HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Profesionalisme Mengajar Pada Guru.
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN
PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh:
MEHMED SADIQ WARISMAN ALAFGANI
F 100 070 157
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
0
2
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN
PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU
Mehmed Sadiq Warisman Alafgani
Dra. Partini, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Keprofesionalan guru merupakan harapan pemerintah, masyarakat, dan
orangtua, sebab berhubungan dengan keberhasilan belajar siswa dalam proses
belajar mengajar. Dukungan social yang ada di lingkungan kerja pada intinya akan
mampu meningkatkan produktivitas hidup sebagai upaya pembentukan sikap kerja
yang professional, termasuk lingkungan pendidikan sehingga dapat mencetak guru
yang professional. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1) Mengetahui
ada hubungan antara dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar guru. 2)
Mengetahui peran antara dukungan sosial terhadap profesionalisme mengajar guru.
3) Mengetahui kondisi dukungan sosial. 4) Mengetahui kondisi profesionalisme
mengajar guru. Populasi dalam penelitan ini adalah para guru SLTA di seluruh
kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1, SMA Negeri 3,
dan SMK Negeri 1, berjumlah 198. Adapun bentuk pengambilan sampel dalam
penelitian dengan purposive, cara pengambilan sampelnya berdasarkan ciri-ciri
tertentu, dengan guru berjumlah sebanyak 88. Ciri-ciri tersebut adalah: (a) Guru
yang sudah mempunyai masa kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut mempunyai
tingkat pendidikan minimal Strata 1. (c) Guru tersebut sudah tersertifikasi. Di dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampelnya diambil secara non random. Ada dua
skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala profesionalisme mengajar
pada guru dan skala dukungan sosial. Metode analisis data yang ditetapkan pada
penelitian ini adalah analisis statistik. Statistik yang digunakan dalam metode ini
adalah korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa : (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar pada guru. Artinya semakin
tinggi tingkat dukungan sosial maka semakin tinggi pula tingkat profesionalisme
mengajar pada guru dan sebaliknya, semakin rendah tingkat dukungan sosial maka
semakin rendah pula tingkat profesionalisme mengajar pada guru. (2) Dukungan
sosial berperan terhadap profesionalisme mengajar pada guru sebesar 28%. (3)
Keadaan dukungan sosial di SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1
Sukoharjo pada umumnya sedang. (4) Keadaan profesionalisme mengajar pada guru
SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1 Sukoharjo pada umumnya
sedang.
Kata kunci : Dukungan sosial dan profesionalisme mengajar
3
bidang
PENDAHULUAN
Mengacu
pada
profesinya
diandalkan
Undang-
dalam
dan
dapat
melaksanakan
(RI)
pekerjaannya sehingga dapat berjalan
No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
lancar, baik dan mendatangkan hasil
Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas
yang diharapkan. Individu tersebut
menjelaskan
juga memberi pelayanan yang sebaik-
undang
Republik
Indonesia
bahwa
tenaga professional
utama
Guru
adalah
baiknya dalam bidang profesinya.
dengan tugas
mendidik,
Menurut Sinta (2009) guru
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih,
profesional
menilai dan mengevaluasi peserta
berkualitas, berkompetensi, dan guru
didik pada pendidikan anak usia
yang
sekolah pada jalur pendidikan formal,
mendatangkan prestasi belajar serta
pendidikan
mampu mempengaruhi proses belajar
dasar
dan
pendidikan
adalah
guru
yang
dikehendaki
untuk
mengajar siswa, yang nantinya akan
menengah.
tenaga
menghasilkan prestasi belajar siswa
professional diperlukan dalam dunia
yang lebih baik. Kompetensi guru
pendidikan.
dan
yang dituntut meliputi empat kategori.
Nurdin,
2008)
Pertama, kemampuan guru dalam
mengajar
adalah
merencanakan
Guru
Tucker
sebagai
Menurut
(dalam
profesionalisme
Novin
program
belajar
tingkat penguasaan dan pelaksanaan
mengajar. Kedua, kemampuan guru
terhadap tiga hal: Knowledge, Skill,
dalam menguasai bahan pelajaran.
dan Character, jadi seorang yang
Ketiga,
profesional akan mempunyai tingkat
melaksanakan
tertentu pada ketiga bidang tersebut.
memimpin/mengelola proses belajar
Seorang
mengajar. Dan keempat, kemampuan
guru
memerlukan
sangat
profesionalisme
mutlak
dalam
yang
kemampuan
guru
dalam
dan
menilai
kemajuan
proses
baik. Hal ini disebabkan oleh adanya
belajar mengajar. Guru profesional
tuntutan bahwa guru yang tidak
adalah guru yang mengedepankan
profesional
mutu
pelayanan
professional.
akan
yang
dan
kualitas
layanan
tidak
produknya,
layanan
guru
yang
memenuhi
memberikan
juga
Seorang
standarisasi
dan
harus
kebutuhan
masyarakat, bangsa, dan pengguna
professional dipercaya sangat ahli di
1
serta
memaksimalkan
Indonesia
kemampuan
mencapai
berarti,
kecakapan yang dimiliki masing-
Indonesia dewasa yang berusia 15
masing
untuk
tahun ke atas, ada 12 orang yang tidak
menjadi guru yang profesional harus
bisa membaca. Angka ini relatif jauh
memiliki beberapa kompetensi.
lebih tinggi, apabila kita bandingkan
sehingga
harapan
masyarakat,
dan
100
orang
guru
dengan negera-negara lain, seperti
pemerintah,
Thailand (7,4%), Brunai Darussalam
Keprofesionalan
merupakan
setiap
Ini
peserta didik berdasar potensi dan
individu,
dari
12,1%.
sebab
(6,1%) dan Jepang (0,0%). Kemudian
Keberhasilan
pada tahun yang sama (2004), UNDP
belajar siswa dalam proses belajar
juga telah mengeluarkan laporannya
mengajar. Keberhasilan belajar siswa
tentang
biasanya dilihat dari kualitas atau
Development Indeks) di Indonesia.
perubahan yang ditunjukan siswa
Dalam
setelah
Indonesia berada pada urutan ke 111
berhubungan
orangtua,
dengan
mengikuti
pembelajaran,
kondisi
laporan
HDI
(Human
tersebut,
HDI
melalui
dari 175 negara. Posisi ini masih jauh
sejauhmana kebutuhan belajar siswa
dari Negara-negara tetangga, seperti
dapat dipenuhi secara optimal oleh
Malaysia yang menempati urutan ke-
guru
indikator-
59, Thailand yang menempati urutan
indikator yang mempengaruhi mutu
ke 76 dan Philipina yang menempati
lulusan,
urutan ke-83. Untuk kawasan Asia
sehingga
dapat
dengan
dinilai
melihat
yaitu
melalui
Standar
Tenggara, Indonesia hanya menempati
Kompetensi Lulusan (SKL).
Realitas yang memukul dunia
satu peringkat di atas Vietnam, sebuah
pendidikan di Tanah Air ini, menjadi
negara yang baru saja keluar dari
semakin lengkap, apabila dikaitkan
konflik politik yang besar dan baru
juga dengan laporan dari UNDP
memulai untuk berbenah diri namun
(United
Nations
Programme)
yang
Development
baru-baru
sudah
memperlihatkan
hasilnya
(Republika, 9 Mei 2005).
ini
Untuk
dipublikasikan, berdasarkan laporan,
menjawab
Human Development Report 2004”,
permasalahan tersebut di atas, yang
tersebut dinyatakan bahwa angka buta
perlu dipersiapkan adalah bagaimana
huruf dewasa (adult illiteracy rate) di
mencetak seorang guru yang memiliki
2
kapabilitas keilmuan yang memadai
terus
dalam bidangnya, atau guru yang
kompetensinya sebagai pendidik dan
memiliki
serta
pengajar yang profesional, sebab kata
karena
profesional bukan sekedar sebutan
yang
yang disematkan untuk menunjukkan
profesional ini dapat diartikan sebagai
prestise guru atau gagah-gagahan
usaha untuk menciptakan kualitas
semata-mata, namun kata profesional
pendidikan atau mutu pendidikan
lebih diarahkan kepada sebuah upaya
menjadi lebih baik. Realisasi demi
untuk
menjawab
kualifikasi
keluasan
kematangan
dengan
ilmu
profesional,
mencetak
sedikit
guru
permasalahan
banyak
tersebut
mengabdikan
membangun
guru
keahlian
integritas
agar
dan
dan
mampu
bertindak dalam tataran praktis yaitu
telah
menggugah
akademisi,
sehingga
membuat
perumusan
kreatif dan produktif. Untuk menjadi
untuk meningkatkan kualifikasi guru
pribadi seperti ini tentu diperlukan
melalui
usaha dan kerja keras tak kenal lelah
kalangan
pemerintah
pemberdayaan
menjadi
dan
Guru
pelatihan sampai dengan instruksi
guru
memiliki
pembelajaran
yang
dan tak kenal usia (Adnyana, 2010).
peningkatan profesionalisme guru dari
agar
agen
juga
harus
mampu
mengadopsi sistem informasi dan
kualifikasi
pendidikan minimal Strata 1 (S1).
teknologi,
Oleh karena itu, pemerintah juga
mengembangkan
diri,
mampu
mengadakan
mentransformasi
nilai-nilai
dalam
program
keguruan
dengan
pengajar
memiliki
sertifikasi
mampu
dalam
mensyaratkan
struktur tugas dalam menjalankan
kualifikasi
tugas profesinya, mampu membuat
pendidikan minimal S1 sesuai dengan
pengembangan
bidangnya masing-masing.
berhubungan
tugas
dengan
yang
kegiatan
tangung
pembelajaran, kegiatan membimbing
jawab moral dan profesional guru juga
siswa, kegiatan mengevaluasi hasil
harus
pembelajaran.
