KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR
KATA POLIMORFEMIK
YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Dwi Supatmi
024114025
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk Bapakku tercinta Beni Atmoko Ibuku tercinta Painem
Kedua kakakku Mas Bowo & Mbak Trie Dia yang memberiku semangat Andi Kristiawan
Mas Eko & Mbak Yantie yang selalu meluangkan waktu untukku
Yang selalu membuatku kacau Dyan imoetDan untuk orang-orang yang mengasihiku.
MOTTO
Kita lebih banyak mendapat kebijaksanaan daripada kegagalan yang sebanding
dengan kesuksesan. Kita sering mengetahui apa yang akan kita buat, dengan
menentukan apa yang tidak akan kita buat. Orang yang tidak pernah membuatkesalahan, mereka tidak pernah membuat penemuan.
Samuel Smiles
ABSTRAK
Supatmi, Dwi. 2007. “Kata Polimorfemik Yang Berasal Dari Morfem Ajar”.Skripsi Strata I (S-I). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.Dalam skripsi ini dibahas kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.
Pembahasan ini meliputi: bentuk, tahap pembentukan, kategori kata, dan makna.
Keempat permasalahan tersebut dipecahkan secara terpadu dalam skripsi ini.
Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan proses pembentukan kata polimorfemik
yang berasal dari morfem ajar.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Penelitian ini
dilakukan melalui tiga tahapan strategis, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii)
tahap analisis data, (iii) tahap penyajian analisis data. Dalam pengumpulan data
digunakan metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa pada sumber data.
Penggunaan bahasa yang disimak adalah kalimat yang mengandung kata
polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Metode ini diterapkan dengan
teknik simak bebas libat cakap atau teknik SBLC, yakni tidak berpartisipasi dan
hanya menyimak penggunaan bahasa saja.Metode yang digunakan dalam analisis data adalah metode agih, yaitu
metode penelitian yang menggunakan bahasa itu sendiri sebagai alat penentunya.
Teknik yang digunakan adalah teknik bagi unsur langsung, caranya dengan
membagi kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Setelah data
dianalisis dengan teknik bagi unsur langsung dilanjutkan dengan teknik perluas,
adalah teknik yang dilaksanakan dengan memperluas satuan lingual yang
bersangkutan kekanan atau kekiri dan perluasan itu menggunakan unsur-unsur
tertentu, dan teknik parafrase, dengan cara memparafrase unsur satuan lingual
yang bersangkutan.Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan metode formal.
Penyajian dengan metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan
menggunakan kata-kata biasa. Penyajian dengan metode formal adalah perumusan
hasil analisis data dengan tanda dan lambang. Tanda yang dimaksud diantaranya:
tanda bintang (*) dan bagan. Selain itu, dalam penelitian ini digunakan juga
diagram pohon untuk menyajikan unsur langsung kata polimorfemik yang berasal
dari morfem ajar.Penelitian ini menghasilkan temuan-temuan sebagai berikut. Pertama,
ditemukan tiga puluh delapan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar,
yaitu mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan,
mengajari, diajari, pelajari, mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan,
ajaran, pengajar, pengajaran, pelajar, pelajaran, berpelajaran, terpelajar,
membelajarkan, pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, keterajaran,
tahap pembentukan, (2) dua tahap pembentukan, dan (3) tiga tahap pembentukan.
Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang mengalami satu tahap
pembentukan adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, ajaran, pengajar,
pengajaran, pelajar, pelajaran, terajar, bahan ajar, buku ajar, mata ajar, dan
kurang ajar . Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang mengalami
dua tahap pembentukan adalah mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari,
pelajari, terajari, terajarkan, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran,
berpelajaran, terpelajar, pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, dan
mata pelajaran . Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang
mengalami tiga tahap pembentukan adalah mempelajari, dipelajari, dan
membelajarkan.Ketiga, pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar
terdiri dari tiga macam kategori kata, yaitu (1) kategori verba, (2) kategori
nomina, dan (3) kategori adjektiva. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem
ajar yang termasuk kategori verba adalah mengajar, diajar, belajar, ajarkan,
ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari, pelajari, mempelajari,
dipelajari, terajar, terajari, terajarkan, pengajaran, pelajaran, membelajarkan,
pembelajaran, dan pemelajaran. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem
ajar yang termasuk kategori nomina adalah ajaran, pengajar, pelajar,
berpelajaran, pembelajar, pemelajar, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran,
keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku pelajaran, mata ajar,
dan bintang pelajar. Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar yang
termasuk kategori adjektiva adalah terpelajar dan kurang ajar.Keempat, dari analisis data ditemukan adanya beberapa kata polimorfemik
yang berasal dari morfem ajar yang memiliki hubungan makna. Nomina pengajar
‟orang yang mengajar‟ dan pengajaran „proses mengajar‟ memiliki hubungan
makna dengan verba mengajar. Nomina pelajar„orang yang belajar‟ dan pelajaran „perihal belajar‟ memiliki hubungan makna dengan verba belajar.
Nomina bahan ajar „bahan yang diajarkan‟ memiliki hubungan makna dengan verba diajarkan. Nomina pembelajar „orang yang membelajarkan‟ dan pembelajaran
„proses membelajarkan‟ memiliki hubungan makna dengan verba membelajarkan. Nomina pemelajar
„orang yang mempelajari‟ dan pemelajaran
„proses mempelajari‟ memiliki hubungan makna dengan verba mempelajari. Dari
contoh-contoh tersebut tampak bahwa makna nomina polimorfemik yang berasal
dari morfem ajar berkaitan erat dengan verba polimorfemik yang berasal dari
morfem ajar. Keterkaitan makna antar kata-kata polimorfemik itu disebut
hubungan paradigmatis.
ABSTRACT
Supatmi, Dwi, 2007. “Polymorphemic Words Derived from the Morpheme
Ajar”. An Udergraduate Thesis. Indonesian Letters Study Programme,
Department of Indonesian Lettera,Faculty of Letters, Sanata Dharma
University.This study discusses polymorphemic words derived from the morpheme
ajar . The discussion includes the form phase, formation, words category, and
meaning. In this study four issues are solved. The objective is to describe the
formation process of polymorphemic words derived from the morpheme ajar.This study is a descriptive, i.e. a type of research that describes the object
of the study based on the fact. The research was conducted through three strategic
steps. Those are collecting data, analyzing data, and presenting data analysis.
Collecting the data, a complete attention method is used, that is examining the
language usage in the data sources. In the language uses is some sentences contain
the polymorphemic words derived from the morpheme ajar. Are closely the
method applied using SBLC (or simak bebas libat cakap) technique.The method applied in analyzing data was distribution (agih) method, i.e. a
research method which uses the language it self as the determiner. The apllied
technique was direct element division technique (teknik bagi unsur langsung) by
categorizing the polymorphemic words derived from the morpheme ajar. After
being analyzed using the previous technique, the data were analyzed using
extending technique (teknik perluas) by extending the language unit- – preceeding
on following the existing language using particular elements, and paraphrase
technique (teknik parafrase) usies was done by paraphrasing the related lingual
element unit.
The results of the data analysis are presented with both informal and
formal methods. The informal method of presentation is the data analysis result
in ordinary words, while the formal method of presentation is formulation of the
data analysis result using signs and symbols. The signs include the star (*) and
chart. In addition, this research also uses three diagrams for the presentation of
direct elements of the polymorphyemic words derived from the morpheme ajar.
