d adp 0609106 chapter3

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dengan memperhatikan tujuan penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Deskriptif Analitis yang dirancang untuk mendeskripsikan fakta dan data serta melakukan analisis dan prediksi tentang apa yang dilakukan untuk mencapai keadaan yang akan datang. Sementara kerangka prosedur penelitian yang penuh pertimbangan dilakukan dalam setting alami yang bersifat “circular” (melingkar). Artinya, pemilihan metode deskriptif kualitatif karena tidak melakukan penelitian di laboratorium.

Tujuan pokok penelitian ini lebih ditekankan untuk memperoleh informasi dan mengkaji tentang implementasi kebijakan pengembangan pendidikan berbasis kewilayahaan di Kabupaten Indramayu dalam konteks Otonomi Daerah, di mana fokusnya perihal Angka Melek Huruf (AMH) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) sebagai penopang Indek Pendidikan yang bermuara pada upaya pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam menghadapi tantangan persaingan global.

Lexy J. Maleong mengutip pendapat Bogdan dan Taylor (1975) mendefinisikan, bahwa:

Metode kualitatif / naturalistik sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tertentu secara holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan (Lexy J. Maleong, 2000:3).


(2)

Penelitian ”Kualitatif” mengacu pada pendekatan/metode yang sifat datanya dikumpulkan, dianalisis dan dilaporkan, bercorak kualitatif bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Disebut naturalistik, karena situasi lapangan bersifat “natural” atau “alamiah” / ”wajar”, sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi, tanpa diatur dengan eksperimen atau test.

Pendekatan Deskriptif Analitis dengan menggunakan metode “kualitatif / naturalistik” ini, didasarkan pada hal-hal yang nyata berdasarkan pengamatan, akan tetapi label atau tafsiran masih dapat berubah bila kita peroleh data baru yang mungkin membantah tafsiran itu. Hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna dari pada generalisasi.

Penelitian “Deskriptif Analitis”, menuturkan / menguraikan sesuatu secara sistematis tentang data atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat, menganalisis serta menginterpretasikan data yang ada pada saat penelitian dilakukan.

Metode kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini juga menggunakan pendekatan inquiry qualitative interactive, yaitu suatu studi mendalam yang menggunakan teknik berhadapan langsung dengan orang di dalam latar alamiah mereka dalam pengumpulan data (MCMillan dan Schumacher, 2001 : 35). Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini cenderung mencari informasi yang tepat tentang tujuan penelitian sehingga ditemukan informasi akurat tentang bagaimana implementasi kebijakan pengembangan pendidikan berbasis kewilayahan di Kabupaten Indramayu.


(3)

Pendekatan kualitatif yang digunakan berusaha memahami, menemukan dan menafsirkan makna dari peristiwa interaksi perilaku manusia dalam situasi tertentu. Dengan karakteristik seperti itu, maka pendekatan penelitian ini lebih tepat jika menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Biklen (1982 : 27-30) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik :

(1) Qualitatif research has the natural setting as direct of data and the researchers are the keys instrument.

(2) Qualitative research is descriptive.

(3) Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or products.

(4) Meaning is of essential concern to the qualitative approach.

Penelitian kualitatif interaksi yang dilakukan tidak bermaksud untuk menguji suatu teori, meskipun kenyataannya tidak dapat melepaskan diri dari telaah atau kajian teori, namun perlu dinyatakan bahwa telaah dan kajian teoritis tersebut hanya digunakan untuk membantu peneliti dalam merumuskan sejumlah permasalahan bayangan (foreshadowed problems) dan alat bantu analisis. Kerena itu, perlu ditegaskan bahwa penelitian ini lebih diarahkan kepada upaya memahami bagaimana implementasi kebijakan pengembangan pendidikan berbasis kewilayahaan di Kabupaten Indramayu dalam konteks Otonomi Daerah untuk mencapai Indeks Pendidikan bisa direalisasikan dengan baik. Oleh karena itu, melalui penelitian ini, penulis sangat antusias untuk menganalisis dan menemukan faktor-faktor kebijakan sebagaimana yang penulis kemukakan pada tujuan penelitian ini.

Dengan demikian, output dan outcome serta impact (pengaruh) yang diharapkan dari hasil penelitian adalah untuk mencari pemecahan masalah atau kebijakan yang terbaik berkaitan dengan implementasi kebijakan pengembangan


(4)

pendidikan berbasis kewilayahan di Kabupaten Indramayu dalam konteks Otonomi Daerah.

B. Lokus dan Informan Penelitian 1. Lokus Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, maka secara umum lokasi dalam penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Indramayu khususnya di Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu. Mengingat fokus penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk menganalisis empirik berkenaan dengan Implementasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dalam Kerangka Otonomi Daerah di Kabupaten Indramayu yang pada awal diterapkannya kebijakan Otonomi Daerah (2001/2002) termasuk kabupaten yang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) nya sangat rendah di Provinsi Jawa Barat, maka selain eksitensi Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu menjadi lokasi sentral dalam peneltian ini, keberadaan UPTD Pendidikan Kecamatan dan Sekolah (Kepala Sekolah, Guru) menjadi tempat dalam penelitian ini.

Hal ini urgen dilakukan mengingat betapa pentingnya eksistensi mereka dalam mengimplementasikan kebijakan pendidikan berbasis kewilayahan di Kabupaten Indramayu. Dari merekalah sumber data dapat diperoleh, sehingga dengan mengakses semua informasinya, diharapkan hasil penelitian juga dapat ditemukan data-data yang sempurna sehingga eksistensi penelitian benar-benar bisa mendatangkan hasil yang diharapkan.


(5)

2. Informan Penelitian

Informan utama peneilitian ini adalah Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu sebagai pemimpin di Institusi Pendidikan tersebut. Namun demikian, karena yang menjadi obyek penelitian adalah implementasi kebijakan pendidikan berbasis kewilayahan kabupaten, maka melibatkan pula Staf Dinas Kabupaten, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan, Kepala Sekolah, dan guru sebagai pelakasana kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

Dapat ditegaskan di sini bahwa informan penelitian dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sitilah populasi, oleh Spradley (dalam Sugiyono, 2005:49) dinamakan “social situation” atau situasi social yang terdiri atas tiga elemen yaitu tempat (place), pelakau (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis sebagaimana diperlihatkan pada gambar 3.1. :

Place

Actor Activity Sumber : Sugiyono (2005 : 50)

Gambar 3.1.

Social Situation (Situasi Sosial)

Pada penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransfer ke tempat lain

Social Situation


(6)

pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (1989:34) populasi adalah “totalitas semua nilai yang mungkin, hasil perhitungan ataupun ukuran kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas serta mengetahui sifat-sifat sebagaimana mestinya”. Selanjutnya dikemukakan lagi, bahwa sampel adalah sebagian dari populasi baik anggota maupun karakteristik yang ingin dipelajari (Sudjana, 1989 : 35). Sampel bisa berupa informan, yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan sejumlah informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian, dan masalah penelitian yang dirinci menjadi sejumlah pertanyaan penelitian (Moelong, 1990 : 59), bahwa sampel bertujuan memiliki sejumlah kriteria sebagai berikut :

1) Rancangan sampel yang muncul, artinya penentuan suatu sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu;

2) Penentuan sampel ecara berurutan; 3) Penyusunan berkelanjutan dari sampel;

4) Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

Dengan demikian, penggalian data dan informan (subjek penelitian) akan berkembang menjadi internal sampling yang benar-benar mengetahui permasalahan yang sedang diteliti. Oleh karena informan dimanfaatkan untuk berbicara, bertukar pikiran atau membandingkan suatu kejadian yang ditemukan dari subyek lainnya, maka termasuk populasi dan sampel atau sebagai subyek utama adalah Pimpinan Knator Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu,


(7)

sedangkan staf Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan, Kepala Sekolah dan Guru sebagai cross check terhadap self assessment pimpinan kantor Unit Pelayanan Teknis Dinas Kabupaten Indramayu.

Secara keseluruhan informan yang akan diteliti berada pada lokasi/obyek penelitian sebagai berikut :

1. Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu

Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dari Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Hal ini sesuai dengan Undang Undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa “Bidang pemerintahan yang wajib dilaksanakan oleh Daerah Kabupaten dan Daerah Kota meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, penanaman modal, lingkungan hidup, pertanahan, koperasi, dan tenaga kerja”.

Khusus dalam bidang pendidikan Kabupaten Indramayu diberi kewenangan untuk menyelenggarakan desentralisasi pendidikan secara optimal. Hal ini mengacu pada penyerahan kewenangan pemerintahan dalam bidang pendidikan kepada daerah / kota untuk menyelenggarakan pendidikan dengan tidak melepaskan kebijakan-kebijakan dari tingkat provinsi maupun kebijakan nasional.

Upaya yang dilakukan pemerintah Kabupaten Indramayu khususnya dalam bidang pendidikan sejak diberlakukannya Undang Undang No. 22 tahun 1999


(8)

yang direvisi dengan Undang Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sangat terasa dampak positifnya. Hal ini terbukti dengan kebijakan pemerintah Kabupaten Indramayu, seperti:

a) Diberlakukannya Struktur Organisasi Tata Kerja (SOTK) di lingkungan Dinas Pendidikan yang terdiri dari lima Subdin dan satu bagian, yaitu : (1).Sub Dinas Pendidikan Dasar (Dikdas);

(2).Sub Dinas Pendidikan Menengah (Dikmen); (3).Sub Dinas Pendidikan Masyarakat (Dikmas); (4).Sub Dinas Pendidikan Keagamaan (Dikag); (5).Sub Dinas Olahraga dan Kesiswaan (Orsis); dan (6).Bagian Tata Usaha

b) Diangkatnya Kepala SD, SMP, SMA, SMK Negeri/Diperbantukan (DPK) dan Pengawas (TK, SD, SMP, SMA, SMK) oleh Bupati Indramayu atas pertimbangan / saran Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, yang sebelumnya pengangkatan ini dilakukan di tingkat Provinsi Jawa Barat melalui Kepala Kantor Wilayah Pendidikan Provinsi Jawa Barat;

c) Meningkatnya dana untuk kebutuhan pendidikan Kabupaten Indramayu, mencapai di atas 30 % mulai tahun anggaran 2004.

