PERSEPSI TERHADAP PERKAWINAN PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL DENGAN KONDISI FATHERLESS KARENA PERCERAIAN Skripsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEPSI TERHADAP PERKAWINAN PADA PEREMPUAN
DEWASA AWAL DENGAN KONDISI FATHERLESS KARENA
PERCERAIAN

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:
Vania Lorrayne Pamuji
149114108

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

I believe miracle come true – a kid

“USAHA TIDAK AKAN MENGKHIANATI HASIL” – FC

-You can do it-

“Manusia dapat membuat rencana. Tetapi Tuhan yang menentukan jalan
hidupnya” - Amsal 16:9


iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk ayah diatas segala ayah, Sang Pencipta.
Dan untuk ayahku yang kucinta.

Serta mereka yang kuat karena tidak memiliki ayah di bumi.

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERSEPSI TERHADAP PERKAWINAN PADA PEREMPUAN DEWASA

AWAL DENGAN KONDISI FATHERLESS KARENA PERCERAIAN

Vania Lorrayne Pamuji

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu persepsi perempuan dengan
keadaan fatherless karena perceraian terhadap perkawinan. Perkawinan dalam
penelitian ini meliputi sembilan aspek, yaitu komunikasi, aktivitas bersama,
pemecahan konflik, manajemen ekonomi, kehidupan agama, kehidupan seksual,
anak dan pengasuhan, keluarga dan teman, serta kesamaan peran. Partisipan dalam
penelitian ini adalah 5 perempuan dewasa awal (usia20-30tahun) dengan keadan
fatherless karena perceraian. Pengambilan data dilakukan dengan metode
wawancara semi terstruktur (interview). Analisis data dilakukan dengan metode
analisis isi kualitatif (AIK), menggunakan pendekatan deduktif atau terarah. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perempuan fatherless karena perceraian memiliki
persepsi (pengetahuan, harapan dan peilaian) yang cenderung negatif pada
sembilan aspek perkawinan.

Kata kunci: persepsi, perkawinan, perempuan fatherless, perceraian.


vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERCEPTION ON THE MARRIAGE OF THE FATHERLESS EARLY
ADULT FEMALE BECAUSE OF DIVORCE

Vania Lorrayne Pamuji

ABSTRACT
The current research was aimed to investigate the perception of fatherless
woman in their early adulthood about marriage. The marriage consisted of nine
aspects, included communication, leisure activities, conflict resolution, financial
management, sexual relationship, religious orientation, family and friends,
children and marriage, and equalitarian roles. The subjects of the current study
were five women in their early adulthood (20-30 years old) with fatherless
condition caused by divorce. The data was collected using interview and analyzed
using qualitative content analysis, with a deductive approach. The results showed
that was woman with fatherless condition caused by divorce tended to have
negative perception on nine aspect of marriage in their early adulthood who did

not have a father due to divorce, that included knowladge, hope and evaluation.
Keywords: perception on marriage, fatherless woman, caused of divorced

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR
Tulisan ini dengan segenap hati saya kerjakan demi mengungkap perasaanperasaan terpendam teman-teman saya yang mengalami kepergian sosok ayah.
Ternyata ketidakhadiran sosok ayah berdampak tidak hanya sementara tetapi
selamanya. Tulisan yang saya kerjakan dengan penuh sakit hati dan rasa benci
kepada laki-laki ini semoga dapat menjadi pelajaran bagi setiap perempuan agar
lebih menjaga diri, dan mencintai diri sendiri. Semoga tulisan ini dapat menjadi
pelajaran juga bagi laki-laki agar lebih serius dalam mencintai, lebih berpikir
kedepan, lebih berpikir bahwa kebahagiaan tidak hanya berpusat pada diri sendiri.
Lima belas bulan pengerjaan skripsi ini menjadi perjalanan yang penuh likaliku kehidupan menjadi sebuah perjalanan hidup yang berharga bagi saya. Sebuah

perjalanan dengan banyak pelajaran hidup. Perjalanan yang penuh senyum dan air
mata, perjalanan yang tidak saya lalui seorang diri, perjalanan yang membuat saya
mengenal banyak pribadi. Dengan setulus hati, saya ingin berterimakasih pada
pribadi-pribadi yang membantu saya dalam melewati jalan berbatu ini
Yang pertama saya mengucapkan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa,
ayah dari segala ayah, yang memberi nafkah roh melalui firman-Nya, dan
mengirimkan kepada saya Bapak Prof. Dr. A. Supratiknya selaku dosen
pembimbing skripsi yang dengan tidak sabar membimbing saya, memarahi dan
mencoret-coret apapun yang saya kumpulkan, dengan tujuan membentuk saya
menjadi pribadi yang logis, teliti, sabar, terorganisir dan rajin membaca. Yang
terkasih Ibu Ml. Anantasari selaku Dosen Pembimbing Akademik, serta Ibu Dr.
Titik Kristiyani M. Psi selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma yang memberikan saya ilmu pengetahuan dan ilmu
kehidupan.
Tak lupa saya juga mengucapkan terimakasih pada Papa, Mama, dan Koko saya
yang telah memberikan saya beasiswa tidak bersyarat selama 4 tahun 4 bulan
kuliah, saya juga mengucapka terimakasih kepada keluarga besar Psikologi USD,
dari setiap angkatan, dan keluarga kecilku (Noia, Yuka, Umik dan Ocha) dalam
x


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

perpustakaan, kantin, kos yang siap menjadi tempat mumet, dan melarikan diri dari
kewajiban thank you, arigatou, kamsia, i love you. Saya juga berhutang budi untuk
Partisipan saya juga yang sedang berjuang menjalani hidup yang keras. Tak lupa
mereka Anak-anak Profesor yang sangat membantuku dalam mencari Pak Pratik,
dan yang terakhir Samuel David Sutanto, S.T yang menjadi pendukung secara fisik
dan psikis.
Penulis sungguh menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.
Penulis meminta maaf atas segala kesalahan dan kelalaian yang telah diperbuat,
baik kata, sikap maupun tulisan.

