PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNER DI KELAS III SD NEGERI 2 TIJAYAN.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA PECAHAN SEDERHANA
MELALUI PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNER DI
KELAS III SD NEGERI 2 TIJAYAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan

Oleh
Dita Putri Susilasakti
NIM 13108241177

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
i

ii


SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama

: Dita Putri Susilasakti

NIM

: 13108241177

Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul TAS

: Peningkatan Hasil Belajar pada Pecahan Sederhana
melalui Penerapan Teori Belajar Bruner di Kelas III SD
Negeri 2 Tijayan

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang

pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan
orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya
ilmiah yang telah lazim.
Yogyakarta, 21 Maret 2017
Yang menyatakan,

Dita Putri Susilasakti
NIM.13108241177

iii

iv

MOTTO

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.s. Al-Insyirah : 6-7)
“Sejatinya kegagalan bukan sebuah halangan untuk menuju kesuksesan”
(Penulis)


v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan kesempatan sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Ayah dan ibu serta keluarga yang telah memberikan dukungan, doa, dan
semangat.
3. Universitas Negeri Yogyakarta yang saya banggakan.

vi

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PECAHAN SEDERHANA MELALUI
PENERAPAN TEORI BELAJAR BRUNER DI KELAS III SD NEGERI 2
TIJAYAN
Oleh
Dita Putri Susilasakti
NIM 13108241177

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada materi
pecahan sederhana melalui penerapan teori belajar Bruner di kelas III SD Negeri 2
Tijayan. Pembelajaran dengan menerapkan teori belajar Bruner melalui tiga
tahapan yaitu tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
dilaksanakan selama dua siklus. Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan
Mc. Taggart (dalam Suwarsih Madya, 2009:67). Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas III yang berjumlah 24 siswa, terdiri dari 6 siswa laki-laki dan
18 siswa perempuan. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar
pecahan sederhana dengan menerapkan teori belajar Bruner. Teknik yang
digunakan untuk pengumpulan data adalah tes, observasi, dan dokumentasi.
Instrumen penelitian menggunakan tes tertulis, pedoman observasi guru, pedoman
observasi siswa dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis data kuantitatif dan analisis data kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar dengan menerapkan
teori belajar Bruner pada materi pecahan sederhana mengalami peningkatan. Hal
ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar pada pra tindakan belum ada siswa yang
mencapai ketuntasan, pada siklus I ketuntasan belajar mencapai 83,34% dan pada
siklus II ketuntasan belajar meningkat menjadi 95,83%. Nilai rata-rata pada pre

test adalah 51,63, pada post test 1 mencapai 82,92, dan pada siklus II meningkat
menjadi 85. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang
menerapkan tahapan teori belajar Bruner dan menggunakan alat peraga yang
dapat membantu pola pikir siswa
Kata kunci: hasil belajar pecahan dan teori belajar Bruner

vii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Peningkatan Hasil Belajar pada Bilangan Pecahan Sederhana melalui
Penerapan Teori Belajar Bruner di Kelas III SD Negeri 2 Tijayan” ini dengan
lancar.
Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Penyusunan skripsi ini tidak
lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

untuk melaksanakan penelitian.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta ysng
telah memberikan ijin dan rekomendasi untuk keperluan penulisan skripsi.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan
rekomendasi dan bantuan dari awal pembuatan proposal hingga
terselesainya skripsi ini.
4. Bapak Petrus Sarjiman, M. Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan

viii

petunjuk dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan lancar.
5. Ibu Surtini, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 2 Tijayan yang telah
memberikan ijin penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
6. Ibu Sumarni, S.Pd selaku Guru Kelas III yang telah mengijinkan penulis
melakukan penelitian.
7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan do’a, semangat, dan dukungan.
8. Teman-teman PGSD angkatan 2013, terutama kelas A UPP I yang telah
memberikan semangat dan dukungan.

9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan terselesaikannya skripsi ini.
Semoga apa yang telah mereka berikan senantiasa mendapat
balasan yang baik dari Allah SWT. Penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 20 Maret 2017

Penulis

ix

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………. i
PERSETUJUAN ……………………………………………..….....................… ii
SURAT PERNYATAAN ……………………………………………………..... iii
HALAMAN PENGESAHAN...……………………………………………....… iv
MOTTO ………………………………………………………………………..…v
PERSEMBAHAN …………………………………………………………….… vi
ABSTRAK …………………………………………………………………...… vii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………........ viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. x

DAFTAR TABEL ……………………………………………………......…… xiii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………...….... ...xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………...… xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Batasan Masalah........................................................................................... 7
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
F.

Manfaat penelitian ........................................................................................ 8

G. Definisi Operasional ....................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Hasil Belajar Bilangan Pecahan ................................................... 11
1.

Tinjauan Hasil Belajar Bilangan Pecahan .............................................. 11


a.

Pengertian Belajar .................................................................................. 11
x

b. Pengertian Hasil Belajar ........................................................................... 12
c.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................................. 12

2.

Kajian Tentang Pembelajaran Matematika di SD ................................ 144

a.

Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar .......................................... 20

b.


Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Kelas III ........................... 21

3. Bilangan Pecahan Sederhana .................................................................... 21
a. Pengertian Bilangan Pecahan ..................................................................... 21
b. Pengertian Bilangan Pecahan Sederhana ................................................... 24
c.

