BCA 3 2 Apr Jun 2014

(1)

Magnetosfer sebagai

Pelindung bumi

GNU Radio Beacon Receiver untuk Mengamati Lapisan Ionosfer


(2)

Untuk pemesanan Buletin Cuaca Antariksa Kirim faks permohonan langganan Buletin Cuaca

Antariksa ke :

(022) 6038 005

Diterbitkan oleh

Pelindung

Redaktur

Editor

Kontributor

Penata Letak

Sekretariat

Alamat

Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN

Kepala LAPAN

Deputi Bidang Sains, Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan

Anwar Santoso, M.Si.

Endah Oktaviani, S.Ds. Penanggung Jawab Kepala Pusat Sains Antariksa

Fitri Nuraeni, M.Si. Irvan Fajar Syidik, S.T.

Santi Sulistiani, S.Si. Visca Wellyanita

Cucu Eman H. Annis Siradj Mardiani,A.Md

Sudirman, S.H., M.A.P. Varuliantor Dear, S.T. Dra. Clara Y. Yatini, M.Sc. Drs. A. Gunawan Admiranto

Prayitno Abadi, M.Si. Sri Ekawati, S.Si. Peberlin Sitompul, S.T., M.T.

Timbul Manik, M.Eng. Suratno R. Kesumaningrum

Neneng Destiani, S.E.

Jl. Dr. Djundjunan No.133 Bandung 40173

Telepon: (022) 6012 602 / 6038 005 Fax: (022) 6014 998 / 6038 005

HP: 0813 2121 0002

3 Jaringan untuk mengamati Gempa

Matahari

5 Mitigasi Efek Sintilasi Ionosfer pada Sinyal GPS (1) 7 Informasi Ionosfer Dari Jaringan IgsBagian (2) 8 Magnetosfer sebagai Pelindung bumi

9 GNU Radio Beacon Receiver untuk Mengamati Lapisan Ionosfer

Global Oscillation Network Group

11 Ulasan Cuaca Antariksa 13 Aktivitas Matahari 14 Aktivitas Geomagnet

16 Kondisi Propagasi dan Prediksi Indeks T Regional Indonesia 18 SPICA : Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa 21 ASTINA : Media untuk Menjelaskan, Mencerdaskan dan

Mengingatkan 22 Kalender Astronomi 26 Galeri Antariksa 27 Teka Teki Silang

daftar isi

Seperti pada edisi sebelumnya, selain memuat artikel tentang dampak dan pengaruh cuaca antariksa terhadap aktivitas kehidupan di Bumi, maka pada edisi ini juga akan disajikan artikel tentang sistem pemantau dan layanan infomasi atmosfer dan cuaca antariksa melalui artikel berjudul Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa (SPICA) dan

(ASTINA). Cuaca antariksa menunjukkan kondisi di ruang antara bumi dan matahari. Cuaca antariksa meliputi matahari, ruang antara bumi dan matahari, serta bumi dan lingkungannya. Dengan semburan energi dan partikel-partikelnya, matahari mampu menciptakan kondisi yang tidak menentu dan berdampak buruk bagi teknologi modern.

Pusat Sains Antariksa, sebagai unit kerja yang memiliki kompetensi dan tugas di bidang sains antariksa tentu harus menjawab tantangan untuk melakukan mitigasi terhadap dampak yang merugikan akibat cuaca antariksa. Penelitian dan pengembangan dilakukan di bidang matahari, lingkungan antariksa, geomagnet dan magnet antariksa, serta ionosfer dan telekomunikasi, dengan didukung oleh

Atmospheric Science and Technology Information System

ISSN 2303-2707

bidang teknologi pengamatan yang terintegrasi dalam program cuaca antariksa Pemantauan cuaca antariksa dilakukan oleh Pusat Sains Antariksa LAPAN sejak tahun 2009. Pemantauan ini dikembangkan agar pemantauan dapat dilakukan secara terus m e n e r u s d a n t e r i n t e g r a s i u n t u k menghasilkan informasi tentang cuaca antariksa dalam suatu sistem yang diberi nama Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa (SPICA) yang telah diluncurkan pada tanggal 27 Januari 2014 dan diresmikan oleh Kepala LAPAN. Beberapa artikel lain seperti gempa matahari, pengaruh cuaca antariksa ekstrim terhadap jaring an ALE, aktivitas geomagnet, dinamika ionosfer dapat dibaca dalam buletin ini. Beberapa informasi cuaca antariksa dapat dilihat pada Kalender Astronomi serta beberapa kejadian yang berasal dari langit dapat dilihat pada Galeri Antariksa.

Akhir kata, Redaksi mengucapkan selamat membaca Buletin Cuaca Antariksa edisi kedua tahun 2014 ini. Semoga artikel-artikel ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca dalam menyongsong fenomena cuaca antariksa yang akan datang.


(3)

Jaringan

untuk Mengamati Gempa Matahari

Global Oscillation Network Group

Seorang ahli geologi yang melakukan analisis susunan kerak dan bagian dalam bumi akan mengamati gelombang gempa bumi, baik alam atau buatan. Dengan menghitung kecepatan rambat gelombang gempa dari satu titik ke titik di permukaan bumi mereka bisa memperkirakan komposisi kerak bumi tempat gelombang itu menjalar. Lebih jauh lagi mereka bisa membuat perkiraan bentuk dan s u s u n a n b u m i k i t a s e c a r a keseluruhan. Cara ini dipakai oleh para ahli fisika matahari setelah mereka mengamati bahwa matahari kita mengalami osilasi. Gejala ini pertama kali diamati pada akhir tahun 1960-an, dan diamati lebih lanjut oleh Robert B. Leighton, Robert W. Noyes dan George W. Simon. Mereka mendapatkan bahwa di permukaan matahari terjadi osilasi dengan perioda 5 menit dan partikel-partikel yang melakukan osilasi bergerak dengan kecepatan 0,4 km/detik. Menurut para astronom ini osilasi matahari dibangkitkan di daerah konveksi akibat adanya gerakan materi yang bermacam-macam arahnya.

Oleh :

Bidang Matahari dan Antariksa

A. Gunawan Admiranto

Akibat adanya osilasi ini matahari menjadi bergetar, dan getarannya seperti getaran sebuah genta yang terus-menerus dipukul dari dalam. Apabila suara bisa menjalar dalam ruang antar planet, dan kita bisa mendengar sampai pada nada yang sangat rendah, maka kita akan terus menerus mendengar suara dengan nada 16 oktaf di bawah nada C terendah pada sebuah piano.

Osilasi 5 menit yang dimiliki matahari ini sebenarnya gabungan dari banyak osilasi (2000 buah) dengan frekuensi yang berbeda-beda. Menggunakan teknik tertentu masing frekuensi masing-masing getaran ini bisa diamati, dan selanjutnya bisa digunakan untuk mempelajari komposisi bagian dalam matahari.

G e l o m b a n g s u a r a y a n g menjalar di dalam sebuah medium kecepatannya bergantung pada temperatur dan komposisi kimia medium yang bersangkutan. D e n g a n m e n g g u n a k a n d a t a pengamatan serta ilmu fisika yang mereka ketahui, akhirnya mereka bisa memperoleh gambaran tentang kecepatan rambat gelombang berubah terhadap kedalaman dari permukaan matahari. Dari sini pula mereka bisa memperoleh gambaran t e n t a n g k e c e p a t a n r a m b a t gelombang ber ubah terhadap k e d a l a m a n d a r i p e r m u k a a n matahari. Dari sini pula mereka bisa memperoleh gambaran tentang bentuk dan komposisi bagian dalam matahari.

P e n g a m a t a n p a r a a h l i menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Kedalaman daerah konveksi lebih besar dari yang diduga sebelumnya.

2. Saat baru terbentuk matahari

mengandung 25% dari

seluruh materi yang dikandung-nya.

3. Konsentrasi yang tinggi

mengakibatkan temperatur inti sangat tinggi, seharusnya hal ini

helium

helium

Gambar 1.Citra osilasi yang dimiliki matahari (http://en.wikipedia.org/wiki/

Helioseismology)


(4)

membuat reaksi inti yang berlangsung menghasilkan cukup banyak seperti yang sudah diuraikan di atas. 4. Dari pengamatan rotasi bagian

dalam matahari didapat bahwa semakin kita bergerak ke arah dalam matahari rotasinya menjadi semakin cepat. Hal ini memang sesuai dengan yang diramalkan oleh teori.

Helioseismologi sebenarnya cabang dari fisika matahari yang masih muda umurnya. Meskipun demikian ilmu ini semakin populer karena cukup banyak menjanjikan pemecahan masalah yang masih dihadapi oleh para ahli fisika matahari. Dalam hubungan ini para ahli sedang merencanakan untuk melakukan pengamatan osilasi matahari secara global melalui sebuah kerja sama yang melibatkan banyak bangsa.

Pengamatan osilasi matahari di satu tempat selalu terputus tiap hari akibat datangnya malam. Hilangnya data pengamatan secara periodik ini bisa mengacaukan data osilasi matahari yang sebenarnya. Oleh sebab itu diperlukan pengamatan matahari secara terus-menerus tanpa perlu diganggu oleh datangnya malam hari.

Cara di atas hanya bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu pengamatan meng gunakan teleskop yang dipasang di orbit bumi, atau melakukan pengamatan di bumi di tempat-tempat yang terpisah jauh dalam arah bujur sehingga data osilasi matahari bisa terekam secara

neutrino

kontinu. Para astronom memilih cara kedua karena di samping biayanya lebih murah, perawatan alatnya juga lebih mudah.

G a g a s a n i n i k e m u d i a n dituangkan dalam proyek GONG

( )

yang pertama kali diusulkan pada tahun 1984. Para astronom dari

berbag ai neg ara kemudian

melakukan pertemuan untuk

menentukan lokasi teleskop yang akan tergabung dalam proyek GONG ini.

Proyek GONG -secara kebetulan menganggap matahari sebagai sebuah gong raksasa - akan menggunakan enam buah stasiun yang dipasang di beberapa tempat di bumi. Stasiun-stasiun itu adalah di Cerro Tololo dan Las Campanas di Chili, Riyadh di Saudi Arabia, Udaipur di India, Yuma dan Tucson di Amerika Serikat.

Global Oscillation Network Group

0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1 480

460 440 420 400 380 360

15°

30°

45°

60°

NSO/NSF r/R

W

p

/2

(nHz)

Gambar 2. Rotasi bagian dalam Matahari dalam berbagai arah lintang. Tampak adanya perbedaan kecepatan rotasi yang dimulai pada kedalaman tertentu dari permukaan Matahari. (http://en.wikipedia.org/wiki/Tachocline)

Peralatan yang dipakai dalam GONG adalah peralatan yang bisa mengamati osilasi matahari dengan sangat teliti. Alat yang dinamakan ini bisa merekam kecepatan pergerakan partikel di permukaan matahari dalam arah garis pandang dengan ketelitian kurang dari 1 m/detik. Dengan cara ini diharapkan komponen osilasi matahari bisa diperoleh sebanyak mungkin. Alat ini bisa merekam kecepatan sejumlah besar titik di permukaan matahari (sampai 65.000 buah titik). Kemudian hasil yang diperoleh masing-masing stasiun itu digabungkan ke satu pengolah data pusat untuk mendapatkan data peng amatan osilasi matahari sekomprehensif mungkin.

Perkembangan mutakhir dari h e l i o s e i s m o l o g i a d a l a h ditemukannya suatu lapisan tipis perbatasan antara daerah radiatif dengan daerah konvektif yang diberi

nama lapisan Lapisan yang

tebalnya hanya 4% diameter matahari ini menjadi daerah gesekan antara bagian radiatif matahari dengan daerah konvektifnya yang memiliki perbedaan sifat rotasi. Daerah radiatif berputar seperti sebuah benda tegar sedangkan daerah konvektif berputar secara diferensial. Hal ini mengakibatkan adanya gaya gesek di daerah

t e r s e b u t y a n g s e l a n j u t n y a memunculkan gejala - gejala magnetisme dan mengakibatkan adanya berbagai bentuk aktivitas matahari.

Fourier Tachometer

tachocline.

tachocline

¤


(5)

Oleh :

Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi

Prayitno Abadi

Kapan sintilasi ionosfer

sering terjadi?

Sinyal L-band satelit GPS rentan terganggu oleh sintilasi ionosfer. Sintilasi ionosfer akan menyebabkan fluktuasi sinyal L-band. Semakin kuat sintilasi ionosfer maka semakin kuat pula fluktuasi sinyal L-band. Dalam kasus yang ekstrem, sintilasi ionosfer yang kuat

mampu menyebakan GPS

tidak mampu melacak keberadaan satelit. Peristiwa ini disebut “

”, dan peristiwa ini lah yang menjadi dampak buruk dari sintilasi ionosfer bagi sistem navigasi berbasis GPS. Itulah mengapa diperlukan upaya mitigasi efek sintilasi ionosfer pada navigasi berbasis GPS. Mitigasi merupakan langkah untuk menghindari ataupun mengurangi dampak buruk dari suatu gangguan. Salah satu cara mitigasi efek sintilasi ionosfer adalah d e n g a n m e n g e t a h u i k a p a n fenomena ini sering terjadi.

P u s a t S a i n s A n t a r i k s a (Pusainsa)-Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah memasang instrumen untuk memantau sintilasi ionosfer di atas Bandung. Berdasarkan data hasil pengamatan insterumen tersebut selama 2011, puncak kemunculan sintilasi ionosfer di bulan-bulan ekuinoks, yaitu Maret-April dan September-Oktober. Grafik pada Gambar 2 menunjukkan persentase kemunculan sintilasi ionosfer secara bulanan di atas Bandung selama tahun 2011. Persentase kemunculan pada gambar tersebut dihitung dari rumusan jumlah malam hari dengan kemunculan sintilasi dalam satu bulan dibagi jumlah malam hari pengamatan selama satu bulan. Misalkan saja, kemunculan sintilasi bulan Oktober 2011 sebesar 80,65%. Pada bulan tersebut, j u m l a h m a l a m h a r i d e n g a n kemunculan sintilasi sebanyak 25 hari dari 31 hari pengamatan. Informasi yang dapat diperoleh dari Gambar 2 adalah bulan-bulan ekuinoks memiliki persentase

receiver loss of lock

Waspada di Bulan Ekuinoks

Gambar 1.Ilustrasi keterkaitan antara , sintilasi ionosfer, dan fluktuasi sinyal L-band GPS.

plasma bubble GPS RECEIVER

Sintilasi Ionosfer

Plasma Bubble

(daerah ionosfer dengan kerapatan rendah)

Satelit GPS

Kerapatan Tinggi

Kerapatan Rendah

300 Km

Permukaan Bumi

Sinyal L-Band

Sintilasi Ionosfer di Indonesia

Secara lintang magnetik, Indonesia berada di daerah lintang

rendah magnetik ( ). Di

daerah lintang rendah magnetik, sintilasi ionosfer terkait erat dengan fenomena ionosfer yang disebut

“ ” yang umumnya

terjadi pada malam hari. Plasma bubble merupakan daerah ionosfer y a n g m e n g a l a m i p e n i p i s a n kerapatan elektron dibanding daerah sekitarnya. Tidak hanya itu, terjadi pula perubahan kerapatan elektron dalam waktu yang cepat (fluktuasi) dikarenakan elektron-elektron di dalam plasma bubble yang mudah bergerak dikarekan kerapatan yang rendah. Fluktuasi kerapatan elektron di dalam plasma bubble inilah yang mengacu pada fenomena sintilasi ionosfer. Gambar 1 menunjukkan ilustrasi keterkaitan plasma bubble, sintilasi ionosfer, dan fluktuasi sinyal GPS.

low-latitude

plasma bubble

Sintilasi ionosfer merujuk pada istilah fenomena fluktuasi kerapatan elektron di lapisan ionosfer. Sintilasi ionosfer menyebabkan gangguan pada sinyal L-band yang digunakan untuk sistem navigasi berbasis GPS

( ). Sinyal

GPS yang melewati daerah ionosfer yang mengalami sintilasi akan mengalami fluktuasi kuat sinyal. Dalam kasus yang ekstrem, sintilasi ionosfer menyebabkan

yang artinya GPS tidak

mampu “mengunci” sinyal GPS yang ditangkap akibat terjadinya fluktuasi kuat pada sinyal. Akibat

kasus ini, akurasi sistem

GPS dalam penentuan posisi akan berkurang. Upaya untuk mengurangi dampak buruk dari sintilasi ionosfer terhadap sinyal GPS adalah mengetahui kapan sintilasi ionosfer seri n g ter j a d i , uta m a n ya d i Indonesia.

Global Positioning Systems

loss of lock receiver


(6)

kemunculan sintilasi lebih dari 50 persen. Artinya, lebih dari setengah bulan pada suatu bulan ekuinoks di tahun 2011 muncul sintilasi ionosfer. Jika dibandingkan dengan bulan-bulan selain ekuinoks di tahun 2011, kemunculan sintilasi sangat rendah hanya kurang 30% dari jumlah malam hari dalam satu bulan. Informasi yang terpenting dari Gambar 2 adalah distribusi kemunculan sintilasi ionosfer berdasarkan variasi bulanan memiliki puncak di bulan-bulan e k u i n o k s. N i l a i p e r s e n t a s e kemuncullannya bergantung pada tingkat aktivitas Matahari.

Jika dilihat dari variasi waktu lokal, sintilasi ionosfer penyebab

gangguan sinyal berada

dalam rentang setelah matahari terbenam hingga tengah malam. Tepatnya, rentang terjadinya sintilasi ionosfer adalah mulai 19.00 hingga 01.00 waktu lokal. Grafik pada Gambar 3 menunjukkan persentase kemunculan sintilasi ionosfer berdasarkan variasi waktu lokal selama tahun 2011 untuk hasil pengamatan dari Bandung. Gambar tersebut menunjukkan distribusi kemunculan sintilasi ionosfer selama setahun berdasarkan waktu lokal. Berdasarkan gambar tersebut, rentang kemunculan sintilasi Waspada pada Jam 19.00–01.00

L-band GPS

Gambar 2 Distribusi kemunculan sinitlasi ionosfer selama 2011 berdasarkan waktu lokal. Waktu puncak kemunculan sintilasi ionosfer adalah jam 21.00 waktu lokal.

17 18 19 20 21 22 23 12 10 8 6 4 2 0 Waktu Lokal K emunculan (%)

ionosfer pada jam 19.00–01.00 waktu lokal. Puncak kemunculan sintilasi ionosfer berdasarkan variasi waktu lokal pada jam 20.00–22.00 waktu lokal. Pada jam 21.00 waktu local, kemunculan sintilasi ionosfer mencapai maksimum. Pada jam tersebutlah, kemunculan sintilasi ionosfer memiliki probabilitas yang tinggi.

Kemunculan sintilasi ionosfer juga memiliki kebergantungan terhadap tingkat aktivitas matahari (siklus 11-an). Saat siklus Matahari mencapai puncak atau maksimum, kemunculan sintilasi ionosfer juga akan meningkat. Sebaliknya, saat s i k l u s M a t a h a r i m e n u r u n / minimum, kemunculan sintilasi ionosfer pun juga menur un. Gambar 4 adalah diagram untuk menunjukkan jumlah kemunculan sintilasi ionosfer dari tahun 2009 hingga 2011. Aktivitas matahari pada rentang tersebut, dengan diindikasikan dengan nilai SSN

( ) tahunan,

dari minimum menuju maksimum. Terlihat pada gambar tersebut, persentase jumlah malam hari deng an kemunculan sintilasi ionosfer semakin meningkat dari 2009 ke 2011. Berdasarkan diagram pada gambar tersebut, jumlah Waspada di Tahun dengan Aktivitas Matahari Tinggi

pie

Smoothed-sunspot Number

malam hari kemunculan sintilasi ionosfer akan mengikuti tingkat aktivitas matahari. Nah, bagi pengguna GPS untuk keperluan positioning, sintilasi ionosfer muncul maksimum pada jam 20.00–22.00 waktu lokal di bulan-bulan ekuinoks pada tahun dengan tingkat atau aktivitas matahari mencapai maksimum. level ¤

68%

83%

96%

32%

17%

4%

Tahun 2011

(SSN : 55,9)

Tahun 2010 (SSN : 16,5)

Tahun 2009 (SSN : 3,1)

Gambar 4 Kebergantungan kemunculan sintilasi ionosfer terhadap aktivitas matahari. Warna merah dan biru berturut-turut menunjukkan persentase jumlah hari dengan dan tanpa kemunculan sintiasi ionosfer.

Gambar 3 Persentase kemunculan sintilasi bulanan di tahun 2011. Setiap poin terdapat informasi jumlah hari dengan kemunculan sintilasi (warna merah) dan jumlah hari pengamatan (warna hitam).

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 1/31 6/27 18/28 14/29 4/31 5/30 2/31 6/31 15/30 25/31 16/30 2/25

Bulan di Tahun 2011

K

emunculan (%)

00 01 02 03 04 05

“Nah, bagi pengguna GPS

untuk keperluan positioning,

sintilasi ionosfer muncul

maksimum pada jam 20.00 –

22.00 waktu lokal di

bulan-bulan ekuinoks pada tahun

dengan tingkat atau level

aktivitas matahari mencapai

maksimum.”


(7)

INFORMASI IONOSFER

DARI JARINGAN IGS

Bagian (2)

Oleh :

Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi

Sri Ekawati

Setelah diperoleh informasi ionosfer berupa data

(TEC) dari data jaringan

International (IGS)

pada bagian (1), pada bagian (2) ini a k a n d i b a h a s b a g a i m a n a memperoleh data TEC yang lebih terperinci serta data indeks S yang merupakan salah satu gangguan ketidakteraturan di ionosfer.

Dengan GPSTEC yang

dikembangkan oleh Dr. Gopi Krishna Seemala, peneliti dari

, data yang

tersedia di jaringan IGS dapat diolah secara cepat sehingga menghasilkan informasi ionosfer berupa data TEC dan indeks S setiap PRN satelit.

Adapun yang digunakan

untuk mengolah data dari jaringan

IGS adalah GPS-TEC

versi 2.2, yang terdiri dari beberapa file berikut ini :

1. GPS_TEC.exe

2. GPS_TEC.ini

3. GPS_TEC Readme.txt 4. mfc100.dll

5. msvcp100.dll 6. msvcr100.dll 7. WinSCP.exe

8. WinSCP.com

9. Winscp.ini 10. IGS_stations.txt

Total Electron Content

GNSS Service

software

Institute for Scientific Research, Boston College USA, near-realtime

software software Analysis Application

4

4

SoftwareGPSTEC Ver 2.2

Instalasi GPSTEC Ver 2.2

GPS_TEC

Aplikasi ini tidak memerlukan instalasi yang rumit. Hanya dengan menempatkan file-file tersebut di suatu mana saja dan meng-klik

file GPS_TEC.exe maka ini

siap untuk dijalankan.

untuk ini adalah

file observasi (*.yyo). Sebagai contoh pada artikel ini digunakan data stasiun bako tanggal 13 Februari 2014, yaitu : bako0440.14o. Dengan meng-klik kanan kemudian pilih tersebut, sehingga diperoleh

tampilan GPS_TEC pada

gambar-1.

drive

software

Input software

file

software

Input software

Untuk mendapatkan informasi TEC dan indeks S setiap PRN satelit maka dicentang pilihan “

” dan “ ”.

Kemudian klik “ ”. Maka

proses pengolahan data jaringan IGS menjadi informasi ionosfer akan dimulai. Adapun durasi waktu pengolahan data tersebut tergantung dari kecepatan internet yang digunakan.

Gambar-2 menunjukkan data TEC yang dihitung dengan bias. Sedangkan Gambar-3 menunjukkan data TEC yang dihitung setelah menghilangkan bias dan data indeks S . Warna hijau menunjukkan data dari semua PRN sedangkan warna merah menunjukkan rata-ratanya. Ada fakta unik pada gambar-2, yaitu terjadi peningkatan rata-rata TEC pada pukul 18:00 UT dan 20:00 UT atau pukul 01:00 WIB dan 03:00 WIB tanggal 14 Februari 2014. Gambar-4 adalah data TEC, indeks S d a n s u d u t e l e va s i y a n g ditunjukkan PRN satelit 13 – 16. Warna hijau adalah TEC, warna merah adalah indeks S dan warna biru adalah sudut elevasi.

