HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Profesionalisme Mengajar Pada Guru.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN
PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh:
MEHMED SADIQ WARISMAN ALAFGANI
F 100 070 157

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

0

2

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN

PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU
Mehmed Sadiq Warisman Alafgani
Dra. Partini, M.Si
Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi
Keprofesionalan guru merupakan harapan pemerintah, masyarakat, dan
orangtua, sebab berhubungan dengan keberhasilan belajar siswa dalam proses
belajar mengajar. Dukungan social yang ada di lingkungan kerja pada intinya akan
mampu meningkatkan produktivitas hidup sebagai upaya pembentukan sikap kerja
yang professional, termasuk lingkungan pendidikan sehingga dapat mencetak guru
yang professional. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui : 1) Mengetahui
ada hubungan antara dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar guru. 2)
Mengetahui peran antara dukungan sosial terhadap profesionalisme mengajar guru.
3) Mengetahui kondisi dukungan sosial. 4) Mengetahui kondisi profesionalisme
mengajar guru. Populasi dalam penelitan ini adalah para guru SLTA di seluruh
kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1, SMA Negeri 3,
dan SMK Negeri 1, berjumlah 198. Adapun bentuk pengambilan sampel dalam
penelitian dengan purposive, cara pengambilan sampelnya berdasarkan ciri-ciri
tertentu, dengan guru berjumlah sebanyak 88. Ciri-ciri tersebut adalah: (a) Guru

yang sudah mempunyai masa kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut mempunyai
tingkat pendidikan minimal Strata 1. (c) Guru tersebut sudah tersertifikasi. Di dalam
penelitian ini teknik pengambilan sampelnya diambil secara non random. Ada dua
skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala profesionalisme mengajar
pada guru dan skala dukungan sosial. Metode analisis data yang ditetapkan pada
penelitian ini adalah analisis statistik. Statistik yang digunakan dalam metode ini
adalah korelasi product moment. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil
kesimpulan bahwa : (1) Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
dukungan sosial dengan profesionalisme mengajar pada guru. Artinya semakin
tinggi tingkat dukungan sosial maka semakin tinggi pula tingkat profesionalisme
mengajar pada guru dan sebaliknya, semakin rendah tingkat dukungan sosial maka
semakin rendah pula tingkat profesionalisme mengajar pada guru. (2) Dukungan
sosial berperan terhadap profesionalisme mengajar pada guru sebesar 28%. (3)
Keadaan dukungan sosial di SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1
Sukoharjo pada umumnya sedang. (4) Keadaan profesionalisme mengajar pada guru
SMA Negeri 3, SMA Negeri 1, dan SMK Negeri 1 Sukoharjo pada umumnya
sedang.

Kata kunci : Dukungan sosial dan profesionalisme mengajar


3

bidang

PENDAHULUAN
Mengacu

pada

profesinya

diandalkan

Undang-

dalam

dan

dapat


melaksanakan

(RI)

pekerjaannya sehingga dapat berjalan

No.14 tahun 2005 tentang Guru dan

lancar, baik dan mendatangkan hasil

Dosen, Pasal 1 ayat (1) dengan tegas

yang diharapkan. Individu tersebut

menjelaskan

juga memberi pelayanan yang sebaik-

undang


Republik

Indonesia

bahwa

tenaga professional
utama

Guru

adalah

baiknya dalam bidang profesinya.

dengan tugas

mendidik,


Menurut Sinta (2009) guru

mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih,

profesional

menilai dan mengevaluasi peserta

berkualitas, berkompetensi, dan guru

didik pada pendidikan anak usia

yang

sekolah pada jalur pendidikan formal,

mendatangkan prestasi belajar serta


pendidikan

mampu mempengaruhi proses belajar

dasar

dan

pendidikan

adalah

guru

yang

dikehendaki

untuk


mengajar siswa, yang nantinya akan

menengah.
tenaga

menghasilkan prestasi belajar siswa

professional diperlukan dalam dunia

yang lebih baik. Kompetensi guru

pendidikan.

dan

yang dituntut meliputi empat kategori.

Nurdin,

2008)


Pertama, kemampuan guru dalam

mengajar

adalah

merencanakan

Guru

Tucker

sebagai

Menurut

(dalam

profesionalisme


Novin

program

belajar

tingkat penguasaan dan pelaksanaan

mengajar. Kedua, kemampuan guru

terhadap tiga hal: Knowledge, Skill,

dalam menguasai bahan pelajaran.

dan Character, jadi seorang yang

Ketiga,

profesional akan mempunyai tingkat


melaksanakan

tertentu pada ketiga bidang tersebut.

memimpin/mengelola proses belajar

Seorang

mengajar. Dan keempat, kemampuan

guru

memerlukan

sangat

profesionalisme

mutlak

dalam

yang

kemampuan

guru

dalam
dan

menilai

kemajuan

proses

baik. Hal ini disebabkan oleh adanya

belajar mengajar. Guru profesional

tuntutan bahwa guru yang tidak

adalah guru yang mengedepankan

profesional

mutu

pelayanan
professional.

