BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Kartika Rahmadhani BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biografi sudah barang tentu merupakan unit sejarah yang sejak zaman

  klasik telah ditulis antara lain oleh historiograf Tacitus. Sejak itu biografi termasuk bidang sejarah yang populer dan senantiasa sangat menarik serta banyak dibutuhkan. Dipandang dari teknik penulisan memang perlu diakui biografi menuntut kemahiran memakai bahasa dan retorik tertentu, pendeknya seni menulis. Jadi, disini sejarah lebih merupakan seni daripada ilmu. Untuk menokohkan seorang pelaku, biografi menjadi alat utama. Biografi yang ditulis secara baik sangat mampu membangkitkan inspirasi kepada para pembaca. Jadi, dipandang dari sudut ini biografi mempunyai fungsi penting dalam pendidikan (Kartodirdjo, 1992 : 76-77).

  Seperti dalam bukunya Effendi yang berjudul Kiprah dan Pemikiran

  Politik Tokoh-tokoh Bangsa (2014) yang memuat 30 tokoh perpolitikan di

  Indonesia. Berbicara mengenai ranah politik tidak akan terlepas dari keberadaan tokoh yang memberikan warna. Banyak tokoh berkiprah dalam sejarah perjalanan politik Indonesia selama 70 tahun merdeka. Jejak mereka tentu menarik untuk dilacak, terutama terkait pemikiran. Meskipun isi buku tidak menguliti pemikiran mereka secara menyeluruh tetapi dapat memberikan informasi secara umum. Lebih pentingnya lagi di dalam buku tersebut memuat tentang biografi para tokoh-tokoh politik bangsa Indonesia mulai dari tokoh politik pada masa pergerakan nasional yaitu H. O. S Cokroaminoto sampai dengan tokoh politik modern masa kini yaitu Basuki Tjahaja Purnama. Sehingga

  1

  dengan adanya biografi di dalam buku tersebut penulis dapat mengetahui latar belakang tokoh yang dibahas. Dan apabila penulis membaca lebih mendalam lagi isi dari buku tersebut ternyata terdapat juga tokoh yang berperan dalam bidang ekonomi dan sosial.

  Salah satu tokoh politik yang berperan, yaitu Haji Omar Said (H. O. S) Tjokroaminoto. Beliau dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur tanggal 6 Agustus 1882. Tjokroaminoto seorang ulama yang juga memimpin Sarekat Islam (SI) dan dianggap sebagai tokoh pelopor pergerakan Indonesia. Ia juga dikenal sebagai sosok guru yang kelak melahirkan para pemimpin-pemimpin terkemuka di Indonesia, diantaranya Bung Karno, Musso, Kartosuwiryo. Kiprah politik Tjokroaminoto dimulai tahun 1912, yakni ketika ia mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI) yang kemudian berubah nama menjadi Sarekat Islam. Ia memiliki gaya kepemimpinan yang cukup tegas dan bersahaja. Sepanjang hidup Tjokroaminoto, terdapat beberapa pemikirannya yang cukup terkenal dan berpengaruh terhadap perkembangan pergerakan selanjutnya. Salah satunya yang terkenal adalah trilogi pemikirannya yaitu Setinggi-tinggi ilmu, semurni- murni tauhid, dan sepintar-pintar siasat. Pemikiran Tjokroaminoto lainnya yaitu tentang nasionalisme dan Islam. Tjokroaminoto meninggal dunia pada tanggal

  17 Desember 1934 dan jenazahnya dimakamkan di TPM Pekuncen, Yogyakarta (Effendi, 2014 : 11-20).

  Jusuf Kalla merupakan mantan Wakil Presiden RI dengan masa bakti 2004-2009. Ia lahir di Bone, Sulawesi Selatan pada 15 Mei 1942. Jusuf Kalla berasal dari pengusaha keturunan Bugis yang memiliki bendera usaha Kalla Group. Tahun 1968 Jusuf Kalla menjadi CEO dari NV Hadji Kalla dan dibawah kepemimpinannya NV Hadji Kalla berkembang pesat dari bisnis ekspor impor merambah ke bidang industri, transportasi, pertanian dan telekomunikasi. Sebelum terjun ke dunia politik, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA). Ia pun sosok yang aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan. Dalam dunia politik ia pernah menjabat sebagai menteri pada era pemerintahan Gus Dur dan Megawati serta menjadi ketua umum Partai Golkar periode 2004-2009. Salah satu gagasan atau pemikiran Jusuf Kalla adalah semangat Pancasila. Kesuksesan Jusuf Kalla tidak hanya satu atau dua bidang. Di bidang kemanusiaan dan sosial ia terlibat dalam kegiatan Palang Merah Indonesia. Selain itu, atas aktivitasnya sebagai juru damai di beberapa kerusuhan yang terjadi di Indonesia dan dunia, Jusuf Kalla dianugerahi Tokoh Perdamaian Dunia pada 2011 oleh World Assembly of Youth (Effendi, 2014 : 234-240).

  Salah satu The Founding Father Indonesia, yaitu Drs. Mohammad Hatta yang lebih akrab dikenal dengan sebutan Bung Hatta. Ia dilahirkan pada 12 Agustus 1902 di Bukit Tinggi. Bung Hatta merupakan tokoh pejuang kemerdekaan yang juga satu angkatan dengan Bung Karno. Kiprah politik Bung Hatta dimulai ketika ia menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Dagang (Handels Hage

  

School) di Belanda, ia mengikuti sebuah komunitas yang diberinama

  Perhimpunan Indonesia tahun 1922 dan menjabat sebagai ketua pada tahun 1926. Dan pada tanggal 17 Agustus 1945, Bung Karno dan Bung Hatta dapat memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Meskipun ia lebih berfokus tentang pemikiran politik seperti tentang demokrasi, kebangsaan, hubungan internasional, dan sebagainya, ia lebih dikenal sebagai “Bapak Koperasi

  Indonesia ”. Dialah yang telah menjadi peletak dasar-dasar terbentuknya koperasi di Indonesia. Pemikiran Hatta tentang koperasi yaitu ia menginginkan agar koperasi Indonesia menjadi wadah ekonomi yang dapat menolong masyarakat dari kemelaratan dan keterbelakangan. Banyak Jasa Bung Hatta dalam perkembangan koperasi Indonesia. Hal ini jelas dari gagasan Bung Hatta agar kekuatan-kekuatan ekonomi ada ditangan rakyat bukan dari perusahaan (Effendi,

  2014 : 87-101).

