FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

(1)

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Ijazah S1 KesehatanMasyarakat

DisusunOleh :

WULAN PUSPA SARI J4 1011 0076

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015


(2)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jl. A. Yani Pabelan Tromol 1 Pos Kartosuro Telp (0271) 717417Surakarta 57102

SURAT PERSETUJUAN PUBLIKASI ARTIKEL ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Pembimbing I : Badar Kirwono, SKM, M.Kes Pembimbing II : Tri Pui Kurniawan, SKM, M.Kes

Telah membaca dan mencemati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi dari mahasiswa:

Nama : Wulan Puspa Sari

NIM : J410110076

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja

Puskesmas Jaten Karanganyar

Naskah Artikel tersebut layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan, demikian persetujuan ini dibuat semoga dapat digunakan seperlunya.

Surakarta, 7 Agustus 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Badar Kirwono, SKM, M.Kes Tri Puji Kurniawan, SKM, M.Kes NIP. 196809141991 101001 NIK.


(3)

1 FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN

PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh

Wulan Puspa Sari*Badar Kirwono**Tri Puji Kurniawan***

*Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS,**Dosen Kesehatan MasyarakatFIK UMS,***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS

*Email : Puspasari992@gmail.com

ABSTRAK

Penyakit Chikungunya memiliki gejala nyeri sendi, mengakibatkan tidak dapat berjalan selama kurang lebih satu minggu atau tidak dapat melakukan aktivitas, sehingga dapat merugikan dari segi ekonomi, oleh sebab itu Chikungunya menjadi masalah yang penting untuk dilakukan penelitian. Pada tahun 2013 kasus Chikungunya terjadi di Kabupaten Karanganyar sebanyak 515 orang, terbanyak terjadi di wilayah Kecamatan Jaten sebesar 131 kasus (25%). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Jenis penelitianinimenggunakanmetode

observasianalitikdengandesaincasecontrol.Populasi yang digunakanadalahseluruh masyarakat diwilayahkerjaPuskesmasJaten Kabupaten Karanganyar yang memenuhi kriteriainklusidaneksklusi. Jumlah sampel penelitian ini sebesar 64 sampel diperoleh dengan simple random sampling. Analisis data yang dilakukan univariat dan bivariat (menggunakan uji Chi square dengan α = 0,05). Hasil penelitian didapatkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya adalah variabel keberadaan jentik di Tempat Penampungan Air (p value = 0,004, OR = 6,120), kebiasaan melakukan 3M (p value = = 0,003, OR = 10,623), kebiasaan menggantung pakaian (p value = 0,018, OR = 5,800) dan yang tidak berhubungan adalah variabel kebiasaan memakai obat anti nyamuk (p value = 1,000, OR = 1,213) dan kepadatan hunian (p value = 0,062, OR = 0,228).

Kata kunci : Keberadaan jentik, Kebiasaan melakukan 3M, Kebiasaan Menggantung Pakaian, Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk, Kepadatan Hunian, Penyakit Chikungunya


(4)

2 ABSTRACT

Chikungunya disease has joint pain symptom, makes the patients difficult to walk for more than a week or cannot do (disturb) daily activities, which causing financial loss. Chikungunya become important things to do researched. In 2013 cases of Chikungunya occurs in Karanganyar many as 515 people, mostly occurred in the District of Cork amounted to 131 cases (25%). The purpose of this study was to determine the factors associated with the incidence of Chikungunya disease in Puskesmas Jaten Karanganyar.This research uses a method of analytic observation with case control design. The population used is the whole community in Puskesmas Jaten Karanganyar that meet the inclusion and exclusion criteria. The number of samples of this study is 64 samples obtained by simple random sampling.Data analysis was performed univariate and bivariate (Chi square test with α = 0.05).The result showed that the variables associated with the incidence of Chikungunya disease is variable presence of larvae in the landfill (p value = 0.004, OR = 6.120), the habit of 3M (p value = 0.003, OR = 10.623), the habit of hanging clothes (p value = 0.018, OR = 5.800) and were not related is variable habit of wearing mosquito repellent (p value = 1.000, OR = 1.213) and population density (p value = 0.062, OR = 0.228). Based on the research results, suggestions can be submitted to the people in Puskesmas Jaten Karanganyar to conduct mosquito nest eradication (PSN) correctly.

