S PPB 0901333 Chapter1
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian
Dunia tengah berada di era globalisasi yang ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari yang menciptakan iklim baru yang menuntut masyarakat untuk menjadi lebih aktif dan terbuka dalam menghadapi tantangan serta persaingan. Aktivitas masyarakat menjadi lebih transparan, tidak lagi terbatas oleh tempat, jarak, ruang dan waktu, yang dapat menciptakan sebuah peluang bagi setiap individu maupun kelompok untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dan menjadikannya lebih baik dan bermanfaat bagi orang banyak maupun dirinya sendiri.
Penggunaan teknologi secara efektif dan tepat akan membantu menciptakan kualitas yang bermutu pada setiap aspeknya. Termasuk salah satunya adalah pendidikan, yang dapat menggunakan teknologi untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermutu. Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan dapat menunjang keberhasilan serta pencapaian tujuan kegiatan pendidikan tersebut, seperti yang dijelaskan oleh Miarso (dalam Ismaniati, 2011, hlm. 2) yang menyatakan, “banyak faktor yang berpengaruh atau mendukung terwujudnya proses pembelajaran yang berkualitas dalam upaya mencapai tujuan pendidikan, salah satu di antaranya adalah penggunaan atau pemanfaatan teknologi dalam proses pendidikan dan pembelajaran”.
Bimbingan dan konseling sebagai salah satu bagian integral dari kesuluruhan kegiatan pendidikan dapat menggunakan teknologi sebagai alternatif pilihan alat bantu atau media yang dapat menunjang tujuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Penggunaan teknologi dapat menjadi suatu peluang untuk mengembangkan kegiatan layanan yang bersifat konvensional dan tradisional serta masih terbatas, menjadi sebuah konsep perkembangan yang tidak lagi dibatasi oleh tempat, jarak, ruang dan waktu.
(2)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Melalui layanan bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling membantu peserta didik mencapai tugas perkembangannya dalam rangka proses kemandirian, hal tersebut akan menjadi lebih optimal jika didukung oleh pelaksana yang memiliki standar profesionalisme di bidangnya serta dukungan sistem manajemen yang berlaku serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga kegiatan pendidikan menjadi lebih efektif.
Guru bimbingan dan konseling wajib menguasai serta menerapkan standar kompetensi konselor yang telah ditentukan sebagai landasan dalam melaksanakan kegiatan layanan. Sebagaimana tercantum pada Permendiknas yang disusun oleh Mendiknas (2008, hlm. 5), yang merumuskan standar kompetensi konselor ke dalam empat kompetensi pendidik, yaitu (1) Kompetensi Pedagogik, (2) Kompetensi Kepribadian, (3) Kompetensi Sosial, serta (4) Kompetensi Profesional. Guru bimbingan dan konseling sebagai sosok utuh konselor sekolah mencakup dua komponen penting, yakni kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Termasuk di dalamnya rincian kompetensi akademik konselor untuk mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani serta menguasai khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan konseling (Departemen Pendidikan Nasional, 2008, hlm. 137).
Guru bimbingan dan konseling sebagai salah satu personil pelaksana layanan, memiliki tanggung jawab yang besar terhadap profesinya atas keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Guru bimbingan dan konseling profesional adalah seseorang yang memiliki peran penting untuk merencanakan dan mengaplikasikan program bimbingan dan konseling sekolah yang komprehensif (Mursalin, 2013, hlm. 108). Penelitian oleh Hakim (2011, hlm. 67) menunjukan hasil sebesar 42,74% guru bimbingan dan SMA Negeri tahun ajaran 2011/2012 telah mencapai hasil yang baik. Penjelasan hasil secara terperinci yaitu 57 dari 74 orang guru bimbingan dan konseling di kota Bandung termasuk pada kategori baik. Sebanyak sembilan orang lainnya masuk pada kategori cukup dan delapan orang pada kategori kurang. Artinya,
(3)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kinerja sebagian besar guru bimbingan dan konseling sekolah di Kabupaten Bandung belum optimal dilihat dari kepribadian konselor, pengetahuan serta keterampilan memberikan layanan bimbingan.
