Kerjasama apotek di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut persepsi apoteker pengelola apotek yang tergabung dalam apotek jaringan dalam rangka peningkatan pelayanan kefarmasian - USD Repository

  

KERJASAMA APOTEK

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK

YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

SKRIPSI

  Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Albert Basuki Sasongko NIM : 028114089

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

KERJASAMA APOTEK

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK

YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

SKRIPSI

  Ditujukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Albert Basuki Sasongko NIM : 028114089

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

  

KERJASAMA APOTEK

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK

YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

  disusun oleh : Albert Basuki Sasongko

  NIM : 028114089 telah disetujui oleh :

  

KERJASAMA APOTEK

DI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

MENURUT PERSEPSI APOTEKER PENGELOLA APOTEK

YANG TERGABUNG DALAM APOTEK JARINGAN

DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN KEFARMASIAN

  Oleh: Another journey have been done, Another chapter has been closed,

BUT

  Another challenge have awaken… Another paper have waited…

  By Albert Song

  • * AD I STYAW AN YOGA W I CAKSON O AD RI AN US ARI N AW A

  

YULI AN TA * ARD H YAN PURW AN TOKO, S. Fa r m . * Ar ia

Sa n j a ya * Ar r y H a r ia di, S. Fa r m . * BEN N Y SUGI EN TORO, S.

Fa r m . * Be r n a de t t a W e n n i Su k m a W ., S. Fa r m . * Ca n dr a ,

S. Fa r m . * Ca r la Ku n t a r i * Ch r ist oph or u s Adit ya N ., S.

  

Fa r m . * D AN I EL SAN TOSO H ARSON O * D a n u Ku su m a *

ED I SUGI AN TO, S. Fa r m . * Em a n u e l Br ot o H a r t a n t o, S.

Fa r m . * EM A N I LLAFI TA PUTRI K., S. Fa r m . * Fa n n y

Fe r ya n e Ra h a r dj o * FERRY M AH ARD I KA * GI AN W AH YUD I

  • * GRACE N ATALI , S. Fa r m . * H a n doyo * H e n dr a Tr i

  • * Pr a m on o, S. Fa r m . * H ERI BERTUS D W I H ARTAN TO

  

H e r bu di Ku r n ia w a n * I M a de Ar ya Su t a m a , S. Fa r m . *

Ka r in a List ya n i D e w i, S. Fa r m . * Lin da Rost ia n a Su ba st ia n ,

S. Fa r m . * M ARD ON I , S. Fa r m . * M ARI A I V AN A GUN AW AN ,

S. Fa r m . * M a r ia V in i Pe r t iw i, S. Fa r m . * M e illy Ku r n ia t y, S.

  

Fa r m . * M e t a An gga r in i, S. Fa r m . * N a dia Be lin da

Su w a n t o, S. Fa r m . * Pu r n a m a D e w i Yu li Ast u t i, S. Fa r m . *

  • * RI CKA I N D RI YAN I W I JAYAN TI , S. Fa r m . RI TA, S. Fa r m . * ROBBYON O, S. Fa r m . * Robby W ij a ya , S. Fa r m . *

  

STEFAN US H ARD JAN TO ARI O S. * Th om a s Aqu in o Adit ya

W ., S. Fa r m . * Tj u n Lion g, S. Fa r m . * V a le n t in o D h iy u

Asm or o, S. Fa r m . * V I CKY ARI ESTYA CH AN D RA * V I EN N A

GUN AW AN W I JAYA, S. Fa r m . * V I N CEN TI US AN JAR T. *

  • * W ibow o H a di Gou t om o * YAN UAR H I M AW AN YOH AN ES

  

PRABOW O, S. Fa r m . * Yu da Kr ist a m a n * YUSUF

FI RM AN TA *

“Anggaplah hidup sebagai impian, sulapan, pelembungan

busa, pajangan, embun atau kilat. Maka hidup akan

mengalir indah.” - Rattana Sutra 32

  

PRAKATA

  Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi yang berjudul “Kerjasama Apotek Di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Persepsi Apoteker Pengelola Apotek Yang Tergabung Dalam Apotek Jaringan Dalam Rangka Peningkatan Pelayanan Kefarmasian” dapat terselesaikan dengan baik.

  Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penyusunan skripsi ini tentunya tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Drs. Sulasmono, Apt selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, memberi kritik dan saran selama persiapan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

  3. Bapak Edi Joko Santoso, S.Si., Apt. yang telah bersedia membantu, dan memberi kritik dan saran selama persiapan usulan penelitian hingga terselesaikannya daftar pertanyaan yang digunakan selama penelitian.

  4. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia untuk memberikan masukan yang berguna demi peningkatan hasil karya tulis ini.

  5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang bersedia untuk memberikan masukan yang berguna demi peningkatan hasil karya tulis ini.

  6. Apoteker Pengelola Apotek di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

  7. Ketua ISFI Proponsi DIY beserta pengurus yang telah bersedia untuk membantu proses validasi dan reliabilitas pertanyaan, serta memberikan surat rekomendasi Apoteker Pengelola Apotek yang dapat dikunjungi.

  8. Gubernur DIY c.q. BAPEDA DIY, untuk ijin yang diberikan dalam melakukan penelitian ini.

  9. Walikota Yogyakarta c.q. Dinas Perizinan Kota Yogyakarta, untuk ijin yang diberikan dalam melakukan penelitian ini.

  10. Bupati Kabupaten Sleman c.q. BAPPEDA Kabupaten Sleman, untuk ijin yang diberikan dalam melakukan penelitian ini.

  11. Bupati Kabupaten Bantul c.q. BAPPEDA Kabupaten Bantul, untuk ijin yang diberikan dalam melakukan penelitian ini

  12. Papa, Mamaku, dan saudara-saudaraku atas doa dan semangat yang diberikan.

  13. Ricka Indiryani Wijayanti, S.Farm. selaku kakak seperguruan yang banyak membantu dalam skripsi ini.

  14. Rita, S. Farm. yang telah banyak membantu penulis dari segi emosi, moral, mental dan spiritual selama penyusunan skripsi ini.

  15. Edi Sugianto S. Farm. yang telah banyak membantu penulis dari segi emosi, mental dan memacu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini secepatnya.

  16. Edi Sugianto, S. Farm., Junaidi (a.k.a. A-Fu), Mardoni, S. Farm., Paskalis Handie, dan Yulius yang menemani penulis selama pengetikan, penyusunan skripsi ini, dan telah memberi tempat di kos selama penyusunan skripsi ini.

  17. Adrianus Arinawa Y., Ema Nillafitaputri K., Heribertus Dwi H., Hendra Tri Pramono, Stefanus Hardjanto Ario S.; selaku saudara seperguruan yang telah bersama-sama saling membantu dalam menyusun skripsi.

  18. Adrianus Arinawa Y., Adistyawan Yoga Wicaksono, Benny Sugientoro, S.

  Farm., Edi Sugianto, S. Farm., Ferry Mahardika, Florentina Dewi ’05, Hartono Kobero, Heribertus Dwi H., Junaidi (a.k.a. A-Fu), Mardoni, S. Farm., Ricka Indiryani Wijayanti, S.Farm., Rita, S. Farm., Stefanus Hardjanto Ario S., Susanto, Vicky Ariestya C., Yosephine; yang telah hadir dan membantu proses ujian terbuka dan tertutup penulis sehingga dapat berjalan lancar.

  Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah diberikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkan.

  Yogyakarta, 29 Januari 2007 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  

INTISARI

  Misi praktek farmasi menurut buku Standar Kompetensi Farmasis Indonesia adalah menyediakan obat dan alat-alat kesehatan lain dan memberikan pelayanan kepada masyarakat untuk menggunakan obat maupun alat kesehatan dengan cara yang benar. Ide penelitian berasal dari pernyataan Ketua BPD – ISFI DKI Jakarta Azwar Daris yang berjudul Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010. Pernyataan yang menjadi topik penelitian adalah untuk Apoteker Pengelola Apotek diharapkan melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien.

  Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian deskriptif. Data diperoleh dari kuisioner yang diisi atau dijawab oleh Apoteker Pengelola Apotek yang apoteknya termasuk dalam suatu apotek jaringan di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 25 responden bersedia menjadi responden. Data dianalisis secara statistik deskriptif dalam bentuk persentase, jawaban yang sama dikelompokkan dan dihitung persentasenya serta ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel.