  Selain dari ketiga contoh profil tokoh tersebut dalam bukunya Dinanta yang berjudul Ibu Risma Memimpin dengan Hati (2014: 1). Di dalamnya menjelaskan tentang biografi dan sikap kepemimpinan yang ia tonjolkan sebagai walikota Surabaya. Tri Rismaharini lahir di Kediri pada 20 November 1961.

  Risma merupakan sosok perempuan langka sebagai pemimpin yang berjiwa tegas, bersih, tak kenal kompromi, tak takut dengan ancaman para penguasa hitam, pada akhirnya menjadi predikat yang disematkan di dada Risma. Ia berhasil menyulap kota Surabaya menjadi lebih indah dan asri dan mengatasi berbagai persolan seperti mengatasi konflik di Kebun Binatang Surabaya dan penutupan lokalisasi pelacuran.

  Dari keempat contoh profil tokoh di atas, masing-masing memiliki kiprah dalam bidang yang berbeda-beda. Mereka merupakan profil biografi tokoh dalam lingkup nasional dan semua masyarakat Indonesia mengetahui siapa mereka itu. Tetapi terdapat salah satu tokoh dalam lingkup lokal masyarakat di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap yaitu Haji Supriyanto Hadibroto. Meskipun dalam tingkat lokal, ia memiliki peranan cukup penting dalam masyarakat di daerahnya, karena ia berperan atau berkiprah dalam multi bidang yaitu dalam bidang ekonomi dan politik, sehingga perannya patut diperhitungkan. Haji Surpriyanto Hadibroto merupakan seorang tokoh yang revolusioner. Di dalam bidang ekonomi yang ia geluti hampir separuh massa hidupnya ia abdikan diri kepada masyarakat. Tidak semua orang mampu untuk seperti itu. Ia pun menjadi seorang pelopor kemajuan ekonomi masyarakat di Kecamatan Cimanggu dengan mendirikan sebuah badan ekonomi. Semasa ia berkecimpung dalam bidang ekonomi, ia telah banyak menyumbangkan penghargaan atau prestasi yang sangat luar biasa. Sehingga banyak orang mengenalnya atas prestasi yang ia peroleh. Haji Supriyanto Hadibroto dikenal oleh masyarakat sebagai orang yang sangat sederhana, bersahaja dan mudah bersosialisasi. Hal ini terlihat dari cara bersosialisasi beliau sehingga disegani oleh masyarakat. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang perjalanan hidup dan seberapa besar kontribusi dan sumbangsih Haji Supriyanto Hadibroto dalam bidang ekonomi dan politik di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut

  1. Bagaimana riwayat hidup Haji Supriyanto Hadibroto?

  2. Bagaimana kiprah Haji Supriyanto Hadibroto dalam bidang ekonomi dan politik di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap?

  3. Bagaimana pandangan masyarakat terhadap sosok Haji Supriyanto Hadibroto?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

  1. Untuk mendeskripsikan riwayat hidup Haji Supriyanto Hadibroto.

  2. Untuk menganalisis kiprah Haji Supriyanto Hadibroto dalam bidang ekonomi dan politik di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap.

  3. Untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap sosok Haji Supriyanto Hadibroto.

  D. Manfaat Penelitian

  Berdasarkan tujuan penelitian diatas, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut

  1. Manfaat Teoretis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah kesejarahan lokal sebagai bagian dari penulisan sejarah nasional.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai salah satu referensi dalam menganalisis tentang seorang tokoh dan perannya dalam masyarakat.

  2. Manfaat Praktis

  a. Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk menambah inspirasi bagi para pembacanya.

  b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa semangat untuk memajukan perekonomian Indonesia.

E. Kajian Pustaka dan Penelitian yang Relevan

1. Kajian Pustaka

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. Biografi sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu bios dan graphein yang berarti hidup dan tulis. Sehingga dapat diartikan sebagai kisah hidup riwayat seseorang. Biografi menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Lewat biografi akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya.

  Pada awal keberadaan biografi, penulisan biografi ini lebih disukai oleh para jurnalis atau wartawan. Mereka menulis biografi karena tuntutan pekerjaan yaitu mereka harus mencari tema-tema semenarik mungkin untuk dijadikan berita. Seperti dalam bukunya Priyadi yang berjudul Metode Penelitian Sejarah (2011: 98), biografi dalam historiografi jarang sekali ditulis oleh sejarawan. Sebagian besar yang menulis biografi adalah para jurnalis dan wartawan. Biografi dalam penulisan sejarah dapat memberikan sumbangan berupa psiko-

  

history , yaitu sejarah kejiwaan tokoh-tokoh sejarah, khususnya para pelaku dan

  penyaksi. Tokoh-tokoh yang layak ditulis riwayat hidupnya adalah orang-orang besar dalam sejarah yang sesuai dengan kiprahnya.

  Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal. Namun, penelitian biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tidak jarang juga tentang yang masih hidup. Berbeda dengan jurnalis atau wartawan, mereka menulis biogarfi hanya tokoh-tokoh yang berlingkup nasional atau internasional tetapi bagi sejarawan dalam menulis biografi pun dapat dalam lingkup yang lebih sempit yaitu lingkup lokal, asalkan ia mempunyai peran atau pengaruh.

  Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekadar daftar tanggal lahir atau mati dan data pekerjaan seseorang, tetapi juga menceritakan tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut dengan menonjolkan perbedaan perwatakan termasuk pengalaman pribadi. Oleh sebab itu, di dalam menggali dan merekonstruksi biografi, seorang sejarawan harus mempunyai ketrampilan dalam merangkai dan menyusun fakta-fakta secara runtut sesuai dengan fakta yang ada. Hal ini diperjelas oleh Kartodirdjo dalam bukunya

  

Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (2014: 87), rekonstruksi

  biografis amat memerlukan imajinasi yang besar agar dapat dibuat sulaman yang indah dari biodata yang tersedia, tentu saja tanpa menyimpang dari faktor historiaritas. Lebih dari cerita sejarah lainnya biografi memerlukan emphaty atau einfuhlung seperti yang digariskan oleh Dilthey sebagai metodologi interpretatif. Dengan empati dapat menempatkan diri seolah-olah ada dalam situasi tokoh itu, bagaimana emosinya, motivasi, dan sikapnya, persepsi, dan konsepnya, yang kesemuanya dapat direproduksi dalam diri sejarawan.

  Biografi atau catatan tentang hidup seseorang itu meskipun sangat mikro, menjadi bagian dalam mosaik sejarah yang besar. Ada pendapat bahwa sejarah adalah penjumlah dari biografi, dengan biografi dapat dipahami para pelaku sejarah, zaman yang menjadi latar belakang sejarah, lingkungan sosial politiknya dalam bukunya Kuntowijoyo yang berjudul Metodologi Sejarah (2003 : 203-204). Dilihat dari hal tersebut maka biografi pun sekarang memiliki kedudukan yang penting dalam penulisan sejarah.

  Menurut Kartodirdjo dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Ilmu

  

Sosial dalam Metodologi Sejarah (1992 : 102) menyebutkan bahwa biografi

  dibedakan dalam tiga macam, yaitu (1) biografi yang komprehensif, (2) biografi yang topikal, (3) biografi yang diedisikan. Biografi yang komprehensif adalah biografi yang panjang dan bersegi banyak, apabila isinya pendek dan sangat khusus sifatnya, biografi itu disebut topikal, sedang yang dinamakan biografi yang diedisikan ialah yang disusun oleh pihak lain.

  Selain biografi, ada otobiografi. Otobiografi seseorang adalah biografi yang ditulis sendiri. Dengan otobiografi yang dilahirkan dari tangan pertama, diharapkan bahwa sejarah dapat dipahami dengan lebih baik, tetapi otobiografi selain mempunyai kekuatan juga mengandung kelemahan. Kekuatan otobiografi terletak dalam keterpaduan yang utuh (coherency) sehingga pembaca tahu bagaimana penulis memahami diri, lingkungan sosial-budaya, dan zamannya. Otobiografi merupakan refreksi yang otentik dari pengalaman seseorang karena otobiografi dapat ditulis sebagai usaha pembelaan diri. Adapun kelemahan otobiografi ialah pandangan yang partial terhadap sejarah zamannya, subjektif dan proses sejarah yang belum final dalam bukunya Kuntowijoyo yang berjudul

  Metodologi Sejarah (2003 : 204-205).

  Penelitian biografi juga sama dengan penelitian yang lainnya yang memiliki kelebihan dan kelemahan yang masih menjadi perdebatan pemikiran tentang kelebihan dan kelemahan. Menurut pemikiran Kartodirdjo dalam bukunya yang berjudul Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah (1992: 76-77), biografi dipandang mempunyai kelemahan pada teknik penulisan. Teknik penulisan biografi membutuhkan kemahiran dalam pemakaian bahasa dan retorik tertentu, pendeknya seni menulis. Di samping itu biografi juga mempunyai kelebihan yaitu biografi mempunyai fungsi yang penting dalam pendidikan apabila biografi ditulis dengan baik sangat mampu membangkitkan inspirasi kepada pembaca.

  Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa penelitian biografi dengan judul Biografi Haji Supriyanto Hadibroto di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap Tahun 1975-2015 ini termasuk dalam jenis biografi yang diedisikan karena penulisan biografi terkait tokoh yang bersangkutan yaitu Haji Supriyanto Hadibroto ditulis oleh pihak lain dan bukan termasuk jenis otobiografi. Biografi yang akan ditulis pun memiliki kebermanfaatan bagi para pembacanya, yaitu mampu menginspirasi para pembaca karena tokoh yang ditulis memiliki sikap kepemimpinan dan sangat berpengaruh bagi masyarakat disekitarnya.

2. Penelitian yang Relevan

  Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penulisan biografi seorang tokoh sejarah maupun tokoh yang dianggap berjasa dan menjadi panutan di Kabupaten Cilacap antara lain yang dilakukan oleh Windi Widiastuti (2015), Sutrismi (2014), dan Endah Puji Lestari (2005). Serta terdapat salah satu buku yang berisi tentang biografi para tokoh-tokoh politik bangsa karya Sulaiman Effendi (2014).

  Dalam buku yang berjudul Kiprah dan Pemikiran Politik Tokoh-tokoh

  

Bangsa (2014) karya Effendi. Di dalamnya mendeskripsikan tentang peran serta

  pemikiran tokoh-tokoh bangsa dalam memajukan bangsa Indonesia, diawali dari sosok H. O. S Cokroaminoto sampai dengan Basuki Tjahaja Purnama. Di dalamnya terdapat biografi Muhammad Hatta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bung Hatta. Ia dikenal sebagai wakil presiden RI yang pertama dan sebagai bapak koperasi Indonesia. Spirit perjuangan Bung Hatta telah terlihat semenjak ia menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Dagang (Handels Hage School) di Belanda dan ia pun bergabung dengan Komunitas pelajar Indonesia yang dikenal dengan Perhimpunan Indonesia.

