PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA Pengelolaan Karakter Kedisiplinan Di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta.

0

PENGELOLAAN KARAKTER KEDISIPLINAN DI SD
AL-ISLAM 3 GEBANG SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Dasar
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk memenuhi salah satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan

Oleh :
SUMANTO
NIM. Q 100 130 103

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015


1

2

3

4

Abstrak

Sumanto (Q 100 130 103). 2016. Pengelolaan Karakter Kedisiplinan di SD Al-Islam
3 Gebang Surakarta. Program Magister Administrasi Pendidikan. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mendeskripsikan konsep Disiplin manajemen
(manajemen) Karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta saat ini 2) Upaya
meningkatkan belajar siswa di sekolah dasar Disiplin Al Islam 3 Gebang Surakarta. 3)
Faktor pendukung dan penghambat faktor Karakter siswa Disiplin di SD Al Islam 3
Gebang Surakarta.
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Al Islam 3 Surakarta di Jl.Bromo No.02 Desa
Kadipiro Banjarsari Surakarta Kabupaten kota Solo terletak di bagian utara, sementara

penelitian dilakukan di Januari 2015.
Hasil penelitian Secara umum pelaksanaan kode disiplin menjalankan secara tertib dan
teratur, dapat dilihat dari antusiasme dan keaktifan siswa dalam praktek. Meskipun ada
beberapa siswa yang tidak begitu peduli dengan disiplin. Upaya untuk meningkatkan
Disiplin Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta. Pelaksanaan manajemen bisnis
sebagai internalisasi karakter disiplin ajaran Islam di SD Al-Islam Surakarta 3 penanaman
nilai-nilai agama meliputi: doa disiplin apel pagi disiplin, dan disiplin tadarus Al-Qur'an.
Sedangkan budidaya nilai-nilai moral termasuk hal disiplin dan Salim, pemutaran murotal
dan asmaul husna, disiplin Jumat bersih dan disiplin infaq / sedekah. Nilai-nilai Islam
yang dapat diinternalisasikan ke pelajar dengan karakter yang ada dari disiplin nilai
ibadah dan nilai-nilai moral. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
meningkatkan belajar siswa di sekolah dasar Disiplin Al Islam 3 Gebang Surakarta
Faktor-faktor yang mendukung karakter disiplin siswa pendidikan adalah) Nilai
kejujuran, b) Nilai tanggung jawab dan c) penilaian Model pada setiap subjek
menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan) , afektif (sikap), juga psikomotor
(keterampilan). Faktor penghambat adalah lingkungan yang tidak baik.

Kata kunci: disiplin, pendidikan karakter, Sekolah Dasar

5


Abstract
Sumanto (Q 100 130 103). 2016. Character Management Discipline in SD Al-Islam 3
Gebang Surakarta. Master Program in Educational Administration. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

The purpose of this research is:1) To describe the concept of management (management)
Character Discipline in SD Al Islam 3 Gebang Surakarta this time 2) Efforts to improve
student learning in elementary school Discipline Al Islam 3 Gebang Surakarta. 3)
Factors supporting and inhibiting factors Character Discipline students in elementary Al
Islam 3 Gebang Surakarta.
This research was conducted at the Primary School Al Islam 3 No.02 Jl.Bromo Surakarta
in Surakarta Regency Village Kadipiro Banjarsari city of Solo is located in the northern
part, while research conducted in January 2015
The result of the study In general the implementation of the discipline code running in an
orderly and organized, it can be seen from the enthusiasm and activeness of students into
practice. Although there are some students who are not so concerned with the discipline.
Efforts to improve Discipline Students in elementary Al Isla m 3 Gebang Surakarta.
Implementation of business management as a discipline character internalization of
Islamic teaching in elementary Al-Islam 3 Surakarta the planting of religious values

include: discipline apple morning prayers discipline, and discipline tadarus Qur'an.
While the cultivation of moral values include regards discipline and Salim, playback
murotal and asmaul husna, discipline clean Friday and discipline infaq / alms. The
values of Islam which can be internalized to the learner with the existing character of a
value discipline of worship and moral values. Factors supporting and inhibiting factors
in improving student learning in elementary school Discipline Al Islam 3 Gebang
Surakarta Factors that support character education student discipline is a) Value
honesty, b) Value of responsibility and c) Model assessment on each subject using
cognitive assessment (knowledge), affective (attitude), also psychomotor (skills).
Inhibiting factor is the environment that is not good.

