BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH TERAPI LINGKUNGAN : BERKEBUN TERHADAP PENINGKATKAN HARGA DIRI PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri Rendah 1. Definisi Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga , tidak berarti dan

  rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemmpuan diri. Adanyan perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Kelliat, 1998). Harga diri seseorang diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangna kasih sayang, perlakuan orang lain yang mengancam, dan hubungan interpersonal yang buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara aktivdan mampu beradaptasi secara elektif untuk berubah serta cenderung merasa aman (Yosep, 2011).

  Harga diri rendah menurut Barry (2003) dalam mental health and

  mental illness harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya

  tidak diterima lingkungan dan gambaran – gambaran negatif tentang dirinya. Barry (2003) mengemukakan harga deiri adalah perasaan diri diterima atau menerima dan gambaran diri positif. Menurut Otong tahun 1995 (dalam Yosep, 2011), harga diri dipengaruhi oleh pengalaman individu dalam perkembangan fungsi ego, dimana anak

  • – anak yang dapat beradaptasi

  8 terhadap lingkungan internal dan eksternal biasanya memiliki perasaan aman terhadap lingkungan dan menunjukan harga diri yang positif. Sedangkan individu yang memiliki harga diri rendah cenderung untuk mengespresikan lingkungan negatif dan sangat mengancam. Mungkin karena pernah mengalami depresi atau gangguan dalam fungsi egonya.

2. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah

  Harga diri rendah disebabkan oleh banyak faktor. awalnya individu berada dalam suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran.

  Penilain individu terhadap diri sendiri karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberikan dukungan positif atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja, 2011).

  Hasil riset Malhi (2008) menyimpulkan bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya hal ini menyebabkan penampilan seseorang tidak optimal (Yosep, 2011)

  Terjadinya gangguan konsep diri harga diri rendah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor predisposisi seperti faktor biologis, psikologis, sosial dan kultural, Nasir & Muhid (2011) :

  a. Faktor biologis, biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara yang dapat memepengaruhi kerja hormon secara umum, yang berdampak pula pada keseimbangan neurotransmiter di otak, sehingga pasien harga diri rendah dikuasai pikiran

  • – pikiran negatif dan tidak berdaya.

  b. Faktor psikologis, harga diri rendah sangat berhubungan dengan pola asuh dan kemampuan individu menjalankan peran dan fungsi. Hal

  • – hal yang dapat mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua yang tidak percaya anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai jenis kelamin, dan peran dalam pekerjaan.

  c. Faktor sosial, secara sosial status ekonomi sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah antara lain kemiskinan, tempat tinggal di daerah kumuh dan rawan, kultur sosial yang berubah misalnya ukuran keberhasilan individu.

  d. Faktor kultur, tuntunan peran sesuai kebudayaan sering meningkatka kejadian harga diri rendah antara lain : wanita sudah harus menikah jika umur sudah mencapai dua puluhan, perubahan kultur kearah gaya hidup induvidualisme.

  Terjadinya faktor predisposisi ini baru menimbulkan kasus harga diri rendah setelah adanya faktor presipitasi. Faktor presipitasi dapat disebabkan dari dalam diri sendiri ataupun dari luar, antara lain ketegangan peran, konflik peran, peran yang tidak jelas, peran berlebih, perkembangan transisi, situasi transisi peran dan transisis peran sehat – sakit (Direja, 2011).

  3. Faktor Predisposisi

  Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangguang jawab secara personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

  4. Faktor Presipitasi

  Faktor presipitasi terjadinyan harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.

  Baik faktor predisposisi maupun faktor presipitasi dapat mempengaruhi seseorang dalam berfikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan mempengaruhi terhadap koping individu tersebut sehungga menjadi elektif (mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pasien tidak dilakukan intervensi lebih lanjutdapat menyebabkan pasien tidak mampu bergaul dengan orang lain (isolasi sosial : menarik diri), yang dapat menyebabkan pasien asik dengan dunianya sendirisehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan (Yosep, 2011).

  Mekanisme koping jangka pendek yang dilakukan pasien dengan harga diri rendah dalah kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat

  • – obatan, kerja keras, nonton tv terus menerus. Jika mekanisme koping jangka pendek tidak membreri hasil yang diharapkan individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang, antara lain adalah menutup identitas, dimana pasien terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenagi dari orang
  • – orang yang berarti tanpa mengindahkan hasrat, aspirasi atau potensi diri. Identitas negatif, dimana asumsi yang bertentangan dengan nilai dan harapan masyarakat. Sedangka mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain (Direja, 2011) 5.