2. Kepala UPTD Pendidikan Kecamatan

Berdasarkan data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Indramayu dan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu tahun 2008, bahwa jumlah UPTD


(9)

Pendidikan Kecamatan terdapat 31 kecamatan yang menyebar dari ujung Barat (Kecamatan Sukra) ke Timur (Kecamatan Karangampel), sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Daftar UPTD Pendidikan di Kabupaten Indramayu Tahun 2008

NO. NAMA UPTD PENDIDIKAN

KECAMATAN ALAMAT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. INDRAMAYU SINDANG PASEKAN ARAHAN CENTIGI BALONGAN JUNTINYUAT KARANGAMPEL KEDOKAN BUNDER KRANGKENG JATIBARANG SLIYEG TUKDANA BANGODUA WIDASARI LOHBENER KERTASEMAYA SUKAGUMIWANG LELEA LOSARANG KANDANGHAUR CIKEDUNG TERISI KROYA GABUSWETAN BONGAS PATROL SUKRA ANJATAN HAURGEULIS GANTAR Jl. Song-Indramayu Desa Sindang Desa Pasekan Desa Arahan Desa Centig Desa Sukaurip Desa Juntikebon Desa Karangampel Desa Kedokan Bunder Desa Krangkeng Desa Bulak Desa Sliyeg Desa Karangkerta Desa Wanasari Desa Ujunghaya Desa Lohbener Desa Teluk Agung Desa Sukagumiwang Desa Lelea

Desa Puntang Desa Ilir

Desa Cikedung Lor Desa Cibereng Desa Kroya Desa Gabuswetan Desa Bongas Desa Patrol Desa Sukra Desa Anjatan Desa Haurgeulis Desa Gantar


(10)

3. Sekolah (SD/MI, SLTP, SLTA)

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu tahun 2008, bahwa jumlah sekolah menurut jenjang dan jenis tertulis sebagaimana tabel berikut :

Tabel 3.2.

Daftar Jumlah Sekolah Menurut Jenjang Dan Jenis Tahun Pelajaran : 2007/2008

N0. JENJANG SEKOLAH

SEKOLAH MENURUT STATUS

JUMLAH

NEGERI SWASTA

1 T K 2 248 250

2 S D 868 11 879

3 S M P 71 77 148

4 S M A 18 34 52

5 S M K 14 31 45

J U M L A H 973 401 1.374

C. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila kita lihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber sekunder dan sumber primer. Sumber sekunder merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan sumber primer merupakan data yang langsung diperoleh dari orang yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

Mengingat data yang dikumpulkan dalam penelitian ini masih merupakan data mentah / lunak (soft data), maka harus disusun, diklasifikasikan, diolah dan dianalisis menurut teknik / prosedur tertentu. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan melalui Teknik Observasi, Angket (Kuesioner), Wawancara


(11)

(Interview), dan Studi Dokumentasi dalam penelitian kualitatif / naturalistik harus validitas (internal/eksternal), reliabilitas, dan objektivitas.

Validitas internal (kredibilitas) menunjuk pada apakah instrumen sungguh-sungguh mengukur variabel yang sebenarnya, yaitu kebenaran data yang diperoleh dengan instrumen atau kesesuaian konsep per responden. Validitas eksternal (transferabilitas, applicabilitas), menunjuk pada kaitan generalisasi, yakni hingga manakah generalisasi yang dirumuskan berlaku bagi kasus-kasus lain di luar penelitian atau dapat diterapkan oleh orang lain pada situasi lain.

Reliabilitas (depentabilitas), menunjuk pada adanya konsistensi, yakni memberikan hasil yang konsisten atau kesamaan hasil, sehingga dapat dipercaya sehubungan dengan apakah penelitian itu dapat diulangi atau direplikasi oleh peneliti lain dengan hasil yang konsisten.

Objektivitas (konfirmabilitas), menunjuk bila hasil penelitian sama, siapapun penelitinya. Objektivitas terdapat, bila hasil penelitian dapat dibenarkan atau dikonfir oleh peneliti lain. Dengan kata lain berusaha untuk sedapat mungkin memperkecil subyektivitas.

Selanjutnya bila dilihat dari segi teknik pengumpulan data, seperti yang diungkapkan di atas, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan : (1) observasi (pengamatan), (2) interview (wawancara), (3) dokumentasi, (4) triangulasi.

1) Observasi

Pengumpulan data melalui cara observasi merupakan metode dengan pengamatan terhadap obyek suatu peneltian. Dalam mengadakan observasi,


(12)

peneliti secara langsung melihat obyek penelitian yang ada di lapangan. Marshall (1995:98) menyatakan bahwa “through observation, the research learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Nasution (1988 : 23) mengemukakan bahwa, observasi dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai data kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil maupun yang sangat jauh dapat diobservasi dengan jelas.

2) Wawancara

Dalam melakukan wawancara pada penelitian kualitatif, menurut Nasution (1988:54) bahwa :

Wawancara yang dilakukan sering bersifat terbuka dan tak berstruktur. Ia tidak menggunakan test standard atau instrument lain yang telah diuji validitasnya. Ia mengobservasi apa adanya dalam kenyataan. Ia mengajukan pertanyaan dalam wawancar menurut perkembangan wawancara itu secara wajar berdasarkan ucapan dan bauh pikiran yang dicetuskan orang yang diwawancarai.

Dalam melaksanakan penelitian kualitatif tersebut, digunakan wawancara yang tidak berstruktur dan lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan, sikap dan keyakinan subyek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subyek. Pendapat yang dikemukakan oleh Enterberg (2002 : 97) bahwa wawancara adalah sebagai berikut : “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting ini communication and joint construction of meaning about a particular topic”.


(13)

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukan informasi dan ide melalui tanya-jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna ke topik tertentu.