Keyword : discipline, character education, elementary school

6

PENDAHULUAN
Pendidikan karakter dalam konteks kekinian sangat relevan dan penting
untuk mengantasi krisis moral yang terjadi di Indonesia. Diakui atau tidak diakui
saat ini terjadi krisis nyata dan mengkhawatirkan karena telah berimbas kepada
anak-anak dan remaja usia sekolah. Krisis tersebut berupa tawuran antar pelajar,

menurunnya kejujuran, kehilangan daya kreatif (kreatifitas), tanggungjawab, dan
sebagainya yang sudah menjadi masalah sosial dan ikut memberi andil terjadinya
konflik ditingkat rakyat bawah.
Pendidikan sebagai suatu upaya sadar mengembangkan potensi peserta
didik, tidak dapat dilepaskan dari lingkungan mereka berada, utamanya
lingkungan budaya, karena pendidikan yang tidak dilandasi

prinsip budaya

menyebabkan peserta didik tercabut dari akar budayanya, dan ketika hal itu terjadi
maka mereka tidak akan mengenal budayanya dan akan menjadi asing dalam
lingkungan budaya masyarakatnya, kondisi demikian menjadikan siswa cepat
terpangaruh oleh budaya luar. Kecenderungan itu terjadi karena ia tidak memiliki
norma dan nilai budaya yang dapat digunakan untuk melakukan pertimbangan
(Kemendiknas, 2010:5).
Pendidikan karakter menjadi amat penting karena melalui kegiatan
tersebut nilai-nilai kebangsaan akan tersosialisasi sistimatis dan diterima semua
kalangan utamanya peserta didik sebagai generasi muda bangsa; pendidikan
karakter sebagai wujud implementasi sosialisasi nilai-nilai luhur budaya bangsa,
adalah format penguatan yang sistematis dan terencana. Semakin kuat seseorang

memiliki dasar pertimbangan nilai kebangsaan, semakin kuat pula kecenderungan
untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga masyarakat yang baik, dan pada
titik kulminasinya secara individual maupun kolektif akan memegang teguh nilai
budaya. Hal tersebut sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan
dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, yaitu “mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam angka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, aturan dasar yang
mengatur pendidikan nasional (UUD 1945 dan Undang-Undang Sisdiknas Nomor

7

20 Tahun 2003) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk mengembangkan
keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan bangsa.
Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu
menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum. Dalam mengembangkan pendidikan karakter
bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang teramat
penting, kesadaan tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui pencerahan
masa lalu, masa kini dan akan datang tentang bangsanya. (Kemendiknas, 2010: 6)
Pendidikan karakter sejatinya merupakan bagian esensial tugas sekolah

dalam hal ini sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai luhur
dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
Zubaedi (2011: 17) menyatakan pendidikan karakter adalah: Upaya
penanaman kecerdasan dalam berfikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan
pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai luhur yang menjadi
jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri,
antarsesama, dan lingkungannya. Nilai luhur tersebut antara lain kejujuran,
kedisiplinan, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berfikir
termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berfikir logis. Pendidikan memiliki
beberapa tujuan utama yaitu; pengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta
didik sebagai manusia sekaligus warga bangsa; mengembangkan kebiasaan dan
perlaku peserta didik yang terpuji, menanamkan jiwa kepemimpinan dan
tanggungjawab, mengembangkan peserta didik menjadi manusia mandiri, kreatif,
dan berwawasan kebangsaan, mengembangkan lingkungan belajar yang aman,
jujur, disiplin, penuh kreatifitas dan persahabatan.
Dalam mewujudkan tujuan pendidikan karakter, sangat dibutuhkan peran
guru dalam pengelolaan pendidikan karakter yang benar-benar memiliki kekuatan
dalam menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuh kembangnya nilai-nilai
karakter yang diharapkan, bukan sekedar konsep yang ditempelkan pada mata
pelajaran tertentu untuk mendapatkan pengakuan bahwa pendidikan karakter

sudah dilaksanakan, sehingga tidak memberikan dampak yang berarti terhadap
kepribadian peserta didik.

8

Pada studi awal lapangan ditemukan sekitar 79 persen guru SD Al Islam
3 Gebang Surakarta menyatakan bahwa pendidikan karakter sudah dilaksanakan,
hal

tersebut

dibenarkan

Wakasek

Kesiswaan

Munawar

Kholil,


S.Pd

(diwawancarai, 26/03/2015) yang menyatakan telah dilaksanakan aktifitas sebagai
bentuk pendidikan karakter yakni: pembiasaan perilaku siswa yang mengarah
kepada peningkatan kesadaran diri dan lingkungan (akhlak mulia) dengan wujud :
tiap-tiap siswa datang ke sekolah pagi hari memunguti rumput dan membuangnya
ke tong sampah; berbaris tertib saat masuk dan keluar ruang belajar; menghormati
guru yang dijumpai dengan menjabat tangan sang guru tak peduli apakah
mengajar di kelasnya atau tidak. Pembiasaan tersebut sudah dilakukan sejak tahun
pelajaran 2010 – 2014 hingga sekarang.
Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan karakter yang disosialisasikan
ke sekolah SD Al Islam 3 Gebang Surakarta menjelang tahun pelajaran 2015 –
2016, dalam tinjauan perilaku karakter kedisiplinan tampaknya sama dengan apa
yang sudah dilakukan selama ini, namun apabila bertitik tolak pada pengelolaan
yang sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang diterbitkan
Kemendiknas (2011:26) yakni : menyusun analisis konteks, menyusun Rencana
Akasi Sekolah (RKS) yang berintikan penyusunan dokumen tentang nilai-nilai
yang akan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dalam visi, misi serta
prinsip pengembangan; pembelajaran, inovatif, kreatif, adaptif dan proaktif

berbudaya

lingkungan

sampai

kepada

kurikulum

yang

adaptif,

belum

dilaksanakan secara penuh, maka sesuai dengan penelitian awal yang
dilaksanakan di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta, hanya 12 persen dari seluruh
guru yang menyatakan sudah dilaksanakan pengelolaan pendidikan karakter,
selebihnya yakni 88 persen menyatakan belum dilakukan pendidikan karakter.

Memperhatikan temuan tersebut dan dihubungkan dengan informasi Ibu
Jaetun, S.Pd salah seorang guru (diwawancarai, 28/05/2015) bahwa sesuai dengan
informasi dari pihak Pengawas sekolah yang ditugaskan melakukan sosialisasi
pendidikan karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta, maka pendidikan
karakter dilakukan melalui pencantuman nilai-nilai karakter tertentu ditiap-tiap
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu pada setiap Kompetensi Dasar

9

(KD). Nilai pendidikan karakter dianggap tercapai apabila KD yang diajarkan
tuntas, yang dinilai melalui penilaian atau tes formatif. Ditambahkan pula bahwa
proses penanaman nilai-nilai karakter dianggap satu bagian tak terpisahkan dari
proses pembelajaran yang dilakukan, walaupun kurikulum yang digunakan belum
dilakukan penyesuaian dengan kurikulum khusus untuk mendukung pelaksanaan
pendidikan karakter.
Menurut Kepala Tata Usaha (KTU) SD Al Islam 3 Gebang Surakarta
(01/05/2015) pendidikan karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta benar-benar
sudah dilaksanakan sebagaimana dikemukakan oleh guru-guru, baik itu mengatur
perilaku siswa maupun melakukan pembinaan di kelas dan pembinaan ketakwaan
di mesjid serta pembinaan lainnya melalui Pramuka dan Palang Merah Remaja
(PMR), namun hal-hal yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran yang
berkaitan dengan pendidikan karakter seperti kurikulum, sarana, cara-cara
mengajar apalagi dalam hal menegakan disiplin terhadap siswa pada pagi hari
sampai waktu pulang sekolah masih jadi masalah, karena bukan kendalanya bukan
saja pada siswa; tetapi guru juga sendiri masih jauh dari sikap disiplin dalam
melaksanakan tugasnya; mereka belum bisa memberikan keteladanan yang
sungguh-sungguh,

lebih

banyak

menuntut

hak

daripada

melaksanakan

kewajibannya sebagai guru. Sehingga tidak mengherankan kalau disiplin yang
diharapkan belum bejalan baik, demikian pula kejujuran, sopan santun, kratifitas
dan kemandirian belum bisa diwujudkan secara maksimal di sekolah, apalagi di
rumah.
Kondisi obyektif lapangan yang ditemukan, apabila dihubungkan dengan
pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan pedoman Kemendikbud (2011:13)
yang menyatakan pelaksanaan pendidikan karakter dimulai

dari tahap

perencanaan visi, misi dan tujuan sekolah, tahap pelaksanaan, tahap
pengkondisian pendidikan karakter, tahap penilaian keberhasilan dan tindak
lanjut, maka hasil temuan lapangan mengidikasikan pengelolaan pendidikan
karakter di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta belum sesuai sepenuhnya
dilaksanakan sesuai dengan Desain Induk Pendidikan Karakter (2015) ataupun
Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pendidikan Karakter SD (2015).

10

Dengan kasus yang tampak tersebut, peneliti tertarik dan terdorong
mengungkap dan mempelajari lebih jauh tentang bagaimana sesungguhnya
implementtasi pengelolaan karakter kedisiplinandi SD Al Islam 3 Gebang
Surakarta sehingga benar-benar mampu berkontribusi dalam proses pembentukan
karakter peserta didik yang konsisten, sehingga pemahaman siswa terhadap nilainilai kehidupan yang terpuji (akhlak mulia), tidak lagi hanya melalui proses
pembiasaan dan pencantuman nilai-nilai dalam program pembelajaran semata,
tetapi dilakukan secara holistik multi jalan dan multi program, mengingat SD Al
Islam 3 Gebang Surakarta adalah termasuk sekolah Terakreditasi A yang ada di
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, dan menjadi salah satu sekolah yang
berada di kawasan padat penduduk, meskipun demikian tidak pernah terlibat
dalam konflik.
Tujuan dalam penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan konsep
Pengelolaan (manajemen) Karakter Kedisiplinan di SD Al Islam 3 Gebang
Surakarta Selama ini. Usaha-usaha untuk meningkatkan Kedisiplinan Belajar
siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta. Faktor pendukung dan faktor
penghambat Karakter Kedisiplinan siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta.

LANDASAN TEORI/ KAJIAN PUSTAKA

1. Pendidikan
Pendidikan

adalah

upaya

sadar

dan

terencana

dalam

proses

pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang
menjadi manusia yang mandiri, bertanggung jawab, kreatif, berilmu, sehat
dan berakhlak (berkarakter) mulia (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003).
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menegaskan bahwa “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

11

negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 Pasal 3).
Berdasarkan hukum yuridis tersebut, pendidikan nasional mengemban
misi untuk membangun manusia sempurna (insan kamil). Untuk membangun
bangsa dengan jati diri yang utuh, dibutuhkan sistem pendidikan yang
memiliki materi yang holistik, serta ditopang oleh pengelolaan dan
pelaksanaan yang baik. Dengan demikian, pendidikan nasional harus bermutu
dan berkarakter.
2. Karakter
Secara etimologis, kata karakter (Inggris : character ) berasal dari bahasa
Yunani, eharassein yang berarti “to engrave” (Ryan and Bohlin, 1999: 5).
Kata “to engrave” itu sendiri dapat diterjemahkan menjadi mengukir,
melukis, memahatkan, atau menggoreskan (Echols dan Shadily, 1995: 214).
Arti ini sama dengan istilah “karakter” dalam bahasa Inggris (character ) yang
juga berarti mengukir, melukis, memahatkan atau menggoreskan (Echols dan
Shadily, 1995: 214).
Berbeda dengan bahasa Inggris, dalam bahasa Indonesia “karakter”
diartikan sebagai tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Arti karakter secara kebahasaan
yang lain adalah huruf, angka, ruang atau simbol khusus yang dapat
dimunculkan pada layar dengan papan ketik (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:
682). Artinya, orang yang berkarakter adalah orang yang berkepribadian,
berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak tertentu, dan watak tersebut
yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Di samping karakter dapat dimaknai secara etimologis, karakter juga
dapat dimaknai secara terminologis. Secara terminologis Thomas Lickona,
sebagaimana dikutip Marzuki mendefinisikan karakter sebagai “A reliable
inner disposition to respond to situasions in a morally good way”.
Selanjutnya, Lickona menyatakan, “Character so conceived has three
interrelated parts: moral knowing, moral feeling, and moral behavior”.
Karakter mulia (good character ) mencakup pengetahuan tentang kebaikan