Tidak
hanya
itu,
ditunjukkan
keberhasilannya
melewati
pasca
Menurut
proses
sertifikasi, karena sertifikat pendidik
masih
yang
profesionalisme
telah
dimilikinya
justru
Hermawan
rendahnya
guru
(2003)
tingkat
dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang
merupakan simbol bahwa guru harus
3
berasal dari internal guru itu sendiri
memperhitungkan outputnya kelak di
maupun faktor lainnya yang berasal
lapangan,
dari luar. Faktor-faktor tersebut antara
banyak
lain: a) kurangnya minat guru untuk
terhadap
menambah wawasan sebagai upaya
kurangnya
meningkatkan tingkat profesionalisme
meningkatkan kualitas diri karena
sebab
tidaknya
guru tidak dituntut untuk meneliti
pengetahuan serta kemampuan dalam
sebagaimana yang diberlakukan pada
melaksanakan
dosen di perguruan tinggi.
bertambah
berpengaruh
atau
tugas
rutin
terhadap
tidak
sehingga
guru
etika
tidak
patuh
profesinya;
motivasi
Arnold
pendapatan
yang
menyebabkan
guru
d)
dalam
dkk (2008) dalam
yang diperolehnya. Kalaupun ada, hal
sebuah penelitian menyatakan guru
itu
yang
tidak
seimbang
dengan
professional
digambarkan
pengorbanan yang telah dikeluarkan;
sebagai guru yang memiliki jangkauan
b) meledaknya jumlah lulusan sekolah
pengetahuan yang luas. Selama siswa
guru dari tahun ke tahun.
belajar
profesionalisme
sama
dan
konteks
sekolah adalah faktor utama yang
Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya
kerja
dapat meningkatkan atau mengurangi
guru
menurut Mulyasa (2007) antara lain
pengetahuan
disebabkan oleh: a). masih banyak
berlanjut pada guru. Ditambahkan
guru yang tidak menekuni profesinya
oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya
secara utuh. Hal ini disebabkan oleh
bahwa para guru secara konstan
sebagian guru yang bekerja di luar
diperlukan untuk selalu meningkatkan
jam
dan
kerjanya
untuk
memenuhi
profesional
membaharui
yang
tingkatan
kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga
keterampilan. Keinginan untuk selalu
tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan
meningkatkan diri, baik membaca,
ketrampilan tersebut, umumnya terjadi
menulis, apalagi membuka internet; b)
melalui aktivitas pembelajaran yang
belum adanya standar profesional
profesional. Pembelajaran profesional
guru sebagaimana tuntutan negara-
itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-
negara maju; c) adanya perguruan
faktor
tinggi swasta yang mencetak guru asal
pribadi dalam konsteks kepercayaan,
jadi,
atau
setengah
jadi,
tanpa
4
dan
pendidikan,
memperbaharui
perkembangan
dan misi guru yang tinggi pada konsep
mengajar
pembelajaran.
dukungan dari lingkungan sekolah
profesional
guru.
Apabila
bagus, maka ketika seorang guru
Surya (2003) mengemukakan
kompetensi
pada
mengalami
adalah
masalah
berbagai kemampuan yang diperlukan
berhubungan
agar
dirinya
maka guru tersebut akan mampu
sebagai guru profesional. Kompetensi
memecahkan masalahnya dibantu oleh
profesional meliputi kepakaran atau
teman seprofesi dan dalam lingkungan
keahlian
yaitu
kerjanya, selain itu guru akan mampu
harus
membedakan suasana kerja dengan di
diajarkannya beserta metodenya, rasa
luar kerja serta menjaga reputasi.
tanggung jawab akan tugasnya dan
Profesionalisme kerja seperti ini tidak
rasa kebersamaan dengan sejawat
akan dapat dilakukan dengan baik
guru
tanpa adanya dukungan sosial dari
dapat
mewujudkan
dalam
penguasaan
bahan
lainnya.
tersebut
bidangnya
yang
Rasa
dapat
kebersamaan
diartikan
dengan
yang
pengajaran,
orang-orang sekitarnya.
sebagai
Rook
kondisi yang saling mendukung di
dalam
Smet
(1994)
antara sesama guru dan bisa diartikan
mengatakan bahwa dukungan sosial
pula sebagai bentuk dari dukungan
merupakan salah satu fungsi dari
sosial.
ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
Syafrudin,
tersebut
menggambarkan
2007) menyatakan bahwa dukungan
kualitas
umum
sosial yang ada di lingkungan kerja
interpersonal. Ikatan dan persahabatan
pada
mampu
dengan orang lain dianggap sebagai
hidup
aspek yang memberikan kepuasan
sebagai upaya pembentukan sikap
secara emosional dalam kehidupan
kerja
Dalam
individu. Saat seseorang didukung
lingkungan sekolah, dukungan yang
oleh lingkungan maka segalanya akan
diharapkan
terasa lebih mudah. Dukungan sosial
Maricar
(dalam
intinya
akan
meningkatkan
yang
produktivitas
profesional.
yakni
dukungan
dari
dari
hubungan
lingkungan kerja di sekolah pada
menunjukkan
seorang guru, yang mana dukungan
interpersonal
tersebut
terlihat
individu terhadap konsekuensi negatif
profesionalisme
dari stres. Dukungan sosial yang
akan
mempengaruhi
sangat
5
pada
tingkat
yang
hubungan
melindungi
Hasil penelitian ini diharapkan
diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,
dapat bermanfaat bagi :
timbul
1.
rasa
percaya
diri
dan
Guru, agar dapat lebih memahami
pentingnya bersikap profesional
kompeten.
Demikian
dalam
pentingnya
perannya
sebagai tenaga pendidik.
dukungan sosial bagi guru dalam
meningkatkan
menjalankan
2.
profesionalisme
Kepala
Sekolah,
agar
dapat
mengajar sehingga dapat diasumsikan
membina dan memotivasi para
bahwa bila seorang guru mendapat
guru untuk selalu meningkatkan
dukungan
keprofesionalan dalam mengajar.
sosial
lingkungan
yang
sekolah
bagus
maka
di
3.
guru
Peneliti selanjutnya, agar dapat
tersebut akan dapat termotivasi dan
memberikan
mendapat
pemikiran pada bidang psikologi
fasilitas
meningkatkan
untuk
sumbangan
khususnya psikologi pendidikan.
profesionalitasnya
dalam mengajar.
LANDASAN TEORI
TUJUAN
DAN
Istilah profesionalisme berasal
MANFAAT
dari profession. Dalam Kamus Inggris
PENELITIAN
profession
Indonesia,
Dalam penelitian ini, bertujuan
berarti
untuk:
pekerjaan. Arifin (1995) dalam buku
1. Mengetahui ada hubungan antara
Kapita
dukungan
sosial
mengemukakan
dengan
dukungan
peran
sosial
kondisi
profession
kata occupation atau pekerjaan yang
terhadap
memerlukan keahlian yang diperoleh
melalui
pendidikan
atau
latihan
khusus. Dalam buku yang ditulis oleh
dukungan
Kunandar (2007) yang berjudul Guru
sosial.
4. Mengetahui
bahwa
antara
profesionalisme mengajar guru.
3. Mengetahui
Pendidikan
mengandung arti yang sama dengan
profesionalisme mengajar guru.
2. Mengetahui
Selekta
Profesional Implementasi Kurikulum
kondisi
Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan
profesionalisme mengajar guru.
pula bahwa profesionalisme berasal
6
dari kata profesi yang artinya suatu
kemampuan dan penerimaan akan
bidang pekerjaan yang ingin atau akan
penjelasan delegasi tugas, kemampuan
ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
potensi
diartikan sebagai suatu jabatan atau
(pengetahuan dan keterampilan), dan
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
motivasi
pengetahuan dan keterampilan khusus
eksternal yakni antara lain pekerjaan,
yang
lingkungan,
diperoleh
dari
pendidikan
reality
kemampuan
kerja
sedangkan
dan
faktor
dan
sikap
menghadapi situasi kerja, dukungan
akademis yang intensif.
Tingkat
(IQ),
sosial.
profesionalisme
Faktor dukungan sosial sangat
mengajar pada guru akan diukur
skala
diperlukan oleh siapa saja dalam
profesionalisme mengajar yang telah
berhubungan dengan orang lain demi
dibuat oleh Hastutik (2011) dan
melangsungkan
dimodifikasi oleh penulis berdasarkan
tengahtengah
aspek-aspek yang dikemukakan oleh
(dalam
Surya (dalam Kunandar, 2007) yang
bahwa dukungan sosial merupakan
meliputi: tanggung jawab pada bidang
salah satu fungsi dari ikatan sosial,
keahliannya, tanggung jawab moral,
dan
tanggung jawab intelektual, tanggung
menggambarkan
jawab
Profesionalisme
umum dari hubungan interpersonal.
mengajar pada guru dalam penelitian
Ikatan dan persahabatan dengan orang
ini
lain dianggap sebagai aspek yang
dengan
menggunakan
sosial.
akan
diukur
dengan
skala
hidupnya
di
masyarakat.
