Mengambil Hikmah dari Kekecewaan Pilpres
Mengambil Hikmah dari Kekecewaan Pilpres
untuk Kepentingan Dakwah Muhammadiyah
Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden tahap Pertama yang melibatkan 5 (lima) pasangan CapresCawapres telah berlangsung 5 Juli 2004. Melihat hasilnya, tentu banyak kader Muhammadiyah
yang kecewa. Ini karena, pasangan Capres-Cawapres (Prof Dr HM Amien Rais dan Dr Ir
Siswono Yudho Husodo) yang merupakan kader Muhammadiyah terbaik hanya menduduki
peringkat empat dan tentu saja tidak bisa lolos ke putaran kedua yang hanya menyisakan dua
pasangan capres dan cawapres.
Kekecewaan ini amat dirasakan oleh semua jajaran Muhammadiyah, dari pimpinan hingga
anggota yang di grass-rote, dari pimpinan tingkat pusat hingga pimpinan tingkat ranting, dari
pendukung hingga simpatisan dan tak terkecuali Capres Prof Dr HM Amien Rais sendiri juga
merasakan kekecewaan ini. Terlebih semua sudah merasa berbuat maksimal dalam menjajakan
calonnya, selain itu juga biaya sudah banyak dikeluarkan untuk perhelatan akbar menuju kursi
RI-1 ini.
Kekecewaan yang amat berat terutama dirasakan pada daerah-daerah yang Capres Amien Rais
bisa mengungguli pasangan Capres-Cawapres lainnya. Misalnya, di Bayen, kecamatan Kalasan,
kabupaten Sleman DIY yang memang mayoritas warganya Muhammadiyah, 3 TPS yang ada di
Dusun ini semuanya dimenangkan Amien Rais demikian juga TPS-TPS di dusun sekitarnya juga
dimenangkan pasangan Amien Rais, tentu sudah optimis Amien akan lolos pada putaran kedua.
Terlebih ada warga di daerah ini yang mendengar TPS-TPS di tempat saudaranya di Solo yang
tadinya dimenangkan oleh Partai Demokrat pada Pemilu Presiden ini dimenangkan oleh
pasangan Amien Rais. Rasa optimis ini juga mewarnai warga Muhammadiyah di Taman Agung
Muntilan, kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang TPS-TPS disana dimenangkan pasangan
Amien Rais, bahkan untuk kecamatan Muntilan pasangan Amien Rais tetap unggul dibanding
pasangan lainnya. Demikian pula optimisme juga dirasakan warga Muhammadiyah kota
Bandung Jawa Barat yang merasa bisa mengunggulkan Amien Rais di daerahnya. Tetapi
kegembiraan ini pupus ketika melihat suara nasional yang kenaikan angka perolehen suaranya
tersendat-sendat dibanding angka perolehan pasangan Capres dan Cawapres lainnya. Bahkan
saking kecewanya dan goncangan jiwa yang dialaminya, salah seorang warga Muhammadiyah di
Tamanagung Muntilan ada yang sakit.
Capres Amien Rais pun merasakan kekecewaan ini. Hal ini ia kemukakan sebelum menunaikan
ibadah umroh ke tanah suci 14 Juli 2004 di rumah dinasnya di Kompleks Widya Candra Jakarta.
Ia sempat merasakan shok ketika melihat hasil pilpres, karena ia merasa yang bertanggungjawab
atas hasil tersebut meski sebagaimana pendukungnya ia juga sudah berbuat semaksimal mungkin
dan bahkan habis-habisan tetapi ternyata toh hasilnya tidak memuaskan. Ia sempat
berkontemplasi dan self correction selama dua hari pertama saat-saat hasil pilpres sudah
ditayangkan. Tetapi tentu saja kekecewaan yang demikian harus dipupus.
Hal ini juga dirasakan oleh HM Muchlas Abror (anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Ia
menyadari akan kekecewaan warga Muhammadiyah terhadap hasil pilpres secara nasional ini,
tetapi tentu kekecewaan ini tidak boleh berlarut-larut, apalagi diungkapkan melalui tindakan
yang negatif. Wa laa tahzan, jangan kecewa, demikian ia menukil salah satu ayat di dalam AlQur’an. “Jangan Kecewa, Allah beserta Kita”. Upaya mengobati kekecewaan ini juga dilakukan
oleh pimpinan Muhammadiyah yang ada di jajaran lebih bawah, seperti yang dilakukan Ketua
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten H Anton Suwarto. Ia mengharapkan warganya segera
bisa menghapus kekecewaan ini.
