ANALISIS RESEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP KONFLIK KERATON SURAKARTA MENGENAI PENGUKUHAN K.G.P.H Analisis Resepsi Masyarakat Surakarta Terhadap Konflik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Mengenai Pengukuhan K.G.P.H Panembahan Agung Tedjowulan Se
0
ANALISIS RESEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP KONFLIK
KERATON SURAKARTA MENGENAI PENGUKUHAN K.G.P.H
PANEMBAHAN AGUNG TEDJOWULAN SEBAGAI MAHA MENTERI DI
SURAT KABAR SOLOPOS EDISI 26-31 AGUSTUS 2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi
Oleh :
Tiffany Renatasari
L100100012
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
2
ABSTRAK
Tiffany Renatasari, L100100012, Analisis Resepsi Masyarakat Surakarta
Terhadap Konflik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Mengenai
Pengukuhan K.G.P.H. Panembahan Agung Tedjowulan Sebagai Maha Menteri
Di Surat Kabar Solopos Edisi 26 – 31 Agustus 2013, Skripsi, Program Studi
Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010.
Konflik dapat timbul dimana saja dalam masyarakat. Tidak memandang kelas sosial
baik itu di masyarakat biasa, masyarakat menengah atas bahkan hingga di kalangan
keluarga Keraton Kasunanan Surakarta. Sejak hari pertama terjadinya konflik
pengukuhan K.G.P.H Panembahan Agung Tedjowulan sebagai Maha Menteri
Solopos sebagai surat kabar yang 17 tahun dan masih eksis hingga sekarang selalu
menjadikan berita tersebut topik utama. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemaknaan dari masyarakat Surakarta terhadap konflik di Keraton Kasunanan
Surakarta mengenai Pengukuhan K.G.P.H Panembahan Agung Tedjowulan sebagai
Maha Menteri dengan menggunakan metode analisis resepsi. Data didapatkan dengan
cara dokumentasi dan wawancara mendalam dengan enam informan yang telah
dikategorisasikan. Dari hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh informan berada di posisi oppositional yakni menolak dan tidak
setuju dengan konflik yang terjadi di Keraton Surakarta. Para informan menolak
makna dominan yang ditawarkan oleh media. Mereka memiliki pandangan yang
berbeda mengenai konflik Keraton Surakarta atas konflik fisik, konflik kekerasan
verbal dan konflik kepentingan yang ada di Solopos. Sedangkan beberapa informan
berada pada posisi dominant dan negotiated mengenai beberapa hal mengenai konflik
Keraton Surakarta.
Kata Kunci : analisis resepsi, konflik keraton surakarta, surat kabar solopos
3
A. PENDAHULUAN
Keraton
Hadiningrat
halalbihalal. Kondisi Keraton sudah
Kasunanan
adalah
Surakarta
simbol
Kota
Surakarta yang juga sebagai salah satu
memanas bahkan satu hari sebelum
acara tersebut dilaksanakan.
Satu
hari
sebelum
acara
tempat wisata. Keraton Kasunanan
dilaksanakan, beredar isu bahwa bila
Surakarta
acara
selalu
menjaga
dan
pengukuhan
tersebut
tetap
mempertahankan budaya dan tradisi
dilaksanakan maka Dewan Adat akan
yang telah ada dari jaman dulu hingga
membubarkan
sekarang. Pertengahan tahun 2013,
Puncaknya
Keraton
Kasunanan
pendobrakan pintu di Sasana Putra
mengalami
konflik
Surakarta
internal
yang
secara
paksa.
terjadi
peristiwa
pada 26 Agustus 2013 pukul 19.45
berujung pada kisruhnya Keraton.
WIB.
Konflik internal yang terjadi antara
dilakukan
kubu Dwitunggal dan kubu Lembaga
diduga menggunakan mobil
Dewan Adat tersebut juga membuat
K.P.A.A. Condrokusumo Suro Agul-
warga di lingkungan Keraton resah.
Agul.
Konflik
internal
Pendobrakan
oleh
pintu
warga
yang
Baluwarti
milik
Keraton
Berkaitan dengan konflik yang dari
Kasunanan Surakarta ini bermula saat
hari ke hari semakin memanas, peneliti
akan diadakannya rencana pengukuhan
tertarik
K.G.P.H
masyarakat Surakarta terhadap konflik
Panembahan
Agung
untuk
mengetahui
resepsi
Tedjowulan sebagai Maha Menteri
Keraton
yang
mengenai masalah pengukuhan K. G.
diteruskan
dengan
acara
Kasunanan
Surakarta
4
P. H. Panembahan Agung Tedjowulan
individual
sebagai Maha Menteri di surat kabar
keanggotaan kelompok sosial (“yang
Solopos dari mulai awal konflik yakni
menjadi perhatian yakni kebutuhan
tanggal 26 hingga 31 Agustus 2013.
sosial individual termasuk keamanan,
B. RUMUSAN MASALAH
identitas, pengakuan dan yang lain”,
Bagaimana
analisis
resepsi
dijembatani
1986,
31)
melalui
(Miall,
masyarakat Surakarta terhadap konflik
ramsbotham,woodhouse, 2009: 113-
Keraton
Kasunanan
Surakarta
114).
mengenai
pengukuhan
K.G.P.H.
1. Encoding-Decoding
Panembahan
Tedjowulan
Setiap pesan yang disampaikan
sebagai Maha Menteri di surat kabar
dari komunikator kepada komunikan
Solopos edisi 26 – 31 Agustus 2013?
pasti akan melalui proses encoding dan
C. TINJAUAN PUSTAKA
decoding. Menurut Dominick dalam
1. Teori Konflik Sosial Edwar Azar
Morrisan, decoding adalah kegiatan
Menurut
Agung
Edwar
Azar
analisa
menerjemahkan
atau
konflik sosial lebih memfokuskan
menginterpretasikan pesan fisik ke
perhatian pada kelompok identitas,
dalam suatu bentuk yang memiliki arti
apapun
bagi penerimanya (Dominick dalam
definisinya,
dengan
memperhatikan bahwa yang berada
Morrisan, 2013:21).
dalam inti masalah adalah hubungan
Menurut Hall, khalayak melakukan
antara kelompok identitas dan negara
dekoding
bahwa kepentingan dan keperluan
melalui
terhadap
tiga
pesan
media
kemungkinan
posisi
5
yakni: a) posisi hegemoni dominan; b)
sifatnya umum, namun mereka akan
negosiasi; dan c) oposisi (Stuart Hall
melakukan
dalam Morrisan, 2013:550)
a.