Smet,
1994)
ikatan-ikatan
Rook
mengatakan
sosial
tersebut
tingkat
kualitas
profesionalisme mengajar pada guru.
memberikan
Semakin tinggi skor berarti semakin
emosional dalam kehidupan individu.
tinggi profesionalisme mengajar pada
Saat
didukung
oleh
guru, sebaliknya semakin rendah skor
lingkungan maka segalanya
akan
yang
terasa lebih mudah. Dukungan sosial
diperoleh
semakin
rendah
menunjukkan
profesionalisme mengajar pada guru
Faktor-faktor
seseorang
interpersonal
yang
kepuasan
pada
yang
secara
hubungan
melindungi
mempengaruhi profesionalisme guru
individu terhadap konsekuensi negatif
adalah faktor internal yakni antara lain
dari stres. Dukungan sosial yang
individu,
diterima dapat membuat individu
kemampuan
dan
minat,
7
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,
nurturance
timbul
dibantu).
rasa
percaya
diri
dan
(kemungkinan
untuk
kompeten.
Tingkat
dukungan
sosial
HIPOTESIS
dengan
Berdasarkan teori-teori yang
menggunakan skala dukungan sosial
telah dikemukakan, maka hipotesis
yang telah dibuat oleh Muhammad
yang dapat diajukan dalam penelitian
(2011) dan dimodifikasi oleh penulis
ini yaitu “Ada hubungan positif antara
berdasarkan
dukungan
sekolah
akan
diukur
aspek-aspek
yang
sosial
dengan
(dalam
profesionalisme mengajar pada guru”,
Smet, 1994) yang meliputi: dukungan
bahwa semakin tinggi dukungan sosial
materi, dukungan emosi, dukungan
pada sebuah sekolah maka tinggi
penghargaan, dukungan informatif.
profesionalisme mengajar pada guru,
Dukungan
akan
sebaliknya semakin rendah dukungan
diungkap dengan menggunakan skala
sosial maka semakin rendah pula
dukungan sosial sekolah. Semakin
profesionalisme mengajar pada guru.
dikemukakan
oleh
sosial
House
sekolah
tinggi skor yang diperoleh subyek
berarti menunjukkan semakin tinggi
METODE PENELITIAN
dukungan sosial dari sekolah yang
Populasi dalam penelitan ini
dialami subyek, sebaliknya semakin
adalah para guru SLTA di seluruh
rendah skor yang diperoleh maka
kecamatan
semakin rendah dukungan sosial dari
mempengaruhi
attachment
meliputi:
SMA Negeri 3, dan SMK Negeri 1,
yang
dukungan
yang mana gurunya berjumlah 198.
sosial
Adapun bentuk sampel yang diambil
(kasih
dalam penelitian ini yakni berbentuk
sayang/kelekatan), social integration
reassurance
sosial),
worth
(penghargaan/pengakuan),
yang
alliance
dan
sampelnya
berdasarkan
ciri-ciri
tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah: (a)
(ikatan/hubungan
dapat diandalkan),
(bimbingan),
purposive, dimana cara pengambilan
of
(integrasi
reliable
Kabupaten
Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1,
sekolah yang dialami subyek.
faktor-faktor
Sukoharjo,
Guru yang sudah mempunyai masa
guidance
kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut
opportunity for
8
pendidikan
Dukungan sosial dalam dunia
minimal Strata 1. (c) Guru tersebut
kerja sangat diperlukan mengingat
sudah tersertifikasi.
dukungan sosial berhubungan dengan
mempunyai
tingkat
orang
Di dalam penelitian ini teknik
pengambilan
sampelnya
lain
demi
hidupnya
diambil
melangsungkan
di
tengah-tengah
secara non random. Ada dua skala
masyarakat. Rook (dalam Smet, 1994)
yang digunakan dalam penelitian ini,
mengatakan bahwa dukungan sosial
yaitu skala profesionalisme mengajar
merupakan salah satu fungsi dari
pada guru dan skala dukungan sosial.
ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
Metode analisis data yang ditetapkan
tersebut
menggambarkan
pada penelitian ini adalah analisis
kualitas
umum
statistik. Statistik yang digunakan
interpersonal. Ikatan dan persahabatan
dalam metode ini adalah korelasi
dengan orang lain dianggap sebagai
product moment.
aspek yang memberikan kepuasan
tingkat
dari
hubungan
secara emosional dalam kehidupan
individu. Saat seseorang didukung
PEMBAHASAN
oleh lingkungan maka segalanya akan
Berdasarkan hasil perhitungan
terasa lebih mudah. Dukungan sosial
diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
menunjukkan
sebesar 0,529 dengan p < 0,01, hal ini
interpersonal
berarti ada hubungan positif yang
dengan
profesionalisme
diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,
tinggi tingkat dukungan sosial maka
tinggi
pula
timbul
tingkat
sebaliknya,
semakin
rasa
percaya
diri
dan
kompeten.
profesionalisme mengajar pada guru
dan
melindungi
dari stres. Dukungan sosial yang
mengajar pada guru. Artinya, semakin
semakin
yang
hubungan
individu terhadap konsekuensi negatif
sangat signifikan antara dukungan
sosial
pada
Dukungan
rendah
sosial
dapat
diungkap melalui aspek dukungan
tingkat dukungan sosial maka semakin
sosial yaitu dukungan emosional,
rendah pula tingkat profesionalisme
penghargaan,
mengajar pada guru. Jadi hipotesa
instrumen,
dan
informatif. Smet (1994 menjelaskan
yang penulis ajukan diterima.
bahwa
9
dukungan
emosional
empati,
atau umpan balik yang diperoleh dari
kepedulian dan perhatian terhadap
orang lain, sehingga individu dapat
individu, sehingga individu tersebut
membatasi masalahnya dan mencoba
merasa
mencari
mencakup
ungkapan
nyaman,
dicintai
dan
jalan
keluar
diperhatikan. Dukungan ini meliputi
memecahkan masalahnya.
perilaku seperti memberikan perhatian
Dukungan
atau
afeksi
serta
meningkatkan
bersedia
untuk
sosial
mampu
produktivitas
hidup
mendengarkan keluh kesah orang lain.
sebagai upaya pembentukan sikap
Dukungan penghargaan, dukungan ini
kerja yang profesional. Terlihat dari
terjadi lewat ungkapan hormat positif
kemampuannya memecahkan masalah
untuk orang tersebut, dorongan untuk
yang
maju atau persetujuan dengan gagasan
mengalami hambatan komunikasi dua
atau
arah dengan teman seprofesi dan
perasaan
individu
dan
mungkin
terjadi
di
perbandingan positif orang tersebut
masyarakat
dengan
Pemberian
membedakan suasana kerja dengan di
dukungan ini membantu individu
luar kerja serta menjaga reputasi.
untuk melihat segi-segi positif yang
Profesionalisme kerja seperti ini tidak
ada
dibandingkan
akan dapat dilakukan dengan baik
dengan keadaan orang lain yang
tanpa adanya dukungan sosial dari
berfungsi
orang-orang
orang
dalam
lain.
dirinya
untuk
menambah
diri,
membentuk
penghargaan
umum.
saat
Mampu
sekitarnya
(Maricar,
dalam Siwi, 2004).
Profesionalisme
kepercayaan diri dan kemampuan
mengajar
serta merasa dihargai dan berguna saat
pada guru merupakan hal penting bagi
individu
mengalami
tekanan.
perkembangan
Dukungan
instrumental,
meliputi
Indonesia, karena dengan kemampuan
sesuai
dalam mengusai dan melaksanakan
oleh
tugas-tugas mengajar yang penuh
seseorang, seperti memberi pinjaman
tanggung jawab sebagai seorang guru,
uang atau menolong dengan pekerjaan
sehingga
pada
profesional.
bantuan
secara
dengan
yang
waktu
langsung
dibutuhkan
mengalami
stres.
pendidikan
pekerjaan
guru
di
dapat
Guru yang profesional
mencakup
berarti dituntut memiliki ilmu yang
pemberian nasehat, petunjuk, saran
bisa dipertanggung jawabkan secara
Dukungan
informatif,
10
ilmiah;
memiliki
keahlian
dipahami
sesuai
mengingat
ada
aspek
dengan bidang yang ditekuninya;
dukungan sosial yang belum terpenuhi
keahliannya harus sesuai dengan latar
pada
belakang pendidikan yang didapatnya
dukungan
sosial
yang
belum
dan profesi guru yang profesional
memenuhi
harapan
adalah
aspek
memiliki
sosial
instrumental, menurut Kepala Sekolah
kemasyarakatan, baik kepada siswa,
SMK Negeri 1 Sukoharjo di sekolah
keluarga maupun masyarakat.
tersebut masih kekurangan sarana
dampak
Arnold
subjek
media
dkk (2008) dalam
penelitian.
Aspek
pembelajaran.
Seperti
seharusnya
jumlah
sebuah penelitian menyatakan guru
komputer,
yang
digambarkan
komputer sesuai dengan banyaknya
sebagai guru yang memiliki jangkauan
siswa diperlukan 60 komputer. Akan
pengetahuan yang luas. Selama siswa
tetapi jumlah komputer yang dimiliki
belajar
konteks
sekolah hanya 30. Akibatnya, saat
sekolah adalah faktor utama yang
pelaksanaan untuk pelajaran teknologi
dapat meningkatkan atau mengurangi
harus menunggu kelas lain selesai
pengetahuan
yang
menggunakan dan hal ini menghambat
berlanjut pada guru. Ditambahkan
proses pembelajaran. Selain itu, ada
oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya
sebagian orangtua siswa yang tidak
bahwa para guru secara konstan
perhatian terhadap pendidikan anak,
diperlukan untuk selalu meningkatkan
sehingga ada beberapa program yang
dan
tingkatan
terhambat
umumnya
Seperti
professional
kerja
sama
dan
profesional
membaharui
keterampilan.