Susan Stainback (1988 : 98) mengemukakan bahwa : interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpet a situation or phenomenon than can be gained through observation alone. Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Dalam penelitian kualitatif, sering dapat dilakukan penggabungan teknik observasi partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada orang-orang yang ada di dalamnya. Untuk melakukan wawancara, dapat dilakukan dengan terstruktur sehingga pengumpulan data dapat lebih pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dan juga dapat tidak dengan terstruktur, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan, di mana peneliti berusaha mendapatkan infromasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek, sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan yang harus diteliti.

3) Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu, yang bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang yang bisa dijadikan data guna melengkapi penelitian yang dilakukan. Data dokumentasi akan dipublikasi dan selanjutnya dilakukan konfirmasi melalui wawancara


(14)

terstruktur sesuai dengan daftar pertanyaan yang btelah disusun sebelumnya, maupun melalui wawancara yang tidak terstruktur. Proses tanya-jawab bersifat tidak memaksa dengan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan secara sistimatis, juga bersifat terbuka.

4) Triangulasi

Pengumpulan data dengan teknik tringulasi merupakan pengumpulan data bersifat menggabungkan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Selanjutnya semua data yang diperoleh, baik observasi, wawancara, kuesioner adalah “chek and recheck” untuk memperoleh keobjektifan, validitas, dan reabilitas data.

Ketika pengumpulan data dilakukan proses “etik” yang rasional tetap menjadi bagian penting dalam memberikan makna terhadap data yang diamati. Sedangkan konsep “emik” pun dilakukan sepanjang tidak menganggu sistem yag yang telah baik. Oleh karena itu, instrumen yang digunakan menjadi komponen penting dalam proses penghumpulan data dan ditopang oleh fasilitas lainnya untuk mencatat data dan informasi lapangan (field notes) serta dilengkapi dengan menggunakan alat perekam berupa tape recorder dan kamera.

Instrument itu sangat penting dalam membantu peneliti untuk menemukan data yang realistis, mengingat daya pikir, daya tangkap, daya rasa yang dimiliki


(15)

peniliti sangat terbatas, lebih-lebih jika materi yang ditelitinya sangat luas cakupannya. Dengan alat-alat itu bisa menyajikan data, yang bisa dipelajari berkali-kali karena bisa dilihat/didengar, dihayati, dicermati, dianalisis, dan dirasakan berkali-kali sehingga data yang dibutuhkan bisa terdeskripsikan lewat tulisan secara baik dan benar.

Keempat teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan saling melengkapi dalam memperoleh data, yaitu kegiatan yang dilakukan dalam usaha pengumpulan data, meliputi langkah-langkah persiapan, mencatat, mengklasifikasikan, mengolah, menganalisis, menafsirkan data, dan mengambil kesimpulan serta membuat laporan hasil penelitian. Dengan perpaduan dari keempat instrumen pengumpul data diharapkan bisa mendapatkan data yang akurat.

Masih berkaitan dengan teknik pengolahan data dalam penelitian kualitatif / naturalistik, perlu adanya analisis data kualitatif yang mudah ditafsirkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa:

Analisis data kualitatif adalah proses menyusun data, berarti menggolongkannya dalam pola, tema, atau ketegori agar dapat ditafsirkan. Tanpa kategorisasi atau klasifikasi data akan terjadi chaos. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep. Interpretasi menggambarkan perspektif atau pandangan peneliti, bukan kebenaran. Kebenaran hasil penelitian masih harus dinilai orang lain dan diuji dalam berbagai situasi lain (S. Nasution, 1996:126).

Dengan demikian proses analisis data kualitatif / naturalistik memerlukan daya kreatif dan kemampuan intelektual yang tinggi dari peneliti untuk mengolah data tersebut, sehingga diketahui maknanya.


(16)

Analisis SWOT menjadi suatu alat kekuatan untuk mencari dan menemukenali potensi dalam implementasi kebijakan pengembangan pendidikan sebagai kekuatan yang dimiliki. Hasil analisis ini dapat dijadikan sebagai landasan strategi untuk mencapai keberlangsungan pembangunan terutama dalam pendidikan di Kabupaten Indramayu dengan menggambarkan pengaruh, tindakan yang diperlukan, untuk mencapai keluaran yang diinginkan (Moughtin, 1990 : 23). Tujuan akhir dari analisa ini adalah untuk memilih strategi yang efektif untuk memaksimalkan kekuatan/potensi dan memanfaatkan peluang serta pada saat yang sama meminimalkan pengaruh kelemahan dan ancaman yang dihadapi.

Analisis SWOT tidak mungkin dicapai tanpa adanya pengetahuan mengenai sejarah wilayah studi dan pengetahuan faktor baik eksternal maupun internal yang ada di Kabupaten Indramayu (Moughtin, 1999 : 87). Analisis SWOT di sini akan mengidentifikasikan faktor internal wilayah sebagai kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal sebagai peluang dan ancaman, matriks SWOT sebagai rangkuman dari faktor eksternal dan internal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan.

