PEMBUATAN SIKLUS MENU 10 HARI DIET RENDAH GARAM UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI PADA RSUD UNGARAN

  

PEMBUATAN SIKLUS MENU 10

HARI DIET RENDAH GARAM

UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI

PADA RSUD UNGARAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK

  Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

  Disusun oleh: Yohana Sugiarto

  NIM : 15.I2.0019

  

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN TEKNOLOGI

KULINER

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2018

  

HALAMAN PENGESAHAN

PEMBUATAN SIKLUS MENU 10 HARI DIET RENDAH GARAM

UNTUK PENYAKIT HIPERTENSI PADA RSUD UNGARAN

Oleh:

YOHANA SUGIARTO

  

NIM: 15.I2.0019

PROGRAM STUDI: NUTRISI & TEKNOLOGI

KULINER

  Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadpaan sidang penguji pada tanggal : Semarang,11April 2018

  Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata

  Pembimbing Lapangan Dosen Pembimbing

  Ike Listiyowati, STP. M. Gizi Meiliana, S. Gz., Ms Kepala Ruang Instalasi Gizi NPP.0581.2017.316

  

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian

Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, S. TP., M. Sc.

  NPP.0581.2001.244

KATA PENGANTAR

  Laporan kerja pratek ini dibuat untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Berkat adanya penyertaan doa, semangat, nasihat, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

  Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan pernyetaan- Nya laporan kerja praktek yang berjudul “Pembuatan Siklus Menu 10 Hari Diet Rendah Garam Untuk Penyakit Hipertensi” dapat terselesaikan dengan tepat waktu.

  • Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan pernyetaan-Nya dalam pembuatan laporan kerja praktek.
  • Bapak Dr. R. Probo Y. Nugrahedi, S. TP., M. Sc. Sebagai Dekan Fakultas Teknologi Pertanian, Program Studi Nutrisi dan Teknologi Kuliner yang sudah membantu serta memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanaan kerja praktek.
  • Meiliana, S. Gz., Ms selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, waktu, pikiran dan tenaga sebelum pelaksanaan kerja praktek hingga penyususnan laporan akhir.
  • Ibu Ike Lisriyowati, STP. M. Gizi selaku kepala ruang instalasi gizi yang telah mengijinkan untuk dapat melaksanakan kerja praktek pada RSUD Ungaran.
  • Semua pekerja bagian instalasi gizi pada RSUD Ungaran yang telah menerima, mendampingi, mambantu, serta membantu pengumpulan data yang dibutuhkan oleh penulis dalam pembuatan laporan kerja praktek.
  • Tjan, Cecilia Meilani sebagai teman seperjuangan dalam melaksanakan kerja praktek di RSUD Ungaran.

  Demikian yang dapat disampaikan, semoga laporan ini dapat bermanfaat serta dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi para pembaca dan pihak yang membutuhkan. Penulis juga meminta maaf apabila ada kekurangan atau kesalahan yang terdapat pada laporan ini. Harapan dari pembuatan laporan ini adalah pembaca dapat memberikan kritik dan saran setelah membaca laporan kerja praktek di RSUD Ungaran ini sehingga kemampuan penulis dalam menulis laporan dapat lebih meningkat. Terimakasih dan Tuhan Memberkati.

  Semarang, 6 Maret 2018 Penulis,

  Yohana Sugiarto

  

DAFTAR ISI

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 3 1 Bentuk Makanan RSUD Ungaran .............................................................. 20 Gambar 3 2 Beberapa Menu Diet Khusus ...................................................................... 21 Gambar 4 1 Daftar Kebutuhan Bagian Pengolahan ........................................................ 46 Gambar 4 2 Penyediaan Bahan Baku ............................................................................. 46 Gambar 4 3 Lemari Penyimpanan Makanan .................................................................. 47 Gambar 4 4 Rak Penyimpanan Bahan Kering ................................................................ 47 Gambar 4 5 Makanan Pasien Kelas Pavilion/VIP di RSUD Ungaran ........................... 48 Gambar 4 6 Makanan Pasien Kelas I di RSUD Ungaran ............................................... 48 Gambar 4 7 Makanan Pasien Kelas II/III di RSUD Ungaran ......................................... 48 Gambar 4 8 Pendistribusian Makanan Pasien ................................................................ 49 Gambar 4 9 Alur Penyelenggaraan Makanan ................................................................. 50 Gambar 4 10 Hasil Pembuatan Croissant ....................................................................... 54

  

DAFTAR TABEL

  

  

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Semakin maju dan berkembangnya dunia pada jaman sekarang ini, diikuti pula dengan perkembangan teknologi yang juga semakin luas seperti pada bidang pangan. Dalam upaya untuk menambah wawasan pengetahuan serta pengalaman bekerja dalam bidang kuliner, mahasiswa Program Studi Nutrisi dan Teknologi Kuliner Universitas Katolik Soegijapranata Semarang diwajibkan untuk melaksanakan Kerja Praktek (KP). Selama lima semester yang telah dilewati, mahasiswa telah mendapatkan banyak pengetahuan mengenai dunia pangan secara garis besar melalui teori yang diberikan selama proses perkuliahan termasuk di dalamnya mencakup pengetahuan mengenai pengolahan pangan, karakteristik bahan pangan, hingga kandungan dari bahan pangan itu sendiri. Penerapan teori selama perkuliahan dalam kegiatan praktikum di laboratorium pun banyak dilakukan dengan tujuan untuk menambah pengalaman dan pemahaman mengenai ilmu pembelajaran tersebut. Namun, mahasiswa menyadari bahwa ilmu atau teori yang telah didapatkan selama masa perkuliahan masih belum cukup, terutama mengenai wawasan dan pengalaman mengenai keadaan dan lingkungan kerja secara nyata yang kelak akan mahasiswa geluti setelah lulus. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan dapat mengikuti Kerja Praktek (KP) pada perusahaan atau instansi yang sesuai dengan bidang yang dipahami dan diinginkannya untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja. Praktek hardskill yang telah diajarkan selama masa perkuliahan antara lain seperti kegiatan praktikum, KKL (Kuliah Kerja Lapangan) yang telah dilaksanakan pada awal Maret 2017, serta program yang baru saja terlaksana yaitu KP (Kerja Praktek). Kerja Praktek ini merupakan salah satu rancangan mata kuliah dalam Program Studi Nutrisi dan Teknologi Kuliner yang akan dilakukan oleh mahasiswa menjajaki semester IV/V selama minimal 20 hari kerja. Kerja Praktek (KP) sangat penting dilakukan untuk menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman kerja mahasiswa dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian industri pangan, serta untuk mengenal dan memahami situasi di dalam dunia kerjasehingga mahasiswa dapat menjadi calon tenaga kerja yang unggul dan siap berkompetisi baik dengan pekerja dalam negeri atau luar negeri.

  Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran merupakan salah satu rumah sakit umum daerah milik pemerintahan daerah kabupaten semarang, yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan. Visi dan misi RSUD Ungaran sangat mendukung dalam pelaksanaan Kerja Praktek, hal inilah yang menjadi salah satu alasan kami dalam memilih tempat Kerja Praktek sehingga kami dapat menerapkan hardskill yang sudah kami dapatkan selama perkuliahan dan dapat menambah ilmu mengenai proses pengolahan makanan dalam Rumah Sakit seperti pembuatan menu diet untuk penyakit khusus.

  1.2 Tujuan Kerja Praktek

  Tujuan dari Kerja Praktek (KP) ini antara lain: Menerapkan dasar-dasar teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

  • Mendapatkan gambaran nyata serta mengetahui situasi yang ada dalam dunia
  • pekerjaan.
  • bidang pangan.

  Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

  Mengetahui pengetahuan tentang prinsip pembuatan siklus menu pada Rumah Sakit

  • Mengetahui masalah-masalah yang terkait di bidang pangan yang muncul pada saat
  • di lapangan serta berusaha mencari solusi yang akan digunakan untuk memecahkan beberapa masalah yang terjadi.

  1.3 Metode dan Kegiatan Kerja Praktek

  Metode yang dilakukan dalam melaksanakan kerja praktek ini adalah dengan melakukan pengambilan data melalui pengamatan secara langsung di lapangan, pengumpulan data secara lisan melalui wawancara kepada pekerja dan ahli gizi, melakukan studi kasus terhadap pasien dengan diet khusus dan bimbingan dengan pembimbing lapangan selama 20 hari kerja, serta studi pustaka yang diambil dari beberapa referensi buku. Pengamatan yang dilakukan selama kerja praktek antara lain pengenalan di lingkungan instalasi gizi dan pengamatan saat mengolah dan memproduksi makanan secara langsung dari bahan mentah hingga makanan yang siap untuk disajikan, proses pemorsian yang mana terdapat 2 macam diet yakni diet normal dan diet khusus seperti diet RG untuk (rendah garam), diet untuk RL (rendah lemak), diet untuk DM (diabetes melitus), diet untuk TKTP (tinggi kalori, tinggi protein), diet jantung, diet lambung, diet rendah serat, diet rendah protein, diet stroke, dan masih banyak lagi, serta proses distribusi makanan. Selain itu, penulis juga melakukan studi kasus kepada satu pasien dengan penyakit khusus, pada kesempatan ini penulis mendapatkan pasien dengan penyakit hipertensi sehingga topik yang akan dibahas adalah diet RG atau rendah garam.

1.4 Waktu dan Lokasi Pelaksanaan

  Kerja Praktek dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran di Jalan Diponegoro No.125, Genuk, Ungaran Bar., Semarang, Jawa Tengah 50512. Kerja Praktek ini dilaksanakan selama 4 minggu dengan 20 hari kerja yang dimulai dari tanggal 8 Januari 2018 hingga 2 Februari 2018 di bagian instalasi gizi sebagai pekerja magang. Selama 20 hari kerja tersebut jadwal masuk ditentukan oleh kepala ruang instalasi gizi, dimana terdapat dua shift yaitu shift pagi yang dimulai pukul 07.30 hingga pukul 14.00 serta shift siang yang dimulai pukul 11.30 hingga pukul 19.00.

BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan RSUD Ungaran merupakan salah satu poliklinik yang dibangun pada tahun 1910, ketika

  masa pendudukan pemerintahan Belanda. Selanjutnya, pada tahun 1910-1927 poliklinik tersebut menjadi milik Zanding di Bandarjo Ungaran. Tahun 1927-1949 Poliklinik tersebut berubah menjadi RS. Bandarjo yang dipimpin oleh Dr. Slymers. Setelah itu RS. Bandarjo tersebut dipimpin oleh Dr. Soewardi lalu oleh Dr Sampurno. Pada tahun 1942, RS. Bandarjo tersebut dipindahkan sementara ke Soka Lerep Ungaran yang dipimpin oleh Dr. R Sumodirjo. Pada tahun yang sama pula yaitu tahun 1942, dipindahkan lagi ke Bandarjo Ungaran dengan pimpinan yang masih sama Dr. R Sumodirjo. Setelah itu pada tahun 1942-1945 RS tersebut dipindahkan ke Mijen Ungaran dengan pimpinan Dr. R Sumodirjo. Kemudian pada tahun 1945 dipindahkan sementara ke desa Cingkareng, sebelah selatan Giri Sonta, Karang Jati. Sekitar tahun 1947-1949 Rumah Sakit tersebut dibubarkan dikarenakan terjadi perang, sehingga sebagian peralatan rumah sakit dipindahkan ke RSUD Ambarawa yang dipimpin oleh Dr. Bhe Tiang Hie. RSUD ungaran tersebut kembali didirikan pada tahun 1949 yang ditempatkan di Gudang Garam sebelah timur alun-alun ungaran yang dipimpin oleh Dr. Bhe Tiang Hie. Pada tahun yang sama yaitu 1949, RSUD ungaran juga sempat berpindah lagi sebanyak 2 kali yakni dipindahkan sementara ke bekas rumah Pak Parsudi (sekarang menjadi kantor notaris) untuk beberapa bulan dan juga dipindahkan ke gedung STN (sekarang menjadi halaman depan sekretariat pemda kabupaten searang). Setelah itu kepemimpinan dilanjutkan oleh P Mirmo Hadisudjipto.

