Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter

(1)

ARTIKEL ILMIAH STRATA I (S-1)

Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter

OLEH :

Oleh:

NAMA : Buya Rakhmat Angger pamungkas.

NIM : 201008020

PROGRAM STUDI : Fotografi

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR


(2)

1. Judul

“Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter” Nama : Buya Rakhmat Angger pamungkas

NIM : 201008020 Program Studi : Fotografi

2. Abstrak

Manusia dan budaya merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Salah satunya adalah budaya jalanan, segala aktifitas di jalanan yang dilakukan dan terjadi secara konstan dan terus-menerus, dengan tingkat kebutuhan dan interval waktu yang berbeda-beda masing-masing individu. Terkait hal ini, maka ada kebutuhan manusia yang paling hakiki dan sifatnya universal, hampir semua orang melakukannya, yaitu tidur. Orang yang sedang tertidur itu tampil apa adanya. Ini justru keunikannya karena ia sedang menampilkan jati dirinya. Hal tersebut memunculkan ide untuk membuat karya orang tidur di jalanan.

Berbagai macam gaya orang tidur ditampilkan dalam fotografi dokumenter dengan mempertimbangkan unsur-unsur visual, elemen pendukung, landasan teori penciptaan, dan teknik fotografi. Observasi langsung ke berbagai tempat umum seperti jalanan, stasiun, terminal, pasar dan lainnya dilakukan untuk mengetahui jenis dan karakter dari orang tidur yang akan difoto. Pengetahuan tentang tehnik fotografi dan proses pengolahan pada komputer setelah pemotretan sangat membantu untuk mencapai tujuan yang lebih optimal.

Melalui karya tidur di jalanan dalam fotografi dokumenter ini diharapkan dapat memberikan pandangan dari sudut yang berbeda bagaimana menikmati hidup dengan sederhana.


(3)

Abstract

Man and culture are two inseparable elements. One is the street culture, all the activities carried out in the streets and going on constantly and continuously, with the level of need and time intervals varying each individual. Related to this, then there is the most essential human needs and are universal, almost everyone is doing it, that is sleep. People who are asleep it appear as it is. This is precisely its uniqueness because he is showing his true identity. This led to the idea to make the work of people sleeping on the streets.

Various styles of the bed shown in documentary photography by considering visual elements, support elements, the basic theory of creation, and photography techniques. Direct observation to various public places such as streets, stations, terminals, and other markets was conducted to determine the type and character of the bed to be photographed. Knowledge of the techniques of photography and processing on a computer after shooting help to achieve a more optimal.

Through the work of sleeping on the streets in documentary photography is expected to provide a view from a different angle with a simple how to enjoy life.

Keywords: Culture, streets, sleeping, documentary photography

3. Pendahuluan

Manusia dan budaya merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, dan karya seni. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas, banyak aspek budaya turut menentukan prilaku komunikatif (Sumber: http:// www.wikipedia.org /budaya).


(4)

Dari berbagai budaya tersebut ada yang sifatnya tradisional/turun temurun, dan ada pula budaya yang terbentuk atas unsur kebiasaan yang dilakukan secara konstan dan terus menerus oleh setiap individu/manusianya, seperti halnya budaya yang terbentuk di era kekinian. Faktor dominan yang membentuk budaya baru sekarang ini adalah kebutuhan manusia atas hal-hal tertentu yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial, dan ekonomi masing-masing individu. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya diversitas budaya, hingga memunculkan jenis/istilah baru yang berbeda-beda, salah satunya adalah budaya jalanan.

Budaya jalanan atau street culture adalah suatu gaya hidup yang berkembang dari pusat-pusat perkotaan, pandangan dari jalanan sebagai ruang bersama, dibuat untuk kepentingan semua yang menggunakannya serta tidak ada peraturan tertulis maupun terikat di dalam nya (Sumber: http:// www.urbandictionary.com).

Dari uraian tersebut, maka bentuk budaya jalanan adalah segala aktifitas di jalanan yang dilakukan dan terjadi secara konstan dan terus-menerus, dengan tingkat kebutuhan dan interval waktu yang berbeda-beda masing-masing individu. Terkait hal ini, maka ada kebutuhan manusia yang paling hakiki dan sifatnya universal, hampir semua orang melakukannya, yaitu tidur. Inilah salah satu bentuk budaya jalanan yang lintas gender dan dilakukan oleh individu dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan profesi, yang banyak pencipta jumpai di tepi jalan, alat transportasi umum, tempat-tempat umum. Tidur adalah merupakan suatu kondisi istirahat alami yang dialami oleh manusia dan hewan yang sangat penting untuk kesehatan. (sumber: http://www.wikipedia.org/tidur).

Realita tersebut sangat menarik untuk dijadikan sebagai unsur tematik dalam penciptaan karya fotografi dengan konsep fotografi dokumenter jalanan (street photography). Orang yang sedang tertidur itu tampil apa adanya. Ini justru keunikannya karena ia sedang menampilkan jati dirinya. Orang yang sedang terlelap adalah orang yang menemukan kenikmatan hidup. Analoginya, memotret orang yang sedang terlelap sama halnya memotret orang yang sedang menikmati hidup. Bagaimana mereka tidur di pinggiran atau emperan toko dengan alas


(5)

kardus, tidur di keramaian pasar maupun jalanan, tidur sambil duduk dan lain sebagai nya. Mereka bisa tidur lelap dengan kondisi yang terbatas atau seadanya, tetapi ini tidak mengurangi kenikmatan tidur mereka. Seakan-akan beban hidup yang mungkin mereka rasakan saat itu begitu berat, dilepas walau sejenak demi menyusun kembali energi untuk perjuangan selanjutnya. Atau terlelap dalam menanti pemakai jasa atau pembeli yang belum kunjung datang. (Sumber: http:// www.tempo.co/news/nikmatnya-hidup-dalam-potret-Soeprapto).