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................................ ix
KATA PENGANTAR .................................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Pertanyaan Penelitian ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian..................................................................................... 7
1. Manfaat Teoritis ................................................................................... 7
2. Manfaat Praktis .................................................................................... 7
3. Manfaat Kebijakan .............................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 8
A. Perempuan Dewasa Awal Fatherless karena perceraian ........................... 8

B. Perkawinan .............................................................................................. 12
C. Persepsi terhadap Perkawinan ................................................................. 17
D. Kerangka Konseptual .............................................................................. 21
xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 23
A. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 23
B. Fokus Penelitian ...................................................................................... 24
C. Partisipan ................................................................................................. 25
D. Peran Peneliti ........................................................................................... 26
E. Prosedur Pengambilan Data .................................................................... 27
F. Analisis dan Intepretasi Data ................................................................... 28
G. Kredibilitas Data ...................................................................................... 32
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 33
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 33
B. Partisipan dan Dinamika Proses Wawancara .......................................... 34
C. Hasil Penelitian ........................................................................................ 39
D. Pembahasan ............................................................................................. 59

BAB V. PENUTUP .................................................................................................... 67
A. Kesimpulan .............................................................................................. 67
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 68
C. Saran ........................................................................................................ 68
1. Bagi peneliti selanjutnya ................................................................... 68
2. Bagi Praktisi Psikologi ...................................................................... 69
3. Bagi Ibu ............................................................................................. 69

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Partisipan .............................................................................................. 25
Tabel 2. Kerangka Analisis ......................................................................................... 30
Tabel 3. Lokasi dan waktu pelaksanaan wawancara ................................................... 33
Tabel 4. Hasil wawancara persepsi perempuan fatherless karena perceraian ............. 57

xiv


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Keluarga merupakan organisasi sosial terkecil dalam masyarakat. Hampir
semua individu hidup dalam keluarga yang biasanya terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Setiap individu yang menjalani kehidupan rumah tangga tentu mengharapkan
rumah tangga yang bahagia, akan tetapi tidak semua kehidupan keluarga berjalan
seperti yang diharapkan. Dalam masyarakat ditemui juga rumah tangga yang
diwarnai dengan peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan oleh anggota keluarga.
Salah satu contoh dari peristiwa yang tidak diharapkan ini adalah perceraian
(Yusuf, 2004).
Berdasarkan Badan Pusat Statistik, pada tahun 2013 persentase perempuan
yang menjadi kepala keluarga karena cerai hidup adalah 13,40%, sedangkan lakilaki hanya 1,09%. Penelitian lain juga mengatakan bahwa dari 27.000 istri ada 22%
yang gagal dalam berumah tangga mengalami perceraian dan menjadi kepala
keluarga bagi anak-anaknya (Rakhmawati dalam Yanuarti & Sriningsih, 2012). Hal
tersebut menunjukkan bahwa hasil dari perceraian sebagian besar menyebabkan
anak mengalami fatherless, yaitu ketiadaan peran dan figur ayah dalam kehidupan
seorang anak (Sundari & Herdijani, 2013).
Keadaan fatherless dalam penelitian ini adalah yang diakibatkan karena
perceraian. Fatherless yang disebabkan oleh perceraian memiliki dampak yang
berlipat ganda bagi anak. Pada anak perempuan dampaknya akan terlihat ketika
mereka memasuki usia dewasa awal, tepatnya ketika dihadapkan pada tugas

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

perkembangan untuk membangun sebuah rumah tangga (Wallerstein dalam Larsen
& Buss, 2002). Setiap kali melihat laki-laki dan perempuan, pandangannya akan
selalu dipengaruhi dengan apa yang ia lihat pada ayah ibunya. Perasaan curiga,
tidak percaya, kecewa dan takut untuk menjalin hubungan pada wanita dewasa dini
dari keluarga bercerai akan selalu timbul dan selalu menganggap bahwa karakter
yang sama mungkin terdapat pada setiap pria (Grollman, 1996).
Menurut Wallerstein (dalam Larsen & Buss, 2002) hal tersebut terjadi
karena “hantu dari masa lalu” yang muncul saat mereka memasuki hubungan intim.
Hantu masa lalu adalah bayangan dari perkawinan orang tua yang gagal dan
berpengaruh kuat. Ketakutan mengulang kesalahan orang tua tanpa sadar
membentuk anak untuk berusaha lebih baik dari pada orang tuanya. Bayangan ini
merupakan emosi yang berkaitan dengan keinginan yang memusat saat wanita yang
berasal dari keluarga bercerai memasuki usia dewasa dini dan mempengaruhi
pendekatan mereka dalam membangun hubungan yang akan mengarah pada
perkawinan.
Persepsi anak perempuan terhadap perkawinan tentu saja tidak terlepas dari
pengalaman sebelumnya. Whalen, Henker, Dotemoto dan Hinshaw (1983)
menunjukkan segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan antara orang tua-anak
(termasuk emosi, reaksi dan sikap orang tua) akan membekas dan tertanam secara
tidak sadar dalam diri seseorang. Selanjutnya, apa yang sudah tertanam akan
termanifestasi dalam hubungan dengan keluarganya sendiri.
Ghufron dan Walgito (2003) mengungkapkan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya, jadi apa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

yang dilakukannya merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya. Pada anak
perempuan yang mengalami fatherless karena perceraian memiliki lingkungan
perkawinan yang berbeda, sehingga diduga memiliki persepsi terhadap perkawinan
yang berbeda dengan anak perempuan dengan keluarga lengkap.
Penelitian ini ingin mencari tahu bagaimana persepsi terhadap perkawinan
pada anak perempuan yang mengalami perceraian kedua orang tuanya yang
menyebabkan keadaan fatherless. Persepsi yang baik terhadap perkawinan adalah
hal penting untuk membangun perkawinan yang baik, karena ketika mengetahui
bagaimana persepsi perempuan dengan kondisi fatherless karena perceraian maka
akan mengetahui bagaimana mereka akan berprilaku pada perkawinan persepsi
yang baik terhadap perkawinan diduga akan membentuk perkawinan yang baik,
begitu pula sebaliknya (Boothroyd & Perrett, 2008), maka dari itu peneliti ingin
mencari tahu lebih dalam tentang persepsi anak perempuan fatherless terhadap
perkawinan. Persepsi terhadap perkawinan yang terbagi dalam tiga komponen
yakni pengetahuan, harapan dan penilaian (Calhoun & Acocella, 1990) tentang
perkawinan akan menjadi penting dalam membangun perkawinan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang perkembangan anak
perempuan tanpa ayah menunjukkan bahwa anak fatherless memiliki perbedaan
yang signifikan dengan anak-anak yang dibesarkan dengan keluarga utuh
(Blankenhorn, 1996; Khorn & Bogan, 2001, Guardia, et.al, 2015). Perbedaan
tersebut banyak diasosiasikan dengan hal negatif pada hubungan anak perempuan
dengan lawan jenis. Penelitian yang dilakukan oleh Boothroyd & Perrett, (2008)
membahas tentang bagaimana anak perempuan memilih pasangan yang seadanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

karena memiliki kemampuan yang rendah untuk bersaing untuk pasangan.
Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa anak perempuan yang hidup tanpa
ayah memiliki kecenderungan untuk mencari perhatian dari orang dewasa,
kehamilan diluar perkawinan, menjadi ibu di usia remaja dan menjadi ibu tunggal
atau kegagalan dalam perkawinan (Demo & Acock, 1988; Boothroyd & Perrett,
2008, Khorn & Bogan, 2001).
Penelitian tentang ketiadaan ayah atau fatherless banyak berfokus terhadap
aspek-aspek psikologis pada anak perempuan yang terjadi di masa anak-anak dan
masih mengalami masa kritis saat hilangnya ayah dalam kehidupan anak, seperti
kesejahterahan subjektif & perkembangan sosioemosional (Golombok, Tasher, dan
Murray, 1997), pencapaian (Milne, 1986), konsep diri dan penyesuaian diri seperti
penelitian yang telah dilakukan oleh Sundari dan Herdijani (2013). Masih sedikit
penelitian yang membahas tentang bagaimana fatherless berdampak pada
kehidupan anak pada tahap selanjutnya. Peneliti disini ingin meneliti tentang
pengaruh ketiadaan ayah atau fatherless sebagai pembentuk persepsi anak
perempuan pada kehidupan perkawinan, karena penelitian tentang persepsi
terhadap perkawinan tersebut belum ditemukan oleh peneliti, dan sebagian besar
penelitian pada anak karena perceraian lebih berfokus pada aspek-aspek
psikologisnya seperti kesejahterahan subjektif, perkembangan sosioemosional,
pencapaian, konsep diri dan penyesuaian diri.
Beberapa penelitian tentang perceraian yang telah dilakukan baik oleh
psikolog maupun mahasiswa sebagai tugas akhir lebih banyak berfokus pada
perceraian dari orang tua saja dan tidak banyak penelitian yang mengungkap bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

anak dari perceraian biasanya mengalami fatherlessness. Selain itu penelitian lain
berbicara tentang anak korban dari perceraian dibandingkan dengan anak dari
keluarga utuh, biasanya merupakan penelitian kuantitatif, hasilnya merupakan nilai
siapa yang lebih dan siapa yang tidak lebih dari suatu variabel seperti penelitian
yang dilakukan oleh Santrock, 1975; Stolberg & Anker, 1988; dan Kalter, 1985.
Hanya ada sedikit penelitian yang berfokus pada anak korban perceraian dan
bagaimana pengaruhnya pada usia dewasa awal. Sehingga penelitian ini akan
menggunakan metode kualitatif.
Penelitian tentang persepsi terhadap perkawinan pada individu dewasa awal
pernah dilakukan pada individu yang hidup di keluarga yang mengalami KDRT
(Marpaung,2016). Akan tetapi penelitian tersebut lebih berfokus tentang bagaimana
dampak dari KDRT pada anak, bukan tentang perceraian yang berdampak pada
persepsi perkawinan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Catwright (2006) lebih
berfokus pada efek dari perceraian dan membandingkan antar jenis kelamin,
bagaimana dampaknya pada laki-laki ataupun perempuan, dan ternyata dampak
perceraian pada anak perempuan terlihat ketika masa dewasa awal ketika
menjatuhkan pilihan pada laki-laki sehingga penelitian ini ingin meneliti persepsi
terhadap perkawinan pada perempuan dewasa awal dengan kondisi fatherless
karena perceraian
Defisiensi atau celah dalam penelitian sebelumnya mengenai topik persepsi
terhadap perkawinan adalah sebagai berikut. Belum ada penelitian tentang persepsi
terhadap perkawinan yang berfokus pada anak korban peceraian yang berdampak
pada keadaan fatherless.

Dari segi metode sebagian besar penelitian banyak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

berfokus pada membandingkan anak dari keluarga bercerai dibandingkan dengan
anak dari keluarga utuh dan menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Dari segi
subjek penelitian juga hanya berfokus pada waktu anak masih mengalami krisis
perceraian orang tuanya, belum banyak penelitian yang berfokus pada tahap
kehidupan anak selanjutnya, dan kepergian ayah yang menyebabkan fatherless
secara spesifik.
Untuk menutup defisiensi atau celah dari penelitian – penelitian lalu maka
penelitian ini mengungkap persepsi anak perempuan fatherless terhadap
perkawinan. Subjek dalam penelitian ini adalah perempuan dewasa awal yang
memiliki orang tua bercerai dan dengan kondisi fatherless. Penelitian dilakukan
dengan desain kualitatif. Prosedur pengambilan data akan dilakukan dengan metode
wawancara semi terstruktur. Peneliti meyakini dengan metode wawancara subjek
dapat bercerita lebih personal dan dapat menggali persepsi terhadap perkawinan
sesuai dengan hidup yang dihayati oleh subjek. Analisis data menggunakan analisis
isi kualitatif. Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah, tujuan penelitian,
dan manfaat dari penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.