   Tanda – tanda Harga Diri Rendah

  Manifestasi yang biasa muncul pada pasien gangguan jiwa dengan harga diri rendah, Fitria (2009) : a. Mengkritik diri sendiri

  b. Perasaan tidak mampu

  c. Pandangan hidup yang pesimistis

  d. Tidak menerima pujian

  e. Penurunan produktivitas

  f. Penolakan terhadap kemampuan diri

  g. Kurang memperhatikan perawatan diri

  h. Berpakain tidak rapi i. Selera makan berkurang, j. Tidak berani menatap lawan bicara k. Lebih banyak menunduk l. Bicara lambat dengan nadasuara melemah

  Upaya terapi juga harus bersifat komprehensif, holistik dan multidisipliner. Selain terapi fisik (farmakoterapi), terapi psikologis (psykotherapy), juga perlu mengutamakan optimalisasi aspek lingkungan melalui penerapan konsep

  • – konsep psikologis lingkungan. Hal ini berarti pentingnya upaya
  • – upaya memadukan konsep terapi dengan konsep psikologis lingkungan dalam mengupayakan kesembuhan pasien gangguan mental (Yosep, 2011) B.

   Terapi Lingkungan (Milleu Therapy) 1. Definisi

  Terapi atau pengobatan merupakan cara proses penyembuhan suatu gangguan yang disebabkan oleh sumber

  • – sumber gangguan. Sumber – sumber yang bersifat terapeutik (dapat memberikan penyembuhan) dapat berupa orang
  • – orang lingkungan atau benda – benda dan kegiatan – kegiatan yang membawa penyembuhan. Terapi lingkungan berasal dari bahasa Prancis yang artinya perencanaan ilmiah dari lingkungan dengan tujuan yang bersifat terapeutik atau kegiatan yang mendukung kesembuhan (Yosep, 2011).
Pengertian lainnya adalah tindakan dengan memanipulasi dan memodifikasi unsur yang sudah ada pada lingkungan yang sangat berpengaruh positif pada fisik dan psikis seseorang dan dapat mendukung proses penyembuhan pada pasien (Kusumawati &Hartono, 2011).

  Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan pasien ganguan jiwa (Yosep, 2011). Terapi Lingkungan adalah tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap fisik dan psikis individu serta mendukung proses penyembuhan (Kusumawati & Yudi, 2011).

  Lingkungan fisik dan psikologis merupakan suatu kondisi yang memiliki pengaruh besar terhadap proses penyembuhan terutama pada pasien gangguan mental. Secara teori diidentifikasikan bahwa sistem lingkungan sendiri terdiri dari sistem internal dan sistem eksternal. Sistem internal manusia terdiri atas jenis

  • – jenis sub sistem yang meliputi biological,

  

psycological, sosiological, dan spiritual. Sedangkan lingkungan eksternal

  meliputi ; sesuatu di luar batas internal seperti udara, iklim, air, bangunan termasuk diantaranya hal yang tidak dapat diraba seperti : sosial, budaya, politik, dan ekonomi (Yosep, 2011).

  Terapi lingkungan dikembangkan oleh Sullivan (1892-1949) tujuan terapi tersebut sebagai terbinanya hubungan interpersonal yang memuaskan.

  Ahli terapi mengupayakan hubungan interpersonal korektif untuk klien. Sullivan (1892-1949) mengungkapkan istilah pengamat partisipan untuk peran ahli terapi, yang berarti bahwa ahli terapi berpartisipasi dalam hubungan dan mengobservasi kemajuan hubungan. Sullivan juga mengembangkan teori interpersonal dengan terapi lingkungan (Videbeck, 2012).

2. Tujuan Terapi Lingkungan

  Tujuan terapi lingkungan menurut Stuart ( 2007) adalah :

  a. Meningkatkan pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, dengan cara membantu individu dalam mengembangkan harga diri

  b. Meningkatkan kemampuan untuk berhubungan denagan orang lain

  c. Menumbuhkan sikap percaya pada orang lain

  d. Mempersiapkan diri kembali ke masyarakat, Tujuan terapi lingkungan menurut Kusumawati &Hartono (2011) yaitu : a. Membantu Individu untuk mengembangkan rasa harga diri.

  b. Mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain c. Membantu belajar mempercayai orang lain.

  e. Mempersiapkan diri untuk kembali ke masyarakat.