  Dari penelitian diperoleh 36 % responden mendefinisikan apotek jaringan sebagai apotek di mana segala sesuatunya terkoordinir dengan suatu sistem kinerja, visi, misi, tujuan yang sama serta mempunyai suatu ciri khas yang menunjukkan identitas jaringannya. Mayoritas responden (76%) merasa tidak diperlukan peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan. Jawaban ini berhubungan dengan definisi apotek jaringan dimana apotek jaringan bukan bentuk apotek yang baru tetapi merupakan suatu sistem kerjasama atau bisnis. Sebanyak 92% responden yakin adanya hubungan antara apotek jaringan dengan peningkatan pelayanan kefarmasian.

  Kata kunci: apotek jaringan, dan peningkatan pelayanan kefarmasian

  

ABSTRACT

  Pharmacy’s mission acording to Standar Kompetensi Farmasis Indonesia book’s is to provide drugs and other medical tools and give service to society for using drugs or medical tools with correct way. The idea of research comes from

  

ISFI DKI Jakarta chairman Azwar Daris that announce a paper with the title

Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010 . A line that becomes

  research topic is for apoteker pengelola apotek was hoped to working together to the others pharmacies in society for increasing service to the patient.

  This research is observational studies through descriptive research as the main method. Data obtained from questionnaires filled or answered by apoteker

  

pengelola apotek which his/her pharmacy is a part of networking pharmacy in

Daerah Istimewa Yogyakarta , 25 respondents agree to become respondents. Data

  was analyzed descriptively, as percentage, and presented in diagrams and tables.

  From this research, it has been discovered that there were 36 % respondent that define networking pharmacy as a pharmacy where everything coordinated with same system, vision, mission, purpose and have uniqueness that show the identity of the network. Most respondent (76 %) feels didn’t need new regulations to rule networking pharmacy. This answer was connected with networking pharmacy definition where networking pharmacy was not a new model of pharmacy but a working together or business system. Most respondent (92%) sure there is connection between networking pharmacy with the pharmacy service increasing.

  Key words: networking pharmacy, and pharmacy service increasing

  

DAFTAR ISI

Hal.

  HALAMAN JUDUL……………..…………………………..……………... ii HALAMAN PERSETUJUAN...……………………………..……………... iii HALAMAN PENGESAHAN………..…………………………..…............. iv HALAMAN PERSEMBAHAN..……………………………..…….............. v PRAKATA………………………………………………..……………........ vi PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………..………………… ix

  INTISARI………………………………………………..………….............. x

  

ABSTRACT ................................................................................................... xi

  DAFTAR ISI…………………………………….…….……………............. xii DAFTAR TABEL………………………………..…………………............. xvi DAFTAR GAMBAR……………………………….…………………......... xvii DAFTAR LAMPIRAN…………………………..…………………............. xviii

  BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang……………………………………………….……..........

  1 1. Permasalahan………………………………………….………........

  2 2. Keaslian penelitian.…………………………………………...........

  4 3. Manfaat penelitian………………………….…………………........

  4 B. Tujuan Penelitian………………………………………….………..........

  4

  1. Tujuan umum ………………………………………………………

  4 2. Tujuan khusus ...................................................................................

  5

  BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Apotek ............................................……………….……………..............

  30 C. Bahan Penelitian……………………………………………..…..............

  3. Pengalaman bekerja sebagai apoteker sebelum bergabung dengan apotek jaringan .................................................................................

  39

  37 2. Jenis kelamin responden ...................................................................

  37 1. Kesediaan APA rekomendasi ISFI-DIY untuk menjadi responden..

  34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden .......................……………………...................

  31 F. Analisis Data……………….……………………………….....................

  31 E. Tatacara Pengumpulan Data………………………………….….............

  30 D. Alat Pengumpulan Data……………………………………..…………...

  29 B. Definisi Operasional……………………………………..........................

  7 B. Apoteker ..............................................................….…………....……….

  28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian……………………………..…………...

