Knowledge Sharing Behavior pada Pustakawan di Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya Repository - UNAIR REPOSITORY
KNOWLEDGE SHARING BEHAVIOR PADA PUSTAKAWAN DI
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Oleh:
Widi Listiyas Rini 071411631013
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimensi (struktural, relasional, dan kognitif) yang dikembangkan oleh Social Capital Theory, dimana didalamnya terdapat suatu hubungan jaringan sosial yang dapat memfasilitasi lalu lintas komunikasi diantara pustakawan, yang dapat menciptakan suatu perilaku
Knowledge Sharing sebagai strategi atau cara yang digunakan untuk mencapai
suatu tujuan perpustakaan. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus.Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis berdasarkan landasan teori yang digunakan, yaitu Social Capital Theory dengan tujuan untuk menemukan data yang sesuai dengan teori tersebut. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa dalam melakukan kegiatan Knowledge
Sharing, dapat dilihat adanya perbedaan perilaku pustakawan, yaitu yaitu perilaku
optimis kognitif, perilaku defensif afektif, perilaku pesimis afektif dan perilaku pesimis kognitif. Keempat perbedaan perilaku muncul dari sikap pustakawan dalam menilai kegiatan Knowledge Sharing tersebut. Pustakawan yang memiliki niat, dukungan positif, dan sadar akan pentingnya menumbuhkan ide serta inovasi bagi perpustakaan melalui kegiatan Knowledge Sharing merupakan pustakawan yang berperilaku optimis kognitif. Pustakawan yang tidak memiliki niat yang tumbuh dari dalam dirinya dalam melakukan kegiatan Knowledge Sharing, karena merasa kurang setuju dengan materi-materi atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan tersebut, sehingga enggan untuk menyampaikan idenya untuk dibagikan merupakan pustakawan dengan perilaku defensif afektif. Pustakawan yang juga memiliki niat, memiliki dukungan positif berupa ketertarikan, namun kurang sadar dan kurang optimal dalam menumbuhkan ide serta inovasi bagi perpustakaan melalui kegiatan Knowledge Sharing merupakan pustakawan yang berperilaku pesimis afektif. Sedangkan pustakawan yang tidak memiliki niat yang tumbuh dari dalam diri dan kurang sadar akan pentingnya ide dan inovasi yang terbentuk dalam kegiatan Knowledge Sharing yang dilakukan dalam perpustakaan merupakan pustakawan yang berperilaku pesimis kognitif.
Kata Kunci: pustakawan, perilaku knowledge sharing, social capital
ABSTRACT
This study aims to determine the dimensions (structural, relational, and cognitive) developed by Social Capital Theory, in which there is a relationship of social networks that can facilitate the communication traffic between the librarians, who can create a behavior Knowledge Sharing as a strategy or way used for a purpose library. This study uses the case study method. Data analysis technique used is the analysis based on the theoretical basis that is used, the Social Capital Theory in order to find the appropriate data to the theory. Based on the data analysis, the result that in the conduct of Knowledge Sharing, you can see the difference in the behavior of librarians, that is optimistic cognitive behavior, affective defensive behavior, pessimistic affective behavior, anf pessimistic cognitive behavior. Fourth behavioral differences arise from the attitude of librarians in assessing the activities of Knowledge Sharing. Librarians who have the intention, positive reinforcement, and aware of the importance of foster ideas and innovation for the library through the Knowledge Sharing is a librarian who behave optimistic cognitive. Librarians who have no intention that grows from within itself in the activities of Knowledge Sharing, because they feel less agree with these materials or a series of activities carried out in these activities, so reluctant to convey his ideas to be shared is a librarian with affective defensive behavior. Librarians also have the intention, have positive support in the form of interest, but less aware and less than optimal in cultivating ideas and innovation for the library through the Knowledge Sharing is a librarian who behave pessimistic affective. While librarians who have no intention of growing from within and less aware of the importance of ideas and innovation that is formed in the activities Knowledge Sharing carried out in the library is a librarian who behave pessimistic cognitive.
Keywords: librarians, knowledge sharingbehavior, social capital
1. Pendahuluan beragam, karena dapat menjadi
Berbagai perubahan di era wadah yang mendukung suatu informasi mengakibatkan sebagian organisasi untuk selalu berkarya, besar organisasi baik yang bergerak berkreasi, dan berpikir kritis dalam pada bidang profit maupun non profit mengatasi persaingan. Kunci seperti perpustakaan, telah keberhasilan Knowledge menyadari pentingnya Knowledge Management adalah adanya
Management sebagai salah satu cara komunikasi antar individu dalam
untuk menghadapi perkembangan memberikan atau membagikan jaman dengan berbagai tuntutan pengetahuan yang mereka miliki,
Management disebut dengan Knowledge Sharing .Knowledge Sharing terkait dengan kesediaan dan
kesiapan individu untuk berbagi pengetahuan dengan orang lain.