Matriks SWOT sebagai rangkuman dari faktor internal dan eksternal yang dipengaruhi dari peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dimana analisis ini memungkinkan untuk diformulasikan dan dirumuskan suatu strategi yang sesuai dengan visi dan misi dari kebijakan pengembangan pendidikan yang ditetapkan di Kabupaten Indramayu. Hal ini dapat diuraikan dalam bentuk matriks (Syder dan Catanese, 1989) sebagai berikut :


(17)

Tabel 3.3

Kerangka Analisis SWOT

Strength (Kekuatan) Weakness (Kelemahan)

Kekuatan adalah sumber daya, potensi wilayah, kondisi alam, karakteristik wilayah dan letak geografis. Kekuatan merupakan kompetensi khusus yang memberikan kelebihan dalam mengimplementsikan kebijakan pengembangan pendidikan. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, sarana dan prasarana wilayah serta faktor-faktor lainnya

Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, daya dukung dan kapabilitas yang secara serius menghambat pengembangan pendidikan yang meliputi juga fasilitas sumber daya keuangan sarana dan prasarana, kemampuan sumber daya manusia dan budaya yang dapat menghambat pengimplementasian kebijakan pengembangan pendidikan

Opportunities (Peluang) Threat (Ancaman)

Peluang adalah situasi penting yang

menguntungkan dalam

mengimplementasikan kebijakan pengembangan pendidikan. Kecenderungan penting merupakan salah satu identifikasi perubahan pengembangan pendidikan, peraturan serta kebutuhan masyarakat dapat memberikan peluang bagi implementasi kebijakan pengembangan pendidikan

Ancaman adalah situasi penting yang tidak

menguntungkan dalam

mengimplementasikan kebijakan pengembangan pendidikan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi saat ini atau tidak diinginkan dalam mengimplementasikan kebijakan pengembangan pendidikan. Perubahan pengembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peraturan baru dapat menjadi ancaman bagi pengembangan pendidikan

Sumber : (Syder dan Catanese, 1989)

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk membantu perumusan strategi. Cara yang paling lazim adalah memanfaatkannya sebagai kerangka acuan logis yang dijadikan pedoman pembahasan sistematik tentang situasi dan kondisi pengembangan pendidikan serta alternatif-alternatif pokok yang mungkin dipertimbangkan dalam pengembangan pendidikan di Kabupaten Indramayu. Analisis SWOT yang sistematik dapat dilakukan untuk semua aspek situasi dalam pengembangan pendidikan. Sebagai hasil analisis ini memberikan kerangka yang dinamik serta bermanfaat untuk analisis strategik.


(18)

Diketahui dalam situasi sosial pada hakekatnya bersifat unik dan tidak dapat direkonstruksi sepenuhnya seperti semula. Oleh karena itu, untuk menjamin kebenaran dan objektivitas hasil penelitian kualitatif / naturalistik ini dilakukan “Audit Trail”, yakni melakukan pemeriksaan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dilaporkan betul-betul terjadi sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan. Begitu pula dilakukan “Triangulasi” yakni untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari nara sumber lain. Upaya yang dilakukan dalam triangulasi ini adalah :

1. Membandingkan hasil pengumpulan data melalui Angket (Kuesioner) dan Wawancara (Interview) dengan hasil pengamatan; dan

2. Memperbanyak sumber data melalui Studi Dokumentasi dari setiap fokus penelitian.

Adapun yang dijadikan tempat penelitian penulis sesuai dengan masalah, tujuan, dan penelitian kualitatif/naturalistik ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu. Hal ini sangat menarik, mengingat Dinas Pendidikan merupakan Dinas yang menjadi Implementasi Kebijakan Pengembangan Pendidikan dalam kerangka Otonomi Daerah yang berbasis kewilayahan pada lima tahun terakhir (2003-2008) mengalami reformasi yang cukup signifikan, meskipun pada tataran hasil belajar siswa di sekolah bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan Kabupaten lain, pada umumnya masih rendah.

Itulah sebabnya penulis berusaha seoptimal mungkin melalui penelitian ini, mengkaji, menganalisis, menyimpulkan, dan menafsirkan agar temuan-temuan yang diperolehnya, memberikan motivasi/dorongan kepada para tenaga


(19)

kependidikan, khususnya Pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu, Kepala Cabang Dinas Pendidikan di Kecamatan dan Guru di Lingkungan Dinas pendidikan Kabupaten Indramayu untuk senantiasa meningkatkan kinerjanya, sehingga mutu pendidikan di Kabupaten Indramayu meningkat dan sekaligus Indeks Pembangunan Manusia (IPM) meningkat pula.

D. Instrumen Penelitian

Berdasarkan tradisi penelitian kualitatif (naturalistic) Nasution (2003 :55-56) mengungkapkan bahwa peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama. Kemudian keberhasilan suatu penelitian kaulitatif (naturalistic) sangat tergantung kepada ketelitian, kelengkapan catatan lapangan (field notes) yang disusun oleh seorang peneliti. Catatan lapangan tersebut biasanya disusun melalui teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dalam hal ini digunakan sekaligus ketiga teknik tersebut. Dimaksudkan bahwa peneliti lebih cermat dengan ciri-ciri : (1) manusia sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bermakna bagi peneliti; (2) manusia sebagai alat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; (3) setiap situasi merupakan suatu keseluruhan; (4) suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata-mata; (5) peneliti sebagai instrument dapat segera mungkin menganalisis data yang diperoleh; (6) hanya manusia sebagai instrumen yang dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada suatu saat dan segera


(20)

menggunakannya sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau penolakan; (7) manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian.

E. Pelaksanaan Penelitian dan Agenda Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian

Menurut Subino (1998 : 90) bahwa penelitian dapat dilaksanakan dalam tiga tahap, meliputi : (1) tahap orientasi (tahap prasurvei), (2) tahap eksplorasi (pelaksanaan penelitian di lapangan), dan (3) tahap member check (menilai validitas, reliabilitas dan objektivitas) guna mewujudkan laporan penelitian yang bermakna.