  Pada tahun 1950 Rumah Sakit tersebut pindah di desa Genuk Jalan Diponegoro 125 Ungaran, yang selanjutnya nama Rumah Sakit tersebut menjadi RS Pembantu Ungaran dengan status milik Pemda Swatantra serta dibawah pimpinan Dr. R. Soegiarto.

  Kemudian pada tahun 1953-1956 dipimpin oleh Dr. Soeparno. Pada Tahun 1956-1959 dipimpin oleh Dr. R Soegiarto, Dr. Oetomo Ramelan, Dr. Neuwenhuis (Belanda), dan Dr. Cephe (Itali). Kemudian tahun 1959-1965 dipimpin oleh Dr. Mas Suhardi Soekarno (perawat) hingga tahun 1967. Kemudian tahun 1967-1973 dipimpin oleh Dr.

  Tjiptohusodo. Pada tahun 1973-1974 dipimpin oleh Dr. S Purwanto. Setelah itu tahun 1974-1979 kembali dipimpin oleh Dr. Indiryani Tjiptohusodo. Tahun 1979 status Rumah Sakit Ungaran menjadi Rumah Sakit tipe D (SK Menkes no 51/Menkes/SK/II/79) tahun 1993.

  Berdasarkan SK Menkes RI Nomor 1152/Menkes/SK/XII/1993 mengenai peningkatan RSUD Ungaran, maka RSUD Ungaran ditetapkan sebagai Rumah Sakit dengan tipe C. Pelaksanaan pelayanan kesehatan RSUD Ungaran diatur pada PERDA Kabupaten tingkat 1 Semarang nomor 10 yang sudah disahkan dengan SK Gubernur KDH tingkat 1 Jawa Tengah pada tanggal 3 Juli 1995 nomor 1883/2000/1995. Selain itu PERDA nomor 27 tahun 1995 mengenai organisasi dengan tata kerja RSUD Ungaran kabupaten tingkat 1 Semarang telah disahkan dengan keputusan gubernur KDH tingkat 1 Jawa Tengah nomor 1883/2000/1996 pada tanggal 21 Oktober 1996.

  Pada awal bulan januari hingga juni 1998 PLH Direktur Dr. H. Budiman Hamzah, MS (PH). Mulai tahun 1998 hingga sekarang terjadi pergantian direktur secara berkala. Pada tanggal 1 Januari 2012 hingga sekarang, direktur dari RSUD Ungaran masih dipimpin oleh dr. Setya Pinardi, M. Kes.

2.2. Visi dan Misi 2.1.1. Visi

  Visi dari RSUD Ungaran adalah menjadi pilihan utama masyarakat dalam memperoleh pelayanan rumah sakit

2.1.2. Misi

  Misi dari RSUD Ungaran adalah meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan cara : a.

  Mewujudkan pelayanan yang prima b. Mewujudkan pelayanan rumah sakit yang komperhensif dan terjangkau serta berdaya saing c.

  Mewujudkan budaya kerja yang belandaskan pengabdian, keikhlasan, disiplin serta profesionalisme Motto dari RSUD Ungaran ini sendiri adalah “SERASI” yakni

  d.

  Mewujudkan pelayanan yang bermutu dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dan kedokteran

2.1.3. Motto

  • “S” = Senyum dalam tegur sapa
  • “E” = Efektif, efisien dan terjangkau
  • “R” = Ramah dan profesional melayani pelanggan
  • “A” = Akurat dalam diagnose dan terapi
  • “S” = Simpati dalam menanggapi keluhan pelanggan
  • “I” = Ikhlas dan berintegrasi tinggi dalam melayani pelanggan 2.1.4.

   Filosofi a.

  Kesembuhan, keselamatan, dan kepuasan pelanggan adalah kebahagian kami b. Keterbukaan, kerja sama, profesional, dan kesejahteraan sumber daya manusia merupakan modal utama untuk menghasilkan produk jasa yang bermutu c.

  Pelayanan kesehatan yang spesifikan menambah daya tarik pelanggan 2.3.

   Lokasi dan Tata Letak Perusahaan

  Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran terletak di Jalan Diponegoro No. 125, Genuk, Ungaran Bar., Semarang, Jawa Tengah 50512.RSUD Ungaran memiliki luas tanah serta bangunan adalah 9,555 m

  2

  / 8,204 m

  2

  . Rumah Sakit ini memiliki kapasitas 187 tempat tidur, dimana terdapat beberapa ruangan seperti Paviliun Anggrek, Ruang Cempaka, Ruang Melati, Ruang Flamboyan, Ruang Dahlia dan Ruang Mawar dan Ruang Baugenvil.

2.4. Struktur Organisasi dan Sistem Organisasi 2.4.1. Struktur Organisasi Instalasi Gizi RSUD Ungaran

  Struktur organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran dapat dilihat pada bagan berikut.

  DIREKTUR KEPALA BIDANG MEDIK DAN PENUNJANG KEPALA SEKSI BIDANG MEDIK & PENUNJANG

  KEPALA INSTALASI GIZI KEPALA RUANG INSTALASI KA. URUSAN KA. URUSAN KA. URUSAN KA. URUSAN PENYULUHAN,

  PENYEDIAAN DISTRIBUSI PENGOLAHAN TERAPI DAN KONSULTASI GIZI

2.4.2. Sistem Organisasi

  a. Direktur Direktur memiliki tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang pelayanan kesehatan seperti menyusun rencana program kerja, kegiatan laporan kinerja, dan pertanggungjawaban pelaksanan tugas rumah sakit, menyelenggarakan pelayanan medis penunjang medis dan non medis, asuhan keperawatan dan pelayanan rujukan.

  b. Kepala Bidang Medik dan Penunjang Kepala bidang medik dan penunjang mempunyai tugas pokok memimpin pelaksanaan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi program pelayanan medis dan penunjang medis, standar mutu profesi dan pengembangan tenaga medis, mengkoordinasikan kebutuhan dan kegiatan pelayanan medis dan penunjang medis dan Rekam Medis.

