BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL - DOCRPIJM 1504704462BAB 8 Aspek Lingkungan dan Sosial

BAB VIII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL 8.1. ASPEK LINGKUNGAN Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip

  

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan

pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup: Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip- prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang.

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan 5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu:

  1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon. g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

  2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

  3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

8.1.1. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPI2-JM antara lain karena:

  1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPI2-JM adalah karena RPI2-JM bidang Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

  Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kota Denpasar telah disusun pada tahun 2011. Rekomendasi KLHS terhadap Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) untuk RTRWK Kota Denpasar Tahun 2011-2031, khususnya yang terkait dengan RPI2JM Bidang Cipta Karya adalah sebagai berikut :

  1. Penumpukan sampah dikawasan publik, dibutuhkan optimalisasi proses pengangkutan sampah ke TPS/TPA sesuai jadwal, diperlukan peningkatan manajeman persampahan yang didukung peningkatan prasarana dan sarana yang memadai.

  2. Banjir pada saat musim penghujan yang belum teratasi, diperlukan pengendalian jumlah aliran air permukaan yang berpotensi meyebabkan genangan dan banjir.

  3. Pencemaran air sungai, diperlukan peningkatan kualitas lingkungan dengan mengurangi beban limbah industri dan domestik.

  4. Alih fungsi lingkungan yang produktif mejadi kawasan permukiman campuran, diperlukan pembatasan konversi lahan produktif dan diarahkan sebagai RTH publik.

  5. Pertumbuhan ekonomi meningkat diikuti dengan kemungkiman terciptanya permukiman- permukiman kumuh, diperlukan revitalisasi kawasan layak huni dan memperketat regulasi tentang penyewaan lahan.

8.1.2. Amdal UKL-UPL, dan SPPLH

Tabel 8.1 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

  B Pembangunan Perumahan/Permukiman:

  b. Pemb. IPAL limbah domestik, termasuk fas penunjangnya:

  ≥ 11 m3/hari

  ≥ 2 ha ˗ Kapasitasnya

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: ˗ Luas, atau

  C Air Limbah Domestik

  d. keperluan settlement transmigrasi ≥ 2.000 ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas ≥ 100 ha

  b. Kota besar, luas ≥ 50 ha

  a. Kota metropolitan, luas ≥ 25 ha

  g. Transportasi sampah dengan kereta api: Kapasitas ≥ 500 ton/hari

  A Persampahan

  f. Composting Plant: Kapasitas ≥ 500 ton/hari

  e. Pengolahan dengan insinerator: Kapasitas Semua kapasitas

  Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL sebagimana tercantum dalam Tabel 8.1: Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  c. Pembangunan transfer station: Kapasitas ≥ 500 ton/hari

  Semua kapasita/besaran ˗ Kapasitas Total

  b. TPA di daerah pasang surut: ˗ Luas Landfill, atau

  ≥ 100.000 ton

  ≥ 10 ha ˗ Kapasitas Total

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill: ˗ Luas kawasan TPA, atau

  d. Pemb. Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: Kapasitas ≥ 500 ton/hari

  No Jenis Kegiatan Skala/Besaran

  ˗ Luas, atau ≥ 3 ha

  ˗ Kapasitasnya ≥ 2,4 ton/hari

  c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah: ˗ Luas layanan, atau

  ≥ 500 ha ˗ Debit air Limbah

  ≥ 16.000 m3/hari D Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

  a. Kota besar/metropolitan, panjang: ≥ 5 km

  b. Kota sedang, panjang: ≥ 10 km

  E

  a. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan; Luas layanan ≥ 500 ha

  b. Pembangunan jaringan transmisi; Panjang ≥ 10 km

  Sumber: Permen LH 5/2012

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam Tabel 8.2

Tabel 8.2 : Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya 1.

  Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instalasi penunjang:  Luas kawasan < 10 Ha; atau  Kapasitas total < 10.000 ton 1. TPA daerah pasang surut

   Luas landfill < 5 Ha; atau  Kapasitas total < 5.000 ton 2. Pembangunan Transfer Station

  a. Persampahan  Kapasitas < 1.000 ton/hari 3.

  Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu  Kapasitas < 500 ton 4.

  Pembangunan Incenerator  Kapasitas < 500 ton/hari 5. Pembangunan Instalasi Pembuatan Kompos

   Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha 1. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

   Luas < 2 ha

  b. Air Limbah Domestik /  Atau kapasitas < 11 m3/hari

  Permukiman 2.

  Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah  Luas < 3 ha  Atau bahan organik < 2,4 ton/hari Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya 3.

  Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman  Luas < 500 ha  Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

  c. Drainase Permukiman

  1. Pembangunan saluran primer dan sekunder Perkotaan

   Panjang < 5 km Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman 2.  Luas kolam retensi/polder (1

  • – 5) ha

  1. Pembangunan jaringan distribusi:  luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha Pembangunan jaringan pipa transmisi 2.  Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km  Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km  Pedesaan, Panjang : - Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit) 3.

  d. Air Minum  Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps  Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap 4.

   Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

  5. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:  Pelayanan masy. oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps  Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

  1. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:  Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

   Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

   Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

  e. Pembangunan Gedung  Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri.

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan 2. atau sarana umum:  Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

   Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;  Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

   Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri. Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

  Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 3.  Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

   Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

   Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2;

   Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri. Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

  1. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;  Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial 2. ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi, fasilitas

  f. Pengembangan kawasan pelintas batas PPLB di perbatasan); permukiman baru

   Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba 3. (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun)  Jumlah hunian: < 500 unit rumah;  Luas kawasan: < 10 ha Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan 1. kebutuhandasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;  Luas kawasan: < 10 ha Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-

  g. Peningkatan Kualitas 2.

  Permukiman pulau kecil;  Luas kawasan: < 10 ha

  3. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP) Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya  Luas kawasan: < 10 ha

  1. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban

  h. Penanganan Kawasan Kumuh renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan Perkotaan dengan penyediaan bangunan rumah susun

   Luas kawasan: < 5 ha

  Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008

  Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH). Bedasarkan usulan kegiatan masing-masing sektor sebagaimana disajikan pada Bab VI maka dapat ditentukan kegiatan wajib Amdal, kegiatan wajib UKL UPL, dan kegiatan dengan SPPLH sesuai ketentuan dalam penapisan rencana kegiatan sebagaimana tercantum dalam Tabel tersebut di atas. Namun pada laporan ini hanya disajikan kegiatan dari sumber dana APBN berdasarkan informasi yang diperoleh dari Satker sektor terutama mengenai batasan kapasitas (volume, panjang,luas, dsb) yang dijadikan paramater untuk menentukan suatu kegiatan apakah wajib Amdal, wajib UKL UPL,atau SPPLH. Semua usulan kegiatan pada Bab VI baik dari sumber dana APBN, APBD Provinsi ataupun Kabupaten/Kota belum mencantumkan batasan kapasitas volume, panjang, luas dsb. Adanya keterbatasan informasi tersebut maka penentuan kegiatan wajib Amdal, wajib UKL UPL, serta SPPLH adalah kombinasi dari pengalaman Satker Sektor dan ketentuan penapisan sehingga kegiatan wajib Amdal, wajib UKL UPL, dan SPPLH untuk kegiatan APBN seperti disajikan pada

Tabel 8.3 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Sosial pada

  Program Cipta Karya (Sektor Bangkim); Tabel 8.4 (sektor PBL); Tabel 8.5 (Sektor PKPAM); dan Tabel 8.6 (sektor PPLP).

Tabel 8.3 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Sosial pada Program Bidang Cipta Karya (Sektor Bangkim)

  Rencana Terpadu Program Investasi Infrastrukrur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya

  VIII - 8

Tabel 8.4 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Sosial pada Program Bidang Cipta Karya ( Sektor PBL )

  Rencana Terpadu Program Investasi Infrastrukrur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya

  VIII - 9

Tabel 8.5 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Sosial pada Program Bidang Cipta Karya ( Sektor Air Minum )

  Rencana Terpadu Program Investasi Infrastrukrur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya

  VIII - 10

Tabel 8.6 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan dan Perlindungan Sosial pada Program Bidang Cipta Karya ( Sektor PPLP )

  Rencana Terpadu Program Investasi Infrastrukrur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya

  VIII - 13 Mengacu pada Tabel 8.3 tersebut diatas terdapat 12 kegiatan di Sektor Bangkim, 6 (enam) kegiatan wajib disertai dengan SPPLH, sedangkan kegaiatan lainnya tidak terkait dengan aspek lingkungan (kegiatan supervisi) yang akan dibahas pada aspek perlindungan sosial. Di sektor PBL pada Tabel 8.4 terdapat 4 (empat) kegiatan, 2 (dua) diantaranya merupakan kegiatan wajib SPPLH, dan 2 (dua) kegiatan lainnya adalah kegiatan perencanaan yang akan dibahas pada aspek perlindungan sosial. Sedangkan di Sektor PKPAM, Tabel 8.5; dari 35 kegiatan terdapat 15 kegiatan wajib Amdal dan 20 kegatan lainnya adalah kegiatan wajib UKL UPL. Selanjutnya di Sektor PPLP, pada Tabel 8.6 terdapat 55 kegiatan; 1(satu) kegiatan termasuk kegiatan wajib Amdal; 11 kegiatan termasuk kegiatan wajib UKL UPL; 10 kegiatan termasuk kegiatan wajib SPPLH; dan kegiatan lainnya merupakan kegiatan koordinasi, perencanaan, dan supervisi akan dibahas pada aspek perlindungan sosial.

8.2. ASPEK SOSIAL 8.2.1. Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Aspek sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya terkait dengan isu strategis seperti permasalahan kemiskinan, dan isu pengharusutamaan gender (PUG) menjadi bahan pertimbangan dalam merumuskan suatu perencanaan. Saat ini telah dilakukan kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang Cipta Karya. Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan yang bersasaran masyarakat miskin dan kegiatan responsif gender. Usulan kegiatan Sektor Bangkim jumlahnya 12 kegiatan 6 (enam) diantaranya direncanakan untuk menyasar masyarakat miskin. Namun sektor lain (PBL, PKPAM dan PPLP) tidak mengindikasikan bersasaran masyarakat miskiin. Demikian pula untuk rancangan kegiatan responsif gender dari semua sektor tidak mengindikasikan adanya kegiatan responsif gender.

8.2.2. Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Aspek Sosial pada pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya terutama dalam rangka konsultasi masyarakat, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi, dan permukiman kembali penduduk (resettlement). Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan. Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini. Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru. Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan. Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi kegiatan konsultasi masyarakat, pengadaan lahan beserta kompensasi, dan permukiman kembali (resettlement). Usulan kegiatan sektor Bangkim (Tabel 8.3) jumlahnya 12 kegiatan, 6 (enam) kegiatan mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat, dan sekaligus adanya pembebasan lahan beserta kopensasi atas tanah dan bangunan, sedangkan 6 (enam) kegiatan lainnya hanya memerlukan konsultasi dengan masyarakat. Usulan kegiatan Sektor PBL (Tabel 8.4) jumlahnya 4 (empat) kegiatan seluruhnya merupakan kegiatan yang mengindikasikan adanya konsultasi dengan masyarakat. Usulan kegiatan PKPAM (Tabel 8.5) jumlahnya 35 kegiatan, seluruhnya mengindikasikan adanya pembebasan lahan dan kompesasi atas tanah dan bangunan. Usulan kegiatan sektor PPLP (Tabel 8.6), jumlahnya 55 kegiatan; 9 (sembilan) kegiatan mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat, sekaligus mengindikasikan adanya pengadaan tanah beserta kompensasi atas tanah dan bangunan; 16 kegiatan hanya mengindikasikan adanya konsultasi masyarakat; 3 (tiga) kegiatan hanya mengindikasikan pembebasan lahan termasuk konpensasinya dan 27 kegatan lainnya tidak mengindikasikan adanya kebutuhan perlindungan sosial karena hanya kegiatan koordinasi, perencanaan teknis, dan supervisi.

8.2.3. Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Pada Tabel 8.3 s/d Tabel 8.6 tersebut diatas telah terindikasi jumlah pemanfaat dari kegiatan yang diusulkan oleh masing-masing Sektor. Semua usulan kegiatan sektor Bangkim (tabel 8.3) mengindikasikan adanya jumlah pemanfaat, namun tidak dijelaskan indikatornya. Usulan kegiatan Sektor PBL (Tabel 8.4) tidak ada mengindikasikan jumlah pemanfaat. Usulan kegiatan PKPAM (Tabel 8.5) mengidikasilkan adanya jumlah pemanfaat berupa jumlah sambungan rumah (SR). Sedangkan usulan kegiatan Sektor PPLP (Tabel 8.6) mengindikasikan adanya jumlah pemanfaat (jumlah jiwa).