4. Rumusan Masalah

Di dalam melakukan / melaksanakan sesuatu aktivitas ataupun pekerjaan, tentunya kita tidak dapat lepas dari berbagai macam ataupun bentuk hambatan. Begitu pula halnya dengan penciptaan dalam pembuatan karya yang mengangkat tema tidur dalam fotografi dokumenter dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya adalah :

a) Bagaimanakah menvisualisasikan orang tidur melalui fotografi dokumenter agar dapat terlihat menarik?

b) Unsur-unsur fotografi apa saja yang mendukung dalam penciptaan karya orang tidur agar terlihat menarik jika divisualisasikan dalam fotografi dokumenter ?

a) Bagaimana menerapkan teknik fotografi dalam penciptaan karya fotografi dokumenter ?

5. Metode Penciptaan

Mulai dari tidur biasa yaitu terlentang, hingga tengkurap sampai tertidur pada saat duduk. Inilah yang menginspirasi untuk mengangkat sebuah tema tentang tidur khusus nya pada kehidupan jalanan. Oleh karena itu tema ini dapat dikelompokkan ke dalam fotografi jurnalistik khusus nya street photography atau fotografi jalanan. Eksplorasi tentang orang tidur ini ditampilkan dalam foto colour atau warna agar dapat menangkap moment sama seperti aslinya, tidak berubah dan terlihat natural atau apa adanya. Adapun proses pemotretan sehingga nanti nya menghasilkan karya yang baik dari segi visualisasi pencipta menerapkan


(6)

unsur-unsur visual dalam fotografi yaitu : bentuk, garis, terang gelap, dan komposisi. Tampilan foto berdiri secara tunggal, dimana setiap foto mempunyai konsep yang sama walaupun dengan makna yang berbeda.

Adapun sosok yang menginspirasi pencipta kali ini adalah Soeprapto Soedjoeno, Rektor ISI Yogyakarta yang berkesempatan melaksanakan pameran zzz photography, pameran yang berisi foto-foto orang tidur di jalanan. Posisi karya Soeprapto Soedjono sebagai sumber inspirasi dalam berkarya, namun dalam karya yang saya ciptakan ada hal yang berbeda yaitu, karya pencipta hanya mencakup manusia saja tidak seperti karya Soeprapto Soedjono yang mana terdapat beberapa foto hewan yang sedang tidur.


(7)

Tabel 1

Skema Proses Penciptaan Ide penciptaan

Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter

Pengamatan Eksplorasi

Pemotretan

Seleksi

Editing

Pencetakan Karya

Pembingkaian Karya

Pameran


(8)

6. Pembahasan

a) Karya foto dengan judul : “Terlelap”

Gambar 1 “Terlelap” 2014 Ukuran karya : 60 X 90 cm


(9)

Gambar 2

Skema pengambilan foto “Terlelap”

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar __________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Pada karya ini, pencipta memotret pedagang ikan di Pasar Badung di malam hari. Pasar Badung memang dikenal pasar yang memiliki aktivitas 24 jam, tidak pernah sepi dari aktivitas jual beli sekalipun di malam hari. Seperti yang dilakukan pedagang ikan pindang di atas, menyempatkan tidur sejenak sembari menunggu pembeli walaupun keadaan pasar sangat ramai.

Untuk mendapatkan foto di atas, pencipta menunggu sampai ada beberapa orang yang lewat, karena pencipta menginginkan adanya efect motion dalam foto. Jadi terlihat contrast antara pedagang ikan yang dapat tidur terlelap dengan ramai nya pasar yang divisualisasikan dengan motion kaki. Pencipta melakukan


(10)

pemotretan dengan menggunakan sudut eyes level dan focal length lensa pada lima puluh lima milimeter. Pemotretan ini menggunakan shutter speed yang rendah, sehingga diperlukan tripod untuk menjaga kamera tidak goyang dan nantinya hasil foto terhindar dari blur. Adapun cahaya yang digunakan mengadalkan cahaya dari lampu yang ada di pasar, yaitu lampu kuning, jadi tidak heran bila foto memliki warna yang kekuning-kuningan. Foto yang dihasilkan oleh kamera lalu diolah menggunakan software Adobe Photoshop CS3 yang dimana proses pengolahan gambar hanya sebatas untuk menaikkan terang gelap pada gambar.

Adapun pesan yang ingin pencipta sampaikan melalui foto di atas adalah, walaupun di tengah keramain pasar dengan banyak orang lalu lalang, penjual ikan pindang ini tetap dapat terlelap dalam tidurnya sembari menunggu pembeli datang. Tidur dengan lelap seperti ini tidak hanya bisa didapatkan dengan menggunakan kasur yang empuk dan pendingin udara, tapi bagi penjual pindang di atas tidur yang lelap dapat ia rasakan dengan hanya beralaskan kardus dan menggunakan bantal plastik merah. Tetapi tidur seperti ini tentu saja tidak baik untuk kesehatan karena kerasnya angin malam yang berhembus, sehingga dapat membuat masuk angin.


(11)

b). Karya foto dengan judul : “Selamat Datang di Ibukota”

Gambar 3

“Selamat Datang di Ibukota” 2014 Ukuran karya : 70 X 50 cm


(12)

Gambar 4

Skema pengambilan foto “Selamat Datang di Jakarta

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar __________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Karya Selamat Datang di Ibukota ini ingin memberikan gambaran bagaimana kehidupan di Jakarta sebagai Ibukota Indonesia bagi masyarakat kalangan bawah. Jakarta memang dianggap kota yang paling mudah untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah, namun jangan salah, bila kita tidak memiliki kemampuan dan skill maka kita akan menjadi orang yang terpinggirkan. Seperti yang dapat kita lihat dari foto diatas, bagaimana seorang pedagang yang tidur di bundaran HI dengan background yang sangat iconic yaitu patung Selamat Datang di Jakarta.


(13)

Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan sudut eyes level, dengan tetap mempertahankan patung selamat datang di Jakarta sebagai background. Penggunaan iso yang sangat tinggi yaitu 2500 digunakan dalam pengambilan gambar diatas karena pada saat itu pencipta tidak membawa tripod, sedangkan cahaya yang ada sangatlah minim yaitu cahaya yang berasal dari lampu jalanan sehingga gambar yang dihasilkan terlihat sedikit noise. Foto yang dihasilkan oleh kamera lalu diolah menggunakan software Adobe Photoshop CS3 yang dimana proses pengolahan gambar hanya sebatas untuk menaikkan terang gelap pada gambar dan cropping.