4

4

4

4

TEC PRN images (Un)/Bias TEC image

Start Process

Hasil Pengolahan GPS_TEC

Software

¤

Gambar 1.Tampilan GPS_TEC

Gambar-2.TEC dengan bias

Gambar-3.TEC tanpa bias dan Indeks S4 Gambar-4.TEC, Indeks S dan Sudut

Elevasi per-PRN Satelit


(8)

Magnetosfer sebagai

Pelindung

bumi

Oleh :

Bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa

Fitri Nuraeni

Medan magnet bumi yang dibangkitkan oleh inti bumi

berdasarkan teori ,

merupakan medan magnet dipol. Garis gaya medan magnetnya melingkupi Bumi hingga mencapai jarak kurang lebih 10 kali radius bumi di sisi siang pada saat kondisi matahari tenang, sedangkan sisi malamnya bisa mencapai jarak beberapa ratus kali jari-jari bumi. Lapisan yang masih dipengaruhi oleh garis gaya magnet bumi inilah yang disebut sebagai magnetosfer.

P l a s m a m a g n e t o s f e r berinteraksi dengan angin surya mengakibatkan geometri dari medan magnet bumi tidak simetris. Ia akan lebih mampat dibagian sisi siang, yaitu sisi yang menghadap matahari, dan terentang sangat jauh pada sisi malam yang disebut magnetotail atau bagian ekor magnetosfer.

A n g i n s u r y a i t u s e n d i r i membawa medan magnet matahari dan partikel-partikel bermuatan dan ber nergi ting gi. Ia memiliki kecepatan supersonik, sehingga ketika berhembus, angin surya itu akan berinteraksi magnetosfer bumi membentuk suatu gelombang kejut berbentuk busur yang disebut

sebagai bowshock. ini

biasanya terjadi pada jarak 3-4 kali radius bumi dibagian depan magnetosfer. Pada ini tidak terjadi tumbukan, yang terjadi adalah interaksi partikel dalam bentuk gelombang, dan akibatnya adalah angin sur ya menjadi d i p e r l a m b a t d a r i ke c e p a t a n supersonik menjadi subsonik. Selain i t u , i a a k a n d i p a n a s k a n , termampatkan dan dibelokkan.

self excited dynamo

Bowshock

bowshock

Ketika terjadi badai matahari, maka matahari akan melontarkan sejumlah besar partikel berenergi tinggi ke ruang antar planet, termasuk ke arah Bumi. Jika partikel-partikel tersebut langsung memasuki atmosfer Bumi, akan terjadi dampak yang cukup merusak pada berbagai macam teknologi manusia dan juga akan berdampak pada kesehatan mahluk hidup di permukaan Bumi. Mekanisme pertahanan magnetosfer pada saat badai matahari adalah :

-- Sabuk radiasi Van Allen - Arus cincin

Respon pertahanan pertama dari magnetosfer pada saat terjadi badai matahari adalah

ini akan memperlambat angin surya. Pada sekitar jarak 2 kali jari-jari bumi, partikel berenergi tinggi yang dibawa angin matahari tersebut akan dibelokkan ke sekeliling bumi didalam suatu area yang dinamakan . Ketika angin surya diperlambat energinya dirubah menjadi energi termal.

Sebagian partikel-partikel yang dibawa angin surya baik pada saat badai matahari maupun pada kondisi tenang dibelokkan oleh

kesekeliling bumi dan ke arah magnetotail, sebagian lagi partikel ada yang memasuki magnetosfer bumi melalui dibagian kutub-kutub magnet bumi dan dapat langsung mempengaruhi ionosfer. Partikel-partikel ini kemudian

Bowshock

bowshock. Bowshock

magnetosheath

bowshock

cusp

Gambar 2. Gambaran artistik magnetosfer bumi akbat interaksinya dengan angin surya. (www. universetoday.com)

Gambar 1.

( )

Gambaran artistik magnetosfer bumi berupa medan magnet dipol simetris.

www.window2universe.org

Gambar 3. Skema angin sur ya yang berinteraksi dengan magnetosfer, kemudian menghasilkan Partikel yang dibawa angin surya dibelokkan disekeliling bumi d i d a l a m s u a t u a r e a y a n g d i s e b u t magnetosheath.

(

)

bowshock.

http://sci.esa.int/cluster/28231-schematic-view- showing-bow-shock-magnetopause-magnetosphere-waves/

terjebak di sabuk radiasi Van Allen. Sabuk radiasi ini merupakan mekanisme kedua pertahanan magnetosfer bumi yang menjaga agar partikel berbahaya yang dibawa angin matahari tidak langsung m e m a s u k i a t m o s f e r b u m i . Pembahasan mengenai sabuk radiasi Van Allen dan arus cincin akan dibahas pada edisi berikutnya.¤


(9)

(GRBR) merupakan sebuah penerima digital berbasis GNU Radio dan USRP (

) (Yamamoto, 2008), yang digunakan untuk menerima

sinyal radio satelit dengan

frekuensi 150 MHz dan 400 MHz. G R B R d i g u n a k a n u n t u k pengamatan

(LSWS) dan juga untuk penelitian ( E S F ) menggunakan

(TEC) yang ditur unkan dari penerimaan sinyal radio yang dipasang di satelit

(C/NOFS) (Smitha, 2011).

Sinyal telah digunakan

untuk mempelajari efek cuaca antariksa yang disebut sintilasi (Guturu, 2007). Sintilasi merupakan variasi amplitudo dan fasa dari sebuah sinyal radio yang disebabkan oleh variasi ionosfer. Karena sintilasi yang kuat bisa menyebabkan kehilangan data dan gangguan sinyal komunikasi. Pemahaman yang lebih baik tentang efek sintilasi sangat penting untuk sinyal satelit

(GPS) dan untuk

komunikasi band (HF:

3-30 MHz) dan (VHF : 30-300 MHZ).

GNU Radio Beacon Receiver

Universal Software Radio Peripheral

beacon

large-scale wave structure E q u a t o r i a l S p r e a d F

Total Electron Content beacon Communication/ Navigation Outage Forecasting System

beacon

Global Positioning System

High Frequency Very High Frequency

GNU Radio Beacon Receiver

untuk Mengamati

Lapisan Ionosfer

Komponen utama GRBR

adalah antena, , USRP

dengan GNU-Radio, dan komputer

induk dengan OS ( )

Linux. Gambar 1 menunjukkan diagram blok GRBR. GNU-Radio adalah perangkat lunak yang dirancang untuk digunakan pada

sistem (SDR)

yaitu USRP. USRP terdiri dari yang dihubungkan dengan

komputer induk melalui USB

2.0, dan dapat dioperasikan sebagai penerima dua kanal dan pemancar dua kanal secara bersamaan. Program yang dibuat pada GNU-r a d i o m e n g i k u t i GNU-r a n c a n g a n perangkat keras radio USRP, yaitu menentukan fungsi-fungsi sistem, meng org anisasikannya dalam d i a g r a m b l o k , k e m u d i a n mengimplementasikan terhadap gelombang radio yang diterima.

pre-amplifier

Operating System

Software-Defined Radio mainboard

interface

filter

10 LPF LPF FIR filter

ANTENNA

150 MHz

BPF ANTENNA

400 MHz

BPF

10

FIR filter

GNU RADIO

150 Mhz

400 MHz

USB 2.0

NCO (Numerically Controlled Oscillator) PLL (Phase Locked Loop)

200 200

A/D

sin

cos

NCO

CIC filter CIC filter

200 200

A/D

sin

cos

NCO

CIC filter CIC

Record complex

time series of both 150 and 400 MHZ data Sound speaker

PLL daughter

board

USRP

Gambar 1:Diagram blok penerima satelit (Sumber: )

beacon http://www.rish.kyoto-u.ac.jp/digitalbeacon

Oleh :

Peberlin Sitompul dan

Timbul Manik

Bidang Teknologi Pengamatan

Beberapa satelit yang memancarkan gelombang beacon radio adalah:

- OSCAR - DMSP F15

- COSMOS - FORMOSAT

- GEOSAT - C/NOFS

- RADCAL

Cosmos adalah satelit LEO milik rusia yang melintas pada orbit polar,

sedangkan C/NOFS milik USA

yang melintas pada orbit equatorial.


(10)

Struktur perangkat lunak sistem penerima radio beacon terdiri dari program utama

y a n g m e n j a l a n k a n b e b e r a p a p r o g r a m p e n d u k u n g . digunakan untuk mengambil sinyal dari pemrosesan yang telah dilakukan di USRP ke GNU-radio. Program kedua adalah , u n t u k memroses sinyal yang telah disimpan dalam suatu file data mentah menjadi nilai TEC dan indeks sintilasi S . Dan yang ketiga adalah GRBRschedule.py yang berfungsi membuat data terkait jadwal dan lintasan satelit yang akan diterima oleh GRBR.

Antena (QFH)

adalah antena unik yang memiliki bentuk

dengan polarisasi melingkar seperti ditunjukkan di Gambar 2. Antena jenis ini dapat menerima sinyal dari arah horisontal, vertikal, maupun arah perputaran jam dengan polarisasi melingkar dari segala arah. Elemen antena GRBR untuk frekuensi 400 MHz terletak di sebelah dalam elemen antena untuk frekuensi 150 MHz sehingga dapat menghindari perubahan fasa akibat pergerakan satelit.

Metoda pengukuran GRBR a d a l a h m e n g k o m b i n a s i k a n perbedaan fasa dua frekuensi 150 M H z d a n 4 0 0 M H z y a n g dipancarkan satelit-satelit

GRBRhousekeeping.py

GRBRautorun.py

G R B R a u t o a n a l y s i s . p y

Quadrifilar Helix

beam quasi omni-directional

Low Earth 4

Orbital

beacon

(LEO). Gelombang radio dari satelit merambat melalui lapisan ionosfer, kemudian mengalami perubahan dan pembelokan arah akibat kerapatan plasma ionosfer. Pembelokannya bervariasi untuk masing-masing frekuensi yang berbeda. Dengan analisis perbedaan fasa antara kedua sinyal yang diterima, nilai TEC dan sintilasi ionosfer dapat diamati.

G a m b a r 3 m e nu n j u k k a n parameter sinyal GRBR, yang terdiri dari daya relatif dan indeks sintilasi untuk sinyal dengan frekuensi 150 dan 400 MHz dan juga hasil pengukuran TEC relatif. Daya relatif diukur mulai satelit melintasi penerima. Untuk analisa

Gambar 2.Antena dua pita 150/400 MHz

helical quadrifilar

kerapatan elektron, maka dibuat pemilihan kualitas sinyal daya, misalnya untuk frekuensi 150 MHz menggunakan kuat sinyal diatas -15 dB dan untuk frekuensi 400 MHz menggunakan -18 dB. Secara visual bisa terlihat dari gambar 3, bahwa amplitudo sinyal daya relatif pada sampling ke 100 mendekati -20 dB. Juga, nilai relatif TEC menunjukkan hasil yang tidak baik. Hal tersebut disebabkan posisi satelit yang terlalu jauh dari penerimabeacon.¤

20110319_204649_CNOFS_PTK

R

elati

ve P

o

w

er (dB

)

S4 index

R

elati

ve T

EC (T

ECU)

Gambar 3.Parameter Sinyal hasil pengamatan GRBR di stasion pengamatan Pontianak


(11)

Ulasan

CUACA ANTARIKSA

Januari – Februari 2014

Oleh :

Suratno dan R. Kesumaningrum

Bidang Matahari dan Antariksa D a l a m r e n t a n g 2 b u l a n

(Januari–Februari 2014) banyak terjadi aktivitas flare pada kelas M dan hanya terjadi 2 kali kelas X. Terdeteksi sebanyak 48 kali flare kelas M dengan 46 kali pada kelas lebih rendah dari kelas M5, sehingga pada perioda waktu ini aktivitas matahari dikategorikan pada level moderat.

