T PK 1101198 Chapter1

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini, kompetisi pendidikan berlangsung sangat cepat,
hampir tidak ada batas. Sekolah dituntut untuk dapat berpacu
mengimbangi kompetisi tersebut agar tidak ketinggalan dengan sekolahsekolah lain. Hal ini akan berdampak pada program-program yang
dilakukan di sekolah, terutama dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Pemerintah telah menetapkan suatu pembelajaran pendidikan yang
bersifat reguler yaitu penyelenggaraan pendidikan yang bersifat massal
yakni berorientasi pada kuantitas/ jumlah untuk dapat melayani sebanyakbanyaknya peserta didik usia sekolah. Namun, pada kenyataannya
pembelajaran reguler ini tidak dapat memenuhi semua kebutuhan peserta
didik dan mempunyai kelemahan yakni tidak terakomodasinya kebutuhan

individual peserta didik. Peserta didik yang relatif lebih cepat nalarnya
daripada peserta didik yang lainnya, tidak terlayani secara baik, sehingga
potensi yang dimilikinya tidak dapat berkembang secara optimal.
Berdasarkan data di lapangan, peserta didik yang berkemampuan
jauh di atas rata-rata ini, biasanya sering terkesan santai dan tampak
kurang memperhatikan pelajaran. Hal yang lebih buruk lagi, peserta didik
tersebut cenderung mengganggu temannya sehingga kegiatan belajar
mengajar dalam kelas menjadi kurang lancar. Oleh karena itu, untuk
Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

melayani peserta didik tersebut, diperlukan pembelajaran khusus yang
lebih cepat atau lebih luas dari pembelajaran reguler.
Upaya pemerintah untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa telah
dilakukan sejak tahun 1974 dalam bentuk kebijakan atau program.

Berdasarkan hasil penelitian dalam CGIS-Net Assessment System
(2008) disebutkan bahwa
Terdapat 2,2% anak usia sekolah yang memiliki kualifikasi CI+BI (
Cerdas Istimewa dan/ atau Berbakat Istimewa). Dalam data BPS
Tahun 2006 disebutkan terdapat 52.989.800 anak usia sekolah.
Artinya, terdapat sekitar 1.059.796 anak usia sekolah yang
memiliki kualifikasi CI+BI. Berdasarkan data Asosiasi CI+BI
Nasional, baru sekitar 9551 anak CI+BI yang dapat mengikuti
program akselerasi. Ditinjau dari segi kelembagaan, dari 260.471
sekolah, baru 311 sekolah yang memiliki program layanan bagi
anak CI+BI, sedangkan di madrasah, dari 42.756 madrasah, baru 7
madrasah yang menyelenggarakan program akselerasi. Ini berarti
masih sedikit sekolah/madrasah yang memberikan layanan
pendidikan kepada peserta didik CI+BI.
Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa secara keseluruhan,
masih sedikit sekolah yang memberikan pelayanan pada peserta didik yang
memiliki potensi dan bakat istimewa. Oleh karena itu, pemerintah
mengeluarkan kebijakan tentang pembelajaran akselerasi.
Berdasarkan data di lapangan, kurikulum SMAN 1 Padang
merupakan kumpulan suatu produk yang dikembangkan di dalam

lingkungan sekolah yang berorientasi pada Visi dan Misi sekolah serta
tindak lanjut dari Permen 22 tahun 2006 (standar isi), Permen 23 tahun
2006, (Standar Kompentensi Kelulusan), Permen 24 tahun 2006
(pelaksanaan permen 22 dan 23 tahun 2006) dan Permen 41 tahun 2007
(oleh Dinas Pendidikan Kota Padang dan Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olah Raga Propinsi Sumatera Barat pada awal tahun ajaran 2006/2007

Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

serta

berpedoman kepada panduan yang disusun oleh Badan Standar

Nasional Pendidikan ( BSNP ).
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki pedoman atau

acuan yang ditetapkan pemerintah dalam menyampaikan suatu materi
pelajaran. Untuk itu, guru harus berpedoman pada kurikulum.
Kurikulum yang digunakan pada pembelajaran akselerasi dan
pembelajaran

reguler

pada

umumnya

sama.

Akan

tetapi,

pada

implementasi kurikulum, memiliki perbedaan. Implementasi kurikulum

salah satunya dapat dilihat pada proses belajar mengajar. Proses belajar
mengajar pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler harus
memperhatikan perbedaan karakteristik peserta didik. Perbedaan proses
pembelajaran ini juga berpengaruh pada model pembelajaran yang
diterapkan.
Pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler dalam penelitian
ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Atas unggulan SMAN 1 Padang.
Pembelajaran akselerasi di SMAN 1 Padang memiliki tiga kelas
yaitu kelas sepuluh (X), sebelas (XI) dan kelas XII (dua belas).
Pembelajaran akselerasi dalam penelitian ini terdiri dari kelas XI saja,
karena kelas X telah menyelesaikan studinya dan sudah naik ke kelas XI.
Sementara kelas XII pada saat dilakukan penelitian, telah melaksanakan
UN, sehingga hanya tinggal kelas XI saja.
Pembelajaran akselerasi ini terdiri dari 30 orang peserta didik.
Peserta didik akselerasi merupakan peserta didik pilihan yang telah lulus
seleksi. Seleksi untuk masuk ke kelas akselerasi ini meliputi seleksi
administrasi

dan


seleksi

akademis

(Achievement

Test).