Mungkin bagi masyarakat yang ada di luar Jakarta menganggap kota yang satu ini adalah kota yang sangat mewah dan megah. Untuk mendapatkan rupiah sangatlah mudah bila kita bekerja di kota metrpolitan. Semua itu tentu akan kita dapatkan apabila kita memiliki kemampuan dan skill yang memadai, apabila tidak yang terjadi adalah angka pengangguran yang tinggi, pemulung, pengamen, premanisme dan lain-lain. Dan yang akan terjadi adalah kesenjangan berlarut-larut anatara yang berada dan yang tidak punya apa-apa. Dan Inilah sebenarnya masalah yang sedang dihadapi bangsa kita. Menghapus kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Mungkin perlu proses dan waktu yang cukup lama.


(14)

c). Karya foto dengan judul : “Kaki Kepala”

Gambar 5 Kaki Kepala 2014 Ukuran karya : 70 X 50 cm


(15)

Gambar 6

Skema pengambilan foto “Kaki Kepala”

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar __________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Pukul 12.00 WITA dimana matahari sangat menyengat bagi sebagian orang yang pekerjaan mereka di jalan adalah waktu yang sangat tepat untuk beristirahat. Dimana kondisi jalanan sangat panas, dan rasa lelah bekerja dari pagi sudah mulai terasa. Begitu pula yang dirasakan sopir truk sampah dalam karya foto di atas. Foto ini diambil di Jalan Sesetan Denpasar pada waktu siang hari dimana banyak pekerja yang sedang melakukan istirahat. Ada yang makan siang dan ada pula yang memanfaatkan waktu untuk tidur. Sopir ini mencari pohon besar lalu memakirkan truknya untuk berteduh. Lalu dengan nyamannya


(16)

menaikkan kaki di atas jendela pintu truk. Ini terlihat lebih nyaman bila dibandingkan dengan posisi tidur pengayuh becak di Yogyakarta.

Pada saat proses pengambilan gambar, pencipta menggunakan lensa wide 17-40mm agar mendapatkan foreground kaki dari sopir. Ini akan menimbulkan efek kontras bila pencipta menampilkan kaki dan kepala dalam satu frame dimana posisi kaki menjadi floorground nya. Tetapi tetap ekspresi wajah tidur sopir menjadi focus of interest. Pada saat pengambilan gambar pencipta merasa takut apabila suara dari shutter kamera akan membangunkan sopir. Dan ternyata benar, dalam pengambilan gambar ke lima sopirpun terbangun. Lalu pencipta menjelaskan kepada sopir kepentingan foto yang diambil ini untuk menyelesaikan tugas akhir dan bukan untuk foto komersil. Proses editing gambar dilakukan pada cropping, level, kontras pada foto.

Pesan yang ingin disampaikan pencipta melalui karya di atas adalah seberapa berat pekerjaan yang kita kerjakan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini sopir merasa diri nya sudah tidak kuasa lagi menahan kantuk. Daripada dipaksakan dan nantinya akan membahayakan orang lain lebih baik menepi sejenak dan beristirahat dengan secukupnya untuk menghilangkan rasa kantuk. Dengan pertimbangan semua pekerjaan dapat tetap terselesaikan.

7. Simpulan

Berdasarkan atas berbagai penjelasan dan analisis dari uraian di atas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Aktivitas Tidur Dalam Street Culture memang sangat menarik dan unik jika divisualisasikan dalam fotografi dokumenter dengan berbagai latar belakang lokasi, pekerjaan dan gaya tidur yang berbeda-beda.

2. Adapun faktor- faktor yang mendukung sehingga karya foto Tidur dalam Street Culture ini terlihat menarik jika divisualisasikan menjadi karya fotografi dokumenter antara lain, lokasi yang berbeda dari kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Dengan demikian foto juga akan lebih memliki variasi dalam


(17)

segi lokasi. Selain itu gaya orang yang sedang tidur sangat bermacam-macam antara satu dengan lainnya yang menjadi daya tarik tambahan. 3. Tidur merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap mahluk hidup sama halnya

seperti bernafas dan makan. Tidur juga merupakan suatu hal yang bersifat privasi karena sejati nya orang yang sedang tidur adalah orang yang sedang menikmati hidup karena tampil apa adanya. Namun dengan adanya karya Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter ini menggambarkan bagaimana tidur juga dapat dilakukan di public area atau tempat umum seperti di trotoar, pasar, pinggir jalan maupun di emperan toko sekalipun tanpa mengurangi rasa kenikmatannya.

8. Daftar pustaka

Abdullah, Irwan. 2010. Budaya jalanan Persoalan Konsep, Makna dan Implikasi Sosial Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Arsana, Nyoman, Supono Pr. 1983, Dasar-Dasar Seni Lukis. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan.

Bagoes P. Wiryomartono,2001,Pijar-Pijar Penyingkap Rasa:Sebuah Wacana Seni dan Keindahan dari Plato sampai Derrida, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Umum.

Betes, Kenneth. F. 1975. Basic Design: Funk and Wagnalis. New York.

Djelantik, A. A. M. 2004, Estetika: Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Metode Penelitian dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ibrahim, Ahmad Syawqi. 2013. Misteri Tidur : Rahasia Kesehatan, Kepribadian,

dan Keajaiban Lain di Balik Tidur Anda. Jakarta:Zaman

Mulyana. 2002. Komunikasi Tertulis : Sebuah Keterampilan Intelektual. Jakarta :Balai Pustaka.

Nardi, Leo.1996.Diktat Fotografi. Bandung.

Nugroho, R. Amien. 2006. Kamus Fotografi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Poerwadarminta, W.J.S.1976,Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai

Pustaka.

Poesporodjo. 1988. Logika Sientifika, Bandung : Remadja Karya.

Raharjo, J. Budhy.1986,Himpunan Materi Pendidikan Seni Rupa. Bandung:CV. Yrama.

Salim, Peter & Yenny salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.


(18)

Soedarso Sp.1988,Tinjauan Seni;Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni. . Denpasar:Saku Dayar Sana.

Soedjono, Soeprapto. 2007. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta Soelarko, R.M.1978,Komposisi Fotografi,Bandung:PT. Indira.