The research finds the following findings. First, thirty eight polymorphemic words
derived from the morpheme ajar are found, those are mengajar, diajar, belajar,
ajarkan , ajari, mengajarkan, diajarkan, mengajari diajari, pelajari, mempelajari,
dipelajari,terajar,terajari,terajarkan,ajaran,pengajar,pengajaran,pelajar,pelajar
an, berpelajaran, terpelajar, membelajarkan, pembelajar, pembelajaran,
pemelajar, pemelajaran, keterajaran, kepelajaran, kepengajaran, keterpelajaran,
bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku pelajaran, mata ajar, bintang
pelajar, and kurang ajar.
pengajar,pengajaran,pelajar,pelajaran, berpelajaran, terpelajar, membelajarkan,
pembelajar, pembelajaran, pemelajar, pemelajaran, keterajaran, kepelajaran,
kepengajaran, keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku ajar, buku
pelajaran, mata ajar, bintang pelajar, and kurang ajar.Second, the polymorphemic step formation of words derived from the
morpheme ajar can be categorized into three phases, which were (1) one
formation step, (2) two formation step, and (3) three formation step. The
polymorphemic words derived from the morpheme ajar that has one formation
step are mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajarkan, ajari, ajaran, pengajar,
pengajaran, pelajar, pelajaran, terajar, bahan ajar, buku ajar, mata ajar, and
kurang ajar . The polymorphemic words derived from the morpheme ajar that has
two formation steps are mengajarkan, diajarkan, mengajari, diajari, pelajari,
terajari, terajarkan, keterajaran, kepengajaran, berpelajaran, terpelajar,
pembelajaran, pemelajaran, pembelajar, pemelajar, mata pelajaran, buku
pelajaran, and bintang pelajar. The polymorphemic words derived from the
morpheme ajar that has three formation steps are mempelajari, dipelajari,
membelajarkan, and keterpelajaran..Third, the polymorphemic words derived from the morpheme ajar consist
of three word categories, which are (1) verb, (2) noun, and (3) adjective. The
polymorphemic word originated from the morpheme ajar, which belongs to verb
category are mengajar, diajar, belajar, ajarkan, ajari, mengajarkan, diajarkan,
mengajari, diajari, pelajari, mempelajari, dipelajari, terajar, terajari, terajarkan,
pengajaran, pelajaran, membelajarkan, pembelajaran , and pemelajaran. The
polymorphemic words derived from the morpheme ajar that belongs to noun are
ajaran, pengajar, pelajar, berpelajaran, pembelajar, pemelajar, keterajaran,
kepelajaran, kepengajaran, keterpelajaran, bahan ajar, mata pelajaran, buku
ajar, buku pelajaran, mata ajar, and bintang pelajar. The polymorphemic words
derived from the morpheme ajar that belongs to adjective are terpelajar, and
kurang ajar .Fourth, from the data analysis, it was found that there are some
polymorphemic words derived from the morpheme ajar that has correlation in
meaning. The noun pengajar, „a person who teachs‟, and pengajaran, „teachingprocesses, have correlation in meaning with the verb mengajar. The noun pelajar,
„a person who studies‟, and pelajaran, „a teaching‟, have correlation in meaning
with the verb belajar. The noun bahan ajar, „the subject to be taught‟, has correlation in with diajarkan. The noun pembelajar , „a person who teach‟, and pembelajaran, „learning processes‟ has correlation in meaning with the verb membelajarkan . The noun pembelajar
, „the person who learn”, and pemelajaran,
„learning process‟, have correlation in meaning with the verb mempelajari. From
these examples, it were appeares that the noun meaning of the polymorphemic
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan
daftar pustaka. Sebagaimana layaknya karangan ilmiah.Yogyakarta, 3 April 2007 Penulis
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa ataslimpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi
ini:
1. Dr. Praptomo Baryadi I., M.Hum., selaku dosen pembimbing I, atas bimbingan,
masukan, kesabaran, serta semangat yang selama ini telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
2. Drs. Hery Antono, M.Hum., selaku dosen pembimbing II, atas bimbingan dan
masukan yang telah diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
3. Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Drs. Yoseph Yapi
Taum, M.Hum., Drs. FX. Santosa, M.S, S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dra. F.Tjandrasih Adji, M.Hum., Drs. Arwan Tuti Artha, atas perkuliahan yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh kuliah di Universitas Sanata Dharma,
4. Staf Sekretariat Sastra Universitas Sanata Dharma, atas pelayanannya,
5. Staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
peminjaman buku yang diperlukan penulis serta fasilitas komputer yang telah
7. Kedua kakakku Sugiarto Wibowo, S.E. dan Sustri Mulyani, S.Si. atas
semangatnya,8. Andi Kristiawan, S.S & keluarga, atas semangat dan dukungannya selama ini.