Pembelajaran Bilangan Pecah di Kelas III SD ....................................... 24

B. Karakteristik Siswa SD .............................................................................. 47
C. Teori Belajar Bruner .................................................................................. 49
D. Langkah pembelajaran matematika di sekolah dasar ................................. 53
E. Pengaruh Teori Belajar Bruner Terhadap Hasil Belajar Pecahan Sederhana
.....................................................................................................................55
F.

Penelitian yang Relevan ............................................................................. 56

G. Kerangka Pikir ............................................................................................56

H. Hipotesis Tindakan..................................................................................... 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 58
B. Subjek dan Objek Penelitian ......................................................................... 59
C. Setting Penelitian .......................................................................................... 59
D. Model Penelitian ........................................................................................... 60
E. Rancangan Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 60
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 63
G. Instrumen penelitian ................................................................................... 64
H. Teknik analisis data .................................................................................... 69
F. Indikator Keberhasilan .................................................................................. 73
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian .............................................................................................. 74
1. Deskripsi lokasi penelitian ......................................................................... 74
xi

2. Deskripsi subjek penelitian ........................................................................ 75
3. Deskripsi penelitian tahap awal ................................................................. 75
4. Deskripsi hasil tindakan siklus 1 ............................................................... 79
5. Deskripsi hasil tindakan siklus II ............................................................... 99
B. Pembahasan ................................................................................................ 117
C. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 123
B. Saran ......................................................................................................... 124
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 125
LAMPIRAN ........................................................................................................ 127

xii

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1.

Hasil rata-rata nilai UTS siswa ..............................................

4

Tabel 2.

Penjabaran SK, KD, dan Indikator ........................................

20

Tabel 3.

Model untukpecahan dan cara membandingkannya ..............

36

Tabel 4.

Jadwal pelaksanaan penelitian ..............................................

59

Tabel 5.

Kisi-kisi soal pre-test ..............................................................

64

Tabel 6.

Kisi-kisi soal evaluasi siklus I ................................................

65

Tabel 7.

Kisi-kisi soal evaluasi siklus I ................................................

66

Tabel 8.

Lembar observasi mengajar guru ...........................................

67

Tabel 9.

Lembar observasi kegiatan siswa ...........................................

68

Tabel 10.

Panduan konversi nilai ..........................................................

72

Tabel 11.

Kegiatan Penelitian Tahap awal.............................................

73

Tabel 12.

Hasil pre test siswa ................................................................

76

Tabel 13.

Klasifikasi hasil pre test ........................................................

77

Tabel 14.

Jadwal pelaksanaan penelitian ..............................................

78

Tabel 15.

Hasil belajar siswa pada siklus I ............................................

90

Tabel 16.

Klasifikasi Hasil belajar siswa pada siklus I ..........................

91

Tabel 17.

Perbandingan hasil belajar pada pre test dan siklus 1.............

93

Tabel 18.

Perbandingan Klasifikasi hasil belajar pada pre test dan
siklus 1 ....................................................................................

93

Tabel 19.

Refleksi pembelajaran pada siklus 1........................................ 98

Tabel 20.

Hasil belajar siswa siklus II ....................................................

108

Tabel 21.

Klasifikasi Hasil belajar siswa siklus II ..................................

109

Tabel 22.

Perbandingan Hasil belajar siswa siklus I dan siklus II ..........

111

Tabel 23.

Perbandingan Hasil belajar siswa pre tes, siklus I, dan siklus
II .............................................................................................. 112
xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.

Peragaan konsep pecahan .....................................................

25

Gambar 2.

Peragaan konsep pecahan .....................................................

26

Gambar 3.

Peragaan penjumlahan berpenyebut sama ( + ) .................

31

Gambar 4.

Peragaan penjumlahan berpenyebut sama ( + ) .................

31

Gambar 5.

33

Gambar 6.

Peragaan penguranganan berpenyebut sama ( − ) ............
Cuisenaire Rods ....................................................................

38

Gambar 7.

Lipatan pertama , lipatan .....................................................

39

Gambar 8.

Panjang dari setara dengan panjang

,setara dengan panjang

, dan . ...................................................................................
40
Gambar 9.

Model daerah .........................................................................

41

Gambar 10. Penerapan Pecahan Senilai melalui melipat kertas ................

42

Gambar 11. cara membandingkan bagian dari keseluruhan .......................

42

Gambar 12. Model daerah..........................................................................

43

Gambar 13. Contoh model himpunan........................................................

44

Gambar 14. Model himpunan menggunakan gambar apel dan jeruk..........

46

Gambar 15. Proses Penelitian Tindakan Kemmis dan Mc Taggart
(Suwarsih Madya, 2009:67)....................................................... 60
Gambar 16. Grafik hasil belajar siswa pada pre-test ...................................

77

Gambar 17. Tahap enaktif, ikonik, dan simbolik yang dilakukan oleh
guru...........................................................................................

83

Gambar 18. Tahap enaktif oleh siswa pada siklus 1 pertemuan 1................

84

Gambar 19. Tahap ikonik oleh siswa pada siklus 1 pertemuan 1.................

84

Gambar 20. Tahap simbolik oleh siswa pada siklus 1 pertemuan 1.............