Suryahadi, A. Agung.1994,Pengembangan Kreativitas Melalui Seni Rupa. Yogyakarta:Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian.

Weber, Max.2013. Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada. Rangga Aditiawan.2014. Fotografi untuk Pemula dan Orang Awam.

Jakarta:Dunia Komputer

Erik Pramana.2014. A-Z Otodidak DSLR & Mirrorless. Yogyakarta:Cemerlang Publishing

Tim Reality.2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya:Reality Publisher Uswatun K.2014. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta:Kawah media

http://www.urbandictionary.com/define.php?term=Street%20Culture, diunduh pada tanggal 1 oktober 2014

http:// www.wikipedia.org/wiki/budaya, diunduh pada tanggal 1 oktober 2014 http:// www.tempo.co/news/nikmatnya-hidup-dalam-potret-Soeprapto, diunduh

pada tanggal 2 Oktober 2014

http://www.sentra-edukasi.com/sumber-sejarah, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014

http://www.wikipedia.org/tidur, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014

http://www.wikipedia.org/wiki/wawancara, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014 hhtp://id.wikipedia.org/wiki/inspirasi, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014 http://kamuskesehatan.com/2012/13/arti-tahap-tidur, diunduh pada tanggal 4

oktober 2014

http://www.adichandraonoy.blogspot.com/2009/12/teori-edfat, diunduh pada tanggal 6 oktober 2014

http//www.wikipedia.org/wiki/komputer, diunduh pada tanggal 10 oktober 2014 http://www.placem.com/schedule/2011, diunduh pada tanggal 10 oktober 2014 http:// www.fadedandblurred.com, diunduh pada tanggal 10 januari 2015


(19)

1. Judul

“Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter” Nama : Buya Rakhmat Angger pamungkas

NIM : 201008020 Program Studi : Fotografi

2. Abstrak

Manusia dan budaya merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Salah satunya adalah budaya jalanan, segala aktifitas di jalanan yang dilakukan dan terjadi secara konstan dan terus-menerus, dengan tingkat kebutuhan dan interval waktu yang berbeda-beda masing-masing individu. Terkait hal ini, maka ada kebutuhan manusia yang paling hakiki dan sifatnya universal, hampir semua orang melakukannya, yaitu tidur. Orang yang sedang tertidur itu tampil apa adanya. Ini justru keunikannya karena ia sedang menampilkan jati dirinya. Hal tersebut memunculkan ide untuk membuat karya orang tidur di jalanan.

Berbagai macam gaya orang tidur ditampilkan dalam fotografi dokumenter dengan mempertimbangkan unsur-unsur visual, elemen pendukung, landasan teori penciptaan, dan teknik fotografi. Observasi langsung ke berbagai tempat umum seperti jalanan, stasiun, terminal, pasar dan lainnya dilakukan untuk mengetahui jenis dan karakter dari orang tidur yang akan difoto. Pengetahuan tentang tehnik fotografi dan proses pengolahan pada komputer setelah pemotretan sangat membantu untuk mencapai tujuan yang lebih optimal.

Melalui karya tidur di jalanan dalam fotografi dokumenter ini diharapkan dapat memberikan pandangan dari sudut yang berbeda bagaimana menikmati hidup dengan sederhana.


(20)

Abstract

Man and culture are two inseparable elements. One is the street culture, all the activities carried out in the streets and going on constantly and continuously, with the level of need and time intervals varying each individual. Related to this, then there is the most essential human needs and are universal, almost everyone is doing it, that is sleep. People who are asleep it appear as it is. This is precisely its uniqueness because he is showing his true identity. This led to the idea to make the work of people sleeping on the streets.

Various styles of the bed shown in documentary photography by considering visual elements, support elements, the basic theory of creation, and photography techniques. Direct observation to various public places such as streets, stations, terminals, and other markets was conducted to determine the type and character of the bed to be photographed. Knowledge of the techniques of photography and processing on a computer after shooting help to achieve a more optimal.

Through the work of sleeping on the streets in documentary photography is expected to provide a view from a different angle with a simple how to enjoy life.

Keywords: Culture, streets, sleeping, documentary photography

3. Pendahuluan

Manusia dan budaya merupakan dua unsur yang tidak dapat terpisahkan. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama, politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, dan karya seni. Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas, banyak aspek budaya turut menentukan prilaku komunikatif (Sumber: http:// www.wikipedia.org /budaya).


(21)

Dari berbagai budaya tersebut ada yang sifatnya tradisional/turun temurun, dan ada pula budaya yang terbentuk atas unsur kebiasaan yang dilakukan secara konstan dan terus menerus oleh setiap individu/manusianya, seperti halnya budaya yang terbentuk di era kekinian. Faktor dominan yang membentuk budaya baru sekarang ini adalah kebutuhan manusia atas hal-hal tertentu yang sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial, dan ekonomi masing-masing individu. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya diversitas budaya, hingga memunculkan jenis/istilah baru yang berbeda-beda, salah satunya adalah budaya jalanan.

Budaya jalanan atau street culture adalah suatu gaya hidup yang berkembang dari pusat-pusat perkotaan, pandangan dari jalanan sebagai ruang bersama, dibuat untuk kepentingan semua yang menggunakannya serta tidak ada peraturan tertulis maupun terikat di dalam nya (Sumber: http:// www.urbandictionary.com).

Dari uraian tersebut, maka bentuk budaya jalanan adalah segala aktifitas di jalanan yang dilakukan dan terjadi secara konstan dan terus-menerus, dengan tingkat kebutuhan dan interval waktu yang berbeda-beda masing-masing individu. Terkait hal ini, maka ada kebutuhan manusia yang paling hakiki dan sifatnya universal, hampir semua orang melakukannya, yaitu tidur. Inilah salah satu bentuk budaya jalanan yang lintas gender dan dilakukan oleh individu dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan profesi, yang banyak pencipta jumpai di tepi jalan, alat transportasi umum, tempat-tempat umum. Tidur adalah merupakan suatu kondisi istirahat alami yang dialami oleh manusia dan hewan yang sangat penting untuk kesehatan. (sumber: http://www.wikipedia.org/tidur).