B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi terhadap perkawinan pada perempuan dewasa awal
dengan kondisi fatherless karena perceraian?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu dan mendeskripsikan tentang
persepsi anak perempuan dalam masa perkembangan dewasa awal dalam kondisi
fatherless terhadap perkawinan. Melalui pertanyaan wawancara, para subjek yang
berusia 20-30 tahun diharapkan dapat mengungkap bagaimana persepsi mereka
terhadap perkawinan. Setelah mengetahui bagaimana persepsinya peneliti dapat
menunjukkan bahwa dampak perceraian ternyata berdampak jangka panjang atau
tidak melalui baik atau buruknya persepsi perempuan dewasa awal fatherless
karena perceraian

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teorits
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan di bidang psikologi khususnya psikologi perkembangan anak dan
psikologi keluarga, khususnya persepsi anak perempuan dalam kondisi fatherless
terhadap perkawinan.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai bagaimana persepsi anak perempuan fatherless terhadap perkawinan.
3. Manfaat Kebijakan
Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangsih bagi
kebijakan di negara Indonesia. Khususnya mengenai perceraian dan dampak jangka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

panjangnya terutama pada anak perempuan, seperti memperketat peraturan
pemerintah tentang perceraian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bagian ini peneliti akan mengelaborasi tentang perempuan pada masa
dewasa awal dalam keadaan fatherless, dan tugas perkembangannya yang
terhambat ketika tidak ada ayah dalam kehidupan anak perempuan. Pada bagian
selanjutnya peneliti akan menjelaskan tentang perkawinan dan aspek-aspek
perkawinan. Pada bagian selanjutnya peneliti akan menjelaskan tentang persepsi
yang dekat dengan perkawinan, dalam bagian ini peneliti akan menjelaskan apa itu
persepsi terhadap perkawinan dan persepsi yang seperti apa yang akan diteliti oleh
peneliti.
A. Perempuan Dewasa Awal Fatherless Karena Perceraian
Subjek dalam penelitian ini adalah perempuan usia 20-30 tahun. Istilah adult
atau dewasa awal berasal dari kata latin yang berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh
karena itu orang dewasa adalah seseorang yang telah menyelesaikan
pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama
orang dewasa lainnya (Hurlock,1991).
Di antara delapan tugas-tugas perkembangan dewasa awal, empat di
antaranya merupakan kegiatan-kegiatan pokok yang bersangkutan dengan hidup
perkawinan dan berkeluarga, yaitu (1) memilih pasangan hidup (2) belajar hidup
bersama dengan pasangan (3) Mulai hidup dalam keluarga atau hidup berkeluarga
(4) mengelola rumah tangga. Tugas-tugas perkembangan itu pada dasarnya
merupakan tuntutan atau harapan-harapan sosio-kultural di mana manusia itu hidup
(Mappiare,1983). Oleh karena itu manusia dewasa muda pada umumnya

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

menginginkan status kedewasaan melekat pada dirinya, dan status tadi sebagian
diperoleh dengan hidup berkeluarga dalam suatu tali perkawinan.
Masa dewasa awal adalah masa yang tepat untuk memulai rumah tangga
yang baru melalui perkawinan. Banyak sumber yang menguraikan tentang aspekaspek yang menimbulkan kesukaran dalam hidup perkawinan. Hal ini adalah hal
yang sangat penting bagi individu pada masa dewasa awal yang masih dalam taraf
mempersiapkan perkawinan. Keadaan fatherless pada anak perempuan karena
perceraian memiliki dampak yang berlipat ganda bagi anak, perceraian adalah
keadaan dimana pernikahan ayah dan ibu terputus sebagai akibat kegagalan
pasangan (orangtua) untuk menjalankan kewajiban mereka dalam perceraian
biasanya sosok ayahlah yang pergi dalam keluarga tersebut padahal keterlibatan
ayah adalah hal penting dalam membentuk perkembangan anak terutama dalam
mempersiapkan anak menghadapi tugas perkembangan dalam masa dewasa awal
(Dally, 2007).
Menurut Hart (Yuniardi, 2006) ayah memiliki peran penting dalam
kehidupan anak, yakni: (a) economic provider: pendukung finansial keluarga, (b)
friend and playmate: ayah dianggap sebagai “fun parent” serta memiliki waktu
bermain yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu. Ayah banyak berhubungan
dengan anak dalam memberikan stimulasi secara fisik, (c) caregiver: ayah dianggap
sering memberikan stimulasi afeksi dalam berbagai bentuk, sehingga memberikan
rasa nyaman dan penuh kehangatan, (d) teacher and role model: sebagaimana
dengan ibu ayah juga bertanggung jawab terhadap apa saja yang dibutuhkan anak
untuk masa mendatang malalui latihan dan teladan yang baik bagi anak, (e) monitor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

and disciplinary: ayah memenuhi peranan penting dalam pengawasan terhadap
anak, terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan sehingga disiplin dapat
ditegakkan, (f) protector: ayah mengontrol dan mengorganisasikan lingkungan
anak, sehingga anak terbebas dari kesulitan atau bahaya, (g) advocate: ayah
menjamin kesejahterahan anaknya dalam berbagai bentuk terutama kebutuhan anak
ketika berada di institusi diluar keluarganya, (h) resource: dengan berbagai cara
dan bentuk ayah mendukung keberhasilan anak dengan memberikan dukungan
dibelakang layar.
Kehadiran ayah berkolerasi secara positif dengan berbagai macam
perkembangan sosial anak (Dally, 2007) terutama kapasitas berhubungan dengan
orang lain. Dalam kapasitas berhubungan dengan orang lain anak yang mengalami
kelekatan aman dengan ayah melaporkan mengalami lebih sedikit konflik dalam
interaksinya dengan orang lain. memiliki hubungan yang lebih positif, dan disukai
oleh orang lain. Selain itu juga memiliki relasi yang lebih positif dengan orang lain,
dan memiliki persahabatan jangka panjang, perkawinan jangka panjang dan sukses,
merasa puas dengan pasangan, memiliki relasi intim yang sukses dan lebih sedikit
mengalami perceraian (Daly,2007; Krampe & Fairweather, 1993).
Ketika ayah tidak hadir dan tidak ada sosok yang berperan seperti itu dalam
kehidupan anak perempuan, maka anak perempuan akan memiliki berbagai macam
dampak dalam kehidupannya. Anak perempuan dalam kondisi fatherless memiliki
kondisi takut ditinggalkan, sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh ayahnya.
Beberapa anak perempuan juga cenderung memiliki rasa kecewa dan kehilangan
rasa percaya pada laki-laki karena memiliki pengalaman ditinggalkan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