  Selain penulisan tokoh biografi yang berskala nasional seperti yang dijelaskan di atas terdapat juga penulisan biografi dalam tingkat lokal. Seperti dalam penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti berjudul Biografi Sutarman

  

Tokoh Pembangunan Dari Desa Panulisan Timur Kecamatan Dayeuhluhur

Kabupaten Cilacap Tahun 1967-2015 (2015). Penelitian ini merupakan skripsi

  pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Sutarman terlahir dari keluarga yang sangat sederhana.

  Namun, kesederhanaanya itu terdapat hal yang jarang dimiliki oleh banyak orang. Ia sangat peduli dengan keadaan di sekitarnya. Tidak hanya peduli dengan lingkungan sekitar saja, tetapi beliau juga merupakan tokoh yang patut dibanggakan karena perannya yang sangat besar bagi desanya dan beliau dikenal sebagai pelopor pembangunan desa. Dari kesederhanaannya dan rasa ingin memajukan daerahnyalah ia merupakan sosok yang patut dijadikan contoh bagi masyarakat disekitarnya.

  Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari yang meneliti tentang Biografi Karsinah (Mantan Lengger) di Desa Kalisabuk, Kecamatan

  

Kesugihan, Kabupaten Cilacap (2005) ini juga merupakan tokoh dalam tingkat

  lokal. Penelitian ini merupakan skripsi pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Menyimpulkan bahwa alasan Karsinah menjadi seorang lengger karena perekonomian yang pas-pasan. Perjuangannya menjadi seorang lengger bukanlah tanpa usaha karena pada awalnya ia sempat ditentang oleh orang tua dan keluarganya, namun karena niat untuk membantu keluarganya semakin besar ia memutuskan untuk tetap menjadi lengger. Ia mampu menjadi lengger yang profesional. Saat sudah menikah ia mulai mengurangi kegiatannya menjadi lengger demi mengurus suami dan anak-anaknya. Karsinah mendedikasikan dirinya dalam dunia kesenian yaitu lengger. Karena ia ingin melestarikan kesenian yang telah lama ia geluti. Dari penulisan biografi Karsinah dapat menginspirasi para pembacanya bahwa adanya sikap ingin melestarikan kebudayaan lengger dengan menjadi penari lengger yang profesional.

  Penulisan biografi dalam tingkat lokal pun tidak hanya sebatas dalam bidang pembangunan dan kesenian tetapi juga dalam dunia politik desa.

  Menurut Sutrismi dalam penelitiannya yang berjudul Biografi Kusno: Mantan

  

Kepala Desa di Desa Bengbulang Kecamatan Karangpucung Kabupaten

Cilacap (2014). Penelitian ini merupakan skripsi pada Program Studi

  Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Penelitian ini memberikan simpulan bahwa Kusno lahir dari keluarga petani yang hidup berkecukupan, keberhasilan keluarga Kusno bukan karena kekayaan yang dimiliki, melainkan karena kesederhanaan, selalu bersyukur, taat ibadah, dan jiwa sosial beliau yang sangat tinggi. Beliau merupakan pemimpin yang selalu mendengarkan kritik dan saran dari bawahannya. Hasil pembangunan pada masa beliau berupa pembangunan fisik dan nonfisik. Dari sini terlihat bahwa Kusno merupakan seorang kepala desa dengan sikap kepemimpinan yang sangat luwes dan menjadi panutan bagi masyarakat disekitarnya.

  Ketiga penelitian di atas (skripsi) memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan, yaitu sama-sama meneliti tentang peran seorang tokoh yang dianggap penting dan memiliki banyak pengaruhnya bagi kehidupan bermasyarakat di daerah Cilacap. Masing-masing tokoh dalam ketiga penelitian di atas memiliki peran dalam bidang yang berbeda-beda, tetapi merupakan tokoh yang berpengaruh. Sutarman merupakan tokoh pembangunan, Kusno serorang mantan kepala desa dan Karsinah mantan pemain lengger. Tetapi dari ketiga contoh penelitian di atas hanya merupakan sebagian kecil contoh penelitian tentang biografi dalam tingkat lokal dan masih banyak penelitian biografi dengan kiprah dan riwayat hidup yang berbeda. Seperti penelitian biografi yang peneliti teliti yaitu terdapat perbedaan dalam hal nama tokoh, peran serta dan lokasi penelitian. Penelitian yang akan peneliti lakukan, yaitu akan meneliti tokoh bernama Haji Supriyanto Hadibroto dan lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap, beliau berperan dalam bidang ekonomi dan politik di Kecamatan Cimanggu. Jadi yang dijadikan bahan penelitian sehingga sudah barang tentu penelitian yang akan peneliti lakukan ini bukan merupakan tiruan atau plagiat.

F. Kerangka Teoretis dan Pendekatan

1. Kerangka Teoretis

a. Teori Kepemimpinan

  Kepemimpinan atau leadership termasuk kelompok ilmu terapan atau

  aplied sciences dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Kepemimpinan tampaknya lebih merupakan konsep yang didasarkan pada serangkaian wacana dan pengalaman. Arti kata ketua, pimpinan, kepala, presiden atau raja yang dapat ditemukan dalam beberapa bahasa hanyalah untuk menunjukkan adanya perbedaan antara pemerintah dan anggota yang diperintah (Moedjiono, 2002: 1).