Hal
ini
dalam
proses
pelaksanaannya.
pembayaran
uang
terjadi melalui aktivitas pembelajaran
gedung sekolah, masih banyak siswa
yang
Pembelajaran
yang belum membayar. Ini terjadi
profesional dipengaruhi oleh faktor-
karena orangtua kurang perhatian
faktor
perkembangan
terhadap
kebutuhan
pribadi dalam konsteks kepercayaan,
sekolah,
sehingga
dan misi guru yang tinggi pada konsep
terhadap
pembelajaran.
orangtua
profesional.
pendidikan,
termasuk
sedang.
Hal
ini
siswa
tersebut
dapat
11
searah
yang
berpengaruh
dukungan
pembelajaran
Kategorisasi dukungan sosial
anak
emosional
dalam
rendah.
dengan
proses
Penjelasan
pendapat
Purba, dkk (2007) bahwa dukungan
pendekatan baru untuk pembangunan
instrumen yang berupa sarana dalam
profesionalisme, pembelajaran, dan
pembelajaran
menyediakan
pembentukan budaya berkelanjutan.
fasilitas kepada siswa dan keterlibatan
Dengan pemanfaatan yang efektif
aktif orangtua siswa memiliki peran
sangat mungkin untuk menjadikan
yang penting untuk meningkatkan
internet sebagai media pengembangan
kemajuan sekolah.
kompetensi berkelanjutan bagi para
untuk
mengajar
guru. Peningkatan kompetensi guru
pada guru termasuk kategori sedang.
dengan memanfaatkan TIK dapat
Berdasarkan hasil wawancara dengan
dicapai hanya jika pemanfa’atannya
Wakil Kepala Sekolah SMA N 3
mengarah
Sukoharjo dijelaskan bahwa masih
manajemen ilmu pengetahuan.
Profesionalisme
ada
sebagian
guru
yang
kepada
terbentuknya
Dukungan
kurang
sosial
mampu dalam menggunakan laptop,
menyumbang cukup relevan dengan
komputer,
internet.
sumbangan efektifnya sebesar 28%
guru
dalam
terhadap profesionalisme mengajar
peralatan
modern
atau
Ketidakmampuan
menggunakan
pada
guru.
Dengan
tersebut berdampak pada pengetahuan
diharapkan
dan
meningkatkan tingkat dukungan sosial
ketrampilan
guru
kurang
sekolah
demikian
ini,
penelitiannya menyimpulkan bahwa
mempertahankan
kualitas pemanfaatan internet oleh
mengajar pada guru. Adapun faktor
guru
lain
sangat
tinggi
akan
tetap
dapat
maksimal. Suhendar (2011) dalam
berpengaruh
sehingga
terus
dapat
profesionalisme
yang
mempengaruhi
terhadap kompetensi profesional dan
profesionalisme mengajar pada guru
sosial
pengaruhnya
sebesar 72% selain dukungan sosial
bertambah besar pada sekolah dengan
adalah faktor karakteristik individu,
daya dukung sarana TIK (Teknologi
faktor pekerjaan, lingkungan kerja,
Informasi
dan sikap menghadapi situasi kerja.
tinggi.
guru
dan
dan
Komunikasi)
Guru
memanfaatkan
kurang
TIK
yang
Adapun
mampu
sekarang
telah
dalam
penelitian ini adalah:
berpengaruh
1. Untuk
terhadap proses pembelajaran, sebab
internet
kelemahan
sampling,
pengambilan
dijadikan
12
jumlah
karena
sampel
kurang
maka
keterbatasan
4.
menimbulkan
generalisasi
profesionalisme
mengajar pada guru SMA Negeri
hasil
3, SMA Negeri 1, dan SMK
penelitian.
2. Untuk
Keadaan
teori,
penulis
Negeri
merasa
1
Sukoharjo
pada
umumnya sedang.
kurang banyak mendapatkan teori
tentang profesionalisme mengajar
pada guru
SARAN
Dari
hasil
penelitian,
pembahasan dan kesimpulan di atas,
KESIMPULAN
maka penulis mengajukan beberapa
Berdasarkan hasil penelitian
saran sebagai berikut:
ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
1.
Ada hubungan positif yang sangat
dapat
signifikan antara dukungan sosial
tingkat
tingkat dukungan sosial maka
pula
tingkat
dan sebaliknya, semakin
rendah tingkat dukungan sosial
maupun
terus
ditingkatkan,
seperti
saling
memberikan
informasi
tentang
pembelajaran
pada sesama guru terutama empati
guru.
terhadap guru yang mengalami
sosial
terhadap
berperan
kesulitan
profesionalisme
dalam
ketrampilan
mengajar pada guru sebesar 28%.
3.
dipertahankan
yang efektif, saling berempati
profesionalisme mengajar pada
Dukungan
profesionalisme
metode-metode
maka semakin rendah pula tingkat
2.
hal
mengajar pada guru tetap dapat
profesionalisme mengajar pada
guru
kondisi
lingkungan sosial sekolah agar
pada guru. Artinya semakin tinggi
tinggi
meningkatkan
dukungan sosial yang tinggi di
dengan profesionalisme mengajar
semakin
Bagi kepala sekolah: diharapkan
menginkatkan
mengajarnya,
sehingga pada akhirnya guru yang
Keadaan dukungan sosial di SMA
kurang terampil akan menjadi
Negeri 3, SMA Negeri 1, dan
lebih
SMK Negeri 1 Sukoharjo pada
terampil,
memberikan
bantuan finansial terutama untuk
umumnya sedang.
kepentingan
meningkatkan
kualitas sebagai furu misalnya
13
bantuan
finansial
melanjutkan
Teacher’s
Professional
Knowledge From A Course To
Student Teaching Practicum:
A Case Study Of A Thai PreService
Science
Teacher
Conference of Asian Science
Education:
CASE
2008
February
20-23,
2008,
Kaohsiung, Taiwan
untuk
ke
jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
2.
Bagi guru: supaya meningkatkan
profesionalisme
mungkin
semaksimal
dengan
bekerjasama
cara
dan
saling
saling
Hastutik, T. 2011. Perbedaan Persepsi
Terhadap
Profesionalisme
Mengajar Pada Guru Sma
Negeri I Sragen Dan Guru
Sma
Muhammadiyah
1
Sragen.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Surakarta: UMS.
mendukung sesama guru dan staf
sekolah.
3.
Bagi peneliti berikutnya: apabila
ingin
meneliti
yang berkaitan
dengan profesionalisme mengajar
pada guru
diharapkan dapat
Hermawan, Iwan. 2003. Guru, Antara
Kebutuhan
Hidup
dan
Profesionalisme.
Artikel.
http://researchengines.com/iwanherma
wan2.html
mengaitkan dengan variabel lain
misalnya,
kemampuan
karakter
individu,
dan
minat,
kemampuan dan penerimaan akan
penjelasan delegasi tugas.
Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
dan
Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru.
Cet. Ke-1, h. 45. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana,
I.W.
2010.
Upaya
Peningkatan Profesionalisme
dan Motivasi Guru Gugus
Sekolah Inti III Kecamatan
Long Ikis Melalui Pertemuan
Kelompok Kerja Guru (
KKG). Tesis. Kalimantan:
Universitas Mulawarman.
Muhammad, R. 2011. Hubungan
Antara
Dukungan
Sosial
Dengan Burnout. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: UMS.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum yang
Disempurnakan.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
1995.
Kapita
Selekta
Pendidikan
(Islam
dan
Umum). Cet. Ke-3, h. 105.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arnold S.R., Michael J. Padilla &
Bupphachart Tunhikorn 2008.
The
Development
Of
Arifin.
Nurdin, M. 2008. Kiat Menjadi Guru
Professional. Jogjakarta: ArRuzz Media
14
Purba, J., Yulianto, R., dan Widyanti,
E. 2007. Pengaruh Dukungan
Sosial Terhadap Burnout Pada
Guru. Jurnal Psikologi. Vol. 5
No. 1. Hal. 77-87.
Shinta,
2009.
http://shinta91.wordpress.com/
2009/12/31/pentingnyaprofesionalisme-guru/
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta : PT Grasindo
Suhendar, A. 2011. Pengaruh Budaya
Belajar Organisasi, Dukungan
Manajemen, Daya Dukung
Sarana,
dan
Kualitas
Pemanfaatan
Internet
Terhadap Kompetensi Guru.
Tesis. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Surya, M. 2002. Percikan Perjuangan
Guru. Semarang: Aneka Ilmu.
Syafrudin. 2007 Analisis Pengaruh
Profesionalisme
Kerja,
Kepemimpinan
Partisipatif
Dan Pendidikan & Pelatihan
Terhadap Produktivitas Kerja
Guru Pada SMP Negeri 2
Binangun Kabupaten Cilacap.
Jurnal
Pendidikan.
Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta Yogyakarta 2007
Yeigh, T. 2008 Quality Teaching &
Professional
Learning:
Uncritical Reflections of a
Critical Friend School of
Education/Centre for Children
& Young People Southern
Cross University. Australian
Journal of Teacher Education
Vol 33, 2, May 2008
15
PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi
Disusun oleh:
MEHMED SADIQ WARISMAN ALAFGANI
F 100 070 157
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013
0
2
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN
PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU
Mehmed Sadiq Warisman Alafgani
Dra. Partini, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstraksi
Keprofesionalan guru merupakan harapan pemerintah, masyarakat, dan
orangtua, sebab berhubungan dengan keberhasilan belajar siswa dalam proses
belajar mengajar. Dukungan social yang ada di lingkungan kerja pada intinya akan
mampu meningkatkan produktivitas hidup sebagai upaya pembentukan sikap kerja
yang professional, termasuk lingkungan pendidikan sehingga dapat mencetak guru
yang professional. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1) Mengetahui
ada hubungan antara dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar guru. 2)
Mengetahui peran antara dukungan sosial terhadap profesionalisme mengajar guru.
3) Mengetahui kondisi dukungan sosial. 4) Mengetahui kondisi profesionalisme
mengajar guru. Populasi dalam penelitan ini adalah para guru SLTA di seluruh
kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1, SMA Negeri 3,
dan SMK Negeri 1, berjumlah 198. Adapun bentuk pengambilan sampel dalam
penelitian dengan purposive, cara pengambilan sampelnya berdasarkan ciri-ciri
tertentu, dengan guru berjumlah sebanyak 88. Ciri-ciri tersebut adalah: (a) Guru
yang sudah mempunyai masa kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut mempunyai
tingkat pendidikan minimal Strata 1. (c) Guru tersebut sudah tersertifikasi. Di dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampelnya diambil secara non random. Ada dua
skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala profesionalisme mengajar
pada guru dan skala dukungan sosial. Metode analisis data yang ditetapkan pada
penelitian ini adalah analisis statistik. Statistik yang digunakan dalam metode ini
adalah korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa : (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar pada guru. Artinya semakin
tinggi tingkat dukungan sosial maka semakin tinggi pula tingkat profesionalisme
mengajar pada guru dan sebaliknya, semakin rendah tingkat dukungan sosial maka
semakin rendah pula tingkat profesionalisme mengajar pada guru. (2) Dukungan
sosial berperan terhadap profesionalisme mengajar pada guru sebesar 28%. (3)
Keadaan dukungan sosial di SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1
Sukoharjo pada umumnya sedang. (4) Keadaan profesionalisme mengajar pada guru
SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1 Sukoharjo pada umumnya
sedang.
Kata kunci : Dukungan sosial dan profesionalisme mengajar
3
bidang
PENDAHULUAN
Mengacu
pada
profesinya
diandalkan
Undang-
dalam
dan
dapat
melaksanakan
(RI)
pekerjaannya sehingga dapat berjalan
No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
lancar, baik dan mendatangkan hasil
Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas
yang diharapkan. Individu tersebut
menjelaskan
juga memberi pelayanan yang sebaik-
undang
Republik
Indonesia
bahwa
tenaga professional
utama
Guru
adalah
baiknya dalam bidang profesinya.
dengan tugas
mendidik,
Menurut Sinta (2009) guru
mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih,
profesional
menilai dan mengevaluasi peserta
berkualitas, berkompetensi, dan guru
didik pada pendidikan anak usia
yang
sekolah pada jalur pendidikan formal,
mendatangkan prestasi belajar serta
pendidikan
mampu mempengaruhi proses belajar
dasar
dan
pendidikan
adalah
guru
yang
dikehendaki
untuk
mengajar siswa, yang nantinya akan
menengah.
tenaga
menghasilkan prestasi belajar siswa
professional diperlukan dalam dunia
yang lebih baik. Kompetensi guru
pendidikan.
dan
yang dituntut meliputi empat kategori.
Nurdin,
2008)
Pertama, kemampuan guru dalam
mengajar
adalah
merencanakan
Guru
Tucker
sebagai
Menurut
(dalam
profesionalisme
Novin
program
belajar
tingkat penguasaan dan pelaksanaan
mengajar. Kedua, kemampuan guru
terhadap tiga hal: Knowledge, Skill,
dalam menguasai bahan pelajaran.
dan Character, jadi seorang yang
Ketiga,
profesional akan mempunyai tingkat
melaksanakan
tertentu pada ketiga bidang tersebut.
memimpin/mengelola proses belajar
Seorang
mengajar. Dan keempat, kemampuan
guru
memerlukan
sangat
profesionalisme
mutlak
dalam
yang
kemampuan
guru
dalam
dan
menilai
kemajuan
proses
baik. Hal ini disebabkan oleh adanya
belajar mengajar. Guru profesional
tuntutan bahwa guru yang tidak
adalah guru yang mengedepankan
profesional
mutu
pelayanan
professional.
akan
yang
dan
kualitas
layanan
tidak
produknya,
layanan
guru
yang
memenuhi
memberikan
juga
Seorang
standarisasi
dan
harus
kebutuhan
masyarakat, bangsa, dan pengguna
professional dipercaya sangat ahli di
1
serta
memaksimalkan
Indonesia
kemampuan
mencapai
berarti,
kecakapan yang dimiliki masing-
Indonesia dewasa yang berusia 15
masing
untuk
tahun ke atas, ada 12 orang yang tidak
menjadi guru yang profesional harus
bisa membaca. Angka ini relatif jauh
memiliki beberapa kompetensi.
lebih tinggi, apabila kita bandingkan
sehingga
harapan
masyarakat,
dan
100
orang
guru
dengan negera-negara lain, seperti
pemerintah,
Thailand (7,4%), Brunai Darussalam
Keprofesionalan
merupakan
setiap
Ini
peserta didik berdasar potensi dan
individu,
dari
12,1%.
sebab
(6,1%) dan Jepang (0,0%). Kemudian
Keberhasilan
pada tahun yang sama (2004), UNDP
belajar siswa dalam proses belajar
juga telah mengeluarkan laporannya
mengajar. Keberhasilan belajar siswa
tentang
biasanya dilihat dari kualitas atau
Development Indeks) di Indonesia.
perubahan yang ditunjukan siswa
Dalam
setelah
Indonesia berada pada urutan ke 111
berhubungan
orangtua,
dengan
mengikuti
pembelajaran,
kondisi
laporan
HDI
(Human
tersebut,
HDI
melalui
dari 175 negara. Posisi ini masih jauh
sejauhmana kebutuhan belajar siswa
dari Negara-negara tetangga, seperti
dapat dipenuhi secara optimal oleh
Malaysia yang menempati urutan ke-
guru
indikator-
59, Thailand yang menempati urutan
indikator yang mempengaruhi mutu
ke 76 dan Philipina yang menempati
lulusan,
urutan ke-83. Untuk kawasan Asia
sehingga
dapat
dengan
dinilai
melihat
yaitu
melalui
Standar
Tenggara, Indonesia hanya menempati
Kompetensi Lulusan (SKL).
Realitas yang memukul dunia
satu peringkat di atas Vietnam, sebuah
pendidikan di Tanah Air ini, menjadi
negara yang baru saja keluar dari
semakin lengkap, apabila dikaitkan
konflik politik yang besar dan baru
juga dengan laporan dari UNDP
memulai untuk berbenah diri namun
(United
Nations
Programme)
yang
Development
baru-baru
sudah
memperlihatkan
hasilnya
(Republika, 9 Mei 2005).
ini
Untuk
dipublikasikan, berdasarkan laporan,
menjawab
Human Development Report 2004”,
permasalahan tersebut di atas, yang
tersebut dinyatakan bahwa angka buta
perlu dipersiapkan adalah bagaimana
huruf dewasa (adult illiteracy rate) di
mencetak seorang guru yang memiliki
2
kapabilitas keilmuan yang memadai
terus
dalam bidangnya, atau guru yang
kompetensinya sebagai pendidik dan
memiliki
serta
pengajar yang profesional, sebab kata
karena
profesional bukan sekedar sebutan
yang
yang disematkan untuk menunjukkan
profesional ini dapat diartikan sebagai
prestise guru atau gagah-gagahan
usaha untuk menciptakan kualitas
semata-mata, namun kata profesional
pendidikan atau mutu pendidikan
lebih diarahkan kepada sebuah upaya
menjadi lebih baik. Realisasi demi
untuk
menjawab
kualifikasi
keluasan
kematangan
dengan
ilmu
profesional,
mencetak
sedikit
guru
permasalahan
banyak
tersebut
mengabdikan
membangun
guru
keahlian
integritas
agar
dan
dan
mampu
bertindak dalam tataran praktis yaitu
telah
menggugah
akademisi,
sehingga
membuat
perumusan
kreatif dan produktif. Untuk menjadi
untuk meningkatkan kualifikasi guru
pribadi seperti ini tentu diperlukan
melalui
usaha dan kerja keras tak kenal lelah
kalangan
pemerintah
pemberdayaan
menjadi
dan
Guru
pelatihan sampai dengan instruksi
guru
memiliki
pembelajaran
yang
dan tak kenal usia (Adnyana, 2010).
peningkatan profesionalisme guru dari
agar
agen
juga
harus
mampu
mengadopsi sistem informasi dan
kualifikasi
pendidikan minimal Strata 1 (S1).
teknologi,
Oleh karena itu, pemerintah juga
mengembangkan
diri,
mampu
mengadakan
mentransformasi
nilai-nilai
dalam
program
keguruan
dengan
pengajar
memiliki
sertifikasi
mampu
dalam
mensyaratkan
struktur tugas dalam menjalankan
kualifikasi
tugas profesinya, mampu membuat
pendidikan minimal S1 sesuai dengan
pengembangan
bidangnya masing-masing.
berhubungan
tugas
dengan
yang
kegiatan
tangung
pembelajaran, kegiatan membimbing
jawab moral dan profesional guru juga
siswa, kegiatan mengevaluasi hasil
harus
pembelajaran.
