Si kecil yang malang maafkan saya.
Si kecil yang malang, maafkan saya... | Lotus
7/3/2015
Lotus Sangat terobsesi pada bunga tertatai
telusuri
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis
Adek.. apa y ang menja…
Si kecil y ang malang, m…
Si kecil yang malang, maafkan saya...
“Mas, bagi sedikit rejekinya mas..” suara pelan anak kecil itu terdengar serak.
“Oh iya, sebentar ya dek.” Jawab salah seorang teman, lalu memasukkan selembar uang ke dalam kotak kardus
yang di sodorkan kepadanya.
Demikian sepenggal dialog yang terjadi dan sempat
mengagetkan kami malam itu. Iya, anak kecil berumur
sekitar 4 tahun itu tiba-tiba saja berada di samping kami
yang sedang nongkrong setelah berbuka puasa, entah
dari mana dia datang. Kami tercengang saat melihat
anak kecil berpakaian sangat lusuh itu membawa kotak
kardus bertuliskan salah satu panti asuhan di Surabaya.
Bagaimana mungkin sebuah panti asuhan menyuruh
anak sekecil itu berkeliling meminta sumbangan kepada
para pengunjung. Padahal pada umumnya, anak
seumuran itu masih senang-senangnya bermain.
Dimana nurani oknum yang menyuruhnya melakukan
itu, apa hanya karena iming-iming uang hasil
sumbangan yang tidak seberapa itu, lantas dengan
sadar mereka mengubur dalam-dalam nurani yang saya yakin mereka masih memilikinya.
Memang banyak faktor yang bisa melatar belakangi tindakan seperti itu terjadi, salah satunya adalah kemiskinan
dan lemahnya penegakan hukum. Memang di kota besar seperti Surabaya ini kemiskinan adalah masalah utama
yang harus dihadapi oleh banyak pihak, tingginya angka kemiskinan juga mempengaruhi tingginya tingkat
ekploitasi terhadap anak dibawah umur seperti yang kami saksikan saat itu. Meskipun ini bukan pertama kalinya
kami melihat kejadian seperti ini, namun kali ini benar-benar bisa membuat kami menggelengkan kepala. Mungkin
memang apa yang kami lakukan adalah sepenuhnya salah, karena kami hanya bisa menggelengkan kepala saat
menyaksikan kejadian seperti itu dihadapan kami. Kami sadar peran serta masyarakat baik secara kelembagaan
maupun secara perseorangan terasuk anak muda seperti kami sangat dibutuhkan untuk bahu membahu
setidaknya meminimalisir potensi terjadinya hal semacam ini.
Bukankah sudah jelas tertulis dalam undang-undang yang menyebutkan bahwa mempekerjakan anak dibawah
umur adalah tindakan kriminal. Namun lemahnya penegakan hukum atas tindakan seperti itu menjadikan para
pelakunya merasa masih mempunyai ruang gerak yang cukup untuk kembali melakukan aksinya. Dan hukuman
yang dijatuhkan terkadang gagal membuat jera pelakunya, yang setelah dari masa tahanan kerap kali kembali
dengan tenang melakukannya lagi. Karena memang hukuman yang diberikan sangatlah ringan, dan terkesan
setengah-setengah. Jika sudah seperti ini, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena sumber utama
penyebab tindak kriminalitas seperti ini semakin marak terjadi adalah sistem yang salah. Oke, sekali lagi sistem yang
salah.
Belum hilang rasa iba kami kepada anak kecil tadi, muncul lagi seorang anak berusia sekitar 6 tahun meminta
sumbangan kepada kami dan para pengunjung lain. Dan kali ini yang membuat kami sangat terkejut adalah kotak
kardus yang dipegang oleh anak kecil ini sama persis dengan yang dibawa anak kecil yang tadi. Hal ini spontan
membuat kami berfikir bahwa ada tindak kriminal yang terorganisir di sekitar tempat kami berada saat ini, yang
mengeksploitasi tenaga anak dibawah umur. Saya pun spontan memperhatikan kemana arah yang dituju anak
kecil itu setelah merasa cukup meminta sumbangan di tempat tersebut, ternyata langkah kecilnya menuju sebuah
mobil bak terbuka yang dari tempat saya duduk tampak samar ada beberapa anak kecil dan dua orang dewasa
yang duduk di bak mobil tersebut, lalu selang beberapa saat kemudian mobil itu menghilang dari pandangan.
Seketika itu saya terdiam merenung, apa yang telah saya lakukan? Kenapa saya hanya bisa terdiam melihat
perbudakan modern itu dilakukan? Dimana hati nurani saya? Apakah hanya duduk terdiam seperti ini saja yang
bisa saya lakukan? Oh Tuhan.. tolong selamatkan mereka.
Diposkan 3 days ago oleh Lotus
Tweet
0
http://justlotuslover.blogspot.com/2015/06/si-kecil-yang-malang-maafkan-saya.html
0
Suka
28
Tambahkan komentar
1/2
Si kecil yang malang, maafkan saya... | Lotus
7/3/2015
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai:
Publikasikan
Select profile...