  25 I. Keterangan Empiris ……………………………………………….………

  19 H. Kesalahan Pelayanan ………………………………………………….…

  17 G. Standar Kompetensi Farmasis Indonesia ...................................................

  15 F. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek ................................................

  13 E. Pelayanan Kefarmasian Menurut Peraturan Perundang-undangan ............

  9 D. Kode Etik ...................................................................................................

  8 C. Apoteker Sebagai Profesi ..........................................................................

  40

  4. Lama bekerja sebagai APA di apotek jaringan ................................

  41 B. Kerjasama Apotek di Propinsi DIY Menurut Persepsi APA Yang Tergabung Dalam Apotek Jaringan .........................................................

  42

  1. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu apotek

  42 jaringan .............................................................................................

  2. Definisi dari apotek jaringan.............................................................

  44 3. Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan.

  45 4. Persyaratan utama untuk dapat bergabung dalam jaringan ..............

  47 5. Sanski-sanksi pada apotek jaringan ..................................................

  49 6. Alasan untuk bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan ...

  50

  7. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan .................................................................................

  51 8. Kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan .................................

  52

  9. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian .......................................................................................

  54 10. Kelebihan apotek jaringan ................................................................

  55 11. Kekurangan apotek jaringan .............................................................

  56 12. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung .................

  57

  13. Bentuk apotek jaringan yang paling ideal atau paling diharapkan oleh para responden ..........................................................................

  58 C. Masa Depan Apotek Jaringan ....................................................................

  60 D. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Apotek dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia dan Peraturan

  Perundang-undangan Apotek ...................................................................

  62 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………..…………..............

  65 B. Saran……………………………………………….……………….........

  68 DAFTAR PUSTAKA …………………………..……...……...................... 69

  

LAMPIRAN ……………………………………………...……................... 72

BIOGRAFI PENULIS ……………………………….……...………......... 93

  

DAFTAR TABEL

Hal.

  Tabel I. Alasan APA rekomendasi ISFI Yogyakarta menolak menjadi responden ................................................................................

  38 Tabel II. Definisi dari apotek jaringan ................................................... 44 Tabel III. Alasan perlu dan tidak perlunya peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan...................................

  46 Tabel IV. Persyaratan utama tiap-tiap jaringan .......................................

  48 Tabel V. Sanksi tiap-tiap jaringan ..........................................................

  49 Tabel VI. Alasan bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan ....

  50 Tabel VII. Alasan terjadinya atau tidak terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan .........

  52 Tabel VIII. Jenis kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan ................

  53 Tabel IX. Kerjasama dalam jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian ............................................................

  54 Tabel X. Kelebihan apotek jaringan .......................................................

  56 Tabel XI. Kekurangan apotek jaringan ....................................................

  57 Tabel XII. Alasan keidealan atau tidak idealnya jaringan ........................

  58 Tabel XIII. Bentuk apotek jaringan yang paling ideal ...............................

  59 Tabel

  XIV. Kesesuaian Standar Kompetensi Farmasis Indonesia di bidang Apotek dengan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia dan Peraturan Perundang-undangan Apotek ..........

  62

  

DAFTAR GAMBAR

Hal.

  Gambar 1. Kesediaan APA rekomendasi ISFI untuk menjadi responden.................................................................................. 37 Gambar 2. Jenis kelamin responden ..........................................................

  39 Gambar 3. Pengalaman bekerja sebagai apoteker sebelum bergabung dengan apotek jaringan …........................................................

  40 Gambar 4. Lama bekerja sebagai APA di apotek jaringan .......................

  41 Gambar 5. Apotek yang responden kelola tergabung dalam suatu apotek jaringan ....................................................................................

  42 Gambar 6. Presentase kepemilikan apotek jaringan di DIY .....................

  43 Gambar 7 Peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan ....................................................................................

  46 Gambar 8. Terjadinya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan ............................................................

  51 Gambar 9. Kerjasama apotek-apotek dalam satu jaringan ........................

  53 Gambar 10. Keidealan jaringan tempat apotek responden bergabung ........

  57

  DAFTAR LAMPIRAN Hal.

