BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. - DWI P. BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini.

1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini.

  Perkembangan motorik berjalan seiring dengan perkembangan motorik berarti pengambangan pengendalian gerak jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

  Menurut Pekerti (2007: 9.6) perkembangan fisik anak berhubungan dengan gerak atau motorik halus dan gerak atau motorik kasar. Gerak halus adalah berbagai gerakan yang melibatkan fungsi jari jemari, seperti meremas, melipat, menggunting, menjahit, menari, menganyam, menggambar. Sedangkan motorik kasar adalah berbagai gerak yang melibatkan otot-otot besar dan sendi-sendi seperti melompat, memanjat, melempar, berdiri, jongkok, berlari, dll.

  Menurut Sujiono (2010: 3.7) anak usia taman kanak-kanak memiliki kemampuan koordinasi gerak yang baik yaitu antara tangan dan mata yang dapat dikembangkan melalui permainan, seperti membentuk tanah liat, menggambar, mewarnai, dan menggunting.

  Menurut Depdiknas (2007: 1) perkembangan fisik merupakan salah satu pengembangan kemampuan dasar di TK. Bahan kegiatan pengembangan fisik motorik mencakup kegiatan untuk melatih motorik

  6 kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik halus anak dilakukan melalui olah tangan dan menggunakan alat dan media kreatif.

  Menurut Sujiono (2005: 2.10) pengembangan kemampuan dasar anak dapat dilihat dari fisik/motoriknya maka perlu diperkenalkan dan dilatih gerakan–gerakan motorik kasar dan halusnya untuk meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani.

  Pengembangan fisik/motorik anak dapat dilakukan melalui bermain, melalui bermain perkembangan fisik/motorik anak dapat dikembangkan. Dengan bermain dapat menumbuhkan minat dan rasa percaya diri anak terhadap berbagai kegiatan motorik anak seperti menggambar, melipat kertas atau membuat kalung dari berbagai bahan.

  Menurut Hurlock (dalam Yudha, 2005: 17) perkembangan fisik sangat penting untuk dipelajari karena akan mempengaruhi perilaku anak sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung, yaitu: yang

  pertama , perkembangan fisik secara langsung dapat menentukan gerak

  seorang anak. Pada usia 6 tahun jika struktur tubuh anak sesuai dengan usianya, akan mengalami hambatan struktur tuhuhnya tidak akan berkembang dengan sempurna. Kedua , secara tidak langsung, perkembangan fisik anak dapat mempengaruhi cara anak melihat dirinya sendiri dan cara ia melihat ornag lain.

  Dari pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa fisik motorik halus anak usia dini adalah pengembangan kemampuan dasar dilihat dari fisik/motoriknya maka perlu dilatih gerakan motoriknya untuk meningkatkan gerakan tubuh dan meningkatkan koordinasi sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani.

2. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini

  Motorik halus adalah proses seorang anak belajar untuk terampil menggerakkan anggota tubuh. Gerakan yang dapat mereka lakukan dapat melatih ketangkasan, kecepatan, kekuatan, kelenturan, serta ketepatan koordinasi tangan dan mata.

  Menurut Yudha (2005: 118) motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas denagn menggunakan otot-otot halus atau otot-otot kacil seperti menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.

  Menurut Sujiono (2007: 12.5) motorik halus adalah gerakkan- gerakkan tubuh yang melibatkan otot-otot kecil, misalnya otot-otot jari tangan, otot muka, dan lain-lain. Gerakkan motorik halus dapat melibatkan otot tangan dan jari yang membutuhkan kecermatan, ketekunan dan koordinasi antara mata dan otot kecil, misalnya menggunting, merobek, menggambar, menulis, melipat, meronce, menjahit, meremas, menggenggam, menyusun balok, meringis, melotot, tertawa dan sebagainya. Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian sekelomok otot-otot kecil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan kecermatandan koordinasi mata dan tangan.

  Menurut Samsudin (2008: 10) motorik adalah suatu dasar biologi yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Menurut Muhibbin (dalam Samsudin, 2008: 10) motorik dapat diartikan sebagai istilah yang menunjukkan hal, keadaan, dam kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakkannya.