85

Gambar 21. Tahap enaktif, ikonik, dan simbolik yang disampaikan guru
pada pertemuan kedua .............................................................
xiv

86

Gambar 22. Tahap enaktif oleh siswa pada siklus 1 pertemuan 2 .............

87

Gambar 23. Tahap ikonik oleh siswa pada siklus 1 pertemuan 2 ...............

87

Gambar 24. Tahap simbolik oleh siswa pada siklus 1 pertemuan 2 ..........

88

Gambar 25. Tahap ikonik pengurangan pecahan oleh siswa pada siklus 1
pertemuan 2 ...........................................................................

89

Gambar 26. Tahap simbolik pengurangan pecahan oleh siswa pada siklus

89

1 pertemuan 2 ...........................................................................
Gambar 27. Grafik Hasil belajar siswa siklus 1 ...........................................

92

Gambar 28. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pra Tindakan
dan Siklus I ..............................................................................

94

Gambar 29. Siswa memperagakan tahap enaktif, ikonik, dan simbolik
memalui mengerjakan LKS....................................................

96

Gambar 30. Kegiatan apersepsi menggunakan kertas lipat .........................

101

Gambar 31. Pecahan senilai dari yang dilakukan oleh siswa ..................

102

Gambar 32. Tahap enaktif yang dilakukan oleh siswa pada siklus 2
pertemuan 1

............................................................................ 103

Gambar 33. Tahap ikonik yang dilakukan oleh siswa pada siklus 2
pertemuan 1 .............................................................................

104

Gambar 34. Tahap simbolik yang dilakukan oleh siswa pada siklus 2
pertemuan 1 ..............................................................................
Gambar 35. Tahap enaktif oleh siswa pada siklus 2 pertemuan 2 ............

104
106

Gambar 36. Tahap ikonik dan simbolik oleh siswa pada siklus 2
pertemuan 2

...........................................................................

107

Gambar 37. Grafik Klasifikasi Hasil Belajar Siklus II ...............................

110

Gambar 38. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pra
Tindakan, Siklus I dan Siklus II

xv

.........................................

113

DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1.

Daftar Nama Siswa ......................................................................

128

Lampiran 2.

Rencana Pelaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II ...........

129

Lampiran 3.

Soal pre-test, post test I, dan post test II ........................................

166

Lampiran 4.

Hasil belajar siswa .......................................................................

177

Lampiran 5.

Lembar observasi .........................................................................

181

Lampiran 6.

Dokumentasi aktivitas siswa dan aktivitas guru .........................

198

Lampiran 7.

Surat ijin penelitian ......................................................................

200

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang
dapat meningkatkan kemampuan berpikir, kemampuan berargumentasi, dan dapat
mengembangkan kreativitas berpikir siswa. Menurut Soedjadi (dalam Heruman,
2008:1), hakikat matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Guru sebagai posisi kunci dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak
yang berpengaruh besar dalam proses pembelajaran. Guru harus mampu
menempatkan diri sebagai motivator, fasilitator, dan organisator di dalam kelas.
Guru juga harus mampu model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran
yang dimaksud adalah model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan
siswa dan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam menemukan
sebuah konsep matematika.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Ahmad Susanto (2015:190)
adalah sebagai berikut:
1.

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep,
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma.

1

2.

3.

4.
5.

Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.

Menurut Ahmad Susanto (2015:191), Pada proses pembelajaran matematika
perlu mendapatkan perhatian yang serius. Hal ini dikarenakan hasil-hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika masih belum
menunjukkan hasil yang dikatakan memuaskan. Pada penelitian sumarno dkk
yang dilakukan pada tahun 1999 (Ahmad Susanto, 2015:191) mengatakan bahwa
hasil belajar matematika siswa Sekolah Dasar belum memuaskan, juga adanya
kesulitan belajar yang dihadapi siswa dan kesulitan yang dihadapi guru dalam
mengajarkan matematika. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh
Soedjadi pada tahun 2000 (Ahmad Susanto, 2015:191) mengemukakan bahwa
daya serap rata-rata siswa sekolah dasar untuk mata pelajaran matematika hanya
sebesar 42%.
Peneliti melakukan observasi untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran
matematika di kelas III SD Negeri 2 Tijayan, Manisrenggo, Klaten. Berdasarkan
hasil observasi kegiatan belajar mengajar matematika di kelas III SD tersebut halhal yang ditemui adalah:
Siswa di SD tersebut merupakan siswa yang berjumlah 24 siswa. Jika dilihat
dari segi siswa, hampir semua siswa di kelas III selalu memperhatikan guru pada
2