Yogyakarta, 3 April 2007 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv MOTTO ..................................................................................................... v ABSTRAK .................................................................................................. vi ABSTRACT ............................................................................................... viii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... x KATA PENGANTAR ................................................................................ xiDAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 .. Latar Belakang...................................................................... 1
1.2 .. Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 .. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4 .. Manfaat Penelitian ................................................................ 3
1.5 .. Tinjauan Pustaka................................................................... 3
1.6 .. Landasan Teori ..................................................................... 5
1.6.1 Pengertian Proses Morfologis ................................... 6
1.6.4 Pengetian Makna dalam Pembentukan Kata .............. 10
BAB II. PROSES PEMBENTUKAN KATA POLIMORFEMIK YANG BERASAL DARI MORFEM AJAR ............................................ 17
2.1.5 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajari ............ 22
2.1.4 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajarkan ........ 21
2.1.3 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Belajar......... 20
2.1.2 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajar .......... 19
2.1.1 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mengajar ..... 17
2.1 Pengantar ................................................................................ 17
1.8 Sistematika Penyajian ........................................................... 16
1.6.5 Pengertian Proses Morfofonemik............................... 11
1.7.2.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ........ 16
1.7.2.2 Metode dan Teknik Analisis Data ............... 13
1.7.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ....... 12
1.7.2 Prosedur Penelitian .................................................... 12
1.7.1 Jenis Penelitian .......................................................... 12
1.7 Metodologi Penelitian ........................................................... 12
1.6.6 Pengertian Hubungan Paradigmatis ........................... 11
2.1.6 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mengajarkan ............................................................... 22
2.1.8 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik ................................................................... 25 Mengajari
2.1.9 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Diajari ......... 27
2.1.10 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajari ....... 28
2.1.11 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mempelajari ................................................................ 29
2.1.12 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Dipelajari .... 31
2.1.13 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajar ........ 32
2.1.14 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajari ........ 33
2.1.15 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terajarkan ... 34
2.1.16 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajaran ......... 35
2.1.17 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pengajar ...... 36
2.1.18 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pengajaran . 37
2.1.19 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajar......... 38
2.1.20 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pelajaran ..... 39
2.1.21 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Berpelajaran ............................................................... 40
2.1.22 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Terpelajar .... 42
2.1.23 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Membelajarkan ........................................................... 43
2.1.24 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik
2.1.25 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik .............................................................. 46 Pembelajaran
2.1.26 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pemelajar .................................................................... 47
2.1.27 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Pemelajaran ................................................................ 48
2.1.28 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Keterajaran .. 49
2.1.29 Proses Pembentukn Kata Polimorfemik Kepelajaran.... 51
2.1.30 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Kepengajaran .............................................................. 52
2.1.31 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Katerpelajaran ............................................................ 53
2.1.32 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Bahan Ajar .................................................................. 54
2.1.33 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mata Pelajaran ........................................................... 56