12

(moral knowing) yang menimbulkan komitmen terhadap kebaikan (moral
feeling), dan akhirnya benar-benar melakukan kebaikan (moral behavior ).

Dengan demikian, karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan
(cognitives) sikap (attitudes) dan motivasi (motivations), serta perilaku
(behavior ) dan ketrampilan (Marzuki, 2011: 470).
Dari pengertian secara etimologis maupun terminologis di atas, dapat
disimpulkan bahwa karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia
yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat.
Berbagai

pengertian

karakter

dala

berbagai

perspektif

di

atas

mengindikasikan bahwa karakter identik dengan kepribadian, atau dalam
Islam disebut akhlak. Dengan demikian, kepribadian merupakan ciri,
karakteristik, atau sifat. Karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang
yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan,
misalnya keluarga pada masa kecil dan bawaan sejak lahir (Doni Koesoema,
2007: 80).
Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain. Karakter juga bisa diartikantabiat, yaitu perangai atau perbuatan
yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Karakter juga diartikan watak, yaitu
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku
atau kepribadian.
Aristoteles membedakan moral dengan pendidikan karakter. Moral
adalah ajaran atau aturan tentang seperangkat nilai-nilai untuk membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Moral masih bersifat normatif, berupa
seperangkat aturan yang dijadikan acuan dalam pendidikan karakter.

13

3. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004: 95), “sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka
dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”. Definisi
lainnya dikemukakan oleh Fakry Gaffar (2010: 1): “Sebuah proses
transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam
kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang
itu”. Dalam definisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: 1) proses
transformasi nilai-nilai, 2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian, dan 3)
menjadi satu dalam perilaku.
Pendidikan karakter dalam seting sekolah sebagai “Pembelajaran yang
mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh yang
didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah”. Definisi ini
mengandung makna (Dharma Kesuma, 2011: 67):
a. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan
pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran,
b. Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh.
Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang memiliki potensi untuk
dikuatkan dan dikembangkan,
c. Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang dirujuk
sekolah (lembaga).
Pendidikan karakter itu erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan atau
kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan dilakukan sehingga
melahirkan kepribadian. Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai
kelayakan yang di kawal dalam pembiasaan hingga melahirkan kepribadian
yang mulia. Tujuan pendidikan karakter pada tingkat institusi mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah

14

merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
masyarakat luas.
Jika pendidikan karakter ini berjalan sesuai dengan aturan, maka tujuan
tersebut akan tercapai, bahkan fungsi pendidikan karakter akan lebih
bermakna dalam membangun masyarakat yang mampu mengembangkan aset
pemberian Allah. Dengan aset raga yang sehat, manusia bisa bekerja keras.
Dengan aset pikiran, manusia bisa bekerja dengan cerdas. Dengan aset hati,
manusia bisa bekerja dengan ikhlas. Mampu membangun hubungan
kepatuhan dengan Sang Khalik. Begitu juga dengan sesama manusia, akan
terjalin hubungan yang harmonis. Saling asah, asih, dan asuh. Inilah harapan
dari pendidikan karakter.
Dari konsep pendidikan dan karakter sebagaimana disebutkan di atas,
muncul pendidikan karakter (character education). Ahmad Amin (1980: 62)
mengemukakan bahwa kehendak (niat) merupakan awal terjadinya akhlak
(karakter) pada diri seseorang jika kehendak itu diwujudkan dalam bentuk
pembiasaan sikap dan perilaku.