ayahnya. Selain itu anak perempuan juga mengalami kesulitan dan ketakutan untuk
berhubungan dengan laki-laki karena ia tidak memiliki pengalaman yang cukup
untuk berhubungan dengan lawan jenis. Anak perempuan yang tidak dibesarkan
oleh ayahnya juga dikatakan memiliki harga diri yang rendah sehingga beberapa
penelitian mengatakan bahwa anak perempuan fatherless mengalami kehamilan
diluar nikah. Kesepian juga hal yang dialami karena tidak memiliki sosok ayah
sebagai teman bermain di masa kanak-kanaknya. Tetapi juga ada spectrum lain
dimana perempuan tanpa ayah juga dikenal mudah memutuskan pasangan dengan
cepat sebelum ditinggalkan oleh pasangannya. (Blankenhorn,1996; Sundari, 2013,
Khorn & Bogan, 2001)
Keadaan ketiadaan peran dan figur ayah atau fatherless ternyata terbagi
menjadi dua bagian, ketika ayah pergi karena meninggal ternyata memiliki dampak
menjauh dari kontak dengan laki-laki, memiliki konsep tentang ayah yang baik dan
merasa sosok yang paling sedih karena kehilangannya. Sedangkan anak dengan
kondisi fatherless perceraian memencari perhatian lebih dari laki-laki dan teman
laki-laki seumurannya, mereka juga sangat mengkritik ayahnya, mereka juga
memiliki perilaku yang agresif dan secara konstan mencari perhatian dari sosok
yang lebih tua dan agresif secara fisik pada laki-laki dan perempuan di usianya.
(Khorn & Bogan 2001)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12

B. Perkawinan
Perkawinan adalah suatu hubungan antara laki-laki dan perempuan yang diakui
secara sosial, menyediakan hubungan seksual dan pengasuhan anak yang sah, dan
didalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing pihak
baik suami maupun istri (Duvall & Miller,1985). Perkawinan juga diartikan dengan
komitmen emosional dan hukum dari dua orang untuk membagi kedekatan
emosional dan fisik, berbagi bermacam tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson
& Defrain, 2006).
Knox, 1975 mengungkapkan tiga alasan mengapa seseorang harus menikah,
pada awalnya menempuh atau menjalani perkawinan merupakan pertimbangan
bersama, dan keputusan keluarga, namun kemudian terjadi pergeseran. Alasan
mengapa seseorang menikah antara lain adalah emotional security atau ingin
berada dalam keadaan emosi yang stabil atau rasa aman secara emosional seorang
individu ketika menghidupi kehidupan perkawinan, companionship dapat diartikan
dengan persahabatan jadi dengan perkawinan seorang individu akan memiliki
teman seumur hidupnya atau ada yang menemani, dan desire to be parent yang
dapat diartikan sebagai keinginan untuk menjadi orangtua atau menghendaki untuk
menjadi orangtua.
Sedangkan alasan yang salah untuk menikah antara lain adalah physical
attractiveness atau ketertarikan hanya secara fisik misalkan menikahi seseorang
karena fisiknya sesuai dengan yang dimimpikan, economic security atau ingin
memiliki rasa aman dalam ekonomi bisasanya individu yang memiliki tujuan ini
akan menikahi sosok yang lebih mapan secara ekonomi, pressure from parents atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

tekanan dari orangtua, peers atau teman sebaya, patners atau pasangan, or
pregnancy atau kehamilan yang terjadi sebelum pernikahan, escape atau melarikan
diri, rebellion atau pemberontakan dari suatu hal, or rescue atau menolong
seseorang.
Perkawinan meliputi sejumlah aspek pengalaman. Aspek-aspek perkawinan
yang akan dirinci oleh peneliti diambil dari aspek-aspek kepuasan perkawinan yang
dirinci oleh Olson dan Fowers (1993), karena aspek-aspek dalam kepuasan
perkawinan merupakan aspek yang kompleks dan dapat mewakili aspek-aspek
perkawinan, aspek-aspeknya adalah sebagai berikut:
Komunikasi / communication. Aspek komunikasi dalam sebuah
perkawinan berfokus pada memiliki teman untuk berkomunikasi dan memiliki
kenyamanan dan rasa senang yang dirasakan oleh pasangan suami istri dalam
membagi dan menerima informasi emosional dan kognitif secara verbal maupun
non- verbal. Komunikasi dalam perkawinan dibagi kedalam 5 elemen dasar yaitu:
keterbukaan terhadap pasangan (Openess), kejujuran terhadap pasangan (honesty),
kemampuan untuk membangun kepercayaan satu sama lain (ability to trust), sikap
empati kepada pasangan (emphaty), dan memiliki kemampuan untuk menjadi
pendengar yang baik bagi pasangan (listening skill).
Aktivitas Bersama. Aspek ini berfokus pada perkawinan yang menjadikan
satu sama lain memiliki teman atau pasangan untuk melakukan kegiatan bersama.
Kegiatan bersama yang dilakukan bersama merupakan pilihan bersama, serta saling
memiliki harapan-harapan untuk mengisi waktu luang. Pasangan suami istri pada
umumnya memiliki kesibukan masing-masing akan tetapi untuk membangun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