Pekan pertama Januari 2104, aktivitas matahari dikategorikan pada level kuat dengan ditandai terjadinya kelas M9.9 (hampir kelas X) pada 01 Januari pukul 18:52 UT bersumber dari daerah aktif AR1936. Namun aktivitas flare ini tidak diikuti dengan fenomena lainnya seperti CME dan semburan radio, sehingga tidak berdampak pada lingkungan Bumi. Pada pekan kedua Januari ini, daerah aktif AR1944 deng an konfigurasi magnetik Beta-Gamma yang komplek menjadi sumber beberapa kelas M. Khususnya tanggal 07 Januari 2014 terdeteksi kelas M7.2 dan kelas X1.2 yang bersumber dari daerah aktif ini. Rangkaian peristiwa ini diikuti dengan peristiwa CME, semburan radio tipe II, III dan IV yang mengindikasikan terjadinya fenomena di atmosfer atas Bumi, yaitu adany peningkatan densitas angin surya dan badai magnetik. Meski tidak signifikan badai magnetic ditandai dengan penurunan indeks Dst yang terjadi pada tanggal 09 Januari 2014.

Sampai dengan 27 Januari 2014 matahari pada kondisi tenang dan aktivitas pada level sangat rendah dan baru tanggal 28 Januari kembali menunjukkan tingkat keaktifannya.

flare

flare

flare

flare

flare

Daerah aktif AR1944 yang besar dan dengan konfigurasi magnetik yang komplek muncul kembali ditepi timur belahan matahari dengan penomoran baru AR1967. Daerah aktif menjadi

sumber dan telah muncul

peristiwa kelas M4.9, M3.6 dan kelas M6.6 berturut-turut terjadi pada tanggal 27 Januari pukul 22:10 UT, 28 Januari pukul 07:31 UT dan 30 Januari pukul 16:11 UT. Peristiwa erupsi 30 Januari 2014 (kelas M6.6) diikuti dengan fenomena CME dan semburan radio tipe II (pukul 16:01 UT). Muka gelombang

flare flare

flare

kejut yang dihasilkan memiliki kelajuan 2161 km/s, namun karena posisi erupsi masih berada di tepi belahan timur matahari sehingga CME dan muka gelombang kejut tidak mengarah ke atmosfer bumi dan tidak menimbulkan dampak di bumi.

Aktivitas masih berlanjut dan sampai dengan tanggal 24 Febr uari 2014 sering ter jadi fenomena pada kelas M. Sampai dengan tanggal 09 Februari dan hampir seluruhnya bersumber dari daerah aktif AR1967 (kelanjutan dari AR1944) dan AR1968. Disamping daerah aktif tersebut AR1974 dan AR1976 yang besar dan

konfigurasi yang komplek

menjadi sumber timbulnya aktivitas dan fenomena lainnya. Sepanjang bulan Februari tercatat hanya 10 hari tanpa kelas M. Lebih dari itu sering diikuti

flare

flare

magnetic flar e

flare flare

Gambar-1.(a)Flare kelas M9.9 yang terjadi pada 01 Januari 2014 pukul 18:52 UT dan (b) kelas X1.2 yang terjadi pada 07 Januari 2104 pukul 18:30 UT. Aktivitas

flare ini bersumber dari daerah aktif AR1944

(a) (b)

Gambar-2.(a) Flare kelas M4.9 yang terjadi pada 27 Januari 2014 pukul 22:10 UT dan (b) kelas M6.6 yang terjadi pada 30 Januari 2104 pukul 16:11 UT. Aktivitas flare ini

bersumber dari daerah aktif AR1967 (lanjutan dari AR1944)


(12)

dengan fenomena CME dan semburan radio tipe II, III dan tipe IV.

Daerah aktif dengan posisi di sekitar meridian tengah dan belahan barat matahari (posisi geoefektif)

Gambar-2.Indeks Dst selama bulan Februari 2014, terlihat terjadinya badai magnetic pada tanggal 19 sampai dengan 25 Februari 2014 dengan ditandai penurunan indek Dst sampai

-123nT pada 19 Februari 2014.

berpotensi berakibat terjadinya peningkatan densitas angin surya p r o t o n d a n b a d a i m a g n e t . Peningkatan densitas angin surya proton terjadi pada tanggal 19 – 20 Februari 2014 dan tanggal 25 – 28

Februari 2014. Peristiwa badai m a g n e t i k d i t a n d a i d e n g a n penurunan indek Dst, dan pada bulan Februari ini badai berlangsung cukup lama dari tanggal 18 sampai dengan 25 Februari dan ada kemungkinan masih akan terjadi mengingat aktivitas flare masih berpotensi akan terjadi. Aktivitas magnetic ini ditandai pula dengan peningkatan indeks Kp dengan besaran K>4 dan berlangsunga pada tanggal 19 Februari 2014.

Daerah aktif AR1944 yang pada rotasi berikutnya menjadi bernomor AR1967 (28 Januari 2014), tanggal 24 Februari 2014 muncul kembali ditepi timur belahan matahari dan menjadi bernomor AR1990. Daerah aktif ini masih menunjukka tingkat keaktifannya dan menjadi sumber sangat kuat (kelas X4.9) terjadi pada 25 Februari 2014 pukul 00:49 U T. D a e r a h a k t i f A R 1 9 4 4 diperkirakan bertahan 3 (tiga) rotasi.

Seperti halnya bumi yang berotasi dengan perioda 24 jam, begitu pula dengan matahari berotasi dengan perioda rata-rata 27,3 hari. Adalah daerah aktif AR1944 yang lahir ketika masih dibalik belahan matahari merupakan daerah aktif yang besar dan dengan konfigurasi magnetic yang komplek (Beta-Gamma). Muncul di tepi timur belahan matahari pada 02 Januari 2014 dan menjadi sumber keaktifan

matahari ( , lontaran massa

korona/CME, semburan radio). Gambar-4 adalah petikan rotasi daerah aktif AR1944. Tanggal 14 Januari berada di tepi barat dan tanggal 28 Januari muncul kembali di tepi timur belahan matahari yang kemudian ditandai dengan urutan n o m o r A R 1 9 6 7 . A R 1 9 6 7 mengalami satu rotasi dan muncul di tepi timur belahan matahari pada 25 Februari 2014 yang ditandai dengan

urutan nomor AR1990. Sampai

akhir Februari ini masih tetap ada telah berada pada posisi waktu rotasi ketiga.

flare

flare

¤

Gambar-3.(a) kelas X4.9 yang terjadi pada 25 Februari 2014 pukul 00:49 UT dan (b) semburan radio matahari yang bersamaan dengan peristiwa tersebut. Aktivitas

ini bersumber dari daerah aktif AR1990 (lanjutan dari AR1967 dan AR1944)

Flare

flare flare

(a) (b)

Gambar-4.Pergeseran rotasi daerah aktif AR1944 muncul 02 Januari 2014 di tepi timur, 14 Januari 2014 di tepi barat dan 28 Januari 2014 muncul kembali di tepi timur belahan matahari

dengan nomor AR1967, mengalami satu rotasi dan muncul di tepi timur belahan matahari pada 25 Februari 2014 ditandai sebagai AR1990.

2 Januari 2014 14 Januari 2014 28 Januari 2014


(13)

Radiasi sinar-X meningkat secara gradual dari 2-5 Desember. Sebuah filamen di dekat NOAA 1909 (S17W32) bererupsi pada 5 Desember sekitar pukul 21 UT dan diperkirakan mencapai bumi karena terjadi di sekitar 30° Barat. Pada 6-8 Desember, kurva tetap berada di bawah level C dengan sebuah M1.2 pada 7 Desember yang berasosiasi dengan sebuah CME h a l o p a r s i a l . P l a s m a y a n g dilontarkan mengarah ke bawah bidang ekliptika. NOAA 1912 melepaskan sebuah flare berdurasi

panjang ( )

kelas C4.6 yang mencapai puncak pada tanggal 12 Desember pukul 03:36 UT. Filamen di dekatnya menjadi tak stabil dan bererupsi. CME yang mengarah ke selatan-barat diamati C2/LASCO pada

flare

Long Duration Event/LDE

03:36 UT dengan laju sekitar 1000 km/det. Tak lama kemudian sebuah filamen di piringan matahari di bawah NOAA 1917 bererupsi ke a r a h s e l a t a n - t i m u r d a n memunculkan CME yang mulai diamati C2/LASCO pada pukul 06:42 UT dengan laju sekitar 700 km/det. Tanggal 13 Desember, dua CME terjadi di selatan-timur C2/LASCO antara 20 dan 21 UT. Hal ini berlanjut pada 14 Desember di tepi timur dan selatan-barat. Namun di piringan matahari tidak diamati peristiwa apapun sehing g a disimpulkan bahwa sumber kedua CME tersebut berada di tepi sisi matahari yang menjauhi matahari sehingga tidak berdampak ke bumi. Selama periode 16-29 Desember, dicatat 100 C dan 13 M yang sebagian besar berasal

dari NOAA 1928 dan terkuat

adalah kelas M3.5 dari NOAA 1934 tanggal 19 Desember pukul 23:19 UT. Sebuah CME yang mulai diamati C2/LASCO tanggal 16 D e s e m b e r p u k u l 2 1 : 2 7 U T berasosiasi dengan LDE C3.1, bergerak menuju barat dengan laju sekitar 650 km/det namun tidak mencapai bumi. Pada 23 dan 24 Desember, sejumlah besar (termasuk empat M) dihasilkan o l e h N O A A 1 9 2 8 y a n g berkonfigurasi magnetik

beta-flare flare

flare

flare

flare flare

gamma. Daerah aktif beta-gamma lainnya, NOAA 1934 dan 1936, juga mulai melepaskan beberapa flare C t a n g g a l 2 5 D e s e m b e r d a n

seterusnya. M6.4 pada 31

Desember pukul 21:58 UT dan M9.9 pada 1 Januari pukul 18:52 UT berasosiasi dengan CME lambat.

NOAA 1944 menghasilkan M4.0 pada 4 Januari pukul 19:46 UT. Flare ini berasosiasi dengan sebuah CME yang bergerak menuju selatan. Sebuah M2.0 bererupsi tanggal 4 Januari pukul 22:52 UT dari NOAA 1936 yang berlokasi di tepi barat, berasosiasi dengan CME yang bergerak menuju barat.

NOAA 1944 berkonfigurasi beta-gamma-delta berinteraksi kuat secara magnetik dengan NOAA 1946 dan daerah aktif tunabintik

NOAA 1943. X1.2 tanggal 7

Januari berasal dari tepi barat NOAA 1944 dan bagian belakang NOAA 1943, berasosiasi dengan CME halo asimetrik, semburan radio tipe II,

Flare

flare

flare

Flare Gambar 2.CME halo parsial 25 Februari

2014 yang mengikuti X4.9 dari daerah aktif NOAA 1990. (Sumber:

)

flare

Solar and Heliospheric Observatory

Bulan Prediksi BilanganSunspot

Desember 2014 Januari 2015 November 2014

Februari 2015 Maret 2014 April 2014 Mei 2014

57,6 ±11 56,5 ±12

54,2 ±12 52,9 ±12 63,7 ±8 62,6 ±9 61,5 ±9 60,6 ±10 59,7 ±10 58,7 ±11

Oktober 2014 September 2014

55,4 ±12

(metode filter Kalman, ):

http://sidc.oma.be/ products/kalfil Juni 2014

Juli 2014 Agustus 2014

Aktivitas Matahari

Desember 2013-Dsember 2014

Oleh :

Santi Sulistiani

Bidang Matahari dan Antariksa

Prediksi Bilangan Sunspot Bulanan

periode


(14)

[Created at 2014-02-27 15:05UT]

Gambar 1.Indeks Dst bulan Desember 2013 memperlihatkan 1 kejadian badai menengah pada tanggal 8 Desember 2013 dan 2 kejadian badai kecil pada tanggal 14 dan 25

Desember 2013. dan gelombang EUV. CME tersebut

bergerak ke selatan-barat dengan laju sekitar 1500-2300 km/det (bergantung data dan model yang digunakan). Sebuah M1.3 pada 13 Januari mencapai puncak pukul 21:51 UT berasal dari NOAA 1944 dan berasosiasi dengan CME yang tidak mengarah ke bumi. Tanggal 14 Januari pukul 08:30 UT terjadi erupsi dari NOAA 1950, berasosiasi dengan CME halo parsial yang diamati C2 LASCO/SOHO pada 09:36 UT. CME ini memiliki lebar sudut sekitar 180° dan laju sekitar 400 km/det menuju barat garis penghubung matahari-bumi. Sebuah CME halo parsial lainnya mulai diamati C2 LASCO/SOHO tanggal 16 Januari pukul 23:12 UT, berasosiasi dengan C6.2 yang mencapai puncak pukul 21:39 UT. Lebar sudut CME ini sekitar 190° dengan laju sekitar 500 km/det dan

flare

flare

m e n g a r a h k e s e l a t a n g a r i s penghubung matahari-bumi.