Sejauh ini diduga belum semua guru bimbingan dan konseling yang berada di sekolah telah mencapai kualifikasi sesuai standar profesinya sebagai guru bimbingan dan konseling. Hasil penelitian Ilfiandra (dalam Mursalin, 2013, hlm. 3) terhadap guru bimbingan dan konseling, siswa, guru, dan kepala sekolah. Umumnya kinerja guru bimbingan dan konseling belum memuaskan, di Kabupaten Bandung (64,28%) kinerja guru bimbingan dan konseling masuk pada kategori tidak memuaskan, sebagian kecil (35,71%) masuk pada kategori memuaskan, dan tidak ada guru bimbingan dan konseling yang menunjukkan kinerja yang sangat memuaskan. Urutan aspek kinerja yang tidak memuaskan yang ditampilkan oleh guru bimbingan dan konseling menyangkut pengetahuan tentang keterampilan memberikan layanan bimbingan dan konseling (36,74%), kepribadian guru bimbingan dan konseling (29,85%), dan pengetahuan tentang layanan bimbingan dan konseling (21,28%).
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, masih belum mencapai tujuan yang diharapkan. Karena masih banyaknya guru bimbingan dan konseling yang belum dapat mengaktualisasikan keterampilannya di dunia kerja secara optimal. Penelitian Asror (dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2) melaporkan, keterampilan konseling konselor belum memenuhi harapan siswa. Dedi Supriadi (dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2) memberikan isyarat, jika sebanyak 38% orang tua siswa belum menerima keberadaan program bimbingan dengan alasan kurang profesionalnya guru pembimbing dalam menjalankan tugas. Furqon (dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2), menyatakan bahwa kinerja konselor lulusan BK dengan nonBK yang tidak jauh berbeda dalam memberikan dan menampilkan aktivitas pelayanan BK secara menyeluruh serta belum menampilkan kompetensinya secara aktual. Pada hasil penelitian yang dilakukan Ilfiandra, dkk. (dalam Sudrajat, 2008, hlm. 2) melaporkan implementasi pelayanan BK masih belum
(4)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memuaskan. Kelemahan kinerja konselor merata pada aspek keterampilan dan pengetahuan tentang pelayanan BK serta kepribadian.
Fenomena tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan tidak tepat sasaran dan tidak berlangsung dengan baik, ataupun kualitas guru bimbingan dan konseling secara profesionalisme yang tidak mencapai standar kompetensi konselor seutuhnya. Karena tidak sedikit guru bimbingan dan konseling di sekolah yang belum menguasai konsep dasar dan teori keilmuan tentang bimbingan dan konseling. Kompetensi yang dimiliki seorang guru bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan sangat memengaruhi hasil kinerja serta pandangan guru lain di sekolah. Guru bimbingan dan konseling dituntut memiliki kemampuan yang memadai dan memiliki mutu yang terjamin, seperti kepiawaian, kemampuan dan kinerja yang kreatif dalam melaksanakan layanan, seperti yang diungkap Yusuf (2009):
Agar peserta didik memiliki (1) pemahaman, wawasan, dan kesadaran akan identitas dirinya; (2) kemampuan mengembangkan potensi dirinya (3) keterampilan mengatasi masalah yang dihadapinya; (4) wawasan tentang perkembangan IPTEK dan sosial budaya masyarakat, dan (5) kemampuan menyesuaikan diri seara konstruktif dengan lingkungan dalam upaya menciptakan kesejahteraan hidup bersama.
Guru bimbingan dan konseling perlu memperhatikan faktor lain yang dapat menunjang optimalnya layanan yang diberikan. Kondisi objektif seperti kebudayaan dan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) perlu ikut dipertimbangkan dalam merancang layanan bimbingan. Guru bimbingan dan konseling perlu sadar dengan adanya perkembangan era globalisasi, karena hal tersebut tidak dapat ditepis lagi dari kenyataan bahwa semua individu telah dan tengah mengalami pergeseran era.
Guru bimbingan dan konseling sebaiknya untuk lebih mempelajari dan memahami secara konseptual dan teknis terkait produk-produk hasil perkembangan IPTEKS, seperti radio, televisi, proyektor, kamera, PC, smartphone, tablet PC, ataupun produk lainnya yang berbentuk perangkat lunak
(5)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
seperti program aplikasi, file, dan internet yang dapat digunakan untuk menunjang dan mengoptimalisasikan kegiatan layanan. Karena sudah tidak asing istilah Cybercounseling/E-counseling di telinga guru bimbingan dan konseling sebagai pemberdayaan hasil perkembangan IPTEKS dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dimana proses layanan bimbingan dan konseling tidak lagi terhambat oleh ruang, jarak dan waktu.
