PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN PADA POKOK BAHASAN LENSA TIPIS TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR DI KELAS X SMA BOPKRI II YOGYAKARTA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Progra

  

PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN

PADA POKOK BAHASAN LENSA TIPIS TERHADAP MINAT,

KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR DI KELAS X

SMA BOPKRI II YOGYAKARTA

  

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

  

Oleh:

Titik Utaminingsih

NIM: 021424023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

  

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini Kupersembahkan untuk

  

Keluargaku & saudaraku yang telah memberikan semangat dalam hidupku

Orang- orang yang kusayangi yang membuat hidupku lebih berarti

  

Pengaruh Pembelajaran dengan Pendekatan Penemuan pada Pokok Bahasan

Lensa Tipis terhadap Minat, Keaktifan dan Prestasi Belajar di Kelas X

SMA Bopkri II Yogyakarta

Oleh: Titik Utaminingsih

  

NIM: 021424023

ABSTRAK

  Penelitian tentang pembelajaran dengan pendekatan penemuan terhadap prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnyaTujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan lensa tipis terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta.

  Metode Penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam kelompok memecahkan masalah dengan bimbingan guru.

  Dari hasil analisis data tes prestasi, minat dan keaktian siswa, dapat diketahui bahwa pendekatan metode penemuan (discovery) pada pembelajaran Fisika mempunyai pengaruh yang berarti terhadap prestasi belajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta, yaitu ada peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan pada kelas penelitian, yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan metode penemuan. Minat belajar siswa di kelas penelitian lebih tinggi dibanding kelas kontrol, dimana siswa lebih menyukai proses pengajaran, siswa dapat mencerna materi pelajaran, serta lebih berminat untuk mempelajari bidang studi Fisika. Selain itu, diperoleh hasil bahwa dengan pendekatan penemuan, keaktifan siswa dalam belajar di kelas lebih baik, dimana siswa kelas menjadi lebih aktif dalam mengemukakan pendapat, bertanya pada guru, bertanya pada siswa lain, berdiskusi dengan siswa lain, pengerjaan tugas/laporan serta dalam menjawab pertanyaan lisan dari guru.

  Titik Utaminingsih NIM: 021424023

  

The Influence of Learning Method by Discovery Approach on the Major of

Thin Lens towards the X Grade Students’ Interest, Activity and Performance

at SMA Bopkri II Yogyakarta By: Titik Utaminingsih Student Number: 021424023

  The research of learning method by discovery approach on the physics major needs to conduct through a research which designed and implemented on an experimental research to know its effectiveness. This research aims to gain the information of the influence of learning method by discovery approach on the thin lens major towards the X grade students’ interest, activity and performance at SMA Bopkri II Yogyakarta

  Discovery Method is one of the educational practice components which includes the method learning that advances the active, process oriented, self- direct, self-finding and reflective way of study. A learning process should be considered as a stimulus or an incentive that challenges the students to have the feeling of being involved or participated along the learning process. The domocratic role of teacher as a facilitator and a guide or a learning leader makes the students involved more to either self-conduct or in group solving problems, with the guidance of the teacher.

  From the data analysis based on performance tests, the result indicates that discovery approach learning method on the physics major has a significant influence toward the performance of X grade students of SMA Bopkri II Yogyakarta, that is, a significat increasing of study performance to the research class which receive lerning method by discovery approach. The result shows that the interest of students in the research class is higher compared to the control class, in which they prefer more to the learning process, they could better assimilating the subject matters as well as they have a higher interest to learn physics major. Furthermore, this research results indicate that through discovery approach, students activity in class is better, in which they become more active to give their opinions, to propose more questions either to the teacher or to other students, to have discussions with other students, to fulfill assignments/reports as well as to answer the oral questions from their teacher.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PENEMUAN PADA POKOK BAHASAN LENSA TIPIS TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS X SMA II BOPKRI YOGYAKARTA”.

  Perjuangan untuk mencapai suatu keberhasilan memang sulit. Namun dengan kemauan dan keinginan untuk meraih masa depan telah mendorong penulis untuk tetap berusaha.

  Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini, khususnya kepada :

  1. Drs.A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang nemberikan dorongan, semangat, saran dan kritikan serta membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.

