuah hubungan dengan router tetangganya, OSPF
mengandalkan Hello protocol. Namun uniknya cara kerja Hello protocol pada
OSPF berbeda-beda pada setiap jenis media. Ada beberapa jenis media yang dapat
meneruskan informasi OSPF, masing-masing memiliki karakteristik sendiri,
sehingga OSPF pun bekerja mengikuti karakteristik mereka. Media tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Broadcast Multiaccess
Media jenis ini adalah media yang banyak terdapat dalam jaringan lokal
atau LAN seperti misalnya ethernet, FDDI, dan token ring. Dalam kondisi
media seperti ini, OSPF akan mengirimkan traffic multicast dalam
pencarian router-router neighbour-nya. Namun ada yang unik dalam
proses pada media ini, yaitu akan terpilih dua buah router yang berfungsi
sebagai Designated Router (DR) dan Backup Designated Router (BDR).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

b. Point-to-Point
Teknologi Point-to-Point digunakan pada kondisi di mana hanya ada satu
router lain yang terkoneksi langsung dengan sebuah perangkat router.
Contoh dari teknologi ini misalnya link serial. Dalam kondisi Point-toPoint ini, router OSPF tidak perlu membuat Designated Router dan Backup-nya karena hanya ada satu router yang perlu dijadikan sebagai
neighbour. Dalam proses pencarian neighbour ini, router OSPF juga akan
melakukan

pengiriman

Hello

packet

dan

pesan-pesan

lainnya

menggunakan alamat multicast bernama AllSPFRouters 224.0.0.5.
c. Point-to-Multipoint
Media jenis ini adalah media yang memiliki satu interface yang
menghubungkannya dengan banyak tujuan. Jaringan-jaringan yang ada di
bawahnya dianggap sebagai serangkaian jaringan Point-to-Point yang
saling terkoneksi langsung ke perangkat utamanya. Pesan-pesan routing
protocol OSPF akan direplikasikan ke seluruh jaringan Point-to-Point
tersebut.
Pada jaringan jenis ini, traffic OSPF juga dikirimkan menggunakan alamat
IP multicast. Tetapi yang membedakannya dengan media berjenis
broadcast multi-access adalah tidak adanya pemilihan Designated dan
Backup Designated Router karena sifatnya yang tidak meneruskan
broadcast.

d. Nonbroadcast multi-access (NBMA)

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

Media berjenis Nonbroadcast multi-access ini secara fisik merupakan
sebuah serial line biasa yang sering ditemui pada media jenis Point-toPoint. Namun secara faktanya, media ini dapat menyediakan koneksi ke
banyak tujuan, tidak hanya ke satu titik saja. Contoh dari media ini adalah
X.25 dan frame relay yang sudah sangat terkenal dalam menyediakan
solusi bagi kantor-kantor yang terpencar lokasinya. Di dalam penggunaan
media ini pun dikenal dua jenis penggunaan, yaitu jaringan partial mesh
dan fully mesh. OSPF melihat media jenis ini sebagai media broadcast
multiaccess. Namun pada kenyataannya, media ini tidak bisa meneruskan
broadcast ke titik-titik yang ada di dalamnya. Maka dari itu untuk
penerapan OSPF dalam media ini, dibutuhkan konfigurasi DR dan BDR
yang dilakukan secara manual. Setelah DR dan BDR terpilih, router DR
akan mengenerate LSA untuk seluruh jaringan. Dalam media jenis ini
yang menjadi DR dan BDR adalah router yang memiliki koneksi langsung
ke seluruh router tetangganya. Semua traffic yang dikirimkan dari routerrouter neighbour akan direplikasikan oleh DR dan BDR untuk masingmasing router dan dikirim dengan menggunakan alamat unicast atau
seperti layaknya proses OSPF pada media Point-to-Point.[1]

2.6

EIGRP
EIGRP adalah protokol routing yang termasuk proprietari Cisco, yang

berarti hanya bisa dijalankan pada router Cisco, EIGRP bisa jadi merupakan
protokol routing terbaik didunia jika bukan merupakan proprietari Cisco.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

Kelebihan utama yang membedakan EIGRP dari protokol routing lainnya
adalah EIGRP termasuk satu-satunya protokol routing yang menawarkan fitur
backup route, dimana jika terjadi perubahan pada network, EIGRP tidak harus
melakukan kalkulasi ulang untuk menentukan route terbaik karena bisa langsung
menggunakan backup route. Kalkulasi ulang route terbaik dilakukan jika backup
route juga mengalami kegagalan. Berikut adalah fitur-fitur yang dimiliki EIGRP:


Termasuk protokol routing distance vector tingkat lanjut (Advanced
distance vector).



Waktu convergence yang cepat.