Keywords: The existence of larva, habits do 3M, Habit Hanging Clothes, Habits Wearing Mosquito Repellent, Density Residential, Chikungunya Disease

Refference: 33 (2006-2013) PENDAHULUAN

Chikungunya termasuk dalam penyakit menular, karena banyak

dipengaruhi faktor lingkungan dan perilaku hidup masyarakat. Chikungunya merupakan suatu jenis penyakit menular disebabkan virus jenis Chikungunya, termasuk dalam family Togaviridae, genus Alphavirus.Virus ini ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti (the yellow fever mosquito).Aedes albopictus (the Asian tiger mosquito) vektor potensial penyebaran penyakit Chikungunya (Depkes RI, 2010).

Kejadian penyakit Chikungunya di Jawa Tengah pada tahun 2007 ditemukan 85 desa atau kelurahan kasus Chikungunya dengan frekuensi tertinggi ketiga dengan angka serangan kasus (AR) 0,86% dan angka kematian kasus (CFR) 0,00%. Kondisi tersebut mengalami peningkatan yang tinggi dibandingkan


(5)

3 pada tahun 2006, dimana frekuensi kasus Chikungunya terjadi di empat kabupaten atau kota pada sembilan kecamatan dengan angka serangan kasus (AR) 0,003% dan angka kematian kasus (CFR) 0,00% (Dinkes Jateng, 2007).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar, telah terjadi kasus Chikungunya dari dua tahun terakhir yakni tahun 2013-2014. Pada tahun 2013 kasus Chikungunya terjadi di daerah Karanganyar sebanyak 515 orang (80%), dan pada tahun2014 kasus Chikungunya terjadi lagi sebanyak 127 orang (20%) mengalami penurunan dari tahun 2013. Pada tahun 2013 penyakit Chikungunya di Kabupaten Karanganyar terbanyak terjadi di wilayah Kecamatan Jaten dari tujuh kecamatan yang terserang penyakit Chikungunya dengan kasus tertinggi sebesar 131 (25%). Di wilayah Kecamatan Kebakkramat sebesar 119 (23%), wilayah Kecamatan Karanganyar sebesar 82 (16%), di wilayah Kecamatan Colomadu sebesar 65 (13%), di wilayah Kecamatan Jumantono sebesar 49 (10%), di wilayah Kecamatan Jumapolo sebesar 39 (8%) dan di wilayah Kecamatan Tasikmadu sebesar 30 (6%). Meskipun dari 515 kasus Chikungunya tidak terjadi kematian namun perlu diwaspadai karena kasus tersebut endemis di daerah Karanganyar (Profil Kesehatan Karanganyar, 2013).

Mengenai kasus Chikungunya memang penting dilakukan penelitian karena penyakit Chikungunya memiliki gejala nyeri sendi yang mengakibatkan tidak dapat berjalan selama kurang lebih satu minggu atau tidak dapat melakukan aktivitas, sehingga dapat merugikan dari segi ekonomi.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar.

TINJAUAN PUSTAKA Definisi Chikungunya

Chikungunya adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus (Firdaus, 2012).Gejala klinis yang dialami oleh penderita adalah demam disertai dengan nyeri tulang sehingga penderita tidak mampu bergerak (break-bone fever).Penyakit Chikungunya ditandai dengan demam, mialgia, artralgia, ruam


(6)

4 kulit, leucopenia dan imfadenopati dikarenakan vektor nyamuk maka Chikungunya termasuk arthropod-borne disease (penyakit yang disebabkan oleh arthropoda) (Santoso, 2011).