akan
yang

dan

kualitas

layanan

tidak

produknya,

layanan

guru

yang

memenuhi

memberikan
juga

Seorang

standarisasi

dan
harus

kebutuhan

masyarakat, bangsa, dan pengguna

professional dipercaya sangat ahli di
1

serta

memaksimalkan

Indonesia

kemampuan

mencapai

berarti,

kecakapan yang dimiliki masing-

Indonesia dewasa yang berusia 15

masing

untuk

tahun ke atas, ada 12 orang yang tidak

menjadi guru yang profesional harus

bisa membaca. Angka ini relatif jauh

memiliki beberapa kompetensi.

lebih tinggi, apabila kita bandingkan

sehingga

harapan

masyarakat,

dan

100

orang

guru

dengan negera-negara lain, seperti

pemerintah,

Thailand (7,4%), Brunai Darussalam

Keprofesionalan
merupakan

setiap

Ini

peserta didik berdasar potensi dan

individu,

dari

12,1%.

sebab

(6,1%) dan Jepang (0,0%). Kemudian

Keberhasilan

pada tahun yang sama (2004), UNDP

belajar siswa dalam proses belajar

juga telah mengeluarkan laporannya

mengajar. Keberhasilan belajar siswa

tentang

biasanya dilihat dari kualitas atau

Development Indeks) di Indonesia.

perubahan yang ditunjukan siswa

Dalam

setelah

Indonesia berada pada urutan ke 111

berhubungan

orangtua,

dengan

mengikuti

pembelajaran,

kondisi

laporan

HDI

(Human

tersebut,

HDI

melalui

dari 175 negara. Posisi ini masih jauh

sejauhmana kebutuhan belajar siswa

dari Negara-negara tetangga, seperti

dapat dipenuhi secara optimal oleh

Malaysia yang menempati urutan ke-

guru

indikator-

59, Thailand yang menempati urutan

indikator yang mempengaruhi mutu

ke 76 dan Philipina yang menempati

lulusan,

urutan ke-83. Untuk kawasan Asia

sehingga

dapat

dengan

dinilai

melihat

yaitu

melalui

Standar

Tenggara, Indonesia hanya menempati

Kompetensi Lulusan (SKL).
Realitas yang memukul dunia

satu peringkat di atas Vietnam, sebuah

pendidikan di Tanah Air ini, menjadi

negara yang baru saja keluar dari

semakin lengkap, apabila dikaitkan

konflik politik yang besar dan baru

juga dengan laporan dari UNDP

memulai untuk berbenah diri namun

(United

Nations

Programme)

yang

Development
baru-baru

sudah

memperlihatkan

hasilnya

(Republika, 9 Mei 2005).

ini

Untuk

dipublikasikan, berdasarkan laporan,

menjawab

Human Development Report 2004”,

permasalahan tersebut di atas, yang

tersebut dinyatakan bahwa angka buta

perlu dipersiapkan adalah bagaimana

huruf dewasa (adult illiteracy rate) di

mencetak seorang guru yang memiliki
2

kapabilitas keilmuan yang memadai

terus

dalam bidangnya, atau guru yang

kompetensinya sebagai pendidik dan

memiliki

serta

pengajar yang profesional, sebab kata

karena

profesional bukan sekedar sebutan

yang

yang disematkan untuk menunjukkan

profesional ini dapat diartikan sebagai

prestise guru atau gagah-gagahan

usaha untuk menciptakan kualitas

semata-mata, namun kata profesional

pendidikan atau mutu pendidikan

lebih diarahkan kepada sebuah upaya

menjadi lebih baik. Realisasi demi

untuk

menjawab

kualifikasi

keluasan

kematangan
dengan

ilmu

profesional,

mencetak

sedikit

guru

permasalahan

banyak

tersebut

mengabdikan

membangun
guru

keahlian

integritas
agar

dan

dan

mampu

bertindak dalam tataran praktis yaitu

telah

menggugah

akademisi,

sehingga

membuat

perumusan

kreatif dan produktif. Untuk menjadi

untuk meningkatkan kualifikasi guru

pribadi seperti ini tentu diperlukan

melalui

usaha dan kerja keras tak kenal lelah

kalangan
pemerintah

pemberdayaan

menjadi

dan

Guru

pelatihan sampai dengan instruksi
guru

memiliki

pembelajaran

yang

dan tak kenal usia (Adnyana, 2010).

peningkatan profesionalisme guru dari

agar

agen

juga

harus

mampu

mengadopsi sistem informasi dan

kualifikasi

pendidikan minimal Strata 1 (S1).

teknologi,

Oleh karena itu, pemerintah juga

mengembangkan

diri,

mampu

mengadakan

mentransformasi

nilai-nilai

dalam

program

keguruan

dengan

pengajar

memiliki

sertifikasi

mampu

dalam

mensyaratkan

struktur tugas dalam menjalankan

kualifikasi

tugas profesinya, mampu membuat

pendidikan minimal S1 sesuai dengan

pengembangan

bidangnya masing-masing.

berhubungan

tugas
dengan

yang
kegiatan

tangung

pembelajaran, kegiatan membimbing

jawab moral dan profesional guru juga

siswa, kegiatan mengevaluasi hasil

harus

pembelajaran.