Knowledge Sharing yang efektif
antara individu tergantung pada perilaku individu dalam melakukan kegiatan Knowledge Sharing itu sendiri.
Hasil riset yang dilakukan oleh Delphi Group mengenai komposisi pengetahuan yang tersimpan adalah sebesar 42% terletak di dalam pikiran seseorang, data tersebut merupakan prosentase terbesar dibandingkan dari komponen lainnya seperti dokumen kertas, dokumen elektronik, dan knowledge based elektronik. Berdasarkan data, dapat diketahui bahwa pengetahuan terbesar seseorang tersimpan dalam pikirannya sendiri yang biasanya disebut dengan tacit knowledge yang bersifat intangible dan masih belum disampaikan kepada siapapun. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya Knowledge Sharing pengetahuan yang masih tersimpan dalam pikiran guna meningkatkan cara berpikir seseorang melalui berbagai pengalaman-pengalaman yang disampaikan oleh orang lain dalam suatu organisasi.Sebagaimana survei yang dilakukan oleh IBM Institute yang menyatakanbahwa sebanyak 85% orang-orang akan menyeslesaikan masalah dan mengambil keputusan dengan cara bertanya kepada orang lain dan menggali informasi dari orang lain.Hal tersebut memberi bukti bahwa dalam melakukan aktivitas sehari-hari kita selalu melibatkan kegiatan Knowledge Sharing dalam menyelesaikan masalah-masalah yang muncul, tidak terkecuali organisasi yang dituntut untuk selalu tanggap dalam memenuhi kebutuhan penggunanya yang tidak terbatas secara cepat dan tepat. Kegiatan
Knowledge Sharing dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya suatu organisasi untuk menumbuhkan budaya Knowledge Sharing dalam organisasi yang dapat dilihat dari perilaku anggota organisasi dalam melakukan kegiatan tersebut.
2. Tinjauan Teoritis
2.1 Knowledge Sharing Behavior Meningkatkan modal pengetahuan organisasi yang bergerak pada bidang jasa harus mengembangkan proses atau kegiatan Knowledge Sharingyang efektif agar mendorong sumber daya manusia dalam suatu organisasi untukberbagi pengetahuan. Kegiatan
Knowledge Sharing dalam suatu
organisasi tidak selalu berjalan dengan lancar, namun kegiatan
Knowledge Sharing dalam suatu
organisasi sering bermasalah dan kerap menghadapi berbagai kendala dalam pelaksanaannya sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi manager yang bertanggungjawab mengenai kegiatan tersebut.Keberhasilan Knowledge
Sharing dalam sebuah organisasi
bergantung pada sikap dan kemauan individu untuk berbagi, dan kesulitan terbesar dalam Knowledge Sharing adalah mengubah perilaku seseorang tersebut. Keberhasilan Knowledge
Sharing dalam praktiknya, terdapat
berbagi pengetahuan meskipun dengan adanya kemajuan teknologi dalamberkomunikasi.
Berdasarkan penjelasan tersebut, kita perlu memahami alasan individu berperilaku dan mengapa mereka memiliki sikap tertentu terhadap Knowleedge Sharing. Saat membuat keputusan untuk membagikan satu pengetahuan dengan rekan kerja, seorang individu biasanya akan mengambil faktor harapan pribadi, hubungan interpersonal, motivasi, serta biaya dan manfaat yang akan dijadikan pertimbangan. Psikologi sosial berfokus pada hubungan antara individu dan lingkungan sosial mereka, dan karena itu, sosiologi dan psikologi menyoroti perilaku
Knowleedge Sharing . Wawasan dari
bidang psikologi sosial atau lebih khusus lagi,Social Capital Theory (SCT) sangat membantu untuk memahami perilaku individu dalam melakukan kegiatan Knowleedge
Sharing . Social Capital Theory
(SCT) mendalilkan bahwa orang- orang secara rasional mempertimbangkan implikasi dari memutuskan untuk terlibat dalam perilaku tertentu.