3. Karakteristik Terapi Lingkungan

  Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan harus bersifat terapeutik yaitu mendorong terjadinya proses penyembuhan, lingkungan tersebet memiliki karakteristik sebagai berikut, Yosep (2011):

  a. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya

  b. Pasien merasa senang / nyaman.dan tidak merawsa takut dengan lingkungannya c. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien mudah dipenuh

  d. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih

  e. Lingkungan menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat impuls-impuls pasien f. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan dan pendapat serta menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.

  g. Lingkungan yang dapat mengurangi pembatasan-pembatasan atau larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menentukan pilihannya dan membentuk perilaku yang baru.

  Nightingale (dalam Yosep, 2011) terapi lingkungan harus memilki karakteristik : a. Memudahkan perhatian terhadap apa yang terjadi pada individu dan kelompok selama 24 jam.

  b. Adanya proses pertukaran informasi.

  c. Pasien merasakan keakraban dengan lingkungan. d. Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak meraswa takut baik dari ancaman psikologis maupun ancaman fisik.

  e. Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan focus komunikasi terapeutik.

  f. Staf membagi tanggung jawab bersama pasien.

  g. Personal dari lingkungan manghargai pasien sebagai individu yang memiliki hak, kebutuhan, dan tanggung jawab.

  h. Kebutuhan fisik pasien mudah terpenuhi.

4. PERAN PERAWAT DALAM TERAPI LINGKUNGAN

  Peran perawat dalam menyelenggarakan terapi lingkungan adalah sebagai berikut, Yosep (2011) : a. Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman

  1) perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suana yang akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama perawat, petugas kesehatan, dan pasien. 2) Perawat yang menciptakan suasana yang aman dari benda- benda atau keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka terhadap pasien atau perawat. 3) Menciptakan suasana yang nyaman, yaitu mengatur tatanan ruangan dimana memungkinkan pasien betah, serta pasien dapat menjalankan tugas sehari

  • – hari sesuai dengan kebutuhannya.

  4) Pasien diminta berpartisipasi melakukan kegiatan bagi dirinya sendiri dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya. Misalnya membereskan kamar.

  b. Penyelenggaraan proses sosialisasi 1) Membantu pasien belajar berinteraksi dengan orang lain, mempercayai orang lain sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain

  2) Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide, perasaan dan perilakunya secara terbuka sesuai dengan aturan di dalam kegiatan-kegiatan tertentu

  3) Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan kemampuan dan minatnya pada waktu yang luang.

  c. Sebagai teknis perawatan Fungsi perawat adalah memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obat-obatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan perilaku-perilaku yang menonjol / menyimpang serta mengidentifikasi masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.

  d. Sebagai leader atau pengelola Perawat harus mampu mengelola sehingga tercipta lingkungan terapeutik yang mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien

  5. KONSEP DAN PRINSIP TERAPI LINGKUNGAN Gundeson (dalam Yosep, 2011) mengatakan ada 5 variabel yaitu keamanan, dukungan, validitas, struktur dan keterlibatan. Kemudian gunderson menambahka 2 variabel yaitu komunikasi terbuka dan lingkungan fisik.

  a. Keamanan Keamanan meliputi lingkungan yang aman, makanan, tempat tinggal dan pelayanan yan aman yang meliputi kunnci pintu,ruang isolasi dan pengikatan serta pelayanan yang di beikan tidak menyakiti pasien.

  b. Dukungan Meliputi keterlibatan pasien,intervensi yang adekuat, memberi semangat, perhatian, penghargaan, pendidikan, pengarahan dan tehnik-tehnik lain yang dapat meningkatkan harga diri dan martabat pasien.

  c. Validasi Pelayanan yang diberikan tetap memperhatikan individualistic dan menghargai, toleransi dan martabat pasien. Perawat memberi waktu pasien sendii,bicara empat mata dan memperhatikan tanda dan gejala dengan komunikasi terbuka (Le-Cuyer,1992) d. Struktur