2.1.34 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Buku Ajar ..... 58
2.1.35 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Buku Pelajaran ........................................................... 59
2.1.36 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Mata Ajar ..... 61
2.1.37 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik
2.1.38 Proses Pembentukan Kata Polimorfemik Ajar ................................................................ 64 Kurang
BAB III PENUTUP .................................................................................... 66
3.1 Kesimpulan ............................................................................ 66
3.2 Saran ...................................................................................... 68 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 69 LAMPIRAN ............................................................................................... 70
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam skripsi ini dibahas kata polimorfemik yang berasal dari morfem
ajar . Kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar dijadikan objek penelitian
ini karena keproduktifannya. Hal ini tampak pada berbagai kamus. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta (1976:22-23) terdaftar dua
belas macam turunan dari morfem ajar, yaitu belajar, mengajar, mengajari,
mengajarkan, ajaran, pengajar, pengajaran, pelajar, mempelajari, terpelajar,
pelajaran, dan berpelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang
diterbitkan oleh Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990:13) terdaftar dua belas macam turunan dari morfem ajar, yaitu belajar, mengajar, mengajari,
mengajarkan, mempelajari, terpelajar, ajaran, pelajar, pelajaran, berpelajaran,
pengajar, dan pengajaran. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan
Badudu (1994:19-20) terdaftar tiga belas macam turunan dari morfem ajar, yaitu
kurang ajar, masak ajar, belajar, mengajar, mengajari, mengajarkan,
mempelajari, pelajar, terpelajar, pelajaran, pengajar, pengajaran, dan ajaran.Alasan berikutnya, proses pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar mempunyai variasi pentahapan. Ada kata polimorfemik yang dibentuk melalui satu tahap, misalnya mengajar, ada kata polimorfemik yang dibentuk melalui dua tahap, misalnya mengajarkan, dan ada kata polimorfemik yang dibentuk melalui tiga tahap, misalnya mempelajari.
Hal lain yang penting untuk dibahas adalah adanya hubungan makna antara kata polimorfemik yang satu dengan kata polimorfemik yang lain.
Misalnya nomina pengajar ‘orang yang mengajar’ dan pengajaran ‘proses mengajar’ memiliki hubungan makna dengan verba mengajar. Nomina pelajar ‘orang yang belajar’ dan pelajaran ‘perihal belajar’ memiliki hubungan makna dengan verba belajar. Fenomena ini sungguh menarik untuk dikaji lebih lanjut, khususnya bagaimana hubungan makna antar kata polimorfemik bisa terjadi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang dibahas adalah proses pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem
ajar. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
a. Apa saja kata polimorfemik yang dibentuk dari morfem asal ajar?
b. Bagaimana tahap pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem
ajar?
c. Apa saja kategori kata yang dibentuk dari kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar? d. Apa saja makna yang dihasilkan dari kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar? Keempat permasalahan tersebut dipecahkan secara terpadu dalam skripsi ini.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk: a. Mendeskripsikan bentuk kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.
b. Mendeskripsikan tahap pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.
c. Mendeskripsikan kategori kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.
d. Mendeskripsikan makna kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini bermanfaat pada bidang tata bahasa khususnya dalam bidang morfologi, yaitu untuk menjelaskan kaidah pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga bermanfaat dalam bidang linguistik terapan terutama leksikografi, yaitu untuk melengkapi turunan atau gloss dari entri ajar dalam kamus.
1.5 Tinjauan Pustaka
Pembahasan tentang morfem ajar telah dilakukan oleh para ahli bahasa, yaitu antara lain oleh Kridalaksana (1989:28), Tarigan (1985:33), dan Verhaar (2001:143). Kridalaksana (1989:28) dalam bukunya yang berjudul Pembentukan
Kata Dalam Bahasa Indonesia menjelaskan proses afiksasi morfem ajar
kedalam afiks pembentuk nomina. Dalam hal ini morfem ajar yang berperan sebagai verba mendapat bubuhan prefiks per- menjadi pelajar dan berperan sebagai nomina, melalui contoh tersebut, terlihat bahwa proses pembentukan kata (afiksasi) menyebabkan berubahnya fungsi suatu kata.
Tarigan (1985:33) dalam bukunya Pengajaran Morfologi menganalisis morfem ajar dalam segi morfofonemik. Menurutnya, jika kita berbicara mengenai proses morfofonemik dalam bahasa Indonesia, maka terdapat tiga hal yang penting, yaitu: (1) proses perubahan fonem , (2) proses penambahan fonem, dan (3) proses penanggalan fonem. Dalam bukunya ia memaparkan adanya perubahan fonem /r/ pada morfem ber- dan morfem per- berubah menjadi fonem /l/. Hal ini terjadi sebagai akibat pertemuan morfem tersebut dengan dasar kata yang berupa morfem ajar, menjadi belajar dan pelajar.