Mendukung VLSM dan subnet-subnet yang discontiguous (tidak
bersebelahan/berurutan)



Partial updates, Tidak seperti RIP yang selalu mengirimkan keseluruhan
tabel routing dalam pesan Update, EIGRP menggunakan partial updates
atau triggered update yang berarti hanya mengirimkan update jika terjadi
perubahan pada network (mis: ada network yang down)



Mendukung multiple protokol network



Desain network yang flexible.



Multicast dan unicast, EIGRP saling berkomunikasi dengan tetangga
(neighbor) nya secara multicast (224.0.0.10) dan tidak membroadcastnya.



Manual summarization, EIGRP dapat melakukan summarization dimana
saja.



Menjamin 100% topologi routing yang bebas looping.



Mudah dikonfigurasi untuk WAN dan LAN.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25



Load balancing via jalur dengan cost equal dan unequal, yang berarti
EIGRP dapat menggunakan 2 link atau lebih ke suatu network destination
dengan koneksi bandwidth (cost metric) yang berbeda, dan melakukan
load sharing pada link-link tersebut dengan beban yang sesuai yang
dimiliki oleh link masing-masing, dengan begini pemakaian bandwidth
pada setiap link menjadi lebih efektif, karena link dengan bandwidth yang
lebih kecil tetap digunakan dan dengan beban yang sepadan juga

EIGRP mengkombinasikan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
protokol routing link-state dan distance vector. Tetapi pada dasarnya EIGRP
adalah protokol distance vector karena router-router yang menjalankan EIGRP
tidak mengetahui road map/ topologi network secara menyeluruh seperti pada
protokol link-state.
EIGRP mudah dikonfigurasi seperti pendahulunya (IGRP) dan dapat
diadaptasikan dengan variasi topologi network. Penambahan fitur-fitur protokol
link-state seperti neighbor discovery membuat EIGRP menjadi protokol distance
vector tingkat lanjut.
EIGRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm)
sebagai mesin utama yang menjalankan lingkungan EIGRP, DUAL dapat
diperbandingkan dengan algoritma SPF Dijkstra pada OSPF.[1]

2.7

Distance Vector
Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing

dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

26

saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi. Algoritma distance
vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford. Setiap router menerima table
routing dari router tetangga yang terhubung langsung. Pada gambar di bawah ini
digambarkan konsep kerja dari distance vector.

Gambar 2.5 Konsep Distance Vector
Router B menerima informasi dari Router A. Router B menambahkan
nomor distance vector, seperti jumlah hop. Jumlah ini menambahkan distance
vector. Router B melewatkan table routing baru ini ke router-router tetangganya
yang lain, yaitu Router C. Proses ini akan terus berlangsung untuk semua router.
Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan sehingga dapat digunakan
untuk

memperbaiki

database

informasi

mengenai

topologi

jaringan.

Bagaimanapun, algoritma distance vector tidak mengijinkan router untuk
mengetahui secara pasti topologi internetwork karena hanya melihat router-router
tetangganya.
Setiap

router

yang

menggunakan

distance

vector

pertama

kali

mengidentifikasi router-router tetangganya. Interface yang terhubung langsung ke

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

27

router tetangganya mempunyai distance 0. Router yang menerapkan distance
vector dapat menentukan jalur terbaik untuk menuju ke jaringan tujuan
berdasarkan informasi yang diterima dari tetangganya. Router A mempelajari
jaringan lain berdasarkan informasi yang diterima dari router B. Masing-masing
router lain menambahkan dalam table routingnya yang mempunyai akumulasi
distance vector untuk melihat sejauh mana jaringan yang akan dituju. [1]

2.8

Link State
Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma

shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari
informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak
spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan
algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana
mereka inter-koneksi.
Fitur-fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
-

Link-state advertisement (LSA) – adalah paket kecil dari informasi routing
yang dikirim antar router

-

Topological database – adalah kumpulan informasi yang dari LSA-LSA

-

SPF algorithm – adalah hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari
pohon SPF

-

Routing table – adalah daftar rute dan interface

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

28

Gambar 2.6 Konsep Link State
Ketika router melakukan pertukaran LSA, dimulai dengan jaringan yang
terhubung langsung tentang informasi yang mereka miliki. Masing-masing router
membangun database topologi yang berisi pertukaran informasi LSA.
Algoritma SPF menghitung jaringan yang dapat dicapai. Router
membangun logical topologi sebagai pohon (tree), dengan router sebagai root.
Topologi ini berisi semua rute-rute yang mungkin untuk mencapai jaringan dalam
protokol link-state internetwork. Router kemudian menggunakan SPF untuk
memperpendek rute. Daftar rute-rute terbaik dan interface ke jaringan yang dituju
dalam table routing. Link-state juga memperbaiki database topologi yang lain dari
elemen-elemen topolo