Selanjutnya matahari terus

melepaskan puluhan kelas M

dan lebih banyak lagi kelas C, banyak di antaranya diikuti oleh CME halo/halo parsial. Beberapa CME halo yang terjadi selama bulan Februari berasal dari daerah aktif yang berada di piringan matahari yang menjauhi bumi sehingga tidak berdampak ke bumi.

Tanggal 25 Februari terjadi paling kuat dalam tiga bulan terakhir yaitu kelas X4.9 yang mencapai puncak pada pukul 00:49 UT. Flare ini berasal dari daerah aktif NOAA 1990 (S12E77) yang masih bertahan di permukaan matahari selama tiga kali rotasi matahari, dinomori 1918, 1944, dan 1967 pada tiga rotasi

sebelumnya. X4.9 tersebut

diikuti oleh deteksi semburan radio

flare flare

flare

Flare

tipe II dan sebuah CME halo parsial yang diperkirakan memiliki laju sekitar 2000 km/det. Namun karena posisi sumber yang berada di tepi piringan matahari maka peristiwa ini tidak berdampak ke bumi.¤

Sumber:

Kamus Istilah : Flare LDE (

):

Daerah aktif tunabintik :

- spaceweather.com - sidc.oma.be

flare

1.

peristiwa yang

berlangsung lebih dari 1 jam.

2. daerah

a k t i f y a n g s u d a h t i d a k menunjukkan keberadaan bintik matahari karena telah meluruh namun masih dapat dideteksi adanya medan magnet yang kuat pada daerah tersebut

Long duration event

Aktivitas Geomagnet

Desember 2013 – Februari 2014

Oleh :

Visca Wellyanita dan Cucu E. Haryanto

Bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa Sepanjang bulan Desember

2013 – Februari 2014, aktivitas geomagnet mengalami tujuh kali penurunan indeks Dst < -50 nT. Pe n u r u n a n i n d e k s D s t i n i mengindikasikan adanya badai geomagnet.

Aktivitas geomagnet pada bulan Desember 2013 terjadi badai geomagnet skala menengah dan dua kali badai geomagnet skala kecil. Badai geomagnet skala menengah terjadi pada tanggal 8 Desember 2013 dengan nilai Dst turun sampai -66 nT. Sedangkan dua badai lainnya yang berskala kecil terjadi pada tanggal 14 Desember 2013 dengan nilai Dst terendah -37 nT dan pada tanggal 25 Desember 2013 dengan nilai Dst terendah -35 nT.

Bulan Januari tidak terjadi penurunan nilai Dst. Sehingga pada bulan ini dapat dikatakan aktivitas geomagnet cenderung tenang.

Sedangkan pada bulan Februari 2 0 1 4 b a n y a k t e r j a d i b a d a i geomagnet. Terdapat 5 (lima) kejadian badai geomagnet dengan skala badai menengah sampai badai

besar. Pada tanggal 18 Februari 2014 g e o m a g n e t d a l a m k e a d a a n terganggu dengan dua kejadian badai dengan skala besar dan menengah yang diakibatkan oleh lontaran massa korona (CME) pada tanggal 16 Februari 2014. Puncak badai pertama terjadi pada tanggal 19 Februari 2014 dengan nilai Dst


(15)

terendah -123 nT. Puncak badai kedua terjadi pada tanggal 20 Februari 2013 dengan nilai Dst t e r e n d a h - 9 5 n T. S t a s i u n Kototabang pada tang gal 19 Februari 2014 menunjukan nilai indeks K = 6 dan pada tanggal 20 Februari 2014 nilai indeks K = 6. Indeks tersebut menandakan bahwa gang guan yang berupa badai geomagnet terdeteksi secara global sehingga dapat teramati juga pada stasiun Kototabang dan beberapa stasiun geomagnet lainnya di Indonesia.

Pada saat fase pemulihan badai geomagnet terjadi kembali peristiwa CME dan erupsi prominens pada tanggal 20 Februari 2014, yang disertai peristiwa semburan radio tipe II, III, dan IV. Aktivitas matahari ini mengakibatkan nilai Dst kembali turun. Pada tanggal 21 Februari 2014 terjadi kembali badai geomagnet skala menengah dengan nilai Dst terendah – 55 nT dan indeks K = 5 di stasiun Kototabang. Kemudian diikuti oleh 2 badai geomagnet skala menengah lainnya yaitu pada tanggal 22 Februari 2014 dengan nilai Dst terendah -66 nT dengan indeks K = 4 dan pada tanggal 23 Februari 2014 dengan nilai Dst terendah -59 nT dengan indeks K = 5 di stasiun Kototabang.

Badai geomagnet yang terjadi mulai tanggal 18-23 Februari 2014 bersifat gradual dan berlangsung pada waktu yang cukup lama dikarenakan peristiwa semburan radio tipe II, III, dan IV yang berlangsung terus menerus.

Pada tanggal 24 Februari 2014, kembali terjadi peristiwa CME dan diikuti oleh semburan radio tipe II dan IV. Akibat dari peristiwa ini aktivitas g eomagnet kembali terganggu dengan terjadinya badai besar pada tanggal 27 Februari 2014 dengan nilai Dst terendah-102 nT dan indeks K = 5 di stasiun Kototabang.¤

Indeks-K Geomagnet Januari 2014 Stasiun Kototabang (KTB)

[Created at2014-02-27 15:05UT]

[Created at2014-02-27 15:05UT]

Gambar 2.Indeks Dst bulan Januari 2014 memperlihatkan aktivitas geomagnet yang cenderung tenang.

Gambar 3.Indeks Dst bulan Februari 2014 memperlihatkan 2 kejadian badai besar pada tanggal 19 dan 24 Februari 2014 dan 4 kejadian badai menengah pada tanggal 20, 21, 22

dan 23 Februari 2014.

01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

00-03 03-06 06-09 09-12 12-15 15-18 18-21 21-24

JAM (UT) TGL 0 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 1 3 2 3 2 0 2 2 2 3 2 1 1 1 1 0 3 0 0 0 2 4 3 1 1 0 3 2 3 2 4 3 3 0 3 0 1 2 0 4 3 1 2 0 2 0 3 3 1 1 0 3 4 4 0 2 2 3 2 4 0 3 2 2 2 4 0 2 2 0 3 3 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 2 4 4 3 2 3 3 3 4 0 1 3 1 2 3 1 0 2 1 3 3 1 0 1 1 2 2 2 1 1 2 5 4 3 2 2 2 2 2 3 2 0 3 2 2 2 0 0 0 1 2 2 1 0 2 3 2 1 1 0 1 2 4 3 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 0 0 0 1 2 1 0 1 2 1 2 1 1 0 1 2 4 2 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 0 1 0 2 3 0 0 2 2 2 2 2 0 0 0 1 3 3 3 2 2 2 2 1 0 2 1 2 2 3 2 1 2 0 1 3 2 0 0 1 2 1 1 0 0 0 1


(16)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 WAKTU (WIB)

SIRKIT / FREKUENSI

Watukosek-Bandung

Pontianak-Bandung

Manado-Bandung Kupang-Bandung Frekuensi 7 MHz

Frekuensi 7 MHz

Frekuensi 18 MHz Frekuensi 10 MHz

Frekuensi 10 MHz Frekuensi 18 MHz

Frekuensi 21 MHz Frekuensi 14 MHz

Frekuensi 14 MHz Frekuensi 21 MHz

Frekuensi 25 MHz

Keterangan : Frekuensi dapat digunakan Frekuensi tidak dapat digunakan

Tabel 1.Keberhasilan Komunikasi Selama bulan Januari 2014 Dari pengamatan jaringan

stasiun ALE (

) sirkit Watukosek – Bandung selama bulan Januari 2014, dapat dilihat bahwa frekuensi 7 MHz dapat di gunakan untuk komunikasi selama 24 jam, sedangkan frekuensi 10 dapat digunakan siang dan malam hari kecuali pada jam 3.00 sampai 8.00 WIB. Frekuensi 14 MHz memiliki keberhasilan tinggi pada jam 11.00 sampai 24.00.

Pada sirkit Pontianak – Bandung selama bulan Januari 2014, frekuensi 7 MHz umumnya tidak dapat digunakan pada pagi hingga sore hari (7.00 – 15.00). Frekuensi 10 MHz dapat dipakai sepanjang hari selama 24 jam,kecuali pada pukul 4.00-7.00 sedangkan frekuensi 14 MHz dapat dipakai selama 24 jam kecuali pukul 3.00-8.00 WIB.

Automatic Link Establishment

Kondisi

Propagasi dan Prediksi Indeks T

Regional Indonesia

Oleh :

Annis Siradj Mardiani

Bidang Ionosfer dan Telekomunikasi


(17)

Pada sirkit Manado-Bandung selama Januari 2014, frekuensi 18 MHz dapat digunakan sepanjang hari selama 24 jam kecuali pada pukul 3.00-7.00 WIB sedangkan frekuensi 21memiliki keberhasilan cukup tinggi antara pukul 10.00-21.00 WIB.

U n t u k s i r k i t K u p a n g -Bandung selama Januari 2014, f r e k u e n s i 1 8 M H z d a p a t digunakan sepanjang hari selama 24 jam kecuali pada pukul 4.00-7.00 WIB sedangkan frekuensi 21MHz juga dapat digunakan selama 24 jam kecuali pukul 3.00-11.00 WIB. Frekuensi 25MHz memiliki keberhasilan cukup tinggi antara pukul 11.00-23.00 WIB. Tabel 1 merangkum frekuensi keberhasilan komunikasi keempat sirkit tersebut selama bulan Januari 2014. Sedangkan kondisi ionosfer yang dipantau melalui ionosonda di Tanjungsari, Sumedang selama p e r i o d e F e b r u a r i 2 0 1 4 menunjukkan nilai maksimum harian foF2 stabil sepanjang

Februari 2014 berkisar antara 12-14 MHz (Gambar 2).

Untuk pemilihan frekuensi kerja sesuai sirkit, para operator dapat mengacu pada buku prediksi frekuensi komunikasi HF triwulan II tahun 2014 yang diterbitkan LAPAN. Gambar 1.Komunikasi j a r i n g a n A L E Wa t u ko s e k -Bandung, Pontianak--Bandung, Manado-Bandung serta Kupang – Bandung selama Januari 2014.¤

Regional

Th. 2014

Th. 2015

87

86

84

82

80

77

76

76

75

74

74

73


(18)

SPICA :

Sistem Pemantauan dan

Informasi Cuaca Antariksa

Oleh :

Kepala Pusat Sains Antariksa

Clara Y. Yatini

Cuaca antariksa menunjukkan kondisi di ruang antara bumi dan matahari. Cuaca antariksa meliputi matahari, ruang antara bumi dan m a t a h a r i , s e r t a b u m i d a n lingkungannya. Ber mula dari matahari, benda antariksa yang paling menentukan kondisi cuaca antariksa. Dengan semburan energi dan partikel-partikelnya matahari mampu menciptakan kondisi yang tidak menentu dan berdampak buruk bagi teknologi modern. Lapisan ionosfer yang terpapar r a d i a s i i n i a k a n m e n g a l a m i perubahan yang mengakibatkan tergangunya komunikasi, baik

komunikasi terestrial di bumi maupun komnikasi antara satelit ke bumi dan sebaliknya. Bukan hanya komunikasi, navigasipun akan merasakan dampak aktivitas matahari ini.

Bukan hanya itu, partikel matahari memberikan dampak yang tidak kalah buruknya terhadap bumi. M e s k i p u n b u m i m e m i l i k i magnetosfer sebag ai tameng terhadaps erangan partikel-partikel ini, tetapi begitu terjadi rekoneksi antara medan magnet bumi dengan medan magnet antarplanet, tidak ada lagi yang menghalangi masuknya partikel-partikel yang berenergi

tinggi ini. Satelit, survey geomagnet, bahkan jaringan listrikpun akan terkena dampaknya.