  Kepemimpinan berkaitan dengan proses yang disengaja dari seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan di dalam kelompok atau organisasi. Orang yang diharapkan untuk melaksanakan peran kepemimpinan ditunjuk sebagai

  “pemimpin”. Anggota kelompok yang lainnya disebut sebagai “pengikut” walaupun sebagian dari mereka dapat membantu pemimpin utama itu dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya.

  Perbedaan antara peran pemimpin dan pengikut tidak berarti bahwa seseorang tidak dapat memerankan kedua peran itu sekaligus pada waktu yang bersamaan. Dari sini terlihat bahwa kepemimpinan adalah sebuah peran khusus akan lebih memperlihatkan cara menunjuk pemimpin, perilaku khusus dari pemimpin yang ditunjuk itu, dan efek dari perilaku itu terhadap anggota lainnya dalam kelompok atau organisasi (Yukl, 2007: 3-5).

  Kepemimpinan melibatkan hubungan pengaruh yang mendalam, yang terjadi di antara orang-orang yang menginginkan perubahan signifikan dan perubahan tersebut mencerminkan tujuan yang dimiliki bersama oleh pemimpin dan pengikutnya (bawahan). Pengaruh (influence) dalam hal ini berarti hubungan di antara pemimpin dan pengikut sehingga bukan sesuatu yang pasif, tetapi merupakan suatu hubungan yang timbal balik dan tanpa paksaan. Dengan demikian, kepemimpinan itu sendiri merupakan proses yang saling mempengaruhi. Pemimpin mempengaruhi bawahannya, demikian sebaliknya. Orang-orang terlibat dalam hubungan tersebut menginginkan sebuah perubahan sehingga pemimpin diharapkan mampu menciptakan perubahan yang signifikan dan bukan mempertahankan status quo. Selanjutnya, perubahan tersebut bukan merupakan sesuatu yang diinginkan pemimpin tetapi lebih pada tujuan (purpose) yang diinginkan dan dimiliki bersama. Tujuan tersebut merupakan sesuatu yang diinginkan, yang diharapkan, yang harus dicapai di masa depan sehingga tujuan ini menjadi motivasi utama visi dan misi organisasi. Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama. Kepemimpinan merupakan aktivitas orang-orang, yang terjadi di antara orang-orang, dan bukan sesuatu yang dilakukan untuk orang-orang sehingga kepemimpinan melibatkan pengikut. Proses kepemimpinan juga melibatkan keinginan dan niat, keterlibatan yang aktif antara pemimpin dan pengikut untuk mencapai tujuan yang diinginkan bersama. Dengan demikian, baik pemimpin ataupun pengikut mengambil tanggung jawab pribadi (personal responsibility) untuk mencapai tujuan bersama tersebut (Triantoro, 2004: 3-5).

  Selanjutnya, menurut Kartono dalam bukunya yang berjudul Pemimpin

  

dan Kepemimpinan (1982: 69) ada kelompok sarjana lain yang membagi tipe

  kepemimpinan sebagai berikut

  1) Tipe Kharismatik Tipe pemimpin kharismatik ini memiliki kekuatan energi, daya tarik dan

  perhatian yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain , sehingga ia

  mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal- pengawal yang bisa dipercaya.

  2) Tipe Paternalistis Tipe paternalistis ini yaitu tipe kepemimpinan yang kebapakan yang selalu bersikap melindungi, bersikap maha-tahu dan maha-benar.

  3) Tipe Militeristis Tipe ini sifatnya hanya gaya luaran saja yang mencontoh gaya militer.

  Tetapi jika dilihat lebih seksama, tipe ini mirip sekali dengan tipe kepemimpinan otoriter.

  4) Tipe Otokratis Kepemimpinan otokratis ini mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan yang mutlak harus dipenuhi. Pemimpinnnya selalu mau berperan sebagai

  pemain tunggal pada a one-man show.

  5) Tipe Laissez Faire Pada tipe kepemimpinan laissez faire ini sang pemimpin praktis tidak

  mempimpin, dia memberikan kelompoknya dan setiap orang berbuat

  semau sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikitpun dalam kegiatan kelompoknya .

  6) Tipe Populistis Kepemimpinan populistis ini berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisional. Juga kurang mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang-hutang luar negeri (asing). 7) Tipe Administratif atau Eksekutif

  Kepemimpinan tipe ini ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Sedang para pemimpinnya terdiri dari teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakan dinamika modernisasi dan pembangunan.

  8) Tipe Demokratis Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Kepemimpinan ini menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasihat dan sugesti bawahan.

  Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori kepemimpinan. Dengan menggunakan teori kepemimpinan berusaha untuk memberikan penjelasan dan intrepretasi mengenai pemimpin dan kepemimpin dari tokoh yang diteliti. Dan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah perjuangan serta peran serta Haji Supriyanto Hadibroto yang menjadi ketua dari sebuah Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera dan menjabat selama 38 tahun dan menjadi ketua Fraksi Golkar pada tahun 2002. Hal yang menonjol dalam diri Haji Supriyanto Hadibroto selama ia berkecimpung dalam bidang ekonomi dan politik adalah sifat kepemimpinannya. Sifat kepemimpinan tersebut telah nampak pada saat ia mengikuti organisasi dalam pendidikan SGA dan dari situlah sikap kepemimpinannya terus berkembang sampai ia menjadi ketua koperasi dan ketua fraksi. Sifat kepemimpinan yang terdapat dalam pribadi Haji Supriyanto Hadibroto yaitu semangat dalam bekerja, integritas yang tinggi (kejujuran), ketegasan dalam mengambil keputusan, kecerdasan, ketrampilan berkomunikasi, kecakapan teknis atau kecakapan manajerial serta ketrampilan sosial.