  Menurut Yudha (2005: 114) perkembangan motorik adalah suatu perubahan dalam perilaku motorik yang memperlihatkan interaksi dari kematangan makhluk dan lingkungannya. Pada usia perkembangan motorik merupakan perubahan kemampuan kemampuan motorik bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan motorik. Aspek perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi satu sama lain.

  Menurut Hurlock (1978: 150) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui gerakkan pusat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi.

  Menurut Sumantri (2005:61) keterampilan motorik tangan pada anak adalah perkembangan motorik memegang tingkat memegang tersebut merupakan suatu tingkat kemampuan anak melakukan gerakkan membuka dan menutup jari-jarinya.

  Keterampilan motorik memegang sejalan dengan peningkatan koordinasi mata dan tangan. Aktivitas yang melibatkan koordinasi mata dan tangan meningkat sesuai dengan kemampuan otot-otot penggerak mata.

  Menurut Sumantri (2005: 70) peningkatan keterampilan memegang dapat meningkatkan kemampun koordinasi mata, dan tangan sesuai dengan pencapaian kemampuan control otot-otot gerak mata. Keterampilan memegang sangat diperlukan dalamberbagai aktivitas dan berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari.

  Menurut Santrock (2007: 216) keterampilan motorik halus melibatkan gerakkan yang diatur secara halus, seperti menggenggam mainan, mengancing baju, atau mrlakukan apapun yang menunjukkan keterampilan motorik halus.

  Dari beberapa pendapat diatas peneliti menyimpulkan bahwa motorik halus adalah gerakkan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan.

3. Prinsip-Prinsip Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

  Menurut Samsudin (2008: 8) prinsip perkembangan motorik anak usia dini merupakan salah suatu perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan motorik yang sesuai dengan masa perkembangannya.

  Sumantri (2005: 48) menjelaskan bahwa salah satu prinsip perkembangan motorik anak usia dini yaitu terjadinya perubahan fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya. Dimana perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktivitas gerak sesuai dengan masa perkembangannya.

  Menurut Kuntjojo (2011: 5) ada beberapa prinsip berkenaan dengan pengembangan motorik halus anak usia TK (Direktorat PembinaanTaman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar, 2007: 13 – 14), yaitu: Memberikan kebebasan ekspresi pada anak, melakukan pengaturan waktu, tempat, dan media agar dapat merangsang anak untuk menjadi kreatif, memberikan bimbingan kepada anak untuk menemukan teknik yang baik dalam melakukan kegiatan dengan berbagai media, menumbuhkan keberanian anak dengan menghindari pemberian petunjuk yang menghambat inisiatif anak, membimbing anak sesuai dengan kemampuan dan taraf perkembangnnya, menciptakan suasana yang dapat membuat anak merasa senang, dan melakukan pengawasan menyeluruh terhadap semua kegiatan yang dilakukan anak.

  Menurut Sujiono (2009: 3.5) prinsip perkembangan motorik anak usia dini atau anak usia prasekolah yaitu terjadinya suatu proses perubahan baik fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan anak.

  Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa prinsip perkembangan motorik halus anak usia dini terjadinya perubahan fisik maupun psikis sesuai dengan masa pertumbuhannya sangat dipengaruhi oleh gizi, status kesehatan, dan perlakuan stimulasi aktivitas gerak sesuai dengan masa perkembangannya.

4. Tahap-tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

  Menurut Fitts dan Postnet (dalam Sumantri, 2005: 101) proses belajar motorik anak usia dini dalam 3 tahap yaitu : Pertama Tahap Verbal Kognitif merupakan tahap awal dalam belajar bergerak, karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri anak adalah gerakkan yang dipelajari sedangkan penguasaan geraknya masih belum baik karena masih mencoba gerakkan tersebut, Kedua Tahap Asosiatif tahap ini disebut juga tahap menengah, perkembangan anak usia dini sedang memasuki masa pemahaman dari gerakkan yang sedang dipelajari, dan Ketiga tahap Otomasi tahap ini disebut juga tahap akhir, ditandai dengan tingkat penguasaan gerakkan dimana anak mampu melakukan gerakkan keterampilan secara otomatis.