2.2 Social Capital Theory Nahapiet and Ghoshal
(1998)berpandangan untuk mengembangkan unsur-unsur modal sosial sebagai jumlah dari keseluruhan sumber daya yang aktual dan potensial, melalui dan berasal dari hubungan jaringan yang dimiliki oleh suatu individu maupun sosial, sehingga terdiri dari dua hubungan jaringan dan asset yang dapat di mobilisasi melalui jaringan tersebut. Sebagai sumber daya yang berakar pada seperangkat hubungan, modal sosial tentunya memiliki beberapa atribut yang berbeda-beda. Berpedoman dari penelitian yang dilakukan oleh Putnam (1993) mengenai modal sosial yang bertujuan untuk memperjelas prioritas dari dimensi permodalan, untuk mengeksplorasi konteks peran modal sosial dalam menciptakan modal intelektual, Nahapiet and Ghosal (1998) menyarankan untuk mempertimbangkan beberapa segi yang telah dianalisa secara analitis untuk menunjukkan aspek yang
Beberapa segi tersebut secara lebih detail mencakup 3 struktur, yang disebutnya sebagai dimensi, yaitu dimensi struktural, kognitif, dan relasional.
2.2.1 Dimensi Struktural Dalam membedakan dimensi struktural dan relasional, mereka berpedoman pada hasil diskusi Granovetter dalam N. Nohria, & R.
Eccles,mengenai keterpaduan antara struktural dan relasional secara keseluruhan yang menyangkut sifat dari sistem sosial dan hubungan jaringan. Istilah tersebut menggambarkan konfigurasi impersonal atau keterkaitan antara orang-orang atau unit. Konsep dimensi struktural modal sosial digunakan untuk merujuk pada keseluruhan pola hubungan antar individu. Berhubungan atau berinteraksi dengan siapa dan bagaimana cara yang digunakan untuk berhubungan atau berinteraksi tersebut. Analisis aspek penting menurut Coleman (1988) dalam dimensi ini yaitu, bahwa tidak ditemukan adanya jaringan hubungan antar individu yang yang erat atau keakraban, adanya hubungan jaringan hanya diciptakan untuk satu tujuan tertentu.
2.2.2 Dimensi Relasional Sebaliknya, dimensi relasional menggambarkan jenis hubungan pribadi individu yang telah berkembang satu sama lain melalui sejarah interaksi. Konsep ini berfokus pada hubungan-hubungan tertentu yang dimiliki individu, seperti menghormati persahabatan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku mereka. Melalui hubungan- hubungan pribadi yang terus berlanjut ini, individu dapat memenuhi kebutuhan atau motif sosial seperti sosialisasi, persetujuan, dan prestise. Contoh hubungan relasional dalam hal ini dapat dianalogikan berdasarkan penjelasan berikut, dua individu yang dapat menempati posisi setara dalam konfigurasi jaringan yang sama, tetapi jika keterikatan pribadi dan emosional mereka berbeda, tindakan mereka juga akan cenderung berbeda dalam hal penting. Konsep dimensi relasional modal sosial digunakan untuk merujuk pada asset yang istimewa dan sejajar sebagai cerminan dari perilaku. Berbeda dengan dimensi structural, dalam dimensi relasional terdapat aspek kunci yaitu hubungan interpersonal atau hubungan erat, kepercayaan, norma, sanksi, dan kewajiban.
2.2.3 Dimensi Kognitif Dimensi ketiga dari modal sosial, yaitu dimensi kognitif yang mengacu pada sumber daya yang menyediakan interpretasi bersama.
Mereka mengidentifikasi dimensi ini secara terpisah, dan dikemukakan bahwa dimensi kognitif merupakan asset penting yang belum dibahas dalam arus literatur utama modal sosial. Sumber daya ini juga menunjukkan aspek yang sangat penting dalam konteks pertimbangan intelektual yang mencakup kode dan bahasa bersama yang digunakan untuk berbagi pengetahuan diantara anggota jaringan yang dapat meningkatkan pemahaman antar individu dan menjadikan komunikasi antar individu menjadi lebih efektif, karena merupakan proses-proses mental dan ide-ide.
3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi atau pengamatan mengenai suatu kasus atau fenomena dan terikat oleh sistem tertentu yang berlangsung dari waktu ke waktu dengan melakukan pengumpulan data melalui berbagai metode yang digunakan, serta dengan melibatkan berbagai sumber informasi yang dapat mendukung penelitian terhadap suatu fokus masalah atau konteks yang sedang diteliti.