Tidak

hanya

itu,

ditunjukkan

keberhasilannya

melewati

pasca

Menurut

proses

sertifikasi, karena sertifikat pendidik

masih

yang

profesionalisme

telah

dimilikinya

justru

Hermawan

rendahnya
guru

(2003)
tingkat
dapat

disebabkan oleh faktor-faktor yang

merupakan simbol bahwa guru harus
3

berasal dari internal guru itu sendiri

memperhitungkan outputnya kelak di

maupun faktor lainnya yang berasal

lapangan,

dari luar. Faktor-faktor tersebut antara

banyak

lain: a) kurangnya minat guru untuk

terhadap

menambah wawasan sebagai upaya

kurangnya

meningkatkan tingkat profesionalisme

meningkatkan kualitas diri karena

sebab

tidaknya

guru tidak dituntut untuk meneliti

pengetahuan serta kemampuan dalam

sebagaimana yang diberlakukan pada

melaksanakan

dosen di perguruan tinggi.

bertambah

berpengaruh

atau

tugas

rutin

terhadap

tidak

sehingga
guru
etika

tidak

patuh

profesinya;

motivasi

Arnold

pendapatan

yang

menyebabkan

guru

d)

dalam

dkk (2008) dalam

yang diperolehnya. Kalaupun ada, hal

sebuah penelitian menyatakan guru

itu

yang

tidak

seimbang

dengan

professional

digambarkan

pengorbanan yang telah dikeluarkan;

sebagai guru yang memiliki jangkauan

b) meledaknya jumlah lulusan sekolah

pengetahuan yang luas. Selama siswa

guru dari tahun ke tahun.

belajar

profesionalisme

sama

dan

konteks

sekolah adalah faktor utama yang

Faktor lain yang menyebabkan
rendahnya

kerja

dapat meningkatkan atau mengurangi

guru

menurut Mulyasa (2007) antara lain

pengetahuan

disebabkan oleh: a). masih banyak

berlanjut pada guru. Ditambahkan

guru yang tidak menekuni profesinya

oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya

secara utuh. Hal ini disebabkan oleh

bahwa para guru secara konstan

sebagian guru yang bekerja di luar

diperlukan untuk selalu meningkatkan

jam

dan

kerjanya

untuk

memenuhi

profesional

membaharui

yang

tingkatan

kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga

keterampilan. Keinginan untuk selalu

tidak memiliki kesempatan untuk

meningkatkan

meningkatkan diri, baik membaca,

ketrampilan tersebut, umumnya terjadi

menulis, apalagi membuka internet; b)

melalui aktivitas pembelajaran yang

belum adanya standar profesional

profesional. Pembelajaran profesional

guru sebagaimana tuntutan negara-

itu sendiri dipengaruhi oleh faktor-

negara maju; c) adanya perguruan

faktor

tinggi swasta yang mencetak guru asal

pribadi dalam konsteks kepercayaan,

jadi,

atau

setengah

jadi,

tanpa
4

dan

pendidikan,

memperbaharui

perkembangan

dan misi guru yang tinggi pada konsep

mengajar

pembelajaran.

dukungan dari lingkungan sekolah

profesional

guru.

Apabila

bagus, maka ketika seorang guru

Surya (2003) mengemukakan
kompetensi

pada

mengalami

adalah

masalah

berbagai kemampuan yang diperlukan

berhubungan

agar

dirinya

maka guru tersebut akan mampu

sebagai guru profesional. Kompetensi

memecahkan masalahnya dibantu oleh

profesional meliputi kepakaran atau

teman seprofesi dan dalam lingkungan

keahlian

yaitu

kerjanya, selain itu guru akan mampu

harus

membedakan suasana kerja dengan di

diajarkannya beserta metodenya, rasa

luar kerja serta menjaga reputasi.

tanggung jawab akan tugasnya dan

Profesionalisme kerja seperti ini tidak

rasa kebersamaan dengan sejawat

akan dapat dilakukan dengan baik

guru

tanpa adanya dukungan sosial dari

dapat

mewujudkan

dalam

penguasaan

bahan

lainnya.

tersebut

bidangnya
yang

Rasa

dapat

kebersamaan

diartikan

dengan

yang
pengajaran,

orang-orang sekitarnya.

sebagai

Rook

kondisi yang saling mendukung di

dalam

Smet

(1994)

antara sesama guru dan bisa diartikan

mengatakan bahwa dukungan sosial

pula sebagai bentuk dari dukungan

merupakan salah satu fungsi dari

sosial.

ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial
Syafrudin,

tersebut

menggambarkan

2007) menyatakan bahwa dukungan

kualitas

umum

sosial yang ada di lingkungan kerja

interpersonal. Ikatan dan persahabatan

pada

mampu

dengan orang lain dianggap sebagai

hidup

aspek yang memberikan kepuasan

sebagai upaya pembentukan sikap

secara emosional dalam kehidupan

kerja

Dalam

individu. Saat seseorang didukung

lingkungan sekolah, dukungan yang

oleh lingkungan maka segalanya akan

diharapkan

terasa lebih mudah. Dukungan sosial

Maricar

(dalam

intinya

akan

meningkatkan

yang

produktivitas

profesional.

yakni

dukungan

dari

dari

hubungan

lingkungan kerja di sekolah pada

menunjukkan

seorang guru, yang mana dukungan

interpersonal

tersebut

terlihat

individu terhadap konsekuensi negatif

profesionalisme

dari stres. Dukungan sosial yang

akan

mempengaruhi

sangat

5

pada

tingkat

yang

hubungan
melindungi

Hasil penelitian ini diharapkan

diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,

dapat bermanfaat bagi :

timbul

1.

rasa

percaya

diri

dan

Guru, agar dapat lebih memahami
pentingnya bersikap profesional

kompeten.
Demikian

dalam

pentingnya

perannya

sebagai tenaga pendidik.

dukungan sosial bagi guru dalam
meningkatkan

menjalankan

2.

profesionalisme

Kepala

Sekolah,

agar

dapat

mengajar sehingga dapat diasumsikan

membina dan memotivasi para

bahwa bila seorang guru mendapat

guru untuk selalu meningkatkan

dukungan

keprofesionalan dalam mengajar.

sosial

lingkungan

yang

sekolah

bagus

maka

di
3.

guru

Peneliti selanjutnya, agar dapat

tersebut akan dapat termotivasi dan

memberikan

mendapat

pemikiran pada bidang psikologi

fasilitas

meningkatkan

untuk

sumbangan

khususnya psikologi pendidikan.

profesionalitasnya

dalam mengajar.
LANDASAN TEORI
TUJUAN

DAN

Istilah profesionalisme berasal

MANFAAT

dari profession. Dalam Kamus Inggris

PENELITIAN

profession

Indonesia,

Dalam penelitian ini, bertujuan

berarti

untuk:

pekerjaan. Arifin (1995) dalam buku

1. Mengetahui ada hubungan antara

Kapita

dukungan

sosial

mengemukakan

dengan

dukungan

peran
sosial

kondisi

profession

kata occupation atau pekerjaan yang

terhadap

memerlukan keahlian yang diperoleh
melalui

pendidikan

atau

latihan

khusus. Dalam buku yang ditulis oleh

dukungan

Kunandar (2007) yang berjudul Guru

sosial.
4. Mengetahui

bahwa

antara

profesionalisme mengajar guru.
3. Mengetahui

Pendidikan

mengandung arti yang sama dengan

profesionalisme mengajar guru.
2. Mengetahui

Selekta

Profesional Implementasi Kurikulum

kondisi

Tingkat Satuan Pendidikan disebutkan

profesionalisme mengajar guru.

pula bahwa profesionalisme berasal

6

dari kata profesi yang artinya suatu

kemampuan dan penerimaan akan

bidang pekerjaan yang ingin atau akan

penjelasan delegasi tugas, kemampuan

ditekuni oleh seseorang. Profesi juga

potensi

diartikan sebagai suatu jabatan atau

(pengetahuan dan keterampilan), dan

pekerjaan tertentu yang mensyaratkan

motivasi

pengetahuan dan keterampilan khusus

eksternal yakni antara lain pekerjaan,

yang

lingkungan,

diperoleh

dari

pendidikan

reality

kemampuan

kerja

sedangkan

dan

faktor

dan

sikap

menghadapi situasi kerja, dukungan

akademis yang intensif.
Tingkat

(IQ),

sosial.

profesionalisme

Faktor dukungan sosial sangat

mengajar pada guru akan diukur
skala

diperlukan oleh siapa saja dalam

profesionalisme mengajar yang telah

berhubungan dengan orang lain demi

dibuat oleh Hastutik (2011) dan

melangsungkan

dimodifikasi oleh penulis berdasarkan

tengahtengah

aspek-aspek yang dikemukakan oleh

(dalam

Surya (dalam Kunandar, 2007) yang

bahwa dukungan sosial merupakan

meliputi: tanggung jawab pada bidang

salah satu fungsi dari ikatan sosial,

keahliannya, tanggung jawab moral,

dan

tanggung jawab intelektual, tanggung

menggambarkan

jawab

Profesionalisme

umum dari hubungan interpersonal.

mengajar pada guru dalam penelitian

Ikatan dan persahabatan dengan orang

ini

lain dianggap sebagai aspek yang

dengan

menggunakan

sosial.

akan

diukur

dengan

skala

hidupnya

di

masyarakat.

Smet,

1994)

ikatan-ikatan

Rook

mengatakan

sosial

tersebut

tingkat

kualitas

profesionalisme mengajar pada guru.

memberikan

Semakin tinggi skor berarti semakin

emosional dalam kehidupan individu.

tinggi profesionalisme mengajar pada

Saat

didukung

oleh

guru, sebaliknya semakin rendah skor

lingkungan maka segalanya

akan

yang

terasa lebih mudah. Dukungan sosial

diperoleh

semakin

rendah

menunjukkan

profesionalisme mengajar pada guru
Faktor-faktor

seseorang

interpersonal

yang

kepuasan

pada
yang

secara

hubungan
melindungi

mempengaruhi profesionalisme guru

individu terhadap konsekuensi negatif

adalah faktor internal yakni antara lain

dari stres. Dukungan sosial yang

individu,

diterima dapat membuat individu

kemampuan

dan

minat,
7

merasa tenang, diperhatikan, dicintai,

nurturance

timbul

dibantu).

rasa

percaya

diri

dan

(kemungkinan

untuk

kompeten.
Tingkat

dukungan

sosial

HIPOTESIS

dengan

Berdasarkan teori-teori yang

menggunakan skala dukungan sosial

telah dikemukakan, maka hipotesis

yang telah dibuat oleh Muhammad

yang dapat diajukan dalam penelitian

(2011) dan dimodifikasi oleh penulis

ini yaitu “Ada hubungan positif antara

berdasarkan

dukungan

sekolah

akan

diukur

aspek-aspek

yang

sosial

dengan

(dalam

profesionalisme mengajar pada guru”,

Smet, 1994) yang meliputi: dukungan

bahwa semakin tinggi dukungan sosial

materi, dukungan emosi, dukungan

pada sebuah sekolah maka tinggi

penghargaan, dukungan informatif.

profesionalisme mengajar pada guru,

Dukungan

akan

sebaliknya semakin rendah dukungan

diungkap dengan menggunakan skala

sosial maka semakin rendah pula

dukungan sosial sekolah. Semakin

profesionalisme mengajar pada guru.

dikemukakan

oleh

sosial

House

sekolah

tinggi skor yang diperoleh subyek
berarti menunjukkan semakin tinggi
METODE PENELITIAN

dukungan sosial dari sekolah yang

Populasi dalam penelitan ini

dialami subyek, sebaliknya semakin

adalah para guru SLTA di seluruh

rendah skor yang diperoleh maka

kecamatan

semakin rendah dukungan sosial dari

mempengaruhi

attachment

meliputi:

SMA Negeri 3, dan SMK Negeri 1,

yang

dukungan

yang mana gurunya berjumlah 198.

sosial

Adapun bentuk sampel yang diambil

(kasih

dalam penelitian ini yakni berbentuk

sayang/kelekatan), social integration
reassurance

sosial),

worth

(penghargaan/pengakuan),

yang

alliance

dan

sampelnya

berdasarkan

ciri-ciri

tertentu. Ciri-ciri tersebut adalah: (a)

(ikatan/hubungan

dapat diandalkan),

(bimbingan),

purposive, dimana cara pengambilan

of

(integrasi

reliable

Kabupaten

Sukoharjo, yakni: SMA Negeri 1,

sekolah yang dialami subyek.
faktor-faktor

Sukoharjo,

Guru yang sudah mempunyai masa

guidance

kerja di atas 5 tahun. (b) Guru tersebut

opportunity for
8

pendidikan

Dukungan sosial dalam dunia

minimal Strata 1. (c) Guru tersebut

kerja sangat diperlukan mengingat

sudah tersertifikasi.

dukungan sosial berhubungan dengan

mempunyai

tingkat

orang

Di dalam penelitian ini teknik
pengambilan

sampelnya

lain

demi

hidupnya

diambil

melangsungkan

di

tengah-tengah

secara non random. Ada dua skala

masyarakat. Rook (dalam Smet, 1994)

yang digunakan dalam penelitian ini,

mengatakan bahwa dukungan sosial

yaitu skala profesionalisme mengajar

merupakan salah satu fungsi dari

pada guru dan skala dukungan sosial.

ikatan sosial, dan ikatan-ikatan sosial

Metode analisis data yang ditetapkan

tersebut

menggambarkan

pada penelitian ini adalah analisis

kualitas

umum

statistik. Statistik yang digunakan

interpersonal. Ikatan dan persahabatan

dalam metode ini adalah korelasi

dengan orang lain dianggap sebagai

product moment.

aspek yang memberikan kepuasan

tingkat

dari

hubungan

secara emosional dalam kehidupan
individu. Saat seseorang didukung
PEMBAHASAN

oleh lingkungan maka segalanya akan

Berdasarkan hasil perhitungan

terasa lebih mudah. Dukungan sosial

diperoleh nilai koefisien korelasi (r)

menunjukkan

sebesar 0,529 dengan p < 0,01, hal ini

interpersonal

berarti ada hubungan positif yang

dengan

profesionalisme

diterima dapat membuat individu
merasa tenang, diperhatikan, dicintai,

tinggi tingkat dukungan sosial maka
tinggi

pula

timbul

tingkat

sebaliknya,

semakin

rasa

percaya

diri

dan

kompeten.