Realita tersebut sangat menarik untuk dijadikan sebagai unsur tematik dalam penciptaan karya fotografi dengan konsep fotografi dokumenter jalanan (street photography). Orang yang sedang tertidur itu tampil apa adanya. Ini justru keunikannya karena ia sedang menampilkan jati dirinya. Orang yang sedang terlelap adalah orang yang menemukan kenikmatan hidup. Analoginya, memotret orang yang sedang terlelap sama halnya memotret orang yang sedang menikmati hidup. Bagaimana mereka tidur di pinggiran atau emperan toko dengan alas


(22)

kardus, tidur di keramaian pasar maupun jalanan, tidur sambil duduk dan lain sebagai nya. Mereka bisa tidur lelap dengan kondisi yang terbatas atau seadanya, tetapi ini tidak mengurangi kenikmatan tidur mereka. Seakan-akan beban hidup yang mungkin mereka rasakan saat itu begitu berat, dilepas walau sejenak demi menyusun kembali energi untuk perjuangan selanjutnya. Atau terlelap dalam menanti pemakai jasa atau pembeli yang belum kunjung datang. (Sumber: http:// www.tempo.co/news/nikmatnya-hidup-dalam-potret-Soeprapto).

4. Rumusan Masalah

Di dalam melakukan / melaksanakan sesuatu aktivitas ataupun pekerjaan, tentunya kita tidak dapat lepas dari berbagai macam ataupun bentuk hambatan. Begitu pula halnya dengan penciptaan dalam pembuatan karya yang mengangkat tema tidur dalam fotografi dokumenter dapat dirumuskan beberapa permasalahan, diantaranya adalah :

a) Bagaimanakah menvisualisasikan orang tidur melalui fotografi dokumenter agar dapat terlihat menarik?

b) Unsur-unsur fotografi apa saja yang mendukung dalam penciptaan karya orang tidur agar terlihat menarik jika divisualisasikan dalam fotografi dokumenter ?

a) Bagaimana menerapkan teknik fotografi dalam penciptaan karya fotografi dokumenter ?

5. Metode Penciptaan

Mulai dari tidur biasa yaitu terlentang, hingga tengkurap sampai tertidur pada saat duduk. Inilah yang menginspirasi untuk mengangkat sebuah tema tentang tidur khusus nya pada kehidupan jalanan. Oleh karena itu tema ini dapat dikelompokkan ke dalam fotografi jurnalistik khusus nya street photography atau fotografi jalanan. Eksplorasi tentang orang tidur ini ditampilkan dalam foto colour atau warna agar dapat menangkap moment sama seperti aslinya, tidak berubah dan terlihat natural atau apa adanya. Adapun proses pemotretan sehingga nanti nya menghasilkan karya yang baik dari segi visualisasi pencipta menerapkan


(23)

unsur-unsur visual dalam fotografi yaitu : bentuk, garis, terang gelap, dan komposisi. Tampilan foto berdiri secara tunggal, dimana setiap foto mempunyai konsep yang sama walaupun dengan makna yang berbeda.

Adapun sosok yang menginspirasi pencipta kali ini adalah Soeprapto Soedjoeno, Rektor ISI Yogyakarta yang berkesempatan melaksanakan pameran zzz photography, pameran yang berisi foto-foto orang tidur di jalanan. Posisi karya Soeprapto Soedjono sebagai sumber inspirasi dalam berkarya, namun dalam karya yang saya ciptakan ada hal yang berbeda yaitu, karya pencipta hanya mencakup manusia saja tidak seperti karya Soeprapto Soedjono yang mana terdapat beberapa foto hewan yang sedang tidur.


(24)

Tabel 1

Skema Proses Penciptaan Ide penciptaan

Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter

Pengamatan Eksplorasi

Pemotretan

Seleksi

Editing

Pencetakan Karya

Pembingkaian Karya

Pameran


(25)

6. Pembahasan

a) Karya foto dengan judul : “Terlelap”

Gambar 1 “Terlelap” 2014 Ukuran karya : 60 X 90 cm


(26)

Gambar 2

Skema pengambilan foto “Terlelap”

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar __________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Pada karya ini, pencipta memotret pedagang ikan di Pasar Badung di malam hari. Pasar Badung memang dikenal pasar yang memiliki aktivitas 24 jam, tidak pernah sepi dari aktivitas jual beli sekalipun di malam hari. Seperti yang dilakukan pedagang ikan pindang di atas, menyempatkan tidur sejenak sembari menunggu pembeli walaupun keadaan pasar sangat ramai.

Untuk mendapatkan foto di atas, pencipta menunggu sampai ada beberapa orang yang lewat, karena pencipta menginginkan adanya efect motion dalam foto. Jadi terlihat contrast antara pedagang ikan yang dapat tidur terlelap dengan ramai nya pasar yang divisualisasikan dengan motion kaki. Pencipta melakukan


(27)

pemotretan dengan menggunakan sudut eyes level dan focal length lensa pada lima puluh lima milimeter. Pemotretan ini menggunakan shutter speed yang rendah, sehingga diperlukan tripod untuk menjaga kamera tidak goyang dan nantinya hasil foto terhindar dari blur. Adapun cahaya yang digunakan mengadalkan cahaya dari lampu yang ada di pasar, yaitu lampu kuning, jadi tidak heran bila foto memliki warna yang kekuning-kuningan. Foto yang dihasilkan oleh kamera lalu diolah menggunakan software Adobe Photoshop CS3 yang dimana proses pengolahan gambar hanya sebatas untuk menaikkan terang gelap pada gambar.

Adapun pesan yang ingin pencipta sampaikan melalui foto di atas adalah, walaupun di tengah keramain pasar dengan banyak orang lalu lalang, penjual ikan pindang ini tetap dapat terlelap dalam tidurnya sembari menunggu pembeli datang. Tidur dengan lelap seperti ini tidak hanya bisa didapatkan dengan menggunakan kasur yang empuk dan pendingin udara, tapi bagi penjual pindang di atas tidur yang lelap dapat ia rasakan dengan hanya beralaskan kardus dan menggunakan bantal plastik merah. Tetapi tidur seperti ini tentu saja tidak baik untuk kesehatan karena kerasnya angin malam yang berhembus, sehingga dapat membuat masuk angin.