Posisi
Hegemoni
Dominan
beberapa
pengecualian
dalam
penerapannya
disesuaikan
dengan
aturan
budaya
setempat
(dominant hegemonic position).
(Morissan, 2013:550).
Hall menerangkan hegemoni dominan
c.
sebagai situasi di mana “The media
position).
produce the message; the masses
Cara terakhir yang dilakukan khalayak
consume it. The audience reading
dalam melakukan dekoding terhadap
coincide with the prefered reading”
pesan
(media
“oposisi” yang terjadi ketika khalayak
menyampaikan
pesan,
Posisi Oposisi (oppositional
media
adalah
melakukan
khalayak menerimanya. Apa yang
audiensi
disampaikan media secara kebetulan
mengubah pesan atau kode yang
disukai
disampaikan oleh media dengan pesan
khalayak) (E.M., Griffin
kritis
dalam Morissan, 2013:550).
atau
b.
2013:551).
Posisi Negosiasi (Negotiated
position).
alternatif
atau
(Morrisan,
2. Reception Analysis
Posisi di mana khalayak secara umum
menerima
kode
mengganti
ideologi
dominan
tapi
Menurut Jensen (1993)
Fatin,
Reception
Analysis
dalam
adalah
menolak penerimaannya dalam kasus
sebuah metode yang membandingkan
tertentu. Dalam hal ini, khalayak
antara analisis tekstual wacana dan
menerima ideologi
media wacana khalayak yang hasil
dominan
yang
6
interpretasinya merujuk pada konteks,
subjek penelitian misalnya perilaku,
seperti cultural setting dan konteks isi
persepsi,
media
lainnya (Dwita, 2012:138).
lain
(Jensen
dalam
Fatin,
2013:36).
motivasi,
tindakan,
dan
2. Teknik Pengumpulan Data
reception
Teknik pengumpulan data dalam
analysis sebagai pendukung dalam
penelitian ini yakni menggunakan
kajian khalayak sesungguhnya hendak
teknik wawancara. Setelah dilakukan
menempatkan khalayak pasif namun
pengumpulan
dilihat sebagai agen kultural (cultural
menggunakan wawancara kemudian
agent) memiliki kuasa sendiri dalam
peneliti
hal menghasilkan makna dari berbagai
masyarakat terhadap konflik yang
wacana yang ditawarkan media (Fiske
terjadi
dalam Adi, 2012:26-27).
Surakarta,
Pemanfaatan
teori
data
menganalisis
di
Keraton
apakah
dengan
pemaknaan
Kasunanan
masuk
Dominant-Hegemonic
dalam
Position,
2. METODE PENELITIAN
Negotiated Position atau Oppositional
1. Jenis Penelitian
Position.
Dalam
penelitian
menggunakan
dengan
ini
penelitian
metode
peneliti
kualitatif
analisis
resepsi.
3. Teknik Sampling
Teknik
pengambilan
dalam penelitian ini menggunakan
Penelitian kualitatif adalah penelitian
purposive
sampling.
dengan
mengambil
sampel
tujuan
untuk
memahami
fenomena tentang apa yang dialami
sampling
Surakarta
dengan
Peneliti
masyarakat
mengkategorikan
7
menjadi tiga golongan. Yakni kategori
Negotiated Position atau Oppositional
pendidikan terakhir (SMA dan S1),
Position.
latar belakang etnik (Jawa dan non
3. HASIL PENELITIAN
Jawa) serta
1. Encoding
Swasta).
pekerjaan
Sampel
(PNS
berjumlah
dan
enam
Dalam pemberitaannya di Solopos
orang.
edisi 26-31 Agustus 2013 mengenai
4. Teknik Analisis Data
konflik Keraton Surakarta, Solopos
Teknik
dilakukan
analisis
peneliti
yang
adalah
akan
menampilkan konflik yang semakin
sebagai
harinya semakin memanas. Konflik-
berikut :
konflik yang ada dalam pemberitaan
a. Menyeleksi
dalam
Peneliti menyeleksi informan yang
Solopos
dikategorisasikan
kemudian
berdasarkan
pada
akan diwawancarai sesuai dengan
konflik yang berkaitan dengan fisik,
kriteria yang telah ditentukan dan yang
konflik yang mengandung kekerasan
paling
verbal dan konflik kepentingan.
kredibel
untuk
menjawab
penelitian.
Berdasarkan pada konflik yang
b. Menganalisis
Setelah
melakukan
mengandung unsur fisik dapat dilihat
wawancara
pada pemberitaan Solopos di edisi 27,
kemudian peneliti menganalisis hasil
28 dan 29 Agutsus 2013. Pada edisi
dari wawancara dan menentukan hasil
Selasa 27 Agustus 2013 “2 Kubu
wawancara apakah informan masuk
Keraton Bentrok” di halaman headline
dalam Dominant-Hegemonic Position,
kolom 2. Pemberitaan tersebut tentang
8
terjadinya bentrok dan baku pukul di
Kemudian
untuk
kategorisasi
kompleks Keraton Surakarta oleh para
mengenai konflik yang terakhir adalah
prajurit
konflik kepentingan. Dimana dalam
Keraton
mengawal
Surakarta
K.R.M.
H
yang
Satryo
konlfik
kepentingan
ini
dapat
Hadinagoro kubu Lembaga Dewan
menyangkut segala hal seperti uang,
Adat. Akhirnya terjadilah peristiwa
peralatan,
saling
Dalam Solopos edisi 27 Agustus 2013
pukul
antara
kedua
kubu
ruang
Lembaga Dewan Adat dan massakubu
dengan
pembela Hangabehi dan Tedjowulan.