  c. Kepala Instalasi Gizi Kepala Instalasi Gizi bertugas sebagai sub sistem dari sistem kerja di RSUD Ungaran

  bagian instalasi gizi serta betanggung jawab kepada kepala bidang pelayanan medik dan penunjang medik Rumah Sakit. Selain itu juga memiliki tugas untuk merenanakan, mengembangkan, mengkoordinir, membina, mengawasi, dan menilai pelaksanaan pelayanan gizi rumah sakit agar dapat mencapai kualitas penyelenggaraan pelayanan yang tinggi dengan menggunakan tenaga, dana, dan sarana yang tersedia.

  d. Kepala Ruang Instalasi Gizi Kepala ruang instalasi gizi memiliki tugas untuk membantu kepala intaslasi gizi dalam mengkoordinasikan, mengendalikan, melakukan evaluasi pelaksanaan program penyediaan, pengolahan distribusi, penyuluhan, terapi, dan konsultasi gizi.

  e. Kepala Urusan Penyediaan Kepala urusan penyediaan memiliki tugas untuk membantu kepala instalasi gizi dan kepala ruang gizi dalam melakukan proses penyediaan makanan. f. Kepala Urusan Pengolahan Kepala urusan pengolahan memiliki tugas untuk membantu bertanggung jawab terhadap pengolahan makanan, dalam memperhitungkan kebutuhan pemesanan dan pembuatan laporan harian serta bulanan instalasi gizi.

  g. Kepala Urusan Distribusi Kepala urusan distribusi memiliki tugas untuk mengkoordinir kegiatan pemasakan dan pendistribusian makanan. Selain itu juga bertugas untuk melakukan pemantauan, pengawasan kualitas, dan kuantitas serta mengevaluasi kegiatan pemasakan dan distribusi makanan. Kepala urusan distribusi juga bertanggung jawan untuk menyusun program perubahan siklus menu instalasi gizi.

  h. Kepala Urusan Penyuluhan, Terapi, dan Konsultasi Gizi Kepala urusan penyuluhan, terapi, dan konsultasi gizi memiliki tugas untuk membantu kepala instalasi gizi dalam mengkoordinasikan, mengendalikan, mengevaluasi pelaksanaan program penyuluhan, terapi, dan konsultasi gizi.

2.5. Manajemen Ketenagakerjaan

  Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran memiliki kurang lebih 24 tenaga kerja dibagian instalasi gizi. Pada bagian instalasi gizi RSUD Ungaran terdapat 3 bidang pekerjaan yaitu bidang kepala instalasi gizi, bagian pengolahan makanan, serta bagian pemorsian makanan dan pendistribusian makanan ke pasien. Bidang kepala instalasi gizi bertanggung jawab dalam membuat menu diet, menghitung jumlah pasien dan kebutuhan makanan pada hari tersebut dan menyediakan bahan baku. Bidang pengolahan makanan bertugas untuk mengolah bahan baku yang sudah disiapkan mulai dari pemotongan bahan baku hingga makanan yang dimasak. Bidang pemorsian dan pendistribusian memiliki tanggung jawab untuk menyajikan makanan untuk pasien sesuai dengan porsinya dan kebutuhan dietnya serta melakukan pembagian kepada pasien. Pada bagian instalasi gizi RSUD Ungaran terdapat dua shift kerja yaitu pagi dan siang yaitu, Shift pagi dimulai pukul 04.30 – 11.30, sedangkan shift siang dimulai pukul 11.30 – 19.00.

2.6. Indikator Keberhasilan Pelayanan Gizi Rumah Sakit

  Dalam mencapai keberhasilan pelayanan gizi rumah sakit dibutuhkan 3 indikator kunci yang mencakup mutu dari instalasi gizi rumah sakit serta masing-masing standarnya. Hal tersebut diantaranya adalah ketepatan waktu dalam pemberian makanan kepada pasien (

  ≥90%), yang kedua adalah sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien (

  ≤20%), dan yang ketiga adalah tidak adanya kejadian kesalahan pemberian diet (100%).

2.6.1. Ketepatan Waktu Pemberian Makanan Kepada Pasien

  Penyajian makanan pasien sangat berkaitan dengan ketepatan waktu dan kondisi dari makanan itu sendiri, sehingga dalam menyajikan makanan untuk pasien tidak boleh terlalu cepat maupun terlalu lambat. Pemberian makanan yang tepat waktu akan mempengaruhi selera makan pasien. Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien RSUD Ungaran diuji dengan menggunakan survei, dimana pengumpulan data yang dilakukan setiap 1 bulan dan periode analisisnya setiap 3 bulan. Tujuan dilakukannya survei ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien ini adalah supaya penyelenggaraan pelayanan makanan pada RSUD Ungaran tepat waktu dan efektif. Perhitungan survei yang dilakukan terdiri dari numerator (jumlah pasien rawat inap yang disurvei yang mendapatkan makanan tepat waktu dalam satu bulan) dan denominator (jumlah seluruh pasien rawat inap yang disurvei). Standar pelayanan minimal pada pelayanan gizi sesuai dengan Depkes RI adalah

  ≥90%. Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran mengatur jam makan pasien sebagai beikut.

  Makan Pagi Makan Siang Makan Malam

  08.00 WIB

  12.00 WIB

  17.00 WIB 2.6.2.

   Sisa Makanan yang Tidak Termakan Oleh Pasien

  Sisa makanan pasien ialah suatu pengukuran sisa makanan yang diberikan rumah sakit untuk pasien rawat inap dengan menggunakan tata cara pengumpulan data pasien yang makanannya tidak dihabiskan > ¼ porsi sejumlah

  ≤ 20%. Tujuan melakukan pengukuran sisa makanan pasien ini adalah sebagai acuan pelaksanaan penggukuran sasaran mutu instalasi Gizi mengenai makanan untuk pasien. Pedoman dari pengukuran sisa makanan pasien pada RSUD Ungaran antara lain, penyelenggaraan makanan berorientasi pada mutu keamanan pangan serta keselamatan pasien, penyelenggaraan makanan harus sesuai dengan jenis dan jumlah pasien rawat inap, dalam melakukan pendistribusian makanan harus tepat waktu, dan penyelenggaraan makanan harus dilakukan dengan mematuhi prinsip hygiene dan sanitasi makanan. Pengukuran sisa makanan pasien pada RSUD ungaran dilakukan dengan cara survei yang pengumpulan datanya dilakukan setiap 1 bulan, dengan periode analisisnya dilakukan setiap 3 bulan. Dimensi mutu yang dikehendaki ialah keefektifitasan dan keefisienan dalam melakukan penyelenggaraan makanan pasien. Standar dari sisa makanan yang tidak termakan oleh pasien menurut RSUD Ungaran ialah ≤ 50%.