Meski sebetulnya ada juga warga Muhammadiyah yang tidak kecewa terhadap hasil pilpres ini.
Mengingat tidak semua warga yang mengaku Muhammadiyah pada Pemilu Pilpres lalu memilih
pasangan Amien-Siswono. Ini digambarkan oleh Hasil Survey LP3ES dan NDI 5 Juli 2004 lalu
mengenai afiliasi ormas Islam terhadap pilihan pasangan Capres. Dari hasil survey tersebut,
hanya 54 persen warga Muhammadiyah memilih pasangan Amien Siswono, lainnya terdistribusi
kepada Wiranto Wahid (13 perse), Mega-Hasyim (11 persen), SBY-Kalla (21 persen) dan
Hamzah Agum (2 persen). Artinya warga Muhammadiyah yang ada di Golkar, PDIP, PBB dan
PPP masih ada yang mencoblos pasangan presiden dari partainya. Ini lebih fokus ketimbang
warga NU yang terdistribusi hampir merata di semua Capres. (Lihat tabel berikut ini):
Afiliasi Organisasi Islam dan Pasangan Calon
WirantoWahid
MegaHasyim
AmienSiswono
SBY-Kalla
HamzahAgum
Total
NU
Muhammadiyah
Non Afiliasi
Total
13%
Org Islam
lain
20%
33%
23%
26%
22%
11%
13%
20%
20%
11%
54%
26%
20%
19%
32%
3%
21%
2%
36%
5%
36%
2%
33%
3%
100%
100%
100%
100%
100%
Namun hasil ini sebetulnya tidak sepenuhnya mengecewakan, hasil pilpres ini bisa dimanfaatkan
sebagai peta dakwah bagi Muhammadiyah di masa-masa mendatang. Sebagai acuan bagi gerak
langkah Muhammadiyah di segala bidang, termasuk bidang politik. Dan yang terpenting dengan
kekalahan ini jangan takut dan kapok berpolitik (eff).
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 15 2004
untuk Kepentingan Dakwah Muhammadiyah
Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden tahap Pertama yang melibatkan 5 (lima) pasangan CapresCawapres telah berlangsung 5 Juli 2004. Melihat hasilnya, tentu banyak kader Muhammadiyah
yang kecewa. Ini karena, pasangan Capres-Cawapres (Prof Dr HM Amien Rais dan Dr Ir
Siswono Yudho Husodo) yang merupakan kader Muhammadiyah terbaik hanya menduduki
peringkat empat dan tentu saja tidak bisa lolos ke putaran kedua yang hanya menyisakan dua
pasangan capres dan cawapres.
Kekecewaan ini amat dirasakan oleh semua jajaran Muhammadiyah, dari pimpinan hingga
anggota yang di grass-rote, dari pimpinan tingkat pusat hingga pimpinan tingkat ranting, dari
pendukung hingga simpatisan dan tak terkecuali Capres Prof Dr HM Amien Rais sendiri juga
merasakan kekecewaan ini. Terlebih semua sudah merasa berbuat maksimal dalam menjajakan
calonnya, selain itu juga biaya sudah banyak dikeluarkan untuk perhelatan akbar menuju kursi
RI-1 ini.
Kekecewaan yang amat berat terutama dirasakan pada daerah-daerah yang Capres Amien Rais
bisa mengungguli pasangan Capres-Cawapres lainnya. Misalnya, di Bayen, kecamatan Kalasan,
kabupaten Sleman DIY yang memang mayoritas warganya Muhammadiyah, 3 TPS yang ada di
Dusun ini semuanya dimenangkan Amien Rais demikian juga TPS-TPS di dusun sekitarnya juga
dimenangkan pasangan Amien Rais, tentu sudah optimis Amien akan lolos pada putaran kedua.