sebuah pernikahan yang harmonis pasangan suami istri harus meluangkan waktu
untuk melakukan aktivitas bersama, aktivitas yang dilakukan bisa kecil namun
berarti dan dilakukan bersama. Aktivitas bisa diluar atau didalam rumah.
Pemecahan konflik/ conflict resolution. Dalam sebuah perkawinan pasti
akan ada konflik seiring dengan berjalannya waktu. Akan tetapi melalui perkawinan
juga individu akan memiliki pasangan untuk belajar memecahkan beragam konflik
kehidupan. Pemecahan konflik yang baik dalam sebuah perkwinan akan
membentuk perkawinan yang saling mengenal dan percaya. Karena konflik pasti
dan akan datang dalam sebuah perkawinan oleh karena itu aspek ini akan berfokus
pada bagaimana pasangan suami istri menghadapi konflik melalui cara mengambil
keputusan dalam sebuah konflik melalui rasa saling percaya keterbukaan dan
startegi pemecahan konflik untuk mendapatkan solusi terbaik dalam memecahkan
konflik. Pemecahan konflik yang diterapkan pasangan suami istri dibutuhkan untuk
mengenal dan memecahkan konflik yang muncul dalam sebuah perkawinan
sehingga pasangan suami istri mendapatkan solusi terbaik untuk menghadapi
konflik yang dihadapi.
Manajemen ekonomi. Aspek ini berfokus pada sikap dan cara pasangan
untuk belajar mengatur keuangan bersama, pembuatan keputusan mengenai
keuangan serta pasangan mengelola keuangan bersama. Biasanya pada pasangan
suami istri ketika salah satu memiliki harapan yang melebihi kemampuan keuangan
seperti memiliki barang yang diinginkan, ketidak mampuan untuk memenuhi
kebutuhan hidup merupakan masalah yang dapat timbul dalam sebuah perkawinan.
Ketika salah satu pihak menunjukan otoritas terhadap pasangan dan tidak percaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

terhadap kemampuan pasangannya dalam mengelola keuangan maka konflik dalam
perkawinan dapat muncul.
Kehidupan agama. Aspek ini berfokus tentang perkawinan yang
menjadikan individu memiliki pasangan untuk menjalankan ibadah bersama serta
makna keyakinan beragama dan pelaksanaanya dalam kehidupan sehari-hari.
Terutama ketika telah menjalin hubungan suami istri, agama menjadi panutan untuk
bersikap dalam kehidupan perkawinan. Seseorang yang memiliki keyakinan
beragama akan bersikap peduli terhadap hal-hal keagamaan dan mau beribadah.
Pada umumnya, seorang individu yang sudah menikah akan lebih memperhatikan
kehidupan beragama. Pasangan suami istri sebagai orangtua akan mengajarkan
dasar-dasar dan nilai-nilai agama yang diyakini kepada anaknya, serta menjadi
teladan yang baik dengan membiasakan diri beribadah dan melaksanakan ajaran
agama yang diyakini
Kehidupan seksual. Aspek ini berfokus tentang kehidupan seksual
pasangan suami istri, setelah menikah individu memiliki pasangan untuk
menyalurkan hasrat seksual. Sebagai pasangan suami istri sudah sewajarnya
melakukan hubungan seksual, selain itu sebagai pasangan suami istri seharusnya
dapat menerima tingkah laku seksual pasangan, setia terhadap pasangan.
Kehidupan seksual pada pasangan suami istri seharusnya dilakukan dengan cinta
dan kasih, saling memahami dan mengetahui kebutuhan satu sama lain dan saling
memahami dan mengetahui kebutuhan satu sama lain dan saling mengungkapkan
hasrat dan cinta yang dirasakan dan dapat membaca tanda-tanda yang diberikan
oleh pasangan. Berhubungan seksual bukan hanya dengan tujuan memiliki anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

tetapi saling memuaskan dan sebagai cara mengungkapkan cinta agar memiliki
kehidupan perkawinan yang harmonis.
Keluarga dan teman. Melalui perkawinan individu memiliki pasangan
untuk bersosialisasi dengan keluarga dan teman. Aspek ini berfokus pada
kehidupan sosial pasangan suami istri setelah menikah, karena perkawinan adalah
proses bersatunya laki-laki dan perempuan, dan kedua belah pihak keluarga. Selain
dua individu yang menjadi satu tetapi keluarga, kerabat dan teman dari masingmasing individu menjadi satu. Pasangan suami istri akan saling memperhatikan
kerabat, mertua dan teman-teman dari pasangan. Biasanya perkawinan yang tidak
bahagia dan memiliki banyak masalah disebabkan karena salah satu pihak lebih
banyak menghabiskan waktu, lebih percaya dan lebih mudah dipengaruhi oleh
keluarga atau kerabat atau teman.
Anak-anak dan pengasuhan. Melalui perkawinan individu memiliki
pasangan untuk belajar mengasuh anak bersama dengan pasangan. Salah satu tujuan
dari perkawinan adalah memiliki keturunan atau anak. Dalam sebuah kehidupan
perkawinan kehadiran anak akan menjadi hal yang membahagiakan satu sama lain
dan hal yang akan menjadikan satu sama lain lebih bertanggung jawab. Dalam
sebuah kehidupan perkawinan pasangan suami istri akan memiliki sikap pada anak
tentang tugas untuk mengasuh, keputusan mengenai disiplin anak, cita-cita pribadi
terhadap anak, sehingga sebagai pasangan suami istri perlu memiliki kesepakatan
dalam mengasuh anak. Hal tersebut perlu dilakukan untuk membentuk keluarga
yang harmonis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

Kesamaan peran. Melalui perkawinan individu memiliki teman atau
pasangan untuk belajar berbagi peran atau tugas bersama. Menjalani hidup
perkawinan adalah menanggung apapun bersama. Untuk menjalani hidup bersama
penting untuk menerima dan membantu peran masing-masing pasangan. Aspek ini
berfokus pada perasan dan sikap individu terhadap peran yang beragam dalam
kehidupan perkawinan yang berfokus pada pekerjaan, tugas rumah tangga, peran
sesuai dengan jenis kelamin masing-masing, dan peran sebagai orangtua.
Perempuan memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki,
serta memanfaatkan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki untuk mendapatkan
kepuasan pribadi. Suami juga tidak merasa malu apabila penghasilan istri lebih
besar dan istri memiliki jabatan dalam pekerjaan yang lebih tinggi. Itulah aspekaspek perkawinan yang akan menjadi objek persepsi, yang akan diungkap dalam
penelitian ini.
C. Persepsi terhadap Perkawinan
Persepsi terhadap perkawinan adalah bagaimana anak perempuan
memandang perkawinan. Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia/ harmonis dan kekal/ kokoh. Persepsi adalah cara
pandang atau pengamatan individu terhadap stimulus yang ada di lingkungannya
melalui proses pengindraan yang dilakukan secara aktif untuk dapat menafsirkan
dan menyimpulkan stimulus tersebut (Myers, 1992). Dari kedua definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap perkawinan adalah cara pandang
individu terhadap perkawinan (ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