  Menurut Samsudin (2008: 15) tahap-tahap motorik anak usia dini dibagi menjadi 3 tahap yaitu verbal kognitif, asosiatif, dan otomatisasi.

  Tahap verbal Kognitif merupakan tahap belajar motorik melalui uraian lisan atau menangkap penjelasan konsep tentang gerak yang akan dilakukan. Tahap Asosiatif merupakan tahap belajar motorik untuk menyelesaikan konsep ke dalam bentuk gerakkan dengan mempersesifkan konsep gerakkan pada bentuk perilaku gerak yang dipelajari atau mencoba-coba gerakkan yang mengalami gerak yang dilakukan. Tahap otomatisasi merupakan tahap belajar motorik untuk melakukan gerak secara berrulang-ulang demi mendapatkan gerak yang benar secara alamiah.

  Menurut Sujiono (2007: 1.4) ada 3 tahap perkembangan keterampilan motorik anak usia dini, yaitu : Tahap kognitif, dalam tahap ini anak berusaha memahami keterampilan gerak/motorik untuk melakukan suatu gerakkan tertentu. Tahap asosialtif yaitu anak belajar belajar dengan mencoba-coba gerakkan seraya dikoreksi agar tidak terjadi kesalahan. Tahap Autonomous merupakan gerakkan yang dilakukan merupakan respons yang lebih efisien dengan sedikit kesalahan dan gerakkan yang dilakukan sudah otomatis.

  Dari pendapat para ahli diatas, penulis menyimpulkan bahwa tahap perkembangan motorik halus anak usia dini adalah: Pertama, tahap verbal kognitif yaitu tahap pembelajaran motorik melalui uraian lisan atau penjelasan dengan maksud agar anak memahami motorik yang akan dilakukannya. Kedua, tahap assosiatif yaitu perkembangan anak sedang memasuki masa pemahaman dari motorik yang sedang dipahami. Ketiga, tahap otomatisasi artinya anak sudah dapat melakukan gerakan dengan benar dan baik.

5. Tujuan Perkembangan Motorik Anak

  Menurut Yudha (2005: 115) tujuan pengembangan motorik halus yaitu: Pertema mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakkan jari tangan, Kedua mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata, dan dan Ketiga mampu mengandalikan emosi.

  Menurut Sumantri (2005:9) tujuan model program pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini, yaitu: mampu memfungsikan otot-otot kecil seperti gerakkan jari tangan, mampu mengkoordinasikan kecepatan tangan dengan mata dan mampu mengandalikan emosi.

  Menurut Sujiono (2007: 2.10) tujuan pengembangan motorik anak taman kanak-kanak dalam Standar Kompetensi Kurikulum Taman Kanak- kanak yaitu membantu mengembangkan potensi anak, baik psikis dan fisik meliputi moral, dan nilai-nilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni.

  Samsudin (2008: 29) tujuan pengembangan fisik/motorik di TK adalah unutk mengenal dan melatih gerak kasar dan halus, meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerak tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh dan cara hidup sehat sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang sehat, kuat dan terampil.

  Dari pendapat dari para ahli, dapat disimpulkan bahwa tujuan perkembangan motorik adalah untuk mengembangkan kemampuan motorik anak, melatih anak gerakan kasar dan halus, meningkatkan kemampuan menelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi serta meningkatkan keterampilan tubuh.

6. Fungsi Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

  Menurut Sumantri (2005:10) fungsi model program pengembangan keterampilan motorik halus anak usia dini, yaitu sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakkan mata, dan sebagai alat unutk melatih penguasaan emosi.

  Menurut Yudha (2005: 115) fungsi pengembangan motorik halus yaitu sebagai alat untuk mengembangkan keterampilan gerak kedua tangan, sebagai alat untuk mengembangkan koordinasi kecepatan tangan dengan gerakkan mata, dan sebagai alat untuk melatih penguasaan emosi.