saat menjelaskan materi sehingga sebagian besar siswa dapat mengerjakan LKS
setelah mendengarkan penjelasan contoh dari guru.
Hal kedua yang peneliti temukan adalah siswa selalu mematuhi perintah
guru. Misalnya jika siswa diminta oleh guru untuk mengerjakan soal maka siswa
akan mengerjakannya sampai selesai walaupun masih ada hasil pekerjaan yang
kurang tepat. Jika siswa diminta untuk mengumpulkan hasil pekerjaan maka siswa
akan mengumpulkan hasil pekerjaannya.
Pada saat guru menjelaskan perhatian siswa terpusat kepada guru. Tidak ada
siswa yang mengerjakan pekerjaan lain ketika guru menjelaskan dan jarang
terdapat siswa yang gojek/mengobrol dengan temannya sehingga suasana kelas
sangat kondusif.
Jika dilihat dari segi guru, guru menjelaskan materi secara detail dan pelan.
Guru juga selalu memberikan contoh dari konsep yang diajarkan. Hal tersebut
dapat mendorong siswa untuk dapat memahami dan mengerjakan soal yang
diberikan oleh guru. Selain itu guru selalu mengecek pekerjaan siswa secara
berkeliling sehingga guru mengerti siswa yang kurang paham dan yang sudah
paham. Siswa yang kurang paham diberikan sedikit penjelasan agar ia dapat
mengerjakan.
Namun dari hal-hal yang sudah diuraikan diatas terdapat hal-hal yang
peneliti anggap perlu sedikit variasi dalam pembelajaran matematika. Hal tersebut
dapat dilihat pada uraian berikut:

3

Pertama, Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan
penugasan secara dominan. Pada awal pembelajaran guru menggunakan metode
ceramah dan sedikit tanya jawab dilanjutkan untuk memberi contoh suatu konsep
matematika. Kemudian dilanjutkan dengan penugasan seperti contoh yang
diberikan oleh guru. Dalam hal ini, guru juga dapat menggunakan metode di
mana siswa dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang diperlukannya.
Sehingga siswa akan memahami apa yang sudah diperolehnya dan apa yang ia
pelajari akan lebih dimengerti karena bukan sekedar hafalan.
Kedua,

Kurangnya

keterlibatan

siswa

dalam

proses

pembelajaran

matematika. Sebagian besar anak memperhatikan guru ketika menjelaskan materi
namun siswa tersebut berperan pasif. Seharusnya dalam suatu proses
pembelajaran siswa dapat berperan aktif tidak hanya mendengarkan penjelasan
guru dan mengerjakan soal di buku tugas saja tetapi siswa juga perlu aktif dalam
kegiatan pembelajaran dan aktif dalam menemukan konsep matematika sendiri.
Ketiga, rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hal ini selain dipengaruhi
oleh faktor internal maupun eksternal juga dapat dipengaruhi oleh metode yang
diterapkan guru dalam pembelajaran. Karena dalam pembelajaran anak belajar
dengan menghafal bukan memahami. Berikut ini disajikian tabel hasil Ulangan
Tengah Semester I (UTS) SD Negeri 2 Tijayan:
Tabel 1. Hasil rata-rata nilai UTS siswa
No
Mata Pelajaran
1. Bahasa Indonesia
2. Matematika
3. IPA

KKM
60
50
60
4

Rata-Rata Nilai
73
66
68

Berdasarkan tabel diatas, nilai rata-rata matematika lebih rendah dari ratarata mata pelajaran yang lain. Rendahnya hasil belajar matematika pada siswa
tersebut, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menyebabkannya.. Faktor tersebut
dapat digolongkan kedalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan faktor yang bersumber dari diri peserta didik itu sendiri. Contoh dari
faktor internal adalah kecerdesan, minat, perhatian, motivasi belajar, sikap
kebiasaan belajar, ketekunan, dan kondisi fisik, sedangkan faktor eksternal adalah
faktor yang berasal dari luar diri peserta didik yang dapat mempengaruhi yaitu
kondisi keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu penananaman konsep dasar, pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan. Menurut Heruman (2008:3) dalam kegiatan pembelajaran konsep
dasar ini, media atau alat peraga diharapkan dapat digunakan untuk membantu
kemampuan pola pikir siswa. Namun yang terjadi di lapangan, guru belum
memanfaatkan media atau alat peraga yang ada. Pembelajaran akan lebih menarik
apabila guru menyampaikan pembelajaran dengan teori Bruner yaitu melalui
tahap enactive (melalui benda nyata), iconic, (melalui gambar)dan symbolic
(simbol atau notasi matematika).

5

Berdasarkan kondisi tersebut maka diperlukan pengembangan dan
peningkatan mutu dalam pembelajaran matematika. Peningkatan mutu dalam
pembelajaran matematika dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
belajar yang tepat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Salah satunya
yakni menggunakan metode belajar dengan menerapkan teori belajar Bruner.
Teori belajar Bruner merupakan teori belajar yang meliputi tiga tahap yaitu
enaktif, ikonik, dan simbolik. Tahap pertama adalah dengan menggunakan contoh
benda-benda konkret (enactive), tahap kedua semi konkret/gambar (iconic) dan
tahap

ketiga

berupa

abstrak

(symbolic).

Dengan

menggunakan

media

pembelajaran seperti yang disebutkan diatas, siswa dapat lebih mudah dalam
memahami suatu konsep matematika. Siswa juga akan terlibat aktif dalam proses
pembelajaran. Selain itu, penerapan teori bruner dalam pembelajaran matematika
sesuai dengan perkembangan anak dari berpikir konkrit sampai ke abstrak. Oleh
karena itu, peneliti akan bekerjasama dengan guru kelas III untuk menerapkan
teori belajar Bruner.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Guru masih menggunakan metode pembelajaran ceramah dan penugasan
secara dominan.