Tidak
hanya
itu,
ditunjukkan
keberhasilannya
melewati
pasca
Menurut
proses
sertifikasi, karena sertifikat pendidik
masih
yang
profesionalisme
telah
dimilikinya
justru
Hermawan
rendahnya
guru
(2003)
tingkat
dapat
disebabkan oleh faktor-faktor yang
merupakan simbol bahwa guru harus
3
berasal dari internal guru itu sendiri
memperhitungkan outputnya kelak di
maupun faktor lainnya yang berasal
lapangan,
dari luar. Faktor-faktor tersebut antara
banyak
lain: a) kurangnya minat guru untuk
terhadap
menambah wawasan sebagai upaya
kurangnya
meningkatkan tingkat profesionalisme
meningkatkan kualitas diri karena
sebab
tidaknya
guru tidak dituntut untuk meneliti
pengetahuan serta kemampuan dalam
sebagaimana yang diberlakukan pada
melaksanakan
dosen di perguruan tinggi.
bertambah
berpengaruh
atau
tugas
rutin
terhadap
tidak
sehingga
guru
etika
tidak
patuh
profesinya;
motivasi
Arnold
pendapatan
yang
menyebabkan
guru
d)
dalam
dkk (2008) dalam
yang diperolehnya. Kalaupun ada, hal
sebuah penelitian menyatakan guru
itu
yang
tidak
seimbang
dengan
professional
digambarkan
pengorbanan yang telah dikeluarkan;
sebagai guru yang memiliki jangkauan
b) meledaknya jumlah lulusan sekolah
pengetahuan yang luas. Selama siswa
guru dari tahun ke tahun.
belajar
profesionalisme
sama
dan
konteks
sekolah adalah faktor utama yang
Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya
kerja
dapat meningkatkan atau mengurangi
guru
menurut Mulyasa (2007) antara lain
pengetahuan
disebabkan oleh: a). masih banyak
berlanjut pada guru. Ditambahkan
guru yang tidak menekuni profesinya
oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya
secara utuh. Hal ini disebabkan oleh
bahwa para guru secara konstan
sebagian guru yang bekerja di luar
diperlukan untuk selalu meningkatkan
jam
dan
kerjanya
untuk
memenuhi
profesional
membaharui
yang
tingkatan
kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga
keterampilan. Keinginan untuk selalu
tidak memiliki kesempatan untuk
meningkatkan
meningkatkan diri, baik membaca,
ketrampilan tersebut, umumnya terjadi
menulis, apalagi membuka internet; b)
melalui aktivitas pembelajaran yang
belum adanya standar profesional
profesional. Pembelajaran profesional
guru sebagaimana tuntutan negara-
itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-
negara maju; c) adanya perguruan
faktor
tinggi swasta yang mencetak guru asal
pribadi dalam konsteks kepercayaan,
jadi,
atau
setengah
jadi,
tanpa
4
dan
pendidikan,
memperbaharui
perkembangan
dan misi guru yang tinggi pada konsep
mengajar
pembelajaran.
dukungan dari lingkungan sekolah
profesional
guru.
Apabila
bagus, maka ketika seorang guru
Surya (2003) mengemukakan
kompetensi
pada
mengalami
adalah
masalah
berbagai kemampuan yang diperlukan
berhubungan
agar
dirinya
maka guru tersebut akan mampu
sebagai guru profesional. Kompetensi
memecahkan masalahnya dibantu oleh
profesional meliputi kepakaran atau
teman seprofesi dan dalam lingkungan
keahlian
yaitu
kerjanya, selain itu guru akan mampu
harus
membedakan suasana kerja dengan di
diajarkannya beserta metodenya, rasa
luar kerja serta menjaga reputasi.
tanggung jawab akan tugasnya dan
Profesionalisme kerja seperti ini tidak
rasa kebersamaan dengan sejawat
akan dapat dilakukan dengan baik
guru
tanpa adanya dukungan sosial dari
dapat
mewujudkan
dalam
penguasaan
bahan
lainnya.
tersebut
bidangnya
yang
Rasa
dapat
kebersamaan
diartikan
dengan
yang
pengajaran,
orang-orang sekitarnya.
sebagai
Rook
kondisi yang saling mendukung di
dalam
Smet
(1994)
antara sesama guru dan bisa diartikan
mengatakan bahwa dukungan sosial
pula sebagai bentuk dari dukungan
merupakan salah satu fungsi dari
sosial.
ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
Syafrudin,
tersebut
menggambarkan
2007) menyatakan bahwa dukungan
kualitas
umum
sosial yang ada di lingkungan kerja
interpersonal. Ikatan dan persahabatan
pada
mampu
dengan orang lain dianggap sebagai
hidup
aspek yang memberikan kepuasan
sebagai upaya pembentukan sikap
secara emosional dalam kehidupan
kerja
Dalam
individu. Saat seseorang didukung
lingkungan sekolah, dukungan yang
oleh lingkungan maka segalanya akan
diharapkan
terasa lebih mudah. Dukungan sosial
Maricar
(dalam
intinya
akan
meningkatkan
yang
produktivitas
profesional.
yakni
dukungan
dari
dari
hubungan
lingkungan kerja di sekolah pada
menunjukkan
seorang guru, yang mana dukungan
interpersonal
tersebut
terlihat
individu terhadap konsekuensi negatif
profesionalisme
dari stres. Dukungan sosial yang
akan
mempengaruhi
sangat
5
pada
tingkat
yang
hubungan
melindungi
Hasil penelitian ini diharapkan
diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,
dapat bermanfaat bagi :
timbul
1.
rasa
percaya
diri
dan
Guru, agar dapat lebih memahami
pentingnya bersikap profesional
kompeten.
Demikian
dalam
pentingnya
perannya
sebagai tenaga pendidik.
dukungan sosial bagi guru dalam
meningkatkan
menjalankan
2.
profesionalisme
Kepala
Sekolah,
agar
dapat
mengajar sehingga dapat diasumsikan
membina dan memotivasi para
bahwa bila seorang guru mendapat
guru untuk selalu meningkatkan
dukungan
keprofesionalan dalam mengajar.
sosial
lingkungan
yang
sekolah
bagus
maka
di
3.
guru
Peneliti selanjutnya, agar dapat
tersebut akan dapat termotivasi dan
memberikan
mendapat
pemikiran pada bidang psikologi
fasilitas
meningkatkan
untuk
sumbangan
khususnya psikologi pendidikan.
profesionalitasnya
dalam mengajar.
LANDASAN TEORI
TUJUAN
DAN
Istilah profesionalisme berasal
MANFAAT
dari profession. Dalam Kamus Inggris
PENELITIAN
profession
Indonesia,
Dalam penelitian ini, bertujuan
berarti
untuk:
pekerjaan. Arifin (1995) dalam buku
1. Mengetahui ada hubungan antara
Kapita
dukungan
sosial
mengemukakan
dengan
dukungan
peran
sosial
kondisi
profession
kata occupation atau pekerjaan yang
terhadap
memerlukan keahlian yang diperoleh
melalui
pendidikan
atau
latihan
khusus. Dalam buku yang ditulis oleh
dukungan
Kunandar (2007) yang berjudul Guru
sosial.
4. Mengetahui
bahwa
antara
profesionalisme mengajar guru.
3. Mengetahui
Pendidikan
mengandung arti yang sama dengan
profesionalisme mengajar guru.
2. Mengetahui
Selekta
Profesional Implementasi Kurikulum
kondisi
Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan
profesionalisme mengajar guru.
pula bahwa profesionalisme berasal
6
dari kata profesi yang artinya suatu
kemampuan dan penerimaan akan
bidang pekerjaan yang ingin atau akan
penjelasan delegasi tugas, kemampuan
ditekuni oleh seseorang. Profesi juga
potensi
diartikan sebagai suatu jabatan atau
(pengetahuan dan keterampilan), dan
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan
motivasi
pengetahuan dan keterampilan khusus
eksternal yakni antara lain pekerjaan,
yang
lingkungan,
diperoleh
dari
pendidikan
reality
kemampuan
kerja
sedangkan
dan
faktor
dan
sikap
menghadapi situasi kerja, dukungan
akademis yang intensif.
Tingkat
(IQ),
sosial.
profesionalisme
Faktor dukungan sosial sangat
mengajar pada guru akan diukur
skala
diperlukan oleh siapa saja dalam
profesionalisme mengajar yang telah
berhubungan dengan orang lain demi
dibuat oleh Hastutik (2011) dan
melangsungkan
dimodifikasi oleh penulis berdasarkan
tengahtengah
aspek-aspek yang dikemukakan oleh
(dalam
Surya (dalam Kunandar, 2007) yang
bahwa dukungan sosial merupakan
meliputi: tanggung jawab pada bidang
salah satu fungsi dari ikatan sosial,
keahliannya, tanggung jawab moral,
dan
tanggung jawab intelektual, tanggung
menggambarkan
jawab
Profesionalisme
umum dari hubungan interpersonal.
mengajar pada guru dalam penelitian
Ikatan dan persahabatan dengan orang
ini
lain dianggap sebagai aspek yang
dengan
menggunakan
sosial.
akan
diukur
dengan
skala
hidupnya
di
masyarakat.