  Lampiran 1. Surat Rekomendasi ISFI DIY ……………..........……

  72 Lampiran 2. Surat Izin BAPEDA DIY …………………………….

  75 Lampiran 3. Surat Izin Dinas Perizinan Kota Yogyakarta .................

  76 Lampiran 4. Surat Izin BAPPEDA Kabupaten Sleman ......................

  77 Lampiran 5. Surat Izin BAPPEDA Kabupaten Bantul .......................

  78 Lampiran 6. Surat Keterangan Pergantian Pengurus dan Kegiatan WIPA ke KOPASFI .......................................................

  79 Lampiran 7. Surat Ajakan KOPASFI Kepada Seluruh Apotek di DIY Untuk Bergabung Dengan KOPASFI ....................

  81 Lampiran 8. Surat Pernyataan Peranan Farmasis (Apoteker) Menuju Indonesia Sehat 2010 .....................................................

  83 Lampiran 9. Surat Pengantar Kuisioner Penelitian …………………

  88 Lampiran 10. Kusioner Penelitian ……………………………………

  89

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Standar kompetensi farmasis Indonesia menyebutkan bahwa peran

  farmasis diharapkan tidak hanya menjual obat seperti yang selama ini terjadi, tetapi lebih kepada menjamin tersedianya obat yang berkualitas, mempunyai efikasi, jumlah yang cukup, aman, nyaman bagi pemakainya, dan harga yang wajar serta pada saat pemberiannya disertai informasi yang cukup memadai, diikuti pemantauan pada saat penggunaan obat dan akhirnya dilakukan evaluasi.

  b

  (Anonim, 2004 ) Filosofi profesi farmasi menurut standar kompetensi farmasis Indonesia adalah “Pharmaceutical Care”, yang perlu diterjemahkan ke dalam misi, visi, dan seterusnya. Misi dari praktek farmasi adalah menyediakan obat dan alat-alat kesehatan lain dan memberikan pelayanan yang membantu orang atau masyarakat untuk menggunakan obat maupun alat kesehatan dengan cara yang benar.

  Pernyataan yang diberi judul peranan farmasis (Apoteker) menuju Indonesia sehat 2010 telah disebarluaskan di internet. Pernyataan sebanyak 4 lembar tersebut telah diperinci secara jelas, satu persatu perhatian utama atau fokus tiap-tiap apoteker di manapun dia bertugas. Apoteker Pengelola Apotek pada poin f, secara tertulis diharapkan: melakukan kerjasama yang baik dengan apotek sekitarnya dalam rangka meningkatkan pelayanan pada pasien (Daris, 2004).

  2 Kode etik apoteker / farmasis Indonesia berdasarkan keputusan kongres nasional XVII ISFI nomor: 007/KONGRES XVII/ISFI/2005 pada tanggal 18 Juni

  2005. Pada bab I pasal 5 mengingatkan kepada setiap apoteker / farmasis harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata. Pada bab III pasal 12 telah menganjurkan setiap apoteker / farmasis harus mempergunakan setiap waktu

  a

  yang ada untuk meningkatkan kerjasama. (Anonim, 2005 ) Apotek jaringan muncul sebagai suatu sistem kerjasama antar apotek yang mulai populer dewasa ini. Beberapa apotek jaringan di Propinsi Daerah Istimewa

  Yogyakarta (DIY) berdasarkan rekomendasi ISFI-DIY adalah K-24, JAPISFI, KIMIA FARMA, dan WIPA. Nama-nama jaringan tersebut merupakan contoh dari sekian banyak jaringan yang ada.

  Dari beberapa latar belakang yang telah disebutkan di atas; muncullah beberapa permasalahan yang dirasa menarik untuk diteliti dan ditelusuri lebih dalam oleh peneliti.

1. Permasalahan

  Pada penelitian ini timbul beberapa masalah yang akan diteliti; msalah-masalah tersebut antara lain: a. apakah para Apoteker Pengelola Apotek (APA) di Propinsi DIY mengetahui bahwa apotek yang mereka kelola tergabung pada suatu jaringan? b. apakah definisi dari apotek jaringan menurut para APA?

  c. apakah diperlukan suatu peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan?