Lengserkan
Kemudian untuk konflik yang
masuk dalam kategorisasi
konflik
judul
26, 27 dan 30 Agustus 2013. Pada
2. Decoding
Raja
Solo”
Adat
berisikan
Pendapat informan I mengenai
judul “Tedjowulan Jadi Maha Menteri,
konflik
Keraton
seharusnya
Dalam
“Dewan
mengambil alih wewenang dan tugas
raja.
Memanas”.
wewenang.
mengenai Lembaga Dewan Adat yang
kekerasan verbal terdapat pada edisi
pemberitaan edisi 26 Agustus dengan
dan
di
Keraton
konflik
Surakarta
tersebut
dapat
pemberitaan di edisi tersebut Mba
diselesaikan secara kekeluargaan dan
Moeng dari kubu Lembaga Dewan
dapat
Adat sempat memaki-maki beberapa
dapat menghasilkan keputusan yang
orang sewaktu akan menuju ke Sasana
baik yang dapat diterima oleh raja
Mulya.
Keraton Surakarta. Menurutnya apa
dimusyawarahkan
sehingga
yang diberitakan di Solopos pihak
9
Hangabehi
dan
Tedjowulan
kepentingan yang berbeda terhadap
merupakan kubu atau pihak yang
keberadaan Maha Menteri di Keraton
benar.
Surakarta.
Untuk informan II menurutnya
konflik
yang
terjadi
kepentingan
itu
budaya
mengenai
atau
politik.
Keraton
Informan berharap konflik keraton
Surakarta merupakan hal yang biasa
dapat segera diselesaikan dan tidak
terjadi disebuah kerajaan. Konflik
berlarut-larut agar citra keraton tetap
mengenai perebutan kekuasaan seperti
terjaga
di
budaya.
Keraton
di
Apakah
Surakarta
harus
sebagai
salah
satu
cagar
diselesaikan oleh keluarga keraton
Informan IV melihat konflik di
sendiri. Mengenai pembubaran acara
Keraton Surakarta seharusnya ada
pengukuhan
II
penengah yang disegani oleh pihak
Karena
keraton. Informan berpendapat adanya
mendapat
acara pengukuhan dimana ada pihak
gelar menjadi Maha Menteri tersebut
yang tidak mengetahui adanya acara
sudah
tersebut dirasa cukup aneh menurut
sangat
menurut
informan
disayangkan.
menurutnya
Tedjowulan
dengan
Hangabehi
atau
persetujuan
Paku
raja
Buwono
informan
IV.
Menurut
Informan
sehingga acara pengukuhan tersebut
seharusnya acara tersebut diumumkan
Mba
kepada semua pihak sehingga semua
Moeng
tidak
berhak
membubarkannya.
Pendapat informan III terdapat
adanya berbedaan sudut pandang atau
pihak tahu.
Pendapat
informan
V
tentang
konflik Keraton Surakarta, informan
10
merasa prihatin dengan konflik yang
4. PEMBAHASAN
terjadi. Seharusnya konflik tersebut
Dari
penelitian
dapat diselesaikan secara kekeluargaan
dilakukan
tidak
pemaknaan
sampai
menyebar
luas
ke
oleh
yang
telah
peneliti
mengenai
masyarakat
terhadap
masyarakat. Apalagi konflik sampai
konflik Keraton Kasunanan Surakarta
terjadi tindak anarkis yang dilakukan
Hadiningrat
mengenai
masing-masing kubu.
K.G.P.H
Panembahan
pengukuhan
Agung
Informan VI memiliki pendapat,
Tedjowulan sebagai Maha Menteri di
kepemimpinan raja dan Maha Menteri
Surat Kabar Solopos 2013 dengan
di
mengkategorikan informan menjadi
Keraton
Kasunanan
Surakarta
Hadiningrat harus dipertahankan. Hal
tiga
itu
pendidikan,
perlu
dilakukan
untuk
mempertahankan
nilai
budaya
bukannya
ruang
politik.
untuk
kategori
yakni
pekerjaan
kategori
dan
etnik
budaya.
Berdasarkan hasil wawancara yang
Informan juga mengatakan bahwa
telah
seharusnya kedua belah kubu dapat
informan berada di posisi oppositional
menahan diri apalagi saat terjadinya
atau oposisi dalam banyak hal di
konflik merupakan bulan Syawal dan
pemberitaan
menurutnya sangat tidak masuk akal
Surakarta. Para informan menolak dan
jika sampai terjadi konflik di keraton.
tidak dapat menerima makna dominan
dilakukan,
hampir
konflik
semua
Keraton
yang ditawarkan Solopos mengenai
konflik
yang
terjadi
di
Keraton
11
Surakarta. Beberapa informan juga ada
mengandung kekerasan verbal, fisik
yang berada di posisi negotiated dan
dan
dominant untuk beberapa hal dalam
membuat informan III dan IV berada
pemberitaan
di posisi oppositional.
konflik
Keraton
Surakarta.
kepentingan.
Informan
1. Oppositional
III
Hal
(Joko
tersebut
Purwanto)
melihat konflik yang terjadi di keraton
Penerimaan makna oleh informan
mengenai konflik kekerasan verbal
berlatar belakang pendidikan (S1 dan
yang dilakukan oleh Mba Moeng
SMA) mengenai konflik yang terjadi
seharusnya tidak terjadi. Menurutnya
di
Mba
Keraton
Surakarta
berkenaan
Moeng
sudah
melakukan
dengan konflik yang mengandung
tindakan yang sewenang-wenang dan
kekerasan verbal dan konflik yang
tidak etis dilakukan oleh seorang
berkaitan dengan fisik memposisikan
kerabat Keraton Surakarta.
informan
I
dan
posisi
Informan V dan VI juga berada di
oppositional. Informan tidak setuju
posisi oppositional untuk konflik yang
dengan
yang
berkaitan dengan kekerasan verbal
mengandung kekerasan verbal dan
yang dilakukan oleh Lembaga Dewan
fisik yang ada dalam pemberitaan
Adat. Informan V dan VI sangat
konflik Keraton Surakarta.