Pratinjau
http://justlotuslover.blogspot.com/2015/06/si-kecil-yang-malang-maafkan-saya.html
2/2
7/3/2015
Lotus Sangat terobsesi pada bunga tertatai
telusuri
Klasik Kartu Lipat Majalah Mozaik Bilah Sisi Cuplikan Kronologis
Adek.. apa y ang menja…
Si kecil y ang malang, m…
Si kecil yang malang, maafkan saya...
“Mas, bagi sedikit rejekinya mas..” suara pelan anak kecil itu terdengar serak.
“Oh iya, sebentar ya dek.” Jawab salah seorang teman, lalu memasukkan selembar uang ke dalam kotak kardus
yang di sodorkan kepadanya.
Demikian sepenggal dialog yang terjadi dan sempat
mengagetkan kami malam itu. Iya, anak kecil berumur
sekitar 4 tahun itu tiba-tiba saja berada di samping kami
yang sedang nongkrong setelah berbuka puasa, entah
dari mana dia datang. Kami tercengang saat melihat
anak kecil berpakaian sangat lusuh itu membawa kotak
kardus bertuliskan salah satu panti asuhan di Surabaya.
Bagaimana mungkin sebuah panti asuhan menyuruh
anak sekecil itu berkeliling meminta sumbangan kepada
para pengunjung. Padahal pada umumnya, anak
seumuran itu masih senang-senangnya bermain.
Dimana nurani oknum yang menyuruhnya melakukan
itu, apa hanya karena iming-iming uang hasil
sumbangan yang tidak seberapa itu, lantas dengan
sadar mereka mengubur dalam-dalam nurani yang saya yakin mereka masih memilikinya.
Memang banyak faktor yang bisa melatar belakangi tindakan seperti itu terjadi, salah satunya adalah kemiskinan
dan lemahnya penegakan hukum. Memang di kota besar seperti Surabaya ini kemiskinan adalah masalah utama
yang harus dihadapi oleh banyak pihak, tingginya angka kemiskinan juga mempengaruhi tingginya tingkat
ekploitasi terhadap anak dibawah umur seperti yang kami saksikan saat itu. Meskipun ini bukan pertama kalinya
kami melihat kejadian seperti ini, namun kali ini benar-benar bisa membuat kami menggelengkan kepala. Mungkin
memang apa yang kami lakukan adalah sepenuhnya salah, karena kami hanya bisa menggelengkan kepala saat
menyaksikan kejadian seperti itu dihadapan kami. Kami sadar peran serta masyarakat baik secara kelembagaan
maupun secara perseorangan terasuk anak muda seperti kami sangat dibutuhkan untuk bahu membahu
setidaknya meminimalisir potensi terjadinya hal semacam ini.
Bukankah sudah jelas tertulis dalam undang-undang yang menyebutkan bahwa mempekerjakan anak dibawah
umur adalah tindakan kriminal. Namun lemahnya penegakan hukum atas tindakan seperti itu menjadikan para
pelakunya merasa masih mempunyai ruang gerak yang cukup untuk kembali melakukan aksinya. Dan hukuman
yang dijatuhkan terkadang gagal membuat jera pelakunya, yang setelah dari masa tahanan kerap kali kembali
dengan tenang melakukannya lagi. Karena memang hukuman yang diberikan sangatlah ringan, dan terkesan
setengah-setengah. Jika sudah seperti ini, kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Karena sumber utama
penyebab tindak kriminalitas seperti ini semakin marak terjadi adalah sistem yang salah. Oke, sekali lagi sistem yang
salah.
Belum hilang rasa iba kami kepada anak kecil tadi, muncul lagi seorang anak berusia sekitar 6 tahun meminta
sumbangan kepada kami dan para pengunjung lain. Dan kali ini yang membuat kami sangat terkejut adalah kotak
kardus yang dipegang oleh anak kecil ini sama persis dengan yang dibawa anak kecil yang tadi. Hal ini spontan
membuat kami berfikir bahwa ada tindak kriminal yang terorganisir di sekitar tempat kami berada saat ini, yang
mengeksploitasi tenaga anak dibawah umur. Saya pun spontan memperhatikan kemana arah yang dituju anak
kecil itu setelah merasa cukup meminta sumbangan di tempat tersebut, ternyata langkah kecilnya menuju sebuah
mobil bak terbuka yang dari tempat saya duduk tampak samar ada beberapa anak kecil dan dua orang dewasa
yang duduk di bak mobil tersebut, lalu selang beberapa saat kemudian mobil itu menghilang dari pandangan.
Seketika itu saya terdiam merenung, apa yang telah saya lakukan? Kenapa saya hanya bisa terdiam melihat
perbudakan modern itu dilakukan? Dimana hati nurani saya? Apakah hanya duduk terdiam seperti ini saja yang
bisa saya lakukan? Oh Tuhan.. tolong selamatkan mereka.
Diposkan 3 days ago oleh Lotus
Tweet
0
http://justlotuslover.blogspot.com/2015/06/si-kecil-yang-malang-maafkan-saya.html
0
Suka
28
Tambahkan komentar
1/2
Si kecil yang malang, maafkan saya... | Lotus
7/3/2015
Masukkan komentar Anda...
Beri komentar sebagai:
Publikasikan
Select profile...
Pratinjau
http://justlotuslover.blogspot.com/2015/06/si-kecil-yang-malang-maafkan-saya.html
2/2