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Chikungunya 1. Keadaan Tempat Penampungan Air (TPA)

Nyamuk Aedes berkembangbiak (tempat berinduk) di tempat penampungan dan baran-barang lain yang memungkinkan air tergenang yang tidak beralaskan tanah (Depkes RI, 2007).

2. Keberadaan Jentik

Keberadaan jentik yang berada di lingkungan rumah seperti berada di botol dan kaleng bekas, cangkir plastik dan lain-lain akan menyebabkan penyebaran penyakit Chikungunya karena jentik-jentik tersebut akan berkembangbiak menjadi pupa dan nyamuk dewasa (Oktisari, 2008).

3. Kepadatan Hunian

Kepadatan penghuni yang memenuhi syarat kesehatan diperoleh dari hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni ≥8 m2

/orang dan kepadatan penghuni tidak memenuhi syarat kesehatan bila diperoleh hasil bagi antara luas lantai dengan jumlah penghuni <8 m2/orang. Suatu rumah dikatakan padat bila anggota keluarga yang tinggal dalam ruangan dengan ukuran luas minimal 8 m2 digunakan lebih dari dua orang. (Depkes RI, 2006). 4. Kebiasaan menguras Tempat Penampungan Air (TPA) seperti bak mandi atau

tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya satu minggu sekali untuk mencegah tempat perindukan nyamuk Aedes (Depkes RI, 2007).

5. Kebiasaan menutup Tempat Penampungan Air (TPA)

6. Kebiasaan mengubur barang bekas tempat perkembangbiakan nyamuk selain di Tempat Penampungan Air juga pada barang bekas yang memungkinkan air hujan tergenang yang tidak beralaskan tanah seperti, kaleng bekas, ban bekas, botol, tempurung kelapa, plastik dan lain-lain yang dibuang sembarangan tempat (Depkes RI, 2007).


(7)

5 7. Kebiasaan menggantung pakaian, mengamati pakaian yang menggantung

pada dinding ruangan yang merupakan tempat yang disenangi nyamuk Aedes untuk beristirahat (Santoso, 2011).

8. Kebiasaan memakai obat anti nyamuk, dilakukan untuk mencegah gigitan dari nyamuk Aedes karena nyamuk menghisap darah guna pematangan sel telur (Kunthi, 2011).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan desain case control.Sampel yang digunakan sebanyak 32 sampel dengan perbandingan 1:1 untuk kelompok kasus dan kelompok kontrol. Jadi jumlah sampel secara keseluruhan sebesar 64 sampel dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Analisis data bivariat menggunakan Chi-square.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

1. Umur Responden

Tabel 1Distribusi Karakteristik Responden Menurut Umurdi Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Umur Frek. Responden

(Kasus Kontrol) Presentase (%)

8-18 8 12,6

19-29 4 6,3

30-40 24 37,5

41-51 13 20,4

52-62 11 17,3

63-73 4 6,4

TOTAL 64 100,0

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa pada umur responden di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar yang paling banyak yaitu pada umur responden 30-40 dengan presentase sebesar 37,5%. Sedangkan umur responden di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar yang paling muda berumur 8 tahun termasuk dalam kelompok umur 8-18 tahun dengan presentase sebesar 12,6% dan umur yang paling tua berumur 70 tahun termasuk dalam kelompok umur 63-73 tahun dengan presentase 6,4%. Rata-rata umur responden adalah umur 40 tahun di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar.


(8)

6 2. Jenis Kelamin Responden

Tabel 2Distribusi Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa sampel pada kelompok kasus yang paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar yaitu berjenis kelamin laki-laki berjumlah 17 orang (53,1%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang paling banyak di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar berjenis kelamin perempuan berjumlah 17 orang (53,1%).

3. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden

Tabel 3 Distribusi Karakteristik Resonden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa sampel pada kelompok kasus yang memiliki tingkat pendidikan paling banyak yaitu tamat SMA sebanyak 15 orang (46,9%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki tingkat pendidikan paling banyak yaitu tamat SMA sebanyak 16 orang (50,0%).