Pendekatan deskriptif analitis melalui metode kualitatif / naturalistik ini dalam pelaksanaan pengumpulan data, secara garis besar melalui tiga tahap, sebagaimana yang dikemukakan S. Nasution (1996 : 33-34), bahwa :

Dalam penelitian naturalistik fase-fase penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti seperti halnya dalam penelitian kuantitatif. Tahap-tahap dalam penelitian kualitatif tidak mempunyai batas-batas yang tegas oleh sebab disain serta fokus penelitian dapat mengalami perubahan, jadi bersifat emergent. Namun demikian dapat dibedakan dalam garis besarnya tiga fase, yaitu : (1) Tahap orientasi; (2) Tahap eksplorasi; dan (3) Tahap “member check”.

Sedangkan Maleong (1990 : 46) mengemukakan juga bahwa ada tiga tahapan dalam penelitian kualitatif, yaitu : (1) pra-lapangan, (2) kegiatan lapangan, dan (3) analisis intensif. Jadi berdasarkan kedua pendapat tersebut untuk melakukan penelitian secara kualitatif harus melakukan tahapan tersebut, jika ingin memperoleh hasil yang nantinya lebih bermakna.


(21)

2. Agenda Penelitian

Berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan, sesungguhnya merupakan tahap yang pleksibel karena harus mempertimbangkan berbagai situasi dan kondisi dari peneliti, waktu, responden, dan tidak kalah pentingnya juga dari pihak pemberi rekomendasi.

Walaupun demikian, mengingat masalah dan fokus penelitian yang sangat kompleks, maka perlu adanya jadual pelaksanaan penelitian sebagaimana tercantum dalam kegiatan penelitian di bawah ini :

Tabel 3.4. Kegiatan Penelitian

No. URAIAN WAKTU KETERANGAN

1. Mengadakan Survey Maret-April

2008 2. Membuat Proposal Penelitian April-Mei

2008 3. Ujian Proposal Penelitian dan

Perbaikannya

Meil 2008 4.

Mengadakan Bimbingan Disertasi Bab I, Bab II, dan Bab III

Mei 2008 5.

Mengadakan Penelitian Lapangan Juni 2008 6. Mengolah, Menganalisis, dan

Menafsirkan Hasil Penelitian

Juli 2008 7. Melanjutkan Bimbingan Bab IV

dan Bab V.

Agustus-Sept 2008 8. Menyusun Draft Laporan Hasil

Penelitian

Oktober-Desember

2008

9. Progress Disertasi April 2009

10. Ujian Tahap I (Tertutup) Juni 2009 11. Sidang Terbuka/Sidang Doktor Juli 2009


(22)

F. Analisis Data

Pendapat yang dikemukakan oleh Strauss (1987:32) bahwa data yang diperoleh bersifat kualitatif, maka teknik analisas data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Beberapa ahli menyatakan, bahwa analisis data kualitatif lebih sukar daripada analisis data kuantitatif. Namun secara umum proses pengolahan data atau analisis hasil penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan SWOT serta analisis dengan teknik komparasi teoritis, konseptual dan generalisasi tertentu. Kegiatan analisis yang dilakukan meliputi tiga tahap, sebagai berikut :

1. Tahap Reduksi

Bahwa proses analisis diarahkan untuk menelaah data (mendeskripsikan dan menginterpretasikan) data lapangan. Kegiatan operasional yang dilakukan antara lain :

a) Mengelompokan data sesuai dengan subtansi permasalahan yang diajukan sebelumnya;

b) Menemukan pokok-pokok subtansi penelitian yang prinsip dari setiap materi permasalahan;

c) Dalam konteks ini, pokok temuan tersebut berdasarkan kelompok masalah berkaitan dengan akuntabilitas terhadap manajemennya Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu yang efisien dan efektivitas organisasi.


(23)

2. Tahap Display

Uji kebenaran terhadap kesimpulan yang telah diambil dengan mewujudkan situasi agar pihak-pihak yang memiliki informasi lengkap, akurat bersedia dimintai keterangan lebih lanjut dan sangat diharapkan memberikan data faktual. Proses uji ulang meliputi berbagai kegiatan antara lain :

1) Menguji kesimpulan penelitian dengan membandingkan teori-teori dan studi terdahulu yang relevan;

2) Melakukan ceck ulang (member check) atas kesimpulan yang diambil dengan mempelajari data awal dan temuan penelitian;

3) Menyusun kesimpulan umum sebagai bagian akhir dari analisa proses profesionalisasi, akuntabilitas manajemen, dan efektivitas dari organisasi yang dilakukan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu secara efisien.

G. Validitas dan Objektivitas Data

Dimaksudkan dengan validitas yakni berbagai konsep dan interpretasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti mempunyai makna yang sama dengan yang dikemukakan serta dipahami oleh sumber data. Diantara peneliti dengan sumber data (partisipan) membuat semacam kesepakatan tentang deskripsi ataupun suatu komposisi dari berbagai macam peristiwa, terutama sekali yang berhubungan dengan arti dari berbagai peristiwa tersebut. Terdapat berbagai kombinasi strategi yang bisa digunakan peneliti kualitatif untuk memperkaya validitas data penelitiannya (McMillan dan Schumacher, 2001:408). Lebih lanjut dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:76) memberikan beberapa petunjuk yang tidak jauh


(24)

berbeda dengan apa yang dikemukakan yakni : (1) memperpanjang waktu dalam pengumpulan data di lapangan; (2) mengadakan pengamatan dengan tekun; (3) melakukan triangulasi; (4) melakukan diskusi dengan teman sejawat; (5) menganalisis kasus negative; (6) mengecek kecukupan referensi; dan (7) mengadakan pengecekan anggota.