2.6.3. Ketepatan Pemberian Diet Pasien

  Ketepatan pemberian diet adalah tidak adanya kesalahan dalam memberikan jenis diet kepada pasien. Pengukuran ketepatan pemberian diet ini adalah dengan cara mengumpulkan data tentang pemberian diet yang sesuai antara pesanan yang diminta dengan yang diberikan untuk pasien rawat inap. Tujuan dilakukannya pengukuran ketepatan pemberian diet pasien adalah sebagai acuan pelaksanaan pengukuran sasaran mutu instalasi gizi mengenai ketepatan pemberian diet serta terselenggaranya pelayanan yang tepat dan tidak ada kesalahan sehingga dapat meningkatkan keamanan, keselamatan pasien, dan lebih efisien. Pedoman dari pengukuran ketepatan pemberian diet pasien ialah penyelenggaraan makanan harus berorientasi pada mutu, keamanan makanan, dan keselamatan pasien, penyelenggaraan makanan sesuai dengan jenis dan jumlah pasien rawat inap, serta pendistribusian makanan harus menerapkan hygiene dan sanitasi makanan. Pengumpulan data dalam pengukuran ini dilakukan dengan cara survei yang dilakukan setiap 1 bulan, dengan periode analisis setiap 3 bulan. Standar dari RSUD Ungaran terhadap ketepatan pemberian diet pasien adalah 100% dengan artian tidak boleh ada pemberian diet kepada pasien yang salah.

BAB 3 SIKLUS MENU RSUD UNGARAN 3.1. Bentuk Makanan di RSUD Ungaran Bentuk makanan di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran disesuaikan dengan keadaan

  pasien dan penyakit yang diderita oleh pasien, bentuk makanan tersebut dibedakan menjadi 4 bentuk diantaranya adalah makanan biasa, makanan lunak, makanan halus, dan makanan cair. Makanan biasa adalah makanan yang sama dengan makanan sehari- hari, biasanya terdapat beraneka macam bentuk, tekstur, dan aroma yang normal. Makanan biasa ini lebih mengacu kepada keseimbangan makanan dan angka kecukupan gizi (AKG) untuk orang dewasa yang sehat dan untuk pasien yang tidak memerlukan diet khusus atau tidak ada gangguan pada sistem pencernaannya, contoh dari makanan biasa yang sering dihidangkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah nasi putih. Selanjutnya, bentuk makanan lunak ialah makanan yang mempunyai tekstur yang lebih mudah dikunyah daripada makanan biasa, serta lebih mudah ditelan dan dicerna oleh saluran pencernaan. Makanan lunak memiliki cukup kalori serta zat gizi lain, yang mana makanan lunak ini diberikan kepada pasien sebagai perpindahan dari makanan saring ke makanan biasa. Selain itu makanan lunak juga diberikan kepada pasien sesudah menjalani operasi atau pasien yang menderita infeksi, contoh dari makanan lunak yang sering dihidangkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah bubur nasi. Bentuk makanan yang ketiga adalah makanan halus atau sering juga disebut sebagai makanan saring. Makanan saring yaitu makanan semi padat yang bertekstur lebih halus dibandingkan dengan makanan lunak serta memiliki tekstur yang mudah dikunyah, ditelan, dan dicerna oleh tubuh,namun memiliki zat gizi yang lebih kurang dibandingkan dengan makanan biasa dan makanan lunak. Oleh sebab itu, makanan saring ini hanya digunakan untuk peralihan dari makanan cair kental ke makanan lunak, sehingga pasien tidak boleh terlalu lama mengkonsumsi makanan saring. Pasien yang diberikan makanan saring biasanya pasien setelah mengalami operasi tertentu, atau pasien yang menderita infeksi akut terutama pada saluran pencernaan, serta pasien yang mengalami kesusahan dalam mengunyah atau menelan makanan, contoh dari makanan halus yang sering dihidangkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah bubur ketan. Bentuk makanan terakhir yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah makanan cair. Makanan cair merupakan makanan yang memiliki konsistensi cair hingga kental. Pasien yang mengalami gangguan dalam pencernaan terutama dalam mengunyah makanan, menelan makanan, dan mencerna makanan biasanya diberikan makanan cair ini. Selain itu pasien yang mengalami gangguan kesadaran, rasa mual yang tinggi dan rasa muntah yang tinggi juga diberikan makanan dengan bentuk cair, contoh dari makanan cair yang sering dihidangkan pada Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran adalah susu.

  A B C D

  Gambar 3 1 Bentuk Makanan RSUD Ungaran (A : makanan biasa; B : makanan lunak; C : makanan Saring/halus; D : makanan cair) 3.2.

   Macam-Macam Diet Pada RSUD Ungaran Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran memiliki kurang lebih 16 diet khusus untuk penyakit tertentu, diantaranya adalah diet untuk rendah garam, diet untuk diabetes melitus, diet untuk diabetes melitus dengan nefropati, diet dislipidemia, diet untuk penyakit jantung, diet untuk penyakit stroke, diet untuk penyakit gagal ginjal, diet untuk penyakit gout artritis, diet untuk rendah kalori, diet tinggi kalori tinggi protein, dier untuk penyakit sindrom nefrotik, diet hemodialisa, diet untuk penyakit lambung, diet untuk penyakit kandung empedu, diet untuk kanker, dan diet untuk gizi buruk. Pada RSUD Ungaran diet yang paling sering disajikan adalah diet untuk rendah garam, diet untuk diabetes melitus, diet rendah lemak biasanya untuk penyakit seperti stroke, jantung, dan lain sebagainya. Berikut adalah beberapa macam menu diet khusus yang sering disajikan pada RSUD Ungaran.