Pusat Sains Antariksa, sebagai unit kerja yang memiliki kompetensi dan tugas di bidang sains antariksa tentu harus menjawab tantangan untuk melakukan mitigasi terhadap dampak yang merugikan akibat cuaca antariksa. Dilakukanlah penelitian dan pengembangan dibidang matahari, lingkungan antariksa, geomagnet dan magnet antariksa, serta ionosfer dan telekomunikasi, yang didukung oleh bidang teknologi pengamatan. Berbagai program dikembangkan, yang terintegrasi dalam program cuaca antariksa

Bidang Matahari dan Antariksa melaksanakan program penelitian fisika matahari untuk memahami p e r i l a k u m a t a h a r i d a n memprakirakan aktivitasnya, serta mempelajari fenomena matahari dan l i n g k u n g a n a n t a r i k s a y a n g berdampak pada bumi. Disamping itu, pengaruh aktivitas matahari pada orbit dan operasional satelit juga menjadi perhatian khusus. Isu sampah antariksa juga terus diteliti dan dikaji secara intensif.

Bidang Geomagnet dan Magnet Antariksa melakukan penelitian dan pemodelan yang berkaitan dengan magnetosfer dan medan magnet bumi. Pengaruh aktivitas matahari terhadap medan magnet bumi merupakan faktor penting untuk

Ruang Pemantauan Cuaca Antariksa


(19)

melakukan koreksi terhadap pengamatan medan magnet bumi.

Pengaruh aktivitas matahari terhadap dinamika di ionosfer, navigasi, dan komunikasi frekuensi tinggi HF, serta fenomena kopling di atmosfer merupakan program penelitian yang dilaksanakan oleh B i d a n g I o n o s f e r d a n Telekomunikasi.

Adapun Bidang Teknologi Pengamatan melakukan penelitian dan kajian terhadap peralatan dan metode pengamatan antariksa serta mengembangkan sistem transfer data dan pembangunan basis data antariksa.

Untuk memonitor kondisi cuaca antariksa ini Pusat Sains Antariksa melakukan pengamatan dengan menggunakan peralatan yang tersebar di berbagai wilayah di

Pemantauan Matahari dan

Benda Jatuh Antariksa

Pemantauan Ionosfer dan Informasinya

Indonesia. Pengamatan matahari dilakukan secara optik dan radio, dilakukan di Sumedang dan Watukosek Jawa Timur. Pengamatan i o n o s f e r d e n g a n berbagai peralatan dan m e t o d e , d e n g a n i o n o s o n d a , A L E ,

GISTM, ,

radio HF, dilakukan tersebar di hampir s e l u r u h w i l a y a h Indonesia. Di beberapa lokasi di Sumatera, Jawa , K a l i m a n t a n , S u l a w e s i , N u s a Te n g g a r a h i n g g a Papua, baik di lokasi stasiun pengamatan milik Lapan sendiri, maupun bekerja sama d e n g a n i n s t a n s i maupun pergur uan t i n g g i s e t e m p a t .

Radio Beacon

Kondisi magnetosfer dan medan magnet bumi diamati dengan magnetometer di sebelas lokasi, yang terbentang dari Indonesia bagian Barat sampai Indonesia Timur, bekerjasama dengan institusi dalam dan luar negri. Hampir semua data y a n g d i p e r o l e h d i s t a s i u n pengamatan dikirim ke Bandung dan diolah secara near real time melalui jaring an transfer data ser ta pengolahannya yang dibangun secara terintegrasi.

Pemantauan cuaca antariksa dilakukan oleh Pusat Sains Antariksa L A PA N s e j a k t a h u n 2 0 0 9 . Pemantauan ini dikembangkan s e h i n g g a p e m a n t a u a n d a p a t dilakukan secara terus menerus dan terintegrasi untuk menghasilkan informasi tentang cuaca antariksa dalam suatu sistem yang diberi nama Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa (SPICA) yang telah diluncurkan pada tanggal 27 Januari 2014 dan diresmikan oleh Kepala LAPAN.

SPICA merupakan suatu sistem p e m a n t a u a n d a n i n f o r m a s i m e n g e n a i k o n d i s i b e r b a g a i parameter cuaca antariksa. Kondisi matahari, ionosfer, dan magnetosfer yang digambarkan dengan data yang diperoleh dari seluruh stasiun pengamatan diperlihatkan di ruang pemantauan.


(20)

Pe m a n t a u a n a k t iv i t a s matahari dilakukan dengan teleskop optik dan radio. Informasi yang diperoleh dari teleskop optik berupa sket sunspot dan citra matahari, sedangkan pantauan matahari deng an g elombang radio diperoleh dari peralatan

yang terletak di Loka Pengamatan Dirgantara Sumedang, yang memantau matahari pada frekuensi 18 sampai 1800 MHz. Pemantauan b e n d a j a t u h a n t a r i k s a difokuskan pada pemantauan satelit yang melewati wilayah Indonesia saja. Informasi ini diperbaharui ( ) secara terus menerus setiap 5 menit.

Pemantauan ionosfer dan informasinya merupakan bagian penting untuk mengetahui k o n d i s i i o n o s f e r d a n prakiraannya. Data ionosfer diperoleh dari hampir seluruh stasiun pengamatan ionosfer yang tersebar di selur uh Indonesia.

Pengamatan geomagnet dilakukan di sebelas stasiun pengamatan. Data pengamatan yang diperoleh dari seluruh lokasi ini dapat dipantau dari Bandung, karena data tersebut dikirim secara near real time setiap lima atau sepuluh menit.

Solar Radio Spectrograph

update

Pemantauan

Geomagnet dan

Pengolahan datanya

Pemantauan kondisi jaringan dan transfer data

Data kemudian diolah segera untuk mendapatkan informasi mengenai gangguan geomagnet.

Semua data yang diperlukan dalam sistem pemantauan dan infor masi ini tentu sangat memerlukan transfer data yang lancar dan jaringan yang selalu terjaga. Untuk itu diperlukan pemantauan yang kontinyu terhadap kondisi jaringan dan transfer data dari seluruh lokasi pengamatan. Dengan cara ini kondisi jaringan maupun transfer data yang terganggu dapat segera d i ke t a h u i d a n d i u s a h a k a n nsolusinya.

Informasi mengenai cuaca antariksa ini disampaikan juga pada website Lapan Bandung, dan publikasi-publikasi seperti dalam Buletin Cuaca Antariksa, infor masi ming guan cuaca antariksa, serta publikasi ilmiah lainnya. Dengan Visi Menjadi P u s a t K e u n g g u l a n S a i n s Antariksa maka Pusat Sains A n t a r i k s a a k a n t e r u s meningkatkan kualitas dan kuantitas litbang serta layanan masyarakat. Sistem Pemantauan dan Informasi Cuaca Antariksa (SPICA) ini adalah salah satu komponen yang sangat penting untuk mewujudkan visi ini.


(21)

ASTINA

MEDIA UNTUK MENJELASKAN,

MENCERDASKAN DAN MENGINGATKAN

Diawali dari kegiatan yang dilakukan pada tahun 2010, Badan P e n g k a j i a n d a n P e n e r a p a n Teknologi (BPPT) menggulirkan program pengembangan teknologi berbasis pemberdayaan pemuda dan masyarakat. Melalui pengajuan proposal kegiatan, Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) berhasil mendapatkan dana untuk melakukan kegiatan yang dibiayai oleh BPPT. Program tersebut adalah pembuatan Sistem Informasi Satelit Peringatan Dini Bencana (

) yang l e b i h d i ke n a l d e n g a n n a m a S A D E WA . S a m p a i s a a t i n i pengembangan programnya sudah

sampai generasi , dan

sedang dikembangk .

Pada akhir tahun 2013, melalui evaluasi jajaran pimpinan LAPAN, PSTA (termasuk kepada satuan kerja lain) diminta untuk membuat dan

atau mengembangkan .

Fasilitas media center ini diarahkan untuk mendukung kegiatan layanan infor masi kepada masyarakat pengguna. Layanan informasi ini merupakan bagian dari pelayanan

Satellite Disaster Early Warning System

media center

SADEWA 2.0β an SADEWA 3.0β

Oleh :

Pranata Humas Muda

Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer

Sudirman

p u b l i k y a n g s u d a h m e n j a d i kewajiban institusi pemerintah (Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik). Jadi, mengacu kepada regulasi pelayanan p u b l i k p e m b u a t a n a t a u pengembangan media layanan informasi itu merupakan amanat undang-undang.

Berbekal semua potensi yang ada di PSTA serta keinginan luhur untuk memberikan manfaat bagi m a s y a r a k a t p e n g g u n a , dilaksanakanlah pembangunan

Media Center

Atmospheric Science and Technology Information System

PSTA yang bernama ASTINA. Pembangunan media center tersebut memakan waktu kurang lebih 2 bulan, dan diresmikan langsung oleh Kepala LAPAN pada hari Senin, tanggal 27 Januari 2014.

ASTINA yang mer upakan singkatan dari

, adalah tampilan multi media dari sebuah sistem informasi di bidang sains dan teknologi atmosfer. ASTINA memberikan informasi pengamatan atmosfer berbasis satelit, radar, airborne dan in-situ mengenai dinamika, fisika dan komposisi atmosfer; prediksi kondisi atmosfer jangka pendek, menengah dan panjang berbasis model-model dinamik dan statistik; serta analisis dan kajian sains dan teknologi atmosfer.

D i h a r a p k a n k e b e r a d a a n ASTINA dapat berperan sebagai komponen dari sistem pendukung k e p u t u s a n u n t u k m e m b a n t u pengguna memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Ini j u g a d i p a k a i s e b a g a i d a s a r pengambilan keputusan dan kebijakan di sektor-sektor terkait seperti layanan informasi cuaca/iklim, pertanian, perhubungan, energi, lingkungan hidup, sumber daya air, kesehatan, penang gulang an bencana, dan pendidikan. Sistem Pendukung Apa itu ASTINA?


(22)

Keputusan (

) di PSTA dapat digambarkan seperti ditunjukkan pada gambar 1.

D a r i r a n g k a i a n S i s t e m Pendukung Keputusan tersebut, jelas tergambar proses yang berawal dari tugas pokok dan fungsi PSTA tidak berhenti pada tahap dan tetapi harus sampai pada tahap impact yaitu memberi manfaat kepada masyarakat dan bangsa. Target proses ini penting s e b a g a i s a l a h s a t u p e r t a n g g u n g j a w a b a n d a r i ke percayaan yang diberikan pemerintah dan masyarakat melalui kewenangan dan anggaran yang diberikan. LAPAN , dalam hal ini PSTA memperoleh anggaran biaya dari APBN yang salah satunya berasal dari pajak yang dibayarkan masyarakat. Dengan kata lain, diharapkan keberadaan ASTINA dapat memberi bukti manfaat bagi masyarakat.

ASTINA merupakan

yang berada di dalam sebuah ruangan berukuran kurang lebih 12 meter x 3 meter. Dalam ruangan yang tidak terlalu luas tersebut terdapat komponen-komponen yang merepresentasikan kegiatan litbang di PSTA. Di wilayah

Decision Supporting System

output outcome,

media center

Ada apa saja di ASTINA?

“ N e g a r a A S T I N A” t e r s e b u t terdapat komponen-komponen di bawah ini:

-; merupakan sebuah presentasi multi-media yang menampilkan berbagai i n f o r m a s i m e n g e n a i p e r k e m b a n g a n k e g i a t a n penelitian, pengembangan dan pemanfaatan di bidang sains dan teknologi atmosfer. Litbang dimaksud yang dilakukan di Indonesia maupun di dunia yang bertujuan untuk memberikan p e n g e t a h u a n , w a w a s a n , benchmark dan state of the art di bidang sains dan teknologi atmosfer. Diharapkan melalui keberadaan “Yudistyra” para peneliti bisa mengetahui dan memahami isu dalam riset sains dan teknologi atmosfer.

-merupakan model dinamika atmosfer global dan regional berbasis PC yang dikembangkan sebagai modul pembelajaran interaktif di bidang sains dan teknologi atmosfer. Dengan fasilitas ini pengguna Y u d i s t y r a (

)

Bima (Bimbingan Interaktif Model Atmosfer);

Y e a r n t o Understand Issues in Science and Technology Research of the Atmosphere

dapat melakukan eksperimen simulasi dan prediksi dinamika atmosfer global dan regional untuk mempelajari perilaku atmosfer bumi. Melalui media ini diharapkan dapat dilakukan bimbingan interaktif model atmosfer.