Berdasarkan judul penelitian yang dipaparkan, peneliti memilih untuk melakukan penelitian kualitatif berdasarkan objek yang menjadi fokus permasalahan. Tipe penelitian kualitatif tidak hanya dapat mengungkapkan makna secara umum, namun tipe penelitian kualitatif dapat digunakan untuk memahami suatu interaksi sosial. Interaksi sosial yang kompleks hanya dapat diuraikan apabila peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggali makna secara dalam interaksi sosial tersebut.Penelitian kualitatif dipilih peneliti untuk memusatkan penelitian pada situasi sosial atau peristiwa- peristiwa yang mendasari wujud gejala yang ada dalam kegiatan yang dilakukan oleh suatu kelompok individu. Sehingga didapatkan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai perilaku individu melalui interaksi-interaksi yang dilakukan oleh masing-masing individu dalam objek penelitian yang sedang diteliti. Terutama dalam melakukan dan menciptakan kegiatan Knowledge
Sharing di kalangan pustakawan
untuk mencapai tujuan dan keberhasilan suatu organisasi (perpustakaan) dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di era informasi saat ini.
Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia memberikan informasi lengkap dan akurat. Informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi harus memenuhi syarat. Informan peneliti akan menjadi informan kunci
(key informan) yang dalam penelitian
ini adalah ketua dari anggota
Community of Practicess pustakawan
Universitas Airlangga Surabaya.Penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah informan, tetapi bisa tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan komplesitas dari keragaman fenomena sosial yang diteliti.
Banyaknya informan ditentukan dengan teknik snowball sampling yakni proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait topik penelitian yang diperlukan. Pencarian informan akan dihentikan setelah informasi penelitian dianggap sudah memadai.
4. Hasil dan Pembahasan
Melalui data yang di peroleh dalam penelitian, terlihat ada empat kategori perilaku pustakawan di Perpustakaan Universitas Airlangga Surabaya dalam melakukan kegiatan
Knowledge Sharing,
terdapatpustakawan yang berperilaku optimis kognitif, pustakawan yang berperilaku defensif afektif, pustakawan yang berperilaku pesimis afektif dan pustakawan yang berperilaku pesimis kognitif terhadap kegiatan Knowledge Sharing tersebut.
-
Mengikuti kegiatan- Dimensi Relasional Hubungan Interpersonal Ketika individu merasa nyaman, maka tidak ada rasa canggung, dan dalam penyampaian
Ketika individu merasa nyaman,
maka tidak ada rasa
canggung, dandalam penyampaian
Knowledge Sharing
juga dapat menggunakanbahasa sehari-hari.
Sebaliknya, ketika
tidak ada rasa nyaman, maka dalamberkomunikasi akan
merasa canggungdan individu
cenderung menghindar.Kesadaran masih kurang, tindakan untuk mengembangkan ide hanya dilakukan ketika ada kebutuhan.
Lebih memilih untuk diam dan tidak mengembangkan ide.
Bersama Terdapat kesadaran dan tindakan untuk mengembangkan ide yang didapat dari kegiatan Knowledge Sharing.
Dimensi Kognitif Kode dan Bahasa
Ketika individu merasa nyaman, maka tidak ada rasa canggung, dan dalam penyampaian Knowledge Sharing juga dapat menggunakan bahasa sehari-hari. Sebaliknya, ketika tidak ada rasa nyaman, maka dalam berkomunikasi akan merasa canggung dan individu cenderung menghindar.
Ketika individu merasa nyaman, maka tidak ada rasa canggung, dan dalam penyampaian Knowledge Sharing juga dapat menggunakan bahasa sehari-hari. Sebaliknya, ketika tidak ada rasa nyaman, maka dalam berkomunikasi akan merasa canggung dan individu cenderung menghindar.
Knowledge Sharing juga dapat menggunakan bahasa sehari-hari. Sebaliknya, ketika tidak ada rasa nyaman, maka dalam berkomunikasi akan merasa canggung dan individu cenderung menghindar.
Aspek Analisis Kecenderungan Pola Perilaku Pustakawan Optimis Kognitif Defensif Afektif Pesimis Afektif Pesimis Kognitif Dimensi Struktural
Knowledge Sharing atas dasar niat yang tumbuh dari dalam diri individu.
Motivasi Intrinsik Mengikuti kegiatan Knowledge Sharing atas dasar niat yang tumbuh dari dalam diri individu.
Sebatas bentuk patuh terhadap peraturan yang ditetapkan.