Smet,
1994)
ikatan-ikatan
Rook
mengatakan
sosial
tersebut
tingkat
kualitas
profesionalisme mengajar pada guru.
memberikan
Semakin tinggi skor berarti semakin
emosional dalam kehidupan individu.
tinggi profesionalisme mengajar pada
Saat
didukung
oleh
guru, sebaliknya semakin rendah skor
lingkungan maka segalanya
akan
yang
terasa lebih mudah. Dukungan sosial
diperoleh
semakin
rendah
menunjukkan
profesionalisme mengajar pada guru
Faktor-faktor
seseorang
interpersonal
yang
kepuasan
pada
yang
secara
hubungan
melindungi
mempengaruhi profesionalisme guru
individu terhadap konsekuensi negatif
adalah faktor internal yakni antara lain
dari stres. Dukungan sosial yang
individu,
diterima dapat membuat individu
kemampuan
dan
minat,
7
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,
nurturance
timbul
dibantu).
rasa
percaya
diri
dan
(kemungkinan
untuk
kompeten.
Tingkat
dukungan
sosial
HIPOTESIS
dengan
Berdasarkan teori-teori yang
menggunakan skala dukungan sosial
telah dikemukakan, maka hipotesis
yang telah dibuat oleh Muhammad
yang dapat diajukan dalam penelitian
(2011) dan dimodifikasi oleh penulis
ini yaitu “Ada hubungan positif antara
berdasarkan
dukungan
sekolah
akan
diukur
aspek-aspek
yang
sosial
dengan
(dalam
profesionalisme mengajar pada guru”,
Smet, 1994) yang meliputi: dukungan
bahwa semakin tinggi dukungan sosial
materi, dukungan emosi, dukungan
pada sebuah sekolah maka tinggi
penghargaan, dukungan informatif.
profesionalisme mengajar pada guru,
Dukungan
akan
sebaliknya semakin rendah dukungan
diungkap dengan menggunakan skala
sosial maka semakin rendah pula
dukungan sosial sekolah. Semakin
profesionalisme mengajar pada guru.
dikemukakan
oleh
sosial
House
sekolah
tinggi skor yang diperoleh subyek
berarti menunjukkan semakin tinggi
METODE PENELITIAN
dukungan sosial dari sekolah yang
Populasi dalam penelitan ini
dialami subyek, sebaliknya semakin
adalah para guru SLTA di seluruh
rendah skor yang diperoleh maka
kecamatan
semakin rendah dukungan sosial dari
mempengaruhi
attachment
meliputi:
SMA Negeri 3, dan SMK Negeri 1,
yang
dukungan
yang mana gurunya berjumlah 198.
sosial
Adapun bentuk sampel yang diambil
(kasih
dalam penelitian ini yakni berbentuk
sayang/kelekatan), social integration
reassurance
sosial),
worth
(penghargaan/pengakuan),
yang
alliance
dan
sampelnya
berdasarkan
ciri-ciri
tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah: (a)
(ikatan/hubungan
dapat diandalkan),
(bimbingan),
purposive, dimana cara pengambilan
of
(integrasi
reliable
Kabupaten
Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1,
sekolah yang dialami subyek.
faktor-faktor
Sukoharjo,
Guru yang sudah mempunyai masa
guidance
kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut
opportunity for
8
pendidikan
Dukungan sosial dalam dunia
minimal Strata 1. (c) Guru tersebut
kerja sangat diperlukan mengingat
sudah tersertifikasi.
dukungan sosial berhubungan dengan
mempunyai
tingkat
orang
Di dalam penelitian ini teknik
pengambilan
sampelnya
lain
demi
hidupnya
diambil
melangsungkan
di
tengah-tengah
secara non random. Ada dua skala
masyarakat. Rook (dalam Smet, 1994)
yang digunakan dalam penelitian ini,
mengatakan bahwa dukungan sosial
yaitu skala profesionalisme mengajar
merupakan salah satu fungsi dari
pada guru dan skala dukungan sosial.
ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
Metode analisis data yang ditetapkan
tersebut
menggambarkan
pada penelitian ini adalah analisis
kualitas
umum
statistik. Statistik yang digunakan
interpersonal. Ikatan dan persahabatan
dalam metode ini adalah korelasi
dengan orang lain dianggap sebagai
product moment.
aspek yang memberikan kepuasan
tingkat
dari
hubungan
secara emosional dalam kehidupan
individu. Saat seseorang didukung
PEMBAHASAN
oleh lingkungan maka segalanya akan
Berdasarkan hasil perhitungan
terasa lebih mudah. Dukungan sosial
diperoleh nilai koefisien korelasi (r)
menunjukkan
sebesar 0,529 dengan p < 0,01, hal ini
interpersonal
berarti ada hubungan positif yang
dengan
profesionalisme
diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,
tinggi tingkat dukungan sosial maka
tinggi
pula
timbul
tingkat
sebaliknya,
semakin
rasa
percaya
diri
dan
kompeten.
profesionalisme mengajar pada guru
dan
melindungi
dari stres. Dukungan sosial yang
mengajar pada guru. Artinya, semakin
semakin
yang
hubungan
individu terhadap konsekuensi negatif
sangat signifikan antara dukungan
sosial
pada
Dukungan
rendah
sosial
dapat
diungkap melalui aspek dukungan
tingkat dukungan sosial maka semakin
sosial yaitu dukungan emosional,
rendah pula tingkat profesionalisme
penghargaan,
mengajar pada guru. Jadi hipotesa
instrumen,
dan
informatif. Smet (1994 menjelaskan
yang penulis ajukan diterima.
bahwa
9
dukungan
emosional
empati,
atau umpan balik yang diperoleh dari
kepedulian dan perhatian terhadap
orang lain, sehingga individu dapat
individu, sehingga individu tersebut
membatasi masalahnya dan mencoba
merasa
mencari
mencakup
ungkapan
nyaman,
dicintai
dan
jalan
keluar
diperhatikan. Dukungan ini meliputi
memecahkan masalahnya.
perilaku seperti memberikan perhatian
Dukungan
atau
afeksi
serta
meningkatkan
bersedia
untuk
sosial
mampu
produktivitas
hidup
mendengarkan keluh kesah orang lain.
sebagai upaya pembentukan sikap
Dukungan penghargaan, dukungan ini
kerja yang profesional. Terlihat dari
terjadi lewat ungkapan hormat positif
kemampuannya memecahkan masalah
untuk orang tersebut, dorongan untuk
yang
maju atau persetujuan dengan gagasan
mengalami hambatan komunikasi dua
atau
arah dengan teman seprofesi dan
perasaan
individu
dan
mungkin
terjadi
di
perbandingan positif orang tersebut
masyarakat
dengan
Pemberian
membedakan suasana kerja dengan di
dukungan ini membantu individu
luar kerja serta menjaga reputasi.
untuk melihat segi-segi positif yang
Profesionalisme kerja seperti ini tidak
ada
dibandingkan
akan dapat dilakukan dengan baik
dengan keadaan orang lain yang
tanpa adanya dukungan sosial dari
berfungsi
orang-orang
orang
dalam
lain.
dirinya
untuk
menambah
diri,
membentuk
penghargaan
umum.
saat
Mampu
sekitarnya
(Maricar,
dalam Siwi, 2004).
Profesionalisme
kepercayaan diri dan kemampuan
mengajar
serta merasa dihargai dan berguna saat
pada guru merupakan hal penting bagi
individu
mengalami
tekanan.
perkembangan
Dukungan
instrumental,
meliputi
Indonesia, karena dengan kemampuan
sesuai
dalam mengusai dan melaksanakan
oleh
tugas-tugas mengajar yang penuh
seseorang, seperti memberi pinjaman
tanggung jawab sebagai seorang guru,
uang atau menolong dengan pekerjaan
sehingga
pada
profesional.
bantuan
secara
dengan
yang
waktu
langsung
dibutuhkan
mengalami
stres.
pendidikan
pekerjaan
guru
di
dapat
Guru yang profesional
mencakup
berarti dituntut memiliki ilmu yang
pemberian nasehat, petunjuk, saran
bisa dipertanggung jawabkan secara
Dukungan
informatif,
10
ilmiah;
memiliki
keahlian
dipahami
sesuai
mengingat
ada
aspek
dengan bidang yang ditekuninya;
dukungan sosial yang belum terpenuhi
keahliannya harus sesuai dengan latar
pada
belakang pendidikan yang didapatnya
dukungan
sosial
yang
belum
dan profesi guru yang profesional
memenuhi
harapan
adalah
aspek
memiliki
sosial
instrumental, menurut Kepala Sekolah
kemasyarakatan, baik kepada siswa,
SMK Negeri 1 Sukoharjo di sekolah
keluarga maupun masyarakat.
tersebut masih kekurangan sarana
dampak
Arnold
subjek
media
dkk (2008) dalam
penelitian.
Aspek
pembelajaran.
Seperti
seharusnya
jumlah
sebuah penelitian menyatakan guru
komputer,
yang
digambarkan
komputer sesuai dengan banyaknya
sebagai guru yang memiliki jangkauan
siswa diperlukan 60 komputer. Akan
pengetahuan yang luas. Selama siswa
tetapi jumlah komputer yang dimiliki
belajar
konteks
sekolah hanya 30. Akibatnya, saat
sekolah adalah faktor utama yang
pelaksanaan untuk pelajaran teknologi
dapat meningkatkan atau mengurangi
harus menunggu kelas lain selesai
pengetahuan
yang
menggunakan dan hal ini menghambat
berlanjut pada guru. Ditambahkan
proses pembelajaran. Selain itu, ada
oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya
sebagian orangtua siswa yang tidak
bahwa para guru secara konstan
perhatian terhadap pendidikan anak,
diperlukan untuk selalu meningkatkan
sehingga ada beberapa program yang
dan
tingkatan
terhambat
umumnya
Seperti
professional
kerja
sama
dan
profesional
membaharui
keterampilan.