METODE PENELITIAN

Tempat penelitian di Sekolah Dasar Al Islam 3 Surakarta di Jl.Bromo
No.02 Kelurahan Kadipiro Kecamatan Banjarsari Surakarta Terletak di kota Solo
Bagian Utara, sedangkan Penelitian dilaksanakan bulan Januari tahun 2015.
Kondisi lingkungan fisik SD Al-Islam 3 Surakarta secara umum
mendukung terjadinya proses belajar mengajar, hal itu terlihat pada gedung kelas
yang bersih serta nyaman dengan halaman yang cukup luas, masjid tepat berada di
tengah sekolah, letak yang strategis dengan jangkauan transportasi yang mudah.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data-data pendidikan karakter
disiplin pada siswa SD Al Islam 3 Gebang Surakarta serta hasil wawancara
langsung dengan pihak-pihak yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu:
a)

Kepala Sekolah SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

15

b)

Guru Sekolah Dasar Al Islam 3 Gebang Surakarta

c)

Siswa siswi SD Al Islam 3 Gebang Surakarta

HASIL PENELITIAN

1.

Karakter Kedisiplinan di SD Al-Islam 3 Gebang Surakarta
Secara umum pelaksanaan karakter kedisiplinan tersebut berjalan secara tertib
dan teratur, hal ini bisa terlihat dari antusias dan keaktifan siswa dalam
melaksanakannya. Meskipun ada beberapa siswa yang tidak begitu peduli
dengan adanya kedisiplinan tersebut.

2.

Usaha-usaha untuk meningkatkan Kedisiplinan Siswa di SD Al Islam 3
Gebang Surakarta.
Usaha

penerapan

pengelolaan

karakter

kedisiplinan

sebagai

upaya

internalisasi nilai Ajaran Islam di SD Al-Islam 3 Surakarta yaitu penanaman
nilai ibadah meliputi : kedisiplinan apel pagi, kedisiplinan shalat berjamaah,
dan kedisiplinan tadarus Al- Qur’an. Sedangkan penanaman nilai akhlak
meliputi kedisiplinan salam dan salim, pemutaran murotal dan asmaul husna,
kedisiplinan jum’at bersih serta kedisiplinan infaq/sedekah. Nilai-nilai ajaran
Islam yang dapat di internalisasikan kepada peserta didik dengan adanya
karakter kedisiplinan yang ada yaitu nilai ibadah serta nilai akhlak.
3.

Faktor

pendukung

dan

faktor

penghambat

dalam

meningkatkan

Kedisiplinan belajar Siswa di SD Al Islam 3 Gebang Surakarta
Faktor yang mendukung pendidikan karakter kedisiplinan siswa adalah a)
Nilai kejujuran, b) Nilai tanggung jawab dan c) Model penilaian pada setiap
mata pelajaran menggunakan penilaian kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap), juga psikomotorik (ketrampilan). Faktor penghambat adalah
lingkungan yang tidak baik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka ada beberapa saran
yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk perbaikan dalam penerapan

16

pendidikan karakter disiplin peneliti menyampaikan saran yang bertujuan untuk
memberikan masukan kepada pihak sekolah dalam rangka meningkatkan
keefektifan pengelolaan karakter kedisiplinan yang diterapkan guna internalisasi
nilai ajaran Islam:
1.

Kepala Sekolah

Diharapkan bagi kepala sekolah untuk selalu aktif dalam melakukan pengawasan
dan evaluasi terhadap pelaksanaan karakter kedisiplinan serta berpartisipasi dalam
pelaksanaanya. Karena tanpa adanya kerja sama antara pihak-pihak terkait, tujuan
dari pelaksanaan karakter kedisiplinan tidak akan tercapai.
2.