Verhaar (2001:143) dalam bukunya Asas-Asas Linguistik Umum mengemukakan dua proses morfemis, yaitu infleksi dan derivasi. Kaidah infleksional atau yang disebut dengan kaidah yang “tak beruntun” urutannya. Kaidah seperti ini biasa kita jumpai dalam kamus, seperti bentuk ajar, mengajar,
mengajari, mengajarkan, mempelajari, pelajar, terpelajar, pelajaran, pengajar,
pengajaran, ajaran. Lain halnya dengan kaidah derivasi atau yang disebut
dengan kaidah “beruntun”. Bentuk-bentuk mengajar, pengajar, pengajaran,
belajar, pelajar, pelajaran, dan seterusnya yang merupakan turunan dari pradasar
ajar. Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah pengajar berasal dari
mengajar, tidak sebaliknya, dan tidak juga dari pengajaran; pelajar berasal dari
belajar, tidak sebaliknya, dan juga tidak dari pelajaran. Penerapan kaidah derivasi
ini sebenarnya ingin menunjukkan suatu pola penurunan kata yang saling bertalian.
Penelitian ini tentunya berbeda dengan apa yang telah dibahas oleh para ahli di atas. Pertama, melalui penelitian ini, diupayakan untuk menemukan selengkap mungkin kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Kedua, melalui penelitian ini, peneliti bermaksud menerangkan tahap pembentukan kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Ketiga, melalui penelitian ini, peneliti bermaksud menjelaskan kategori kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar. Keempat, melalui penelitian ini, peneliti bermaksud menjelaskan hubungan makna kata-kata polimorfemik yang berasal dari morfem ajar.
1.6 Landasan Teori
Untuk menerangkan proses pembentukan kata diperlukan berbagai konsep. Pertama, proses morfologis diterapkan untuk menerangkan proses pembentukan kata-kata baru yang berasal dari morfem ajar. Kedua, dalam proses pembentukan kata diperlukan juga perihal pengertian bentuk asal dan bentuk dasar untuk menunjukkan asal mula pembentukan kata. Ketiga, setelah proses pembentukan kata tentunya kata akan berganti kategori, untuk dapat menerangkan kategorisasi tersebut maka akan dihadirkan perihal pengertian kategori dalam pembentukan kata. Keempat, dalam proses pembentukan kata diterapkan juga perihal pengertian makna yang muncul setelah kata menjadi bentuk yang lebih kompleks. Kelima, dalam proses morfologis khususnya afiksasi adanya perpaduan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain pada bentuk tertentu akan menimbulkan adanya proses morfofonemik, untuk dapat menerangkan proses tersebut maka dalam proses pembentukan kata ini dihadirkan perihal pengertian proses morfofonemik. Keenam, proses pembentukan kata dapat menunjukkan adanya keterkaitan makna antar kata, keterkaitan makna antar kata inilah yang disebut dengan hubungan paradigmatis, untuk itulah dalam proses pembentukan kata ini akan dihadirkan perihal pengertian hubungan paradigmatis.
1.6.1 Pengertian Proses Morfologis
Kridalaksana dalam bukunya yang berjudul Pembentukan Kata Dalam
Bahasa Indonesia (1989:12-181) mendefinisikan proses morfologis sebagai
proses pembentukan kata-kata baru dari bentuk lain yang merupakan bentuk dasarnya. Kridalaksana dalam bukunya menyajikan enam macam proses morfologis, yaitu derivasi zero, afiksasi, reduplikasi, abreviasi, komposisi, dan derivasi balik.