menyayangkan
adanya
II
pada
konflik
Informan III dan IV yang memiliki
tindakan
Lembaga
Dewan Adat yang sangat tidak patut
latar belakang pekerjaan (PNS dan
dilakukan
Swasta) juga menolak konflik yang
Surakarta.
oleh
kerabat
Keraton
12
2. Negotiated
negotiated untuk pengambil alihan
Hanya beberapa informan yang
wewenang raja oleh Lembaga Dewan
masuk dalam posisi negotiated saat
Adat. Menurutnya bisa saja Lembaga
melihat konflik yang terjadi di Keraton
Dewan
Surakarta. Untuk konflik kepentingan
wewenang
raja
seperti pada edisi 27 Agustus 2013
pengambil
alihan
tersebut
harus
dimana Dewan Adat mengambil alih
memalui
proses
dan
harus
tugas
dimusyawarahkan terlebih dahulu.
dan
wewenang
raja
Paku
Buwono XIII. Informan I, II dan V
mengambil
alih
tetapi
lain
disisi
3. Dominant
berada di posisi negotiated.
Informan I melihat pengambil
Adat
Ada
beberapa
informan
yang
berada di posisi dominant yakni dapat
alihan wewenang raja boleh saja
menerima
dilakukan apabila memang raja sudah
konflik
tidak bisa melakukan pekerjaannya
Mengenai konflik fisik dimana warga
lagi. Tetapi disisi lain pengambil
Baluwarti
alihan tersebut harus disetujui oleh
pintu di Sasana Putra informan I, II, III
Sinuhun sendiri dan harus dibicarakan
dan V berada di posisi dominant.
kembali di antara kedua belah pihak.
pemberitaan
di
mengenai
Keraton
melakukan
Surakarta.
pendobrakan
Pendobrakan pintu yang terdapat di
Informan II dan V tidak jauh beda
edisi
dengan informan I. Informan V (Irvan
dilakukan oleh warga Baluwarti karena
Ansyori) yang memiliki latar belakang
adanya rumor yang menyebut bahwa
etnik non Jawa berada di posisi
raja
27
Agustus
Hangabehi
2013
telah
tersebut
disandera.
13
Karena rumor tersebut salah seorang
5. KESIMPULAN DAN SARAN
warga dengan menggunakan mobil
1. Kesimpulan
Toyota Land Cruiser mendobrak pintu
Sasana Putra.
yang
sama
mengenai
dapat
yang
telah
yakni
para
informan
wajar
keselamatan
disimpulkan
bahwa
para
informan berada di posisi oppositional
pendobrakan pintu tersebut. Menurut
tersebut
pemaknaan
dilakukan oleh para informan maka
Informan I, II dan III memiliki
pendapat
Dari
menolak dan tidak setuju
pendobrakan
pintu
dengan pemberitaan konflik Keraton
dilakukan
karena
Surakarta. Para informan menolak
sedang
makna dominan yang ditawarkan oleh
raja
yang
terancam. Hal itu wajar dilakukan oleh
media.Mereka
warga karena merasa ingin menolong
yang
rajanya.
Keraton Surakarta atas konflik fisik,
Informan V pun tidak jauh beda
dengan informan I, II dan III. Informan
V berpendapat kalau memang raja
disandera
dan
jalan
satu-satunya
memiliki
berbeda
pandangan
mengenai
konflik
konflik kekerasan verbal dan konflik
kepentingan yang ada di Solopos.
Beberapa informan ada pada posisi
negotiated
dan
dominant
untuk
hanyalah mendobrak pintu maka wajar
beberapa hal dalam memaknai konflik
saja
Jadi
Keraton Surakarta. Informan yang
untuk
berada di posisi negotiated dimana
hal
itu
dilakukan.
pendobrakan
dilakukan
menyelamatkan
raja
yang
sedang
disandera merupakan hal yang wajar.
secara
dominan
umum
menerima
namun
ideologi
menolak
14
penerimaanya dalam kasus tertentu.
Sedangkan
untuk
informan
yang
Miall, Hugh, Oliver Ramsbotham dan
Tom
Woodhouse.
2000.
berada dalam posisi dominant seperti
Resolusi
yang dijelaskan oleh Stuart Hall
Kontemporer. Jakarta: PT Raja
dimana pesan yang diterima oleh
Grafindo Persada.
informan sesuai dan dapat diterima
Konflik
Morissan. 2013. Teori Komunikasi
oleh informan.
Individu
2. Saran
Kencana.
Pada penelitian selanjutnya untuk
Damai
Hingga.
Jakarta:
Skripsi :
analisis resepsi media surat kabar
Fatin, Aisyah. 2013. Analisis Resepsi
mengenai konflik Keraton Surakarta
Penonton Perempuan Yang
dapat dilakukan dengan menggunakan
Sudah
metodologi lain seperti metodologi
Kekerasan Pada Perempuan
kuantitatif. Sehingga penelitian yang
Di Film Die Fremde (When
dilakukan dapat lebih mendalam dan
We
terukur.
Program Sarjanah Srata Satu
DAFTAR PUSTAKA
(S1)
Buku :
Komunikasi
McQuail,
Denis.
1989.
Teori
Komunikasi Massa. Bandung:
Erlangga.
Menikah
Leave).
Studi
Terhadap
Skripsi
Program
Muhammadiyah
pada
Ilmu
Universitas
Surakarta.
Surakarta: Dipublikasikan
15
Jurnal :
Adi, Tri Nugroho. 2012. Mengkaji
Khalayak
Metode
Media
Dengan
Penelitian
Resepsi.
Dalam jurnal Acta dium A Vol
8 No. 1, 2012. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poltik.
Dwita,
Desliana.
2012.
Resepsi
Masyarakat Terhadap Siaran
Televisi
Asing
(Analisis
Resepsi Khalayak di Batam
Tentang Isi Siaran Televisi
Singapura
dan
Dalam
jurnal
Malaysia).
Semai
Komunikasi Vol. II, No. 2, Juni
2012. Hal:136. Batam: Ilmu
Komunikasi.