Jenis Kelamin

Kasus Kontrol Total

N (%) n (%)

Laki-laki 17 53,1 15 46,9 32

Perempuan 15 46,9 17 53,1 32

TOTAL 32 100,0 32 100,0 64

Tingkat Pendidikan

Kasus Kontrol Total

N (%) n (%)

Tamat SD 0 00,0 4 12,5 4

Tamat SMP 6 18,8 8 25,0 14

Tamat SMA 15 46,9 16 50,0 31

Tamat PT 11 34,4 4 12,5 15


(9)

7 4. Jenis Pekerjaan Responden

Tabel 4 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa sampel pada kelompok kasus yaitu responden yang berwiraswasta sebanyak 13 orang (40,6%), sedangkan pada kelompok kontrol yaitu responden yang memiliki jenis pekerjaan berdagang sebanyak 10 orang (31,2%).

C. Analisis Univariat

1. Keberadaan jentik di Tempat Penampungan Air (TPA) dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Keberadaan Jentik di Tempat Penampungan Air

B

B e

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sampel pada kelompok kasus yang mempunyai Tempat Penampungan Air (TPA) yang berjentik sebanyak 17 orang (53,1%). Sedangkan pada kelompok Jenis

Pekerjaan

Kasus Kontrol Total

N (%) N (%)

Tidak Bekerja

7 21,9 8 25,0 15

Buruh 2 6,2 3 9,4 5

Petani 0 0,0 1 3,1 1

Peternak 0 0,0 2 6,2 2

Wiraswasta 13 40,6 2 6,2 15

Dagang 5 15,6 10 31,2 15

Polisi/TNI 0 0,0 2 6,2 2

PNS 5 15,6 4 12,5 9

TOTAL 32 100,0 32 100,0 64

Keberadaan Jentik

Kejadian Chikungunya

Total

Kasus Kontrol

N (%) N (%)

Ada Jentik 17 53,1 5 15,6 20

Tidak ada jentik

15 46,9 27 84,4 44


(10)

8 kontrol yang mempunyai Tempat Penampung Air (TPA) yang berjentik sebanyak 5 orang (15,6%).

2. Kebiasaan Melaksanakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wialayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Melaksanakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur barang bekas)

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa sampel pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan melaksanakan 3M dengan benar berjumlah 2 orang (6,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan melaksanakan 3M dengan benar berjumlah 13 orang (40,6%).

3. Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar Tabel 7 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggantung Pakaian

Berdasarkan tabel 7 menunjukkan bahwa sampel pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian kotor berjumlah 29 orang (90,6%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian kotor berjumlah 20 orang (62,5%).

4. Kebiasaan Menggunakan Obat Anti Nyamuk dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Melaksanakan 3M

Kejadian Chikungunya

Total

Kasus Kontrol

n (%) n (%)

Melaksanakan 2 6,2 13 40,6 15

Tidak

melaksanakan

30 93,8 19 59,4 49

TOTAL 32 100,0 32 100,0 64

Menggantung Pakaian

Kejadian Chikungunya

Total

Kasus Kontrol

N (%) n (%)

Menggantung 29 90,6 20 62,5 49

Tidak

menggantung

3 9,4 12 37,5 15


(11)

9 Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kebiasaan Menggunakan Obat Anti

Nyamuk Menggunakan

Anti nyamuk

Kasus Kontrol Total

n (%) n (%)

Menggunakan 25 78,1 26 81,2 51

Tidak Menggunakan 7 21,9 6 18,8 13

TOTAL 32 100,0 32 100,0 64

Berdasarkan tabel 8 menunjukkanbahwa sampel pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan memakai obat anti nyamuk berjumlah 25 orang (78,1%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan memakai obat anti nyamuk berjumlah 26 orang (81,2%). 5. Kepadatan Hunian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di

Wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar Tabel 9 Distribusi Frekuensi Kepadatan Hunian

Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa dari 32 sampel pada kelompok kasus sebanyak 10 orang (31,2%) yang memiliki rumah dengan padat hunian. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 3 orang (9,4%) yang memiliki rumah dengan padat hunian.

D. Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar diperoleh hasil analisis bivariat dari masing-masing faktor risiko kejadian penyakit Chikungunya pada kasus dan kontrol sebagai berikut :

1. Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk di TPA dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Kepadatan Hunian

Kasus Kontrol Total

n (%) N (%)

Padat 10 31,2 3 9,4 13

Tidak Padat 22 68,8 29 90,6 51


(12)

10 Tabel 10 Hubungan Keberadaan Jentik di TempatPenampungan Air dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas JatenKaranganyar

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa dari 32 sampel kasus sebanyak 17 orang (53,1%) yang memiliki TPA terdapat jentik. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 5 orang (15,6%) yang memiliki TPA terdapat jentik. Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,004 < 0,05 sehingga Ho ditolak maka ada hubungan antara keberadaan jentik di TPA (Tempat Penampungan Air) dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Nilai Odd Ratio (OR) = 6,120 (CI 95% = 1,88-19,919), menunjukkan bahwa tempat penampungan air yang terdapat jentik memiliki risiko 6,120 kali lebih besar terjadi penyakit Chikungunya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak ada jentiknya. Sedangkan nilai Confidence Interval (CI ; 1,88-19,919) lebih dari 1 maka keberadaan jentik di tempat penampungan air merupakan faktor risiko untuk terjadi penyakit Chikungunya.

2. Hubungan Kebiasaan Melaksanakan 3M dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Keberadaan Jentik

Kejadian Chikungunya

Total p OR (CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Ada Jentik 17 53,1 5 15,6 20

0,004 6,120 (1,88-19,919) Tidak ada 15 46,9 27 84,4 44


(13)

11 Tabel 11.Hubungan Kebiasaan Melakukan 3M dengan Kejadian

Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sampel pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan melaksanakan 3M dengan benar berjumlah 2 orang (6,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan melaksanakan 3M dengan benar berjumlah 13 orang (40,6%). Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,003 < 0,05 sehinggan Ho ditolak maka ada hubungan antara kebiasaan melakukan 3M dengan kejadian penyakit Chikungunyadi wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Nilai Odd

Ratio (OR) = 10,263 (CI 95% = 2,081-50,619), yang berarti

bahwakebiasaan tidak melakukan 3M memiliki risiko 10,263 kali lebih besar menderita penyakit Chikungunya daripada sampel yang melakukan 3M dengan benar. Sedangkan nilai Confidence Interval (CI ; 2,081-50,619) melewati angka 1 maka kebiasaan tidak melakukan 3M dengan benar merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit Chikungunya.

3. Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Melaksanakan 3M

Kejadian Chikungunya

Total p OR

(CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Melaksanakan 2 6,2 13 40,6 15

0,003 (2,081-50,619) 10,263 Tidak melaksanakan 30 93,8 19 59,4 49


(14)

12 Tabel 12Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 12dapat diketahui bahwa dari 32 sampel kasus sebanyak 29 orang (90,6%) melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 20 orang (62,5%) yang melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor.Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,018 < 0,05 sehinggan Ho ditolak maka ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Nilai Odd Ratio (OR) = 5,800 (CI 95% = 1,448-23,228), yang berarti bahwa kebiasaan menggantung pakaian kotor memiliki risiko 5,800 kali lebih besar menderita penyakit Chikungunya daripada sampel yang tidak memiliki kebiasaan menggantung pakaian kotor. Sedangkan nilai Confidence Interval (CI ; 1,448-23,228) melewati angka 1 maka kebiasaan menggantung pakaian kotor merupakan faktor risiko untuk terjadi penyakit Chikungunya.