-Lorong penjelajahan atmosfer, merupakan media visual tiga dimensi. Dengan media ini peng guna dapat melakukan penjelajahan ke dalam atmosfer bumi untuk melihat hasil pengamatan berbasis satelit, radar, airborne dan in-situ, serta prediksi kondisi atmosfer jangka pendek, menengah, dan panjang berbasis model-model dinamik dan statistik.

-merupakan sebuah presentasi multi-media yang bertujuan u n t u k m e m p e r k e n a l k a n kompetensi utama LAPAN dan Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA). Tujuannya untuk mempersatukan langkah kegiatan org anisasi dalam m e n c a p a i t u j u a n s e r t a memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pemirsa.

-adalah sebuah sistem peringatan dini bencana berbasis satelit MTSAT. Sistem ini bekerja dengan memonitor kejadian hujan e k s t r i m y a n g b e r p o t e n s i menimbulkan bencana banjir dan longsor di seluruh wilayah Indonesia dengan resolusi 5 km2 yang mendekati real time. Sistem ini dapat mengirimkan informasi peringatan dini melalui website, e-mail dan pesan singkat (SMS) kepada pihak-pihak yang terkait d e n g a n p e n a n g g u l a n g a n bencana.

Arjuna ( );

Nakula (Narasi Kompetensi U t a m a L A PA N - P S TA ) ;

Sadewa (

);

Atmospheric Journey Arcade

Satellite Disaster Early Warning System


(23)

Menjelaskan, Mencerdaskan, dan Mengingatkan

Apakah mungkin sebuah media center berfungsi dalam proses pembelajaran kepada masyarakat? Lebih jauh lagi, bisakah ia berperan mensejahterakan masyarakat? Jawabannya, sangat mungkin!. Kaitannya dengan hal ini, secara teoritis sesuai deng an yang dinyatakan Agus Dwiyanto (2011), bahwa media layanan informasi publik - apapun bentuknya–sangat strategis karena menjadi arena interaksi antara pemerintah dengan warganya. Warga masyarakat rela membayar pajak dan memberikan mandat kepada pemerintah untuk menggunakan pajak tersebut guna melayani kebutuhan barang dan jasa dalam mewujudkan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat.

Hal yang sama dinyatakan jajaran pimpinan LAPAN pada saat

peresmian ASTINA,

bahwa keberhasilan membangun ini harus lebih menambah kontribusi institusi dalam memberi manfaat kepada masyarakat. Media center ASTINA dengan muatan materi hasil litbang sains dan teknologi atmosfer harus mampu melaksanakan 3 fungsi penting: menjelaskan, mencerdaskan, dan

mengingatkan!. ini harus

media center media center

Media center

users friendly

media center

! Menjelaskan, dalam arti media center ASTINA harus m a m p u m e m b e r i g a m b a r a n , keterangan, dan penjelasan tentang fenomena dan kondisi alam. ASTINA harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang kejadian-kejadian alam sesuai kewenangan dan tupoksi institusi. Mencerdaskan, artinya

dengan adanya ASTINA

h a r u s m a m p u m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i d a l a m p r o s e s m e n c e r d a s k a n m a s y a r a k a t , mencerdaskan kehidupan bangsa. Sisi pendidikan harus menjadi misi yang utama. Di sini harus ada reorientasi, bahwa misi pendidikan bukan tugas sampingan melainkan tugas yang penting. Dan yang terakhir: mengingatkan, pada situasi dan kondisi bencana tertentu media ASTINA harus bisa berfungsi m e n g i n g a t k a n . P r o s e s mengingatkan ini tentunya melalui pihak-pihak terkait menggunakan prosedur sesuai kewenangan yang ada.

Disepakati benar oleh jajaran pimpinan dan pihak terkait di PSTA, bahwa acara peresmian ASTINA bukan akhir sebuah upaya dan karya. Momen peresmian merupakan awal komitmen pengembangan media Basis Pengembangan

center yang akan penuh dengan perekayasaan, pencurahan ide, dan organisasi pembelajaran (

). Dipastikan bahwa pengembangan ASTINA akan terus bergulir seiring dinamika litbang sains dan teknologi atmosfer, baik teknis, isi, sarana prasarana dan anggaran biaya. Pengembangan ASTINA tidak hanya tentang tugas pokok dan fungsi PSTA, tetapi diharapkan dengan wahana yang ada bisa menampilkan kegiatan penting di unit kerja lain. Misalnya ketika ada kegiatan peluncuran roket, satelit, dan kegiatan penting lainnya, hal ini bisa disaksikan langsung di

ASTINA melalui .

Namun har us dicer mati bahwa basis pengembangan ke depan tidak hanya ditentukan oleh kegiatan litbang sains dan teknologi atmosfer di PSTA, tapi lebih banyak akan ditentukan oleh kebutuhan pengguna. Dengan demikian mutlak diperlukan interaksi dan komunikasi antara P S T A d e n g a n m a s y a r a k a t pengguna. Ada tiga kelompok besar kategori pengguna PSTA; publik umum, mitra instansi, dan internal institusi. Para pengguna i n i l a h y a n g h a r u s d i b e r i k e s e m p a t a n m e n i n j a u , mempelajari, memanfaatkan, dan menilai keberadaan media center ASTINA. Selanjutnya diharapkan mereka akan memberi masukan, saran, koreksi, serta catatan kebutuhan layanan informasi hasil litbang PSTA. Dengan demikian, yang menjadi basis pengembangan media center ASTINA adalah kebutuhan dari para pemakai. Akhirnya diharapkan keberadaan media center ASTINA semakin tepat guna dan tepat sasaran d e n g a n m i s i : m e n j e l a s k a n , mencerdaskan, dan mengingatkan. Semoga saja.

learning organization

live streaming


(24)

M

APRIL

(8 APRIL 2014) Planet Mars berada pada posisi oposisi dan berada pada jarak terdekatnya dengan bumi. Teleskop sederhana bisa mengamati beberapa detail di permukaannya, termasuk tudung kutubnya.

(15 APRIL 2014) BULAN PURNAMA

Fase berlangsung pada pukul 07:32 UT. Berlangsung gerhana bulan total yang bisa diamati di sebagian besar Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.

(22 - 23 APRIL 2014) HUJAN METEOR LYRIDS

Hujan meteor Lyrids yang berasal dari partikel debu komet C/1861 G1 Thatcher.

(29 APRIL 2014) BULAN BARU

Fase ini berlangsung pada pukul 06:14 UT. Berlangsung gerhana matahari cincin. Daerah yang dilintasi mulai dari pantai Afrika Selatan, bergerak ke Antarktika, dan sampai di pantai timur Australia.

(5 - 6 MEI 2014) HUJAN METEOR ETA AQUARIDS Hujan meteor Eta Aquarids yang partikel-partikelnya berasal dari debu komet Halley. Radiant hujen meteor ini adalah konstelasi Aquarius dan lebih banyak teramati dari daerah belahan bumi selatan.

(10 MEI 2014) Saturnus berada pada posisi oposisi dan berada pada jarak terdekatnya dari bumi. Teleskop sederhana bisa mengamati cincin dan beberapa satelit yang mengitarinya.

(10MEI2014) HARI ASTRONOMI SEDUNIA

Hari Astronomi Sedunia. Hari ini adalah hari untuk merayakan interaksi antara masyarakat astronomi dengan masyarakat umum. Tema Hari Astronomi Sedunia sekarang adalah “Mempersembahkan Astronomi kepada Masyarakat”, dan pada hari ini biasanya berbagai kelompok pengamat astronomi amatir dan organisasi lain melakukan kegiatan yang bertujuan mendekatkan astronomi kepada masyarakat luas.

(14 2014)

BULAN PURNAMA

MEI

Bulan purnama berlangsung pada pukul 19:16 UT.


(25)

I

E

JUNI

(28 2014)

BULAN BARU

MEI

Bulan baru berlangsung pada pukul 18:40 UT.

(7 JUNI 2014) KONJUNGSI BULAN DAN MARS Pada sore hari bulan akan berada pada jarak sekitar 2 derajat dari Mars. Amatilah dua objek ini di langit barat sesaat setelah matahari terbenam, mereka akan berada di atas horison selama sekitar 6 jam.

(13 2014)

BULAN PURNAMA

JUNI

Bulan purnama berlangsung pada pukul 04:11 UT.

(21 2014)

SOLSTICE JUNI

JUNI

Kutub Utara bumi miring ke arah matahari dan matahari berada di posisi paling utara di lintang 23,44 derajat. Hari ini adalah hari pertama musim panas di belahan bumi utara dan hari pertama musim dingin di belahan bumi selatan.

(27 2014)

BULAN BARU

JUNI

Bulan baru berlangsung pada pukul 8:08 UT.

KALENDER


(26)

12

3

4

1. Aurorayang terlihat di Churchill northern

studies centre, Manitoba, Kanada pada 9 Februari 2014. Foto diambil oleh Alan Dyer (Sumber :

)

http://spaceweathergallery.com/indiv_ upload.php?upload_id=94112

2 Penampakan Halo matahari

3 Komet Lovejoy

4 Foto Venus

5 Teleskop Radio 2,3m

6 Teleskop pertama milik Palomar Observatory, San Diego, California.

7 Gobservatorium Boscha,

8 Gerhana Matahari

9. Gelombang kejut berwarna merah

.

.

( .

.

.

.

.

di east of Calgary, Alberta, Kanada pada 9 Februari 2014 dengan suhu -22 derajat Celcius. Foto oleh Dee Cresswell

(

) yang difoto

menggunakan iTelescope 20 astrograph + FLI PL11002M CCD camera pada tanggal 30 Desember 2013 oleh Alan C. Dough

)

yang pertama diambil oleh misi Mariner 10 NASA pada 5 Februari 1974 (NASA)

di Observatorium Boscha, Lembang, Bandung - Indonesia.

( )

berlatar belakang rasi bintang

( )

Lembang, Bandung - Indonesia

( )

sebagian terlihat oleh SDO NASA pada 30 Januari 2014. (NASA)

yang ditimbulkan oleh gerakan bintang Kappa Cassiopeiae yang bergerak dengan kecepatan 1100 km/detik relative terhadap benda-benda disekitarnya. (NASA)

http://spaceweathergallery.com/indiv_ upload.php?upload_id=94083

http://spaceweathergallery.com/indiv_upload.p hp? upload_id=92112

http://id.wikipedia.org/

scorpius http://palomarskies.blogspot.com/

http://javabackpacker. blogspot.com/

close up

Galeri

Antariksa

5

6

8

9


(27)

1 2

3 4 5 6

7 8 9 10 11

12

13 14 15

16 17 18

19 20

21

MENDATAR

1. Fenomena ionosfer terkait erat sintilasi

3. Area dimana partikel berenergi tinggi dibelokkan oleh angin matahari

7. Sistem pemantauan dan informasi mengenai kondisi berbagai parameter cuaca antariksa 11. Langkah untuk menghindari ataupun

mengurangi dampak buruk dari suatu gangguan 13. Tidak tersedianya layanan atau menurunnya

kualitas layanan akibat faktor tertentu 14. Jaringan layanan internasional GNSS

15. Lapisan tipis perbatasan antara daerah radiatif dengan daerah konvektif di Matahari

16. Matahari sejajar dengan bidang ekuator 18. Daerah orbit satelit pada ketinggian

300-1000km

20. Daerah aktif yang sudah tidak menunjukkan keberadaan bintik matahari karena telah meluruh namun masih dapat dideteksi adanya medan magnet

21. Instrument untuk kecepatan pergerakan partikel di permukaan matahari

MENURUN

2. Peristiwa flare yang berlangsung lebih dari 1

jam

4. Ilmu yang mempelajari osilasi gelombang pada

matahari

5. Media Center PSTA, LAPAN

6. Suar

7. Fluktuasi kerapatan elektron di lapisan ionosfer

8. Lapisan yang masih dipengaruhi oleh garis

gaya magnet bumi

9. Salah satu operating System

10. Gelombang kejut berbentuk busur pada lapisan magnetosfer bumi

12. Salah satu bulan ekuinoks 17. Titik balik matahari

19. Proyek penetuan lokasi teleskop untuk pengamatan osilasi matahari

JAWABAN “Vol.1/No.2 Januari - Maret 2014 MENDATAR

MENURUN

2. KLUSTERING 5. EUV 8. SATURASI 10. NOAA-1890 11.GRADUAL 15. TROPOSFER 17. BETA-GAMMA 18. TEC 19.QUASI 20. DST

1.GLONAS 3.TSUNAMI-MATAHARI 4.NT 6.FLUKSGATE 7.GIC 9.MAGNETOMETER 1 12.HODOGRAPH 13.ESP 14.MODERATE 16.RE-ENTRY

TEKA

SILANG

TEKI

Vol.2/No.2 Apr - Jun 2014


(28)

website : www.lapan.go.id www.bdg.lapan.go.id


(1)

Buletin Cuaca Antariksa April - Juni 2014

3

Menjelaskan, Mencerdaskan, dan Mengingatkan

Apakah mungkin sebuah media center berfungsi dalam proses pembelajaran kepada masyarakat? Lebih jauh lagi, bisakah ia berperan mensejahterakan masyarakat? Jawabannya, sangat mungkin!. Kaitannya dengan hal ini, secara teoritis sesuai deng an yang dinyatakan Agus Dwiyanto (2011), bahwa media layanan informasi publik - apapun bentuknya–sangat strategis karena menjadi arena interaksi antara pemerintah dengan warganya. Warga masyarakat rela membayar pajak dan memberikan mandat kepada pemerintah untuk menggunakan pajak tersebut guna melayani kebutuhan barang dan jasa dalam mewujudkan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat.