  Selanjutnya, dalam tipe kepemimpinan ia termasuk seorang pemimpin yang bertipe Kharismatik dan Demokratis. Ia dianggap sebagai sosok yang berkarisma karena ia mampu memengaruhi dan menyatukan teman, melalui berteman akrab dengan siapapun seperti saudara tanpa membeda-bedakan. Dan sebagai panutan karena ia bisa memberi teladan, bersikap santun, sabar dan tegas (Wawancara Kartini, 6 Mei 2016). Sifat kharismatik yang tercermin dalam pribadi Haji Supriyanto hadibroto yaitu banyak memiliki inspirasi, keberanian, berkeyakinan teguh pada diri sendiri, totalitas kepribadian pemimpin itu memacarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar. Jika terdapat suatu masalah akan dimusyawarahkan bersama-sama baik itu masalah pribadi atau kedinasan karena ia tidak mudah putus asa dan setia kawan (Wawancara Suwito, 20 April 2016). Oleh sebab itu ia dapat memimpin Koperasi selama 38 tahun serta ia juga dapat memberikan bimbingan dan menghargai setiap individu yang menghasilkan banyaknya anggota didalam Koperasi, hal tersebut pula yang menjadikan ia pemimpin yang bertipe demokratis.

2. Pendekatan

  Pada penelitian ini peneliti menggunakan 4 pendekatan yaitu pendekatan sosiologi, pendekatan psikologi sosial, pendekatan ekonomi, dan pendekatan politik. Keempat pendekatan tersebut saling berkaitan dan berhubungan satu sama lain. Selain meneliti kepribadian dan proses interaksi subyek penelitian dimasyarakat. Peneliti juga meneliti kiprah Haji Supriyanto dalam bidang ekonomi dan politik.

a. Pendekatan Sosiologi

  Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi digunakan untuk mengkaji hubungan antara individu dalam masyarakat yang luas. Pada masyarakat luas bentuk kerjasama mutlak diperlukan karena dalam kehidupan masyarakat terjadi interaksi antara pemimpin dan lingkungan. Pendekatan sosiologi lebih ditekankan kepada peranan perilaku kepemimpinan, kelangsungan, dan interaksi timbal balik diantara semua variabel-variabel yang ada (Thoha, 2010: 46)

  Peneliti menggunakan pendekatan sosiologi karena fokus penelitian berada pada sosok seorang pemimpin di dalam Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Cimanggu yaitu Haji Supriyanto Hadibroto. Dalam menjalani peran kepemimpinan, seorang pemimpin harus berinteraksi dengan lingkungan masyarakat di mana ia tinggal serta interaksi timbal balik antara semua variabel-variabel yang ada. Selain itu juga jika seorang mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu mampu untuk bekerja sama.

b. Pendekatan Psikologi Sosial

  Pelaku sejarah adalah anggota suatu kolektif, baik komunitas, masyarakat, suku, maupun bangsa. Perilaku dipengaruhi oleh kebiasaan orang banyak karena berinteraksi secara terus menerus sehingga ada proses internalisasi. Pelaku sejarah juga harus diilihat dari sosok manusia sebagai individu yang bisa lebur dengan situasi masyarakat, tetapi juga memiliki kepribadian sendiri. Artinya, pelaku sejarah berada pada tegangan antara individu dan kolektif, atau antara kepribadian individu dan kepribadian kolektif. Kepribadian individu mendasari perilaku individu yang mempunyai keunikan atau kekhasan. Kepribadian kolektif juga mendasari perilaku kolektif (Priyadi, 2015: 129).

  Pada umumnya, pendekatan psikologi sosial mulai dengan pembahasan mengenai persepsi dan sikap: bagaimana seseorang mempersepsi orang lain, bagaimana dia mengartikan perilaku orang lain, serta bagaimana ia membentuk dan mengubah sikapnya. Ini menyangkut semua bentuk interaksi antara orang satu sama lain-kasih sayang dan afiliasi, rasa suka dan hubungan yang erat, agresi, altruisme, konformitas dan pengaruh. Psikologi sosial berkaitan dengan bagaimana seseorang berperilaku dalam kelompok, dan bagaimana kelompok mempengaruhi anggotanya. Bidang psikologi sosial mencoba menjawab segala pertanyaan tentang bagaimana orang saling mempengaruhi dan bagaimana mereka berperilaku dalam situasi sosial (Sears, 1999: 7).

  Pada penelitian ini digunakan pendekatan psikologi sosial. Haji Supriyanto Hadibroto merupakan seorang pemimpin yang sangat disegani oleh masyarakat disekitarnya. Seorang pemimpin akan lebih intensif melakukan interaksi dengan masyarakat dan lingkungan. Tidak semua pemimpin mampu untuk menghadapi berbagai macam kendala yang ada. Jika seorang pemimpin mampu mengatasi kendala tersebut berarti ia merupakan sosok seorang pemimpin yang berkepribadian baik, begitu pun sebaliknya.

c. Pendekatan Ekonomi

  Tema-tema perekonomian memerlukan suatu metodologi yang menuntut kerangka konseptual yang lebih luas serta tak terbatas pada pendekatan menurut konsep dan teori ekonomi saja. Kompleksitas sistem ekonomi dengan sendirinya menuntut pula pendekatan ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya. Untuk mengkaji gejala ekonomis diperlukan ilmu bantu seperti antropologi, ekonomi, sosiologi ekonomi, ekonomi politik, ekonomi kultural, dan lain sebagainya. Kesemuanya itu dapat dicakup apabila digunakan pendekatan sistem dengan sendirinya diperlukan analisis yang mampu mengekstrapolasikan komponen-komponen sistem itu beserta dimensi- dimensinya (Kartodirdjo, 1992: 138).