  Menurut Samsudin (2008: 8) tujuan dan fungsi pengembangan motorik adalah penguasaan keterampilan terlihat dari kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik dapat dilihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, maka efektif dan efisien.

  Menurut pendapat dari para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa fungsi pengembangan motorik halus adalah pertama, mengembangkan keterampilan gerak tangan anak Kedua, mengembangkan koordinasi kecepatan antara gerakan tangan dengan dan mata.

B. Kegiatan Menggambar Melalui Teknik Memercik

1. Pengertian Menggambar

  Menggambar merupakan bagian dari motorik halus. Kegiatan ini dimulai dari menggerakkan tangan untuk mewujudkan suatu bentuk gambar secara tidak sengaja. Anak-anak akan merasa senang setelah menggambar karena hal itu menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain.

  Menggambar adalah media yang paling ekspresif dimana anak usia dini dapat menuangkan perasaan, keterampilan, kreativitas, pengetahuan, dan apa yang dirasakan.

  Kegiatan menggambar merupakan salah satu cara manusia mengekspresikan pikiran-pikiran atau perasaanya. Menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dimulai dari menggerakkan tangan untuk mewujudkan sesuatu bentuk gambar secara tidak sengaja.

  Menurut Pamadhi (2008: 2.5) menggambar adalah gambar. Kegiatan yang dilakukan dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda ke benda lain dan memberikan warna, sehingga menimbulkan gambar. Mengambar dan mewarnai adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Dengan menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi. Gambar-gambar yang hasilkan menunjukkan tingkat kreativitas masing-masing anak.

  Menurut Sumanto (2005: 47), menggambar adalah kegiatan anak untuk mengungkapkan apa yang dirasakan dan dialami baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna. Menggambar adalah proses pengungkapan ide, angan-angan, perasaan,dan pengalaman. Dalam arti sempit, menggambar adalah kegiatan untuk mewujudkan angan-angan berupa hasil goresan.

  Menurut Soegiarti (2009: 3) menggambar adalah membuat gambar dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam dan memberikan warna.

  Dari pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa menggambar adalah kegiatan untuk mengungkapkan ide atau angan-angan, apa yang dirasakan dan dialami anak baik mental maupun visual dalam bentuk garis dan warna cara mencoret, menggores, dll.

2. Manfaat Menggambar.

  Kegiatan menggambar merupakan kegiatan yang alami. Kegiatan ini dilakukan anak untuk mrngutarakan isi hati maupun pandapat dan untuk berkomunikasi dengan orang lain.

  Menurut Kenneth M. Lansing (dalam Pamadhi, 2008: 2.8) tiga sisi manfaat gambar : hasil karya, proses, dan keterkaitan isi dan bentuk gambar berupa tema. Menurut Pamadhi (2008: 2.10) manfaat menggambar bagi anak adalah menggambar sebagai alat bercerita, menggambar sebagai media mencurahkan perasaan, menggambar sebagai alat bermain, menggambar melatih ingatan, menggambar melatih berfikir menyeluruh, menggambar melatih kreativitas anak, menggambar melatih ketelitian melalui pengamatan langsung.

  Hidayati (2010: 2) menyimpulkan manfaat menggambar untuk perkembangan anak sebagai berikut :

  a. Menggambar dalam bentuk apapun merupakan ekspresi dan bagian dari proses kreatif dan imajinatif mereka di masa kecil.

  b. Menggambar membantu meningkatkan konsentrasi anak, melatih daya ingat, kesabaran, ketelitian dan keuletan anak dalam menghasilkan sesuatu. Selain sebagai bentuk ekspresi, menggambar juga dapat membantu menyalurkan bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak melalui gambar. Menggambar juga melatih keterampilan dan kemampuan motorik halus anak.

  c. Menggambar mengasah bakat anak yang bisa berdampak signifikan.