(28)

b). Karya foto dengan judul : “Selamat Datang di Ibukota”

Gambar 3

“Selamat Datang di Ibukota” 2014 Ukuran karya : 70 X 50 cm


(29)

Gambar 4

Skema pengambilan foto “Selamat Datang di Jakarta

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar __________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Karya Selamat Datang di Ibukota ini ingin memberikan gambaran bagaimana kehidupan di Jakarta sebagai Ibukota Indonesia bagi masyarakat kalangan bawah. Jakarta memang dianggap kota yang paling mudah untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah, namun jangan salah, bila kita tidak memiliki kemampuan dan skill maka kita akan menjadi orang yang terpinggirkan. Seperti yang dapat kita lihat dari foto diatas, bagaimana seorang pedagang yang tidur di bundaran HI dengan background yang sangat iconic yaitu patung Selamat Datang di Jakarta.


(30)

Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan sudut eyes level, dengan tetap mempertahankan patung selamat datang di Jakarta sebagai background. Penggunaan iso yang sangat tinggi yaitu 2500 digunakan dalam pengambilan gambar diatas karena pada saat itu pencipta tidak membawa tripod, sedangkan cahaya yang ada sangatlah minim yaitu cahaya yang berasal dari lampu jalanan sehingga gambar yang dihasilkan terlihat sedikit noise. Foto yang dihasilkan oleh kamera lalu diolah menggunakan software Adobe Photoshop CS3 yang dimana proses pengolahan gambar hanya sebatas untuk menaikkan terang gelap pada gambar dan cropping.

Mungkin bagi masyarakat yang ada di luar Jakarta menganggap kota yang satu ini adalah kota yang sangat mewah dan megah. Untuk mendapatkan rupiah sangatlah mudah bila kita bekerja di kota metrpolitan. Semua itu tentu akan kita dapatkan apabila kita memiliki kemampuan dan skill yang memadai, apabila tidak yang terjadi adalah angka pengangguran yang tinggi, pemulung, pengamen, premanisme dan lain-lain. Dan yang akan terjadi adalah kesenjangan berlarut-larut anatara yang berada dan yang tidak punya apa-apa. Dan Inilah sebenarnya masalah yang sedang dihadapi bangsa kita. Menghapus kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Mungkin perlu proses dan waktu yang cukup lama.


(31)

c). Karya foto dengan judul : “Kaki Kepala”

Gambar 5 Kaki Kepala 2014 Ukuran karya : 70 X 50 cm


(32)

Gambar 6

Skema pengambilan foto “Kaki Kepala”

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar __________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Pukul 12.00 WITA dimana matahari sangat menyengat bagi sebagian orang yang pekerjaan mereka di jalan adalah waktu yang sangat tepat untuk beristirahat. Dimana kondisi jalanan sangat panas, dan rasa lelah bekerja dari pagi sudah mulai terasa. Begitu pula yang dirasakan sopir truk sampah dalam karya foto di atas. Foto ini diambil di Jalan Sesetan Denpasar pada waktu siang hari dimana banyak pekerja yang sedang melakukan istirahat. Ada yang makan siang dan ada pula yang memanfaatkan waktu untuk tidur. Sopir ini mencari pohon besar lalu memakirkan truknya untuk berteduh. Lalu dengan nyamannya


(33)

menaikkan kaki di atas jendela pintu truk. Ini terlihat lebih nyaman bila dibandingkan dengan posisi tidur pengayuh becak di Yogyakarta.

Pada saat proses pengambilan gambar, pencipta menggunakan lensa wide 17-40mm agar mendapatkan foreground kaki dari sopir. Ini akan menimbulkan efek kontras bila pencipta menampilkan kaki dan kepala dalam satu frame dimana posisi kaki menjadi floorground nya. Tetapi tetap ekspresi wajah tidur sopir menjadi focus of interest. Pada saat pengambilan gambar pencipta merasa takut apabila suara dari shutter kamera akan membangunkan sopir. Dan ternyata benar, dalam pengambilan gambar ke lima sopirpun terbangun. Lalu pencipta menjelaskan kepada sopir kepentingan foto yang diambil ini untuk menyelesaikan tugas akhir dan bukan untuk foto komersil. Proses editing gambar dilakukan pada cropping, level, kontras pada foto.

Pesan yang ingin disampaikan pencipta melalui karya di atas adalah seberapa berat pekerjaan yang kita kerjakan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini sopir merasa diri nya sudah tidak kuasa lagi menahan kantuk. Daripada dipaksakan dan nantinya akan membahayakan orang lain lebih baik menepi sejenak dan beristirahat dengan secukupnya untuk menghilangkan rasa kantuk. Dengan pertimbangan semua pekerjaan dapat tetap terselesaikan.

7. Simpulan

Berdasarkan atas berbagai penjelasan dan analisis dari uraian di atas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Aktivitas Tidur Dalam Street Culture memang sangat menarik dan unik jika divisualisasikan dalam fotografi dokumenter dengan berbagai latar belakang lokasi, pekerjaan dan gaya tidur yang berbeda-beda.

2. Adapun faktor- faktor yang mendukung sehingga karya foto Tidur dalam Street Culture ini terlihat menarik jika divisualisasikan menjadi karya fotografi dokumenter antara lain, lokasi yang berbeda dari kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Dengan demikian foto juga akan lebih memliki variasi dalam


(34)

segi lokasi. Selain itu gaya orang yang sedang tidur sangat bermacam-macam antara satu dengan lainnya yang menjadi daya tarik tambahan. 3. Tidur merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap mahluk hidup sama halnya

seperti bernafas dan makan. Tidur juga merupakan suatu hal yang bersifat privasi karena sejati nya orang yang sedang tidur adalah orang yang sedang menikmati hidup karena tampil apa adanya. Namun dengan adanya karya Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter ini menggambarkan bagaimana tidur juga dapat dilakukan di public area atau tempat umum seperti di trotoar, pasar, pinggir jalan maupun di emperan toko sekalipun tanpa mengurangi rasa kenikmatannya.