profesionalisme mengajar pada guru
dan

melindungi

dari stres. Dukungan sosial yang

mengajar pada guru. Artinya, semakin

semakin

yang

hubungan

individu terhadap konsekuensi negatif

sangat signifikan antara dukungan
sosial

pada

Dukungan

rendah

sosial

dapat

diungkap melalui aspek dukungan

tingkat dukungan sosial maka semakin

sosial yaitu dukungan emosional,

rendah pula tingkat profesionalisme

penghargaan,

mengajar pada guru. Jadi hipotesa

instrumen,

dan

informatif. Smet (1994 menjelaskan

yang penulis ajukan diterima.

bahwa
9

dukungan

emosional

empati,

atau umpan balik yang diperoleh dari

kepedulian dan perhatian terhadap

orang lain, sehingga individu dapat

individu, sehingga individu tersebut

membatasi masalahnya dan mencoba

merasa

mencari

mencakup

ungkapan

nyaman,

dicintai

dan

jalan

keluar

diperhatikan. Dukungan ini meliputi

memecahkan masalahnya.

perilaku seperti memberikan perhatian

Dukungan

atau

afeksi

serta

meningkatkan

bersedia

untuk

sosial

mampu

produktivitas

hidup

mendengarkan keluh kesah orang lain.

sebagai upaya pembentukan sikap

Dukungan penghargaan, dukungan ini

kerja yang profesional. Terlihat dari

terjadi lewat ungkapan hormat positif

kemampuannya memecahkan masalah

untuk orang tersebut, dorongan untuk

yang

maju atau persetujuan dengan gagasan

mengalami hambatan komunikasi dua

atau

arah dengan teman seprofesi dan

perasaan

individu

dan

mungkin

terjadi

di

perbandingan positif orang tersebut

masyarakat

dengan

Pemberian

membedakan suasana kerja dengan di

dukungan ini membantu individu

luar kerja serta menjaga reputasi.

untuk melihat segi-segi positif yang

Profesionalisme kerja seperti ini tidak

ada

dibandingkan

akan dapat dilakukan dengan baik

dengan keadaan orang lain yang

tanpa adanya dukungan sosial dari

berfungsi

orang-orang

orang

dalam

lain.

dirinya

untuk

menambah

diri,

membentuk

penghargaan

umum.

saat

Mampu

sekitarnya

(Maricar,

dalam Siwi, 2004).
Profesionalisme

kepercayaan diri dan kemampuan

mengajar

serta merasa dihargai dan berguna saat

pada guru merupakan hal penting bagi

individu

mengalami

tekanan.

perkembangan

Dukungan

instrumental,

meliputi

Indonesia, karena dengan kemampuan

sesuai

dalam mengusai dan melaksanakan

oleh

tugas-tugas mengajar yang penuh

seseorang, seperti memberi pinjaman

tanggung jawab sebagai seorang guru,

uang atau menolong dengan pekerjaan

sehingga

pada

profesional.

bantuan

secara

dengan

yang

waktu

langsung
dibutuhkan

mengalami

stres.

pendidikan

pekerjaan

guru

di

dapat

Guru yang profesional

mencakup

berarti dituntut memiliki ilmu yang

pemberian nasehat, petunjuk, saran

bisa dipertanggung jawabkan secara

Dukungan

informatif,

10

ilmiah;

memiliki

keahlian

dipahami

sesuai

mengingat

ada

aspek

dengan bidang yang ditekuninya;

dukungan sosial yang belum terpenuhi

keahliannya harus sesuai dengan latar

pada

belakang pendidikan yang didapatnya

dukungan

sosial

yang

belum

dan profesi guru yang profesional

memenuhi

harapan

adalah

aspek

memiliki

sosial

instrumental, menurut Kepala Sekolah

kemasyarakatan, baik kepada siswa,

SMK Negeri 1 Sukoharjo di sekolah

keluarga maupun masyarakat.

tersebut masih kekurangan sarana

dampak

Arnold

subjek

media

dkk (2008) dalam

penelitian.

Aspek

pembelajaran.

Seperti

seharusnya

jumlah

sebuah penelitian menyatakan guru

komputer,

yang

digambarkan

komputer sesuai dengan banyaknya

sebagai guru yang memiliki jangkauan

siswa diperlukan 60 komputer. Akan

pengetahuan yang luas. Selama siswa

tetapi jumlah komputer yang dimiliki

belajar

konteks

sekolah hanya 30. Akibatnya, saat

sekolah adalah faktor utama yang

pelaksanaan untuk pelajaran teknologi

dapat meningkatkan atau mengurangi

harus menunggu kelas lain selesai

pengetahuan

yang

menggunakan dan hal ini menghambat

berlanjut pada guru. Ditambahkan

proses pembelajaran. Selain itu, ada

oleh Yeigh (2008) pada penelitiannya

sebagian orangtua siswa yang tidak

bahwa para guru secara konstan

perhatian terhadap pendidikan anak,

diperlukan untuk selalu meningkatkan

sehingga ada beberapa program yang

dan

tingkatan

terhambat

umumnya

Seperti

professional

kerja

sama

dan

profesional

membaharui

keterampilan.