4. Hubungan Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Tabel 13Hubungan Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Menggantung Pakaian

Kejadian Chikungunya

Total p OR

(CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Menggantung 29 90,6 20 62,5 49

0,018 (1,448-23,228) 5,800 Tidak

menggantung

3 9,4 12 37,5 15


(15)

13 Berdasarkan tabel 13dapat diketahui bahwa dari 32 sampel pada kelompok kasus sebanyak 25 orang (78,1%) memakai obat anti nyamuk. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 26 orang (81,2%) yang memakai obat anti nyamuk. Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 1,000 > 0,05 sehingga Ho diterima maka tidak ada hubungan antara kebiasaan memakai obat anti nyamuk dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar.

5. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Tabel 14Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa dari 32 sampel pada kelompok kasus sebanyak 10 orang (31,2%) yang memiliki rumah dengan padat hunian. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 3 orang (9,4%) yang memiliki rumah dengan padat hunian. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,062 > 0,05 sehingga Memakai Obat

Anti Nyamuk

Kejadian Chikungunya

Total p OR

(CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Memakai 25 78,1 26 81,2 51

1,000 1,213 (0,368-4,113) Tidak memakai 7 21,9 6 18,8 13

Total 32 100 32 100 64

Kepadatan Hunian

Kejadian Chikungunya

Total p OR

(CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Padat 10 31,2 3 9,4 13

0,062 4,394 (1,079-17,89) Tidak Padat 22 68,8 29 90,6 51


(16)

14 Ho diterima maka tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar.

SIMPULAN

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk di Tempat Penampungan Air (TPA) dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,004, OR = 6,120).

2. Ada hubungan antara kebiasaan 3M (Menutup Tempat Penampungan Air, Mengubur barang-barang bekas, Menguras Tempat Penampungan Air) dengan kejadian penyakit Chikungunya diwilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,003, OR = 10,623).

3. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,018, OR = 5,800)..

4. Tidak ada hubungan antara kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 1,000, OR = 1,213).

5. Tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,062, OR = 0,228).

SARAN

1. Bagi petugas kesehatan penyebaran informasi mengenai penyakit Chikungunya sebaiknya tidak hanya dilakukan melalui penyuluhan atau pembagian leaflet atau media lain tetapi juga dengan tindakan nyata atau praktek seperti kerja bakti bersama agar masyarakat semakin memahami. 2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai tambahan referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Tehnis Penyehatan Perumahan. Jakarta: Direktorat Jendral PPM & PLP.


(17)

15 Depkes RI. 2010. Waspadai Demam Chikungunya [Internet]. Tersedia

dari:http://www.depkes.go.id. (Diakses 20 April 2015).

Dinkes Karanganyar. 2013. Profil Kesehatan Karanganyar. Karanganyar: Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.

Dinkes Provinsi Jateng. 2007. Laporan Kasus Chikungunya di Provinsi Jawa Tengah 2007. Jawa Tengah: Dinkes.

Firdaus. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM.

Kunthi D dan Taliah. 2011. Analisis Faktor Lingkungan dan Sosisodemografi dengan Teradinya Demam Chikungunya di Desa Sukasari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung 2011. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes Jendral Ahmad Yani.

Oktisari, Sussana D dan Djaja IM. 2008. Faktor Sosisodemografi dan Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya di

Kelurahan Cinere Kecamatan Limo Kota Depok . Makara

Kesehatan Vol 12 No 1 Juni 2008.

Santoso. 2011. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang 2010. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang 2011.