8. Daftar pustaka

Abdullah, Irwan. 2010. Budaya jalanan Persoalan Konsep, Makna dan Implikasi Sosial Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Arsana, Nyoman, Supono Pr. 1983, Dasar-Dasar Seni Lukis. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan.

Bagoes P. Wiryomartono,2001,Pijar-Pijar Penyingkap Rasa:Sebuah Wacana Seni dan Keindahan dari Plato sampai Derrida, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Umum.

Betes, Kenneth. F. 1975. Basic Design: Funk and Wagnalis. New York.

Djelantik, A. A. M. 2004, Estetika: Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Metode Penelitian dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ibrahim, Ahmad Syawqi. 2013. Misteri Tidur : Rahasia Kesehatan, Kepribadian,

dan Keajaiban Lain di Balik Tidur Anda. Jakarta:Zaman

Mulyana. 2002. Komunikasi Tertulis : Sebuah Keterampilan Intelektual. Jakarta :Balai Pustaka.

Nardi, Leo.1996.Diktat Fotografi. Bandung.

Nugroho, R. Amien. 2006. Kamus Fotografi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Poerwadarminta, W.J.S.1976,Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai

Pustaka.

Poesporodjo. 1988. Logika Sientifika, Bandung : Remadja Karya.

Raharjo, J. Budhy.1986,Himpunan Materi Pendidikan Seni Rupa. Bandung:CV. Yrama.

Salim, Peter & Yenny salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.


(35)

Soedarso Sp.1988,Tinjauan Seni;Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni. . Denpasar:Saku Dayar Sana.

Soedjono, Soeprapto. 2007. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta Soelarko, R.M.1978,Komposisi Fotografi,Bandung:PT. Indira.

Suryahadi, A. Agung.1994,Pengembangan Kreativitas Melalui Seni Rupa. Yogyakarta:Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian.

Weber, Max.2013. Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada. Rangga Aditiawan.2014. Fotografi untuk Pemula dan Orang Awam.

Jakarta:Dunia Komputer

Erik Pramana.2014. A-Z Otodidak DSLR & Mirrorless. Yogyakarta:Cemerlang Publishing

Tim Reality.2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya:Reality Publisher Uswatun K.2014. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta:Kawah media

http://www.urbandictionary.com/define.php?term=Street%20Culture, diunduh pada tanggal 1 oktober 2014

http:// www.wikipedia.org/wiki/budaya, diunduh pada tanggal 1 oktober 2014 http:// www.tempo.co/news/nikmatnya-hidup-dalam-potret-Soeprapto, diunduh

pada tanggal 2 Oktober 2014

http://www.sentra-edukasi.com/sumber-sejarah, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014

http://www.wikipedia.org/tidur, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014

http://www.wikipedia.org/wiki/wawancara, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014 hhtp://id.wikipedia.org/wiki/inspirasi, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014 http://kamuskesehatan.com/2012/13/arti-tahap-tidur, diunduh pada tanggal 4

oktober 2014

http://www.adichandraonoy.blogspot.com/2009/12/teori-edfat, diunduh pada tanggal 6 oktober 2014

http//www.wikipedia.org/wiki/komputer, diunduh pada tanggal 10 oktober 2014 http://www.placem.com/schedule/2011, diunduh pada tanggal 10 oktober 2014 http:// www.fadedandblurred.com, diunduh pada tanggal 10 januari 2015


(1)

Pengambilan gambar dilakukan dengan menggunakan sudut eyes level, dengan tetap mempertahankan patung selamat datang di Jakarta sebagai background. Penggunaan iso yang sangat tinggi yaitu 2500 digunakan dalam pengambilan gambar diatas karena pada saat itu pencipta tidak membawa tripod, sedangkan cahaya yang ada sangatlah minim yaitu cahaya yang berasal dari lampu jalanan sehingga gambar yang dihasilkan terlihat sedikit noise. Foto yang dihasilkan oleh kamera lalu diolah menggunakan software Adobe Photoshop CS3 yang dimana proses pengolahan gambar hanya sebatas untuk menaikkan terang gelap pada gambar dan cropping.

Mungkin bagi masyarakat yang ada di luar Jakarta menganggap kota yang satu ini adalah kota yang sangat mewah dan megah. Untuk mendapatkan rupiah sangatlah mudah bila kita bekerja di kota metrpolitan. Semua itu tentu akan kita dapatkan apabila kita memiliki kemampuan dan skill yang memadai, apabila tidak yang terjadi adalah angka pengangguran yang tinggi, pemulung, pengamen, premanisme dan lain-lain. Dan yang akan terjadi adalah kesenjangan berlarut-larut anatara yang berada dan yang tidak punya apa-apa. Dan Inilah sebenarnya masalah yang sedang dihadapi bangsa kita. Menghapus kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Mungkin perlu proses dan waktu yang cukup lama.


(2)

c). Karya foto dengan judul : “Kaki Kepala”

Gambar 5

Kaki Kepala 2014 Ukuran karya : 70 X 50 cm


(3)

Gambar 6

Skema pengambilan foto “Kaki Kepala”

Keterangan :

__________ : Sudut pandang pengambilan gambar

__________ : Arah datang sinar matahari

: Kamera

Pukul 12.00 WITA dimana matahari sangat menyengat bagi sebagian orang yang pekerjaan mereka di jalan adalah waktu yang sangat tepat untuk beristirahat. Dimana kondisi jalanan sangat panas, dan rasa lelah bekerja dari pagi sudah mulai terasa. Begitu pula yang dirasakan sopir truk sampah dalam karya foto di atas. Foto ini diambil di Jalan Sesetan Denpasar pada waktu siang hari dimana banyak pekerja yang sedang melakukan istirahat. Ada yang makan siang dan ada pula yang memanfaatkan waktu untuk tidur. Sopir ini mencari pohon besar lalu memakirkan truknya untuk berteduh. Lalu dengan nyamannya


(4)

menaikkan kaki di atas jendela pintu truk. Ini terlihat lebih nyaman bila dibandingkan dengan posisi tidur pengayuh becak di Yogyakarta.