  2. Kepala sekolah SMA BOPRI II Yogyakarta.

  3. Bapak Ornan Hendrawan, selaku guru bidang studi fisika kelas X SMA BOPKRI II Yogyakarta.

  4. Dra. Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku Dosen pembimbing akademik.

  5. Semua dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  6. Bapak dan ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayangnya.

  8. Mas Ali, bapak n ibu’e yang selalu memberi semangat ”Kapan luluse...!!!”

  9. Adikku Dinda n Sheva yang manis-manis terima kasih atas canda tawanya.

  10. Sahabat-sahabatku Rahul, Cicik, Heru, Idang, Ceceh, Erna, terima kasih atas doa, curhatan dan dukungannya selama ini.

  11. Teman-temanku seangkatan PFIS 2002, terima kasih atas persahabatannya.

  12. Teman-teman maen dan mas rizky, terima kasih untuk semuanya.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan doa selama perjalanan studi dan proses penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan untuk itu saran dan kritik yang membangun senantiasa diharapkan. Semoga tulisan yang sederhana ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

  Yogyakarta........................

  Penulis Titik Utaminingsih

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................... v ABSTRAK ...................................................................................................... vi

  ..................................................................................................... vii

  ABSTRACT

  KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 D. Pembatasan Masalah .................................................................... 6 E. Manfaat Penelitian ...................................................................... 6

  BAB II. LANDASAN TEORI A. Mata Pelajaran Fisika ................................................................. 8 B. Macam-macam Metode Pembelajaran ........................................ 12 C. Metode Penemuan (Discovery) ................................................... 13

  1. Pengertian .............................................................................. 13

  2. Pelaksanaan Metode Penemuan ............................................. 15

  3. Kelebihan dan Kekurangan .................................................... 18

  D. Prestasi Belajar, Minat dan Keaktifan Belajar Siswa .................... 20

  1. Prestasi Belajar ........................................................................ 20

  2. Minat Siswa.. ........................................................................... 21

  3. Keaktifan Siswa ....................................................................... 22

  E. Ragam Tes ................................................................................... 23

  BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ........................................................................... 25 B. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................... 25 C. Subyek Penelitian ........................................................................ 25 D. Prosedur Pengambilan Data ......................................................... 26 E. Instrumen Penelitian .................................................................... 34 F. Analisis Data ............................................................................... 35

  a. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35

  b. Metode Analisis Data ............................................................. 35

  BAB IV PEMBAHASAN A. Prestasi Belajar Siswa ................................................................. 46 B. Minat Belajar Siswa ..................................................................... 49 C. Keaktifan Siswa dalam Belajar .................................................... 53 BAB V PENUTUP A. Keimpulan .................................................................................. 59 B. Saran .......................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 61 LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes ................................................. 23Tabel 3.2 Selisih Nilai Pre Tes dan Pos Tes pada Kelas Kontrol dan Kelas

  Penelitian ................................................................................................... 54

Tabel 3.3 Variasi Jawaban Angket Minat Siswa .......................................... 55Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Minat Belajar Siswa ........................................... 57Tabel 3.5 Hasil Klasifikasi Minat Belajar Siswa .......................................... 59Tabel 3.6 Penilaian Keaktifan Siswa ........................................................... 59Tabel 3.7 Skor Keaktifan Siswa .................................................................. 6Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Keaktifan Siswa ................................................. 61Tabel 3.9 Hasil Klasifikasi Keaktifan Siswa ................................................ 61Tabel 4.1. Selisih nilai pos tes dan pre tes pada kelas kontrol maupun kelas penelitian ............................................................... 42Tabel 4.2. Ringkasan Hasil Analisis Tes Prestasi .......................................... 43Tabel 4.3. Kriteria Minat Siswa terhadap Proses Pembelajaran

  Pada Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian ..................................... 44

Tabel 4.4. Skor Total Aspek Keaktifan Siswa

  Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian .............................................. 48

Tabel 4.5. Kriteria Keaktifan Siswa Pada Kelas Kontrol maupun pada Kelas Penelitian ................................................................... 49

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol

  Skema Model Penelitian ........................................................... 40

Gambar 4.2. Grafik Histogram Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas

  Penelitian .................................................................................. 41

Gambar 4.3. Grafik Persentase Jumlah Siswa pada Kategori Minat ............... 45Gambar 4.4. Grafik Skor Total Aspek Keaktifan Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Penelitian ................................................................. 48

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat adalah sebuah hal yang diperlukan untuk menekuni dan dapat berhasil

  dalam suatu bidang. Minat dapat ditumbuh-kembangkan melalui beberapa sarana dan media. Sekolah adalah salah satu tempat yang seringkali dianggap sebagai tempat yang tepat untuk menemukan dan mengembangkan minat yang ada. Tetapi, seringkali minat dari para siswa semakin terpendam dan bahkan terhenti justru karena tidak mendapatkan penyaluran yang proporsional di sekolah. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Kapasitas siswa dalam menyerap pelajaran atau keengganan untuk terus belajar adalah faktor-faktor internal, sedangkan proses belajar-mengajar yang tidak kondusif atau metode pengajaran oleh guru pengampu yang kurang aktif-kreatif merupakan faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi penghambat pengembangan minat siswa terhadap sebuah mata pelajaran. Karena itulah, guru-guru pengampu perlu mengembangkan pendekatan dan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi-materi pelajaran untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

  Pendekatan dan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif terutama sangat diperlukan untuk mata pelajaran yang umumnya kurang diminati siswa didik karena alasan-alasan tertentu. Mata pelajaran fisika misalnya, ”Nyawa” dari fisika terletak pada teori dan rumus-rumus serta aplikasinya ke dalam soal-soal yang daftar mata pelajaran yang tidak disukai bahkan menjadi momok bagi kebanyakan siswa. Kondisi ini dapat memburuk jika cara penyampaian materi oleh guru pengampunya tidak mendapatkan simpati dan perhatian dari siswa. Dampak dari kondisi ini adalah siswa menjadi pasif sehingga pada akhirnya dapat menurunkan prestasi belajar anak didik.

  Fakta di lapangan menunjukkan masih banyaknya sistem pembelajaran yang bersifat tradisional dan konvensional, yaitu pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher centered). Sistem ini tentu saja menghambat siswa untuk belajar secara aktif-kreatif, terlebih jika diterapkan pada mata pelajaran fisika yang merupakan bagian dari sains. Fisika dipandang sebagai suatu proses dan sekaligus produk sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efesien yaitu salah satunya melalui kegiatan praktik (Masofa, 2008). Oleh sebab itu, guru hendaknya dapat menyediakan atau memberikan kegiatan yang melibatkan keaktifan siswa dalam bentuk praktek-praktek yang dapat merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka mengekspresikan gagasan-gagasan mereka serta mengkomunikasikan ide ilmiah mereka, bukan hanya menyampaikan materi-materi secara pasif.

  Reorientasi sistem pembelajaran baru yang lebih efektif dapat dilakukan melalui berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan dan metode merupakan dua hal yang sering kita jumpai penggunaannya secara bersamaan dalam sebuah penelitian atau sistem pembelajaran. Dalam prakteknya, penggunaan kedua kata ini seringkali saling menggantikan meskipun memiliki pengertian yang berbeda. pengembangan yang lebih konkret dari teori tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas.

  Untuk pembelajaran fisika, salah satunya pendekatan yang efektif digunakan adalah pendekatan penemuan. Masih menurut Masofa (2008), pembelajaran ilmu sains pada hakekatnya merupakan aktivitas yang berlangsung didalam pikiran orang yang berkecimpung didalamnya karena adanya rasa ingin tahu dan hasrat untuk memahami fenomena alam. Dengan pendekatan penemuan (discovery), rasa keingintahuan siswa dapat tersalurkan karena dalam pembelajaran dengan pendekatan ini , guru menyajikan permasalahan kepada siswa dan meminta mereka untuk memecahkan maslah tersebut melalui kegiatan penilitian. Pendekatan ini dapat menstimulasi siswa untuk lebih bersikap aktif dan kreatif karena pendekatan ini berorientasi pada proses, yaitu proses untuk menangkap permasalahan yang diajukan oleh guru, mengamati obyek yang diteliti dalam praktek penelitian, memunculkan hipotesa, mempresentasikan hasil penelitian mereka, dan mengambil kesimpulan.

  Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendekatan penemuan adalah suatu pendekatan dimana dalam proses belajar mengajar, siswa-siswanya diberi kesempatan untuk menemukan sendiri informasi dan materi-materi bahasan yang secara tradisional hanya diberitahukan atau diceramahkan saja oleh guru mereka.

  Seperti yang telah disampaikan diatas, metode merupakan pengembangan yang lebih konkret dari sebuah teori (pendekatan), berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam berbagai bentuk kegiatan kelas. Dalam kaitannya dengan pendekatan penemuan, metode konflik kognitif dapat diterapkan sebagai diminta menemukan informasi melalui penelitian yang mereka lakukan, akan muncul konsep-konsep yang tidak selalu sama dari semua siswa. Metode konflik kognitif adalah serangkaian kegiatan pembelajaran dengan mengkomunikasikan dua atau lebih rangsangan berupa sesuatu yang berlawanan atau berbeda kepada peserta didik agar terjadi proses internal yang intensif dalam rangka mencapai keseimbangan ilmu pengetahuan yang lebih tinggi. Secara spesifik Van den Berg (1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa metode konfik kognitif dalam pembelajaran fisika cukup efektif untuk mengatasi miskonsepsi pada siswa dalam rangka membentuk keseimbangan ilmu yang lebih tinggi.

  Berpikir kreatif menurut Lawson (1980) dimaknai sebagi suatu proses kreatif, yaitu merasakan adanya kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, adanya unsur yang hilang, dan ketidak harmonisan, mendefinisikan masalah secara jelas, membuat dugaan-dugaan atau merumuskan hipotesis tentang kekurangan-kekurangan, menguji dugaandugaan tersebut dan kemungkinan perbaikannya, pengujian kembali atau bahkan mendefinisikan ulang masalah, dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya.

  Pemasangan antara pendekatan penemuan dengan metode konflik kognitif sebagai penciptaan sebuah sistem pembelajaran aktif - kreatif disini cukup jelas terlihat; pendekatan penemuan mendorong siswa aktif dalam melakukan penelitian untuk sebuah penemuan dan metode konflik kognitif membantu mereka semakin berpikir kreatif dalam mencermati, mengolah dan menyatukan konsep-konsep yang berbeda dengan antara konsep yang mereka temukan dengan konsep-konsep dari siswa (kelompok) lain untuk kemudian memperoleh kesimpulan yang disepakati secara

  Penerapan sistem pembelajaran dengan menerapkan pendekatan dan metode yang kreatif dan inovatif diharapkan dapat memicu minat siswa dalam aktivitas belajar yang tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Tujuan lain yang dapat dicapai dengan keberhasilan pendekatan dan metode tersebut adalah terciptanya lingkungan belajar yang kondusif dan berkualitas. Lingkungan belajar yang kondusif dan berkualitas memberi pengaruh nyata bagi subyek didik mengembangkan potensi dan intelektualitasnya. Dengan bertolak dari uraian di atas, maka penelitian tentang pembelajaran dengan pendekatan penemuan terhadap prestasi belajar fisika perlu diungkap melalui sebuah penelitian yang dirancang dan diimplementasikan dalam suatu studi eksperimen untuk dilihat efektifitasnya. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan (discovery) terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar, khususnya pada siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta, khususnya lagi pada pokok bahasan lensa tipis.

B. Perumusan Masalah

  Dari uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan lensa tipis terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta?”

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran dengan pendekatan penemuan pada pokok bahasan lensa tipis terhadap minat, keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X SMA Bopkri II Yogyakarta.

  D. Pembatasan Masalah

  Dalam melakukan penelitian, suatu batasan penelitian perlu ditentukan agar penelitian lebih terarah pada tujuan penelitian. Adapun batasan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Mengenai pendekatan pembelajaran yang digunakan, yaitu pendekatan penemuan.