  3 d. apakah ada peraturan atau persyaratan utama tertentu yang perlu dipenuhi untuk dapat bergabung dalam jaringan tersebut? e. apakah ada sanksi yang diberlakukan pada anggota jaringan tersebut?

  f. apakah yang membuat para APA tertarik untuk bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan? g. apakah dengan adanya apotek jaringan maka dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian? h. apakah dalam satu jaringan pernah dilakukan suatu kerjasama dalam berbagai hal? i. apakah bentuk kerjasama dalam satu jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian? j. apakah ada kelebihan yang terdapat dalam jaringan tersebut? k. apakah ada kekurangan yang terdapat dalam jaringan tersebut? l. apakah jaringan tersebut sudah cukup ideal bagi para APA di Propinsi DIY yang tergabung di apotek jaringan? m. bentuk apotek jaringan seperti apakah yang paling ideal atau yang diharapkan oleh para APA di propinsi DIY yang tergabung di apotek jaringan?

  Perkembangan apotek yang semula berdiri sendiri lalu menjadi satu dibawah suatu jaringan atau sengaja berkumpul beberapa apotek untuk membentuk jaringan ini apakah juga diikuti dengan meningkatnya pelayanan kefarmasian pada pasien? apakah jaringan-jaringan ini tetap mengutamakan pelayanan kefarmasian yang mengacu ke pasien?

  4

  2. Keaslian penelitian

  Penelitian yang serupa atau sama dengan judul penelitian yang telah dibabarkan belum pernah dilakukan sebelumnya, begitu juga penelitian dengan topik penelitian yang sama juga belum pernah dilakukan sebelumnya. Dengan demikian penyusun dapat memberikan jaminan kepada siapapun untuk keaslian penelitian ini.

  3. Manfaat penelitian

  Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah:

  a. mengetahui kelebihan dan kekurangan dari tiap-tiap apotek jaringan yang ada di DIY, b. mengetahui bentuk apotek jaringan yang paling ideal atau yang paling diharapkan oleh para APA, dan c. dapat dikembangkan apotek jaringan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat bukan hanya sebagai konsumen semata tetapi juga sebagai pasien.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kerjasama apotek-apotek yang berada dalam satu jaringan dengan peningkatan pelayanan kefarmasian.

  5

2. Tujuan khusus

  a. Mengetahui apabila Apoteker yang apoteknya tergabung dalam suatu jaringan di Propinsi DIY tergabung dalam suatu apotek jaringan.

  b. Mengetahui definisi dari apotek jaringan menurut para APA.

  c. Mengetahui perlu tidaknya suatu peraturan tersendiri dalam hukum untuk mengatur apotek jaringan.

  d. Mengetahui peraturan atau persyaratan utama tertentu yang perlu dipenuhi untuk dapat bergabung dalam jaringan tersebut.

  e. Mengetahui sanksi-sanksi yang diberlakukan pada jaringan tersebut.

  f. Mengetahui yang membuat para APA tertarik untuk bergabung atau bekerja pada suatu apotek jaringan.

  g. Mengetahui ada tidaknya peningkatan pelayanan kefarmasian dengan adanya apotek jaringan.

  h. Mengetahui pernah atau tidak pernahnya apotek-apotek dalam satu jaringan melakukan kerjasama. i. Mengetahui bentuk kerjasama dalam satu jaringan yang dapat meningkatkan pelayanan kefarmasian. j. Mengetahui kelebihan yang terdapat dalam jaringan tersebut. k. Mengetahui kekurangan yang terdapat dalam jaringan tersebut. l. Mengetahui jaringan tersebut sudah cukup ideal atau tidak bagi para APA di propinsi DIY yang tergabung di apotek jaringan.

  6 m. Mengetahui bentuk apotek jaringan yang paling ideal atau yang paling diharapkan oleh para APA di propinsi DIY yang tergabung di apotek jaringan.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Apotek Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/

  2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek; apotek adalah tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi,

  a perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Anonim, 2004 ).

  Menurut Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No.26 tahun 1965 tentang apotek disebutkan dalam pasal 1 bahwa apotek merupakan suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat. Selanjutnya dalam pasal 2 disebutkan bahwa tugas dan fungsi apotek adalah: 1. tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; 2. sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat; 3. sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

  Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional (Anonim, 1992),

  8 dengan demikian jelaslah bahwa apotek bukan sekedar tempat penjualan obat atau tempat untuk menebus obat yang telah diresepkan oleh dokter, tapi juga merupakan tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi dan atau alat kesehatan termasuk penyerahan obat keras tanpa resep dokter oleh apoteker.