Guru

Diharapkan bagi guru untuk dapat dijadikan model atau contoh yang baik
terhadap nilai-nilai ajaran Islam sehingga nilai-nilai tersebut dapat tertanam
dengan baik (terinternalisasi) pada diri peserta didik. Karena jika modelnya tidak
sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam (karena sifat khilafnya manusia) maka
berakibat gagalnya proses internalisasi nilai-nilai ajaran Islam tersebut.
3.

Wali Kelas

Diharapkan bagi wali kelas untuk dapat lebih tegas dalam menertibkan siswa serta
memberi sanksi bagi yang melanggar peraturan dalam pelaksanaan karakter
kedisiplinan, hal ini dilakukan untuk memberikan efek jera bagi siswa, sehingga
siswa mempunyai kesadaran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan karakter
kedisiplinan tersebut.
4.

Orang Tua

Diharapkan bagi orang tua untuk lebih aktif dalam menjalin komunikasi dengan
pihak sekolah terkait masalah atau hambatan dalam pelaksanaan karakter
kedisiplinan yang diterapkan di rumah serta lebih aktif lagi dalam memantau
aktifitas anak-anaknya.
5.

Siswa

Diharapkan bagi siswa untuk mendukung serta mensukseskan pelaksanaan
pengelolaan karakter kedisiplinan dengan jalan selalu aktif mengikuti dan
melaksanakan

kegiatan-kegiatan

keagamaan

sehingga

dapat

menambah

17

pengetahuan agamanya serta menghayati nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
kemudian mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Arisutha, Damartaji, 2005. Dimensi Kualitas Pelayanan. Penerbit Gramedia
Berry, R. S., 1994. 100 Ideas That Work Discipline In The Classroom. Philipines:
ACSI Publications
Bloom, B.S., 1979. Taxonomy Of Educational Objectives Book 1: Cognitive
Domain. London: Longman Group LTD.
Bungin, B. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke
Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Chen, W.B., & Gregory. 2011. “Parental Involvement In The Prereferral Process:
Iimplications For Schools”. Remedial and Special Education, 32 (6), hlm.
447–457.
Chiu, M.M., & Chow, B.W.Y. 2011. “Classroom Discipline Across Forty-One
Countries: School, Economic, And Cultural Differences”. Journal Of
Cross-Cultural Psychology, 42 (3), Hlm. 516– 533.
Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA: Association
For Supervision And Curriculum Development.
Dahl, A, Campos, J. J., & Witherington, D. C. 2011. “Emotional Action And
Communication In Early Moral Development”. Emotion Revie, 3 (2),
hlm.147–157.
Devine, D. 2002. “Children’s Citizenship and the Structuring of Adult Child
Relations in the Primary School”. Childhood, 9 (3), Hlm. 303–320.
Domina, T. 2005. “Levelling the Home advantage: Assessing the Effectiveness of
Parental Involvement in Elementary School”. Sociology of Education, 78,
hlm. 233-249.
Johansson, E., dkk. 2011. “Practices For Teaching Moral Values in the Early
Years: A Call for a Pedagogy Of Participation”. Education, Citizenship
And Social Justice, 6 (2), Hlm. 109–124.
Kirschenbaum, H. 1995. 100 Ways To Enhance Values And Morality In Schools
And Youth Setting. London: Allyn And Bacon.

18

Lickona, T. 1991. Educating For Character. New York: Bantam Books. Lickona,
T. 2012. Character matters: persoalan karakter, bagaimana membantu
anak mengembangkan penilaian yang baik, integritas, dan kebajikan
penting lainnya (Terjemahan). Jakarta: Bumi Aksara.
Moleong, L. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Mulyasa, E. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nucci, L. P., & Narvaez, D. 2008. Handbook Of Moral And Character Education.
New York: Routledge.
Ritzer, G. & Goodman, D. J. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana
Perdana Media Group.
Sheldon, S. B & Epstein, J. L. 2002. “Improving Student Behavior And School
Discipline with Family and Community Involvement”. Education And
Urban Society, 35 (1), Hlm. 4-26.
Sudrajat, A. & Wibowo, A. 2013. “Pembentukan Karakter Terpuji di Sekolah
Dasar Muhammadiyah Condongcatur”. Jurnal Pendidikan Karakter, 1 (2),
Hlm. 174-185