  Semua anak mungkin suka menggambar dan bisa menggambar, tetapi anak yang berbakat menggambar bisa menghasilkan gambar yang lebih bagus.

  d. Menggambar sebagai sebuah stimulus untuk menumbuhkan minat belajar anak. Gambar yang berantakan mencerminkan naturalitas dan kreativitas daripada kehalusan bentuk yang dihasilkan.

  Menurut pendapat dari para ahli di atas, penulis menyimpulkan mahwa manfaat menggambar adalah: Pertama menggambar sebagai alat bercerita, Kedua menggambar sebagai media mencurahkan perasaan,

  Ketiga menggambar sebagai alat bermain, Keempat menggambar membantu meningkatkan konsentrasi, dan Kelima menggambar mengasah bakat anak

3. Tujuan Menggambar

  Menurut Cinderalas (2011: 4) Tujuan menggambar bagi anak antara lain : mengembangkan kebiasaan pada anak untuk mengekspresikan diri, mengembangkan daya kreativitas, mengembangkan kemampuan berbahasa, dan mengembangkan citra diri anak.

  Menurut Widyandani (2008: 3) tujuan menggambar yaitu: mendorong kebiasaan bekerja kreatif, merubah kebiasaan kerja dengan menggambar benda-benda yang tidak mudah digambar, belajar tentang pentingnya sejarah seni, kritik seni, dan keindahan, dan memberi keuntungan pada anak menjadi percaya diri.

  Menurut Samsudin (2008: 8) tujuan dan fungsi pengembangan motorik adalah penguasaan keterampilan terlihat dari kemampuan menyelesaikan tugas motorik tertentu. Kualitas motorik dapat dilihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik yang diberikan dengan tingkat keberhasilan. Jika tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas motorik tinggi, maka efektif dan efisien.

  Menurut pendapat dari para ahli, penulis menyimpulkan bahwa tujuan menggambar adalah : Pertama mengembangkan daya kreativitas,

  

Kedua mengembangkan kemampuan berbahasa, dan Ketiga

engembangkan anak untuk lebih percaya diri. m 4. Teknik Memercik.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:856) bahwa memercik adalah titik-titik air yang berhamburan kemana-mana.

  Menurut Pamadhi (2008:4.35) mencetak bayangan atau memercik merupakan karya seni yang menghasilkan gambar bayangan. Teknik menggambar yang dilakukan dengan cara memercik dapat memadukan atau menggunakan beberapa jenis pewarna dengan cairan warna. Dengan kegiatan menggambar melalui teknik memercik anak akan mendapatkan pengalaman yang pernah dilihat atau diamati.

  Menurut Hidayati (2011: 2) tujuan memercik adalah: Pertama untuk melatih motorik halus anak yang melibatkan otot kecil dan kematangan syaraf, Ketiga anak anak mengenal konsep warna primer, yaitu merah, kuning, dan biri, Keempat anak mengenal konsep percampuran warna primer, sehingga menjadi warna sekunder dan tersier, dan Kelima melatih imajinasi dan keterampilan anak.

  Dari beberapa pendapat diatas, peneliti menyimpulkan bahwa menggambar melalui teknik memercik adalah kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menyikat sisir menggunakan pewarna agar membentuk percikan dan mendapatkan nilai seni yang baik. Hasil menggambar dengan teknik memercik ini berbentuk sebaran warna / gambar abstrak yang dihasilkan dari percikan tersebut.

5. Langkah-langkah Teknik Memercik

  Menurut Pamadhi (2008: 4.36) langkah-langkah memercik atau mencetak bayangan sebagai berikut :

  1. Letakkan daun atau potongan kertas di atas kertas putih.

  2. Semprotkan pewarna dengan cara sikat gigi dibasahi pewarna lalu sikatkan dengan sisir diatas kertas yang diatasnya sudah diberi daun atau potongan kertas.

  3. Tunggu pewarna tersebut sampai kering. Apabila sudah kering daun atau potongan kertas dapat diangkat.

  Keterampilan menggambar melalui teknik memercik dilakukan secara praktek langsung dan akan lebih mudah dalam membentuk gambar.

