BAB I PENDAHULUAN - UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA KOMPETENSI D ASAR MENDESKRIPSIKAN PERJUANGAN PARA TOKOH PEJUANG MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI KELAS V MIM KRAMAT - repository perpustakaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa. Hal ini dapat diartikan bahwa proses pendidikan yang dilakukan saat ini bukan semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.
Pendidikan sebagai suatu bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan ialah memilih arah atau tujuan yang ingin dicapai.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
1 pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan nasional maka disusunlah kurikulum sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat sekolah.
Pembelajaran yang ada di sekolah, salah satunya adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran yang diberikan tingkat SD/MI/SDLB. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Pada jenjang SD / MI, mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata
pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga masyarakat yang dapat menghargai nilai-nilai sosial, bertanggung jawab, mencintai lingkungan alam dan menjadi warga dunia yang cinta damai.
Rendahnya mutu pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya kelas V MIM Kramat menyebutkan bahwa rata-rata kelas yang dicapai siswa dalam Kompetensi Dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pada masa penjajahan Belanda dan Jepang tahun
pelajaran 2010 / 2011 pada semester genap masih dibawah KKM. Hal ini berarti bahwa rata-rata kelas yang dicapai siswa masih rendah karena kurang dari 70 yang merupakan batas tuntas belajar individu (Sumber Daftar Nilai tahun pelajaran 2010/2011 MIM Kramat). Dari siswa yang berjumlah 20 anak yaitu 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Dari 20 anak tersebut, terdapat 8 anak yang masih belum menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran atau hanya 40% saja. Sedangkan untuk ketuntasan klasikal adalah 85%, artinya kelas dikatakan tuntas apabila 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas mendapatkan nilai lebih dari 70. Dari nilai rata-rata yang masih dibawah KKM, guru harus pandai mensiasati keadaan agar proses belajar mengajar bisa berlangsung dalam suasana yang menyenangkan, membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga hasil belajar IPS meningkat.
Dari hasil observasi dan wawancara, penyebab kegagalan dalam pembelajaran IPS antara lain guru dalam proses kegiatan belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah tanpa adanya media yang mendukung kegiatan belajar mengajar di kelas, hal tersebut kurang memperhatikan keterlibatan siswa. Akibatnya siswa menjadi pasif dan hanya mendengarkan penjelasan guru saja. Dari 20 siswa, 12 siswa yang menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pembelajaran atau hanya 60% saja. Guru kelas mengungkapkan bahwa nilai sebagian anak pada ulangan IPS materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pada masa penjajahan Belanda dan Jepang masih nilai kurang dari 70 yaitu batas KKM, dan rendahnya partisipasi dan kerjasama siswa dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari sebagian siswa yang belum mampu mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Kegagalan sebagian siswa tersebut menjadikan siswa kurang termotivasi untuk belajar
IPS, mereka menjadi tidak percaya diri dan akibatnya hasil belajar mereka semakin rendah. Kurangnya pengetahuan siswa mengenai perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang karena banyak materi yang harus dihafalkan dan dipahami. Kurangnya penguasaan materi adalah salah satu dari penyebab hasil belajar siswa yang masih rendah.
Strategi pembelajaran yang kurang tepat dan penggunaan alat peraga saat pembelajaran yang masih kurang diminati oleh guru pun merupakan faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga menunjukkan banyak siswa malas bertanya kepada gurunya atau bertanya kepada temannya untuk mengatasi kesulitannya. Jika hal ini dibiarkan secara terus- menerus, maka para siswa akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
Rendahnya kemampuan serta keterampilan siswa dalam menggunakan dan membuat alat peraga menjadi permasalahan yang membuat hasil belajar siswa masih rendah. Oleh karena itu perlu diupayakan suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penilaian yang selama ini digunakan oleh guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas V MIM Kramat hanya pada aspek kognitif saja. Sedangkan hasil belajar idealnya adalah menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Kedua aspek yaitu aspek afektif dan aspek psikomotor belum mendapat perhatian yang baik padahal kedua aspek tersebut juga sama pentingnya dengan aspek kognitif. Dengan adanya aspek afektif dan aspek psikomotor kita dapat mengetahui sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa.