Pada saat proses pengambilan gambar, pencipta menggunakan lensa wide 17-40mm agar mendapatkan foreground kaki dari sopir. Ini akan menimbulkan efek kontras bila pencipta menampilkan kaki dan kepala dalam satu frame dimana posisi kaki menjadi floorground nya. Tetapi tetap ekspresi wajah tidur sopir menjadi focus of interest. Pada saat pengambilan gambar pencipta merasa takut apabila suara dari shutter kamera akan membangunkan sopir. Dan ternyata benar, dalam pengambilan gambar ke lima sopirpun terbangun. Lalu pencipta menjelaskan kepada sopir kepentingan foto yang diambil ini untuk menyelesaikan tugas akhir dan bukan untuk foto komersil. Proses editing gambar dilakukan pada cropping, level, kontras pada foto.

Pesan yang ingin disampaikan pencipta melalui karya di atas adalah seberapa berat pekerjaan yang kita kerjakan harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini sopir merasa diri nya sudah tidak kuasa lagi menahan kantuk. Daripada dipaksakan dan nantinya akan membahayakan orang lain lebih baik menepi sejenak dan beristirahat dengan secukupnya untuk menghilangkan rasa kantuk. Dengan pertimbangan semua pekerjaan dapat tetap terselesaikan.

7. Simpulan

Berdasarkan atas berbagai penjelasan dan analisis dari uraian di atas, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain :

1. Aktivitas Tidur Dalam Street Culture memang sangat menarik dan unik jika divisualisasikan dalam fotografi dokumenter dengan berbagai latar belakang lokasi, pekerjaan dan gaya tidur yang berbeda-beda.

2. Adapun faktor- faktor yang mendukung sehingga karya foto Tidur dalam Street Culture ini terlihat menarik jika divisualisasikan menjadi karya fotografi dokumenter antara lain, lokasi yang berbeda dari kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Denpasar. Dengan demikian foto juga akan lebih memliki variasi dalam


(5)

segi lokasi. Selain itu gaya orang yang sedang tidur sangat bermacam-macam antara satu dengan lainnya yang menjadi daya tarik tambahan. 3. Tidur merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap mahluk hidup sama halnya

seperti bernafas dan makan. Tidur juga merupakan suatu hal yang bersifat privasi karena sejati nya orang yang sedang tidur adalah orang yang sedang menikmati hidup karena tampil apa adanya. Namun dengan adanya karya Tidur Dalam Street Culture Karya Cipta Fotografi Dokumenter ini menggambarkan bagaimana tidur juga dapat dilakukan di public area atau tempat umum seperti di trotoar, pasar, pinggir jalan maupun di emperan toko sekalipun tanpa mengurangi rasa kenikmatannya.

8. Daftar pustaka

Abdullah, Irwan. 2010. Budaya jalanan Persoalan Konsep, Makna dan Implikasi Sosial Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Arsana, Nyoman, Supono Pr. 1983, Dasar-Dasar Seni Lukis. Jakarta: Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan.

Bagoes P. Wiryomartono,2001,Pijar-Pijar Penyingkap Rasa:Sebuah Wacana Seni dan Keindahan dari Plato sampai Derrida, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Umum.

Betes, Kenneth. F. 1975. Basic Design: Funk and Wagnalis. New York.

Djelantik, A. A. M. 2004, Estetika: Estetika Sebuah Pengantar, Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Hasan, M. Iqbal. 2002. Metode Penelitian dan Aplikasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ibrahim, Ahmad Syawqi. 2013. Misteri Tidur : Rahasia Kesehatan, Kepribadian,

dan Keajaiban Lain di Balik Tidur Anda. Jakarta:Zaman

Mulyana. 2002. Komunikasi Tertulis : Sebuah Keterampilan Intelektual. Jakarta :Balai Pustaka.

Nardi, Leo.1996.Diktat Fotografi. Bandung.

Nugroho, R. Amien. 2006. Kamus Fotografi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Poerwadarminta, W.J.S.1976,Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai

Pustaka.

Poesporodjo. 1988. Logika Sientifika, Bandung : Remadja Karya.

Raharjo, J. Budhy.1986,Himpunan Materi Pendidikan Seni Rupa. Bandung:CV. Yrama.

Salim, Peter & Yenny salim. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English Press.


(6)

Soedarso Sp.1988,Tinjauan Seni;Sebuah Pengantar Untuk Apresiasi Seni. . Denpasar:Saku Dayar Sana.

Soedjono, Soeprapto. 2007. Pot-Pourri Fotografi. Jakarta Soelarko, R.M.1978,Komposisi Fotografi,Bandung:PT. Indira.

Suryahadi, A. Agung.1994,Pengembangan Kreativitas Melalui Seni Rupa. Yogyakarta:Pusat Pengembangan Penataran Guru Kesenian.

Weber, Max.2013. Sosiologi Suatu Penghantar. Jakarta:RajaGrafindo Persada. Rangga Aditiawan.2014. Fotografi untuk Pemula dan Orang Awam.

Jakarta:Dunia Komputer

Erik Pramana.2014. A-Z Otodidak DSLR & Mirrorless. Yogyakarta:Cemerlang Publishing

Tim Reality.2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya:Reality Publisher Uswatun K.2014. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Jakarta:Kawah media http://www.urbandictionary.com/define.php?term=Street%20Culture, diunduh

pada tanggal 1 oktober 2014

http:// www.wikipedia.org/wiki/budaya, diunduh pada tanggal 1 oktober 2014 http:// www.tempo.co/news/nikmatnya-hidup-dalam-potret-Soeprapto, diunduh

pada tanggal 2 Oktober 2014

http://www.sentra-edukasi.com/sumber-sejarah, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014

http://www.wikipedia.org/tidur, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014

http://www.wikipedia.org/wiki/wawancara, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014 hhtp://id.wikipedia.org/wiki/inspirasi, diunduh pada tanggal 2 oktober 2014 http://kamuskesehatan.com/2012/13/arti-tahap-tidur, diunduh pada tanggal 4

oktober 2014

http://www.adichandraonoy.blogspot.com/2009/12/teori-edfat, diunduh pada tanggal 6 oktober 2014

http//www.wikipedia.org/wiki/komputer, diunduh pada tanggal 10 oktober 2014 http://www.placem.com/schedule/2011, diunduh pada tanggal 10 oktober 2014 http:// www.fadedandblurred.com, diunduh pada tanggal 10 januari 2015