Adanya ketertarikan mengenai topik yang dibahas dalam kegiatan Knowledge Sharing .
Sebatas bentuk patuh terhadap peraturan yang ditetapkan. (terdapat sikap reaktif terhadap
kegiatan Knowledge
Sharing )Prosedur Mencapai kesejajaran pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan pustakawan lain yang berkesempatan mengikuti seminar atau pelatihan di luar perpustakaan.
Tidak ada waktu untuk mengembangkan ide.
5. Kesimpulan
Perilaku pustakawan dalam melakukan kegiatan Knowledge
Sharing dapat di identifikasi melalui
tiga dimensi yang terdapat dalam
Social Capital Theory, dimana di
dalamnya terdapat dimensi struktural dan dimensi kognitif yang dapat memfasilitasi kegiatan Knowledge
Sharing,
serta dimensi relasional sebagai dimensi yang mendasari pustakawan untuk bersedia atau tidak dalam melakukan kegiatan tersebut.Melalui dimensi struktural, terdapat suatu usaha-usaha, peran, peraturan, prosedur, tujuan, harapan, pola interaksi, jaringan sosial, kerjasama, serta adanya alat yang dapat membantu pustakawan dalam mendukung kelancaran kegiatan
Knowledge Sharing . Melalui dimensi
kognitif, terdapat suatu pengelolaan aspek kognitif pustakawan, dimulai dari bagaimana cara mereka menyamakan pemahaman dalam kegiatan Knowledge Sharing, menjaga komunikasi pustakawan dalam kelompok, sampai mengelola pemikirannya untuk menciptakan ide-ide yang akan menumbuhkan mengembangkan perpustakaan.
Melaui dimensi relasional, terdapat keputusan pustakawan untuk bersedia atau tidak dalam melakukan kegiatan Knowledge Sharing.
Berdasarkan perilaku yang tercermin pada pustakawan dalam melakukan kegiatan Knowledge
Sharing, dapat dilihat adanya
berbedaan perilaku, yaitu perilaku optimis kognitif, perilaku defensif afektif, perilaku pesimis afektif dan perilaku pesimis kognitif. Keempat perbedaan perilaku muncul dari sikap pustakawan dalam menilai kegiatan Knowledge Sharing tersebut. Pustakawan yang memiliki niat, dukungan positif, dan sadar akan pentingnya menumbuhkan ide serta inovasi bagi perpustakaan melalui kegiatan Knowledge Sharing merupakan pustakawan yang berperilaku optimis kognitif. Pustakawan yang tidak memiliki niat yang tumbuh dari dalam dirinya dalam melakukan kegiatan
Knowledge Sharing , karena merasa
kurang setuju dengan materi-materi atau rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan tersebut, menyampaikan idenya untuk dibagikan merupakan pustakawan dengan perilaku defensif afektif. Pustakawan yang juga memiliki niat, memiliki dukungan positif berupa ketertarikan, namun kurang sadar dan kurang optimal dalam menumbuhkan ide serta inovasi bagi perpustakaan melalui kegiatan
Knowledge Sharing
Baron, Stephen.,Tonkiss, Fran., Savage, Mike., Tampubolon, Gindo., Warde, Alan. (ed.).
Harvard University Press. Coleman, James S. (1988). “Social capital in the Creation of
The Social Structure of Competition. Cambridge MA:
Burt, R. S. (1992). Structural Holes:
Penelitian Sosial . Surabaya: Airlangga Univercity Press.
(Families & Social Capital ESRC Research Group). London: London South Bank University. Bungin, Burhan. (2001). Metodologi
Networks: Social Capital in Critical Perspective
(2004). Politics, Trust and
2017, dari
merupakan pustakawan yang berperilaku pesimis afektif. Sedangkan pustakawan yang tidak memiliki niat yang tumbuh dari dalam diri dan kurang sadar akan pentingnya ide dan inovasi yang terbentuk dalam kegiatan Knowledge
Diakses pada 4 Maret
Amriani, Tenry Nur. (2014).
Affecting Knowledge Sharing Behavior among Stakeholders in Jordanian Hospitals Using Social Networks . International Journal of Computer and Information Technology , 3 (5), hal 919.
Alhalhouli, Zaid., Zainuddin., Der, Chen Soong. (2014). Factors
Daftar Pustaka
perpustakaan merupakan pustakawan yang berperilaku pesimis kognitif.
Sharing yang dilakukan dalam
Human Capital”. American
Journal of Sociology, 94 , hal 95-120.