6

2. Guru belum menggunakan alat peraga atau media untuk membantu
kemampuan pola pikir siswa.
3. Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran matematika.
4. Beberapa siswa mengobrol dengan temannya

dan kurang memperhatikan

penjelasan guru.
5. Rendahnya hasil belajar matematika khususnya materi bilangan pecahan
sederhana.
6. Guru belum menggunakan teori belajar Bruner dalam pembelajaran
matematika khususnya materi pecahan sederhana.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, peneliti merumuskan masalah,
sebagai fokus dari penelitian ini yaitu tentang bagaimana peran guru dalam upaya
meningkatkan hasilbelajar pada pecahan sederhana melalui penerapan teori
belajar Bruner siswakelas III SD Negeri 2 Tijayan.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dari penelitian ini yaitu “Bagaimana meningkatkan hasil belajar
pecahan sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 2 Tijayan melalui
implementasi teori belajar Bruner?”.

7

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar konsep pecahan
sederhana pada siswa kelas III SD Negeri 2 Tijayan melalui implementasi teori
belajar Bruner.
F. Manfaat penelitian
Rumusan manfaat penelitian yang dilaksanakan di kelas III SD Negeri 2
Tijayan adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru:
a. mempunyai pengalaman melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
menerapkan teori bruner pada materi pecahan, dan
b. mengetahui upaya untuk meningkatkan hasil belajar konsep pecahan siswa
kelas iv melalui implementasi teori belajar bruner.
2. Bagi siswa:
a. siswa dapat menemukan konsep pecahan sederhana melalui penerapan teori
belajar bruner,
b. memperoleh hasil belajar yang tinggi khususnya pada materi pecahan, dan
c. mendapat pengalaman aktif dalam kegiatan pembelajaran.
3. Bagi sekolah:
a. memberikan informasi yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di
sekolah, khususnya pada pembelajaran matematika, dan
b. bangga mempunyai siswa yang mempunyai hasil belajar matematika yang
tinggi.
8

G. Definisi Operasional
1. Hasil Belajar
Hasil belajar yang dimaksud adalah pencapaian nilai siswa dari kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan oleh siswa pada materi pecahan sederhana dan
diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Hasil belajar dikatakan berhasil bila
nilai rata-rata hasil tes siswa ≥70.
2. Bilangan Pecahan Sederhana
Bilangan pecahan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi
mengenal/memahami konsep pecahan sederhana pada kelas III semester 2, dengan
materi pokok: 1) mengenal pecahan sederhana (setengah, seperdua, sepertiga,
seperempat, seperlima), 2) membaca dan menulis pecahan yang berpenyebut
sama, 3) menjumlahkan dua bilangan pecahan yang berpenyebut sama, 4)
mengurangkan dua bilangan pecahan yang berpenyebut sama, 5) membandingkan
dua pecahan, dan 6) memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan. Skor
hasil belajar bilangan pecahan sederhana dapat dilihat pada tes hasil belajar pada
pada akhir proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan.
3. Teori Belajar Bruner
Dalam teori belajar Bruner ini, siswa akan belajar melalui tiga tahapan
pembelajaran yaitu enaktif, ikonik, dan simbolik. Pada tahap enaktif siswa secara
langsung terlibat dalam memanipulasi objek. Objek yang dimaksud dapat berupa
kertas lipat. Pada tahap ikonik kegiatan yang dilakukan siswa adalah berhubungan
dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek – objek yang
9

dimanipulasinya, misalnya dengan menggambar kertas lipat. Tahap yang terakhir
yaitu tahap simbolik, siswa akan mampu menggunakan notasi tanpa
ketergantungan

terhadap

objek

10

nyata

/

alat

peraga.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Hasil Belajar Bilangan Pecahan
1. Tinjauan Hasil Belajar Bilangan Pecahan
a. Pengertian Belajar
Menurut R. Gagne (Ahmad Susanto, 2015: 1) belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar
dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,
keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
Menurut W.S. Winkel (Ahmad Susanto, 2015: 4) belajar adalah suatu
aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan
lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan
berbekas.
Menurut Ahmad Susanto (2015:4) belajar adalah suatu aktivitas yang
dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh
suatu konsep, pemahaman atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan
seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir,
merasa, maupun dalam bertindak.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
11

tingkah laku yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan
lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, serta nilai sikap yang dilakukan seseorang secara
sadar.
b. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Winkel (Purwanto, 39) Hasil belajar adalah perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Nawawi (Ahmad Susanto, 2015: 5) hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Menurut Ahmad Susanto, (2015: 5) hasil belajar adalah perubahanperubahan yang terjadi pada diri siswa baik yang menyangkut aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah yang mengakibatkan perubahan pada aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Wasliman dalam (Ahmad Susanto, 2015: 12) hasil belajar yang
dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang

12

mempengaruhi baik faktor internal maupun eksternal. Uraian mengenai faktor
internal dan eksternal adalah sebagai berikut:
1) Faktor internal:
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri peserta
didik itu sendiri yang mempengarui kemampuan belajarnya. Faktor internal dapat
digolongkan ke dalam: kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar,
ketekunan, sikap, kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik
yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor eksternal antara lain: keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa
misalnya perhatian orangtua yang kurang terhadap anaknya, serta kebiasaan
sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari orangtua dalam keidupan seari-hari
berpengaruh dalam hasil belajar peserta didik.
Ruseffendi dalam Ahmad Susanto (2015:14) mengidentifikasi faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar ke dalam sepuluh macam yaitu kecerdasan,
kesiapan anak, bakat anak, kemauan belajar, minat anak, model penyajian materi,
pribadi dan sikap guru, suasana belajar, kompetensi guru, dan kondisi masyarakat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar dapat berasal dari faktor intenal (dari dalam diri peserta didik),
faktor eksternal (dari luar diri peserta didik).