  Meliputi jadwal,peraturan,proses orientasi pasien baru, hubungan kerja staf-staf dan staf-pasien,apat-rapat rutin dan apat kasus pasien. e. Keterlibatan Pasien dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, kegiatan, proses pengobatan. Pasien diajarkan untuk bernegosiasi dan menyusun rencana.

  f. Komunikasi terbuka Tim kesehatan dan pasien saling memahami bahwa kejujuran, keterbukaan dan juga selektif dalam memberikan informasi sehingga kerahasiaan dan privacy pasien tetap terjaga.

  g. Lingkungan fisik Lingkungan fisik harus mampu memberikan proses pemulihan, psikoterapi, peningkatan harga dan nilai diri pasien, dan juga bisa meningkatkan interaksi pasien dengan oang lain.

  1) Lingkungan fisik meliputi :

  a) Lingkungan Fisik Tetap Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik eksternal maupun internal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada di tengah-tengah pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnya serta tidak diberi pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu memelihara hubungan terapeutik pasien dengan masyarakat. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.

  Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi tertutup, WC, dan ryang makan. Masing-masing ruangan tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada pasien khususnya yang mengalami gangguan.Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian, jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.

  b) Lingkungan Fisik Semi Tetap Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan meliputi lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dsb. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya serta menjaga privasi pasien.

  c) Lingkungan Fisik Tidak Tetap Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu serta sangat dipengaruhi oleh social budaya. d) Lingkungan Psikososial.

  Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang memungkinkan pasienberhubungan dengan orang lain dan dapat mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal. Beberapa prinsip yang perlu diyakini petugas kesehatan dalam berinteraksi dengan pasien:

  (1) Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan, mengubah tingkah laku pasien. (2) Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien dalam kegiatan belajar.

  (3) Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau mengisi kegiatan. (4) Kegiatan sehari

  • – hari mendorong pasien berinteraksi antar pasien. Mempertahankan kontak dengan lingkungan misalnya adanya kalender harian dan adanya papan nama dan tanda pengenal bagi petugas kesehatan.

6. JENIS-JENIS KEGIATAN TERAPI LINGKUNGAN

  Jenis terapi lingkungan menurut Yosep ( 2011) adalah sebagai berikut :

  a. Terapi rekreasi Yaitu terapi yang menggunakan kegiatan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan kegiatan secara konstruktif dan menyenangkan serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial. Contohnya: berenang, main kartu, dan karambol.

  b. Terapi kreasi seni Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja sama denagn orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus sesuai dengan bakat dan minat, serta memberikan kesempatan pada pasien untuk menyalurkan/ mengekspresikan perasaannya. Contohnya:

  1) Menari (dance therapy) Suatu terapi yang menggunakan ekspresi non verbal dengan menggunakan gerakan tubuh dimana mengkomunikasikan tentang perasaan – perasaan dan kebutuhan – kebutuhan. 2) Terapi musik

  Terapi ini dilakukan melalui musik. Dengan musik memberikan kesempatan pada pasien untuk mengespresikan perasaan – perasaanya seperti marah, sedih, kesepian. Pelaksanaan terapi ini dapat dilakukan bersama (berkelompok) atau individual. Pasien yang sedang sedih biasanya memilih musik yang sentimentil, sedangkan pasien yang gembira memilih lagu yang gembira dan menuntut banyak gerak.

  3) Terapi dengan menggambar dan melukis Memberikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan tentang apa yang terjadi dengan dirinya. Dengan menggambar akan menurunkan ketegangan dan memusatkan pikiran pada kegiatan.

  4) Literatur (biblio therapy) Terapi dengan membaca seperti novel, majalah dan buku- buku lain. Dimana pasien diharapkan untuk mendiskusikan pendapatnya setelah membaca. Tujuannya adalah untuk mengembangkan wawasan diri dan bagaimana mengekspresikan perasaan / pikiran dan perilaku yang sesuai dengan norma - norma yang ada.

  c. Pet therapy Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri, dan menggunakan objek binatang untuk bermain. d. Terapi Berkebun (Plant therapy) Banyaknya tekanan dan berbagai bentuk gangguan dari lingkungan modern sering kali melampaui daya tahan individu hingga menimbulkan gangguan kesehatan, stress hingga depresi yang merupakan salah satu klasifikasi dari gangguan jiwa. Taman yang didesain berupa lingkungan yang didominasi unsur tanaman, bersifat tidak kompleks dan berpola alami menjadi media terapi bagi penderita depresi (Putri, 2013). Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara segala sesuatu/mahluk hidup, dan membantu hubungan yang akrab antara satu pribadi kepada pribadi lainnya dengan memelihara tumbuhan, mulai dari menanam dan memelihara, serta menggunakannya saat tanaman dipetik. Terapi berkebun adalah salah satu bentuk terapi aktif. Terapi berkebun telah menjadi bagian penting dari perawatan pasien karena dapat meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan semangat serta kualitas hidup. Terapi berkebun adalah terapi yang unik karena terapi ini membuat pasien berhubungan dengan makhluk hidup yaitu tumbuh- tumbuhan yang memerlukan perawatan yang tidak boleh diskriminaif (Yosep, 2011).

  Terapi lebih difokuskan pada pendekatan secara medis dan memerlukan kehadiran taman terapi hortikultura sebagai salah satu metode terapi baru yang bisa digunakan bagi penderita gangguan jiwa. dengan menggunakan pendekatan emosi dan psikologi (Putri, 2013) . Pada tata hijau tanaman hortikultura tanaman tidak ditentukan secara khusus namun merupakan tanaman hortikultura yaitu sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Tanaman hortikultura yang ditanam disesuaikan dengan kebutuhan serta musim pada saat ditanam (Zulkarnain, 2009). Terapi berkebun memberikan keuntungan bagi empat area dasar yaitu kognitif, sosial, perkembangan psikologis dan fisik (Friends Hospital, 2005) :

  1) Kognitif Keuntungan kognitif yaitu mempelajari kemampuan dan bahasa baru. Melalui terapi berkebunpasien dapat meningkatkan kemampuan membuat keputusan dan memecahkan masalah, disamping kemampuan untuk mempelajari instruksi yang kompleks. Pasien mampu bekerja secara mandiri sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap lingkungan di sekitar mereka. 2) Sosial

  Terapi berkebun membuat pasien bekerja di dalam kelompok dengan cara berbagi, berinteraksi dan berkompromi untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan. Berinteraksi sosial di dalam kelompok membantu pasien lebih baik.

  3) Perkembangan Psikologis Perkembangan psikologis termasuk peningkatan harga diri dan percaya diri. Bekerja dengan tanaman membuat pasien merasakan rasa tanggung jawab. Mengetahui mereka bertanggung jawab untuk memelihara dan merawat tumbuhan hidup membuat pasien merasa lebih produkttif dan merasa termotivasi. Pasien merasa tenang dan menjadi lebih terbuka untuk berbicara mengenai masalah meraka. 4) Peningkatan Fisik

  Peningkatan fisik terjadi karena pasien bekerja pada udara segar, menggerakkan tubuh dan beradaptsi terhadap perubahan fisik dan lingkungan. Terapi berkebundapat melatih otot dengan merangsang perkembangan motorik kasar dan motorik halus untuk membantu pasien memperoleh rasa terhadap warna, tekstur, bentuk dan penciuman. Perawat dapat menggunakan tanaman dan tumbuhan.

  Syarat menciptakan terapi Lingkungan pada kondisi khusus, Yosep (2011) :

  a. Pasien harga rendah diri (low self esteem) , depresi (depression) bunuh diri (suicide). Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal- hal sebagai berikut : 1) Ruangan aman dan nyaman 2) Terhindar dari ala-alat yang dapat digunakan untuk mencederai diri sendiri atau orang lain 3) Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis di lemari dalam keadaan terkunci.

  4) Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.

  5) Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.

  6) Warna dinding cerah. 7) Adanya bacaan ringan, lucu, dan memotivasi hidup 8) Hadirkan musik ceria, televisi, dan film komedi.

  Lingkungan sosial:

  1) Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa pasien sesering mungkin.

  2) memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan keperawatan atau kegiatan medis lainnya.

  3) Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta merendahkan. 4) Meningkatkan harga diri pasien. 5) Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara bertahap.