  B C A Gambar 3 2Beberapa Menu Diet Khusus

  (A: Diet diabetes melitus, B: Diet rendah garam, dan C: Diet Rendah Lemak) a.

   Diet Rendah Garam

  Diet rendah garam bertujuan untuk membantu pasien menghilangkan retensi garam atau air yang ada dalam jarngan tubuh serta menurunkan tekanan darah yang tinggi pada pasien atau sering disebut sebagai hipertensi. Syarat yang diperlukan adalah pasien memiliki cukup energi, protein, mineral, dan vitamin; bentuk makanan ditentukan berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien; serta jumlah dari asupan natrium harus disesuaikan dengan tingkatan dari retensi garam atau air atau hepertensi yang diderita oleh pasien. Biasanya diet rendah garam ditujukan kepada pasien yang menderita penyakit edema atau asites, hipertensi, seperti penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal, tokosemia pada ibu hamil, dan hipertensi esensial. Diet rendah garam itu sendiri terdapat 3 tingkatan yaitu diet rendah garam I (200-400 mg Na) yang diberikan pada pasien edema, asites, dan hipertensi berat, selanjutnya diet rendah garam

  II (600-800 mg Na) diberikan pada pasien edema, asites, dan hipertensi tidak terlalu berat, dan yang teakhir diet rendah garam III ( 1000-1200 mg Na) diberikan pada pasien edema, asites, dan hipertensi ringan.

b. Diet Diabetes Melitus

  Diet diabetes melitus atau sering disebut dengan diet DM diberikan kepada pasien yang mengalami kenaikan kadar gula darah akibat adanya penurunan hormon insulin. Diet ini memiliki tujuan untuk memperbaiki pola makan serta aktivitas fisik sehingga dapat mencapai pencernaan metabolik yang lebih baik. Perbaikan ini dapat dilakukan dengan cara menjaga kadar glukosa dalam darah supaya tetap mendekati normal, dengan cara menjaga asupan makanan atau pola makanan dengan insulin atau obat penurun glukosa, serta aktivitas fisik yang cukup. Selain itu juga dapat menjaga keseimbangan kadar lipida serum normal dan memberi energi yang cukup sehingga memiliki berat badan yang normal serta mempertahankan kesehatan tubuh dengan mengoptimalkan asupan gizi. Syarat diet diabetes melitus antara lain, berat badan harus dijaga supaya tetap normal, tidak menggunakan gula murni dalam minuman atau makanan kecuali untuk bumbu masak, meminimalkan penggunakan gula alternatif, mengkonsumsi serat kira- kira 25 gram setiap harinya terutama untuk serat yang larut air seperti buah dan sayuran, dan pasien DM dengan tekanan darah normal boleh mengkonsumsi natrium dalam bentuk garam dapur sebanyak 3000 mg/hari namun jika mengalami hipertensi harus mengurangi konsumsi garam. Penentuan diet DM ini didasarkan kepada keadaan pasien, ada 8 jenis diet DM antara lain sebagai berikut :

  Tabel 3 1 Jenis Diet Diabetes Melitus

  Jenis Diet Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram) I 1100

  43 30 172

  II 1300

  45 35 192

  III 1500 51,5 36,5 235

  IV 1700 55,5 36,5 275 V 1900

  60 48 299

  VI 2100

  62 53 319

  VII 2300

  73 59 369

  VIII 2500

  80 62 396

c. Diet Diabetes Melitus dengan Nefropati

  Diet diabetes melitus dengan nefropati merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami kenaikan glukosa dalam darah akibat terjadinya penurunan hormon insulin dalam tubuh serta terdapat komplikasi pada ginjal. Diet ini bertujuan untuk mengoptimalkan status gizi pasien dan menghambat laju kerusakan ginjal. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan cara mengendalikan kadar glukosa dalam darah, melakukan pencegahan penurunan fungsi ginjal, dan menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Syarat-syarat yang harus dilakukan antara lain energi adekuat 25-30 kkal/kg BB ideal, protein rendah 10% dari kebutuhan energi total, kebutuhan lemak normal 20-25% dari kebutuhan energi total, karbohidrat sedang 55-60% dari kebutuhan energi total, natrium 1000-3000 mg disesuaikan dengan tekanan darah pasien, kalium dibatasi hingga 40-70 mEq (1600- 2800 mg) bila ada hiperkalemia atau jumlah urin <1000 ml/hr, fosfor tinggi (1200-1600 mg), dan asupan vitamin yang tinggi. Penentuan diet diabetes melitus dengan nefropati (DMRP) dapat dikelompokkan menjadi 8 jenis yang disesuaikan dengan kebutuhan energi dan kemampuan fungsi ginjal dari pasien. Tabel 3 2 Jenis Diet Diabetes Melitus Dengan Nefropati

  Jenis Diet Energi (kkal) Protein (gram) Lemak (gram) Karbohidrat (gram) I 1100

  42 28 162

  II 1300

  42 33 186

  III 1500

  42 43 222

  IV 1700

  42 43 266 V 1900

  42 53 298

  VI 2100

  42 58 298

  VII 2300

  42 58 338

  VIII 2500

  42 62 378 d.

   Diet Dislipidemia

  Diet dislipidemia merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami kelainan metabolisme lipid atau lemak dengan adanya peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid antara lain seperti kenaikan kadar kolestrol total, kolestrol LDL, dan trigliserida serta terjadi penurunan kadar kolestrol HDL. Diet dislipidemia ini terdapat 2 tahapan yaitu dislipidemia tahap I dan dislipidemia tahap II (mengandung kolestrol dan lemak jenuh lebih sedikit dibandingkan diet dislipidemia tahap I). Tujuan dari diet tersebut ialah untuk menjaga berat badan supaya tidak gemuk, mengubah jenis asupan lemak makanan, menurunkan kandungan kolestrol dalam darah, serta meningkatkan asupan karbohidrat kompleks dan menurunkan asupan karbohidrat sederhana. Syarat yang perlu dilakukan adalah kandungan energi harus disesuaikan dengan kebutuhan energi tubuh sehingga dapat menjaga berat pasien, lemak sedang < 30% dari energi total, protein cukup 10-20% dari kebutuhan energi total (mengkonsumsi protein hewani seperti ikan karena mengandung omega 3 serta mengkonsumsi protein nabati), karbohidrat sedang 50-60% dari kebutuhan energi total, mengkonsumsi serat yang tinggi terutama serat larut air, dan mengkonsumsi vitamin serta mineral yang cukup. Suplemen multivitamin baik diminum pada pasien dengan kebutuhan energinya ≤ 1200 kkal perharinya.