  2. Mengenai pokok bahasan pelajaran Fisika yang akan diberikan, yaitu pokok bahasan Lensa Tipis.

  3. Mengenai obyek penelitian, yaitu siswa kelas X di SMA Bopkri II Yogyakarta E.

   Manfaat Penelitian

  1. Manfaat praktis

  a. Sebagai bahan tertulis dan pertimbangan bagi guru-guru Fisika SMA, khususnya bagi guru-guru Fisika di SMA Bopkri II Yogyakarta dan bagi guru-guru FISIKA SMA pada umumnya, dalam menjalankan b. Bagi siswa, model pembelajaran ini diharapkan dapat memotivasi belajar sains secara umum, aspek fisika secara khusus.

  c. Bagi pengembang kurikulum, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dalam pengembangan kurikulum dan model pembelajaran sains di SMA serta merekomendasikan beberapa faktor pendukung kepada pihak penentu kebijakan (Departemen Pendidikan Nasional).

  d. Memberikan pengalaman penelitian dan sebagai bahan informasi tertulis kepada mahasiswa, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Manfaat teoritis

  a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi konsep dalam upaya mengembangkan metode belajar-mengajar mata pelajaran Fisika yang optimal.

  b. Menjadi bahan kontribusi acuan bagi peneliti lain dalam mengkaji masalah metode pembelajaran penemuan dari sudut pandang yang berbeda.

BAB II LANDASAN TEORI A. Mata Pelajaran Fisika Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

  sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Sains di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari- hari.

  Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun Sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri.

  Fungsi dan Tujuan mata pelajaran fisika di SMA dan MA adalah sebagai

  1. Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

  2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup:

  a) jujur dan obyektif terhadap data;

  b) terbuka dalam menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu;

  c) ulet dan tidak cepat putus asa;

  d) kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris; e) dapat bekerjasama dengan orang lain;

  3. Memberi pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalaui percobaan: merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, menyususn laporan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis;

  4. Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pada kelas X perangkat matematika yang mendukung fisika adalah aljabar. Pada kelas XI selain aljabar penggunaan kalkulus juga diperkenalkan di beberapa bagian. Di Kelas XII penggunaan kalkulus diferensial dan integral dilakukan dengan porsi yang lebih banyak lagi;

  5. Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi;

  6. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi. Materi pokok fisika di SMA dan MA merupakan kelanjutan dari materi pokok fisika SMP dengan perluasan pada konsep abstrak yang dibahas secara kuantitatif analitis. Materi pokok tersebut umumnya diperoleh dari berbagai kegiatan yang menggunakan keterampilan proses dalam lingkup melakukan kerja ilmiah.

  Secara garis besar materi pokok fisika di SMA meliputi:

  a. Kelas X Besaran, pengukuran dan vektor; karakteristik gerak; penerapan hukum Newton; tata surya; suhu dan kalor; cahaya; hakekat gelombang elektromagnetik; listrik dinamis. Keseluruhan materi pokok ini penekanannya pada kecakapan hidup dan sebagai dasar untuk belajar pada program penjurusan di kelas XI.

  b. Kelas XI Gerak dengan analisis vektor; energi, usaha, dan daya; impuls dan momentum; momentum sudut dan rotasi benda tegar; fluida; teori kinetik gas; termodinamika. c. Kelas XII Gaya listrik dan medan listrik; medan magnet, gaya Lorentz dan induksi elektromagnetik; gelombang dan bunyi, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, zat padat/semikonduktor; radioaktivitas; jagat raya. Pada pembelajaran dengan pokok bahasan lensa tipis, diharapkan siswa dapat:

  1. menentukan salah satu besaran pada kasus pembiasan pada permukaan lengkung bila disajikan data secukupnya; 2. mendefinisikan pengertian lensa dengan benar; 3. membedakan sifat lensa positif dan lensa negatif dengan benar; 4. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa positif; 5. melukis bayangan benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa negatif; 6. menentukan sifat bayangan suatu benda yang diletakkan pada jarak tertentu di depan lensa positif dengan metode penomoran ruang; dan 7. menghitung salah satu besaran bekaitan dengan pembiasan pada lensa tipis bila disajikan data seperlunya

  Permukaan sebuah lensa dapat berupa bola, parabola atau silinder. Namun uraian materi modul ini hanya membicarakan lensa tipis dengan permukaan- permukaannya merupakan permukaan bola. Lensa dibedakan atas lensa positif atau lensa cembung (gambar 1.a) dan lensa negatif atau lensa cekung (gambar 1.b).

  Gambar 1. Model Lensa Tipis Keterangan: (a) Lensa positif terdiri dari: 1) lensa bikonveks (cembung ganda); 2) plankonfeks (cembung-datar); dan 3) cembung-cekung (konfeks-konkaf).