ANALISIS RESEPSI MASYARAKAT SURAKARTA TERHADAP KONFLIK
KERATON SURAKARTA MENGENAI PENGUKUHAN K.G.P.H
PANEMBAHAN AGUNG TEDJOWULAN SEBAGAI MAHA MENTERI DI
SURAT KABAR SOLOPOS EDISI 26-31 AGUSTUS 2013
NASKAH PUBLIKASI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Mencapai Gelar S-1 Ilmu Komunikasi
Oleh :
Tiffany Renatasari
L100100012
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
2
ABSTRAK
Tiffany Renatasari, L100100012, Analisis Resepsi Masyarakat Surakarta
Terhadap Konflik Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Mengenai
Pengukuhan K.G.P.H. Panembahan Agung Tedjowulan Sebagai Maha Menteri
Di Surat Kabar Solopos Edisi 26 – 31 Agustus 2013, Skripsi, Program Studi
Ilmu Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2010.
Konflik dapat timbul dimana saja dalam masyarakat. Tidak memandang kelas sosial
baik itu di masyarakat biasa, masyarakat menengah atas bahkan hingga di kalangan
keluarga Keraton Kasunanan Surakarta. Sejak hari pertama terjadinya konflik
pengukuhan K.G.P.H Panembahan Agung Tedjowulan sebagai Maha Menteri
Solopos sebagai surat kabar yang 17 tahun dan masih eksis hingga sekarang selalu
menjadikan berita tersebut topik utama. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
pemaknaan dari masyarakat Surakarta terhadap konflik di Keraton Kasunanan
Surakarta mengenai Pengukuhan K.G.P.H Panembahan Agung Tedjowulan sebagai
Maha Menteri dengan menggunakan metode analisis resepsi. Data didapatkan dengan
cara dokumentasi dan wawancara mendalam dengan enam informan yang telah
dikategorisasikan. Dari hasil wawancara dengan informan, dapat disimpulkan bahwa
hampir seluruh informan berada di posisi oppositional yakni menolak dan tidak
setuju dengan konflik yang terjadi di Keraton Surakarta. Para informan menolak
makna dominan yang ditawarkan oleh media. Mereka memiliki pandangan yang
berbeda mengenai konflik Keraton Surakarta atas konflik fisik, konflik kekerasan
verbal dan konflik kepentingan yang ada di Solopos. Sedangkan beberapa informan
berada pada posisi dominant dan negotiated mengenai beberapa hal mengenai konflik
Keraton Surakarta.
Kata Kunci : analisis resepsi, konflik keraton surakarta, surat kabar solopos
3
A. PENDAHULUAN
Keraton
Hadiningrat
halalbihalal. Kondisi Keraton sudah
Kasunanan
adalah
Surakarta
simbol
Kota
Surakarta yang juga sebagai salah satu
memanas bahkan satu hari sebelum
acara tersebut dilaksanakan.
Satu
hari
sebelum
acara
tempat wisata. Keraton Kasunanan
dilaksanakan, beredar isu bahwa bila
Surakarta
acara
selalu
menjaga
dan
pengukuhan
tersebut
tetap
mempertahankan budaya dan tradisi
dilaksanakan maka Dewan Adat akan
yang telah ada dari jaman dulu hingga
membubarkan
sekarang. Pertengahan tahun 2013,
Puncaknya
Keraton
Kasunanan
pendobrakan pintu di Sasana Putra
mengalami
konflik
Surakarta
internal
yang
secara
paksa.
terjadi
peristiwa
pada 26 Agustus 2013 pukul 19.45
berujung pada kisruhnya Keraton.
WIB.
Konflik internal yang terjadi antara
dilakukan
kubu Dwitunggal dan kubu Lembaga
diduga menggunakan mobil
Dewan Adat tersebut juga membuat
K.P.A.A. Condrokusumo Suro Agul-
warga di lingkungan Keraton resah.
Agul.
Konflik
internal
Pendobrakan
oleh
pintu
warga
yang
Baluwarti
milik
Keraton
Berkaitan dengan konflik yang dari
Kasunanan Surakarta ini bermula saat
hari ke hari semakin memanas, peneliti
akan diadakannya rencana pengukuhan
tertarik
K.G.P.H
masyarakat Surakarta terhadap konflik
Panembahan
Agung
untuk
mengetahui
resepsi
Tedjowulan sebagai Maha Menteri
Keraton
yang
mengenai masalah pengukuhan K. G.
diteruskan
dengan
acara
Kasunanan
Surakarta
4
P. H. Panembahan Agung Tedjowulan
individual
sebagai Maha Menteri di surat kabar
keanggotaan kelompok sosial (“yang
Solopos dari mulai awal konflik yakni
menjadi perhatian yakni kebutuhan
tanggal 26 hingga 31 Agustus 2013.
sosial individual termasuk keamanan,
B. RUMUSAN MASALAH
identitas, pengakuan dan yang lain”,
Bagaimana
analisis
resepsi
dijembatani
1986,
31)
melalui
(Miall,
masyarakat Surakarta terhadap konflik
ramsbotham,woodhouse, 2009: 113-
Keraton
Kasunanan
Surakarta
114).
mengenai
pengukuhan
K.G.P.H.
1. Encoding-Decoding
Panembahan
Tedjowulan
Setiap pesan yang disampaikan
sebagai Maha Menteri di surat kabar
dari komunikator kepada komunikan
Solopos edisi 26 – 31 Agustus 2013?
pasti akan melalui proses encoding dan
C. TINJAUAN PUSTAKA
decoding. Menurut Dominick dalam
1. Teori Konflik Sosial Edwar Azar
Morrisan, decoding adalah kegiatan
Menurut
Agung
Edwar
Azar
analisa
menerjemahkan
atau
konflik sosial lebih memfokuskan
menginterpretasikan pesan fisik ke
perhatian pada kelompok identitas,
dalam suatu bentuk yang memiliki arti
apapun
bagi penerimanya (Dominick dalam
definisinya,
dengan
memperhatikan bahwa yang berada
Morrisan, 2013:21).
dalam inti masalah adalah hubungan
Menurut Hall, khalayak melakukan
antara kelompok identitas dan negara
dekoding
bahwa kepentingan dan keperluan
melalui
terhadap
tiga
pesan
media
kemungkinan
posisi
5
yakni: a) posisi hegemoni dominan; b)
sifatnya umum, namun mereka akan
negosiasi; dan c) oposisi (Stuart Hall
melakukan
dalam Morrisan, 2013:550)
a.
Posisi
Hegemoni
Dominan
beberapa
pengecualian
dalam
penerapannya
disesuaikan
dengan
aturan
budaya
setempat
(dominant hegemonic position).
(Morissan, 2013:550).
Hall menerangkan hegemoni dominan
c.
sebagai situasi di mana “The media
position).
produce the message; the masses
Cara terakhir yang dilakukan khalayak
consume it. The audience reading
dalam melakukan dekoding terhadap
coincide with the prefered reading”
pesan
(media
“oposisi” yang terjadi ketika khalayak
menyampaikan
pesan,
Posisi Oposisi (oppositional
media
adalah
melakukan
khalayak menerimanya. Apa yang
audiensi
disampaikan media secara kebetulan
mengubah pesan atau kode yang
disukai
disampaikan oleh media dengan pesan
khalayak) (E.M., Griffin
kritis
dalam Morissan, 2013:550).
atau
b.
2013:551).
Posisi Negosiasi (Negotiated
position).
alternatif
atau
(Morrisan,
2. Reception Analysis
Posisi di mana khalayak secara umum
menerima
kode
mengganti
ideologi
dominan
tapi
Menurut Jensen (1993)
Fatin,
Reception
Analysis
dalam
adalah
menolak penerimaannya dalam kasus
sebuah metode yang membandingkan
tertentu. Dalam hal ini, khalayak
antara analisis tekstual wacana dan
menerima ideologi
media wacana khalayak yang hasil
dominan
yang
6
interpretasinya merujuk pada konteks,
subjek penelitian misalnya perilaku,
seperti cultural setting dan konteks isi
persepsi,
media
lainnya (Dwita, 2012:138).
lain
(Jensen
dalam
Fatin,
2013:36).
motivasi,
tindakan,
dan
2. Teknik Pengumpulan Data
reception
Teknik pengumpulan data dalam
analysis sebagai pendukung dalam
penelitian ini yakni menggunakan
kajian khalayak sesungguhnya hendak
teknik wawancara. Setelah dilakukan
menempatkan khalayak pasif namun
pengumpulan
dilihat sebagai agen kultural (cultural
menggunakan wawancara kemudian
agent) memiliki kuasa sendiri dalam
peneliti
hal menghasilkan makna dari berbagai
masyarakat terhadap konflik yang
wacana yang ditawarkan media (Fiske
terjadi
dalam Adi, 2012:26-27).
Surakarta,
Pemanfaatan
teori
data
menganalisis
di
Keraton
apakah
dengan
pemaknaan
Kasunanan
masuk
Dominant-Hegemonic
dalam
Position,
2. METODE PENELITIAN
Negotiated Position atau Oppositional
1. Jenis Penelitian
Position.
Dalam
penelitian
menggunakan
dengan
ini
penelitian
metode
peneliti
kualitatif
analisis
resepsi.
3. Teknik Sampling
Teknik
pengambilan
dalam penelitian ini menggunakan
Penelitian kualitatif adalah penelitian
purposive
sampling.
dengan
mengambil
sampel
tujuan
untuk
memahami
fenomena tentang apa yang dialami
sampling
Surakarta
dengan
Peneliti
masyarakat
mengkategorikan
7
menjadi tiga golongan. Yakni kategori
Negotiated Position atau Oppositional
pendidikan terakhir (SMA dan S1),
Position.
latar belakang etnik (Jawa dan non
3. HASIL PENELITIAN
Jawa) serta
1. Encoding
Swasta).
pekerjaan
Sampel
(PNS
berjumlah
dan
enam
Dalam pemberitaannya di Solopos
orang.
edisi 26-31 Agustus 2013 mengenai
4. Teknik Analisis Data
konflik Keraton Surakarta, Solopos
Teknik
dilakukan
analisis
peneliti
yang
adalah
akan
menampilkan konflik yang semakin
sebagai
harinya semakin memanas. Konflik-
berikut :
konflik yang ada dalam pemberitaan
a. Menyeleksi
dalam
Peneliti menyeleksi informan yang
Solopos
dikategorisasikan
kemudian
berdasarkan
pada
akan diwawancarai sesuai dengan
konflik yang berkaitan dengan fisik,
kriteria yang telah ditentukan dan yang
konflik yang mengandung kekerasan
paling
verbal dan konflik kepentingan.
kredibel
untuk
menjawab
penelitian.
Berdasarkan pada konflik yang
b. Menganalisis
Setelah
melakukan
mengandung unsur fisik dapat dilihat
wawancara
pada pemberitaan Solopos di edisi 27,
kemudian peneliti menganalisis hasil
28 dan 29 Agutsus 2013. Pada edisi
dari wawancara dan menentukan hasil
Selasa 27 Agustus 2013 “2 Kubu
wawancara apakah informan masuk
Keraton Bentrok” di halaman headline
dalam Dominant-Hegemonic Position,
kolom 2. Pemberitaan tersebut tentang
8
terjadinya bentrok dan baku pukul di
Kemudian
untuk
kategorisasi
kompleks Keraton Surakarta oleh para
mengenai konflik yang terakhir adalah
prajurit
konflik kepentingan. Dimana dalam
Keraton
mengawal
Surakarta
K.R.M.
H
yang
Satryo
konlfik
kepentingan
ini
dapat
Hadinagoro kubu Lembaga Dewan
menyangkut segala hal seperti uang,
Adat. Akhirnya terjadilah peristiwa
peralatan,
saling
Dalam Solopos edisi 27 Agustus 2013
pukul
antara
kedua
kubu
ruang
Lembaga Dewan Adat dan massakubu
dengan
pembela Hangabehi dan Tedjowulan.
Lengserkan
Kemudian untuk konflik yang
masuk dalam kategorisasi
konflik
judul
26, 27 dan 30 Agustus 2013. Pada
2. Decoding
Raja
Solo”
Adat
berisikan
Pendapat informan I mengenai
judul “Tedjowulan Jadi Maha Menteri,
konflik
Keraton
seharusnya
Dalam
“Dewan
mengambil alih wewenang dan tugas
raja.
Memanas”.
wewenang.
mengenai Lembaga Dewan Adat yang
kekerasan verbal terdapat pada edisi
pemberitaan edisi 26 Agustus dengan
dan
di
Keraton
konflik
Surakarta
tersebut
dapat
pemberitaan di edisi tersebut Mba
diselesaikan secara kekeluargaan dan
Moeng dari kubu Lembaga Dewan
dapat
Adat sempat memaki-maki beberapa
dapat menghasilkan keputusan yang
orang sewaktu akan menuju ke Sasana
baik yang dapat diterima oleh raja
Mulya.
Keraton Surakarta. Menurutnya apa
dimusyawarahkan
sehingga
yang diberitakan di Solopos pihak
9
Hangabehi
dan
Tedjowulan
kepentingan yang berbeda terhadap
merupakan kubu atau pihak yang
keberadaan Maha Menteri di Keraton
benar.
Surakarta.
Untuk informan II menurutnya
konflik
yang
terjadi
kepentingan
itu
budaya
mengenai
atau
politik.
Keraton
Informan berharap konflik keraton
Surakarta merupakan hal yang biasa
dapat segera diselesaikan dan tidak
terjadi disebuah kerajaan. Konflik
berlarut-larut agar citra keraton tetap
mengenai perebutan kekuasaan seperti
terjaga
di
budaya.
Keraton
di
Apakah
Surakarta
harus
sebagai
salah
satu
cagar
diselesaikan oleh keluarga keraton
Informan IV melihat konflik di
sendiri. Mengenai pembubaran acara
Keraton Surakarta seharusnya ada
pengukuhan
II
penengah yang disegani oleh pihak
Karena
keraton. Informan berpendapat adanya
mendapat
acara pengukuhan dimana ada pihak
gelar menjadi Maha Menteri tersebut
yang tidak mengetahui adanya acara
sudah
tersebut dirasa cukup aneh menurut
sangat
menurut
informan
disayangkan.
menurutnya
Tedjowulan
dengan
Hangabehi
atau
persetujuan
Paku
raja
Buwono
informan
IV.
Menurut
Informan
sehingga acara pengukuhan tersebut
seharusnya acara tersebut diumumkan
Mba
kepada semua pihak sehingga semua
Moeng
tidak
berhak
membubarkannya.
Pendapat informan III terdapat
adanya berbedaan sudut pandang atau
pihak tahu.
Pendapat
informan
V
tentang
konflik Keraton Surakarta, informan
10
merasa prihatin dengan konflik yang
4. PEMBAHASAN
terjadi. Seharusnya konflik tersebut
Dari
penelitian
dapat diselesaikan secara kekeluargaan
dilakukan
tidak
pemaknaan
sampai
menyebar
luas
ke
oleh
yang
telah
peneliti
mengenai
masyarakat
terhadap
masyarakat. Apalagi konflik sampai
konflik Keraton Kasunanan Surakarta
terjadi tindak anarkis yang dilakukan
Hadiningrat
mengenai
masing-masing kubu.
K.G.P.H
Panembahan
pengukuhan
Agung
Informan VI memiliki pendapat,
Tedjowulan sebagai Maha Menteri di
kepemimpinan raja dan Maha Menteri
Surat Kabar Solopos 2013 dengan
di
mengkategorikan informan menjadi
Keraton
Kasunanan
Surakarta
Hadiningrat harus dipertahankan. Hal
tiga
itu
pendidikan,
perlu
dilakukan
untuk
mempertahankan
nilai
budaya
bukannya
ruang
politik.
untuk
kategori
yakni
pekerjaan
kategori
dan
etnik
budaya.
Berdasarkan hasil wawancara yang
Informan juga mengatakan bahwa
telah
seharusnya kedua belah kubu dapat
informan berada di posisi oppositional
menahan diri apalagi saat terjadinya
atau oposisi dalam banyak hal di
konflik merupakan bulan Syawal dan
pemberitaan
menurutnya sangat tidak masuk akal
Surakarta. Para informan menolak dan
jika sampai terjadi konflik di keraton.
tidak dapat menerima makna dominan
dilakukan,
hampir
konflik
semua
Keraton
yang ditawarkan Solopos mengenai
konflik
yang
terjadi
di
Keraton
11
Surakarta. Beberapa informan juga ada
mengandung kekerasan verbal, fisik
yang berada di posisi negotiated dan
dan
dominant untuk beberapa hal dalam
membuat informan III dan IV berada
pemberitaan
di posisi oppositional.
konflik
Keraton
Surakarta.
kepentingan.
Informan
1. Oppositional
III
Hal
(Joko
tersebut
Purwanto)
melihat konflik yang terjadi di keraton
Penerimaan makna oleh informan
mengenai konflik kekerasan verbal
berlatar belakang pendidikan (S1 dan
yang dilakukan oleh Mba Moeng
SMA) mengenai konflik yang terjadi
seharusnya tidak terjadi. Menurutnya
di
Mba
Keraton
Surakarta
berkenaan
Moeng
sudah
melakukan
dengan konflik yang mengandung
tindakan yang sewenang-wenang dan
kekerasan verbal dan konflik yang
tidak etis dilakukan oleh seorang
berkaitan dengan fisik memposisikan
kerabat Keraton Surakarta.
informan
I
dan
posisi
Informan V dan VI juga berada di
oppositional. Informan tidak setuju
posisi oppositional untuk konflik yang
dengan
yang
berkaitan dengan kekerasan verbal
mengandung kekerasan verbal dan
yang dilakukan oleh Lembaga Dewan
fisik yang ada dalam pemberitaan
Adat. Informan V dan VI sangat
konflik Keraton Surakarta.