Oleh karena itu, peneliti mempunyai beberapa alasan untuk terus mencari jalan keluar yang baik dan benar dalam pembelajaran pada materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pemilihan tipe make a match merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kesulitan belajar siswa pada materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Adapun alasan peneliti tertarik memilih tipe make a
match pada pembelajaran IPS karena tipe tersebut disajikan dengan
menggunakan permainan kartu. Permainan merupakan sesuatu yang menarik bagi anak-anak yang membuat mereka tidak cepat merasa bosan.
Penggunaan media permainan kartu adalah salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperatif Learning ) dan tipe make a match adalah teknik belajar mengajar mencari pasangan. Teknik tersebut dikembangkan oleh Lorna Curran (Lie, 2002:55-56). Pembelajaran dengan menggunakan tipe make a match dapat diartikan sebagai strategi untuk meningkatkan minat belajar peserta didik melalui peraga kartu. Semua permainan dalam pembelajaran akan menarik dan menimbulkan efek kreatif dalam pembelajaran. Aktifitas belajar dengan permainan akan memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih santai dan tidak membosankan. Peserta didik akan menjadi lebih berminat terhadap pelajaran yang disajikan, sehingga hasil belajar peserta didik lebih baik.
Berdasarkan uraian latar belakang dan masalah-masalah yang dikemukakan di atas betapa penting penerapan pendekatan yang tepat guna mencapai hasil pembelajaran yang maksimal. Pendekatan Cooperative
Learning dengan menggunakan tipe make a match ini dapat meningkatkan
hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS karena membuat siswa tidak merasa bosan, jenuh dalam mengikuti pembelajaran, sambil bermain sambil belajar. Dengan menggunakan media permainan kartu dapat membantu siswa untuk memahami materi mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, sehingga hasil belajar siswa akan optimal.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan menggunakan media permainan kartu pada mata pelajaran IPS mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V MIM Kramat dapat meningkatkan hasil belajar pada aspek kognitif ?
2. Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan menggunakan media permainan kartu pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar pada aspek afektif?
3. Apakah melalui pembelajaran kooperatif tipe make a match dengan menggunakan media permainan kartu pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar pada aspek psikomotor?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Masing-masing tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum Tujuan umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPS kelas V di MIM Kramat.
2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas
V di MIM Kramat, untuk mengubah interaksi antara guru dengan siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar pada aspek kognitif, afektif, psikomotor siswa dan mengatasi kendala yang dihadapi guru pada saat proses belajar mengajar. Melalui pembelajaran dengan tipe make a match dan menggunakan media permainan kartu pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang di kelas V MIM Kramat diharapkan tujuan tersebut tercapai dengan baik.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) penerapan pembelajaran kooperatif.
b. Sebagai dasar pemikiran untuk penelitian selanjutnya, baik oleh peneliti sendiri maupun peneliti-peneliti lainya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa: 1) Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa aspek kognitif pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
2) Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa aspek afektif pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
3) Meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa aspek psikomotor pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.
4) Memperoleh pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang lebih menarik, menyenangkan, sehingga hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) akan meningkat.
b. Bagi guru 1) Meningkatkan profesionalisme guru dalam menentukan metode dan model pembelajaran yang tepat sesuai karakteristik mata pelajaran, materi pelajaran dan karakteristik siswa, sehingga hasil pembelajaran khususnya Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat optimal. 2) Meningkatkan keterampilan guru dalam penggunaan berbagai metode mengajar.
3) Mengembangkan kurikulum baik dalam aspek pengembangan materi, metode, media dan alat evaluasi pembelajaran di kelas.
c. Bagi sekolah 1) Sebagai bahan pertimbangan terhadap peningkatan kinerja guru.
2) Sebagai upaya peningkatan kualitas pengelolaan pengajaran. 3) Memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
d. Bagi peneliti 1) Bagi peneliti dapat mengetahui dan mengembangkan pembelajaran kooperatif dengan mengunakan tipe make a match melalui media permainan kartu sehingga terbiasa melakukan inovasi dalam proses pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas siswa dan kualitas guru mengajar. 2) Bagi peneliti membina tumbuhnya budaya meneliti dalam upaya meningkatkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).