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti menggunakan strategi tersebut di atas untuk menjamin bahwa validitas data yang diperoleh benar-benar valid, adapun strategi dimaksud dijelaskan sebagai berikut : a) Menggunakan waktu yang relative lama dalam pengumpulan data di lapangan, dimaksudkan supaya peneliti bisa melakukan pengamatan secara intens dan mendpatkan bukti-bukti yang menguatkan untuk menjamin kesesuain antara berbagai temuan dengan keadaan partisipan yang sebenarnya.

b) Melakukan triangulasi di dalam mengumpulkan dan menganalisi data, dimaksudkan untuk mengecek data partisipan guna menjamin akurasi semua data yang telah terkumpul;

c) Membuat suatu kesimpulan awal tentang diskriptor dengan melakukan perekaman secara utuh dan rinci berbagai deskripsi fenomena terhadap hal yang diteliti;

d) Melakukan review terhadap partisipan dengan menanyakan kepada semua partisipan tentang semua sintesa yang telah direview peneliti guna menjadi akurasi data;

e) Lebih aktif melakukan penelitian, perekaman, dan penganalisisan kasus-kasus negative atau data yang tidak sesuai dengan telaah konsep mengenai


(25)

pemberdayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu melalui manajemen strategik dalam penyelenggaraannya.

f) Mendiskusikan dengan taman dan promoter guna membantu penaliti di dalam mengidentifiksi, memahami, menganalisis, dan selanjutnya membuat suatu kesimpulan sehubungan dengan focus dari penelitian.

Selanjutnya dalam upaya menjamin objektivitasnya data penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti melakukan langkah yang dikemukakan sebagai berikut :

a) Melakukan diskusi baik dengan promoter maupun dengan teman guna memfasilitasi suatu logika analisis data dan interpretasi. Dalam hal menghimpun dan membuat suatu pola data, promoter dan teman dilibatkan terus menerus untuk mendiksusikan baik dalam analisis awal maupun pada strategi berikutnya. Hal tersebut merupakan upaya dalam pencarian pertanyaan untuk membantu peneliti memamahi sikap, nilai dan peran peneliti sendiri dalam penelitian yang dilakukan.

b) Terus-menerus berusaha melengkapi catatan dari lapangan dengan waktu, tanggal, tempat, orang, serta berbagai aktivitas guna mendapatkan akses informasi, yang selanjutnya melakukan penataaan terhadap data yang telah diperoleh serapih mungkin.

c) Melakukan penguatan terhadap semua bukti formal yang diperoleh terhadap temuan awal dengan cata melakukan konfirmasi terhadap aktivitas yang dilakukan mengenai data yang dikumpulkan.


(26)

d) Melakukan self critique guna menghindari opini, kecenderungan dan persepsi pribadi dalam memahamai serta memaknai data penelitian tersebut.

1. Kredibilitas

Kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan dalam melakukan penelitian, melakukan triangulasi, mendiskusikan dengan teman sejawat tentang data yang diperoleh, menganalisis kasus negatif, dan melakukan member check.

2. Tranferability

Supaya hasil penelitian kualitatif dapat dipahami oleh orang lain dan dapat diterapkan, maka peneliti dalam mambuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Depenability

Dalam penelitian kualitatif, uju dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bias memberikan data. Peneliti seperti ini perlu dilakukan depenabilitynya, kalau proses penelitian tersebut tidak dilakukan tapi datanya ada, maka penelitian tersbut tidak reliable.


(27)

Jika peneliti tidak mempunyai data dan tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka depenabilitas penelitinya patut diragukan (Sanafiah, 1990:84).

4. Konfirmability

Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai terjadi proses tidak ada, tapi hasilnya ada.


(1)

F. Analisis Data

Pendapat yang dikemukakan oleh Strauss (1987:32) bahwa data yang diperoleh bersifat kualitatif, maka teknik analisas data yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Beberapa ahli menyatakan, bahwa analisis data kualitatif lebih sukar daripada analisis data kuantitatif. Namun secara umum proses pengolahan data atau analisis hasil penelitian lapangan dilakukan dengan menggunakan pendekatan SWOT serta analisis dengan teknik komparasi teoritis, konseptual dan generalisasi tertentu. Kegiatan analisis yang dilakukan meliputi tiga tahap, sebagai berikut :

1. Tahap Reduksi

Bahwa proses analisis diarahkan untuk menelaah data (mendeskripsikan dan menginterpretasikan) data lapangan. Kegiatan operasional yang dilakukan antara lain :

a) Mengelompokan data sesuai dengan subtansi permasalahan yang diajukan sebelumnya;

b) Menemukan pokok-pokok subtansi penelitian yang prinsip dari setiap materi permasalahan;

c) Dalam konteks ini, pokok temuan tersebut berdasarkan kelompok masalah berkaitan dengan akuntabilitas terhadap manajemennya Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu yang efisien dan efektivitas organisasi.