Hal
ini
dalam
proses
pelaksanaannya.
pembayaran
uang
terjadi melalui aktivitas pembelajaran
gedung sekolah, masih banyak siswa
yang
Pembelajaran
yang belum membayar. Ini terjadi
profesional dipengaruhi oleh faktor-
karena orangtua kurang perhatian
faktor
perkembangan
terhadap
kebutuhan
pribadi dalam konsteks kepercayaan,
sekolah,
sehingga
dan misi guru yang tinggi pada konsep
terhadap
pembelajaran.
orangtua
profesional.
pendidikan,
termasuk
sedang.
Hal
ini
siswa
tersebut
dapat
11
searah
yang
berpengaruh
dukungan
pembelajaran
Kategorisasi dukungan sosial
anak
emosional
dalam
rendah.
dengan
proses
Penjelasan
pendapat
Purba, dkk (2007) bahwa dukungan
pendekatan baru untuk pembangunan
instrumen yang berupa sarana dalam
profesionalisme, pembelajaran, dan
pembelajaran
menyediakan
pembentukan budaya berkelanjutan.
fasilitas kepada siswa dan keterlibatan
Dengan pemanfaatan yang efektif
aktif orangtua siswa memiliki peran
sangat mungkin untuk menjadikan
yang penting untuk meningkatkan
internet sebagai media pengembangan
kemajuan sekolah.
kompetensi berkelanjutan bagi para
untuk
mengajar
guru. Peningkatan kompetensi guru
pada guru termasuk kategori sedang.
dengan memanfaatkan TIK dapat
Berdasarkan hasil wawancara dengan
dicapai hanya jika pemanfa’atannya
Wakil Kepala Sekolah SMA N 3
mengarah
Sukoharjo dijelaskan bahwa masih
manajemen ilmu pengetahuan.
Profesionalisme
ada
sebagian
guru
yang
kepada
terbentuknya
Dukungan
kurang
sosial
mampu dalam menggunakan laptop,
menyumbang cukup relevan dengan
komputer,
internet.
sumbangan efektifnya sebesar 28%
guru
dalam
terhadap profesionalisme mengajar
peralatan
modern
atau
Ketidakmampuan
menggunakan
pada
guru.
Dengan
tersebut berdampak pada pengetahuan
diharapkan
dan
meningkatkan tingkat dukungan sosial
ketrampilan
guru
kurang
sekolah
demikian
ini,
penelitiannya menyimpulkan bahwa
mempertahankan
kualitas pemanfaatan internet oleh
mengajar pada guru. Adapun faktor
guru
lain
sangat
tinggi
akan
tetap
dapat
maksimal. Suhendar (2011) dalam
berpengaruh
sehingga
terus
dapat
profesionalisme
yang
mempengaruhi
terhadap kompetensi profesional dan
profesionalisme mengajar pada guru
sosial
pengaruhnya
sebesar 72% selain dukungan sosial
bertambah besar pada sekolah dengan
adalah faktor karakteristik individu,
daya dukung sarana TIK (Teknologi
faktor pekerjaan, lingkungan kerja,
Informasi
dan sikap menghadapi situasi kerja.
tinggi.
guru
dan
dan
Komunikasi)
Guru
memanfaatkan
kurang
TIK
yang
Adapun
mampu
sekarang
telah
dalam
penelitian ini adalah:
berpengaruh
1. Untuk
terhadap proses pembelajaran, sebab
internet
kelemahan
sampling,
pengambilan
dijadikan
12
jumlah
karena
sampel
kurang
maka
keterbatasan
4.
menimbulkan
generalisasi
profesionalisme
mengajar pada guru SMA Negeri
hasil
3, SMA Negeri 1, dan SMK
penelitian.
2. Untuk
Keadaan
teori,
penulis
Negeri
merasa
1
Sukoharjo
pada
umumnya sedang.
kurang banyak mendapatkan teori
tentang profesionalisme mengajar
pada guru
SARAN
Dari
hasil
penelitian,
pembahasan dan kesimpulan di atas,
KESIMPULAN
maka penulis mengajukan beberapa
Berdasarkan hasil penelitian
saran sebagai berikut:
ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.
1.
Ada hubungan positif yang sangat
dapat
signifikan antara dukungan sosial
tingkat
tingkat dukungan sosial maka
pula
tingkat
dan sebaliknya, semakin
rendah tingkat dukungan sosial
maupun
terus
ditingkatkan,
seperti
saling
memberikan
informasi
tentang
pembelajaran
pada sesama guru terutama empati
guru.
terhadap guru yang mengalami
sosial
terhadap
berperan
kesulitan
profesionalisme
dalam
ketrampilan
mengajar pada guru sebesar 28%.
3.
dipertahankan
yang efektif, saling berempati
profesionalisme mengajar pada
Dukungan
profesionalisme
metode-metode
maka semakin rendah pula tingkat
2.
hal
mengajar pada guru tetap dapat
profesionalisme mengajar pada
guru
kondisi
lingkungan sosial sekolah agar
pada guru. Artinya semakin tinggi
tinggi
meningkatkan
dukungan sosial yang tinggi di
dengan profesionalisme mengajar
semakin
Bagi kepala sekolah: diharapkan
menginkatkan
mengajarnya,
sehingga pada akhirnya guru yang
Keadaan dukungan sosial di SMA
kurang terampil akan menjadi
Negeri 3, SMA Negeri 1, dan
lebih
SMK Negeri 1 Sukoharjo pada
terampil,
memberikan
bantuan finansial terutama untuk
umumnya sedang.
kepentingan
meningkatkan
kualitas sebagai furu misalnya
13
bantuan
finansial
melanjutkan
Teacher’s
Professional
Knowledge From A Course To
Student Teaching Practicum:
A Case Study Of A Thai PreService
Science
Teacher
Conference of Asian Science
Education:
CASE
2008
February
20-23,
2008,
Kaohsiung, Taiwan
untuk
ke
jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.
2.
Bagi guru: supaya meningkatkan
profesionalisme
mungkin
semaksimal
dengan
bekerjasama
cara
dan
saling
saling
Hastutik, T. 2011. Perbedaan Persepsi
Terhadap
Profesionalisme
Mengajar Pada Guru Sma
Negeri I Sragen Dan Guru
Sma
Muhammadiyah
1
Sragen.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Surakarta: UMS.
mendukung sesama guru dan staf
sekolah.
3.
Bagi peneliti berikutnya: apabila
ingin
meneliti
yang berkaitan
dengan profesionalisme mengajar
pada guru
diharapkan dapat
Hermawan, Iwan. 2003. Guru, Antara
Kebutuhan
Hidup
dan
Profesionalisme.
Artikel.
http://researchengines.com/iwanherma
wan2.html
mengaitkan dengan variabel lain
misalnya,
kemampuan
karakter
individu,
dan
minat,
kemampuan dan penerimaan akan
penjelasan delegasi tugas.
Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
dan
Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru.
Cet. Ke-1, h. 45. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana,
I.W.
2010.
Upaya
Peningkatan Profesionalisme
dan Motivasi Guru Gugus
Sekolah Inti III Kecamatan
Long Ikis Melalui Pertemuan
Kelompok Kerja Guru (
KKG). Tesis. Kalimantan:
Universitas Mulawarman.
Muhammad, R. 2011. Hubungan
Antara
Dukungan
Sosial
Dengan Burnout. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: UMS.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum yang
Disempurnakan.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.
1995.
Kapita
Selekta
Pendidikan
(Islam
dan
Umum). Cet. Ke-3, h. 105.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arnold S.R., Michael J. Padilla &
Bupphachart Tunhikorn 2008.
The
Development
Of
Arifin.
Nurdin, M. 2008. Kiat Menjadi Guru
Professional. Jogjakarta: ArRuzz Media
14
Purba, J., Yulianto, R., dan Widyanti,
E. 2007. Pengaruh Dukungan
Sosial Terhadap Burnout Pada
Guru. Jurnal Psikologi. Vol. 5
No. 1. Hal. 77-87.
Shinta,
2009.
http://shinta91.wordpress.com/
2009/12/31/pentingnyaprofesionalisme-guru/
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta : PT Grasindo
Suhendar, A. 2011. Pengaruh Budaya
Belajar Organisasi, Dukungan
Manajemen, Daya Dukung
Sarana,
dan
Kualitas
Pemanfaatan
Internet
Terhadap Kompetensi Guru.
Tesis. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Surya, M. 2002. Percikan Perjuangan
Guru. Semarang: Aneka Ilmu.
Syafrudin. 2007 Analisis Pengaruh
Profesionalisme
Kerja,
Kepemimpinan
Partisipatif
Dan Pendidikan & Pelatihan
Terhadap Produktivitas Kerja
Guru Pada SMP Negeri 2
Binangun Kabupaten Cilacap.
Jurnal
Pendidikan.
Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta Yogyakarta 2007
Yeigh, T. 2008 Quality Teaching &
Professional
Learning:
Uncritical Reflections of a
Critical Friend School of
Education/Centre for Children
& Young People Southern
Cross University. Australian
Journal of Teacher Education
Vol 33, 2, May 2008
15