B. Apoteker

  Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/ 2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di apotek; apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan

  a

  pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker (Anonim, 2004 ). Apoteker Pengelola Apotek (APA) adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA). Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki surat izin kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain (Anonim, 2002). Asisten apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai asisten apoteker. Asisten apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek di bawah pengawasan Apoteker (Anonim, 1990).

  9

  C.

  

Apoteker Sebagai Profesi

  Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, didalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut (Basuki,2001).

  Sebagai pekerjaan profesi terdapat hubungan khusus diantara sesama pelaku profesi yang diatur melalui praktek organisasi profesi serta mempunyai kode etik dan etika profesi, peraturan perundang-undangan, serta mengucapkan sumpah. Kode etik adalah aturan yang disusun oleh suatu kelompok profesi bagi kelompok itu sendiri sebagai pedoman perilaku dan panduan dalam bertindak sehingga terhindar dari perbuatan tercela dan merugikan kelompok profesi tersebut. Etika profesi yaitu suatu aturan yang mengatur suatu pekerjaan itu boleh atau tidak dilakukan oleh pelaku profesi sewaktu menjalankan praktek profesinya.

  International Pharmaceutical Federation mengidentifikasikan profesi

  sebagai suatu kemauan individu apoteker untuk melakukan praktek kefarmasian sesuai syarat untuk melakukan praktek kefarmasian sesuai syarat legal minimum yang berlaku serta mematuhi standar profesi dan etika kefarmasian.

  Profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. memiliki tubuh pengetahuan yang berbatas jelas

  10 2. pendidikan khusus berbasis “keahlian” pada jenjang pendidikan tinggi 3. memberikan pelayanan kepada masyarakat, praktek dalam bidang keprofesiannya.

  4. memiliki perhimpunan dalam bidang keprofesian yang bersifat otonom 5. memiliki dan memberlakukan kode etik keprofesian 6. memiliki motivasi altruisik (tidak mementingkan diri sendiri, mendahulukan kepentingan orang lain) dalam memberikan pelayanan 7. proses pembelajaran seumur hidup

  b

  8. mendapatkan jasa profesi (Anonim, 2004 ) Goode (1960) dalam buku Sociology For Pharmacists An Introduction yang ditulis oleh Harding, dkk (1993) merangkumkan ciri-ciri profesi dalam trait

  theory .

  1. Profesi dapat menentukan standar pendidikan dan pelatihannya sendiri.

  2. Calon profesi menjalani masa pendidikan yang intensif dan membutuhkan proses sosialisasi.

  3. Pekerjaan keprofesian dikenal secara legal dengan adanya lisensi.

  4. Anggota organisasi profesi harus memiliki lisensi dan mendapat pengakuan dari masyarakat.

  5. Sebagian besar hukum yang mengatur profesi dibuat sendiri oleh organisasi profesi yang bersangkutan.

  11

  6. Profesi dapat mengalami peningkatan pendapatan, kekuatan dan status, dan juga dapat meningkatkan permintaan terhadap pelajar yang memiliki kecakapan atau kemampuan yang tinggi.

  7. Profesi biasanya relatif bebas dari evaluasi masyarakat.

  8. Norma yang mengatur profesi dalam menjalankan pekerjaannya biasanya lebih mengikat daripada hukum yang berlaku.

  9. Anggota profesi memiliki rasa pengertian yang kuat antar individu dan pekerjaannya dalam satu kelompok profesi.

  10. Profesi memiliki kesamaan dengan pekerjaan yang seumur hidup.

  Apoteker dapat digolongkan sebagai suatu profesi karena menunjukkan beberapa ciri khusus seperti yang digambarkan dalam ciri-ciri profesi.