Pertama, derivasi zero, dalam proses ini leksem menjadi kata tunggal tanpa perubahaan apa-apa. Proses ini hanya meliputi sejumlah kata yang amat terbatas jumlahnya, ialah kata-kata makan, minum, minta, dan mohon, yang semuanya termasuk golongan kata bentuk aktif. Kata-kata makan, minum, minta, dan mohon termasuk golongan kata kerja aktif, karena kata-kata ini dapat diikuti objek dan juga dapat dipasifkan: makan
→ dimakan, minum → diminum, minta → diminta, mohon → dimohon. Sebagai kata kerja bentuk pasif, kata-kata tersebut tidak ditandai dengan afiks me(N)-. Maka perubahan dari kata-kata
makan, minum, minta, dan mohon sebagai bentuk dasar menjadi kata-kata makan, minum, minta, dan mohon sebagai kata kerja bentuk aktif itu sebagai derivasi zero, yang sebenarnya berarti perubahan kosong atau tidak ada perubahan, dan prosesnya disebut derivasi zero.
Kedua, afiksasi adalah proses pengubahan leksem menjadi kata kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), (3) sedikit banyak berubah maknanya. Adapun afiks-afiks itu ialah prefiks, yaitu afiks yang diletakkan dimuka dasar, contoh: me-, di-, ber-, ke-, ter-, pe-, per-, se-; infiks, yaitu afiks yang diletakkan didalam dasar, contoh: -el-, -er-, -em-, -in-; sufiks, yaitu afiks yang diletakkan dibelakang dasar, contoh: -an, -kan, -i; simulfiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkan pada dasar; konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu dimuka bentuk dasar dan satu dibelakang bentuk dasar, contoh: ke-an, pe-an, per-
an, ber-an; superfiks atau suprafiks, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan
ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmantal; dan kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar, contoh: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ber-
kan, ter-kan, per-kan, pe-an, se-nya. Misalnya pembubuhan afiks pe(N)- pada
bentuk ajar menjadi pengajar. Dalam proses pembubuhan afiks ini terlihat bahwa selain mengalami perubahan bentuk, berubah pula kategorisasinya menjadi nomina dan tentunya memiliki makna yang berbeda dari makna sebelumnya.
Ketiga, reduplikasi atau proses pengulangan ialah pengulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak.
Hasil pengulangan itu disebut kata ulang, sedangkan yang diulang merupakan bentuk dasar. Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu (1) Pengulangan seluruh, ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem, dan tidak berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Misalnya: sepeda
→ sepeda-sepeda. (2) Pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Dalam pengulangan sebagian, ada kecenderungan untuk hanya mengulang bentuk asalnya saja, seperti dalam contoh berikut; membaca
→ membaca-baca.
(3) Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Misalnya:
anak
→ anak-anakan. (4) Pengulangan dengan perubahan fonem. Misalnya:
bolak-balik dibentuk dari bentuk dasar balik yang diulang dengan perubahan fonem, dari /a/ menjadi /o/, dan dari /i/ menjadi /a/.Keempat, abreviasi adalah proses penanggalan satu atau beberapa bagian leksem atau kombinasi leksem sehingga jadilah bentuk baru yang berstatus kata, sedang hasil prosesnya disebut kependekan. Diantara bentuk-bentuk kependekan terdapat: (1) singkatan, yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf, seperti: KKN (Kuliah Kerja Nyata), (2) penanggalan, yaitu proses pemendekan yang mengekalkan salah satu bagian dari leksem, seperti: Prof (Profesor), (3) akronim, yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian yang lain yang ditulis dan dilafalkan (sebagai sebuah kata) yang sedikit banyak memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia, seperti: FKIP /efkip/ dan bukan /ef/, /ka/, /i/, /pe/, dan (4) kontraksi, yaitu proses pemendekan yang meringkaskan leksem dasar atau gabungan leksem, seperti: tak dari tidak.