Produk hasil perkembangan IPTEKS dapat dimanfaatkan dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Yusof (dalam Yudha, 2009, hlm. 2) menyatakan sebagian besar penelitian yang berkaitan dengan penggunaan teknologi dalam konseling dapat dikelompokkan menjadi 3 bidang utama yang digunakan dalam teknologi: (1) pencatatan, (2) analisis data, (3) cybercounseling dan cyberlearning. Sebagai media pembelajaran, pemanfaatan teknologi dapat meningkatkan layanan bimbingan dan konseling dalam membantu peserta didik menyelesaikan tugas perkembangannya. Sebagaimana diungkap oleh Goss & Anthony (2003, hlm. 14):
Technology has increasingly impacted on the way that mental health practitioners conduct their day-to-day business. Communication on a professional level between two parties can be faster, more efficient and more convenient from and administrative point of view (including the use of general office equipment such as answerphones, fax machines and pagers as well as e-mail).
Teknologi semakin berdampak terhadap praktisi kesehatan mental di dalam melakukan kegiatan mereka sehari-hari. Komunikasi pada tingkat profesional antara dua pihak akan dapat lebih cepat, efisien dan nyaman ditinjau dari sisi administrasinya. Internet sebagai salah satu produk hasil perkembangan IPTEKS dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan sehari-hari. Namun dalam penggunaannya, internet memiliki dampak positif atau negatif tergantung pada cara dan siapa yang menggunakannya. Internet yang digunakan secara positif dapat berguna bagi banyak pihak, termasuk salah satunya di bidang pendidikan. Ada banyak manfaat yang dapat dipetik oleh lembaga pendidikan, peserta didik, maupun masyarakat pada umumnya. Lembaga pendidikan dapat memperoleh
(6)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kontribusi dari sistem e-education berupa: perluasan jaringan mitra kerja, baik dengan lembaga atau instansi di dalam mau pun diluar negeri, serta pengendalian biaya khususnya pengurangan biaya pembangunan sarana fisik. E-education mengefektifkan hubungan antara peserta didik dan pendidik karena peserta didik dapat berkonsultasi atau belajar bersama pendidik tanpa terikat tempat dan waktu (Oetomo dkk., 2007, hlm. 6).
Khususnya pada bimbingan dan konseling, dengan adanya perkembangan teknologi, dapat mengubah sistem dan mekanisme yang berlangsung pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Seperti yang diungkap oleh Goss & Anthony (2003, hlm. 13),
The use of technology in counseling and psychotherapy is changing the face of the profession, with practitioners either being challenged and excited by the new opportunities it presents or feeling skeptical, overwhelmed or even frightened by an unwelcome intrusion into traditional methods of providing mental health services.
Salah satu implikasi hasil IPTEKS pada dunia bimbingan dan konseling secara nyata dapat diterapkan pada konsep e-counseling, yakni kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang memanfaatkan internet agar dapat tercapainya hasil yang lebih optimal dan efektif. Lebih dijelaskan oleh pemaparan yang diungkapkan www.ilenehart.com (dalam Latipah, 2011), e-counseling dapat menjawab berbagai isu kehidupan, yaitu suatu metode baru yang menarik dalam membantu individu untuk menyelesaikan masalah-masalah kehidupan. Sangat berbeda dengan metode tradisional dalam terapi, karena e-counseling dapat membantu individu mengenali banyak isu yang bermacam-macam dengan fokus di bawah suatu lembaga yang profesional.
Peluang untuk menciptakan suatu pengembangan layanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui e-counseling atau layanan bimbingan dan konseling berbasis internet. Merujuk pada hasil survey yang dilakukan oleh riset pemasaran Markplus Insight, menyatakan bahwa pada tahun 2013 terdapat 74,6 juta pengguna internet di Indonesia dengan hampir setengah jumlah keseluruhan
(7)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat berusia di bawah 30 tahun (Lukman, 2013). UNICEF, bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi, The Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University, melakukan survey nasional mengenai penggunaan dan tingkah laku internet para remaja Indonesia. Studi ini memperlihatkan bahwa setidaknya 30 juta orang remaja di Indonesia yang mengakses internet secara reguler. Survey tersebut dilakukan kepada 400 peserta didik dengan kisaran umur 10 sampai 19 tahun, hal tersebut menunjukan remaja pada zaman sekarang telah terbiasa berinteraksi dengan menggunakan layanan internet (Lukman, 2014). Hampir setengah jumlah penduduk di Indonesia yang menggunakan internet adalah remaja, dan sebagian besar di antaranya termasuk ke dalam kategori peserta didik.