13

2. Kajian Tentang Pembelajaran Matematika di SD
a. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Menurut ahmad susanto (2015:184) kata matematika berasal dari bahasa
Latin, manthanein atau mathema yang berarti “belajar atau hal yang dipelajari”
sedang dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang
kesemuanya berkaitan dengan penalaran.
Matematika dapat diartikan sebagai sebagai ilmu deduktif, matematika juga
dapat diartikan sebagai bahasa, seni, dan ratunya ilmu, matematika adalah ilmu
tentang struktur yang teroganisasikan dengan baik, dan matematika adalah ilmu
tentang pola dan hubungan.
1) Matematika sebagai ilmu deduktif
Menurut kelompok matematikawan dalam ruseffendi (1992:27) matematika
adalah ilmu tentang sruktur yang bersifat deduktif atau aksiomatik , akurat,
abstrak , ketat dan sebagainya.

Menurut Reys dkk. (dalam Ruseffendi

1992:27) mengatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan
hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa , dan suatu alat.
Menurut Ruseffendi (1992:28) metode mencari kebenaran yang di pakai
oleh matematika adalah metode deduktif. Sebagai contoh yaitu jumlah dua buah
bilangan ganjil adalah bilangan genap. Untuk ini pembuktian deduktif dari hal
tersebut adalah sebagai berikut: misalkan m dan n adalah sembarang buah
bilangan bulat, maka 2m + 1 dan 2n + 1 masing – masing merupakan bilangan
ganjil, jika kita jumlahkan :
14

(2m + 1) + ( 2n + 1) = 2(m + n + 1)
Karena m dan n bilangan bulat, maka (m + n + 1) bilangan bulat, sehingga
2(m + n + 1) adalah bilangan genap, jadi jumlah dua buah bilangan ganjil selalu
genap.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa matematika dapat
diartikan sebagai ilmu deduktif karena metode mencari kebenaran yang di pakai
oleh matematika adalah metode dekdutif.
2) Matematika sebagai bahasa, seni, dan ratunya ilmu
Matematika adalah bahasa internasional, karena di setiap saat, di setiap
jenjang sekolah dan di setiap negara tentunya akan mengerti apa yang di maksud
dengan 2 + 6 = 8. Bahasa matematika tersebut, untuk siapa saja kapan saja dan di
mana saja pasti akan mempunyai pengertian yang sama. Jadi bahasa matematika
adalah bahasa yang universal dan berlaku secara umum yang sudah di sepakati
secara internasional.
Selain sebagai bahasa internasional, matematika dapat disebut dengan
bahasa simbol, karena dalam matematika itu banyak digunakan simbol-simbol
seperti -, +, √, , %, x, ̰ , ∞, dan sebagainya.
Matematika adalah seni karena dalam seni terlihat unsur-unsur keindahan,
keteraturan dan keterurutan. Konsep fungsi dalam matematika mempunyai
keteraturan dan keterurutan dalam aturan yang didefinisikannya yang dipakai
untuk mengaitkan dua buah himpunan dengan syarat-syarat tertentu yang
konsisten untuk membedakan dengan konsep lain.
15

Matematika dapat disebut dengan ratunya ilmu, matematika adalah bahasa
yang tidak tergantung pada bidang studi lain yang mengunakan simbol dan istilah
yang cermat yang disepakati secara universal sehingga mudah dipahami.
3) Matematika adalah ilmu tentang struktur yang teroganisasikan dengan baik
Menurut Ruseffendi belajar matematika adalah belajar tentang konsepkonsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta
mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut.
4) Matematika adalah ilmu tentang pola dan hubungan
Matematika dapat juga disebut sebagai ilmu tentang pola dan hubungan
karena dalam matematika kita sering mencari keseragaman agar dapat membuat
generalisasinya. Dalam mencari hubungan pola itu kita perlu memperlihatkan
keteraturan,

keterurutan,

keterkaikan

(hubungannya),

kecenderungannya

(menebak dan menduga). Setelah melakukan hal-hal tersebut kita akan mendapat
pola dari suatu konsep matematika. Contoh:
10 adalah jumlah dari bilangan prima 3 dan 7
18 adalah jumlah dari bilangan prima 7 dan 11
30 adalah jumlah dari bilangan prima 13 dan 17, dan seterusnya
Dengan menggeneralisasikan contoh-contoh kita akan mendapatkan pola
atau hubungannya sehingga sampailah pada kebenaran pertayaan: “Setiap
bilangan genap lebih besar dari dua dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua
bilangan prima”.