Hal

ini

dalam

proses

pelaksanaannya.

pembayaran

uang

terjadi melalui aktivitas pembelajaran

gedung sekolah, masih banyak siswa

yang

Pembelajaran

yang belum membayar. Ini terjadi

profesional dipengaruhi oleh faktor-

karena orangtua kurang perhatian

faktor

perkembangan

terhadap

kebutuhan

pribadi dalam konsteks kepercayaan,

sekolah,

sehingga

dan misi guru yang tinggi pada konsep

terhadap

pembelajaran.

orangtua

profesional.

pendidikan,

termasuk

sedang.

Hal

ini

siswa

tersebut

dapat
11

searah

yang

berpengaruh

dukungan

pembelajaran

Kategorisasi dukungan sosial

anak

emosional

dalam

rendah.
dengan

proses

Penjelasan
pendapat

Purba, dkk (2007) bahwa dukungan

pendekatan baru untuk pembangunan

instrumen yang berupa sarana dalam

profesionalisme, pembelajaran, dan

pembelajaran

menyediakan

pembentukan budaya berkelanjutan.

fasilitas kepada siswa dan keterlibatan

Dengan pemanfaatan yang efektif

aktif orangtua siswa memiliki peran

sangat mungkin untuk menjadikan

yang penting untuk meningkatkan

internet sebagai media pengembangan

kemajuan sekolah.

kompetensi berkelanjutan bagi para

untuk

mengajar

guru. Peningkatan kompetensi guru

pada guru termasuk kategori sedang.

dengan memanfaatkan TIK dapat

Berdasarkan hasil wawancara dengan

dicapai hanya jika pemanfa’atannya

Wakil Kepala Sekolah SMA N 3

mengarah

Sukoharjo dijelaskan bahwa masih

manajemen ilmu pengetahuan.

Profesionalisme

ada

sebagian

guru

yang

kepada

terbentuknya

Dukungan

kurang

sosial

mampu dalam menggunakan laptop,

menyumbang cukup relevan dengan

komputer,

internet.

sumbangan efektifnya sebesar 28%

guru

dalam

terhadap profesionalisme mengajar

peralatan

modern

atau

Ketidakmampuan
menggunakan

pada

guru.

Dengan

tersebut berdampak pada pengetahuan

diharapkan

dan

meningkatkan tingkat dukungan sosial

ketrampilan

guru

kurang

sekolah

demikian

ini,

penelitiannya menyimpulkan bahwa

mempertahankan

kualitas pemanfaatan internet oleh

mengajar pada guru. Adapun faktor

guru

lain

sangat

tinggi

akan

tetap

dapat

maksimal. Suhendar (2011) dalam

berpengaruh

sehingga

terus

dapat

profesionalisme

yang

mempengaruhi

terhadap kompetensi profesional dan

profesionalisme mengajar pada guru

sosial

pengaruhnya

sebesar 72% selain dukungan sosial

bertambah besar pada sekolah dengan

adalah faktor karakteristik individu,

daya dukung sarana TIK (Teknologi

faktor pekerjaan, lingkungan kerja,

Informasi

dan sikap menghadapi situasi kerja.

tinggi.

guru

dan

dan

Komunikasi)

Guru

memanfaatkan

kurang
TIK

yang

Adapun

mampu

sekarang

telah

dalam

penelitian ini adalah:

berpengaruh

1. Untuk

terhadap proses pembelajaran, sebab
internet

kelemahan

sampling,

pengambilan

dijadikan
12

jumlah

karena
sampel

kurang

maka

keterbatasan

4.

menimbulkan

generalisasi

profesionalisme

mengajar pada guru SMA Negeri

hasil

3, SMA Negeri 1, dan SMK

penelitian.
2. Untuk

Keadaan

teori,

penulis

Negeri

merasa

1

Sukoharjo

pada

umumnya sedang.

kurang banyak mendapatkan teori
tentang profesionalisme mengajar
pada guru

SARAN
Dari

hasil

penelitian,

pembahasan dan kesimpulan di atas,
KESIMPULAN

maka penulis mengajukan beberapa

Berdasarkan hasil penelitian

saran sebagai berikut:

ini dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.

1.