(1)

10 Tabel 10 Hubungan Keberadaan Jentik di TempatPenampungan Air dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas JatenKaranganyar

Berdasarkan tabel 10 dapat diketahui bahwa dari 32 sampel kasus sebanyak 17 orang (53,1%) yang memiliki TPA terdapat jentik. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 5 orang (15,6%) yang memiliki TPA terdapat jentik. Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,004 < 0,05 sehingga Ho ditolak maka ada hubungan antara keberadaan jentik di TPA (Tempat Penampungan Air) dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Nilai Odd Ratio (OR) = 6,120 (CI 95% = 1,88-19,919), menunjukkan bahwa tempat penampungan air yang terdapat jentik memiliki risiko 6,120 kali lebih besar terjadi penyakit Chikungunya dibandingkan dengan tempat penampungan air yang tidak ada jentiknya. Sedangkan nilai Confidence Interval (CI ; 1,88-19,919) lebih dari 1 maka keberadaan jentik di tempat penampungan air merupakan faktor risiko untuk terjadi penyakit Chikungunya.

2. Hubungan Kebiasaan Melaksanakan 3M dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Keberadaan Jentik

Kejadian Chikungunya

Total p OR (CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Ada Jentik 17 53,1 5 15,6 20

0,004 6,120 (1,88-19,919) Tidak ada 15 46,9 27 84,4 44


(2)

11 Tabel 11.Hubungan Kebiasaan Melakukan 3M dengan Kejadian

Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 11 dapat diketahui bahwa sampel pada kelompok kasus yang memiliki kebiasaan melaksanakan 3M dengan benar berjumlah 2 orang (6,2%). Sedangkan pada kelompok kontrol yang memiliki kebiasaan melaksanakan 3M dengan benar berjumlah 13 orang (40,6%). Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,003 < 0,05 sehinggan Ho ditolak maka ada hubungan antara kebiasaan melakukan 3M dengan kejadian penyakit Chikungunyadi wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Nilai Odd Ratio (OR) = 10,263 (CI 95% = 2,081-50,619), yang berarti bahwakebiasaan tidak melakukan 3M memiliki risiko 10,263 kali lebih besar menderita penyakit Chikungunya daripada sampel yang melakukan 3M dengan benar. Sedangkan nilai Confidence Interval (CI ; 2,081-50,619) melewati angka 1 maka kebiasaan tidak melakukan 3M dengan benar merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit Chikungunya.

3. Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Melaksanakan 3M

Kejadian Chikungunya

Total p OR (CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Melaksanakan 2 6,2 13 40,6 15

0,003 (2,081-50,619) 10,263 Tidak melaksanakan 30 93,8 19 59,4 49


(3)

12 Tabel 12Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 12dapat diketahui bahwa dari 32 sampel kasus sebanyak 29 orang (90,6%) melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 20 orang (62,5%) yang melakukan kebiasaan menggantung pakaian kotor.Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,018 < 0,05 sehinggan Ho ditolak maka ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar. Nilai Odd Ratio (OR) = 5,800 (CI 95% = 1,448-23,228), yang berarti bahwa kebiasaan menggantung pakaian kotor memiliki risiko 5,800 kali lebih besar menderita penyakit Chikungunya daripada sampel yang tidak memiliki kebiasaan menggantung pakaian kotor. Sedangkan nilai Confidence Interval (CI ; 1,448-23,228) melewati angka 1 maka kebiasaan menggantung pakaian kotor merupakan faktor risiko untuk terjadi penyakit Chikungunya.

4. Hubungan Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Tabel 13Hubungan Kebiasaan Memakai Obat Anti Nyamuk dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Menggantung Pakaian

Kejadian Chikungunya

Total p OR (CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Menggantung 29 90,6 20 62,5 49

0,018 (1,448-23,228) 5,800 Tidak

menggantung

3 9,4 12 37,5 15 Total 32 100 32 100 64


(4)

13 Berdasarkan tabel 13dapat diketahui bahwa dari 32 sampel pada kelompok kasus sebanyak 25 orang (78,1%) memakai obat anti nyamuk. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 26 orang (81,2%) yang memakai obat anti nyamuk. Uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 1,000 > 0,05 sehingga Ho diterima maka tidak ada hubungan antara kebiasaan memakai obat anti nyamuk dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar.

5. Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Tabel 14Hubungan Kepadatan Hunian dengan Kejadian Penyakit Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar

Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa dari 32 sampel pada kelompok kasus sebanyak 10 orang (31,2%) yang memiliki rumah dengan padat hunian. Sedangkan dari 32 sampel kontrol, sebanyak 3 orang (9,4%) yang memiliki rumah dengan padat hunian. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-square, diperoleh hasil p value 0,062 > 0,05 sehingga Memakai Obat

Anti Nyamuk

Kejadian Chikungunya

Total p OR (CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Memakai 25 78,1 26 81,2 51

1,000 1,213 (0,368-4,113) Tidak memakai 7 21,9 6 18,8 13

Total 32 100 32 100 64

Kepadatan Hunian

Kejadian Chikungunya

Total p OR (CI 95%) Kasus Kontrol

n (%) n (%) Padat 10 31,2 3 9,4 13

0,062 4,394 (1,079-17,89) Tidak Padat 22 68,8 29 90,6 51


(5)

14 Ho diterima maka tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar.

SIMPULAN

1. Ada hubungan antara keberadaan jentik nyamuk di Tempat Penampungan Air (TPA) dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,004, OR = 6,120).

2. Ada hubungan antara kebiasaan 3M (Menutup Tempat Penampungan Air, Mengubur barang-barang bekas, Menguras Tempat Penampungan Air) dengan kejadian penyakit Chikungunya diwilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,003, OR = 10,623).

3. Ada hubungan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,018, OR = 5,800)..

4. Tidak ada hubungan antara kebiasaan menggunakan obat anti nyamuk dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 1,000, OR = 1,213).

5. Tidak ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit Chikungunya di wilayah kerja Puskesmas Jaten Karanganyar (p value = 0,062, OR = 0,228).

SARAN

1. Bagi petugas kesehatan penyebaran informasi mengenai penyakit Chikungunya sebaiknya tidak hanya dilakukan melalui penyuluhan atau pembagian leaflet atau media lain tetapi juga dengan tindakan nyata atau praktek seperti kerja bakti bersama agar masyarakat semakin memahami. 2. Bagi peneliti lain, dapat digunakan sebagai tambahan referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Pedoman Tehnis Penyehatan Perumahan. Jakarta: Direktorat Jendral PPM & PLP.


(6)

15 Depkes RI. 2010. Waspadai Demam Chikungunya [Internet]. Tersedia

dari:http://www.depkes.go.id. (Diakses 20 April 2015).

Dinkes Karanganyar. 2013. Profil Kesehatan Karanganyar. Karanganyar: Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar.

Dinkes Provinsi Jateng. 2007. Laporan Kasus Chikungunya di Provinsi Jawa Tengah 2007. Jawa Tengah: Dinkes.

Firdaus. 2012. Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM.

Kunthi D dan Taliah. 2011. Analisis Faktor Lingkungan dan Sosisodemografi dengan Teradinya Demam Chikungunya di Desa Sukasari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung 2011. Jurnal Kesehatan Kartika Stikes Jendral Ahmad Yani.

Oktisari, Sussana D dan Djaja IM. 2008. Faktor Sosisodemografi dan Lingkungan yang Mempengaruhi Kejadian Luar Biasa Chikungunya di Kelurahan Cinere Kecamatan Limo Kota Depok . Makara Kesehatan Vol 12 No 1 Juni 2008.

Santoso. 2011. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Pati Kota Semarang 2010. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang 2011.


Dokumen yang terkait

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 16

PENDAHULUAN Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Chikungunya Di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Kabupaten Karanganyar.

0 3 8

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KUSTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUNAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kusta Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabunan Kabupaten Pemalang.

0 1 14

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 1 18

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Campak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.

0 0 14

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGADIROJO KECAMATAN NGADIROJO KABUPATEN PACITAN 2010.

0 1 16

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

7 25 46

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WARA UTARA KOTA PALOPO | Karya Tulis Ilmiah

0 0 13

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN CHIKUNGUNYA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUWUNGGEDE KECAMATAN TANJUNG KABUPATEN BREBES

0 0 62