16

Ebbutt dan Straker dalam jurnal Marsigit (2000:9-12), memberikan
pedoman bagi revitalisasi pendidikan matematika:
1) Matematika adalah kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah:
a) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan penemuan dan
penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan yang mungkin terjadi .
b) memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan dengan
berbagai cara menurut cara mereka sendiri.
c) mendorong siswa untuk menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan,
pengelompokan, dari aktivitas yang siswa lakukan.
d) mendorong siswa dapat menarik kesimpulan umum dari aktivitas yang siswa
lakukan.
e) membantu siswa dapat mengetahui dan menemukan hubungan antara
pengertian satu dengan yang lainnya.
2) Matematika adalah kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan
penemuan.
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah :
a) Melalui kegiatan penemuan dapat mendorong inisiatif siswa dan memberikan
kesempatan berpikir yang berbeda dengan yang lain.
b) Dapat mendorong rasa ingin tahu siswa, menimbulkan keinginan untuk
bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan memperkirakan atau
memprediksi.
17

c) Menghargai penemuan yang muncul diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat
d) Melalui kegiatan yang mengasah kreativitas dapat mendorong siswa
menemukan struktur dan desain matematika.
e) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya karena hal yang
ditemukan oleh siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lainnya.
f) mendorong siswa dapat berfikir refleksif.
3) Matematika adalah kegiatan problem solving
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah :
a) menyediakan lingkungan belajar matematika yang dapat merangsang
timbulnya persoalan matematika bagi siswa.
b) membantu siswa memecahhkan persoalan matematika yang siswa temukan
menggunakan caranya sendiri .
c) membantu siswa untuk mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan
persoalan matematika.
d) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis.
e) mengembangkan

kemampuan

dan

ketrampilan

siswa

untuk

dapat

memecahkan persoalan yang mereka temukan.
f) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan berbagai
alat peraga matematika seperti : jangka, kalkulator, dsb.
4) Matematika merupakan alat berkomunikasi
Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran adalah :
a) mendorong siswa untuk dapat mengenal sifat-sifat matematika.
18

b) mendorong siswa untuk dapat membuat contoh sifat matematika.
c) mendorong siswa untuk dapat menjelaskan sifat matematika.
d) mendorong siswa memberikan alasan mengapa kegiatan matematika itu perlu.
e) mendorong siswa untuk terbiasa membicarakan persoalan matematika.
f) mendorong siswa untuk terbiasa membaca dan menulis matematika.
Menurut depdiknas (2001: 9, dalam Ahmad Susanto 2015: 190) kompetensi
atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar, sebagai
berikut:
1) Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan
pecahan,
2) Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.
3) Menentukan sifat simetri, kesebangunan dan sistem koordinat.
4) Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran
pengukuran.
5) Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,
terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.
6) Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan
gagasan secara matematika
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di Sekolah Dasar
sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Ahmad Susanto
(2015:190) adalah sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan
solusi yang diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.
19

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Kelas III
Salah satu Standar Kompetensi matematika di Sekolah Dasar adalah
Kompetensi Dasar adalah Standar Kompetensi 3. Memahami pecahan sederhana
dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Dalam Standar Kompetensi ini
terdapat tiga Kompetensi Dasar yaitu: 3.1 Mengenal pecahan sederhana, 3.2
membandingkan pecahan sederhana , dan 3.3 memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pecahan sederhana. Berikut merupakan penjabaran indikator
dari Kompetensi Dasar tersebut:
Tabel 2. Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Matematika Kelas III SD
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Indikator
3.Memahami pecahan 3.1 Mengenal

3.1.1

sederhana

sederhana (setengah, sepertiga,

dan pecahan sederhana

Mengenal

penggunaannya

seperempat, seperlima)

dalam

3.1.2

pemecahan

masalah

membaca

dan

pecahan

menulis

pecahan yang berpenyebut sama
3.1.3
bilangan

menjumlahkan
pecahan

dua
yang

berpenyebut sama
3.1.4
bilangan

mengurangkan
pecahan

berpenyebut sama

20

dua
yang

3.2 Membandingkan 3.2.1 menyajikan nilai pecahan
pecahan sederhana

menggunakan berbagai gambar
3.2.1

membandingkan

dua

pecahan
3.3

memecahkan 3.3.1 memecahkan masalah yang

masalah
berkaitan

yang berkaitan dengan pecahan
dengan

pecahan sederhana

3.3.2

menjumlahkan pecahan

3.3.3 mengurangkan pecahan
3. Bilangan Pecahan Sederhana
a. Pengertian Bilangan Pecahan
Menurut Heruman (2007:43) pecahan dapat diartikan sebagai bagian dari
sesuatu yang utuh. Dalam ilustrasi gambar, bagian yang dimaksudkan adalah
bagian yang diperhatikan, yang biasanya ditandai dengan arsiran. Bagian yang
diarsir tersebut dinamakan pembilang. Adapun bagian yang utuh adalah bagian
yang dianggap sebagai satuan, dan dinamakan penyebut.
Menurut Darhim, dkk (1991:163) bilangan pecahan adalah bilangan yang
lambangnya dapat ditulis dengan

di mana a dan b ≠ 0. Pada pecahan

disebut pembilang dan b disebut penyebut pecahan tersebut.