wanita), melalui proses pengindraan yang dilakukan secara aktif untuk dapat
menafsirkan dan menyimpulkan stimulus tersebut.
Menurut Lindgren (dalam Ghufron, 2003) perilaku seseorang ditentukan
oleh persepsi dan pemahaman mereka terhadap situasi yang dikaitkan dengan
tujuan. Perilaku individu dapat diprediksikan apabila diketahui bagaimana individu
mempersepsikan situasi dan apa yang diharapkan. Perilaku seseorang ditentukan
oleh persepsi mengenai diri mereka dan lingkungan sekitarnya, sehingga apa yang
dilakukan merupakan cerminan dari lingkungan sekitarnya dan persepsi dapat
mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu ketika individu memiliki persepsi yang
baik pada perkawinan maka diasumsikan akan memiliki sikap yang baik juga pada
perkawinan.
Menurut Allport (dalam Mar’at, 1991) persepsi memiliki beberapa
komponen pembentuknya salah satunya adalah komponen kognitif, komponen ini
tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang
objek sikapnya, dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan
tertentu tentang objek sikap tersebut. Persepsi menurut Young (1956) adalah
aktivitas mengindra, mengintergrasikan, memberikan penilaian pada objek-objek
fisik maupun objek-objek sosial. Selain itu persepsi juga dibentuk dengan harapan
seperti yang dijelaskan oleh Calhoun dan Acocella bahwa pada akhirnya individu
cenderung mencampur sebagian besar pemikiran penuh harapan kedalam gambaran
kita tentang sesuatu objek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

Berdasarkan pengertian tersebut, dalam penelitian ini persepsi dibatasi pada
pengetahuan, harpan, dan penilaian anak perempuan yang tidak memiliki ayah pada
perkawinan. Persepsi individu memiliki tiga aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki
individu mengenai perkawinan, pengharapan yang dimiliki individu untuk
perkawinannya sendiri serta penilaian individu mengenai perkawinannya (Calhoun
& Acocella, 1990)
Pengetahuan. Komponen pertama dari persepsi adalah pengetahuan.
Pengetahuan yang dimaksud berupa apa yang kita ketahui atau kita anggap tahu
mengenai perkawinan. Pengetahuan tentang perkawinan adalah segala sesuatu yang
diketahui tentang perkawinan, karena setiap individu terutama individu dewasa
awal memiliki pengetahuan tentang perkawinan. Pengetahuan juga dapat berupa
wujud lahirian, perilaku, masa lalu, perasaan dan motif. Hal ini dapat dilihat
berdasarkan pengetahuan mengenai perkawinan, faktor-faktor yang mendorong
untuk menikah, cara untuk memandang perkawinan, dan tujuan untuk menikah
biasanya didapatkan dari masa lalu dan perasaan terhadap kehidupan perkawinan
yang ia saksikan (Calhoun & Acocella, 1990).
Harapan. Komponen kedua dari persepsi adalah harapan. Harapan juga
diartikan dengan gagasan kita tentang perkawinan yang diinginkan seperti apa dan
dipadukan dengan ingin melakukan apa. Harapan adalah sesuatu yang diinginkan,
dalam komponen ini adalah harapan terhadap perkawinan atau sesuatu yang
diinginkan dari perkawinan pribadi. Selain individu mempunyai pengetahuan
terhadap perkawinan, individu juga memiliki pengharapan terhadap perkawinannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

sendiri, seperti apa perkawinan yang diinginkan, apa yang harus dilakukan dalam
perkawinan dan pasangan hidup yang diinginkan (Calhoun & Acocella, 1990).
Penilaian atau evaluasi. Komponen terakhir dari persepsi adalah evaluasi.
Penilaian atau evaluasi adalah proses pemberian nilai atau kesimpulan individu
terhadap perkawinan yang didasarkan pada bagaimana perkawinan tersebut
memenuhi pengharapan individu terhadap perkawinan (Calhoun & Acocella,
1990). Penilaian dalam penelitian ini tentang bagaimana anak perempuan fatherless
karena perceraian menilai perkawinan kedua orangtuanya, dimana nilai tersebut
dapat menjadi salah satu pembentuk persepsi anak terhadap perkawinan.
Persepsi ini perlu diteliti karena menurut Sherif (1969, dalam Sadi, 1977),
pengalaman dan tingkah laku merupakan sebuah kesatuan. Apa yang dilakukan
seseorang baik sebagai ucapan, ekspresi, atau perilaku tidak terlepas dari caranya
mempersepsikan situasi, mengapresiasikannya atau apa yang ia ingat mengenai
suatu hal. Berdasarkan hal ini, persepsi anak perempuan terhadap perkawinan dapat
mempengaruhi perilaku anak perempuan dalam perkawinan. Persepsi terhadap
perkawinan yang baik akan menghasilkan kehidupan rumah tangga yang kokoh dan
harmonis, begitu pula sebaliknya.
Oleh karena berbagai macam hambatan dalam perkembangan sosial
(berhubungan dengan lawan jenis) anak perempuan dalam masa dewasa awal dalam
kondisi fatherless, peneliti ingin mencari tahu lebih dalam bagaimana pandangan
anak perempuan (dengan kondisi fatherless) terhadap perkawinan. Mengingat
bahwa pandangan atau persepsi terhadap perkawinan adalah hal yang
mempengaruhi perkawinan karena pada masa dewasa awal adalah masa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

penting untuk membangun rumah tangga melalui perkawinan terutama perempuan
(seperti yang telah dijelaskan pada bagian pertama)