e. Diet Penyakit Jantung

  Diet penyakit jantung ialah diet yang diberikan kepada pasien dengan kondisi jantung yang mulai mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan fungsi secara normal. Jenis diet penyakit jantung dapat dibedakan menjadi 4 jenis, antara lain tahap I (untuk penyakit jantung akut), tahap II (fase akut namun dapat diatasi), tahap III (kondisi tidak terlalu berat), dan tahap IV (ringan). Diet penyakit jantung ini bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya tanpa memberatkan kerja jantung, menurunkan berat badan supaya tidak terlalu gemuk, serta mencegah dan menghilangkan penimbunan garam dan air dalam tubuh. Syarat yang perlu dilakukan antara lain adalah kebutuhan energi harus sesuai sehingga dapat mempertahankan berat badan normal, lemak sedang 25-30% dari kebutuhan energi total (10% berasal dari lemak jenuh dan 10-15% berasal dari lemak tidak jenuh), protein cukup 0,8 g/kg BB, kolestrol rendah terutama jika disertai dengan dislipidemia, vitamin dan mineral yang cukup (tidak dianjurkan minum suplemen), mengurangi garam (dianjurkan 203 g/hari) jika disertai hipertensi, mengkonsumsi makanan yang mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas, mengkonsumsi banyak serat, cairan yang cukup, serta bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit. Jika kebutuhan gizi pasien tidak terpenuhi dapat diberikan makanan tambahan berupa makanan enteral, parenteral, atau suplemen gizi.

  f. Diet Penyakit Stroke

  Diet penyakit stroke merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami kerusakan pada bagian otak yakni penyumbatan pada pembuluh darah di otak atau terjadi pecahnya pembuluh darah di otak sehingga terjadi penurunan asupan oksigen dan zat gizi di otak. Diet penyakit stroke ini terbagi menjadi 2 fase yaitu fase akut dan fase pemulihan. Fase akut ialah keadaan tidak sadarkan diri dan mengalami penurunan kesadaran, sehingga pada fase ini diberikan makanan melalui parenteral dan dilanjutkan makanan enteral. Fase pemulihan ialah fase pasien sudah mengalami peningkatan kesadaran dan tidak mengalami gangguan pada fungsi menelan. Pemberian makanannya diberikan secara bertahap dalam bentuk makanan cair, makanan saring, makanan lunak, dan makanan biasa. Diet penyakit stroke ini bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien dengan memperhatikan komplikasi penyakit, memperbaiki keadaan stroke seperti disfagia, pneumonia, kelainan ginjal, dan dekuboitus, serta mempertahankan keseimbangan dari cairan dan elektrolit pada tubuh.Syarat yang harus diperhatikan adalah energi yang cukup 25-45 kkal/kg BB namun pada fase akut energi yang diberikan 1100-1500 kkal/hari, lemak cukup 20-15% dari kebutuhan energi total (diutamakan lemak tidak jenuh ganda, kurangi lemak jenuh dan kolestrol), protein cukup 0,8-1 g/kg BB, karbohidrat cukup 60-70% dari kebutuhan energi total,vitamin yang cukup (vitamin A, ribloflavin, B

  6 , asam folat, B 12 , C, dan E),

  mineral, serat, serta cairan yang cukup, bentuk makanan disesuaikan oleh keadaan pasien, serta makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.

  g. Diet Penyakit Gagal Ginjal

  Diet penyakit gagal ginjal diberikan pada pasien yang mengalami penurunan fungsi ginjal. Diet ini terdapat 3 tahapan diantaranya diet rendah protein I (30 g protein) diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg, diet rendah protein II (35 g protein) diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg, dan diet rendah protein III (40 g protein) diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg. Diet penyakit gagal ginjal bertujuan untuk mencapai status gizi optimal pada pasien degan memperhitungkan sisa fungsi ginjal supaya kerja ginjal tidak terlalu berat, menurunkan kada ureum darah yang tinggi (uremia), mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dan mengurangi progrsivitas gagal ginjal atau memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus. Syarat yang harus dipenuhi adalah energi cukup 35 kkal/kg BB, lemak cukup 20-30% dari kebutuhan energi total, protein rendah 0,6-0,75 g/kg BB , karbohidrat cukup, natrium harus dibatasi terutama jika terdapat penyakit hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria, kalium juga dibatasi jika terdapat penyakit hiperkalemia, cairan dibatasi, dan vitamin yang cukup.

h. Diet Penyakit Gout Artritis

  Diet penyakit gout artritis merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mengalami ketidaknormalan pada metabolisme purin, yang biasanya ditandai dengan terjadi peningkatan pada kadar asam urat di dalam darah. Diet ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu diet rendah purin I (1500 kkal) dan diet rendah purin II (1700 kkal). Diet penyakit gout artritis ini bertujuan untuk mencapai serta mempertahankan status gizi pasien yang optimal dan juga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin. Syarat yang harus dipenuhi antara lain adalah asupan energi dalam tubuh harus disesuaikan dengan berat badan, apabila pasien memiliki berat badan yang berlebih maka asupan energi harus dikurangi. Selain itu, syarat lainnya adalah mengkonsumsi lemak sebanyak 20-30% dari kebutuhan energi total (diutamakan lemak tidak jenuh ganda), protein 1-1,2% g/kg BB (konsumsi protein yang memiliki kadar purin rendah contohnya susu, telur, keju, dan hasil olahan kacang-kacangan), karbohidrat yang cukup banyak yaitu 65-75% dari kebutuhan energi total (diutamakan karbohidrat kompleks untuk pasien yang berat badan berlebih), vitamin, dan mineral yang cukup serta konsumsi cairan harus disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap harinya. Beberapa contoh makanan yang dianjurkan, dibatasi, dan dihindari dapat dilihat pada Tabel berikut (Dalimartha, 2008).