  Pendekatan ekonomi digunakan karena ia merupakan pendiri sebuah koperasi yaitu Koperasi Simpan Pinjam di Kecamatan Cimanggu. Koperasi tersebut berperan dalam perekonomian masyarakat Kecamatan Cimanggu. Dengan berdirinya sebuah koperasi, maka diperlukan adanya konsep-konsep ilmu ekonomi, meskipun sederhana. Dalam penelitian ini akan dibahas bagaimana berdiri dan berkembangnya Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera.

d. Pendekatan Politik

  Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan pendekatan politik¸yaitu untuk mengkaji perilaku seseorang yang berhubungan dengan segala urusan pemerintahan. Karena Haji Supriyanto Hadibroto juga pernah menjadi ketua Fraksi Partai Golkar di DPRD Kabupaten Cilacap, sehingga dalam melakukan penelitian ini peneliti akan mencari sumber apa saja yang pernah dilakukan oleh Haji Supriyanto Hadibroto yang bersifat politik ketika menjadi ketua fraksi. Pada umumnya, definisi politik yang menyangkut semua kegiatan yang berhubungan dengan negara dan pemerintahan.

  Perhatian ilmu-ilmu politik adalah pada gejala-gejala masyarakat seperti pengaruh dan kekuasaan, kepentingan, keputusan, kebijakan, konflik dan konsensus, rekruitmen, dan perilaku kepemimpinan (Kuntowijoyo, 2003: 173).

G. Metode Penelitian

  Metode merupakan suatu cara untuk mencapai ilmu pengetahuan. Jika sebuah ilmu tidak mempunyai metode, maka ia tidak layak disebut sebagai ilmu (Priyadi, 2013: 48). Metode sejarah adalah suatu cara seorang sejarawan mendekati objek penelitiannya dengan langkah-langkah yang terstruktur sehingga akan mempermudah dalam pemerolehan data sejarah (Priyadi, 2013: 111).

  Hal ini pun diperjelas oleh Kartodirdjo (1992: 1-4), yang menyatakan bahwa metode merupakan sebuah cara prosedural untuk berbuat dan mengerjakan sesuatu dalam sebuah sistem yang teratur dan terencana. Jadi, terdapat persyaratan yang ketat dalam melakukan sebuah penelitian yaitu prosedur dan sistematis. Metode penelitian sejarah yang akan dilakukan melalui 4 tahapan, yaitu:

  1. Heuristik Langkah kerja sejarawan untuk mengumpulkan sumber-sumber

  (sources) atau bukti-bukti (evidence) sejarah ini disebut heuristik. Kata

  heuristik berasal dari kata heurisken dalam bahasa Yunani yang berarti mencari atau menemukan. Dalam bahasa Latin, heuristik dinamakan sebagai

  ars inveniendi (seni mencari) atau sama artinya dengan istilah arts of invention dalam bahasa Inggris (Daliman, 2012: 51-52).

  Jadi, heuristik merupakan istilah untuk mencari dan menemukan sumber sejarah. Dalam mencari sumber tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Data sejarah tidak selalu tersedia dengan mudah sehingga untuk memperolehnya harus bekerja keras mencari data lapangan, khususnya artifact, baik pada situs-situs sejarah maupun lembaga museum (milik pemerintah atau pribadi), atau mencari data sejarah lisan yang menyangkut para pelaku dan penyaksi sejarah atau dokumen yang tersimpan pada lembaga, baik kearsipan maupun arsip perorangan, atau naskah-naskah yang juga tersimpan pada lembaga, baik perpustakaan maupun perorangan (Priyadi, 2013: 112)

  Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengumpulkan sumber lisan. Wawancara akan dilakukan antara tokoh yang dikaji yaitu Haji Supriyanto Hadibroto, keluarga (istri dan anak dan menantu), dan masyarakat serta ketua dan pengurus koperasi.

  Penggunaan sumber lisan sangat penting dalam sejarah. Selain sumber lisan, peneliti juga menggunakan sumber tertulis berupa dokumen atau arsip berupa sumber arsip pribadi, foto dan powerpoint Penyuluhan Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera tahun 2012, Buku I Memori Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Cilacap Masa Bhakti Tahun 1999

  • – 2004 (Hasil Pemilu 1999) serta Laporan Pertanggungjawaban Pengurus/Pengawas Koperasi Simpan Pinjam Sejahtera Tahun 2006, 2009, 2010 dan 2015.

  2. Kritik Kritik pada penelitian sejarah identik dengan kritik sumber, yaitu kritik ekstern yang mencari otentisitas atau keotentikan (keaslian) sumber dan kritik intern yang menilai apakah data yang terdapat pada sumber itu memiliki kredibilitas (kebiasaan untuk dipercaya) atau tidak (Priyadi, 2011: 75). Tujuan dari kegiatan ini ialah bahwa setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber-sumber, ia tidak akan menerimanya begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber itu. Langkah selanjutnya ia harus menyaring secara kritis, terutama terhadap data dari sumber lain, agar terjaring fakta. Langkah-langkah inilah yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber maupun terhadap substansi (isi) sumber (Sjamsuddin, 2007: 131).