Ada hubungan positif yang sangat

dapat

signifikan antara dukungan sosial

tingkat

tingkat dukungan sosial maka
pula

tingkat

dan sebaliknya, semakin

rendah tingkat dukungan sosial

maupun

terus

ditingkatkan,

seperti

saling

memberikan

informasi

tentang

pembelajaran

pada sesama guru terutama empati

guru.

terhadap guru yang mengalami
sosial

terhadap

berperan

kesulitan

profesionalisme

dalam

ketrampilan

mengajar pada guru sebesar 28%.
3.

dipertahankan

yang efektif, saling berempati

profesionalisme mengajar pada

Dukungan

profesionalisme

metode-metode

maka semakin rendah pula tingkat

2.

hal

mengajar pada guru tetap dapat

profesionalisme mengajar pada
guru

kondisi

lingkungan sosial sekolah agar

pada guru. Artinya semakin tinggi

tinggi

meningkatkan

dukungan sosial yang tinggi di

dengan profesionalisme mengajar

semakin

Bagi kepala sekolah: diharapkan

menginkatkan
mengajarnya,

sehingga pada akhirnya guru yang

Keadaan dukungan sosial di SMA

kurang terampil akan menjadi

Negeri 3, SMA Negeri 1, dan

lebih

SMK Negeri 1 Sukoharjo pada

terampil,

memberikan

bantuan finansial terutama untuk

umumnya sedang.

kepentingan

meningkatkan

kualitas sebagai furu misalnya
13

bantuan

finansial

melanjutkan

Teacher’s
Professional
Knowledge From A Course To
Student Teaching Practicum:
A Case Study Of A Thai PreService
Science
Teacher
Conference of Asian Science
Education:
CASE
2008
February
20-23,
2008,
Kaohsiung, Taiwan

untuk

ke

jenjang

pendidikan yang lebih tinggi.
2.

Bagi guru: supaya meningkatkan
profesionalisme
mungkin

semaksimal

dengan

bekerjasama

cara

dan

saling
saling

Hastutik, T. 2011. Perbedaan Persepsi
Terhadap
Profesionalisme
Mengajar Pada Guru Sma
Negeri I Sragen Dan Guru
Sma
Muhammadiyah
1
Sragen.
Skripsi
(tidak
diterbitkan). Surakarta: UMS.

mendukung sesama guru dan staf
sekolah.
3.

Bagi peneliti berikutnya: apabila
ingin

meneliti

yang berkaitan

dengan profesionalisme mengajar
pada guru

diharapkan dapat

Hermawan, Iwan. 2003. Guru, Antara
Kebutuhan
Hidup
dan
Profesionalisme.
Artikel.
http://researchengines.com/iwanherma
wan2.html

mengaitkan dengan variabel lain
misalnya,
kemampuan

karakter

individu,

dan

minat,

kemampuan dan penerimaan akan
penjelasan delegasi tugas.

Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
dan
Persiapan
Menghadapi Sertifikasi Guru.
Cet. Ke-1, h. 45. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA
Adnyana,
I.W.
2010.
Upaya
Peningkatan Profesionalisme
dan Motivasi Guru Gugus
Sekolah Inti III Kecamatan
Long Ikis Melalui Pertemuan
Kelompok Kerja Guru (
KKG). Tesis. Kalimantan:
Universitas Mulawarman.

Muhammad, R. 2011. Hubungan
Antara
Dukungan
Sosial
Dengan Burnout. Skripsi (tidak
diterbitkan). Surakarta: UMS.
Mulyasa, E. 2007. Kurikulum yang
Disempurnakan.
Bandung:
Remaja Rosdakarya.

1995.
Kapita
Selekta
Pendidikan
(Islam
dan
Umum). Cet. Ke-3, h. 105.
Jakarta: Bumi Aksara.
Arnold S.R., Michael J. Padilla &
Bupphachart Tunhikorn 2008.
The
Development
Of

Arifin.

Nurdin, M. 2008. Kiat Menjadi Guru
Professional. Jogjakarta: ArRuzz Media

14

Purba, J., Yulianto, R., dan Widyanti,
E. 2007. Pengaruh Dukungan
Sosial Terhadap Burnout Pada
Guru. Jurnal Psikologi. Vol. 5
No. 1. Hal. 77-87.
Shinta,

2009.
http://shinta91.wordpress.com/
2009/12/31/pentingnyaprofesionalisme-guru/

Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.
Jakarta : PT Grasindo
Suhendar, A. 2011. Pengaruh Budaya
Belajar Organisasi, Dukungan
Manajemen, Daya Dukung
Sarana,
dan
Kualitas
Pemanfaatan
Internet
Terhadap Kompetensi Guru.
Tesis. Bandung: Universitas
Padjajaran.
Surya, M. 2002. Percikan Perjuangan
Guru. Semarang: Aneka Ilmu.
Syafrudin. 2007 Analisis Pengaruh
Profesionalisme
Kerja,
Kepemimpinan
Partisipatif
Dan Pendidikan & Pelatihan
Terhadap Produktivitas Kerja
Guru Pada SMP Negeri 2
Binangun Kabupaten Cilacap.
Jurnal
Pendidikan.
Universitas
Atma
Jaya
Yogyakarta Yogyakarta 2007
Yeigh, T. 2008 Quality Teaching &
Professional
Learning:
Uncritical Reflections of a
Critical Friend School of
Education/Centre for Children
& Young People Southern
Cross University. Australian
Journal of Teacher Education
Vol 33, 2, May 2008
15