  (b) Lensa negatif terdiri dari: 4) bikonkaf (cekung ganda); 5) plan-konkaf (cembung-datar); dan 6) cekung-cembung (konkaf-konveks).

B. Macam-Macam Metode Pembelajaran

  Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang sistematis dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar. Terdapat beberapa jenis metode pembelajaran, antara lain: a. Metode Ceramah (Preaching Method)

  b. Metode Diskusi ( Discussion Method ) d. Metode Ceramah Plus

  e. Metode Resitasi ( Recitation Method )

  f. Metode Percobaan ( Experimental Method )

  g. Metode Karya Wisata

  h. Metode Perancangan ( Project Method ) i. Metode Discovery j. Metode Inquiry

C. Metode Penemuan (Discovery)

1. Pengertian Metode Penemuan

  Salah satu metode mengajar yang akhir-akhir ini banyak digunakan di sekolah-sekolah yang sudah maju adalah metode discovery, hal itu disebabkan karena metode discovery ini: (a) Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif, (b) Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa, (c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain, (d) Dengan menggunakan strategi penemuan, anak belajar menguasai salah satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya sendiri, (e) dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan probela yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan

  Metode Penemuan menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode Penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif, beroreientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan reflektif. Menurut

  

Encyclopedia of Educational Research , penemuan merupakan suatu strategi

  yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan ketrampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.

  Suryosubroto (2002:193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya.

  Metode Penemuan menurut Rohani (2004:39) adalah metode yang berangkat dari suatu pandangan bahwa peserta didik sebagai subyek di samping sebagai obyek pembelajaran. Mereka memiliki kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang mereka

  Proses pembelajaran harus dipandang sebagai suatu stimulus atau rangsangan yang dapat menantang peserta didik untuk merasa terlibat atau berpartisipasi dalam aktivitas pembelajaran. Peranan guru hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.

  Metode Penemuan menurut Roestiyah (2001:20) adalah metode mengajar mempergunakan teknik penemuan. Metode Penemuan adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi sesuatu konsep atau sesuatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

  Pada metode Penemuan, situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning.

  Dengan pembelajaran menggunakan metode Penemuan, maka cara mengajar melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

2. Pelaksanaan Metode Penemuan

  Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realities untuk mengajar dengan penemuan, (b) Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajarai, (c) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan, (d) Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan penemuan, (e) menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta dipecahkan, (f) Mengecek pengertian siswa tentang maslah yang digunakan untuk merangsang belajar dengan penemuan, (g) Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan penemuan, (h) memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai data harga bahan-bahan pokok dan jumlah orang yang membutuhkan bahan-bahan pokok tersebut, (i) Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum, (j) Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya, walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri, (k) memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan informasi bila ditanya dan diperlukan siswa dalam kelangsungan kegiatannya, (l) Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (m) Mengajarkan ketrampilan untuk belajar merundingkan strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul, (o) Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang sederhana, (p) Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandanganan dan tafsiran yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik kesimpulan yang benar, (q) Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan dan fakta, (r) Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang berbagai tingkat kesukaran dan siswa- siswa yang mengidentifikasi hasil dari penyelidikannya sendiri, (s) membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide, generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah ditemukan melalui strategi penemuan, (t) Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya, misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana siswa bebas menentukan pendekatannya.

  Sedangkan langkah-langkah menurut Richard Scuhman yang dikutip oleh Suryosubroto (2002:199) adalah : (a) identifikasi kebutuhan siswa, (b) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari, (c) Seleksi bahan, dan problema serta tugas- tugas, (d) Membantu memperjelas problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa, (e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan, (f) Mencek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa, (g) Memberi kesempatan kepada siswa mengarahkan dan mengidentifikasi proses, (j) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa, (k) memuji dan membesarkan siswa yang bergiat dalam proses penemuan, (l) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuannya.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Penemuan