  Peneliti mengambil kesimpulan, bahwa langkah-langkah kegiatan menggambar melalui teknik memercik yaitu: Pertama siapkan kertas dan pewarna, Kedua letakkan daun diatas kertas A4, dan Ketiga pegang sisir dengan tangan kiri di atas kertas, celupkan sikat gigi dengan tangan kanan kedalam mangkok yang berisi pewarna, kemudian sikat sisir dengan sikat gigi yang sudah dicelupkan ke dalam pewarna yang di inginkan. Menyikat dilakukan satu arah agar percikan dapat terlihat bagus. Untuk menghasilkan efek kombinasi warna tertentu maka dapat diulangi langkah- langkah kerja seperti yang telah dilakukan.

C. Kriteria Keberhasilan

1. Pedoman Penilaian

  Menurut Depdiknas (2004:6) pedoman penilaian di Taman Kanak- Kanak yaitu:

  a. Peleksanaan penilaian yang dilakukan guru mengacu pada inidikator yang akan dicapai dalam satuan kegiatan harian (SKH) dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan.

  b. Cara pencatatan hasil penilaian harian :

  1. Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat memenuhi indikator yang diharapkan dalam SKH maka ditulis tanda kosong (o). Tanda lingkaran kosong (o) menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan tugas selalu dibantu guru.

  2. Anak yang perilakunya cenderung seimbang perolehan bulatan penuh dan bulatan kosong maka hasilnya berupa tanda cheklist (√).

  3. Anak yang perilakunya melebihi yang diharapkan dan dapat menunjukan kemampuan melebihi kemampuan indikator yang diharapkan dalam SKH maka ditulis tanda lingkaran penuh (●). Tanda lingkaran penuh (●) dapat digunakan juga untuk menunjukan anak mampu melakukan tugas tanpa bantuan guru.

  Menurut Samsudin (2008: 68) prosedur penilaian di Taman Kanak- kanak (TK) yaitu: a. Mencatat hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilaian di Satuan Kegiatan Harian (SKH).

  b. Anak yang belum mencapai indikator yang diharapkan dan selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong (○).

  c. Anak yang sudah melebihi indikator tanpa bantuan, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan penuh (●).

  d. Jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai indikator dalam SKH, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda check list (√).

  Menurut Kemendiknas (2010:11) pedoman penilaian di Taman Kanak-Kanak adalah:

  a. Catatan hasil penilain harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom pada penilaian di RKH.

  b. Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indicator seperti: dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ).

  c. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indicator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang (  ). d. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSB) pada indicator dalam RKH mendapat tanda tiga bintang ( ).

  e. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indicator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang ( ).

  Pedoman penilaian peneliti menggunakan tanda bintang  untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan motorik halus anak. Untuk mempermudah melakukan observasi peneliti menggunakan lembar observasi atau pedoman observasi. Peneliti memberi tanda bintang (

  ) satu sampai bintang empat pada kolom penilaian.

2. Indikator Keberhasilan

  Menurut Kurikulum 2004 Pendidikan TK (2004: 31), kemampuan motorik halus termasuk dalam aspek kemampuan seni, kriteria kemampuan motorik halus untuk kelompok B indikatornya sebagai berikut: a. Menggambar bebas dengan berbagai media (kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, dan bahan-bahan alam) dengan rapi.

  b. Mencetak dengan berbagai media (jari, kuas, pelepah pisang, daun, bulu ayam) dengan lebih rapi.

  c. Mewarnai bentuk gambar sederhana dengan rapi.

  d. Permainan warna dengan berbagai media. Misalnya: krayon, cat air, dll.

  e. Melukis dengan jari. f. Melukis dengan berbagai media (kuas, bulu ayam, daun-daunan).

  Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengadaptasi dan kemudian menyusun indikator yang diharapkan dalam kemampuan motorik halus pada anak Taman Kanak-Kanak sebagai berikut : Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Motorik Halus.

  Indikator Kemampuan Nilai No Motorik Halus

      Ket.