menyayangkan
adanya
II
pada
konflik
Informan III dan IV yang memiliki
tindakan
Lembaga
Dewan Adat yang sangat tidak patut
latar belakang pekerjaan (PNS dan
dilakukan
Swasta) juga menolak konflik yang
Surakarta.
oleh
kerabat
Keraton
12
2. Negotiated
negotiated untuk pengambil alihan
Hanya beberapa informan yang
wewenang raja oleh Lembaga Dewan
masuk dalam posisi negotiated saat
Adat. Menurutnya bisa saja Lembaga
melihat konflik yang terjadi di Keraton
Dewan
Surakarta. Untuk konflik kepentingan
wewenang
raja
seperti pada edisi 27 Agustus 2013
pengambil
alihan
tersebut
harus
dimana Dewan Adat mengambil alih
memalui
proses
dan
harus
tugas
dimusyawarahkan terlebih dahulu.
dan
wewenang
raja
Paku
Buwono XIII. Informan I, II dan V
mengambil
alih
tetapi
lain
disisi
3. Dominant
berada di posisi negotiated.
Informan I melihat pengambil
Adat
Ada
beberapa
informan
yang
berada di posisi dominant yakni dapat
alihan wewenang raja boleh saja
menerima
dilakukan apabila memang raja sudah
konflik
tidak bisa melakukan pekerjaannya
Mengenai konflik fisik dimana warga
lagi. Tetapi disisi lain pengambil
Baluwarti
alihan tersebut harus disetujui oleh
pintu di Sasana Putra informan I, II, III
Sinuhun sendiri dan harus dibicarakan
dan V berada di posisi dominant.
kembali di antara kedua belah pihak.
pemberitaan
di
mengenai
Keraton
melakukan
Surakarta.
pendobrakan
Pendobrakan pintu yang terdapat di
Informan II dan V tidak jauh beda
edisi
dengan informan I. Informan V (Irvan
dilakukan oleh warga Baluwarti karena
Ansyori) yang memiliki latar belakang
adanya rumor yang menyebut bahwa
etnik non Jawa berada di posisi
raja
27
Agustus
Hangabehi
2013
telah
tersebut
disandera.
13
Karena rumor tersebut salah seorang
5. KESIMPULAN DAN SARAN
warga dengan menggunakan mobil
1. Kesimpulan
Toyota Land Cruiser mendobrak pintu
Sasana Putra.
yang
sama
mengenai
dapat
yang
telah
yakni
para
informan
wajar
keselamatan
disimpulkan
bahwa
para
informan berada di posisi oppositional
pendobrakan pintu tersebut. Menurut
tersebut
pemaknaan
dilakukan oleh para informan maka
Informan I, II dan III memiliki
pendapat
Dari
menolak dan tidak setuju
pendobrakan
pintu
dengan pemberitaan konflik Keraton
dilakukan
karena
Surakarta. Para informan menolak
sedang
makna dominan yang ditawarkan oleh
raja
yang
terancam. Hal itu wajar dilakukan oleh
media.Mereka
warga karena merasa ingin menolong
yang
rajanya.
Keraton Surakarta atas konflik fisik,
Informan V pun tidak jauh beda
dengan informan I, II dan III. Informan
V berpendapat kalau memang raja
disandera
dan
jalan
satu-satunya
memiliki
berbeda
pandangan
mengenai
konflik
konflik kekerasan verbal dan konflik
kepentingan yang ada di Solopos.
Beberapa informan ada pada posisi
negotiated
dan
dominant
untuk
hanyalah mendobrak pintu maka wajar
beberapa hal dalam memaknai konflik
saja
Jadi
Keraton Surakarta. Informan yang
untuk
berada di posisi negotiated dimana
hal
itu
dilakukan.
pendobrakan
dilakukan
menyelamatkan
raja
yang
sedang
disandera merupakan hal yang wajar.
secara
dominan
umum
menerima
namun
ideologi
menolak
14
penerimaanya dalam kasus tertentu.
Sedangkan
untuk
informan
yang
Miall, Hugh, Oliver Ramsbotham dan
Tom
Woodhouse.
2000.
berada dalam posisi dominant seperti
Resolusi
yang dijelaskan oleh Stuart Hall
Kontemporer. Jakarta: PT Raja
dimana pesan yang diterima oleh
Grafindo Persada.
informan sesuai dan dapat diterima
Konflik
Morissan. 2013. Teori Komunikasi
oleh informan.
Individu
2. Saran
Kencana.
Pada penelitian selanjutnya untuk
Damai
Hingga.
Jakarta:
Skripsi :
analisis resepsi media surat kabar
Fatin, Aisyah. 2013. Analisis Resepsi
mengenai konflik Keraton Surakarta
Penonton Perempuan Yang
dapat dilakukan dengan menggunakan
Sudah
metodologi lain seperti metodologi
Kekerasan Pada Perempuan
kuantitatif. Sehingga penelitian yang
Di Film Die Fremde (When
dilakukan dapat lebih mendalam dan
We
terukur.
Program Sarjanah Srata Satu
DAFTAR PUSTAKA
(S1)
Buku :
Komunikasi
McQuail,
Denis.
1989.
Teori
Komunikasi Massa. Bandung:
Erlangga.
Menikah
Leave).
Studi
Terhadap
Skripsi
Program
Muhammadiyah
pada
Ilmu
Universitas
Surakarta.
Surakarta: Dipublikasikan
15
Jurnal :
Adi, Tri Nugroho. 2012. Mengkaji
Khalayak
Metode
Media
Dengan
Penelitian
Resepsi.
Dalam jurnal Acta dium A Vol
8 No. 1, 2012. Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poltik.
Dwita,
Desliana.
2012.
Resepsi
Masyarakat Terhadap Siaran
Televisi
Asing
(Analisis
Resepsi Khalayak di Batam
Tentang Isi Siaran Televisi
Singapura
dan
Dalam
jurnal
Malaysia).
Semai
Komunikasi Vol. II, No. 2, Juni
2012. Hal:136. Batam: Ilmu
Komunikasi.