  1. Monopoli pekerjaan (Monopoly of Practice).

  Monopoli pekerjaan yang dilakukan profesi dijamin dan dilindungi oleh negara. Dengan kata lain, seseorang yang tidak mempunyai pekerjaan sebagai profesi tidak diperbolehkan untuk melakukan pekerjaan keprofesian. Sejak 1954, apoteker telah mempunyai monopoli ini dengan sedikit pengecualian, misalnya berinteraksi dengan dokter, legitimasi negara tentang monopoli selama peracikan dan pembuatan obat. Dewasa ini, apoteker telah memiliki monopoli hingga penyebaran obat.

  2. Memiliki pengetahuan khusus dan pelatihan dalam jangka waktu yang lama (Specialised knowledge and lengthy training).

  12 Untuk diterima menjadi profesi, seseorang harus menjalani pendidikan intensif. Masa pendidikan tersebut bervariasi dengan spesialisasi tinggi.

  Sedangakan untuk menjadi lulusan farmasi membutuhkan masa pendidikan tiga sampai empat tahun yang diikuti dengan satu tahun pendidikan profesi.

  Pada saat menempuh masa pendidikan, apoteker akan dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan khusus yang disesuaikan dengan tugasnya dalam mempersiapkan dan menerapkan penggunaan obat secara klinis.

  3. Berorientasi pada pelayanan (Service Orientations).

  Pernyataan ini menandakan bahwa profesi harus bekerja sebaik-baiknya untuk memenuhi keinginan client. Profesi tidak diperbolehkan untuk memaksa client dengan maksud untuk memenuhi kebutuhannya pribadi. Apoteker dipersiapkan untuk melakukan pelayanan kefarmasian termasuk di dalamnya menyediakan obat-obatan dan perlengkapannya, membantu terapi pada penyakit ringan, dan memberikan informasi tentang kesehatan.

  4. Pengaturan diri (Self-regulation).

  Dewasa ini untuk mengatur pekerjaan, suatu profesi memantau atau mengawasinya sendiri. Organisasi profesi diperbolehkan untuk mengatur sistem pendidikan, memutuskan seseorang yang memenuhi persyaratan untuk menjadi anggota profesi dan memperkirakan seseorang yang berkompeten dalam menjalankan pekerjaannya (Harding,1993).

  13

  D.

  

Kode Etik

  Isi kode etik apoteker/farmasis Indonesia berdasarkan keputusan kongres nasional XVII ISFI nomor : 007/KONGRES XVII/ISFI/2005 pada tanggal 18 Juni 2005.

  KODE ETIK APOTEKER / FARMASIS INDONESIA

MUKADIMAH

  Bahwasanya seorang Apoteker/Farmasis di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa Apoteker/Farmasis di dalam pengabdiannya kepada nusa dan bangsa serta di dalam mengamalkan keahliannya selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker/Farmasis. Menyadari akan hal tersebut Apoteker/Farmasis di dalam pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral yaitu:

  KODE ETIK APOTEKER / FARMASIS INDONESIA

  BAB I KEWAJIBAN UMUM Pasal 1 Sumpah/Janji Setiap Apoteker/Farmasis harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Apoteker/Farmasis

  Pasal 2 Setiap Apoteker/Farmasis harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker/Farmasis Indonesia

  Pasal 3 Setiap Apoteker/Farmasis harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker/Farmasis Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya

  Pasal 4 Setiap Apoteker/Farmasis harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya

  Pasal 5 Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker/Farmasis harus menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertantangan dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian

  14

  Pasal 6 Seorang Apoteker/Farmasis harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain

  Pasal 7 Seorang Apoteker/Farmasis harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya

  Pasal 8 Seorang Apoteker/Farmasis harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perunddang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

  BAB II KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA Pasal 9 Seorang Apoteker/Farmasis dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan kepentingan masyarakat dan menghormati hak asasi penderita dan melindungi makhluk hidup insani

  BAB III KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT Pasal 10 Setiap Apoteker/Farmasis harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan

  Pasal 11 Sesama Apoteker/Farmasis harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik

  Pasal 12 Setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker/Farmasis di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

  BAB IV KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAINNYA Pasal 13 Setiap Apoteker/Farmasis harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan.

  15

  Pasal 14 Setiap Apoteker/Farmasis hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan

  a masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lainnya (Anonim, 2005 ).