Sistem

pembelajaran pada kelas akselerasi di SMAN 1 Padang ini hanya terfokus
pada jurusan IPA, sedangkan jurusan IPS tidak ada. Berbeda dengan
reguler, sistem belajar di kelas akselerasi ini berlangsung dua tahun, satu
semester mereka tempuh selama empat bulan.
Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4


Pembelajaran reguler merupakan suatu program sekolah, pada
pembelajaran ini, peserta didik menamatkan pendidikannya selama tiga
tahun. Pembelajaran reguler dulunya merupakan pembelajaran RSBI.
Pembelajaran ini juga memiliki tes tersendiri, sama seperti akselerasi dan
memiliki tiga kelas, dua kelas untuk jurusan IPA, dan satu kelas untuk
jurusan IPS. Pembelajaran reguler ini memiliki 22 orang peserta didik per
kelasnya.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan di sekolah, teridentifikasi beberapa
masalah terkait dengan implementasi kurikulum pada pembelajaran
akselerasi dan pembelajaran reguler di SMA, yaitu:
1. Dalam pelaksanaannya, guru yang mengajar di kelas akselerasi sama
dengan guru yang mengajar di kelas reguler
2. Kurangnya modifikasi model pembelajaran yang diterapkan dalam
proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah yang telah dipaparkan,

maka dalam penelitian ini terdapat pembatasan masalah mengenai
implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler di SMAN 1 Padang dalam hal kebijakan kurikulum, prosedur
pengembangan

desain

kurikulum,

penetapan

tujuan

kurikulum,

pengembangan bahan ajar, implementasi kurikulum, dan hasil belajar.

D. Rumusan Masalah Umum
Berdasarkan pada identifikasi masalah, maka di rumuskan masalah
umum pada penelitian ini yaitu apakah terdapat perbedaan implementasi

kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di
Sekolah Menengah Atas ?
Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

E. Rumusan Masalah Khusus
Adapun rumusan masalah khusus sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kebijakan kurikulum pada pembelajaran
akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah Menengah Atas?
2. Apakah terdapat perbedaan prosedur pengembangan desain kurikulum
pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas?
3. Apakah terdapat perbedaan penetapan tujuan kurikulum pada
pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas?
4. Apakah


terdapat

perbedaan

pengembangan

bahan

ajar

pada

pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas?
5. Apakah

terdapat

perbedaan


implementasi

kurikulum

pada

pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas?
6. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik pada
pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas?

F. Tujuan Penelitian Umum
Merujuk pada rumusan masalah umum, penelitian ini bertujuan
untuk

mendeskripsikan

apakah

terdapat

perbedaan

implementasi

kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di
Sekolah Menengah Atas.

G. Tujuan Penelitian Khusus
Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut:

Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

1. untuk

mendeskripsikan

apakah

terdapat

perbedaan

kebijakan

kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di
Sekolah Menengah Atas;
2. untuk

mendeskripsikan

apakah

terdapat

perbedaan

prosedur

pengembangan desain kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan
pembelajaran reguler di Sekolah Menengah Atas;
3. untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan penetapan tujuan
pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas;
4. untuk mendeskripsikan apakah terdapat pengembangan bahan ajar
pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di Sekolah
Menengah Atas;
5. untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan implementasi
kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di
Sekolah Menengah Atas ;
6. untuk mendeskripsikan apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta
didik pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler di
Sekolah Menengah Atas.

H. Manfaat Penelitian
Berpijak pada latar belakang masalah di atas, diharapkan hasil
penelitian ini dapat bermanfaat bagi kalangan pendidikan, pengembang
kurikulum, dan peneliti selanjutnya. Adapun manfaat yang dapat diperoleh
dari penelitian ini diantaranya sebagai berikut:
1. kepala sekolah
Melalui

penelitian

mendeskripsikan

ini,

diharapkan

perbedaan

kepala

implementasi

sekolah

dapat

kurikulum

pada

pembelajaran akselerasi dan pembelajaran reguler sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
2. pengembang kurikulum
Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Adanya penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk mendesain
kurikulum yang sesuai dengan program yang digulirkan pemerintah
sehingga terlihat gambaran dari pembelajaran akselerasi dan
pembelajaran reguler .
3. peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi dan rujukan
mengenai implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan
pembelajaran reguler sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam
pendidikan.

Yessi Rifmasari, 2014
Studi komparasi implementasi kurikulum pada pembelajaran akselerasi dan pembelajaran
reguler
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu