Si Kecil Jadi Pembangkang dan Penakut

Si Kecil Jadi Pembangkang dan Penakut
Tanya: Assalamu’alaikum wr. wb. Ibu Emmy Wahyuni yang terhormat, saya mempunyai seorang
putri kini umurnya 2,5 tahun. Kami sangat bahagia dengan kehadirannya. Rumah menjadi tidak
sepi, saya bersyukur sekali. Saya juga sangat senang mengikuti perkembangan anak saya. Tahap
demi tahap rasanya cepat sekali terlalui, ada perasaan cemas pada diri saya, mendidiknya dengan
salah atau tidak tepat.
Kini anak saya kok susah sekali diberi tahu. Bila ia tanya sesuatu hal, kemudian saya berusaha
menjelaskan, tapi belum selesai diterangkan sudah membantah dulu dan memohon saya untuk
mengikuti pendapatnya.
Belum lagi, ia suka ingin mengerjakan apa saja sendiri, tidak mau dibantu. Padahal kadang-kadang
ia melakukan hal-hal yang mengkhawatirkan, seperti menyalakan lampu, jajan di luar (rumah kami
pinggir jalan raya), mengambil makan dan minum sendiri dan lain-lain, yang semua itu kadang
membuat saya khawatir, tapi bila dilarang ia akan menangis menjerit-jerit.
Akhir-akhir ini, yang membuat kami tertawa karena lucu adalah ia suka menangis bila melihat
fotonya dalam pose sendirian. Tapi lama kelamaan yanglucu itu membuat kamu kesal karena sudah
kami jelaskan berkali-kali padanya bahwa waktu ia dipotret banyak yang menemani. Kadang saya
menjelaskan dengan mengibaratkan kalau kertas fotonya kecil sehingga Cuma muat satu orang.
Padahal waktu difoto ia senang sekali, tapi kalau sudah jadi gambar dalam pose sendirian, ia
menangis dan berkata “Adik kok ngak ada temannya”. Tolong saya Bu Emmy, bagaimana saya
harus menghadapinya, saya tidak ingin salah mendidik, karena kami sangat menyayanginya.
Terimakasih atas jawabannya.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
Bu Is di Magelang
Jawab:
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Masalah anak memang taka da habisnya dan unik. Seperti yang ibu alami, saya senang karena ibu
sangat peduli dengan perkembangan putri ibu tahap demi tahap perkembangan.
Bu Is yang baik, anak seusia putri ibu memang sedang mengembangkan ego dirinya. Ia ingin diakui
sebagai diri yang mampu dan bisa melakukan tugas sendiri. Maka jangan heran kalau ia tak mau
dibantu. Sebaiknya ibu bersyukur karena ia sudah mulai mandiri, selanjutnya tugas ibu untuk
mengawasinya. Berilah ia kesempatan untuk mencoba. Kalau ibu mendapati anak ibu suka
„membangkang“, itu disebabkan anak memasuki masa negativistik, belum bisa berpikir secara
rasional. Bersyukurlah perilaku negativ muncul sekarang, coba bayangkan bagaimana kalau hal ini
muncul pada masa dewasa nanti dimana pada masa itu seseorang diharapkan sudah bisa berpikir
rassional. Bersabarlah dalam menghadapinya, tak usah terlalu diambil hati, karena masa ini
memang harus dilaluimya.
Putri ibu itu lucu sekali yah... senang difoto sendiri tapi takut melihat hasilnya. Tak heran bila anak
ibu tak mau mengerti meskipun ibu berusaha menjelaskan bahwa banyak orang lain ketika foto itu
direkam.
Bagi anak seusia ibu apa yang „kasat mata“ adalah yang betul-betul ia pikir. Untuk mengatasi hal
ini saya sarankan ibu memperlihatkan foto dengan baju dan tempat/suasana yang sama, supaya

anak bisa memahami atau kalau punya atau kalau punya dana bikin lagi foto bersama. Ibu tak usah
khawatir karena gejala ini akan menhghilang seiring deengan kemampuan berpikir anak.
Semoga saran saya bermanfaat dan ibu diberi kesabaran dalam menemani dan membimbing putri
ibu amin.
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 16 2004