Kelima, komposisi ialah proses penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Adapun ciri dari komposisi ialah ketaktersisipan, ketakterluasan, dan ketakterbalikan. Sebagai contoh kata mata pelajaran, kata ini terdiri dari dua leksem mata dan leksem pelajaran. Kata ini memenuhi ciri sebagai komposisi, pertama, ketaktersisipan diantara leksem mata dan leksem pelajaran tidak dapat disisipi kata lain *mata dan pelajaran; kedua, ketakterluasan, kata mata pelajaran tidak dapat diperluas *bermatapelajaran, dan ketiga, ketakterbalikan, diantara leksem mata dan leksem pelajaran tidak dapat dipertukarkan posisinya
- *pelajaran mata.
Keenam, derivasi balik diartikan sebagai proses pembentukan kata yang didasarkan pada pola-pola yang ada. Misalnya pembentukan kata pungkir dalam
dipungkiri yang dipakai orang karena mengira bentuk itu merupakan padanan
pasif dari memungkiri. Terjadinya mungkir ← pungkir didasarkan pada pola peluluhan fonem.
1.6.2 Pengertian Bentuk Asal dan Bentuk Dasar
Ramlan dalam bukunya Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif (1979:25-26) memberikan pengertian yang berbeda antara bentuk asal dan bentuk dasar. Bentuk asal ialah bentuk yang paling kecil yang menjadi asal suatu kata kompleks. Bentuk dasar ialah bentuk linguistik, baik tunggal maupun kompleks yang menjadi dasar bentukan bagi bentuk kompleks. Sebagai contoh kata
berpelajaran memiliki bentuk asal ajar dan bentuk dasar pelajaran. Kata
pelajaran memiliki bentuk asal dan bentuk dasar ajar.1.6.3 Pengertian Kategori Kata dalam Pembentukan Kata
Kridalaksana (1989:22) menjelaskan bahwa kategorisasi atau klasifikasi terjadi sesudah kata terbentuk. Kategorisasi hanya diberikan kepada satuan sintaktis, yaitu kata. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa morfem tidak berkategori karena satuan ini baru diperoleh dari kata. Kategorisasi dalam bahasa Indonesia terbagi atas: verba, adjektiva, nomina, pronomina, numeralia, adverbia, interogatifa, demonstrativa, artikula, preposisi, konjungsi, kategori fatis, dan interjeksi.
1.6.4 Pengertian Makna dalam Pembentukan Kata
Chaer dalam bukunya Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (1994:60-62) memberikan pengertian makna leksikal dan makna gramatikal.
Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Selain itu makna leksikal dapat pula dikatakan sebagai makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam hidup kita. Sebagai contoh kata janda makna leksikalnya adalah ‘wanita yang tidak bersuami lagi, karena bercerai ataupun karena ditinggal mati suaminya’. Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatikal separti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Sebagai contoh kata menjanda makna gramatikalnya adalah ‘menjadi janda’.
1.6.5 Pengertian Proses Morfofonemik
Ramlan (1979:52) menjelaskan bahwa morfofonemik ialah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan fonem yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Proses morfofonemis terbagi kedalam tiga proses, yaitu (1) proses perubahan fonem, (2) proses penambahan fonem, dan (3) proses hilangnya fonem. Morfem ber-, misalnya, terdiri dari tiga fonem, ialah /b, ,r/. Akibat pertemuan morfem tersebut dengan morfem ajar, fonem /r/ berubah menjadi /l/, hingga pertemuan morfem ber- dengan morfem ajar menghasilkan kata belajar. Demikianlah di sini terjadi proses morfofonemis yang berupa perubahan fonem, ialah perubahan fonem /r/ pada ber- menjadi /l/.
1.6.6 Pengertian Hubungan Paradigmatis
Kentjono (1982:134) mendefinisikan hubungan paradigmatis sebagai hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur- unsur sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan. Hubungan ini disebut pula hubungan in absentia atau hubungan asosiatif. Dalam morfologi, hubungan paradigmatis digunakan untuk menunjuk hubungan makna antar kata- kata polimorfemik yang memiliki bentuk asal yang sama. Sebagai contoh makna kata pengajar ‘orang yang mengajar’ memiliki hubungan dengan kata mengajar ‘perbuatan aktif ajar’.
1.7 Metodologi Penelitian
1.7.1 Jenis Penelitian