    

  1. Kemampuan menggenggam sikat gigi dan sisir.

  2. Kelenturan otot-otot jari tangan pada saat memercik.

  3. Kekuatan tangan saat memercik.

  4. Koordinasi mata dengan tangan pada saat memercik Keterangan :

  : BB (Belum Berkembang) 

  : MB (Mulai Berkembang) 

  : BSH (Berkembang Sesuai Harapan) 

  : BSB (Berkembang Sangat Baik) 

3. Kerangka Pikir

  Dalam penelitian yang akan dilakukan, perlu adanya suatu kerangka pemikiran. Kerangka berpikir merupakan alur pikiran dari suatu permasalahan yang akan diteliti, di mana dalam kerangka berpikir penelitian yang akan dilakukan ini terdapat tiga siklus. Dalam setiap siklusnya terdapat tahap-tahap yang harus di lakukan yaitu tahap perencanaan (planning), tahap pelaksanaan tindakan (acting), tahap pengamatan atau observasi (observing), dan tahap refleksi (refleckting).

  Anak usia TK pada umumnya mempunyai keinginan untuk belajar menggambar salah satunya adalah dengan teknik memercik. Teknik memercik adalah kegiatan membuat gambar yang dilakukan dengan cara menyikat sisir menggunakan pewarna agar membentuk percikan.

  Motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan otot-otot kecil. Perkembangan anak tidak terlepas dari kemampuan motorik halusnya, yaitu kemampuan dalam menggambar, menari, memainkan alat music. Oleh karena itu bahwa pengembangan motorik halus anak merupakan dasar untuk pengembangan kemampuan seni anak.

  Menurut Pamadhi (2008:4.35) mencetak bayangan atau memercik merupakan karya seni yang menghasilkan gambar bayangan. Teknik menggambar yang dilakukan dengan cara memercik dapat memadukan atau menggunakan beberapa jenis pewarna dengan cairan warna. Menurut Samsudin (2008:11) kualitas motorik dilihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas motorik dengan tingkat keberhasilan tertentu.

  Pada kondisi awal, kegiatan menggambar melalui teknik memercik pada anak kelompok B TK Aisyiyah Bustanul Athfal masih rendah karena anak kurang memperhatikan perintah guru dan beberapa anak mengerjakan kegiatan tersebut dengan bermain atau mengganggu teman yang lain yang mengakibatkan pekerjaan tersebut tidak terselesaikan.

  Penelitian tindakan kelas ini diakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus diadakan 3 kali pertemuan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apabila dalam pelaksanaan pembelajaran siklus pertama belum memenuhi kriteria yang ditentukan maka bisa dilanjutkan perbaikan pembelajarannya pada siklus kedua. Diharapkan pada siklus kedua sudah memenuhi kriteria yang diinginkan. Untuk lebih mudah memahami, peneliti tampilkan dalam bentuk kerangka berpikir sebagai berikut: Kondisi Kemampuan motorik Dilakukan upaya

  Awal halus anak dengan perbaikan dengan PTK kegiatan menggambar melalui teknik memercik

  .

  masih rendah Kondisi sudah Kemampuan motorik Siklus I meningkat, ada halus anak dengan Tindakan perbaikan, tetapi kegiatan menggambar belum maksimal. menggambar melalui melaui teknik teknik memercik ada memercik untuk peningkatan, tetapi meningkatkan masih rendah. kemampuan motorik halus

  3x pertemuan

  Siklus II

  1. Kegiatan Terjadi perbaikan yang Tindakan pembelajaran sudah optimal dalam menggambar maksimal kemampuan motorik melalui teknik

  2. Kemampuan halus anak dengan memercik untuk motorik halus anak kegiatan menggambar meningkatkan dengan teknik melalui teknik kemampuan memercik memercik dan motorik halus meningkat. penelitian berhasil. 3x pertemuan

Gambar 2.2 Bagan Kerangka pikir

4. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan pada deskripsi dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, bahwa untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan melalui teknik memercik pada anak didik kelompok B, TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bojongbata Kabupaten Pemalang semester genap tahun ajaran 2011 / 2012.