Aktivitas peserta didik dalam menggunakan internet, dapat dijadikan sebuah peluang dimana bimbingan dan konseling bisa mengembangkan pelaksanaan layanan berbasis internet atau E-counseling. Ragam E-counseling seperti penggunaan telepon, radio, e-mail, weblog, sms, atau chat dapat digunakan sebagai media untuk melakukan layanan bimbingan dan konseling. Keller & Goodman (dalam Latipah, 2011), menyatakan sebuah fakta pada tahun 2004, e-mail saat ini masih merupakan media yang paling banyak digunakan dalam electronic therapy atau webcounseling.
Weblog sebagai salah satu media yang dapat digunakan dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai media alternatif atau alat bantu yang dapat menunjang hasil kemandirian peserta didik. Layanan yang dilaksanakan melalui media weblog ini adalah layanan dasar yang bersifat informatif, sehingga weblog berisikan materi-materi atau informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dalam membantu pencapaian tugas perkembangannya berdasarkan standar kompetensi kemandirian peserta didik.
B.Rumusan Masalah Penelitian
Eksistensi bimbingan dan konseling pada kurikulum 2013 yaitu memegang tugas dan tanggung jawab untuk mengembangkan lingkungan perkembangan,
(8)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungannya, membelajarkan individu untuk mengembangkan, memperbaiki, dan memperhalus perilaku (Kemendikbud, 2013). Sejalan dengan rincian kompetensi konselor yang dipaparkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2008, hlm. 143), menyebutkan bahwa: konselor harus mampu (1) memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani, (2) menguasai landasan teoretik bimbingan dan konseling, (3) menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan, serta (4) mengembangkan pribadi dan profesionaltias secara berkelanjutan, maka guru bimbingan dan konseling harus memiliki kompetensi yang dapat diimplementasikan ke dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan yang dapat membantu peserta didik dalam mencapai tugas perkembangannya. Saat ini kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai usaha bantuan kepada peserta didik, telah mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat. Pelaksanaan kegiatan layanan bantuan dapat terbantu dengan adanya pemberdayaan hasi ilmu teknologi, namun pada kenyataannya belum semua guru bimbingan dan konseling di sekolah mampu memanfaatkannya secara optimal. Masih ada pelaksanaan layanan bantuan yang bersifat tradisional, yang mengedepankan penyembuhan dan pemecahan masalah, sehingga belum dapat menyentuh ke arah bimbingan dan konseling perkembangan yang bersifat komprehensif. Pengembangan konsep bimbingan dan konseling komprehensif diharapkan dapat melihat kegiatan layanan dari sudut pandang positif terhadap peserta didik. Dimana kegiatan layanan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik, tidak hanya terpaku pada masalah atau kondisi negatif yang dialami oleh peserta didik.
Secara umum kegiatan layanan bimbingan dan konseling terbagi menjadi tiga bagian, yakni perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi kegiatan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mursalin (2013) terhadap guru bimbingan dan konseling di Kota Cimahi, menunjukan hasil kinerja berdasarkan aspek perencanaan layanan bimbingan dan konseling masih kurang dapat menerapkan
(9)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
landasan keilmuan pendidikan (yuridis, filosofis, psikologis, sosial budaya, religius), sedangkan berdasarkan aspek pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling masih kurang dapat mengimplementasikan prinsip pendidikan dan sub-indikator pembelajaran. Kegiatan konseling yang dilakukan bersifat insidental, serta penggunaan sarana dan prasaran kurang dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru bimbingan dan konseling. Evaluasi terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling di Kota Cimahi menunjukan bahwa guru bimbingan dan konseling belum bisa merancang, melaksanakan, memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling.
Guru bimbingan dan konseling di sekolah belum dapat menggunakan media layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu pendukung kegiatan layanan secara optimal. Penelitian Anisa dan Nursalim (2011) di Surabaya, diungkapkan oleh rekan-rekan guru BK di salah satu sekolah menengah di Surabaya, terdapat kendala di dalam melaksanakan atau memenuhi salah satu kompetensi konselor yaitu kompetensi ke-lima, menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling, khususnya subkompetensi ke-empat yaitu mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.
Penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk memiliki kompetensi untuk memberdayakan hasil IPTEKS dalam pelaksanaan layanan, sehingga bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengikuti perkembangan zaman. Tidak selalu berpaku pada layanan bimbingan dan konseling yang bersifat tradisional, namun bisa berkembang menjadi layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif, yakni layanan bantuan langsung kepada seluruh peserta didik. Salah satunya adalah layanan dasar, yang bertujuan membantu semua peserta didik agar mencapai tugas-tugas perkembangannya (Suherman, 2009, hlm. 24). Melalui kegiatan layanan dasar, diharapkan peserta didik dapat terbantu untuk mencapai pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab, mampu menangani kebutuhan dan masalahnya, serta mampu mengembangkan dirinya dalam
(10)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mencapai tujuan hidupnya. Layanan dasar yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa layanan pemberian informasi dan diskusi (Brainstorming). Pemberian informasi tersebut mengacu pada panduan yang berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, salah satunya dengan menggunakan standar kompetensi kemandirian peserta didik yang dirancang oleh ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia).
Layanan dasar yang diberikan kepada peserta didik, dapat dirancang melalui pemanfaatan media pembelajaran seperti internet dan weblog. Penggunaan weblog mulai dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada tahun 1990-an. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang telah diterapkan oleh guru bimbingan dan konseling pada tahun 2009 oleh Latipah dan Sakti pada tahun 2010 di Kota Bandung. Penelitian tersebut menunjukan bahwa weblog dapat digunakan sebagai salah satu alternatif layanan bimbingan dan konseling guna mengefektifkan kegiatan layanan yang tidak terbatas oleh ruang, jarak dan waktu. Respon dari peserta didik sebagai subjek layanan pun menunjukan hasil yang cukup baik.
Pada penelitian Latipah (2009), menggambarkan sebesar 40% peserta didik memerasa puas, 40% belum merasa puas, dan 20% lainnya tidak merasa puas. Dengan harapan weblog konseling dapat lebih interaktif serta dibuat lebih personal, memiliki aplikasi offline, memberikan kemudahan dalam penggunaan, lebih variatif, menyajikan kuis-kuis bernuansa psikologis dan mengembangkan human interface. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sakti (2010), menunjukan bahwa data hasil peserta didik menunjukan tingkat pengoperasian blog layanan informasi dan konsultasi bimbingan dan konseling masih dianggap sulit. Hampir 60% dari empat kelompok peserta didik menyatakan aplikasi yang terdapat pada blog bimbingan dan konseling sudah sesuai untuk menunjang layanan informasi dan konsultasi bimbingan dan konseling. Data hasil peserta didik terhadap materi yang dibutuhkan oleh peserta didik pada layanan informasi blog bimbingan dan konseling menyatakan sekitar 90% menjawab “ya”,
(11)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menandakan bahwa peserta didik membutuhkan materi-materi yang guru bimbingan dan konseling tawarkan. Serta hampir 50% siswa kelas X menyatakan kurang sesuai dan tidak sesuai terhadap layanan informasi yang disajikan pada blog, dikarenakan peserta didik belum mencoba membuka blog bimbingan dan konseling yang disediakan.
Kegiatan layanan dasar melaui weblog, diharapkan dapat menjadi salah satu peluang dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang dapat membantu kinerja guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam memberikan materi layanan kepada peserta didik. Hal tersebut dapat memberikan jaminan masa depan yang baik bagi dunia bimbingan dan konseling. Karena kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak lagi monoton dan bersifat tradisional yang dapat membuat peserta didik jenuh dan merasa tidak memerlukan lagi layanan bantuan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian difokuskan kepada pemberdayaan internet sebagai media layanan dengan menggunakan weblog yang dapat menunjang dan meningkatkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Untuk mengetahui rancangan weblog lebih rinci dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana rancangan weblog sebagai media layanan bimbingan dan konseling ?
2. Bagaimana kebergunaan weblog dilihat dari kesesuaian materi informasi dengan kebutuhan peserta didik?
3. Bagaimana kebergunaan weblog dilihat dari teknis penggunaannya?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah agar dapat terumuskannya rancangan layanan bimbingan dan konseling melalui weblog. Adapun tujuan khusus dari penelitian yang dapat dicapai, yakni:
1. Mengetahui rancangan weblog sebagai media layanan bimbingan dan konseling.
(12)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengetahui kebergunaan weblog dilihat dari kesesuaian materi informasi dengan kebutuhan peserta didik.