  Kritik atau verifikasi yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah mengkritik sumber lisan melalui wawancara simultan. Wawancara simultan ini bisa dimanfaatkan sekaligus selain untuk memperoleh sumber sejarah lisan, juga untuk melakukan kritik sumber, baik kritik ekstern maupun kritik intern. Kritik ekstern yang menuntut terhadap sumber sejarah lisan dalam hal keautentikan sumber, maka sejarawan dapat meminta kesaksian pelaku lain apakah benar seorang itu pelaku atau terlibat dalam peristiwa. Wawancara simultan juga dimanfaatkan untuk melakukan kritik intern. Kritik intern ditempuh dengan membandingkan antarsumber, atau antarsumber sejarah lisan. Sumber sejarah lisan yang berversi-versi itu dibandingkan satu sama lain sehingga akan diketahui versi yang kuat dan versi yang lemah. Versi yang kuat biasanya didukung oleh banyak pelaku, versi yang lemah tidak mendapat dukungan. Perbandingan versi akan menyimpulkan bahwa versi tertentu itu mengada-ada atau dibuat-buat oleh pelaku tertentu. Namun, koreksi dari pelaku-pelaku lain dapat mendeteksi versi tertentu itu sesuai dengan apa adanya. Sesuatu yang apa adanya adalah fakta sejarah yang lolos dari kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern bermain pada tataran keautentikan atau keaslian sumber, sedangkan kritik intern bekerja pada kawasan kredibilitas atau tingkat bisa dipercaya (Priyadi, 2014: 96-98).

  3. Interpretasi Sesudah menyelesaikan langkah pertama dan kedua berupa heuristik dan kritik sumber seperti yang sudah dijelaskan, sejarawan memasuki langkah selanjutnya, yaitu penafsiran atau interpretasi. Interpretasi adalah proses di mana sejarawan melakukan penafsiran terhadap dua komponen yaitu fakta sejarah dan interpretasi (Priyadi, 2013 : 121).

  Penafsiran dalam metode sejarah menimbulkan subjektifitas yang sangat sukar dihindari, karena ditafsirkan oleh sejarawan, sedangkan yang objektif adalah peristiwanya. Penafsiran model sejarah tersebut dapat diterapkan dalam ilmu antropologi, seni pertunjukan, studi agama, filologi, arkeologi dan ilmu sastra (Priyadi, 2011 : 88-89). Peran terpenting interpretasi adalah menafsirkan atau memberikan makna dan signifikansi relasi fakta-fakta sejarah (Daliman, 2012: 84).

  Dalam menginterpretasikan fakta sejarah, sejarawan berusaha mendeskripsikan secara detail fakta-fakta yang disebut analisis. Deskripsi ini dilakukan agar fakta-fakta yang sudah diperoleh akan menampilkan jaringan antarfakta sehingga fakta-fakta itu saling bersinergi. Setelah di analisis, sejarawan kemudian akan mensintesiskan deskripsi dari hasil analisis. Sintesis berarti merangkaikan hasil-hasil analisis fakta yang berdiri sendiri sehingga fakta-fakta itu akan saling bertautan, saling menyulam, dan saling membentuk jaringan, atau teks sejarah yang saling menguatkan.

  Dengan demikian, karya sejarah adalah karya jaringan atau tekstual, yang meliputi fakta-fakta (mentifact, socifact, dan artifact) yang saling menguatkan, utuh, dan bulat (Priyadi, 2013: 121-122).

  4. Historiografi Langkah terakhir atau puncak metode sejarah yaitu, penulisan sejarah atau sering disebut historiografi. Trend historiografi yang menonjol sebelum Kartodirdjo (1982) adalah sejarah naratif. Artinya sejarah dipandang sebagai kisah, yaitu kisah yang ditulis oleh sejarawan, peneliti maupun penulis, sehingga karyanya disebut sejarah sebagaimana dikisahkan (Priyadi, 2013: 122).

  Sejarah naratif adalah langkah awal menuju sejarah non-naratif. Sejarah non-naratif tidak menyusun sejarah sebagai cerita sebagaimana dilakukan sejarah naratif. Sejarah non-naratif berpusat pada masalah

  (problem oriented) seperti penelitian-penelitian. Tanpa penelitian maka

  tidak ada ilmu. Penulisan sejarah non-naratif tentu berbeda dalam penyajiannya. Jika sejarah naratif disajikan dengan deksriptif naratif, maka sejarah non-naratif dengan deksriptif-analisis-sintesis. Deskriptif-analisis- sintesis adalah penyajian yang dilakukan dengan menguraikan atau mendeskripsikan bukan dalam bentuk cerita, tetapi deskripsi detail. Deskriptif-analisis-sintesis adalah tataran lanjutan dari deskriptif-naratif. Cara yang terbaik adalah menggabungkan dua deskripsi sehingga karya sejarah akan lebih lengkap. Pembaca sejarah juga akan lebih puas karena setelah membaca bagian sejarah yang berbentuk cerita di bagian berikutnya dilengkapi dengan adanya analisis dan sintesis, yaitu ada uraian detail (analisis) terhadap fakta-fakta sejarah dan dilanjutkan atau ditambah dengan simpulan (sintesis) dari uraian dan deskripsi. Deskripsi fakta-fakta adalah cara untuk menjelaskan kekhasannya masing-masing dan saling keterkaitan sehingga fakta-fakta itu jelas kedudukannya dalam rekonstruksi sejarah dan relasinya yang tidak terpisahkan sehingga tidak mungkin akan terbentuk kronik, melainkan karya sejarah melalui prosedur ilmiah (Priyadi, 2015: 81- 84).

  Pada tahap penulisan ini, peneliti menyajikan laporan hasil penelitian dari awal hingga akhir, yang meliputi masalah-masalah yang harus dijawab (Priyadi, 2011: 92). Tujuan penelitian adalah menjawab masalah-masalah yang telah diajukan, yaitu Bagaimana riwayat hidup Haji Supriyanto Hadibroto? Bagaimana kiprah Haji Supriyanto Hadibroto dalam bidang ekonomi dan politik di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Cilacap? Bagaimana pandangan masyarakat terhadap sosok Haji Supriyanto Hadibroto? Historiografi yaitu penulisan atau penyusunan rekonstruksi sejarah.

  Ketika sejarawan mengerahkan seluruh daya pikirnya, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya dalam suatu penulisan (Sjamsuddin, 2007: 156).