  Metode Penemuan memiliki kelebihan-kelebihan seperti diungkapkan oleh Suryosubroto (2002:200) yaitu: (a) Dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa, andaikata siswa itu dilibatkan terus dalam penemuan terpimpin. Kekuatan dari proses penemuan datang dari usaha untuk menemukan, jadi seseorang belajar bagaimana belajar itu, (b) Pengetahuan diperoleh dari strategi ini sangat pribadi sifatnya dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertian retensi dan transfer, (c) Strategi penemuan membangkitkan gairah pada siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan, (d) metode ini memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri, (e) metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat dan bermotivasi sendiri untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus, (f) Metode Penemuan dapat membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya Strategi ini berpusat pada anak, misalnya memberi kesempatan pada siswa dan guru berpartisispasi sebagai sesame dalam situasi penemuan yang jawabannya belum diketahui sebelumnya, (h) Membantu perkembangan siswa menuju skeptisisme yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak.

  Penggunaan metode Penemuan ini guru berusaha untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga metode Penemuan menurut Roestiyah (2001:20) memiliki keunggulan sebagai berikut: (a) Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa, (b) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut, (c) Dapat meningkatkan kegairahan belajar para siswa.

  Kekurangan-kekurangan metode Penemuan menurut Suryosubroto (2002:2001) adalah: (a) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang abstrak, atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek, atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain, (b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya sebagian besar waktu dapat ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudahy biasa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional, (d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan ketrampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan, (e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada, (f) Strategi ini mungkin tidak akan memberi kesempatan untuk berpikir kreatif, kalau pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaannya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.

D. Prestasi Belajar, Minat dan Keaktifan Belajar Siswa 1. Prestasi Belajar

  Prestasi merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang atau siswa melakukan kegiatan. Seorang anak dikatakan memiliki prestasi yang tinggi jika hasil evaluasi yang didapat adalah tinggi, begitu sebaliknya anak dapat dikatakan memiliki prestasi rendah apabila hasil yang didapat dari evaluasi rendah (Arikunto, 2001 : 32). Sementara menurut Oemar Hamalik (1982: 28), prestasi adalah hasil yang diperoleh dari hasil kegiatan belajar, yaitu dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. dan sebagainya. Sedangkan pengertian prestasi belajar menurut Tabrani dan Rusyan (1989: 8), prestasi belajar merupakan tingkat atau besarnya perubahan tingkah laku yang dapat dicapai dari suatu pengalaman yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, kecakapan dan kebiasaan. Jadi, belajar saja tidak cukup, harus diiringi dengan pengalaman. Pengalaman lebih mudah untuk dipahami, untuk mencapai penguasaan dan kecakapan dalam belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika merupakan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah mengalami proses belajar Matematika.

2. Minat Siswa

  Menurut Tyler (1973) dalam Mustikasari (2007), tujuan sekolah yang berkaitan dengan minat dapat diterima apabila aktivitas sekolah memberi konstribusi terhadap pengembangan individu, kompetensi sosial, atau kepuasan hidup. Tujuan pemelajaran afektif, khususnya minat, harus memperluas minat siswa belajar hal-hal penting dari berbagai bidang dan meningkatkan minat siswa belajar pada bidang khusus. Oleh karena itu disarankan agar tujuan pemelajaran mata pelajaran tertentu memuat tujuan afektif, misalkan meningkatkan minat membaca buku.

  Pada setiap evaluasi pengajaran yang dilakukan, hasil yang diperoleh ada yang memuaskan dan ada pula yang tidak memuaskan, termasuk dalam pengajaran fisika pada umumnya. Tentu saja banyak faktor yang berpengaruh, di antaranya adalah minat belajar siswa terhadap pelajaran yang dimaksud, pantas untuk dipertanyakan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Abu Ahmadi

3. Keaktifan Siswa Orientasi pengajaran fisika kita saat ini cenderung sangat prosedural.

  Secara gamblang seorang guru menyatakan bahwa selama ini mereka (para guru fisika) mengajarkan siswa-siswa menghafalkan rumus-rumus atau prosedur fisika tertentu. Agar pembelajaran bermakna bagi siswa maka idealnya pembelajaran fisika dimulai dengan masalah-masalah yang realistik.

  Kemudian siswa diberi kesempatan menyelesaikan masalah itu dengan caranya sendiri dengan skema yang dimiliki dalam pikirannya. Artinya siswa diberi kesempatan melakukan refleksi, interpretasi, dan mencari strateginya yang sesuai.