Terlebih ada warga di daerah ini yang mendengar TPS-TPS di tempat saudaranya di Solo yang
tadinya dimenangkan oleh Partai Demokrat pada Pemilu Presiden ini dimenangkan oleh
pasangan Amien Rais. Rasa optimis ini juga mewarnai warga Muhammadiyah di Taman Agung
Muntilan, kabupaten Magelang, Jawa Tengah yang TPS-TPS disana dimenangkan pasangan
Amien Rais, bahkan untuk kecamatan Muntilan pasangan Amien Rais tetap unggul dibanding
pasangan lainnya. Demikian pula optimisme juga dirasakan warga Muhammadiyah kota
Bandung Jawa Barat yang merasa bisa mengunggulkan Amien Rais di daerahnya. Tetapi
kegembiraan ini pupus ketika melihat suara nasional yang kenaikan angka perolehen suaranya
tersendat-sendat dibanding angka perolehan pasangan Capres dan Cawapres lainnya. Bahkan
saking kecewanya dan goncangan jiwa yang dialaminya, salah seorang warga Muhammadiyah di
Tamanagung Muntilan ada yang sakit.
Capres Amien Rais pun merasakan kekecewaan ini. Hal ini ia kemukakan sebelum menunaikan
ibadah umroh ke tanah suci 14 Juli 2004 di rumah dinasnya di Kompleks Widya Candra Jakarta.
Ia sempat merasakan shok ketika melihat hasil pilpres, karena ia merasa yang bertanggungjawab
atas hasil tersebut meski sebagaimana pendukungnya ia juga sudah berbuat semaksimal mungkin
dan bahkan habis-habisan tetapi ternyata toh hasilnya tidak memuaskan. Ia sempat
berkontemplasi dan self correction selama dua hari pertama saat-saat hasil pilpres sudah
ditayangkan. Tetapi tentu saja kekecewaan yang demikian harus dipupus.
Hal ini juga dirasakan oleh HM Muchlas Abror (anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah). Ia
menyadari akan kekecewaan warga Muhammadiyah terhadap hasil pilpres secara nasional ini,
tetapi tentu kekecewaan ini tidak boleh berlarut-larut, apalagi diungkapkan melalui tindakan
yang negatif. Wa laa tahzan, jangan kecewa, demikian ia menukil salah satu ayat di dalam AlQur’an. “Jangan Kecewa, Allah beserta Kita”. Upaya mengobati kekecewaan ini juga dilakukan
oleh pimpinan Muhammadiyah yang ada di jajaran lebih bawah, seperti yang dilakukan Ketua
Pimpinan Daerah Muhammadiyah Klaten H Anton Suwarto. Ia mengharapkan warganya segera
bisa menghapus kekecewaan ini.
Meski sebetulnya ada juga warga Muhammadiyah yang tidak kecewa terhadap hasil pilpres ini.
Mengingat tidak semua warga yang mengaku Muhammadiyah pada Pemilu Pilpres lalu memilih
pasangan Amien-Siswono. Ini digambarkan oleh Hasil Survey LP3ES dan NDI 5 Juli 2004 lalu
mengenai afiliasi ormas Islam terhadap pilihan pasangan Capres. Dari hasil survey tersebut,
hanya 54 persen warga Muhammadiyah memilih pasangan Amien Siswono, lainnya terdistribusi
kepada Wiranto Wahid (13 perse), Mega-Hasyim (11 persen), SBY-Kalla (21 persen) dan
Hamzah Agum (2 persen). Artinya warga Muhammadiyah yang ada di Golkar, PDIP, PBB dan
PPP masih ada yang mencoblos pasangan presiden dari partainya. Ini lebih fokus ketimbang
warga NU yang terdistribusi hampir merata di semua Capres. (Lihat tabel berikut ini):
Afiliasi Organisasi Islam dan Pasangan Calon
WirantoWahid
MegaHasyim
AmienSiswono
SBY-Kalla
HamzahAgum
Total
NU
Muhammadiyah
Non Afiliasi
Total
13%
Org Islam
lain
20%
33%
23%
26%
22%
11%
13%
20%
20%
11%
54%
26%
20%
19%
32%
3%
21%
2%
36%
5%
36%
2%
33%
3%
100%
100%
100%
100%
100%
Namun hasil ini sebetulnya tidak sepenuhnya mengecewakan, hasil pilpres ini bisa dimanfaatkan
sebagai peta dakwah bagi Muhammadiyah di masa-masa mendatang. Sebagai acuan bagi gerak
langkah Muhammadiyah di segala bidang, termasuk bidang politik. Dan yang terpenting dengan
kekalahan ini jangan takut dan kapok berpolitik (eff).
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 15 2004