3. Mengetahui hasil kebergunaan weblog dilihat dari teknis penggunaannya.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian dapat ditujukan kepada beberapa elemen yang ada di sekolah, yaitu:
1. Bagi Peserta Didik
Penelitian dimaksudkan agar peserta didik mendapatkan layanan dasar yang bersifat informatif secara cyber (di dalam dunia maya). Sehingga peserta didik tidak lagi terhambat oleh ruang, jarak dan waktu yang mengharuskan untuk bertemu langsung dengan guru bimbingan dan konseling sebagai pusat layanan informasi. Layanan informasi tersebut berdasarkan standar kompetensi yang harus diselesaikan atau dicapai oleh peserta didik, yang diharapkan dapat memberikan informasi yang efektif dan sesuai kebutuhan.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Pengembangan media layanan dasar berbasi online, diharapkan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh guru bimbingan dan konseling sebagai wadah untuk mengasah keterampilan di dalam mengembangkan media layanan bimbingan dan konseling yang menarik dan berguna bagi peserta didik. Setiap guru bimbingan dan konseling dapat menambah dan memperdalam wawasan mengenai pengembangan media dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Salah satunya dengan menggunakan blog sebagai media layanannya. Guru bimbingan dan konseling dapat lebih mengoptimalkan kegiatan layanan tanpa harus bertatap muka langsung dengan peserta didik, sehingga dapat melayani peserta didik kapan dan dimana saja. Juga diharapkan dapat membantu di dalam menunjukan citra yang positif bagi personel sekolah lainnya selain guru bimbingan dan konseling. Serta memberikan gambaran terhadap perubahan paradigma layanan bimbingan dan konseling tradisional menjadi bimbingan dan konseling perkembangan.
(13)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Bagi Peneliti
Mengembangkan potensi dan minat terhadap pengembangan media. Serta dapat menemukan produk-produk layanan bimbingan dan konseling yang inovatif dan kreatif, secara produktif. Peneliti juga menjadikan blog sebagai media layanan informasi dan diskusi bagi guru bimbingan dan konseling maupun konseli di dalam tahap pengembangannya.
E.Sturktur Organisasi Skripsi
Skripsi terdiri atas lima bab. Sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Bab I
Pada Bab I dijelaskan mengenai perihal yang melatarbelakangi penelitian, identifikasi serta perumusan masalah yang akan diungkap pada penelitian yang akan dilakukan, tujuan yang diharapkan dan dicapai dari hasil penelitian, serta manfaat penelitian bagi subjek maupun objek penelitian.
2. Bab II
Pada Bab II berisi pemaparan teori-teori yang melandasi penyusunan penelitian mengenai konsep dasar bimbingan dan konseling, media dalam bimbingan dan konseling, implikasi media weblog sebagai media bimbingan dan konseling, serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.
3. Bab III
Pada Bab III dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan. Memuat di dalamnya, desain penelitian, penentuan populasi dan sampel, perumusan serta pengembangan instrumen, prosedur penelitian yang ditempuh, serta analisis terhadap data yang diperoleh.
4. Bab IV
Pada Bab IV dijelaskan mengenai temuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Terdapat hasil rancangan weblog sebagai layanan dasar, beserta deskripsi umum hasil penelitian berdasarkan masing-masing aspek, asal sekolah peserta didik, serta tingkatan kelas peserta didik.
(14)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Bab V
Pada Bab V dijelaskan mengenai penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran penelitian bagi guru bimbingan dan konseling, pihak sekolah dan peneliti selanjutnya.
(1)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
landasan keilmuan pendidikan (yuridis, filosofis, psikologis, sosial budaya, religius), sedangkan berdasarkan aspek pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling masih kurang dapat mengimplementasikan prinsip pendidikan dan sub-indikator pembelajaran. Kegiatan konseling yang dilakukan bersifat insidental, serta penggunaan sarana dan prasaran kurang dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru bimbingan dan konseling. Evaluasi terhadap kinerja guru bimbingan dan konseling di Kota Cimahi menunjukan bahwa guru bimbingan dan konseling belum bisa merancang, melaksanakan, memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling.