Hal yang sama dinyatakan jajaran pimpinan LAPAN pada saat

peresmian ASTINA,

bahwa keberhasilan membangun ini harus lebih menambah kontribusi institusi dalam memberi manfaat kepada masyarakat. Media center ASTINA dengan muatan materi hasil litbang sains dan teknologi atmosfer harus mampu melaksanakan 3 fungsi penting: menjelaskan, mencerdaskan, dan

mengingatkan!. ini harus

media center media center

Media center

users friendly

media center

! Menjelaskan, dalam arti media center ASTINA harus m a m p u m e m b e r i g a m b a r a n , keterangan, dan penjelasan tentang fenomena dan kondisi alam. ASTINA harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan masyarakat tentang kejadian-kejadian alam sesuai kewenangan dan tupoksi institusi. Mencerdaskan, artinya

dengan adanya ASTINA

h a r u s m a m p u m e m b e r i k a n k o n t r i b u s i d a l a m p r o s e s m e n c e r d a s k a n m a s y a r a k a t , mencerdaskan kehidupan bangsa. Sisi pendidikan harus menjadi misi yang utama. Di sini harus ada reorientasi, bahwa misi pendidikan bukan tugas sampingan melainkan tugas yang penting. Dan yang terakhir: mengingatkan, pada situasi dan kondisi bencana tertentu media ASTINA harus bisa berfungsi m e n g i n g a t k a n . P r o s e s mengingatkan ini tentunya melalui pihak-pihak terkait menggunakan prosedur sesuai kewenangan yang ada.

Disepakati benar oleh jajaran pimpinan dan pihak terkait di PSTA, bahwa acara peresmian ASTINA bukan akhir sebuah upaya dan karya. Momen peresmian merupakan awal komitmen pengembangan media Basis Pengembangan

Buletin Cuaca Antariksa April - Juni 2014 23

center yang akan penuh dengan perekayasaan, pencurahan ide, dan organisasi pembelajaran (

). Dipastikan bahwa pengembangan ASTINA akan terus bergulir seiring dinamika litbang sains dan teknologi atmosfer, baik teknis, isi, sarana prasarana dan anggaran biaya. Pengembangan ASTINA tidak hanya tentang tugas pokok dan fungsi PSTA, tetapi diharapkan dengan wahana yang ada bisa menampilkan kegiatan penting di unit kerja lain. Misalnya ketika ada kegiatan peluncuran roket, satelit, dan kegiatan penting lainnya, hal ini bisa disaksikan langsung di

ASTINA melalui .

Namun har us dicer mati bahwa basis pengembangan ke depan tidak hanya ditentukan oleh kegiatan litbang sains dan teknologi atmosfer di PSTA, tapi lebih banyak akan ditentukan oleh kebutuhan pengguna. Dengan demikian mutlak diperlukan interaksi dan komunikasi antara P S T A d e n g a n m a s y a r a k a t pengguna. Ada tiga kelompok besar kategori pengguna PSTA; publik umum, mitra instansi, dan internal institusi. Para pengguna i n i l a h y a n g h a r u s d i b e r i k e s e m p a t a n m e n i n j a u , mempelajari, memanfaatkan, dan menilai keberadaan media center ASTINA. Selanjutnya diharapkan mereka akan memberi masukan,

saran, koreksi, serta catatan

kebutuhan layanan informasi hasil litbang PSTA. Dengan demikian, yang menjadi basis pengembangan media center ASTINA adalah kebutuhan dari para pemakai. Akhirnya diharapkan keberadaan media center ASTINA semakin tepat guna dan tepat sasaran d e n g a n m i s i : m e n j e l a s k a n , mencerdaskan, dan mengingatkan. Semoga saja.

learning organization

live streaming


(2)

M

Buletin Cuaca Antariksa April - Juni 2014

APRIL

24

(8 APRIL 2014) Planet Mars berada pada posisi oposisi dan berada pada jarak terdekatnya dengan bumi. Teleskop sederhana bisa mengamati beberapa detail di permukaannya, termasuk tudung kutubnya.

(15 APRIL 2014) BULAN PURNAMA

Fase berlangsung pada pukul 07:32 UT. Berlangsung gerhana bulan total yang bisa diamati di sebagian besar Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Australia.

(22 - 23 APRIL 2014) HUJAN METEOR LYRIDS

Hujan meteor Lyrids yang berasal dari partikel debu komet C/1861 G1 Thatcher.

(29 APRIL 2014) BULAN BARU

Fase ini berlangsung pada pukul 06:14 UT. Berlangsung gerhana matahari cincin. Daerah yang dilintasi mulai dari pantai Afrika Selatan, bergerak ke Antarktika, dan sampai di pantai timur Australia.

(5 - 6 MEI 2014) HUJAN METEOR ETA AQUARIDS Hujan meteor Eta Aquarids yang partikel-partikelnya berasal dari debu komet Halley. Radiant hujen meteor ini adalah konstelasi Aquarius dan lebih banyak teramati dari daerah belahan bumi selatan.

(10 MEI 2014) Saturnus berada pada posisi oposisi dan berada pada jarak terdekatnya dari bumi. Teleskop sederhana bisa mengamati cincin dan beberapa satelit yang mengitarinya.

(10MEI2014) HARI ASTRONOMI SEDUNIA

Hari Astronomi Sedunia. Hari ini adalah hari untuk merayakan interaksi antara masyarakat astronomi dengan masyarakat umum. Tema Hari Astronomi Sedunia sekarang adalah “Mempersembahkan Astronomi kepada Masyarakat”, dan pada hari ini biasanya berbagai kelompok pengamat astronomi amatir dan organisasi lain melakukan kegiatan yang bertujuan mendekatkan astronomi kepada masyarakat luas.

(14 2014)

BULAN PURNAMA

MEI Bulan purnama berlangsung pada pukul 19:16 UT.


(3)

I

E

JUNI

(28 2014)

BULAN BARU

MEI Bulan baru berlangsung pada pukul 18:40 UT.

(7 JUNI 2014) KONJUNGSI BULAN DAN MARS Pada sore hari bulan akan berada pada jarak sekitar 2 derajat dari Mars. Amatilah dua objek ini di langit barat sesaat setelah matahari terbenam, mereka akan berada di atas horison selama sekitar 6 jam.

(13 2014)

BULAN PURNAMA

JUNI Bulan purnama berlangsung pada

pukul 04:11 UT.

(21 2014)

SOLSTICE JUNI

JUNI

Kutub Utara bumi miring ke arah matahari dan matahari berada di posisi paling utara di lintang 23,44 derajat. Hari ini adalah hari pertama musim panas di belahan bumi utara dan hari pertama musim dingin di belahan bumi selatan.

(27 2014)

BULAN BARU

JUNI Bulan baru berlangsung pada

pukul 8:08 UT.

KALENDER


(4)

12

3

4

1. Aurorayang terlihat di Churchill northern studies centre, Manitoba, Kanada pada 9 Februari 2014. Foto diambil oleh Alan Dyer (Sumber :

)

http://spaceweathergallery.com/indiv_ upload.php?upload_id=94112

2 Penampakan Halo matahari

3 Komet Lovejoy

4 Foto Venus

5 Teleskop Radio 2,3m

6 Teleskop pertama milik Palomar Observatory, San Diego, California.

7 Gobservatorium Boscha,

8 Gerhana Matahari

9. Gelombang kejut berwarna merah

.

.

( .

.

.

.

.

di east of Calgary, Alberta, Kanada pada 9 Februari 2014 dengan suhu -22 derajat Celcius. Foto oleh Dee Cresswell

(

) yang difoto

menggunakan iTelescope 20 astrograph + FLI PL11002M CCD camera pada tanggal 30 Desember 2013 oleh Alan C. Dough

)

yang pertama diambil oleh misi Mariner 10 NASA pada 5 Februari 1974 (NASA)

di Observatorium Boscha, Lembang, Bandung - Indonesia. ( )

berlatar belakang rasi bintang

( )

Lembang, Bandung - Indonesia

( )

sebagian terlihat oleh SDO NASA pada 30 Januari 2014. (NASA)

yang ditimbulkan oleh gerakan bintang Kappa Cassiopeiae yang bergerak dengan kecepatan 1100 km/detik relative terhadap benda-benda disekitarnya. (NASA)

http://spaceweathergallery.com/indiv_ upload.php?upload_id=94083

http://spaceweathergallery.com/indiv_upload.p hp? upload_id=92112

http://id.wikipedia.org/

scorpius http://palomarskies.blogspot.com/

http://javabackpacker. blogspot.com/

close up

Galeri

Antariksa

5

6

8

9


(5)

1 2

3 4 5

6

7 8 9

10 11

12

13 14

15

16 17

18

19

20

21

MENDATAR

1. Fenomena ionosfer terkait erat sintilasi

3. Area dimana partikel berenergi tinggi dibelokkan oleh angin matahari

7. Sistem pemantauan dan informasi mengenai kondisi berbagai parameter cuaca antariksa 11. Langkah untuk menghindari ataupun

mengurangi dampak buruk dari suatu gangguan 13. Tidak tersedianya layanan atau menurunnya

kualitas layanan akibat faktor tertentu 14. Jaringan layanan internasional GNSS

15. Lapisan tipis perbatasan antara daerah radiatif dengan daerah konvektif di Matahari

16. Matahari sejajar dengan bidang ekuator 18. Daerah orbit satelit pada ketinggian

300-1000km

20. Daerah aktif yang sudah tidak menunjukkan keberadaan bintik matahari karena telah meluruh namun masih dapat dideteksi adanya medan magnet

21. Instrument untuk kecepatan pergerakan partikel di permukaan matahari

MENURUN

2. Peristiwa flare yang berlangsung lebih dari 1

jam

4. Ilmu yang mempelajari osilasi gelombang pada

matahari

5. Media Center PSTA, LAPAN

6. Suar

7. Fluktuasi kerapatan elektron di lapisan ionosfer

8. Lapisan yang masih dipengaruhi oleh garis

gaya magnet bumi

9. Salah satu operating System

10. Gelombang kejut berbentuk busur pada lapisan magnetosfer bumi

12. Salah satu bulan ekuinoks 17. Titik balik matahari

19. Proyek penetuan lokasi teleskop untuk pengamatan osilasi matahari

JAWABAN “Vol.1/No.2 Januari - Maret 2014 MENDATAR

MENURUN

2. KLUSTERING 5. EUV 8. SATURASI 10. NOAA-1890 11.GRADUAL 15. TROPOSFER 17. BETA-GAMMA 18. TEC 19.QUASI 20. DST

1.GLONAS 3.TSUNAMI-MATAHARI 4.NT 6.FLUKSGATE 7.GIC 9.MAGNETOMETER 1 12.HODOGRAPH 13.ESP 14.MODERATE 16.RE-ENTRY

TEKA

SILANG

TEKI


(6)

website :

www.lapan.go.id www.bdg.lapan.go.id