Capital and Development: The Coming Agenda”.
Muneer, Saqib., Iqbal, Syed Muhammad Javed., Khan, Saif Nur Rehman., Long, Choi Sang. (2014). An
What do Firms do? Coordination, Identity, and Learning. Organitation Science . 7, hal. 503.
Kogut, B., & Zander, U. (1996).
Irdiani, Agustin. (2012). Peran Knowledge Sharing di kalangan Karyawan pada PT.PLN Distribusi Jawa Timur. Skripsi. Surabaya: FISIP Universitas Airlangga, hal V-1.
Penelitian Ilmu Sosial : Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif . Yogyakarta: Erlangga.
Idrus, Muhammad. (2009). Metode
Makalah pada Konferensi “Social Capital and Poverty Reduction In Latin America and The Caribbean: Toward A New Paradigm”. Santiago, Chile, September 24-26.
Yogyakarta: Qalam. Fukuyama, Francis. (2001). “Social
Dalkir, Kimiz. (2005). Knowledge
Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal.
Gadjah Mada University Press. Fukuyama, Francis. (2001).
Metodologi penelitian kebudayaan . Yogyakarta:
Endraswara, Suwardi. (2012).
KMS Pada Beberapa Perguruan Tinggi Untuk Mendukung Roadmap Kms , 7 (3), hal 188.
Elsevier Butterworth Heinemann. Dewanto, Joko. (2010). Penilaian
Management and Theory and Practice . Amsterdam:
Incorporated Structure of Perceived Organizational Support, Knowledge-Sharing Behavior, Organizational Trust and Organizational Commitment: A Strategic Knowledge Management Approach . Pakistan Journal of Commerce and Social Nahapiet, Janine & Ghosal, Sumantra. (1998). Social
Capital, Intellectual Capital, and the Organizational Advantage . Jstore (The Academy of Management Review),23 (2), hal 242-266.
V-1.
Sangkala. (2007). Knowledge
Handbookof Theory of Research for the Sociology of Education. Greenword Press, hal 241-58.
Diakses pada 8 Maret 2017, dari Richardsun, J. E. (ed.). (1986).
Pustakawan di Era Perpustakaan Digital dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Perpustakaan .
hal. 35-42. Rachmat, Antonius. 2014. Menjadi
Prosperous Community: Social Capital and Public Life" . The American Prospect , 13 (Spring 1993),
Putnam, Robert. (1993). “The
Skripsi . Surabaya: FISIP Universitas Airlangga, hal.
Nohria, N., & Eccles, R (Eds.).
Community Of Practices di PT. Pembangkit Jawa Bali (Unit Pembangkit Gresik).
Knowledge Sharing pada
H. (2008). An Introduction to Community Development . USA: Taylor & Francis e- Library. Pradana, Ardi Reza. (2012).
England: Cambridge Universiy Press. Phillips, Rhonda, & Pittman, Robert
Institutional Change and Economic Performance .
North, D. C. (1990). Institututions,
. Boston: Harvard Business School Press.
Networks and Organizations; Structure, Form and Actions
Management (Suatu pengantar memahami bagaimana organisasi mengelola pengetahuan sehingga menjadi organisasi yang unggul). Jakarta: PT Setiarso, Bambang. (2006).
(Knowledge Management) Knowledge Sharing dan Penciptaan Pengetahuan.
Diakses pada 10 Maret 2017, dari
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuanitatif dan Kualitatif .
Bandung: Alfabeta. Tangaraja, Gangeswari., Rasdi,
Roziah Mohd., Samah, Bahaman Abu., & Ismail, Maimunah. (2016).
Knowledge Sharing is knowledge Transfer: a misconception in the literature. Journal of Knowledge Management , 20 (4), hal. 659.
Tobing, Paul L. (2007). Knowledge
Management (konsep, arsitektur dan implementasi) .
Yogyakarta: Graha Ilmu. Uphoff, Norman. (2000).
“Understanding Social Capital: Learning from the Analysis and Experience of Participation,” in P. Dasgupta and I . Serageldin
(eds). Social Capital: A
Multifaceted Perspective .
Washington, DC: The World Bank. Williamson, O. E. (1975). Markets
and Hierarchies: Analisys and Antitrust Implications .
New York: Free Press. Yiu, Maria & Law, Rab. (2012).
Factors Influencing Knowledge Sharing Behavior: A Social- Psychological View In Tourism . Service Science. 3 (2), hal. 12.