Guru bimbingan dan konseling di sekolah belum dapat menggunakan media layanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu pendukung kegiatan layanan secara optimal. Penelitian Anisa dan Nursalim (2011) di Surabaya, diungkapkan oleh rekan-rekan guru BK di salah satu sekolah menengah di Surabaya, terdapat kendala di dalam melaksanakan atau memenuhi salah satu kompetensi konselor yaitu kompetensi ke-lima, menguasai konsep dan praksis bimbingan dan konseling, khususnya subkompetensi ke-empat yaitu mampu menggunakan dan mengembangkan media bimbingan dan konseling.
Penting bagi guru bimbingan dan konseling untuk memiliki kompetensi untuk memberdayakan hasil IPTEKS dalam pelaksanaan layanan, sehingga bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengikuti perkembangan zaman. Tidak selalu berpaku pada layanan bimbingan dan konseling yang bersifat tradisional, namun bisa berkembang menjadi layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif, yakni layanan bantuan langsung kepada seluruh peserta didik. Salah satunya adalah layanan dasar, yang bertujuan membantu semua peserta didik agar mencapai tugas-tugas perkembangannya (Suherman, 2009, hlm. 24). Melalui kegiatan layanan dasar, diharapkan peserta didik dapat terbantu untuk mencapai pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu mengembangkan keterampilan untuk mengidentifikasi tanggung jawab, mampu menangani kebutuhan dan masalahnya, serta mampu mengembangkan dirinya dalam
(2)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mencapai tujuan hidupnya. Layanan dasar yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa layanan pemberian informasi dan diskusi (Brainstorming). Pemberian informasi tersebut mengacu pada panduan yang berhubungan erat dengan kebutuhan peserta didik, salah satunya dengan menggunakan standar kompetensi kemandirian peserta didik yang dirancang oleh ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia).
Layanan dasar yang diberikan kepada peserta didik, dapat dirancang melalui pemanfaatan media pembelajaran seperti internet dan weblog. Penggunaan weblog mulai dilaksanakan dalam kegiatan bimbingan dan konseling pada tahun 1990-an. Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang telah diterapkan oleh guru bimbingan dan konseling pada tahun 2009 oleh Latipah dan Sakti pada tahun 2010 di Kota Bandung. Penelitian tersebut menunjukan bahwa weblog dapat digunakan sebagai salah satu alternatif layanan bimbingan dan konseling guna mengefektifkan kegiatan layanan yang tidak terbatas oleh ruang, jarak dan waktu. Respon dari peserta didik sebagai subjek layanan pun menunjukan hasil yang cukup baik.
Pada penelitian Latipah (2009), menggambarkan sebesar 40% peserta didik memerasa puas, 40% belum merasa puas, dan 20% lainnya tidak merasa puas. Dengan harapan weblog konseling dapat lebih interaktif serta dibuat lebih personal, memiliki aplikasi offline, memberikan kemudahan dalam penggunaan, lebih variatif, menyajikan kuis-kuis bernuansa psikologis dan mengembangkan
human interface. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Sakti (2010), menunjukan bahwa data hasil peserta didik menunjukan tingkat pengoperasian blog layanan informasi dan konsultasi bimbingan dan konseling masih dianggap sulit. Hampir 60% dari empat kelompok peserta didik menyatakan aplikasi yang terdapat pada blog bimbingan dan konseling sudah sesuai untuk menunjang layanan informasi dan konsultasi bimbingan dan konseling. Data hasil peserta didik terhadap materi yang dibutuhkan oleh peserta didik pada layanan informasi blog bimbingan dan konseling menyatakan sekitar 90% menjawab “ya”,
(3)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menandakan bahwa peserta didik membutuhkan materi-materi yang guru bimbingan dan konseling tawarkan. Serta hampir 50% siswa kelas X menyatakan kurang sesuai dan tidak sesuai terhadap layanan informasi yang disajikan pada blog, dikarenakan peserta didik belum mencoba membuka blog bimbingan dan konseling yang disediakan.
Kegiatan layanan dasar melaui weblog, diharapkan dapat menjadi salah satu peluang dalam mengembangkan layanan bimbingan dan konseling yang dapat membantu kinerja guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam memberikan materi layanan kepada peserta didik. Hal tersebut dapat memberikan jaminan masa depan yang baik bagi dunia bimbingan dan konseling. Karena kegiatan layanan bimbingan dan konseling tidak lagi monoton dan bersifat tradisional yang dapat membuat peserta didik jenuh dan merasa tidak memerlukan lagi layanan bantuan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian difokuskan kepada pemberdayaan internet sebagai media layanan dengan menggunakan weblog yang dapat menunjang dan meningkatkan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.