21

, a

Menurut Lisnawaty Simanjuntak dkk (1992:153) pecahan pada matematika
Sekolah Dasar dapat didasarkan atas pembagian suatu benda atau himpunan atas
beberapa bagian yang sama.
Menurut Yuwanto (2009:4) Pecahan merupakan bilangan yang dinyatakan
oleh bilangan bulat (pembilang) yang dibagi oleh bilangan bulat yang lain
(penyebut). Pecahan juga dapat disebut sebagai bilangan rasional karena pecahan
merupakan perbandingan (rasio) bilangan bulat.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pecahan
merupakan bagian dari sesuatu yang utuh yang lambangnya dapat ditulis dengan
. Pada pecahan , a disebut pembilang dan b disebut penyebut.
b. Bentuk pecahan
Beberapa bentuk pecahan menurut Mutijah dan Ifada (2009:97) adalah sebagai
berikut:
1) Pecahan biasa
Pecahan biasa adalah pecahan yang bentuk penulisannya

dengan a dan b adalah

bilangan cacah dan b ≠ dengan 0 serta a < b. Dalam hal ini a dan b bisa
mempunyai faktor persekutuan atau tidak mempunyai faktor persekutuan.
2) Pecahan yang ekuivalen
Pecahan

=

=

merupakan pecahan yang ekuivalen, artinya ketiga pecahan

tersebut menyatakan bilangan yang sama. Pecahan ekuivalen juga disebut pecahan
senilai atau pecahan seharga atau pecahan yang sama.
22

3) Pecahan paling sederhana
Bentuk pecahan disebut paling sederhana jika pembilang dan penyebutnya tidak
mempunyai faktor persekutuan.
Contoh:
Bentuk pecahan , , , dan merupakan pecahan-pecahan paling sederhana.
4) Pecahan senama

Pecahan disebut senama jika mempunyai penyebut yang sama.
Contoh:
Pecahan-pecahan , , dan merupakan pecahan senama.

5) Pecahan campuran

Pecahan campuran adalah pecahan yang pembilangnya lebih besar dari
penyebutnya sehingga jika disederhanakan akan menghasilkan bentuk bulat
pecahan.
Menurut Yuwanto Nugroho (2013:4), pecahan dapat dibedakan menjadi berikut:
1) Pecahan wajar adalah pecahan yang memiliki pembilang lebih kecil daripada
penyebut. Contoh , , ,

2) Pecahan tak wajar adalah pecahan yang memiliki pembilang lebih besar dari
penyebut. Contoh , ,

,

3) Pecahan campuran adalah pecahan yang terdiri atas bilangan bulat dan
pecahan. Contoh 1 ,

,

,

23

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa macam-macam pecahan
adalah sebagai berikut: pecahan biasa, pecahan yang ekuivalen (pecahan
senilai/seharga), pecahan paling sederhana, pecahan senama, pecahan
campuran, dan pecahan wajar (pecahan sederhana).
c. Pengertian Bilangan Pecahan Sederhana
Pecahan sederhana yaitu pecahan yang memiliki pembilang lebih kecil dari
penyebutnya. Dalam Yuwanto Nugroho (2009:3) pecahan sederhana juga disebut
pecahan wajar.
Menurut Mutijah dan Ifada (2009:97) bentuk pecahan disebut paling
sederhana jika pembilang dan penyebutnya tidak mempunyai faktor persekutuan.
Contoh:
Bentuk pecahan , , , dan merupakan pecahan-pecahan paling sederhana.
Oleh karena itu, pecahan paling sederhana adalah pecahan yang pembilang dan
penyebutnya tidak mempunyai faktor persekutuan kecuali 1.
d. Pembelajaran Bilangan Pecah di Kelas III SD
1) Mengenal pecahan sederhana
a) Penanaman Konsep
Media yang diperlukan: Kertas lipat
Langkah kegiatan pembelajaran:

24

(1) Dalam pengenalan pecahan , siswa melipat kertas lipat menjadi dua bagian
yang sama. Siswa memberi garis bekas lipatan dan mengarsir salah satu
bagian lipatan.

Kertas utuh

dilipat menjadi
dua bagian

salah satu
bagian diarsir

Gambar 1. Peragaan konsep pecahan
(2) Siswa kemudian diberi beberapa pertanyaan:
(a) Berapa bagian kertas yang telah dilipat? (Jawaban yang diharapkan adalah 2
bagian)
(b) Berapa bagian kertas yang diarsir? (Jawaban yang diharapkan adalah 1
bagian)
(c) Berapa bagian kertas yang diarsir dari semua bagian? (Jawaban yang
diharapkan adalah 1 dari 2)
Apabila ditulis dalam bentuk pecahan:
(3) Untuk memberi pengenalan pecahan , guru dapat memberikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan pecahan.
(4) Siswa melakukan peragaan melalui melipat kertas lipat menjadi dua bagian
yang sama. Kemudian, siswa melipat lagi dengan arah yang berbeda. Siswa
25

memberi garis bekas lipatan tersebut dan mengarsir salah satu bagian lipatan
dari 4 lipatan yang terbentuk.

Dilipat menjadi dua
bagian

Kertas utuh

Dilipat lagi
menjadi dua bagian

Salah satu bagian
diarsir
Gambar 2. Peragaan konsep pecahan

(1) Siswa kemudian diberi beberapa pertanyaan:
(a)

Berapa bagian kertas yang telah dilipat? (Jawaban yang diharapkan adalah

4 bagian)
(b)

Berapa bagi