D. Kerangka Konseptual
Anak perempuan

yang hidup

dan mengalami

fatherless

dalam

kehidupannya tidak dapat menjalani perkembangan sosial sesuai dengan anak yang
memiliki peran ayah dalam hidupnya (Dally,2007). Terutama fatherless yang
disebabkan karena perceraian kedua orang tua. Perempuan yang tidak memiliki
ayah memiliki kecenderungan terhambat dalam menjalani masa dewasa awal,
sehingga akan memiliki persepsi yang berbeda juga tentang perkawinan. Hal
tersebut disebabkan karena persepsi tersebut tidak lepas dari pengalaman
sebelumnya, kegagalan perkawinan yang dijalani oleh orang tua akan
mempengaruhi persepsi anak terhadap perkawinan.
Pada anak perempuan yang sedang dalam masa persiapan untuk perkawinan
(masa dewasa awal) kemungkinan anak perempuan dalam keadaan fatherless akan
memiliki persepsi yang negatif terhadap kehidupan perkawinan, karena mereka
yang memiliki orangtua bercerai dan mengalami ketiadaan ayah memiliki rasa
memencari perhatian lebih dari laki-laki dan teman laki-laki seumurannya, mereka
juga sangat mengkritik ayahnya, mereka juga memiliki perilaku yang agresif dan
secara konstan mencari perhatian dari sosok yang lebih tua dan agresif secara fisik
pada laki-laki dan perempuan di usianya. (Khorn & Bogan 2001)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

Untuk mengeksplorasi bagaimana persepsi terhadap perkawinan pada anak
perempuan dengan kondisi fatherless karena perceraian maka peneliti mengungkap
persepsi terhadap perkawinan dengan melihat perepsi dari tiga hal yakni
pengetahuan, harapan dan penilaian tentang perkawinan (Calhoun & Acocella,
1990). Perkawinan yang menjadi objek persepsi juga dibagi menjadi beberapa
komponen yang ada dalam perkawinan yakni komunikasi, aktivitas bersama,
pemecahan konflik, manajemen ekonomi, kehidupan seksual, kehidupan
keagamaan, keluarga dan teman, anak-anak dan pengasuhan, dan kesamaan peran
yang akan menjadi objek dari persepsi perkawinan.
Sembilan aspek perkawinan yang dirinci dari kepuasan perkawinan oleh Olson
dan Fowers (1993) akan menjadi objek dari penelitian ini. Peneliti akan menggali
persepsi sembilan objek tersebut pada anak perempuan fatherless karena
perceraian. Sembilan objek tersebut akan menjadi parameter baik atau buruk
persepsi anak perempuan yang mengalami fatherless karena perceraian. Kerangka
dari penelian ini akan digambarkan melalui gambar 2.1.

Gambar 1. Kerangka Konseptual

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23

E. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi terhadap perkawinan pada perempuan dewasa awal
dengan kondisi fatherless karena perceraian?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan deduktif terarah.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang mencoba menggali makna mengenai isu
atau masalah yang diteliti sesuai apa yang diyakini atau dihayati para partisipan,
sehingga peneliti harus terjun langsung ke dalam lingkungan atau suasana alamiah
partisipan, untuk mengambil berbagai macam data, baik melalui wawancara,
observasi maupun dokumen-dokumen. Penelitian kualitatif mencoba untuk mencari
gambaran menyeluruh dari isu yang diteliti, sehingga bisa saja pelaksanaan
penelitian ini lebih luas dari rencana penelitian yang telah disusun sebelumnya
(Creswell, 2009, dalam Supratiknya, 2015)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan desain penelitian analisis isi
kualitatif (AIK), yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi data
berupa teks melalui proses klasifikasi sistematis berupa coding atau pengodean dan
pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shanon, 2005, dalam
Supratiknya, 2015)
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengungkap dan memahami persepsi
terhadap perkawinan pada anak perempuan dewasa awal yang fatherless. Metode
pengambilan data dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur, dengan
beberapa pertanyaan yang bersifat terbuka, agar subjek dapat mengungkap lebih
dalam tentang perasaannya.

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25

Analisis data diawali dengan mentranskripkan data lisan atau rekaman
elektronik menjadi teks tertulis atau dokumen. Selanjutnya analisis isi kualitatif
(AIK), teks atau trasnkrip tersebut dikelompokkan dalam beberapa kategori. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan deskripsi yang padat dan kaya tentang fenomena
yang diteliti (Supratiknya, 2015)
B. Fokus Penelitian
Fokus dalam penelitian ini adalah persepsi perempuan terhadap perkawinan.
Penelitian ini hendak mengungkap bagaimana persepsi perempuan dengan kondisi
fatherless karena perceraian terhadap perkawinan. Persepsi sendiri berarti proses
internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi prilaku kita
(Mulyana, 2007). Persepsi terhadap perkawinan dapat dibentuk melalui
pengalaman perkawinan yang ia saksikan. Persepsi terhadap perkawinan terbentuk
karena adanya pengetahuan, harapan dan penilaian dari partisipan terhadap
perkawinan.
Objek persepsi dari penelitian ini adalah perkawinan, perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara laki-laki dan perempuan. Perkawinan dalam penelitian ini
dirinci menjadi sembilan aspek perkawinan. Aspek-aspek perkawinan yang dirinci
oleh peneliti adalah: komunikasi, aktivitas bersama, pemecahan konflik,
manajemenekonomi, kehidupan agama, kehidupan seksual, keluarga & teman,
anak-anak & pengasuhan, serta kesamaan peran. Berdasarkan baik atau buruk
persepsi mereka terhadap aspek-aspek tersebut, aspek-aspek tersebut dapat menjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26

parameter baik atau buruk persepsi perempuan fatherless karena perceraian
terhadap perkawinan.
C. Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah lima perempuan. Kriteria dari subjek
penelitian ini adalah perempuan berada dalam masa dewasa awal dengan usia 2030 tahun yang berasal dari keluarga yang fatherless atau tidak mengalami kehadiran
ayah dalam keluarga yang disebabkan perceraian kedua orang tua. Pe