  Tabel 3 3 Makanan untuk penyakit Gout Artritis Makanan Dianjurkan Dibatasi Dihindari

  Protein Hewani Telur, susu skim Daging, ayam, ikan Protein dengan atau rendah lemak tongkol, tenggiri, purin tinggi (antara bawal, bandeng, 150 mg – 800 mg/ kerang, udang 100 gr bahan maksimal 50 makanan seperti gram/hari hati, ginjal, jantung, limpa,

  Protein Nabati Tempe, tahu otak, ham, sosis, maksimal 50 babat, usus, paru, gram/hari dan sarden, kaldu kacang-kacangan daging, bebek, dll paling banyak 25 gram / hari

  Sayuran Wortel, labu siam, Bayam, buncis, kacang panjang, daun/biji, terong, pare, melinjo,kapri, oyong, ketimun, kacang polong, labu air, selada air, kembang kol, tomat, seladam asparagus, lobak kangkung dan jamur maksimal

  100 gram/hari Minuman Semua minuman Teh kental atau Minuman yang tidak beralkohol kopi mengandung soda dan alkohol

  Lain-Lain Semua macam Makanan yang bumbu secukupnya berlemak dan penggunaan santan kental, makanan yang digoreng i.

   Diet Rendah Kalori

  2 Diet rendah kalori ialah diet yang diberikan kepada pasien dengan IMT > 25 kg/m dan

  dilakukan secara bertahap yang disesuaikan dengan kemampuan pasien. Diet ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu diet rendah kalori I (1200 kkal) dan diet rendah kalori II (1500 kkal). Tujuan dilakukannya diet rendah kalori ini adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal pada pasien, mencapai IMT normal yaitu 18-25

  2

  kg/m , serta mengurangi asupan energi sehingga dapat mempertahankan berat badan atau bahkan dapat menurunkan berat badan pasien. Syarat yang harus dipenuhi adalah asupan energi rendah, asupan protein sedikit lebih tinggi yaitu 1-1,5 g/kg BB/hari atau 15-20% dari kebutuhan energi total, asupan lemak sedang 20-25% dari kebutuhan energi total (terutama lemak tidak jenuh ganda), asupan karbohidrat sedikit lebih rendah yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total (terutama karbohidrat kompleks), asupan vitamin serta mineral yang cukup, mengkonsumsi cairan yang cukup, dan dianjurkan untuk makan 3 kali sehari serta 2-3 kali selingan makan.

  j. Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein

  Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) adalah diet yang diberikan pada pasien yang mengalami kekurangi energi protein, selain itu juga diberikan kepada pasien sebelum dan sesudah melakukan operasi, pasien yang mengalami luka bakar berat dan baru mengalami pemulihan dari penyakit dengan panas tinggi, serta pasien yang menderita hipertiroid, hamil, dan post partum (kebutuhan energi meningkat). Diet TKTP ini dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu diet TKTP I yakni energi yang dibutuhkan 2600 kkal, protein 100 g (2 g/kg BB) dan TKTP II yakni energi yang dibutuhkan 3000 kkal, protein 125 g (2,5 g/kg BB). Tujuan dari diet TKTP ini adalah untuk memenuhi energi dan protein yang meningkat sehingga dapat mencegah kerusakan sel pada jaringan tubuh, serta menambah berat badan sehingga berat badan pasien menjadi normal. Syarat yang harus diperhatikan adalah energi tinggi yaitu 40-45 kkal/kg BB, asupan lemak cukup 10-25% dari kebutuhan energi total, asupan protein tinggi yaitu 2-2,5 g/kg BB, asupan karbohidrat yang cukup, vitamin dan mineral yang cukup serta makanan pasien diberikan dalam bentuk yang mudah dicerna.

  k. Diet Penyakit Sindrom Nerfrotik

  Diet penyakit sindrom nerfrotik merupakan diet yang diberikan kepada pasien yang mempunyai kumpulan manifestasi penyakit ditandai dengan ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat meningkatnya premeabilitas membran kapiler glomerulus. Diet ini bertujuan untuk mengganti kehilangan protein terutama albumin, mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh, memonitor hiperkolesterolemia dan penumpukan trigleserida, mengontrol hipertensi, dan mengatasi anoreksia. Syarat yang diperlukan adalah asupan energi yang cukup sehingga dapat mempertahankan kesimbangan nitrogen positif, asupan lemak sedang, protein sedang, asupan karbohidrat yang cukup, pembatasan natrium jika memiliki penyakit hipertensi, asupan kolestrol juga harus dibatasi, serta asupan cairan yang disesuaikan dengan kebutuhan tubuh.

  l. Diet Hemodialisa

  Diet penyakit hemodialisa adalah diet yang diberikan kepada pasien yang sedang menjalani proses hemodialisa. Tahapan diet hemodialisa ini dapat dibedakan menjadi 3 tahap yaitu diet hemodialisa I yakni 60 gram protein untuk pasien dengan berat badan 50 kg, diet hemodialisa II yakni 65 gram protein untuk pasien dengan berat badan 60 kg, dan diet hemodialisa III yakni 70 gram protein untuk pasien dengan berat badan 70 kg. Diet ini bertujuan untuk mencegah kekurangan gizi serta memperbaiki status gizi pasien supaya optimal, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, dan menjaga agar tidak terjadi penumpukan produk sisa metabolisme yang berlebih. Syarat yang diperlukan antara lain adalah asupan energi yang cukup yaitu 35 kkal/kg BB/hari, lemak normal 15-30% dari kebutuhan energi total, asupan protein tinggi (untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama proses dialisis, asupan karbohidrat yang cukup, natrium serta kalium disesuaikan dengan jumlah urin yang dikeluarkan, kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari (bisa diberikan suplemen), pembatasan asupan fosfor yaitu <17 mg/kg BB/hari, pembatasan cairan, dan penambahan asupan suplemen vitamin.

  m. Diet Penyakit Lambung