(2)

2. Tahap Display

Uji kebenaran terhadap kesimpulan yang telah diambil dengan mewujudkan situasi agar pihak-pihak yang memiliki informasi lengkap, akurat bersedia dimintai keterangan lebih lanjut dan sangat diharapkan memberikan data faktual. Proses uji ulang meliputi berbagai kegiatan antara lain :

1) Menguji kesimpulan penelitian dengan membandingkan teori-teori dan studi terdahulu yang relevan;

2) Melakukan ceck ulang (member check) atas kesimpulan yang diambil dengan mempelajari data awal dan temuan penelitian;

3) Menyusun kesimpulan umum sebagai bagian akhir dari analisa proses profesionalisasi, akuntabilitas manajemen, dan efektivitas dari organisasi yang dilakukan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu secara efisien.

G. Validitas dan Objektivitas Data

Dimaksudkan dengan validitas yakni berbagai konsep dan interpretasi yang telah dipersiapkan oleh peneliti mempunyai makna yang sama dengan yang dikemukakan serta dipahami oleh sumber data. Diantara peneliti dengan sumber data (partisipan) membuat semacam kesepakatan tentang deskripsi ataupun suatu komposisi dari berbagai macam peristiwa, terutama sekali yang berhubungan dengan arti dari berbagai peristiwa tersebut. Terdapat berbagai kombinasi strategi yang bisa digunakan peneliti kualitatif untuk memperkaya validitas data penelitiannya (McMillan dan Schumacher, 2001:408). Lebih lanjut dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985:76) memberikan beberapa petunjuk yang tidak jauh


(3)

berbeda dengan apa yang dikemukakan yakni : (1) memperpanjang waktu dalam pengumpulan data di lapangan; (2) mengadakan pengamatan dengan tekun; (3) melakukan triangulasi; (4) melakukan diskusi dengan teman sejawat; (5) menganalisis kasus negative; (6) mengecek kecukupan referensi; dan (7) mengadakan pengecekan anggota.

Sehubungan dengan penelitian yang dilakukan, maka peneliti menggunakan strategi tersebut di atas untuk menjamin bahwa validitas data yang diperoleh benar-benar valid, adapun strategi dimaksud dijelaskan sebagai berikut : a) Menggunakan waktu yang relative lama dalam pengumpulan data di lapangan, dimaksudkan supaya peneliti bisa melakukan pengamatan secara intens dan mendpatkan bukti-bukti yang menguatkan untuk menjamin kesesuain antara berbagai temuan dengan keadaan partisipan yang sebenarnya.

b) Melakukan triangulasi di dalam mengumpulkan dan menganalisi data, dimaksudkan untuk mengecek data partisipan guna menjamin akurasi semua data yang telah terkumpul;

c) Membuat suatu kesimpulan awal tentang diskriptor dengan melakukan perekaman secara utuh dan rinci berbagai deskripsi fenomena terhadap hal yang diteliti;

d) Melakukan review terhadap partisipan dengan menanyakan kepada semua partisipan tentang semua sintesa yang telah direview peneliti guna menjadi akurasi data;

e) Lebih aktif melakukan penelitian, perekaman, dan penganalisisan kasus-kasus negative atau data yang tidak sesuai dengan telaah konsep mengenai


(4)

pemberdayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu melalui manajemen strategik dalam penyelenggaraannya.

f) Mendiskusikan dengan taman dan promoter guna membantu penaliti di dalam mengidentifiksi, memahami, menganalisis, dan selanjutnya membuat suatu kesimpulan sehubungan dengan focus dari penelitian.

Selanjutnya dalam upaya menjamin objektivitasnya data penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti melakukan langkah yang dikemukakan sebagai berikut :

a) Melakukan diskusi baik dengan promoter maupun dengan teman guna memfasilitasi suatu logika analisis data dan interpretasi. Dalam hal menghimpun dan membuat suatu pola data, promoter dan teman dilibatkan terus menerus untuk mendiksusikan baik dalam analisis awal maupun pada strategi berikutnya. Hal tersebut merupakan upaya dalam pencarian pertanyaan untuk membantu peneliti memamahi sikap, nilai dan peran peneliti sendiri dalam penelitian yang dilakukan.

b) Terus-menerus berusaha melengkapi catatan dari lapangan dengan waktu, tanggal, tempat, orang, serta berbagai aktivitas guna mendapatkan akses informasi, yang selanjutnya melakukan penataaan terhadap data yang telah diperoleh serapih mungkin.

c) Melakukan penguatan terhadap semua bukti formal yang diperoleh terhadap temuan awal dengan cata melakukan konfirmasi terhadap aktivitas yang dilakukan mengenai data yang dikumpulkan.


(5)

d) Melakukan self critique guna menghindari opini, kecenderungan dan persepsi pribadi dalam memahamai serta memaknai data penelitian tersebut.

1. Kredibilitas

Kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan memperpanjang pengamatan, meningkatkan ketekunan dalam melakukan penelitian, melakukan triangulasi, mendiskusikan dengan teman sejawat tentang data yang diperoleh, menganalisis kasus negatif, dan melakukan member check.

2. Tranferability

Supaya hasil penelitian kualitatif dapat dipahami oleh orang lain dan dapat diterapkan, maka peneliti dalam mambuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Depenability

Dalam penelitian kualitatif, uju dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bias memberikan data. Peneliti seperti ini perlu dilakukan depenabilitynya, kalau proses penelitian tersebut tidak dilakukan tapi datanya ada, maka penelitian tersbut tidak reliable.


(6)

Jika peneliti tidak mempunyai data dan tidak dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka depenabilitas penelitinya patut diragukan (Sanafiah, 1990:84).

4. Konfirmability

Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai terjadi proses tidak ada, tapi hasilnya ada.