  6) Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya. 7) Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan membiarkan pasien sendiri terlalu lama di ruangannya

7. TERAPI LINGKUNGAN SESUAI DENGAN TINGKATAN USIA

  Terapi lingkungan sesuai dengan tingkat usianya menurut Kusumawati & Hartono (2011) yaitu :

  a. Anak-Anak Berfokus pada peningkatan perilaku yang bermakna, rasa percaya pada orang lain dan berinteraksi dengan teman sebaya . anak-anak diajarkan terapi perilaku yaitu diajarkan bahwa semua perilaku punya konsekuensinya. Bila perilaku baik akan menerima hadiah tetapi bila tidak akan menerima hukuman.

  b. Remaja Pada masa ini masalah yang dihadapi bukan saja masalah perilaku tetapi juga masalah pendidikan. Untuk itu mereka dilatih untuk belajar mengembangkan otonomi, kemampuan beradaptasi dengan tekanan teman sebaya, bertanggung jawab dan memilih keterampilan sekolah.

  c. Dewasa Masalah yang dihadapi bisa percobaan bunuh diri, penurunan kognitif dan sensorik, fisik dan masalah kesehatan. Lingkungan harus mampu membuat pasien menerima keadaannya, beadaptasi dan memecahkan masalahnya.

  d. Pasien skizofrenia Lingkungan yang dibutuhkan adalah yang memberi keamanan, terstruktur, memberi dukungan, sosialisasi dengan orang-orang yang mengerti dia.

Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Yosep, (2011); Fitria, (2009); Kusumawati & Hartono, (2011); Stuart, (2008); Videbeck, (2012) Penyebab terjadinya gangguan jiwa Yosep, (2011) Faktor predisposisi

  Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tangguang jawab secara personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.

  Faktor presipitasi Faktor presipitasi terjadinyan harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktifitas yang menurun.

  Tanda dan gejala gangguan jiwa, fitria (2009) o Mengkritik diri sendiri o Perasaan tidak mampu o Pandangan hidup yang pesimistis o Tidak menerima pujian o Penurunan produktivitas o Penolakan terhadap kemampuan diri o Kurang memperhatikan perawatan diri o Berpakain tidak rapi o Selera makan berkurang, o Tidak berani menatap lawan bicara o Lebih banyak menunduk o Bicara lambat dengan nadasuara melemah Harga Diri Rendah (Yosep 2011)

C. Kerangka teori

  Terapi medik (psikofarma) :

1. Antipsikotik

  2. Antidepresan nefazodon, trazodon)

  3. Penstabil mood (Videbeck, 2012) Terapi keperawatan (psychotherapy):

  1. Terapi individual:Terapi lingkungan (milleau terapi)

  2. Terapi keluarga

  3. Terapi kelompok (Videbeck, 2012) Terapi lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan berpengaruh terhadap penyembuhan pasien ganguan jiwa (Yosep, 2011).

D. Kerangka konsep

  Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat peneliti paparkan dalam Gambar 2.2 berikut :

  Variabel bebas variabel terikat

  Terapi lingkungan : Berkebun Harga diri

Gambar 2.2 Kerangka Konsep E.

   Hipotesis penelitian

  Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang masih perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut : Ha : Terdapat pengaruh terapi lingkungan pada pasien harga diri rendah terhadap peningkatkan harga diri di RSUD Banyumas.

Dokumen yang terkait

PENURUNAN DEPRESI PADA LANSIA HARGA DIRI RENDAH MELALUI TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK DAN TERAPI KOGNITIF

0 1 7

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : STIMULASI PERSEPSI TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI PADA LANSIA DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI UNIT REHABILITASI SOSIAL DEWANATA KABUPATEN CILACAP

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ANALISIS KEKAMBUHAN PADA PASIEN CONGESTIVE HEART FAILURE SELAMA SATU TAHUN DI RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 24

HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENDAPAT TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 16

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA KOMPONEN KONSEP DIRI DENGAN TINGKAT DEPRESI PASIEN GAGAL GINJAL YANG MENDAPAT TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA - repository perpustakaan

0 0 10

PENGARUH HIPNOTERAPI TERHADAP PENINGKATAN HARGA DIRI PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI INSTALASI HEMODIALISA RUMAH SAKIT PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 16

PENGARUH MENTORING PERAWAT BARU TERHADAP PERILAKU CARING DI RUANG VIP RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DI RUANG BIMA INSTALASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU RSUD BANYUMAS TAHUN 2017 - repository perpustakaan

0 2 28

TUGAS AKHIR - ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH DI RUANG BIMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 15

PENGARUH TERAPI LINGKUNGAN : BERKEBUN TERHADAP PENINGKATKAN HARGA DIRI PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RSUD BANYUMAS

0 0 17