Untuk mengetahui rancangan weblog lebih rinci dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana rancangan weblog sebagai media layanan bimbingan dan konseling ?
2. Bagaimana kebergunaan weblog dilihat dari kesesuaian materi informasi dengan kebutuhan peserta didik?
3. Bagaimana kebergunaan weblog dilihat dari teknis penggunaannya?
C.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah agar dapat terumuskannya rancangan layanan bimbingan dan konseling melalui weblog. Adapun tujuan khusus dari penelitian yang dapat dicapai, yakni:
1. Mengetahui rancangan weblog sebagai media layanan bimbingan dan konseling.
(4)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengetahui kebergunaan weblog dilihat dari kesesuaian materi informasi dengan kebutuhan peserta didik.
3. Mengetahui hasil kebergunaan weblog dilihat dari teknis penggunaannya.
D.Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian dapat ditujukan kepada beberapa elemen yang ada di sekolah, yaitu:
1. Bagi Peserta Didik
Penelitian dimaksudkan agar peserta didik mendapatkan layanan dasar yang bersifat informatif secara cyber (di dalam dunia maya). Sehingga peserta didik tidak lagi terhambat oleh ruang, jarak dan waktu yang mengharuskan untuk bertemu langsung dengan guru bimbingan dan konseling sebagai pusat layanan informasi. Layanan informasi tersebut berdasarkan standar kompetensi yang harus diselesaikan atau dicapai oleh peserta didik, yang diharapkan dapat memberikan informasi yang efektif dan sesuai kebutuhan.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Pengembangan media layanan dasar berbasi online, diharapkan dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh guru bimbingan dan konseling sebagai wadah untuk mengasah keterampilan di dalam mengembangkan media layanan bimbingan dan konseling yang menarik dan berguna bagi peserta didik. Setiap guru bimbingan dan konseling dapat menambah dan memperdalam wawasan mengenai pengembangan media dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling. Salah satunya dengan menggunakan blog sebagai media layanannya. Guru bimbingan dan konseling dapat lebih mengoptimalkan kegiatan layanan tanpa harus bertatap muka langsung dengan peserta didik, sehingga dapat melayani peserta didik kapan dan dimana saja. Juga diharapkan dapat membantu di dalam menunjukan citra yang positif bagi personel sekolah lainnya selain guru bimbingan dan konseling. Serta memberikan gambaran terhadap perubahan paradigma layanan bimbingan dan konseling tradisional menjadi bimbingan dan konseling perkembangan.
(5)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Bagi Peneliti
Mengembangkan potensi dan minat terhadap pengembangan media. Serta dapat menemukan produk-produk layanan bimbingan dan konseling yang inovatif dan kreatif, secara produktif. Peneliti juga menjadikan blog sebagai media layanan informasi dan diskusi bagi guru bimbingan dan konseling maupun konseli di dalam tahap pengembangannya.
E.Sturktur Organisasi Skripsi
Skripsi terdiri atas lima bab. Sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
1. Bab I
Pada Bab I dijelaskan mengenai perihal yang melatarbelakangi penelitian, identifikasi serta perumusan masalah yang akan diungkap pada penelitian yang akan dilakukan, tujuan yang diharapkan dan dicapai dari hasil penelitian, serta manfaat penelitian bagi subjek maupun objek penelitian.
2. Bab II
Pada Bab II berisi pemaparan teori-teori yang melandasi penyusunan penelitian mengenai konsep dasar bimbingan dan konseling, media dalam bimbingan dan konseling, implikasi media weblog sebagai media bimbingan dan konseling, serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.
3. Bab III
Pada Bab III dibahas mengenai metode penelitian yang dilakukan. Memuat di dalamnya, desain penelitian, penentuan populasi dan sampel, perumusan serta pengembangan instrumen, prosedur penelitian yang ditempuh, serta analisis terhadap data yang diperoleh.
4. Bab IV
Pada Bab IV dijelaskan mengenai temuan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Terdapat hasil rancangan weblog sebagai layanan dasar, beserta deskripsi umum hasil penelitian berdasarkan masing-masing aspek, asal sekolah peserta didik, serta tingkatan kelas peserta didik.
(6)
Feby Irawan, 2015
Layanan dasar bimbingan dan konseling melalui weblog
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Bab V
Pada Bab V dijelaskan mengenai penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran penelitian bagi guru bimbingan dan konseling, pihak sekolah dan peneliti selanjutnya.